SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Prinsip Hukum Ekonomi Internasional1
1. Minimum Standards
Kewajiban negara untuk sedikitnya memberikan jaminan perlindungan kepada
pedagang atau pengusaha asing atau harta miliknya
2. Reciprocity / Identical Treatment
Perlakuan timbal balik :
(negara A mengenakan pajak kepada negara B sebesar 5%, begitu juga sebaliknya)
3. Prinsip Non-Diskriminasi
A. National Treatment
 Produk asing (yg legal) harus diperlakukan sama dengan produk nasional.
 Investor asing harus diperlakukan sama dg investor nasional.
B. Most Favoured Nation (MFN)
Semua / sesama negara anggota suatu perjanjian internasional haruslah diperlakukan
sama oleh anggota yang lain, tidak boleh ada diskriminasi.
4. Kewajiban menahan diri untuk tidak merugikan negara lain
Peraturan ini mensyaratkan kepada negera anggota GATT, suatu kewajiban untuk
menahan diri dan tidak memberikan subsidi-subsidi tertentu pada tahap awal produksi
bagi produknya.
Contoh : Dumping, Proteksionisme, dll.
5. Klausul penyelamat
1
http://materikuliahfhunibraw.wordpress.com/3-hk-ekonomi-internasional/bmateri-kuliah/ diakses pada
tanggal 22 Maret 2014
http://yeremiaindonesia.wordpress.com/2012/10/ diakses pada tanggal 22 Maret 2013
Tindakan penangguhan pelaksaan kewajiban internasional untuk menyelamatkan
ekonomi / industri di dalam negerinya.
Hanya boleh dilakukan, dengan syarat :
a. Hanya bersifat temporer
b. Negara yang bersangkutan harus memberikan notifikasi kepada organisasi
ekonomi internasional
c. Harus bersedia dimonitor organisasi ekonomi tersebut untuk melihat kapan
berakhirnya safeguard.
7. Prefensi negara sedang berkembang
Mensyaratkan perlunya suatu kelonggaran atas aturan-aturan hukum tertentu bagi
negara berkembang (khususnya ketika berhubungan dengan negara-negara maju)
Dasar teori dari sistem prefensi ini :
Negara-negara harus diperbolehkan untuk menyimpang dari kewajiban-kewajiban
MFN untuk memperbolehkan mereka guna mengurangi tingkat tarifnya pada impor-
impor barang, manakala barang-barang tersebut berasal dari negara-negara sedang
berkembang.
Menurut mereka, hal tersebut akan memberikan negara-negara sedang berkembang
suatu keuntungan kompetitif tertentu dalam masyarakat industri yang menjadi sasaran
ekspor.
Contoh : Pengurangan bea masuk terhadap produk-produk negara berkembang di
negara maju.
8. Penyelesaian sengketa secara damai
9. Kedaulatan negara atas kekayaan alam, kemakmuran dan kehidupan ekonominya
10. Kerja sama internasional
Tanggung jawab kolektif dan solidaritas untuk pembangunan dan kesejahteraan bagi
semua negara
11. Transparansi
Setiap kebijakan ekonomi yang diambil oleh negara anggota organisasi ekonomi
internasional harus bisa diketahui secara transparan anggota-anggota lainnya.
Setiap kebijakan ekonomi tersebut harus diinformasikan terhadap organisasi ekonomi
internasional untuk diregistrasikan, sehingga tidak dapat berubah seenaknya.
Perubahan kebijakan ekonomi negara anggota harus dapat diketahui dan dapat
dimonitor organisasi ekonomi internasional.
ILUSTRASI ATAU APLIKASI PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP HUKUM
EKONOMI INTERNASIONAL
Prinsip-prinsip Hukum Ekonomi yang telah tertera diatas merupakan cara-cara yang
dipakai dalam melakukan kerjasama kegiatan ekonomi internasional, semua hal yang tertera
dalam prinsip hukum ekonomi internasional harus dipatuhi agar :
 Tidak terjadi pendiskriminasian antara satu negara dengan negara lainnya.
 Adanya toleransi dari negara maju untuk negara berkembang dalam hal pembangunan
perekonomiannya. (Prefensi Negara berkembang)
 Tidak terjadi praktek Dumping dan Proteksionisme.
 Penyelesain sengketa secara damai dan tidak melalui jalan perang.
 Adanya tanggung jawab secara kolektif dan solidaritas untuk tujuan pembangunan
dan kesejahteraan bagi semua negara.
Berikut adalah contoh kasus yang didalamnya terdapat penerapan prinsip hukum ekonomi
internasional :
Sengketa Mobnas RI ditinjau dari Prinsip Hukum Ekonomi internasional
i
Perkara pengaduan Jepang ke WTO bermula dari keluarnya Inpres No. 2 /1996 tentang
program Mobnas yang menunjuk PT Timor Putra Nusantra (TPN) sebagai pionir yang
memproduksi Mobnas. Karena belum dapat memproduksi di dalam negeri, maka keluarlah
Keppres No. 42/1996 yang membolehkan PT TPN mengimpor mobnas yang kemudian diberi
merek "Timor", dalam bentuk jadi atau completely build-up (CBU) dari Korea Selatan.
Sengketa ini menyangkut program mobil nasional (Mobnas) RI.Program diluncurkan
pada tahun 1993 ketika pemerintah mengeluarkan rencana mobnasnya. Berdasarkan program
ini, pemerintah memberikankeuntungan (perlakuan khusus) dalam bentuk tarif dan pajak
kepada produsen mobil Indonesia. Keuntungan ini diberikan kepada produsen yang bersedia
menggunakan kandungan dalam negeri untuk mobnas (the local content of the finished
vehicles).
Kebijakan ini dikembangkan pada tahun 1996 ketika pemerintah secara resmi
meluncurkan 'Program Mobil Nasional'. Program ini diberikan kepada perusahaan pionir,
yaitu perusahaan Indonesia bernama PT.Timor. PT Timor juga diberi hak untuk mengimpor
45,000 mobil jadi dari perusahaan Korea, the Korean Motor Corporation.
Selain itu, PT.TPN diberikan hak istimewa, yaitu bebas pajak barang mewah dan bebas
bea masuk barang impor. Hak itu diberikan kepada PT.TPN dengan syarat menggunakan
kandungan lokal hingga 60 persen dalam tiga tahun sejak mobnas pertama dibuat. Namun
bila penggunaan kandungan lokal yang ditentukan secara bertahap yakni 20 persen pada
