SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Andi, M.Sc.
 Isi Bab Ini
Bab ini berisi contoh aplikasi statistik Maxwell-Boltzmann pada sejumlah
assembli sederhana yang mengandung partikel klasik dan beberapa
perbandingan ramalan menggunakan statistik ini dengan data pengamatan.
 Tujuan Bab Ini
Tujuan bab ini adalah mahasiswa memahami beberapa aplikasi statistik
Maxwell-Boltzmann pada sejumlah assembli klasik dan perbandingan hasil
ramalan tersebut dengan data pengamatan.
 Apa Yang Perlu Dikuasai Lebih Dahulu
Untuk memahami aplikasi statistik Maxwell-Boltzmann mahasiswa perlu
memahami prinsip dasar statistik Maxwell-Boltzmann, kerapatan keadaan klasik
dan beberapa teknik integral.
 Efek Doppler dijumpai pada gelombang bunyi maupun gelombang elektromagnetik.
 Salah satu pesan dari efek ini adalah jika sumber gelombang mendekati pengamat
maka frekuensi yang diukur lebih besar daripada apabila sumber diam terhadap
pengamat. Atau dengan kata lain panjang gelombang yang dikur oleh pengamat
lebih kecil daripada apabila sumber diam terhadap pengamat. Berlaku juga untuk
sebaliknya.
 Khusus untuk gelombang elektromagnetik, panjang gelombang yang dikur oleh
pengamat yang diam yang dihasilkan oleh sumber bergerak dengan kecepatan vx
terhadap pengamat adalah
 Dalam astronomi, efek Dopler digunakan untuk mengukur kecepatan bintang-
bintang
0 1 x
v
c
 
 
 
 
 
0
dengan panjang gelombang yang diukur pengamat
panjang gelombang jika sumber gelombang diam terhadap pengamat
kecepatan cahaya
0 jika sumber mendekati pengama
x
c
v





 t
0 jika sumber menjauhi pengamat
x
v 
 
1
 Perhatikan sebuah atom yang memiliki dua
tingkat energi seperti ditunjukan gambar
disamping!
 Atom tersebut memancarkan spektrum
gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang tertentu, sebut saja λ0, akibat
transisi elektron antar tingkat energi atom
tersebut.
 Jika atom dalam keadaan diam maka panjang
gelombang yang kita ukur adalah λ0, persis
sama dengan panjang gelombang yang
dipancarkan atom.
 Jika atom tersebut bergerak dengan
kecepatan vx maka panjang gelombang
yang diukur oleh pengamat sesuai dengan
yang ditunjukan oleh persamaan (1):
0 1 x
v
c
 
 
 
 
 
0 1 x
v
c
 
 
 
 
 
Sumber mendekati
pengamat
Sumber menjauhi
pengamat
 Jika ada sejumlah atom yang diam maka gelombang yang diukur pengamat
merupakan jumlah gelombang yang dipancarkan oleh semua atom. Panjang
gelombang yang diterima dari semua atom sama, yaitu λ0. Yang dideteksi oleh
pengamat hanyalah gelombang dengan panjang λ0 tetapi memiliki intensitas
tinggi.
 Akan tetapi jika atom yang memancarkan gelombang bergerak secara acak maka
komponen kecepatan ke arah pengamat, yaitu vx juga acak. Akibatnya panjang
gelombang yang diukur pengamat yang berasal dari satu atom berbeda dengan
yang diukur dari atom lainnya.
 Pengamat akan mengukur gelombang yang memiliki panjang yang bervariasi
dalam jangkauan tertentu. Ini berakibat pada pelebaran garis spektrum yang
diamati.
 Selanjutnya kita akan menentukan distribusi intensitas spektrum pada berbagai
panjang gelombang.
 Kecepatan atom gas pemancar spektrum memenuhi fungsi distribusi Maxwell-
Boltzmann karena merupakan partikel klasik. Peluang keberadaan sebuah atom
pada rentang komponen kecepatan antara vx sampai dengan vx+dvx adalah:
 Untuk mendapatkan fungsi distribusi intensitas maka kita harus mentrasformasi
variable kecepatan ke dalam variable panjang gelombang λ dengan menggunakan
persamaan Doppler (1).
 
