SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
Dasar-Dasar Pemeriksaan
Konduksi Saraf (KHS)/
Nerve Conduction Study
(NCV)
dr. Yohanes Febrianto
Pembimbing : dr. Masita, Sp.S(K)
Telah diketahui sejak lama bahwa otot akan
berkontrasi ketika aliran listrik diberikan pada
kulit, didekat titik masuknya saraf otot
(motor point)  Rangsangan singkat,
beberapa milidetik
Dasar pemeriksaan Kecepatan Hantar saraf
dan pemeriksaan jarum
Electroneuromyography (ENMG) Saraf
(Nerve Conduction study) /KHS dan otot
(Electromyography)
Pemeriksaan Kecepatan hantar saraf (KHS)
dilakukan dengan meletakkan elektrode
perekam pada otot (KHS motorik) atau saraf
(KHS Sensorik) tertentu dan elektode
stimulator di atas saraf yang diperiksa.
Potensial aksi yang terbentuk pada saraf
motorik Compound Muscle Action Potential
(CMAP) dan pada saraf sensorik Sensory Nerve
Action Potential (SNAP)
Kecepatan Hantar Saraf Motoris
Pemeriksaan KHS Motoris menggunakan
stimulasi intensitas supramaksimal (20-30%
diatas stimulus maksimal
Compound Muscle Action
Potential (CMAP)
Gelombang bifasik,
diawali defleksi negatif
Amplitudo (mV)
• Diukur dari garis dasar sampai
defleksi negative pertama
• Menggambarkan berapa
banyak akson yang terangsang
• Besar kecilnya ampiltudo 
keadaan akson sepanjang
perjalanan dari motor neuron
di medulla spinalis sampai
saraf motorik
• Penurunan amplitude  lesi
motor neuron, lesi radiks, lesi
pleksus dan lesi saraf perifer
Durasi (mdet)
• Diukur dari defleksi pertama
sampai titik dimana gelombang
memotong garis dasar Kembali
• Menunjukkan kemampuan
serabut saraf untuk
menghantarkan impuls dalam
waktu yang relative sama
(sinkron)
Latensi (mdet)
• Diukur dari stimulus artefak sampai
defleksi pertama dari garis dasar
• Mengukur konduksi serabut motoris
tercepat.
• Latensi Distal  latensi yang
timbul oleh stimulasi pada tempat
paling distal dari ekstrimitas
Waktu konduksi impuls serabut saraf(Nerve
Conduction time)
Waktu Transmisi Neuromuscular Junction
(Neuromuscular Junction transmission
time)
Waktu yang dibutuhkan untuk konduksi di sepanjang
membrane otot sampai ke electrode pencatat (Muscle
Fiber propagation time)
CMAP direkam minimal pada dua lokasi
sepanjang saraf karena adanya
Neuromuscular transmission time dan Muscle
fiber propagation time
Dengan menstimulasi saraf tepi pada dua titik
berbeda maka dapat dihitung kecepatan
hantar saraf (KHS)
Pada lesi demyelinating bisa didapatkan
penurunan ampitudo bila terjadi blok konduksi.
Ampitudo menurun bila stimulasi terletak
proksimal dari blok konduksi tersebut.
Blok konduksi: penurunan amplitudo CMAP >
20% dan peningkatan durasi <15% pada stimulasi
proksimal dibandingkan distal
Kecepatan Hantar Saraf Sensoris
Stimulus pada serabut saraf sensoris akan menghasilkan potensial  Sensory
Nerve Action Potential (SNAP)
SNAP menggambarkan fungsi integritas ganglion dorsalis (neuron sensoris)
beserta seluruh axonnya
Bila stimulasi di daerah proksimal dan electrode pencatat di distal  Antidromik
Bila stimulasi di distal dan electrode pencatat di proksimal  Ortodromik
Memperhatikan latensi, amplitude, durasi dan bentuk (konfigurasi)
SNAP akan menurun/ menghilang
amplitudonya pada lesi ganglion dorsalis dan
akson saraf sensoris (Plexopaty,
ganglionopati, neuropati aksonal)
Lesi yang proksimal dari ganglion dorsalis akan
memberikan gambaran SNAP normal
Penting untuk diagnosis radikulopati  lesi di
proksimal ganglion (pre ganglion)  SNAP
normal
Walau penderita mengeluh gangguan
sensibilitas, SNAP akan normal pada
lesi sentral atau radikulopati.
F-Wave
Potensial hasil
rangsangan
supramaksimal yang
bersifat antidromic untuk
mengetahui lesi
proksimal
Latensi F Wave mengukur
latensi dari stimulator ke
kornu anterior melalui jalur
motoric kemudian Kembali
ke electrode perekam
F Wave merupakan
CMAP kecil yang
menujukkan 1-5% dari
serabut otot.
Sirkuit F Wave baik aferen
maupun eferen adalah
motoris murni
Pada lesi yang hanya
mengenai saraf sensoris