tahun pertama dan 60 persen pada tahun ketiga tidak terpenuhi, maka PT TPN harus
menanggung beban pajak barang mewah dan bea masuk barang impor. Namun, soal
kandungan lokal ini agaknya diabaikan selama ini, karena Timor masuk ke Indonesia dalam
bentuk jadi dari Korea. Dan tanpa bea masuk apapun, termasuk biaya pelabuhan dan lainnya.
Perusahaan atau produsen mobil asing yang berada di Indonesia, yaitu perusahaan dari
Jepang, Masyarakat Eropa (ME) dan Amerika Serikat (AS) protes. Mereka mengklaim
program Mobnas ini diskriminatif dan melanggar aturan perdagangan internasional
berdasarkan GATT. Jepang, ME dan AS melancarkan klaim secara terpisah mengenai
program Mobnas Indonesia ini.
Masalah Mobil Nasional kemudian dibawa ke World Trade Organization oleh Jepang,
Amerika Serikat, dan Uni Eropa yang turut mengajukan keluhan mengenai mobil nasional ke
WTO . Mereka menilai bahwa kebijakan pemerintah tersebut sebagai wujud diskriminasi dan
oleh karena itu melanggar prinsip-prinsip perdagangan bebas WTO memutuskan bahwa
Indonesia telah melanggar Prinsip-Prinsip GATT yaitu National Treatment dan menilai
kebijakan mobil nasional tersebut dinilai tidak sesuai dengan spirit perdagangan bebas yang
diusung WTO, oleh karena itu WTO menjatuhkan putusan kepada Indonesia untuk
menghilangkan subsidi serta segala kemudahan yang diberikan kepada PT.Timor Putra
Nasional selaku produsen Mobil Timor dengan menimbang bahwa :
 Penghapusan bea masuk dan penghapusan pajak barang mewah yang oleh pemerintah
hanya diberlakukan pada PT.Mobil Timor nasional merupakan suatu perlakuan yang
diskriminatif dan tentu saja akan sangat merugikan para investor yang telah terlebih
dahulu menanamkan modalnya dan menjalankan usahanya di Indonesia. Dengan
diberlakukannya penghapusan bea masuk dan pajak barang mewah terhadap mobil
timor, hal ini dapat menekan biaya produksi sehingga membuat harga mobil timor di
pasaran menjadi lebih murah, hal tersebut akan mengancam posisi investor asing yang
tidak dapat menrunkan harga jual produknya, dalam persaingan pasar yang tidak sehat
seperti itu, investor asing pasti akan sangat dirugikan.
 Untuk menciptakan suatu perdagangan bebas yang efektif dan efisien, GATT dalam
aturan aturannya telah berusaha menghapuskan segala hambatan dalam perdagangan
internasional, antara lain adalah hambatan-hambatan perdagangan Non Tarif, oleh
karena itu kebijakan Pemerintah Indonesia yang menetapkan keharusan aturan
persyaratan kandungan lokal terhadap investor asing dinilai sebagai upaya pemerintah
dalam menciptakan suatu hambatan perdagangan non tarif guna memproteksi pasar
dalam negeri dari tekanan pasar asing. Kebijakan tersebut merupakan salah satu
strategi pemerintah untuk memproteksi pasar Mobil Timor agar tidak kalah bersaing
dengan produsen mobil dari luar negeri. Instrumen kebijakan tersebut tentunya sangat
merugikan pihak produsen mobil dari luar negeri, dan dapat menciptakan suatu iklim
persaingan yang tidak sehat.
Selain itu dalam sengketa mobil nasional RI, Indonesia tidak melaksanakan
kewajibannya dalam prinsip menahan diri untuk tidak merugikan orang lain.dengan
kebijakan Domestik (inpres nomor 2 tahun 1996) ini Indonesia telah memberikan beban
ekonomi bagi Negara lain.
Pengecualian prinsip-prinsip hukum ekonomi Internasional terhadap Negara-negara sedang
berkembang.
Terdapat prinsip mengenai preferensi Negara sedang berkembang adalah prinsip yang
mensyaratkan perlunya sutu kelonggaran atas aturan hukum tertentu bagi Negara-negara
sedang berkembang ,artinya Negara – Negara ini perlu mendapat perlakuan khusus manakala
Negara-negara maju berhubungan dengan mereka. Perlakuan khusus ini misalnya berupa
pengurangan bea masuk untuk produk-produk Negara sedang berkembang ke dalam pasar
Negara maju.
Contoh system yang nyata dewasa ini adalah pemberian GSP (generalized System of
Preferences) atau system preferensi umum oleh Negara-negara maju kepada negar-negara
miskin dan berkembang. Hal ini menjadi suatu bagian hukum dari GATT yang
menanggalkan prinsip-prinsip perdagangan yang mulai berlaku efektif pada waktu
dikeluarkannya hasil-hasil putaran perundingan Tokyo tahun 1979.
Dasar teori dari system preferensi ini adalah bahwa Negara-negara harus diperbolehkan
untuk menyimpangi dari kewajiban-kewajiban MFN untuk memperbolehkan mereka guna
mengurangi tarifnya pada impor-impor barang manakala barang-barang tersebut berasal dari
Negara-negara sedang berkembang. Menurut mereka hal itu akan memberikan Negara-negara
sedang berkembang suatu keuntungan kompetitif tertentu dalam masyarakat industry yang
menjadi sasran ekspor.
Perjanjian Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO)
memuat kurang lebih 145 ketentuan khusus, dikenal dengan istilah Special and Differential
Treatment (S&D), bagi anggota-anggota WTO yang berasal dari negara-negara sedang
berkembang (NSB). Meskipun telah menjadi bagian integral dari Perjanjian WTO, secara
teoretis eksistensi S&D tersebut masih mengundang kontroversi. Sekilas, eksistensi S&D
tampak inkonsisten dengan filosofi dasar Perjanjian WTO sendiri, yakni liberalisme.
Sebagaimana yang terlihat dari istilah yang digunakan dan definisinya, S&D menghendaki
adanya suatu perbedaan perlakuan di WTO yang menguntungkan anggota-anggota yang
berasal dari NSB. Filosofi liberal WTO, terutama yang tercermin dari prinsip-prinsip Most-
Favoured Nation Treatment (MFN) dan National Treatment (NT), menghendaki perlakuan
