3. ‘Stunting’ di Indonesia
Prevalensinya tinggi, tersebar di seluruh daerah,
di seluruh sosial ekonomi, pendidikan, gender.
Pemerintah bertujuan menurunkan prevalensi
stunting menjadi 32 % pada tahun 2014, turun
40 % pada tahun 2025.
Terdapat bukti ilmiah, intervensi yang cost
effective untuk mencegah stunting.
Indonesia belum mempunyai model khusus
untuk pencegahan stunting
4. Masalah gizi dan kesehatan ibu hamil
dan menyusui dan anak berusia di
bawah 2 tahun sangat terkait erat
dengan masalah kurang gizi kronis
atau ‘’ stunting ‘’
Untuk itu tatalaksana ini bertujuan
untuk meningkatkan kualitas gizi pada
masyarakat khususnya anak.
5. Dikatakan sebagai masalah kesehatan
masyarakat serta berat masalah gizi yang
dihadapi yaitu bila prevalensi stunting menurut
Supariasa et al, jika < 2 0 % (rendah), 20-2 9 %
(sedang), 30-3 9 % (tinggi), > 4 0 % (sangat tinggi).
Indonesia kalah dibanding
Vietnam (37% vs 35%)
SUBANG : 40,70% (peringkat 5)
8. Gerakan 1000 HPK
Intervensi Gizi
Spesifik
Promosi ASI ekslusif& MPASI
Imunisasi
PMT ibu hamil dan balita
Suplemen besi-as folat bagi bumil
Monitoring pertumbuhan balita di Posyandu
Intervensi Gizi
Sensitif
Ketahanan pangan dan gizi
Penyediaan sarana air bersih
Fortifikasi pangan , pendidikan dan gizi
Kesetaraan gender
9. POAC
PLANNING ORGANIZING ACTUATING CONTROLLING
• Input:
• SDM
• anggaran:
• Penyuluhan
• Pemeriksaan
• Dosen
pembimbing
• Mahasiswa
• visi dan misi
•Mengawasi
kinerja kader
dan
mahasiswa
• Process
• Output
10. Preventif
Dapat dicapai melalui promosi kesehatan dan pencegahan
terjadinya stanting sejak dini:
a.Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil. Ibu hamil harus
mendapatkan makanan yang cukup gizi, suplementasi zat gizi
(tablet zat besi atau Fe), dan terpantau kesehatannya.
b.ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan
diberi makanan
pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.
c.Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan
upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya
gangguan pertumbuhan.
d.Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi,
serta menjaga kebersihan lingkungan.
11. Kuratif
a.Mengadakan posyandu tiap 2 minggu sekali dengan
sasaran di tiap-tiap RW
Posyandu tersebut bertujuan untuk screening dan
tatalaksana jika ditemukan kejadian Gizi Buruk dan juga
Stunting
b.Melakukan layanan KPLDH guna menjangkau
masyarakat yang tidak datang ke Posyandu
c.Mengadakan posyandu ataupun layanan screening di
tempat tempat strategis seperti Rumah Ibadah, Pasar, dan
sarana prasarana umum lainnya. Dengan menggandeng
pemuka setempat dan tokoh masyarakat.
12. Sasaran Screening dan tatalaksana
• Promosi ASI dan Makanan Pendamping ASI yang bergizi
•Pemberian tablet zat besi-folat atau multivitamin dan mineral untuk ibu
hamil dan menyusui,
• Pemberian zat penambah gizi mikro untuk anak,
• Pemberian obat cacing pada anak,
• Pemberian suplemen vitamin A untuk anak balita,
• Penanganan anak dengan gizi buruk,
• Fortifikasi makanan dengan zat gizi mikro seperti Vitamin A, besi dan
yodium,
• Pencegahan dan pengobatan malaria bagi ibu hamil, bayi dan anak-anak.
16. Kesimpulan
Tatalaksana disini menitik beratkan
peningkatan kesadaran gizi
masyarakat terutama pada ibu, yang
memiliki kontribusi yang besar dalam
proses pertumbuhan anak dimana
asupan menunjukan hubungan yang
signifikan dengan kejadian stunting.
17. Referensi
1.Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan. 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk
Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Jakarta, 2014.
2.Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar;
RISKESDAS. Jakarta: Balitbang.
3.Millenium Challange Account Indonesia. Stunting
dan Masa Depan Indonesia. Jakarta, 2015.