Dokumen tersebut merangkum eksperimen tentang hukum Malus dan polarisasi cahaya. Secara singkat, eksperimen ini bertujuan untuk mengamati hubungan antara intensitas cahaya yang ditransmisikan dengan sudut antara polarizer dan analyzer, baik dengan dan tanpa adanya bidang penunda. Eksperimen ini dilakukan dengan mengukur intensitas cahaya melalui fotometer dengan variasi sudut dan keberadaan bidang penunda.
Pengaruh El-Nino terhadap Perubahan Cuaca dan Iklim Global
POLARISASI
1. POLARISASI CAHAYA (HUKUM MALUS)
Disusun oleh :
Miftakhul Firdhaus (141810201041)
Nurfaizatul Jannah (141810201051)
Rani Kusumaningtyas (141810201054)
EKSPERIMEN FISIKA II – FISIKA FMIPA UNEJ
2. Cahaya merupakan salah satu gelombang
elektromagnetik yang berosilasi secara transversal dan
mempunyai satu sifat unik yang tidak dimiliki oleh
gelombang pada umumnya, yakni dapat terpolarisasi.
Polarisasi cahaya dapat terjadi pada peristiwa
pantulan, transmisi melalui lapisan-lapisan gelas,
melalui kristal dichroic, pembiasan ganda maupun
hamburan
LATAR BELAKANG
EKSPERIMEN FISIKA II – FISIKA FMIPA UNEJ 2
3. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengaruh besarnya sudut terhadap intensitas cahaya setelah
melewati analizer yang terbaca pada fotometer ?
Bagaimana perbandingan besar intensitas cahaya ketika adanya bidang
penunda dan tanpa bidang penunda pada sudut yang sama ?
Bagaimana hubungan antara intensitas (I/I0) dengan sudut (θ) berdasarkan
analisa grafik yang terbentuk ?
EKSPERIMEN FISIKA II – FISIKA FMIPA UNEJ 3
4. FENOMENA + MANFAAT
Fenomena menarik dari peristiwa polarisasi cahaya adalah langit yang tampak
berwarna biru. Fenomena ini terjadi karena kuantitas cahaya yang dihamburkan
bergantung pada panjang gelombang cahaya tersebut. Semakin besar panjang
gelombang cahaya maka semakin sedikit cahaya yang dihamburkan oleh molekul udara.
Cahaya merah dan jingga memiliki panjang gelombang lebih besar daripada cahaya biru
dan ungu. Sehingga cahaya merah dan jingga dihamburkan lebih sedikit daripada
cahaya biru dan ungu. Itulah sebabnya mengapa langit tampak berwarna biru. Selain itu,
polarisasi juga diterapkan pada kaca mobil, kacamata tiga dimensi, kacamata ryben,
sacharimeter, dan banyak aplikasi-aplikasi yang lain.
5. Hukum malus dituliskan seperti persamaan
diatas. Dimana Io adalah intensitas awal, Ɵ
adalah sudut diantara arah polarisasi cahaya
awal dan axis polarizer.
iII cos0
Polarizer adalah filter optis yang
melewatkan gelombang cahaya hanya dengan
polarisasi yang spesifik yang bisa lewat dan
memblok polarisasi yang lain (Wolf,2008).
Polarizer dapat mengkonversi berkas
cahaya yang tidak diketahui polarisasinya dengan
baik menjadi diketahui. Tipe dari polarizer ada
berbagai macam, diantaranya, polarizer linier dan
polarizer circular. Penggunaan polarizer tidak hanya
untuk gelombang elektromagnetik yang nampak
saja, namun juga bisa gelombang radio, gelombang
mikro dan sinar-X.
6. Jika 2 polarizer ditempatkan setelah yang lain
(polarizer kedua disebut analyzer), sudut diantara axis
polarisasi mereka memberikan nilai dari θ pada hukum
malus. Jika 2 axis orthogonal, polarizer bersebrangan
dan dalam teori tidak ada cahaya yang ditransmisikan,
secara praktik tidak ada polarizer yang sempurna dan
transmisi tidak benar-benar nol. Jika objek transparan
ditempatkan diantara polarizer yang di silangkan,
beberapa efek polarisasi tampak pada sample
(termasuk birefringence) yang akan menunjukkan
sebagai peningkatan pada transmis. Efek ini digunakan
pada polarimetry untuk mengukur aktivitas optis dari
sample.
7. Photometer
ALAT & BAHAN
Meja optik
Sumber laser He-Ne
Bangku laser
Angular translator
Holder
Polarizer
Retarder 140 nm
Cermin datar
Layar Pengamatan
8. LANGKAH KERJA
HUKUM MALUS
Peralatan eksperimen disusun sesuai desain percobaan
Sudut analyzer diubah secara perlahan sambil diamati intensitas
bayangan pada layar pengamatan
Probe fotometer diletakkan pada meja putar sambil diamati
intensitas cahaya yang ditransmisikan melalui fotometer
Intensitas cahaya diukur sebagai fungsi sudut antara polarizer
dan analyzer dengan variasi 10° - 90°
Polarizer ketiga diletakkan di antara dua polarizer pertama
dengan sumbu polarizer ketiga membentuk sudut 45° terhadap
polarizer pertama
Langkah 4 diulangi kembali dengan menggunakan sumber
cahaya biasa
9. Sudut antara retarder dengan polarizer dapat divariasikan untuk
mengetahui efek keberadaan retarder
LANGKAH KERJA
BIDANG PENUNDA
(RETARDER)
Polarizer dan retarder diletakkan pada holder, dimana sumbu 0°
bidang penunda membentuk sudut 45° terhadap sumbu 0°
polarizer
Polarizer dan retarder diletakkan pada bangku sehingga bagian
depan polarizer berhadapan dengan berkas laser
Analyzer diletakkan di antara retarder dan layar pengamatan
Probe fotometer diletakkan di depan analyzer, kemudian diukur
intensitas cahaya transmisi untuk beberapa variasi sudut
analyzer (0° - 90°)
Cermin datar diletakkan di sebelah kanan retarder
Retarder diputar dan perhatikan intensitas bayangannya