yang sama terhadap semua anggota.
Perlakuan khusus dan berbeda bagi negara-negara berkembang (Special dan
Differential Treatment for developing countries – S&D). Untuk meningkatkan partisipasi
nagara-negara berkembang dalam perundingan perdagangan internasional, S&D ditetapkan
menjadi salah satu prinsip GATT/WTO. Sehingga semua persetujuan WTO memiliki
ketentuan yang mengatur perlakuan khusus dan berbeda bagi negara berkembang. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan kemudahan-kemudahan bagi negara-negara berkembang
anggota WTO untuk melaksanakan persetujuan WTO.
Jika suatu negara mengalami peningkatan impor yang signifikan dan tiba-tiba serta
mengancam perekonomian nasional maka ini disebut sebagai injury. Jika terkena injury maka
suatu negara berhak melakukan tindakan safeguards dengan pembatasan impor untuk
melindungi perekonomian nasional. Tindakan safeguards ini pada hakikatnya merupakan
penyimpangan terhadap prinsip free fight liberalism, namun terpaksa harus dilakukan demi
keberlangsungan perekonomian nasional khususnya kepada negara-negara berkembang yang
rentan terhadap injury semacam itu.
Oleh karena itu, WTO melakukan suatu perlakuan khusus terhadap negara-negara
berkembang sesuai salah satu prinsip yaitu Special and Differential to Developing Nations
yang dapat mengecualikan suatu negara (berkembang) untuk dimaafkan bila terpaksa
melanggar kesepakatan WTO.
Safeguards adalah hak darurat membatasi impor apabila terjadi peningkatan impor yang
menimbulkan serious-injury terhadap industri domestik. Tindakan safeguards tidakboleh
diterapkan terhadap suatu produk yang berasal dari suatu negara berkembang yang menjadi
anggota perjanjian ini jika impor dari produk tersebut tidak lebih dari 3% (tiga persen).
Namun larangan penetapan tindakan safeguards terhadap negara berkembang yang menjadi
anggota perjanjian yang impornya kurang dari 3% hanya berlaku bila secara kolektif negara
berkembang tidak lebih dari 9% (sembilan persen) dari keseluruhan impor produk yang
bersangkutan.
Ketentuan mengenai safe guard terdapat dalam pasal XIX GATT pasal ini memberikan
hak sepihak kepada Negara-negara untuk menangguhkan suatu kewajiban-kewajiban
internasional selama jangka waktu tertentu seperti penangguhan untuk pembebasan
pemberlakuan tarif. Penanguhan demikian itu diperbolehkan hanya dalam hal-hal tertentu
manakala keadaan perdagangan internasional akan mengakibatkan kerugian terhadap industri
dalam negeri suatu negara. Teorinya yaitu bahwa penanggalan untuk jangka waktu tertentu
terhadap ketatnya aturan-aturan internasional harus diberikan untuk memberikan suatu
Negara atau sector-sektor industri atau ekonomi tertentu agar dapat menyesuaikan diri kepada
kondisi-kondisi baru demi mendorong persaingan internasional.
Selanjutnya ditentukan bahwa negara berkembang mendapat hak untuk memperpanjang
jangka waktu penerapan suatu tindakan safeguards yang dilakukannya untuk suatu kurun
waktu sampai melebihi 2 (dua) tahun di luar batas maksimal yang normal. Negara tersebut
juga dapat menerapkan kembali suatu tindakan safeguards terhadap suatu produk yang
pernah menjadi subjek tindakan semacam itu untuk suatu kurun waktu yang sama dengan
setengah dari jangka waktu tindakan sebelumnya, atau tidak kurang dari dua tahun.
Prinsip tindakan penyelamat ini seperti diatur dalam Pasal XIX GATT merupakan pasal
penting, khususnya bagi Negara yang sedang berkembang termasuk RI. Sudah banyak kasus
masuknya produk asing impor ke dalam pasar RI telah mematikan produk dalam negeri.
Namun sayangnya pemerintah terkesan lambat menyaksikan telah terjadi proses “kematian”
produsen dalam negeri. Hal ini tampaknya kurang dimanfaatkannya pasal mengenai
safeguard ini untuk melindungi produsen dalam negeri.
Dalam kasus Ini disimpulkan bahwa :
1. Kebijakan otomotif nasional yang dilakukan oleh Indonesia melalui Inpres no 2 tahun
1996 dinilai telah melanggar prinsip ekonomi Internasional khususnya prinsip non
diskriminasi dan prinsip menahan diri untuk tidak merugikan orang lain akibat
kebijakan domestik suatu Negara.
2. Safeguards adalah hak darurat membatasi impor apabila terjadi peningkatan impor
yang menimbulkan serious-injury terhadap industri domestik. Tindakan safeguards
tidakboleh diterapkan terhadap suatu produk yang berasal dari suatu negara
berkembang yang menjadi anggota perjanjian ini jika impor dari produk tersebut tidak
lebih dari 3% (tiga persen). Namun larangan penetapan tindakan safeguards terhadap
negara berkembang yang menjadi anggota perjanjian yang impornya kurang dari 3%
hanya berlaku bila secara kolektif negara berkembang tidak lebih dari 9% (sembilan
persen) dari keseluruhan impor produk yang bersangkutan.
3. Prinsip Safe Guards merupakan prinsip yang dapat dikecualikan bagi Negara-negara
sedang berkembang, Negara berkembang juga mendapat hak untuk memperpanjang
jangka waktu penerapan suatu tindakan safeguards yang dilakukannya untuk suatu
kurun waktu sampai melebihi 2 (dua) tahun di luar batas maksimal yang normal.
Negara berkembang tersebut juga dapat menerapkan kembali suatu tindakan
safeguards terhadap suatu produk yang pernah menjadi subjek tindakan semacam itu
untuk suatu kurun waktu yang sama dengan setengah dari jangka waktu tindakan
sebelumnya, atau tidak kurang dari dua tahun.
i
http://helitha-noviantymuchtar.blogspot.com/2010/07/kebijakan-otomotif-nasional-inpres-no2.html diakses
pada tanggal 22 Maret 2014