maka gambaran F-Wave
normal.
Tiap respon F-Wave berbeda
latensi, konfigurasi dan
amplitudonya karena yang
aktif pada tiap stimulasi
adalah populasi sel kornu
anterior yang berbeda
Latensi minimal mewakili
serabut motoris yang paling
besar dan cepat
Latensi Minimal dan maksimal
Persistensi, persentasi gelombang F pada sejumlah stimulasi, normal 80-
100% dan selalu diatas 50%
Kronodispersi, perbedan antara respon F minimal (tercepat) dan maksimal
(tercepat). Kronodispersi ekstrimitas atas : 4 ms, extrimitas bawah 6ms
F wave bisa diperoleh di semua saraf
motoris kecuali N. Peroneus (sulit
dibangkitkan)
F wave bisa menilai seluruh jalur saraf
Misal jika DL memanjang  Latensi
F-Wave memanjang
Perlambatan menyeluruh  Respon
F-Wave melambat
F- Wave lengan < Tungkai
Pada orang tinggi > pendek
DX: Radikulopati arau Plexopati
• Gel. F hanya memeriksa saraf yang diinervasi otot yang
diperiksa. Misal Median dan Ulnar  C8 dan T1, sehingga C5-
C7 tidak didapakan kelainan. F wave hanya untuk Radikulopati
C8-T1 dan L5-S1
• Jika hanya mengenai sensoris  Normal
• Kelainan F-Wave (latensi dan persistensi) hanya jika Sebagian
besar serabut saraf terkena
• Bila konduksi saraf normal, maka perpanjangan F-wave terjadi
pada neuropati proksimal, pleksopati/ radikulopati
H- Reflex
H-Reflex digunakan juga untuk
mengetahui lesi proksimal
H-Reflex merupakan CMAP yang
ditimbulkan oleh stimulasi
submaksimal serabt afferenf Ia.
Stimulus saraf Ia  Serabut Sensoris 
kornu posterior medulla spinalis  Kornu
anterior  serabut motoris  otot
Aferen : Sensoris, Eferen: Motoris.
Lesi saraf sensoris/ motoris  H reflex
abnormal
Hanya bisa dikerjakan
pada otot
gastrocnemius – soleus
dengan stimulasi saraf
tibialis di fossa poplieta
Jika diberikan stimulus
submaksimal rendah durasi
Panjang  Ia terangsang  H
Reflex pada latensi 25-34 ms
Intensitas stimulus dinaikan
 Amplitudo H reflex
meningkat dan latensi
memendek
Intensitasi terus naik 
Potensial M naik dan H-reflex
menghilang -> M diikuit F- Wave
Beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Latensi Minimal, dibandingkan dengan kontralateral. Bermakna >1,5 ms
2. H/M ratio, perbandingkan amplitude H-reflex dengan M.
Normal  > 50%, sering meningkat pada lesi UMN
Perpanjangan latensi H-Reflex : Polineuropati, Neuropati tibialis proksimal, dan Nervus Ischiadicus,
plexopati lumbosacral dan lesi akar saraf S1.
Refleks Kedip/ Blink Reflex
Refleks Polisinaptik melalui N.V1
(suprarobitalis), sinaps di pons
eferennya melalui akson motoric
N.VII (m. orbicularis oculi)
Rangsangan V1  Nukleus sensoris
utama di pons (Vm) dan nucleus
tractus spinalis di medulla oblongata
(Vs).
Dari nucleus di pons  N.VII
ipsilateral
Nucleus di Medulla oblongata  N.VII
bilateral
Potensial system aferen: R1
Potensial system eferen: R2
Ipsilateral (R2i) dan R2
kontralateral (R2c)
R1 adalah impuls yang
dihasilkan dari lengkung
monosinaptik yang melalui
Vm (N.V1 Vm -> inti N.VII
N VII Ipsilateral)
R2 adalah hasil impuls yang
dihasilkan secara multisinaptik
melalui Vs  inti N.VII ipsilateral
(R2i) dan kontralateral (R2c)
Sebelumnya diperiksa dulu respon langsung N.
Fascialis dibawah telinga dan dicatat CMAP musculus
orbicularis okuli.
Gunakan Interval stimulasi 7 detik atau lebih (cegah
habituasi)
Stimulasi dikerjakan beberapa kali (>8x) dan dipilih
respon latensi terpendek
Pemeriksaan refeleks kedip dapat digunakan untuk
evaluasi penderita lesi Nervus V, Nervus VII atau
batang otak
Harga normal:
• Latensi R1, sekitar 10 ms, < 13 ms
• Latensi R2, sekitar 30 ms, < 40 ms
ipsilateral dan < 41 ms kontralateral
• Latensi respon langsung sekitar 3 ms, <
4,1 ms
• Perbedaan latensi kedua sisi < 1,5 ms
untuk R1 dan < 8 ms untuk R2
• Ratio latensi R1 disbanding respon
langsung (R/D ratio) : perbandingan
konduksi antara segemn distal N.VII
dengan keseluruhan lengkung refleks
(termasuk N.V dan proksimal N.VII) 
3,5
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik
Do you have any questions?
Thanks!