2
/2
2
x
mv kT
x x x
m
n v dv e dv
kT



0 1 x
v
c
 
 
 
 
  0
1
x
v c


 
 
 
  0
x
dv c
d 
 
0
x
c
dv d

 
 Apabila transformasi dilakukan, maka:
 Sehingga:
   
x x
n v dv I d
 

 
dimana : menyatakan intensitas panjang gelombang yang memiliki panjang
gelombang antara samapai
I d
d
 
  

 
2
/2
2
x
mv kT
x
m
I d e dv
kT
 



 Selanjutnya:
 Dalam bentuk sederhana dapat dituliskan:
 
 
2
0
0
2
2
0 0
1
exp
2 2
exp 1
2 2
m c
m c
I d d
kT kT
m c mc
I d d
kT kT


  
 

  
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
   
 
   
   
 
   
 
   
2
2
0
0
exp 1
2
mc
I d I d
kT

   

 
 
 
  
 
 
 
 
 
 
0 0
0
intensitas ketika .
tidak bergantung pada panjang gelombang tapi bergantung pada besaran lain seperti
suhu gas dan massa atom gas
I
I
  

 

 
2
Dari gambar di atas tampak bahwa intensitas terdeteksi disekitar λ0 dengan λ0
merupakan lokasi puncak intensitas. Jika suhu diperbesar maka spektrum akan makin
lebar dan intensitasnya makin lemah. Hal ini disebabkan karena gerakan atom yang
makin acak
 Selanjutnya kita akan bahas suatu assembli yang
mengandung kumpulan atom yang memiliki momen
magnet. Di dalam assembli tersebut kita berikan
medan magnetic B.
 Untuk mempermudah, kita asumsikan sifat-sifat
berikut:
1) Tidak ada interaksi antar atom. Interaksi hanya
terjadi antara atom dengan medan magnet luar
yang diberikan. Pada kenyataanya ada interaksi
antara momen magnetic.
2) Momen magnetik atom hanya bisa mengambil salah
satu dari dua arah orientasi, yaitu searah medan
magnet atau berlawanan arah medan magnet.
 Kita akan menentukan berapa momen magnetik total yang dihasilkan oleh
kumpulan atom-atom tersebut.
 Mula-mula kita hitung energi yang dimiliki masing-masing atom akibat interaksi
momen magnetik dengan medan magnet luar.
 Karena di awal kita sudah membatasi arah orientasi momen magnetic, yaitu
searah medan magnet luar atau berlawanan medan magnet luar, maka:
cos
U B B
  
   
dimana : momen magnetik
medan magnet luar
sudut antara momen magnetik dan medan magnetik
B





cos0
U B B
 

   
cos
U B B
  

  
Momen magnetic searah medan magnet luar
Momen magnetic berlawanan medan magnet luar
 
3
 Probabilitas menemukan atom dengan arah momen searah medan magnet luar
sebanding dengan
 Probabilitas menemukan atom dengan arah momen berlawanan medan magnet
luar sebanding dengan
 Sehingga:
 Karena jumlah probabilitas sama dengan 1, maka faktor normalisasi dapat
dituliskan:
 
n U
 
n U
 
 
P Kn U
P Kn U
 
 


K adalah faktor penormalisasi
   
   
1
P P K n U n U
K n U n U
   
 
 
  
 
 
 
 
   
1
K
n U n U
 


 
4
 
5
 Dengan mensubstitusi persamaan (5) ke persamaan (4) didapat:
 Selanjutnya, karena atom merupakan partikel klasik yang memenuhi distribusi
Maxwell-Boltzman, maka probabilitas masing-masing arah orientasi memenuhi:
 
   
 
   
n U
P
n U n U
n U
P
n U n U


 


 




 
6
 
 
exp exp
exp exp
U B
n U
kT kT
U B
n U
kT kT






   
  
   
 
 
   
   
   
 
 
 
7
 Dengan mensubstitusi persamaan (7) ke persamaan (6) kita peroleh:
 Momen magnetic yang searah medan memberikan kontribusi momen magnetic
+μ, dan yang berlawanan dengan arah medan memberi kontribusi momen
magnetik −μ.Selanjutnya momen magnetic rata-rata dapat dihitung dengan
persamaan sederhana:
exp
exp exp
exp
exp exp
B
kT
P
B B
kT kT
B
kT
P
B B
kT kT

