Peradaban dan Pemerintahan pada masa Abu Ja'far Al-Manshur
1. PERADABAN DAN PEMERINTAHAN PADA MASA
KEPEMIMPINAN ABU JA’FAR AL-MANSHUR
Oleh: Wildan Mufti Romadhon
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia
E-mail: wildanmufti13@gmail.com
SUMMARY
Abu Ja’far Al-Manshur merupakan khalifah kedua dari Bani Abbasiyah yang terkenal
memiliki jiwa kepemimpinan yang baik. Al-Manshur sendiri merupakan gelar takhta
yang diberikan kepadanya dan melekat pada nama aslinya. Abu Ja’far Al-Manshur
terkenal sebagai pemimpin yang bijaksana, adil, berani dan berpikiran maju. Banyak
kemajuan-kemajuan yang dialami oleh Bani Abbasiyah ketika dipimpin olehnya.
Bahkan selama masa kepemimpinannya, Bani Abbasiyah mampu menguasai wilayah-
wilayah yang ada, menguasai bidang keilmuan, masyarakat hidup aman, nyaman dan
makmur dan berbagai bidang lainnya. Oleh karena itu Abu Ja’far Al-Manshur,
dikenang sebagai salah satu pemimpin yang sukses membawa Bani Abbasiyah
menjadi negara yang maju dan dipandang oleh negara-negara lainnya.
Abu Ja'far Al-Mansur is the second Caliph of the Abbasids who are famous for having
a good leadership spirit. Al-Mansur is the title of the throne given to him and attached
to his original name. Abu Ja'far Al-Mansur is well-known as a wise, fair, courageous
and forward-thinking leader. Many advances experienced by the Abbasids when led
by him. Even during the period of his leadership, the Abbasids were able to control
the areas that exist, mastering the field of science, the people live safe, comfortable
and prosperous and various other fields. Therefore Abu Ja'far Al-Mansur,
remembered as one of the leaders who successfully brought the Abbasids into a
developed country and viewed by other countries.
2. A. PENDAHULUAN
Abu Ja’far al-manshur merupakan salah satu tokoh khalifah pada masa Bani
Abbasiyah. Kekhalifahan bani Abbasiyah merupakan kelanjutan dari
kekhalifahan bani Umayyah, dimana pendiri bani Abbasiyah adalah keturunan
al-Abbas, paman nabi Muhammad SAW yaitu Abdullah al-Saffah ibn
Muhammad ibn Ali bin Abdullah ibn al-Abbas. Dimana pola pemerintahan yang
di terapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
Al-Mansur memiliki kepribadian kuat, tegas, berani, cerdas, dan memiliki
pemikiran cemerlang. Dalam usia 36 tahun, ia telah menjadi khalifah menggantikan
kedudukan Abul Abbas al-Saffah yang telah wafat. Di usia yang begitu muda, ia
tampil ke depan menyelesaikan berbagai persoalan yang tengah melanda
pemerintahan dinasti Abbasiyah. Keberhasilannya dalam mengatasi persoalan-
persoalan dalam negeri dinasti Bani Abbasiyah, membawa harum nama Bani Abbas
dan memperkuat dasar pemerintahan dinasti Abbasiyah. (Anonim, 2013)
Selain itu, al-Mansur juga dikenal sebagai seorang khalifah yang agung, tegas,
bijaksana, alim, berpikiran maju, pemerintahannya rapi, disegani, baik budi, dan
seorang pemberani. Keberaniannya ini diperlihatkan dengan kemampuannya
mengatasi pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh pamannya, yaitu
Abdullah bin Ali. Karena itu, ia berhasil membangun kekuasaan dan
memantapkannya dengan berbagai strategi politik dengan menyusun peraturan-
peraturan, undang-undang, dan sebagainya. (Anonim, 2013)
3. B. PEMBAHASAN
1. Biografi Abu Ja’far al-Manshur
Abu Ja’far dilahirkan di kota Humayyah (Hamimah) Yordaniyah 101
H/712 M, merupakan khalifah kedua Bani Abbasiyah. Ibu beliau bernama
Salamah al-Barbariyah, wanita dari suku Barbar. Dan ayahnya bernama
Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib. Abu Ja’far
selalu mendapat anugrah kemenangan dalam setiap peperangan melawan
Bani Umayyah dan kerusuhan-kerusuhan kaum pemberontak di dalam negri
dan dalam menekan imperium Bizantium. Oleh karena itu ia diberi gelar
“al-Mansur” (orang yang mendapat pertolongan Allah) (Nawwaf F, 2015).