More Related Content

What's hot

Jawaban tergugat
Jawaban tergugatJawaban tergugat
Jawaban tergugatNasria Ika
 
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaSurat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaIzzatul Ulya
 
Hukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar MenukarHukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar MenukarEvi Rohmatul Aini
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaSigit Riono
 
Soal dan Jawaban Hukum lingkungan
Soal dan Jawaban Hukum lingkungan Soal dan Jawaban Hukum lingkungan
Soal dan Jawaban Hukum lingkungan rupaka
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1villa kuta indah
 
Obyek Hukum Administrasi Negara
Obyek Hukum Administrasi  NegaraObyek Hukum Administrasi  Negara
Obyek Hukum Administrasi NegaraMuslimin B. Putra
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanayudikrismen1
 
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...Idik Saeful Bahri
 
Aliran aliran hukum pidana
 Aliran aliran hukum pidana  Aliran aliran hukum pidana
Aliran aliran hukum pidana hanggardatu
 
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnPengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnDella Mega Alfionita
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Memahami Grasi, Amnesti, Abolisi, dan Rehabilitasi
Memahami Grasi, Amnesti, Abolisi, dan RehabilitasiMemahami Grasi, Amnesti, Abolisi, dan Rehabilitasi
Memahami Grasi, Amnesti, Abolisi, dan RehabilitasiLestari Moerdijat
 
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita Sari
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional  Fenti Anita SariTugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional  Fenti Anita Sari
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita SariFenti Anita Sari
 
Contoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasiContoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasiNasria Ika
 
Pidana dan pemidanaan
Pidana dan pemidanaanPidana dan pemidanaan
Pidana dan pemidanaanSigit Riono
 

What's hot (20)

Jawaban tergugat
Jawaban tergugatJawaban tergugat
Jawaban tergugat
 
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaSurat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
 
Hukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar MenukarHukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar Menukar
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
 
Soal dan Jawaban Hukum lingkungan
Soal dan Jawaban Hukum lingkungan Soal dan Jawaban Hukum lingkungan
Soal dan Jawaban Hukum lingkungan
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1
 
Obyek Hukum Administrasi Negara
Obyek Hukum Administrasi  NegaraObyek Hukum Administrasi  Negara
Obyek Hukum Administrasi Negara
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidana
 
Anatomi kontrak
Anatomi kontrakAnatomi kontrak
Anatomi kontrak
 
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
 
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
 
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
 
Aliran aliran hukum pidana
 Aliran aliran hukum pidana  Aliran aliran hukum pidana
Aliran aliran hukum pidana
 
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnPengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
 
Memahami Grasi, Amnesti, Abolisi, dan Rehabilitasi
Memahami Grasi, Amnesti, Abolisi, dan RehabilitasiMemahami Grasi, Amnesti, Abolisi, dan Rehabilitasi
Memahami Grasi, Amnesti, Abolisi, dan Rehabilitasi
 
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita Sari
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional  Fenti Anita SariTugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional  Fenti Anita Sari
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita Sari
 
Contoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasiContoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasi
 
Pidana dan pemidanaan
Pidana dan pemidanaanPidana dan pemidanaan
Pidana dan pemidanaan
 

Similar to HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL

Kebijakan perdagangan bebas
Kebijakan perdagangan bebasKebijakan perdagangan bebas
Kebijakan perdagangan bebasGaleryWarnet
 
3prinsip hukum-black-and-white1
3prinsip hukum-black-and-white1 3prinsip hukum-black-and-white1
3prinsip hukum-black-and-white1 Yanels Garsione
 
Resume Pertemuan 9-15 Ekonomi Internasional
Resume Pertemuan 9-15 Ekonomi InternasionalResume Pertemuan 9-15 Ekonomi Internasional
Resume Pertemuan 9-15 Ekonomi Internasionalyeniok11
 
14. hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali, hukum perdagangan internasional, un...
14. hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali, hukum perdagangan internasional, un...14. hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali, hukum perdagangan internasional, un...
14. hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali, hukum perdagangan internasional, un...Maghfira Arsyfa Ganivy
 
HBL,Febry Dian Utami Saragih,Hapzi Ali,Hukum Perdagangan Internasional,Univer...
HBL,Febry Dian Utami Saragih,Hapzi Ali,Hukum Perdagangan Internasional,Univer...HBL,Febry Dian Utami Saragih,Hapzi Ali,Hukum Perdagangan Internasional,Univer...
HBL,Febry Dian Utami Saragih,Hapzi Ali,Hukum Perdagangan Internasional,Univer...febrysaragih
 
Slide HEI 6. (KAEDAH DASAR PRINSIP HEI).pptx
Slide HEI 6.  (KAEDAH DASAR  PRINSIP HEI).pptxSlide HEI 6.  (KAEDAH DASAR  PRINSIP HEI).pptx
Slide HEI 6. (KAEDAH DASAR PRINSIP HEI).pptxFajri71
 
Hbl 14, santi rizki amalia, prof hapzi ali, hukum perdagangan internasional, ...
Hbl 14, santi rizki amalia, prof hapzi ali, hukum perdagangan internasional, ...Hbl 14, santi rizki amalia, prof hapzi ali, hukum perdagangan internasional, ...
Hbl 14, santi rizki amalia, prof hapzi ali, hukum perdagangan internasional, ...Santirzkamalia
 
376327254-PPT-Perumusan-Kebijakan-Perdagangan-Internasional.pptx
376327254-PPT-Perumusan-Kebijakan-Perdagangan-Internasional.pptx376327254-PPT-Perumusan-Kebijakan-Perdagangan-Internasional.pptx
376327254-PPT-Perumusan-Kebijakan-Perdagangan-Internasional.pptxridiyantoroasyafa
 
Resume uas laily nur kamila
Resume uas   laily nur kamilaResume uas   laily nur kamila
Resume uas laily nur kamilamielasieuzzumaki
 
Makalah SEI full version - WOrld Trade Organization
Makalah SEI full version - WOrld Trade OrganizationMakalah SEI full version - WOrld Trade Organization
Makalah SEI full version - WOrld Trade OrganizationFuad Nasir
 
2 kebijakan perdagangan
2  kebijakan perdagangan2  kebijakan perdagangan
2 kebijakan perdaganganBadrotuz Zahro
 
10_7449_FEB601_Puspita Chairun Nisa_17052019_Perekonomian Indonesia.ppt
10_7449_FEB601_Puspita Chairun Nisa_17052019_Perekonomian Indonesia.ppt10_7449_FEB601_Puspita Chairun Nisa_17052019_Perekonomian Indonesia.ppt
10_7449_FEB601_Puspita Chairun Nisa_17052019_Perekonomian Indonesia.pptFathinSyifayani2
 