 

 


 
 
 

   
 
   
   
 

 
 

   
 
   
   
P P
  
 
  
 
8
 
9
 Dengan mensubstitusi persamaan (8) ke persamaan (9) kita dapatkan:
exp exp
exp exp exp exp
exp exp
exp exp
B B
kT kT
B B B B
kT kT kT kT
B B
kT kT
B B
kT kT
 
  
   
 
 
 
   

   
   
 
       
   
       
       
 
   
 
 
   
 
   
  
   
 
 
   
 
   
 
:tanh
x x
x x
e e
ingat x
e e





tanh
B
kT

 
 
  
 
 
10
 Dari persamaan (10) dapat disimpulkan:
Artinya bahwa pada suhu tersebut momen magnetik rata-rata mengambil arah yang
sama. Ini terjadi karena pada suhu yang mendekati nol, getaran termal atom-atom
menjadi sangat kecil. Interaksi dengan medan magnet luar dapat memaksa atom-
atom mengambil arah orientasi yang sama.
Ini akibat getaran atom-atom yang sangat intensif sehingga medan magnet luar yang
diberikan tidak sanggup mengarahkan momen-momen magnet. Energi termal
electron jauh melampaui energi interkasi dengan medan magnet. . Arah momen
magnet atom-atom menjadi acak. Akibatnya, jumlah momen magnet yang searah
medan menjadi sama dengan yang berlawanan arah medan.
 Tampak juga untuk suhu yang sama, momen magnetic rata-rata makin besar jika
medan makin besar. Ini disebabkan penggunan medan yang besar akan memberikan
paksaan yang lebih besar kepada atom-atom untuk menyearahkan momen
magnetiknya.
Jika 0 maka
T  
 
Jika maka 0
T 
  
 Setelah kita membahas momen magnetic rata-rata dimana hanya ada 2 orientasi
yang diizinkan, selanjutnya jika kasusnya sedikit kita perluas dimana arah
orientasi yang diizinkan menjadi 3 arah orientasi (searah medan magnet, tegak
lurus medan magnet dan berlawanan medan magnet), bagaimana momen
magnetic rata-ratanya?
 Dari persamaan energi interaksi antara momen magnetik dengan magnet luar
yang ditunjukan oleh persamaan (3) kita dapatkan:
cos0
U B B
 

   
cos
U B B
  

  
Momen magnetic searah medan magnet luar
Momen magnetic berlawanan medan magnet luar
cos 0
2
U B


    Momen magnetic tegak lurus medan magnet luar
 Probabilitas untuk mendapatkan momen magnetic pada berbagai arah tersebut
dapat dituliskan sebagai berikut:
 Dengan faktor normalisasi
 
 
 
P Kn U
P Kn U
P Kn U
 
 
 



     
1
K
n U n U n U

 

 
 
     
 
     
 
     
n U
P
n U n U n U
n U
P
n U n U n U
n U
P
n U n U n U



 



 



 

 

 

 
 Dengan cara yang sama ketika membahas dengan 2 arah orientasi kita dapatkan:
 
 
 
exp exp
0
exp exp 1
exp exp
U B
n U
kT kT
U
n U
kT kT
U B
n U
kT kT








   
  
   
 
 
   
   
   
 
 
   
   
   
 
 
exp
exp 1 exp
1
exp 1 exp
exp
exp 1 exp
B
kT
P
B B
kT kT
P
B B
kT kT
B
kT
P
B B
kT kT

 
 

 



 
 
 

   
  
   
   

   
  
   
   
 

 
 

   
  
   
   
 Momen magnetic yang searah medan memberikan kontribusi momen magnetic
+μ, yang tegak lurus memberikan kontribusi momen magnetik nol dan yang
berlawanan dengan arah medan memberi kontribusi momen magnetik −μ.
Selanjutnya momen magnetic rata-rata dapat dihitung:
0
P P P
  

 
   
exp exp
exp 1 exp exp 1 exp
exp exp
exp exp
2
exp 1 exp
1
2
B B
kT kT
B B B B
kT kT kT kT
B B
B B kT kT
kT kT
B B
kT kT
 
  
   
 
 
  
 
   

   
   
 
       
     
       
       
   