2. Riwayat kekhalifahan Abu Ja’far al-Manshur
Sebutan al-Mansur sendiri adalah gelar takhta yang ditambahkan kepada
nama aslinya. Gelar takhta itu ternyata lebih populer dan mudah dikenal
daripada nama aslinya, ini menjadi semacam tradisi dalam kholifahan
Dinasti Abbasiyah, seperti as-Saffah untuk Abu Abbas, al-Rasyid untuk
Harun, al-Imam, al-Makmun, dll (Nawwaf F, 2015).
Al-Mansur memiliki kepribadian kuat, tegas, berani, cerdas, dan
memiliki pemikiran cemerlang. Dalam usia 36 tahun, ia telah menjadi
kholifah menggantikan kedudukan Abu Abbas as-Saffah yang telah wafat.
Di usia yang begitu muda, ia tampil ke depan menyelesaikan berbagai
persoalan yang tengah melanda kekuasaannya. Keberhasilannya dalam
mengatasi persoalan-persoalan dalam negeri Dinasti Abbasiyah, membawa
harum Bani Abbas dan memperkuat dasar pemerintahan Dinasti Abbasiyah
(Anonim, 2013).
Selain itu, al-Mansur juga dikenal sebagai seorang khalifah yang agung,
tegas, bijaksana, alim, berpikiran maju, pemerintahannya rapi, disegani, dan
seorang pemberani. Keberaniannya ini diperlihatkan dengan
kemampuannya mengatasi pemberontak-pemberontak yang terjadi,
diantaranya adalah pemberontakan yang dilakukan oleh pamannya, yaitu
Abdullah bin Ali (Anonim, 2013).
Khalifah Abu Ja’far al-Mansur juga dikatakan sebagai bapak
pembangunan daulah Bani Abbasiyah, karena beliaulah sebenarnya untuk
pertama kali yang membuat dan mengatur politik pemerintahan Daulah
4. Bani Abbasiyah. Jalur-jalur administrasi pemerintah mulai dari pusat
sampai daerah-daerah ditata dengan baik antara kepala qadhi, kepala
jawatan pajak, kepala polisi rahasia, dan kepala jawatan pos. Dengan
demikian, maka pemerintahan pada masa kholifah Abu Ja’far al-Mansur
menjadi tertib dan lancar, sehingga pemerintahannya menjadi kokoh, maju,
dan berhasil membawa umat Islam ke masa kejayaan (Nawwaf F, 2015).
Abu Ja’far al-Mansur menjabat sebagai kholifah selama 22 tahun (136-
158 H/754-775 M). dan beliau wafat dalam perjalanan ketika hendak
menunaikan ibadah haji di Bir Maimun (Makkah) pada usia 63 tahun,
jenazah beliau dibawa dan dikebumikan di Baghdad (Nawwaf F, 2015).
3. Masa kepemimpinan Abu Ja’far al-manshur
Abu Ja'far Al-Manshur menjabat khalifah kedua Bani Abbasiyah
menggantikan saudaranya Abul Abbas As-Saffah. Abu Ja'far Al-Manshur
adalah putra Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul
Muthalib yang juga saudara kandung Ibrahim Al-Imam dan Abul Abbas
As-Saffah. Ketiganya merupakan pendiri Bani Abbasiyah. (Anonim, 2011)
Ketika Khalifah Abul Abbas As-Saffah meninggal, Abu Ja'far sedang
menunaikan ibadah haji bersama Panglima Besar Abu Muslim Al-
Khurasani. Yang pertama kali dilakukan Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur
setelah dilantik menjadi khalifah pada 136 H/754 M adalah mengatur
politik dan siasat pemerintahan Bani Abbasiyah. Jalur-jalur pemerintahan
ditata rapi dan cermat, sehingga pada masa pemerintahannya terjalin
kerjasama erat antara pemerintah pusat dan daerah. Begitu juga
antara qadhi (hakim) kepala polisi rahasia, kepala jawatan pajak, dan
kepala-kepala dinas lainnya. (Anonim, 2011)
Pada mulanya ibu kota negara adalah Al- Hasyimiyah dekat Kufah.
Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas dan negara yang
baru berdiri itu al Mansur memindahakan ibu kota negara ke kota yang baru
dibangunnya, Bagdad dekat bekas ibu kota Persia, Clesiphon, tahun 762 M.
Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-
tengah bangsa Persia (M. Fathurrohman, 2017).
5. Khalifah al Manshur sangat cermat dalam memilih lokasi yang akan
dijadikan ibu kota. Ia menugaskan beberapa orang ahli untuk meneliti dan
mempelajari lokasi. Dengan mengerahkan ratusan peneliti yang akhirnya
memutuskan untuk membangun kota Baghdad mengerahkan lebih dari 100
ribu ahli bangunan terdiri dari arsitektur,tenaga bangunan dan
lainnya. Kerja keras tim ahli bangunan dengan dana 3.88 juta Dirham
dikerjakan selama 4 tahun berhasil secara gemilang membangun kota
Baghdad yang unik nan megah kemudian kota Baghdad dijuluki Madinat
as Salam atau kota perdamaian. Kota Baghdad juga sebagai pusat
intelektual terdapat beberapa aktivitas pengembangan ilmu, antara lain
Baitul Hikmah yaitu lembaga ilmu pengetahuan sebagai pusat pengkajian
berbagai ilmu, dan juga pusat penerjemah buku-buku dari berbagai cabang
ilmu yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa arab (Samsul Munir
Amin, 2009).
Kota Baghdad memang indah memukau bagaimana tidak kota Baghdad
yang dibangun selama 4 tahun yang didesain oleh Nowbakht, persia dan
Mashallah dari Iran itu berbentuk bundar hingga dijuluki kota
Bundar terinspirasi kota Firouyabad di Persia kemudian kota Baghdad
d ikelilingi 3 tembok benteng dan dilengkapi Istana Khalifah yang megah
bernama al Qasr Az Zahabi atau istana keindahan, masjid Jami' al
Manshur, pasar, alun-alun, parit ,kanal sebagai saluran air sekaligus
benteng pertahanan membuat kota Baghdad menjadi kota peradapan Islam
ketika itu. (Samsul Munir Amin, 2009)
Selama masa kepemimpinannya, kehidupan masyarakat berjalan
tenteram, aman dan makmur. Stabilitas politik dalam negeri cenderung
aman dan terkendali, tidak ada gejolak politik dan pemberontakan-
pemberontakan.
Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur sangat mewaspadai tiga kelompok
yang menurutnya dapat menjadi batu sandungan Bani Abbasiyah dan
dirinya. Kelompok pertama dipimpin Abdullah bin Ali, adik kandung
Muhammad bin Ali, paman Abu Ja'far sendiri. Ia menjabat panglima perang
Bani Abbasiyah. Kegagahan dan keberaniannya dikenal luas. Pengikut
Abdullah bin Ali sangat banyak serta sangat berambisi menjadi khalifah
(Anonim, 2011).
6. Kelompok kedua dipimpin Abu Muslim Al-Khurasani, orang yang
berjasa besar dalam membantu pendirian Dinasti Abbasiyah. Karena
keberanian dan jasa-jasanya, ia sangat disegani serta dihormati di kalangan
Bani Abbasiyah. Masyarakat luas banyak yang menjadi pengikutnya.
Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur khawatir pengaruh Abu Muslim terlalu
besar terhadap pemerintahan Bani Abbasiyah (Anonim, 2011).
Kelompok ketiga adalah kalangan Syiah yang dipimpin pendukung
berat keturunan Ali bin Abi Thalib. Masyarakat luas banyak yang simpati
karena dalam melakukan gerakan mereka membawa nama-nama keluarga
Nabi Muhammad Saw (Anonim, 2011).
Setelah berhasil mengantisipasi kelompok-kelompok yang dapat
menjadi batu sandungan pemerintahannya, Al-Manshur kembali dapat
mencurahkan perhatiannya pada pengembangan kebudayaan dan
peradaban Islam. Ia adalah orang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan,
sehingga memberikan dorongan dan kesempatan yang luas bagi
cendekiawan untuk mengembangkan riset ilmu pengetahuan.