13 prospek ukm dalam era perdagangan bebas
13 prospek ukm dalam era perdagangan bebas13 prospek ukm dalam era perdagangan bebas
13 prospek ukm dalam era perdagangan bebasfirman sahari
 
13 prospek ukm dalam era perdagangan bebas
13 prospek ukm dalam era perdagangan bebas13 prospek ukm dalam era perdagangan bebas
13 prospek ukm dalam era perdagangan bebasfirman sahari
 

Similar to HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL (20)

Kebijakan perdagangan bebas
Kebijakan perdagangan bebasKebijakan perdagangan bebas
Kebijakan perdagangan bebas
 
3prinsip hukum-black-and-white1
3prinsip hukum-black-and-white1 3prinsip hukum-black-and-white1
3prinsip hukum-black-and-white1
 
Tugas resume 2
Tugas resume 2Tugas resume 2
Tugas resume 2
 
Resume Pertemuan 9-15 Ekonomi Internasional
Resume Pertemuan 9-15 Ekonomi InternasionalResume Pertemuan 9-15 Ekonomi Internasional
Resume Pertemuan 9-15 Ekonomi Internasional
 
Resume ii
Resume iiResume ii
Resume ii
 
14. hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali, hukum perdagangan internasional, un...
14. hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali, hukum perdagangan internasional, un...14. hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali, hukum perdagangan internasional, un...
14. hbl,maghfira arsyfa ganivy,hapzi ali, hukum perdagangan internasional, un...
 
HBL,Febry Dian Utami Saragih,Hapzi Ali,Hukum Perdagangan Internasional,Univer...
HBL,Febry Dian Utami Saragih,Hapzi Ali,Hukum Perdagangan Internasional,Univer...HBL,Febry Dian Utami Saragih,Hapzi Ali,Hukum Perdagangan Internasional,Univer...
HBL,Febry Dian Utami Saragih,Hapzi Ali,Hukum Perdagangan Internasional,Univer...
 
Slide HEI 6. (KAEDAH DASAR PRINSIP HEI).pptx
Slide HEI 6.  (KAEDAH DASAR  PRINSIP HEI).pptxSlide HEI 6.  (KAEDAH DASAR  PRINSIP HEI).pptx
Slide HEI 6. (KAEDAH DASAR PRINSIP HEI).pptx
 
Hbl 14, santi rizki amalia, prof hapzi ali, hukum perdagangan internasional, ...
Hbl 14, santi rizki amalia, prof hapzi ali, hukum perdagangan internasional, ...Hbl 14, santi rizki amalia, prof hapzi ali, hukum perdagangan internasional, ...
Hbl 14, santi rizki amalia, prof hapzi ali, hukum perdagangan internasional, ...
 
Resume ii
Resume iiResume ii
Resume ii
 
376327254-PPT-Perumusan-Kebijakan-Perdagangan-Internasional.pptx
376327254-PPT-Perumusan-Kebijakan-Perdagangan-Internasional.pptx376327254-PPT-Perumusan-Kebijakan-Perdagangan-Internasional.pptx
376327254-PPT-Perumusan-Kebijakan-Perdagangan-Internasional.pptx
 
Resume uas laily nur kamila
Resume uas   laily nur kamilaResume uas   laily nur kamila
Resume uas laily nur kamila
 
Makalah SEI full version - WOrld Trade Organization
Makalah SEI full version - WOrld Trade OrganizationMakalah SEI full version - WOrld Trade Organization
Makalah SEI full version - WOrld Trade Organization
 
Tugas resume 2
Tugas resume 2Tugas resume 2
Tugas resume 2
 
2 kebijakan perdagangan
2  kebijakan perdagangan2  kebijakan perdagangan
2 kebijakan perdagangan
 
10_7449_FEB601_Puspita Chairun Nisa_17052019_Perekonomian Indonesia.ppt
10_7449_FEB601_Puspita Chairun Nisa_17052019_Perekonomian Indonesia.ppt10_7449_FEB601_Puspita Chairun Nisa_17052019_Perekonomian Indonesia.ppt
10_7449_FEB601_Puspita Chairun Nisa_17052019_Perekonomian Indonesia.ppt
 
Proteksi perdagangan
Proteksi perdaganganProteksi perdagangan
Proteksi perdagangan
 
Makalah tugas 2
Makalah tugas 2Makalah tugas 2
Makalah tugas 2
 
13 prospek ukm dalam era perdagangan bebas
13 prospek ukm dalam era perdagangan bebas13 prospek ukm dalam era perdagangan bebas
13 prospek ukm dalam era perdagangan bebas
 
13 prospek ukm dalam era perdagangan bebas
13 prospek ukm dalam era perdagangan bebas13 prospek ukm dalam era perdagangan bebas
13 prospek ukm dalam era perdagangan bebas
 

More from Yanels Garsione

Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisanKewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisanYanels Garsione
 
Resensi buku hukum lingkungan di indonesia
Resensi buku hukum lingkungan di indonesiaResensi buku hukum lingkungan di indonesia
Resensi buku hukum lingkungan di indonesiaYanels Garsione
 
Resensi pengantar antropologi hukum
Resensi pengantar antropologi hukumResensi pengantar antropologi hukum
Resensi pengantar antropologi hukumYanels Garsione
 
Analisis penyelesaian sengketa dalam peradilan tata usaha negara berdasar kan...
Analisis penyelesaian sengketa dalam peradilan tata usaha negara berdasar kan...Analisis penyelesaian sengketa dalam peradilan tata usaha negara berdasar kan...
Analisis penyelesaian sengketa dalam peradilan tata usaha negara berdasar kan...Yanels Garsione
 
Sejarah, tujuan dan fungsi, asas serta analisis kasus pajak
Sejarah, tujuan dan fungsi, asas serta analisis kasus pajakSejarah, tujuan dan fungsi, asas serta analisis kasus pajak
Sejarah, tujuan dan fungsi, asas serta analisis kasus pajakYanels Garsione
 

More from Yanels Garsione (8)

Kronologis kasus enron
Kronologis kasus enronKronologis kasus enron
Kronologis kasus enron
 
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisanKewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
 
Resensi buku hukum lingkungan di indonesia
Resensi buku hukum lingkungan di indonesiaResensi buku hukum lingkungan di indonesia
Resensi buku hukum lingkungan di indonesia
 
Resensi pengantar antropologi hukum
Resensi pengantar antropologi hukumResensi pengantar antropologi hukum
Resensi pengantar antropologi hukum
 
Analisis penyelesaian sengketa dalam peradilan tata usaha negara berdasar kan...
Analisis penyelesaian sengketa dalam peradilan tata usaha negara berdasar kan...Analisis penyelesaian sengketa dalam peradilan tata usaha negara berdasar kan...
Analisis penyelesaian sengketa dalam peradilan tata usaha negara berdasar kan...
 