 
   
 
       
 
 
   
 
   
 
 
   
 
  
   
 
   
 
exp exp
2
B B
kT kT
 
 
 
 
 
 
   
 
 
   
 
   

 
 
:sinh
2
cosh
2
x x
x x
e e
ingat x
e e
x






exp exp
sinh
2
1
exp exp cosh
1 2
2 2
B B
B
kT kT
kT
B B B
kT kT kT
 

  
  
 
   
 
 
     
   
   
   
 
 
     
 
    
   
 
     

 
 

More Related Content

What's hot

Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2keynahkhun
 
Fisika kuantum part 4
Fisika kuantum part 4Fisika kuantum part 4
Fisika kuantum part 4radar radius
 
Gelombang mekanik kelompok 8
Gelombang mekanik  kelompok 8Gelombang mekanik  kelompok 8
Gelombang mekanik kelompok 8Rahfiqa
 
Fisika Kuantum (1) radiasi benda hitam
Fisika Kuantum (1) radiasi benda hitamFisika Kuantum (1) radiasi benda hitam
Fisika Kuantum (1) radiasi benda hitamjayamartha
 
Ppt Aplikasi Radiasi Benda Hitam
Ppt Aplikasi Radiasi Benda HitamPpt Aplikasi Radiasi Benda Hitam
Ppt Aplikasi Radiasi Benda HitamMukhsinah PuDasya
 
Efek hall ugm2014
Efek hall ugm2014Efek hall ugm2014
Efek hall ugm2014Erva Eriezt
 
Hamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherfordHamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherfordNurochmah Nurdin
 
7.bab vii -pita_energi
7.bab vii -pita_energi7.bab vii -pita_energi
7.bab vii -pita_energiElika Bafadal
 
Laporan Eksperimen Tetes Minyak Millikan
Laporan Eksperimen Tetes Minyak MillikanLaporan Eksperimen Tetes Minyak Millikan
Laporan Eksperimen Tetes Minyak MillikanMutiara_Khairunnisa
 
Rpp mekanika kuantum
Rpp mekanika kuantumRpp mekanika kuantum
Rpp mekanika kuantumJoko Wahyono
 
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikLaporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikNurfaizatul Jannah
 
Momentum dan energi relativitas
Momentum dan energi relativitasMomentum dan energi relativitas
Momentum dan energi relativitasWuryanto Puji S
 
Kelompok 4 osilator harmonik revisi
Kelompok 4 osilator harmonik revisiKelompok 4 osilator harmonik revisi
Kelompok 4 osilator harmonik revisiSuharziamah_al_aksa
 

What's hot (20)

Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2
 
Fisika kuantum part 4
Fisika kuantum part 4Fisika kuantum part 4
Fisika kuantum part 4
 
Gelombang mekanik kelompok 8
Gelombang mekanik  kelompok 8Gelombang mekanik  kelompok 8
Gelombang mekanik kelompok 8
 
Difraksi franhoufer
Difraksi franhouferDifraksi franhoufer
Difraksi franhoufer
 
Fisika Kuantum (1) radiasi benda hitam
Fisika Kuantum (1) radiasi benda hitamFisika Kuantum (1) radiasi benda hitam
Fisika Kuantum (1) radiasi benda hitam
 
PERCOBAAN GEIGER MULLER
PERCOBAAN GEIGER MULLERPERCOBAAN GEIGER MULLER
PERCOBAAN GEIGER MULLER
 
Laporan praktikum Efek Fotolistrik
Laporan praktikum Efek FotolistrikLaporan praktikum Efek Fotolistrik
Laporan praktikum Efek Fotolistrik
 
Ppt Aplikasi Radiasi Benda Hitam
Ppt Aplikasi Radiasi Benda HitamPpt Aplikasi Radiasi Benda Hitam
Ppt Aplikasi Radiasi Benda Hitam
 
Efek hall ugm2014
Efek hall ugm2014Efek hall ugm2014
Efek hall ugm2014
 
Hamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherfordHamburan partikel alfa rutherford
Hamburan partikel alfa rutherford
 
7.bab vii -pita_energi
7.bab vii -pita_energi7.bab vii -pita_energi
7.bab vii -pita_energi
 