More Related Content

Similar to KHS

C5 Neurofisiologi Dasar
C5 Neurofisiologi DasarC5 Neurofisiologi Dasar
C5 Neurofisiologi DasarCatatan Medis
 
Sistem Koordinasi (SARAF) By Astrid A. Hermanto
Sistem Koordinasi (SARAF) By Astrid A. HermantoSistem Koordinasi (SARAF) By Astrid A. Hermanto
Sistem Koordinasi (SARAF) By Astrid A. HermantoAstridAnanda3
 
Penghantaran impuls
Penghantaran impulsPenghantaran impuls
Penghantaran impulsDin Shofyan
 
GERAKAN VOLUNTEER DAN INVOLUNTEER online (wecompress.com).pptx
GERAKAN VOLUNTEER DAN INVOLUNTEER online (wecompress.com).pptxGERAKAN VOLUNTEER DAN INVOLUNTEER online (wecompress.com).pptx
GERAKAN VOLUNTEER DAN INVOLUNTEER online (wecompress.com).pptxMayaLatifahRy
 
Understanding Basic Concept of Muscle Tone & Functional.pdf
Understanding Basic Concept of Muscle Tone & Functional.pdfUnderstanding Basic Concept of Muscle Tone & Functional.pdf
Understanding Basic Concept of Muscle Tone & Functional.pdfaditya romadhon
 
PPT Sistem saraf_XI2.pptx
PPT Sistem saraf_XI2.pptxPPT Sistem saraf_XI2.pptx
PPT Sistem saraf_XI2.pptxHelmiYunita1
 
Penerapan teori gelombang arus listrik dalam pelayanan kesehatan
Penerapan teori gelombang arus listrik dalam pelayanan kesehatanPenerapan teori gelombang arus listrik dalam pelayanan kesehatan
Penerapan teori gelombang arus listrik dalam pelayanan kesehatanBagus Dwi Cahyono
 
Presentasi Sistem Syaraf 1
Presentasi Sistem Syaraf 1Presentasi Sistem Syaraf 1
Presentasi Sistem Syaraf 1Ryan Falamy
 
PPT BIOLOGI SISTEM SARAF & INDRA
PPT BIOLOGI SISTEM SARAF & INDRAPPT BIOLOGI SISTEM SARAF & INDRA
PPT BIOLOGI SISTEM SARAF & INDRANafiah RR
 
Konsep Dasar IPA
Konsep Dasar IPAKonsep Dasar IPA
Konsep Dasar IPARiya Wawa
 
Neurofisiologi neuron
Neurofisiologi neuronNeurofisiologi neuron
Neurofisiologi neuronNurul Sari
 
BAB 9 - SISTEM KOORDINASI - NEW-std.pptx
BAB 9 - SISTEM KOORDINASI - NEW-std.pptxBAB 9 - SISTEM KOORDINASI - NEW-std.pptx
BAB 9 - SISTEM KOORDINASI - NEW-std.pptxTarkani Abahnanda
 

Similar to KHS (20)

C5 Neurofisiologi Dasar
C5 Neurofisiologi DasarC5 Neurofisiologi Dasar
C5 Neurofisiologi Dasar
 
Sistem Koordinasi (SARAF) By Astrid A. Hermanto
Sistem Koordinasi (SARAF) By Astrid A. HermantoSistem Koordinasi (SARAF) By Astrid A. Hermanto
Sistem Koordinasi (SARAF) By Astrid A. Hermanto
 