Makalah leasing
Makalah leasingMakalah leasing
Makalah leasing
 
Sejarah, tujuan dan fungsi, asas serta analisis kasus pajak
Sejarah, tujuan dan fungsi, asas serta analisis kasus pajakSejarah, tujuan dan fungsi, asas serta analisis kasus pajak
Sejarah, tujuan dan fungsi, asas serta analisis kasus pajak
 
Tanggung renteng
Tanggung rentengTanggung renteng
Tanggung renteng
 

HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL

  • 1. Prinsip Hukum Ekonomi Internasional1 1. Minimum Standards Kewajiban negara untuk sedikitnya memberikan jaminan perlindungan kepada pedagang atau pengusaha asing atau harta miliknya 2. Reciprocity / Identical Treatment Perlakuan timbal balik : (negara A mengenakan pajak kepada negara B sebesar 5%, begitu juga sebaliknya) 3. Prinsip Non-Diskriminasi A. National Treatment  Produk asing (yg legal) harus diperlakukan sama dengan produk nasional.  Investor asing harus diperlakukan sama dg investor nasional. B. Most Favoured Nation (MFN) Semua / sesama negara anggota suatu perjanjian internasional haruslah diperlakukan sama oleh anggota yang lain, tidak boleh ada diskriminasi. 4. Kewajiban menahan diri untuk tidak merugikan negara lain Peraturan ini mensyaratkan kepada negera anggota GATT, suatu kewajiban untuk menahan diri dan tidak memberikan subsidi-subsidi tertentu pada tahap awal produksi bagi produknya. Contoh : Dumping, Proteksionisme, dll. 5. Klausul penyelamat 1 http://materikuliahfhunibraw.wordpress.com/3-hk-ekonomi-internasional/bmateri-kuliah/ diakses pada tanggal 22 Maret 2014 http://yeremiaindonesia.wordpress.com/2012/10/ diakses pada tanggal 22 Maret 2013
  • 2. Tindakan penangguhan pelaksaan kewajiban internasional untuk menyelamatkan ekonomi / industri di dalam negerinya. Hanya boleh dilakukan, dengan syarat : a. Hanya bersifat temporer b. Negara yang bersangkutan harus memberikan notifikasi kepada organisasi ekonomi internasional c. Harus bersedia dimonitor organisasi ekonomi tersebut untuk melihat kapan berakhirnya safeguard. 7. Prefensi negara sedang berkembang Mensyaratkan perlunya suatu kelonggaran atas aturan-aturan hukum tertentu bagi negara berkembang (khususnya ketika berhubungan dengan negara-negara maju) Dasar teori dari sistem prefensi ini : Negara-negara harus diperbolehkan untuk menyimpang dari kewajiban-kewajiban MFN untuk memperbolehkan mereka guna mengurangi tingkat tarifnya pada impor- impor barang, manakala barang-barang tersebut berasal dari negara-negara sedang berkembang. Menurut mereka, hal tersebut akan memberikan negara-negara sedang berkembang suatu keuntungan kompetitif tertentu dalam masyarakat industri yang menjadi sasaran ekspor. Contoh : Pengurangan bea masuk terhadap produk-produk negara berkembang di negara maju. 8. Penyelesaian sengketa secara damai 9. Kedaulatan negara atas kekayaan alam, kemakmuran dan kehidupan ekonominya 10. Kerja sama internasional Tanggung jawab kolektif dan solidaritas untuk pembangunan dan kesejahteraan bagi semua negara 11. Transparansi
  • 3. Setiap kebijakan ekonomi yang diambil oleh negara anggota organisasi ekonomi internasional harus bisa diketahui secara transparan anggota-anggota lainnya. Setiap kebijakan ekonomi tersebut harus diinformasikan terhadap organisasi ekonomi internasional untuk diregistrasikan, sehingga tidak dapat berubah seenaknya. Perubahan kebijakan ekonomi negara anggota harus dapat diketahui dan dapat dimonitor organisasi ekonomi internasional. ILUSTRASI ATAU APLIKASI PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL Prinsip-prinsip Hukum Ekonomi yang telah tertera diatas merupakan cara-cara yang dipakai dalam melakukan kerjasama kegiatan ekonomi internasional, semua hal yang tertera dalam prinsip hukum ekonomi internasional harus dipatuhi agar :  Tidak terjadi pendiskriminasian antara satu negara dengan negara lainnya.  Adanya toleransi dari negara maju untuk negara berkembang dalam hal pembangunan perekonomiannya. (Prefensi Negara berkembang)  Tidak terjadi praktek Dumping dan Proteksionisme.  Penyelesain sengketa secara damai dan tidak melalui jalan perang.  Adanya tanggung jawab secara kolektif dan solidaritas untuk tujuan pembangunan dan kesejahteraan bagi semua negara. Berikut adalah contoh kasus yang didalamnya terdapat penerapan prinsip hukum ekonomi internasional : Sengketa Mobnas RI ditinjau dari Prinsip Hukum Ekonomi internasional i Perkara pengaduan Jepang ke WTO bermula dari keluarnya Inpres No. 2 /1996 tentang program Mobnas yang menunjuk PT Timor Putra Nusantra (TPN) sebagai pionir yang memproduksi Mobnas. Karena belum dapat memproduksi di dalam negeri, maka keluarlah Keppres No. 42/1996 yang membolehkan PT TPN mengimpor mobnas yang kemudian diberi merek "Timor", dalam bentuk jadi atau completely build-up (CBU) dari Korea Selatan.