Laporan Eksperimen Tetes Minyak Millikan
Laporan Eksperimen Tetes Minyak MillikanLaporan Eksperimen Tetes Minyak Millikan
Laporan Eksperimen Tetes Minyak Millikan
 
Rpp mekanika kuantum
Rpp mekanika kuantumRpp mekanika kuantum
Rpp mekanika kuantum
 
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek FotolistrikLaporan Eksperimen Efek Fotolistrik
Laporan Eksperimen Efek Fotolistrik
 
Ketidakpastian Heisenberg
Ketidakpastian HeisenbergKetidakpastian Heisenberg
Ketidakpastian Heisenberg
 
Momentum dan energi relativitas
Momentum dan energi relativitasMomentum dan energi relativitas
Momentum dan energi relativitas
 
Ggl induksi dan indukstansi
Ggl induksi dan indukstansiGgl induksi dan indukstansi
Ggl induksi dan indukstansi
 
Compton Effect
Compton EffectCompton Effect
Compton Effect
 
Kelompok 4 osilator harmonik revisi
Kelompok 4 osilator harmonik revisiKelompok 4 osilator harmonik revisi
Kelompok 4 osilator harmonik revisi
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 

Similar to Pertemuan 9 Aplikasi Statistik Maxwell-Boltzmann.pptx

Bab 12-listrik-magnet
Bab 12-listrik-magnetBab 12-listrik-magnet
Bab 12-listrik-magnetHeny Suvita
 
Makalah fisika magnet
Makalah fisika magnetMakalah fisika magnet
Makalah fisika magnetAnnis Kenny
 
Contoh Makalah Fisika Magnet
Contoh Makalah Fisika MagnetContoh Makalah Fisika Magnet
Contoh Makalah Fisika MagnetHendri saputra
 
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)Saifurrahman Santoso
 
Struktur atom dan sistem periodik
Struktur atom dan sistem periodikStruktur atom dan sistem periodik
Struktur atom dan sistem periodikujangsupiandi
 
magnetostatika.ppt
magnetostatika.pptmagnetostatika.ppt
magnetostatika.pptmuliani7
 
Fisikaaaaaaaaa
FisikaaaaaaaaaFisikaaaaaaaaa
Fisikaaaaaaaaanasrul ah
 
Gelombang Elektromagnetik
Gelombang ElektromagnetikGelombang Elektromagnetik
Gelombang Elektromagnetiknurwani
 
Gelombana EM
Gelombana EMGelombana EM
Gelombana EMAlin_24
 
Ppt medan magnetik
Ppt medan magnetikPpt medan magnetik
Ppt medan magnetikemri3
 
KONSEP DAN PENOMENA KUANTUM.pptx
KONSEP DAN PENOMENA KUANTUM.pptxKONSEP DAN PENOMENA KUANTUM.pptx
KONSEP DAN PENOMENA KUANTUM.pptxAgiesSahirwan
 

Similar to Pertemuan 9 Aplikasi Statistik Maxwell-Boltzmann.pptx (20)

Massa atom
Massa atomMassa atom
Massa atom
 
Bab 12-listrik-magnet
Bab 12-listrik-magnetBab 12-listrik-magnet
Bab 12-listrik-magnet
 
ppt elektro.pdf
ppt elektro.pdfppt elektro.pdf
ppt elektro.pdf
 
Makalah fisika magnet
Makalah fisika magnetMakalah fisika magnet
Makalah fisika magnet
 
Contoh Makalah Fisika Magnet
Contoh Makalah Fisika MagnetContoh Makalah Fisika Magnet
Contoh Makalah Fisika Magnet
 
KEMAGNETAN.pdf
KEMAGNETAN.pdfKEMAGNETAN.pdf
KEMAGNETAN.pdf
 
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
Ringkasan fisika 3 sma smt 2 (fix)
 
Struktur atom dan sistem periodik
Struktur atom dan sistem periodikStruktur atom dan sistem periodik
Struktur atom dan sistem periodik
 
magnetostatika.ppt
magnetostatika.pptmagnetostatika.ppt
magnetostatika.ppt
 
Astro
AstroAstro
Astro
 
Fisikaaaaaaaaa
FisikaaaaaaaaaFisikaaaaaaaaa
Fisikaaaaaaaaa
 
Fsk atom lengkap
Fsk atom lengkapFsk atom lengkap
Fsk atom lengkap
 
Gelombang Elektromagnetik
Gelombang ElektromagnetikGelombang Elektromagnetik
Gelombang Elektromagnetik
 