Penghantaran impuls
Penghantaran impulsPenghantaran impuls
Penghantaran impuls
 
SISTEM KOORDINASI 1B.ppt
SISTEM KOORDINASI 1B.pptSISTEM KOORDINASI 1B.ppt
SISTEM KOORDINASI 1B.ppt
 
GERAKAN VOLUNTEER DAN INVOLUNTEER online (wecompress.com).pptx
GERAKAN VOLUNTEER DAN INVOLUNTEER online (wecompress.com).pptxGERAKAN VOLUNTEER DAN INVOLUNTEER online (wecompress.com).pptx
GERAKAN VOLUNTEER DAN INVOLUNTEER online (wecompress.com).pptx
 
Understanding Basic Concept of Muscle Tone & Functional.pdf
Understanding Basic Concept of Muscle Tone & Functional.pdfUnderstanding Basic Concept of Muscle Tone & Functional.pdf
Understanding Basic Concept of Muscle Tone & Functional.pdf
 
PPT Sistem saraf_XI2.pptx
PPT Sistem saraf_XI2.pptxPPT Sistem saraf_XI2.pptx
PPT Sistem saraf_XI2.pptx
 
SISTEM SARAF
SISTEM SARAFSISTEM SARAF
SISTEM SARAF
 
Makalah sistem saraff
Makalah sistem saraffMakalah sistem saraff
Makalah sistem saraff
 
Makalah sistem saraff
Makalah sistem saraffMakalah sistem saraff
Makalah sistem saraff
 
Makalah sistem saraff
Makalah sistem saraffMakalah sistem saraff
Makalah sistem saraff
 
Sistem saraf
Sistem sarafSistem saraf
Sistem saraf
 
Penerapan teori gelombang arus listrik dalam pelayanan kesehatan
Penerapan teori gelombang arus listrik dalam pelayanan kesehatanPenerapan teori gelombang arus listrik dalam pelayanan kesehatan
Penerapan teori gelombang arus listrik dalam pelayanan kesehatan
 
Presentasi Sistem Syaraf 1
Presentasi Sistem Syaraf 1Presentasi Sistem Syaraf 1
Presentasi Sistem Syaraf 1
 
FISIOLOGI JARINGAN SARAF
FISIOLOGI JARINGAN SARAFFISIOLOGI JARINGAN SARAF
FISIOLOGI JARINGAN SARAF
 
Jaringan Saraf
Jaringan SarafJaringan Saraf
Jaringan Saraf
 
PPT BIOLOGI SISTEM SARAF & INDRA
PPT BIOLOGI SISTEM SARAF & INDRAPPT BIOLOGI SISTEM SARAF & INDRA
PPT BIOLOGI SISTEM SARAF & INDRA
 
Konsep Dasar IPA
Konsep Dasar IPAKonsep Dasar IPA
Konsep Dasar IPA
 
Neurofisiologi neuron
Neurofisiologi neuronNeurofisiologi neuron
Neurofisiologi neuron
 
BAB 9 - SISTEM KOORDINASI - NEW-std.pptx
BAB 9 - SISTEM KOORDINASI - NEW-std.pptxBAB 9 - SISTEM KOORDINASI - NEW-std.pptx
BAB 9 - SISTEM KOORDINASI - NEW-std.pptx
 

Recently uploaded

Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 

Recently uploaded (20)

Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 

KHS

  • 1. Dasar-Dasar Pemeriksaan Konduksi Saraf (KHS)/ Nerve Conduction Study (NCV) dr. Yohanes Febrianto Pembimbing : dr. Masita, Sp.S(K)
  • 2. Telah diketahui sejak lama bahwa otot akan berkontrasi ketika aliran listrik diberikan pada kulit, didekat titik masuknya saraf otot (motor point)  Rangsangan singkat, beberapa milidetik Dasar pemeriksaan Kecepatan Hantar saraf dan pemeriksaan jarum Electroneuromyography (ENMG) Saraf (Nerve Conduction study) /KHS dan otot (Electromyography)
  • 3. Pemeriksaan Kecepatan hantar saraf (KHS) dilakukan dengan meletakkan elektrode perekam pada otot (KHS motorik) atau saraf (KHS Sensorik) tertentu dan elektode stimulator di atas saraf yang diperiksa. Potensial aksi yang terbentuk pada saraf motorik Compound Muscle Action Potential (CMAP) dan pada saraf sensorik Sensory Nerve Action Potential (SNAP)
  • 4. Kecepatan Hantar Saraf Motoris Pemeriksaan KHS Motoris menggunakan stimulasi intensitas supramaksimal (20-30% diatas stimulus maksimal Compound Muscle Action Potential (CMAP) Gelombang bifasik, diawali defleksi negatif
  • 5. Amplitudo (mV) • Diukur dari garis dasar sampai defleksi negative pertama • Menggambarkan berapa banyak akson yang terangsang • Besar kecilnya ampiltudo  keadaan akson sepanjang perjalanan dari motor neuron di medulla spinalis sampai saraf motorik • Penurunan amplitude  lesi motor neuron, lesi radiks, lesi pleksus dan lesi saraf perifer
  • 6. Durasi (mdet) • Diukur dari defleksi pertama sampai titik dimana gelombang memotong garis dasar Kembali • Menunjukkan kemampuan serabut saraf untuk menghantarkan impuls dalam waktu yang relative sama (sinkron)
  • 7. Latensi (mdet) • Diukur dari stimulus artefak sampai defleksi pertama dari garis dasar • Mengukur konduksi serabut motoris tercepat. • Latensi Distal  latensi yang timbul oleh stimulasi pada tempat paling distal dari ekstrimitas Waktu konduksi impuls serabut saraf(Nerve Conduction time) Waktu Transmisi Neuromuscular Junction (Neuromuscular Junction transmission time) Waktu yang dibutuhkan untuk konduksi di sepanjang membrane otot sampai ke electrode pencatat (Muscle Fiber propagation time)
  • 8. CMAP direkam minimal pada dua lokasi sepanjang saraf karena adanya Neuromuscular transmission time dan Muscle fiber propagation time Dengan menstimulasi saraf tepi pada dua titik berbeda maka dapat dihitung kecepatan hantar saraf (KHS)
  • 9.
  • 10.
  • 11. Pada lesi demyelinating bisa didapatkan penurunan ampitudo bila terjadi blok konduksi. Ampitudo menurun bila stimulasi terletak proksimal dari blok konduksi tersebut. Blok konduksi: penurunan amplitudo CMAP > 20% dan peningkatan durasi <15% pada stimulasi proksimal dibandingkan distal
  • 12.
  • 13. Kecepatan Hantar Saraf Sensoris Stimulus pada serabut saraf sensoris akan menghasilkan potensial  Sensory Nerve Action Potential (SNAP) SNAP menggambarkan fungsi integritas ganglion dorsalis (neuron sensoris) beserta seluruh axonnya Bila stimulasi di daerah proksimal dan electrode pencatat di distal  Antidromik Bila stimulasi di distal dan electrode pencatat di proksimal  Ortodromik Memperhatikan latensi, amplitude, durasi dan bentuk (konfigurasi)
  • 14. SNAP akan menurun/ menghilang amplitudonya pada lesi ganglion dorsalis dan akson saraf sensoris (Plexopaty, ganglionopati, neuropati aksonal) Lesi yang proksimal dari ganglion dorsalis akan memberikan gambaran SNAP normal Penting untuk diagnosis radikulopati  lesi di proksimal ganglion (pre ganglion)  SNAP normal Walau penderita mengeluh gangguan sensibilitas, SNAP akan normal pada lesi sentral atau radikulopati.
  • 15.
  • 16. F-Wave Potensial hasil rangsangan supramaksimal yang bersifat antidromic untuk mengetahui lesi proksimal Latensi F Wave mengukur latensi dari stimulator ke kornu anterior melalui jalur motoric kemudian Kembali ke electrode perekam F Wave merupakan CMAP kecil yang menujukkan 1-5% dari serabut otot. Sirkuit F Wave baik aferen maupun eferen adalah motoris murni Pada lesi yang hanya mengenai saraf sensoris maka gambaran F-Wave normal.