  • 4. Sengketa ini menyangkut program mobil nasional (Mobnas) RI.Program diluncurkan pada tahun 1993 ketika pemerintah mengeluarkan rencana mobnasnya. Berdasarkan program ini, pemerintah memberikankeuntungan (perlakuan khusus) dalam bentuk tarif dan pajak kepada produsen mobil Indonesia. Keuntungan ini diberikan kepada produsen yang bersedia menggunakan kandungan dalam negeri untuk mobnas (the local content of the finished vehicles). Kebijakan ini dikembangkan pada tahun 1996 ketika pemerintah secara resmi meluncurkan 'Program Mobil Nasional'. Program ini diberikan kepada perusahaan pionir, yaitu perusahaan Indonesia bernama PT.Timor. PT Timor juga diberi hak untuk mengimpor 45,000 mobil jadi dari perusahaan Korea, the Korean Motor Corporation. Selain itu, PT.TPN diberikan hak istimewa, yaitu bebas pajak barang mewah dan bebas bea masuk barang impor. Hak itu diberikan kepada PT.TPN dengan syarat menggunakan kandungan lokal hingga 60 persen dalam tiga tahun sejak mobnas pertama dibuat. Namun bila penggunaan kandungan lokal yang ditentukan secara bertahap yakni 20 persen pada tahun pertama dan 60 persen pada tahun ketiga tidak terpenuhi, maka PT TPN harus menanggung beban pajak barang mewah dan bea masuk barang impor. Namun, soal kandungan lokal ini agaknya diabaikan selama ini, karena Timor masuk ke Indonesia dalam bentuk jadi dari Korea. Dan tanpa bea masuk apapun, termasuk biaya pelabuhan dan lainnya. Perusahaan atau produsen mobil asing yang berada di Indonesia, yaitu perusahaan dari Jepang, Masyarakat Eropa (ME) dan Amerika Serikat (AS) protes. Mereka mengklaim program Mobnas ini diskriminatif dan melanggar aturan perdagangan internasional berdasarkan GATT. Jepang, ME dan AS melancarkan klaim secara terpisah mengenai program Mobnas Indonesia ini. Masalah Mobil Nasional kemudian dibawa ke World Trade Organization oleh Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa yang turut mengajukan keluhan mengenai mobil nasional ke WTO . Mereka menilai bahwa kebijakan pemerintah tersebut sebagai wujud diskriminasi dan oleh karena itu melanggar prinsip-prinsip perdagangan bebas WTO memutuskan bahwa Indonesia telah melanggar Prinsip-Prinsip GATT yaitu National Treatment dan menilai kebijakan mobil nasional tersebut dinilai tidak sesuai dengan spirit perdagangan bebas yang diusung WTO, oleh karena itu WTO menjatuhkan putusan kepada Indonesia untuk menghilangkan subsidi serta segala kemudahan yang diberikan kepada PT.Timor Putra Nasional selaku produsen Mobil Timor dengan menimbang bahwa :  Penghapusan bea masuk dan penghapusan pajak barang mewah yang oleh pemerintah hanya diberlakukan pada PT.Mobil Timor nasional merupakan suatu perlakuan yang
  • 5. diskriminatif dan tentu saja akan sangat merugikan para investor yang telah terlebih dahulu menanamkan modalnya dan menjalankan usahanya di Indonesia. Dengan diberlakukannya penghapusan bea masuk dan pajak barang mewah terhadap mobil timor, hal ini dapat menekan biaya produksi sehingga membuat harga mobil timor di pasaran menjadi lebih murah, hal tersebut akan mengancam posisi investor asing yang tidak dapat menrunkan harga jual produknya, dalam persaingan pasar yang tidak sehat seperti itu, investor asing pasti akan sangat dirugikan.  Untuk menciptakan suatu perdagangan bebas yang efektif dan efisien, GATT dalam aturan aturannya telah berusaha menghapuskan segala hambatan dalam perdagangan internasional, antara lain adalah hambatan-hambatan perdagangan Non Tarif, oleh karena itu kebijakan Pemerintah Indonesia yang menetapkan keharusan aturan persyaratan kandungan lokal terhadap investor asing dinilai sebagai upaya pemerintah dalam menciptakan suatu hambatan perdagangan non tarif guna memproteksi pasar dalam negeri dari tekanan pasar asing. Kebijakan tersebut merupakan salah satu strategi pemerintah untuk memproteksi pasar Mobil Timor agar tidak kalah bersaing dengan produsen mobil dari luar negeri. Instrumen kebijakan tersebut tentunya sangat merugikan pihak produsen mobil dari luar negeri, dan dapat menciptakan suatu iklim persaingan yang tidak sehat. Selain itu dalam sengketa mobil nasional RI, Indonesia tidak melaksanakan kewajibannya dalam prinsip menahan diri untuk tidak merugikan orang lain.dengan kebijakan Domestik (inpres nomor 2 tahun 1996) ini Indonesia telah memberikan beban ekonomi bagi Negara lain. Pengecualian prinsip-prinsip hukum ekonomi Internasional terhadap Negara-negara sedang berkembang. Terdapat prinsip mengenai preferensi Negara sedang berkembang adalah prinsip yang mensyaratkan perlunya sutu kelonggaran atas aturan hukum tertentu bagi Negara-negara sedang berkembang ,artinya Negara – Negara ini perlu mendapat perlakuan khusus manakala Negara-negara maju berhubungan dengan mereka. Perlakuan khusus ini misalnya berupa pengurangan bea masuk untuk produk-produk Negara sedang berkembang ke dalam pasar Negara maju.
  • 6. Contoh system yang nyata dewasa ini adalah pemberian GSP (generalized System of Preferences) atau system preferensi umum oleh Negara-negara maju kepada negar-negara miskin dan berkembang. Hal ini menjadi suatu bagian hukum dari GATT yang menanggalkan prinsip-prinsip perdagangan yang mulai berlaku efektif pada waktu dikeluarkannya hasil-hasil putaran perundingan Tokyo tahun 1979. Dasar teori dari system preferensi ini adalah bahwa Negara-negara harus diperbolehkan untuk menyimpangi dari kewajiban-kewajiban MFN untuk memperbolehkan mereka guna mengurangi tarifnya pada impor-impor barang manakala barang-barang tersebut berasal dari Negara-negara sedang berkembang. Menurut mereka hal itu akan memberikan Negara-negara sedang berkembang suatu keuntungan kompetitif tertentu dalam masyarakat industry yang menjadi sasran ekspor. Perjanjian Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO) memuat kurang lebih 145 ketentuan khusus, dikenal dengan istilah Special and Differential Treatment (S&D), bagi anggota-anggota WTO yang berasal dari negara-negara sedang berkembang (NSB). Meskipun telah menjadi bagian integral dari Perjanjian WTO, secara teoretis eksistensi S&D tersebut masih mengundang kontroversi. Sekilas, eksistensi S&D tampak inkonsisten dengan filosofi dasar Perjanjian WTO sendiri, yakni liberalisme. Sebagaimana yang terlihat dari istilah yang digunakan dan definisinya, S&D menghendaki adanya suatu perbedaan perlakuan di WTO yang menguntungkan anggota-anggota yang berasal dari NSB. Filosofi liberal WTO, terutama yang tercermin dari prinsip-prinsip Most- Favoured Nation Treatment (MFN) dan National Treatment (NT), menghendaki perlakuan yang sama terhadap semua anggota. Perlakuan khusus dan berbeda bagi negara-negara berkembang (Special dan Differential Treatment for developing countries – S&D). Untuk meningkatkan partisipasi nagara-negara berkembang dalam perundingan perdagangan internasional, S&D ditetapkan menjadi salah satu prinsip GATT/WTO. Sehingga semua persetujuan WTO memiliki ketentuan yang mengatur perlakuan khusus dan berbeda bagi negara berkembang. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan-kemudahan bagi negara-negara berkembang anggota WTO untuk melaksanakan persetujuan WTO. Jika suatu negara mengalami peningkatan impor yang signifikan dan tiba-tiba serta mengancam perekonomian nasional maka ini disebut sebagai injury. Jika terkena injury maka suatu negara berhak melakukan tindakan safeguards dengan pembatasan impor untuk melindungi perekonomian nasional. Tindakan safeguards ini pada hakikatnya merupakan penyimpangan terhadap prinsip free fight liberalism, namun terpaksa harus dilakukan demi
  • 7. keberlangsungan perekonomian nasional khususnya kepada negara-negara berkembang yang rentan terhadap injury semacam itu. Oleh karena itu, WTO melakukan suatu perlakuan khusus terhadap negara-negara berkembang sesuai salah satu prinsip yaitu Special and Differential to Developing Nations yang dapat mengecualikan suatu negara (berkembang) untuk dimaafkan bila terpaksa melanggar kesepakatan WTO. Safeguards adalah hak darurat membatasi impor apabila terjadi peningkatan impor yang menimbulkan serious-injury terhadap industri domestik. Tindakan safeguards tidakboleh diterapkan terhadap suatu produk yang berasal dari suatu negara berkembang yang menjadi anggota perjanjian ini jika impor dari produk tersebut tidak lebih dari 3% (tiga persen). Namun larangan penetapan tindakan safeguards terhadap negara berkembang yang menjadi anggota perjanjian yang impornya kurang dari 3% hanya berlaku bila secara kolektif negara berkembang tidak lebih dari 9% (sembilan persen) dari keseluruhan impor produk yang bersangkutan. Ketentuan mengenai safe guard terdapat dalam pasal XIX GATT pasal ini memberikan hak sepihak kepada Negara-negara untuk menangguhkan suatu kewajiban-kewajiban internasional selama jangka waktu tertentu seperti penangguhan untuk pembebasan pemberlakuan tarif. Penanguhan demikian itu diperbolehkan hanya dalam hal-hal tertentu manakala keadaan perdagangan internasional akan mengakibatkan kerugian terhadap industri dalam negeri suatu negara. Teorinya yaitu bahwa penanggalan untuk jangka waktu tertentu terhadap ketatnya aturan-aturan internasional harus diberikan untuk memberikan suatu Negara atau sector-sektor industri atau ekonomi tertentu agar dapat menyesuaikan diri kepada kondisi-kondisi baru demi mendorong persaingan internasional. Selanjutnya ditentukan bahwa negara berkembang mendapat hak untuk memperpanjang jangka waktu penerapan suatu tindakan safeguards yang dilakukannya untuk suatu kurun waktu sampai melebihi 2 (dua) tahun di luar batas maksimal yang normal. Negara tersebut juga dapat menerapkan kembali suatu tindakan safeguards terhadap suatu produk yang pernah menjadi subjek tindakan semacam itu untuk suatu kurun waktu yang sama dengan setengah dari jangka waktu tindakan sebelumnya, atau tidak kurang dari dua tahun. Prinsip tindakan penyelamat ini seperti diatur dalam Pasal XIX GATT merupakan pasal penting, khususnya bagi Negara yang sedang berkembang termasuk RI. Sudah banyak kasus masuknya produk asing impor ke dalam pasar RI telah mematikan produk dalam negeri. Namun sayangnya pemerintah terkesan lambat menyaksikan telah terjadi proses “kematian”
  • 8. produsen dalam negeri. Hal ini tampaknya kurang dimanfaatkannya pasal mengenai safeguard ini untuk melindungi produsen dalam negeri. Dalam kasus Ini disimpulkan bahwa : 1. Kebijakan otomotif nasional yang dilakukan oleh Indonesia melalui Inpres no 2 tahun 1996 dinilai telah melanggar prinsip ekonomi Internasional khususnya prinsip non diskriminasi dan prinsip menahan diri untuk tidak merugikan orang lain akibat kebijakan domestik suatu Negara. 2. Safeguards adalah hak darurat membatasi impor apabila terjadi peningkatan impor yang menimbulkan serious-injury terhadap industri domestik. Tindakan safeguards tidakboleh diterapkan terhadap suatu produk yang berasal dari suatu negara berkembang yang menjadi anggota perjanjian ini jika impor dari produk tersebut tidak lebih dari 3% (tiga persen). Namun larangan penetapan tindakan safeguards terhadap negara berkembang yang menjadi anggota perjanjian yang impornya kurang dari 3% hanya berlaku bila secara kolektif negara berkembang tidak lebih dari 9% (sembilan persen) dari keseluruhan impor produk yang bersangkutan. 3. Prinsip Safe Guards merupakan prinsip yang dapat dikecualikan bagi Negara-negara sedang berkembang, Negara berkembang juga mendapat hak untuk memperpanjang jangka waktu penerapan suatu tindakan safeguards yang dilakukannya untuk suatu kurun waktu sampai melebihi 2 (dua) tahun di luar batas maksimal yang normal. Negara berkembang tersebut juga dapat menerapkan kembali suatu tindakan safeguards terhadap suatu produk yang pernah menjadi subjek tindakan semacam itu untuk suatu kurun waktu yang sama dengan setengah dari jangka waktu tindakan sebelumnya, atau tidak kurang dari dua tahun. i http://helitha-noviantymuchtar.blogspot.com/2010/07/kebijakan-otomotif-nasional-inpres-no2.html diakses pada tanggal 22 Maret 2014