Rpp 3.14 jun
Rpp 3.14 junRpp 3.14 jun
Rpp 3.14 jun
 
01b model atom
01b model atom01b model atom
01b model atom
 
Gelombana EM
Gelombana EMGelombana EM
Gelombana EM
 
Model atom bohr(full version)
Model atom bohr(full version)Model atom bohr(full version)
Model atom bohr(full version)
 
Medan magnetik[1]
Medan magnetik[1]Medan magnetik[1]
Medan magnetik[1]
 
Ppt medan magnetik
Ppt medan magnetikPpt medan magnetik
Ppt medan magnetik
 
KONSEP DAN PENOMENA KUANTUM.pptx
KONSEP DAN PENOMENA KUANTUM.pptxKONSEP DAN PENOMENA KUANTUM.pptx
KONSEP DAN PENOMENA KUANTUM.pptx
 

Recently uploaded

Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxsitifaiza3
 
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugaslisapalena
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptxInstrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptxZhardestiny
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksdanzztzy405
 

Recently uploaded (9)

Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
 
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptxInstrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
 

Pertemuan 9 Aplikasi Statistik Maxwell-Boltzmann.pptx

  • 2.  Isi Bab Ini Bab ini berisi contoh aplikasi statistik Maxwell-Boltzmann pada sejumlah assembli sederhana yang mengandung partikel klasik dan beberapa perbandingan ramalan menggunakan statistik ini dengan data pengamatan.  Tujuan Bab Ini Tujuan bab ini adalah mahasiswa memahami beberapa aplikasi statistik Maxwell-Boltzmann pada sejumlah assembli klasik dan perbandingan hasil ramalan tersebut dengan data pengamatan.  Apa Yang Perlu Dikuasai Lebih Dahulu Untuk memahami aplikasi statistik Maxwell-Boltzmann mahasiswa perlu memahami prinsip dasar statistik Maxwell-Boltzmann, kerapatan keadaan klasik dan beberapa teknik integral.
  • 3.  Efek Doppler dijumpai pada gelombang bunyi maupun gelombang elektromagnetik.  Salah satu pesan dari efek ini adalah jika sumber gelombang mendekati pengamat maka frekuensi yang diukur lebih besar daripada apabila sumber diam terhadap pengamat. Atau dengan kata lain panjang gelombang yang dikur oleh pengamat lebih kecil daripada apabila sumber diam terhadap pengamat. Berlaku juga untuk sebaliknya.
  • 4.  Khusus untuk gelombang elektromagnetik, panjang gelombang yang dikur oleh pengamat yang diam yang dihasilkan oleh sumber bergerak dengan kecepatan vx terhadap pengamat adalah  Dalam astronomi, efek Dopler digunakan untuk mengukur kecepatan bintang- bintang 0 1 x v c           0 dengan panjang gelombang yang diukur pengamat panjang gelombang jika sumber gelombang diam terhadap pengamat kecepatan cahaya 0 jika sumber mendekati pengama x c v       t 0 jika sumber menjauhi pengamat x v    1
  • 5.  Perhatikan sebuah atom yang memiliki dua tingkat energi seperti ditunjukan gambar disamping!  Atom tersebut memancarkan spektrum gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang tertentu, sebut saja λ0, akibat transisi elektron antar tingkat energi atom tersebut.  Jika atom dalam keadaan diam maka panjang gelombang yang kita ukur adalah λ0, persis sama dengan panjang gelombang yang dipancarkan atom.
  • 6.  Jika atom tersebut bergerak dengan kecepatan vx maka panjang gelombang yang diukur oleh pengamat sesuai dengan yang ditunjukan oleh persamaan (1): 0 1 x v c           0 1 x v c           Sumber mendekati pengamat Sumber menjauhi pengamat
  • 7.  Jika ada sejumlah atom yang diam maka gelombang yang diukur pengamat merupakan jumlah gelombang yang dipancarkan oleh semua atom. Panjang gelombang yang diterima dari semua atom sama, yaitu λ0. Yang dideteksi oleh pengamat hanyalah gelombang dengan panjang λ0 tetapi memiliki intensitas tinggi.  Akan tetapi jika atom yang memancarkan gelombang bergerak secara acak maka komponen kecepatan ke arah pengamat, yaitu vx juga acak. Akibatnya panjang gelombang yang diukur pengamat yang berasal dari satu atom berbeda dengan yang diukur dari atom lainnya.  Pengamat akan mengukur gelombang yang memiliki panjang yang bervariasi dalam jangkauan tertentu. Ini berakibat pada pelebaran garis spektrum yang diamati.