  • 17.
  • 18. Tiap respon F-Wave berbeda latensi, konfigurasi dan amplitudonya karena yang aktif pada tiap stimulasi adalah populasi sel kornu anterior yang berbeda Latensi minimal mewakili serabut motoris yang paling besar dan cepat
  • 19. Latensi Minimal dan maksimal Persistensi, persentasi gelombang F pada sejumlah stimulasi, normal 80- 100% dan selalu diatas 50% Kronodispersi, perbedan antara respon F minimal (tercepat) dan maksimal (tercepat). Kronodispersi ekstrimitas atas : 4 ms, extrimitas bawah 6ms F wave bisa diperoleh di semua saraf motoris kecuali N. Peroneus (sulit dibangkitkan) F wave bisa menilai seluruh jalur saraf Misal jika DL memanjang  Latensi F-Wave memanjang Perlambatan menyeluruh  Respon F-Wave melambat
  • 20. F- Wave lengan < Tungkai Pada orang tinggi > pendek DX: Radikulopati arau Plexopati • Gel. F hanya memeriksa saraf yang diinervasi otot yang diperiksa. Misal Median dan Ulnar  C8 dan T1, sehingga C5- C7 tidak didapakan kelainan. F wave hanya untuk Radikulopati C8-T1 dan L5-S1 • Jika hanya mengenai sensoris  Normal • Kelainan F-Wave (latensi dan persistensi) hanya jika Sebagian besar serabut saraf terkena • Bila konduksi saraf normal, maka perpanjangan F-wave terjadi pada neuropati proksimal, pleksopati/ radikulopati
  • 21. H- Reflex H-Reflex digunakan juga untuk mengetahui lesi proksimal H-Reflex merupakan CMAP yang ditimbulkan oleh stimulasi submaksimal serabt afferenf Ia. Stimulus saraf Ia  Serabut Sensoris  kornu posterior medulla spinalis  Kornu anterior  serabut motoris  otot Aferen : Sensoris, Eferen: Motoris. Lesi saraf sensoris/ motoris  H reflex abnormal Hanya bisa dikerjakan pada otot gastrocnemius – soleus dengan stimulasi saraf tibialis di fossa poplieta
  • 22. Jika diberikan stimulus submaksimal rendah durasi Panjang  Ia terangsang  H Reflex pada latensi 25-34 ms Intensitas stimulus dinaikan  Amplitudo H reflex meningkat dan latensi memendek Intensitasi terus naik  Potensial M naik dan H-reflex menghilang -> M diikuit F- Wave
  • 23. Beberapa hal yang harus diperhatikan: 1. Latensi Minimal, dibandingkan dengan kontralateral. Bermakna >1,5 ms 2. H/M ratio, perbandingkan amplitude H-reflex dengan M. Normal  > 50%, sering meningkat pada lesi UMN Perpanjangan latensi H-Reflex : Polineuropati, Neuropati tibialis proksimal, dan Nervus Ischiadicus, plexopati lumbosacral dan lesi akar saraf S1.
  • 24.
  • 25.
  • 26. Refleks Kedip/ Blink Reflex Refleks Polisinaptik melalui N.V1 (suprarobitalis), sinaps di pons eferennya melalui akson motoric N.VII (m. orbicularis oculi) Rangsangan V1  Nukleus sensoris utama di pons (Vm) dan nucleus tractus spinalis di medulla oblongata (Vs). Dari nucleus di pons  N.VII ipsilateral Nucleus di Medulla oblongata  N.VII bilateral
  • 27. Potensial system aferen: R1 Potensial system eferen: R2 Ipsilateral (R2i) dan R2 kontralateral (R2c) R1 adalah impuls yang dihasilkan dari lengkung monosinaptik yang melalui Vm (N.V1 Vm -> inti N.VII N VII Ipsilateral) R2 adalah hasil impuls yang dihasilkan secara multisinaptik melalui Vs  inti N.VII ipsilateral (R2i) dan kontralateral (R2c)
  • 28. Sebelumnya diperiksa dulu respon langsung N. Fascialis dibawah telinga dan dicatat CMAP musculus orbicularis okuli. Gunakan Interval stimulasi 7 detik atau lebih (cegah habituasi) Stimulasi dikerjakan beberapa kali (>8x) dan dipilih respon latensi terpendek Pemeriksaan refeleks kedip dapat digunakan untuk evaluasi penderita lesi Nervus V, Nervus VII atau batang otak
  • 29. Harga normal: • Latensi R1, sekitar 10 ms, < 13 ms • Latensi R2, sekitar 30 ms, < 40 ms ipsilateral dan < 41 ms kontralateral • Latensi respon langsung sekitar 3 ms, < 4,1 ms • Perbedaan latensi kedua sisi < 1,5 ms untuk R1 dan < 8 ms untuk R2 • Ratio latensi R1 disbanding respon langsung (R/D ratio) : perbandingan konduksi antara segemn distal N.VII dengan keseluruhan lengkung refleks (termasuk N.V dan proksimal N.VII)  3,5
  • 30.
  • 31.
  • 32.
  • 33. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik Do you have any questions? Thanks!