  • 8.  Selanjutnya kita akan menentukan distribusi intensitas spektrum pada berbagai panjang gelombang.  Kecepatan atom gas pemancar spektrum memenuhi fungsi distribusi Maxwell- Boltzmann karena merupakan partikel klasik. Peluang keberadaan sebuah atom pada rentang komponen kecepatan antara vx sampai dengan vx+dvx adalah:  Untuk mendapatkan fungsi distribusi intensitas maka kita harus mentrasformasi variable kecepatan ke dalam variable panjang gelombang λ dengan menggunakan persamaan Doppler (1).   2 /2 2 x mv kT x x x m n v dv e dv kT    0 1 x v c           0 1 x v c           0 x dv c d    0 x c dv d   
  • 9.  Apabila transformasi dilakukan, maka:  Sehingga:     x x n v dv I d      dimana : menyatakan intensitas panjang gelombang yang memiliki panjang gelombang antara samapai I d d         2 /2 2 x mv kT x m I d e dv kT     
  • 10.  Selanjutnya:  Dalam bentuk sederhana dapat dituliskan:     2 0 0 2 2 0 0 1 exp 2 2 exp 1 2 2 m c m c I d d kT kT m c mc I d d kT kT                                                                               2 2 0 0 exp 1 2 mc I d I d kT                            0 0 0 intensitas ketika . tidak bergantung pada panjang gelombang tapi bergantung pada besaran lain seperti suhu gas dan massa atom gas I I          2
  • 11. Dari gambar di atas tampak bahwa intensitas terdeteksi disekitar λ0 dengan λ0 merupakan lokasi puncak intensitas. Jika suhu diperbesar maka spektrum akan makin lebar dan intensitasnya makin lemah. Hal ini disebabkan karena gerakan atom yang makin acak
  • 12.  Selanjutnya kita akan bahas suatu assembli yang mengandung kumpulan atom yang memiliki momen magnet. Di dalam assembli tersebut kita berikan medan magnetic B.  Untuk mempermudah, kita asumsikan sifat-sifat berikut: 1) Tidak ada interaksi antar atom. Interaksi hanya terjadi antara atom dengan medan magnet luar yang diberikan. Pada kenyataanya ada interaksi antara momen magnetic. 2) Momen magnetik atom hanya bisa mengambil salah satu dari dua arah orientasi, yaitu searah medan magnet atau berlawanan arah medan magnet.
  • 13.  Kita akan menentukan berapa momen magnetik total yang dihasilkan oleh kumpulan atom-atom tersebut.  Mula-mula kita hitung energi yang dimiliki masing-masing atom akibat interaksi momen magnetik dengan medan magnet luar.  Karena di awal kita sudah membatasi arah orientasi momen magnetic, yaitu searah medan magnet luar atau berlawanan medan magnet luar, maka: cos U B B        dimana : momen magnetik medan magnet luar sudut antara momen magnetik dan medan magnetik B      cos0 U B B        cos U B B        Momen magnetic searah medan magnet luar Momen magnetic berlawanan medan magnet luar   3
  • 14.  Probabilitas menemukan atom dengan arah momen searah medan magnet luar sebanding dengan  Probabilitas menemukan atom dengan arah momen berlawanan medan magnet luar sebanding dengan  Sehingga:  Karena jumlah probabilitas sama dengan 1, maka faktor normalisasi dapat dituliskan:   n U   n U     P Kn U P Kn U       K adalah faktor penormalisasi         1 P P K n U n U K n U n U                        1 K n U n U       4   5
  • 15.  Dengan mensubstitusi persamaan (5) ke persamaan (4) didapat:  Selanjutnya, karena atom merupakan partikel klasik yang memenuhi distribusi Maxwell-Boltzman, maka probabilitas masing-masing arah orientasi memenuhi:             n U P n U n U n U P n U n U               6     exp exp exp exp U B n U kT kT U B n U kT kT                                        7
  • 16.  Dengan mensubstitusi persamaan (7) ke persamaan (6) kita peroleh:  Momen magnetic yang searah medan memberikan kontribusi momen magnetic +μ, dan yang berlawanan dengan arah medan memberi kontribusi momen magnetik −μ.Selanjutnya momen magnetic rata-rata dapat dihitung dengan persamaan sederhana: exp exp exp exp exp exp B kT P B B kT kT B kT P B B kT kT                                                    P P           8   9
  • 17.  Dengan mensubstitusi persamaan (8) ke persamaan (9) kita dapatkan: exp exp exp exp exp exp exp exp exp exp B B kT kT B B B B kT kT kT kT B B kT kT B B kT kT                                                                                                      :tanh x x x x e e ingat x e e      tanh B kT             10
  • 18.  Dari persamaan (10) dapat disimpulkan: Artinya bahwa pada suhu tersebut momen magnetik rata-rata mengambil arah yang sama. Ini terjadi karena pada suhu yang mendekati nol, getaran termal atom-atom menjadi sangat kecil. Interaksi dengan medan magnet luar dapat memaksa atom- atom mengambil arah orientasi yang sama. Ini akibat getaran atom-atom yang sangat intensif sehingga medan magnet luar yang diberikan tidak sanggup mengarahkan momen-momen magnet. Energi termal electron jauh melampaui energi interkasi dengan medan magnet. . Arah momen magnet atom-atom menjadi acak. Akibatnya, jumlah momen magnet yang searah medan menjadi sama dengan yang berlawanan arah medan.  Tampak juga untuk suhu yang sama, momen magnetic rata-rata makin besar jika medan makin besar. Ini disebabkan penggunan medan yang besar akan memberikan paksaan yang lebih besar kepada atom-atom untuk menyearahkan momen magnetiknya. Jika 0 maka T     Jika maka 0 T    
  • 19.  Setelah kita membahas momen magnetic rata-rata dimana hanya ada 2 orientasi yang diizinkan, selanjutnya jika kasusnya sedikit kita perluas dimana arah orientasi yang diizinkan menjadi 3 arah orientasi (searah medan magnet, tegak lurus medan magnet dan berlawanan medan magnet), bagaimana momen magnetic rata-ratanya?  Dari persamaan energi interaksi antara momen magnetik dengan magnet luar yang ditunjukan oleh persamaan (3) kita dapatkan: cos0 U B B        cos U B B        Momen magnetic searah medan magnet luar Momen magnetic berlawanan medan magnet luar cos 0 2 U B       Momen magnetic tegak lurus medan magnet luar
  • 20.  Probabilitas untuk mendapatkan momen magnetic pada berbagai arah tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:  Dengan faktor normalisasi       P Kn U P Kn U P Kn U                1 K n U n U n U                               n U P n U n U n U n U P n U n U n U n U P n U n U n U                        
  • 21.  Dengan cara yang sama ketika membahas dengan 2 arah orientasi kita dapatkan:       exp exp 0 exp exp 1 exp exp U B n U kT kT U n U kT kT U B n U kT kT                                                        exp exp 1 exp 1 exp 1 exp exp exp 1 exp B kT P B B kT kT P B B kT kT B kT P B B kT kT                                                                        
  • 22.  Momen magnetic yang searah medan memberikan kontribusi momen magnetic +μ, yang tegak lurus memberikan kontribusi momen magnetik nol dan yang berlawanan dengan arah medan memberi kontribusi momen magnetik −μ. Selanjutnya momen magnetic rata-rata dapat dihitung: 0 P P P           exp exp exp 1 exp exp 1 exp exp exp exp exp 2 exp 1 exp 1 2 B B kT kT B B B B kT kT kT kT B B B B kT kT kT kT B B kT kT                                                                                                                           exp exp 2 B B kT kT                                   
  • 23. :sinh 2 cosh 2 x x x x e e ingat x e e x       exp exp sinh 2 1 exp exp cosh 1 2 2 2 B B B kT kT kT B B B kT kT kT                                                                       