Penerjemahan buku-buku Romawi ke dalam bahasa Arab, yang menjadi
bahasa internasional saat itu dilakukan secara khusus dan profesional. Ilmu
falak (astronomi) dan filsafat mulai digali dan dikembangkan (Anonim,
2011).
Pada awal pemerintahannya, Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur benar-
benar meletakkan dasar-dasar ekonomi dan keuangan negara dengan baik
dan terkendali. Oleh sebab itu, tidak pernah terjadi defisit anggaran besar-
besaran. Kas negara selalu penuh, uang yang masuk lebih banyak daripada
uang keluar. Ketika Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur meninggal dunia,
harta yang ada dalam kas negara sebanyak 810.000.000 dirham (Anonim,
2011).
Ada kisah menarik tentang Abu Ja'far Al-Manshur dan Abu Hanifah.
Ketika selesai membangun Baghdad, Abu Ja'far mengundang para ulama
terkemuka. Imam Abu Hanifah termasuk di antara mereka (Hanifah Nur,
2016).
Saat itulah Abu Hanifah ditawari sebagai Hakim Tinggi (Qadhi Qudha).
Namun Abu Hanifah menolak keras. Ketika diancam agar bersedia
memegang jabatan itu, Abu Hanifah mengucapkan kalimat yang dicatat
7. sejarah, "Seandainya anda mengancam untuk membenamkanku ke dalam
sungai Eufrat atau memegang jabatan itu, sungguh aku akan memilih untuk
dibenamkan” (Hanifah Nur, 2016).
Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur amat murka. Apalagi ketika ia
mendapatkan laporan bahwa sang imam menaruh simpati pada gerakan
Muhammad bin Abdullah di Tanah Hijaz. Abu Hanifah ditangkap dan
dipenjara hingga meninggal (Hanifah Nur, 2016).
Selain meletakkan pondasi ekonomi, Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur
juga menertibkan pemerintah untuk memperkuat kekuasaan Bani
Abbasiyah. Penertiban ini dilakukan dalam bidang administrasi dan
mengadakan kerjasama antar pejabat pemerintahan dengan sistem kerja
lintas sektoral (Hanifah Nur, 2016).
Khalifah Al-Manshur juga mengadakan penyebaran dakwah Islam ke
Byzantium, Afrika Utara dan mengadakan kerjasama dengan Raja Pepin
dari Prancis. Saat itu, kekuasaan Bani Umayyah II di Andalusia dipimpin
oleh Abdurrahman Ad-Dakhil (Hanifah Nur, 2016).
Menjelang pengujung 158 H, Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur
berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Namun dalam
perjalanan ia sakit lalu meninggal dunia. Ia wafat dalam usia 63 tahun dan
memerintah selama 22 tahun. Jenazahnya dibawa dan dikebumikan di
Baghdad (Hanifah Nur, 2016).
4. Perubahan mendasar yang dilakukan Abu Ja’far Al-Manshur untuk Bani
Abbasiyah
Perubahan mendasar bagi perkembangan Bani Abbasiyyah sebagai
Negara adikuasa di masa mendatang (Romdonah, 2014), yaitu:
1. Pada tahun 762 M, Abu memindahkan ibukota dari Damaskus
ke Hasyimiyah, kemudian dipindahkan lagi ke Baghdad dekat
dengan Ctesiphon, bekas ibu kota Persia. Dengan demikian, ibu kota
pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah berada di tengah-tengah
bangsa Persia.
2. Mengangkat sejumlah personil atau aparat untuk menduduki
jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif.
8. 3. Di bidang pemerintahan, Al-Manshur menciptakan tradisi baru
dengan mengangkat wazir sebagai koordinator departemen. Wazir
pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari
Balkh, Persia.
4. Membentuk lembaga protokol negara dan sekretaris Negara.
5. Membentuk kepolisian negara di samping membenahi angkatan
bersenjata.
6. Menunjuk Muhammad ibn Abd Al-Rahman sebagai hakim pada
lembaga kehakiman negara.
7. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani Umayyah di
tingkatkan peranannya dengan tambahan tugas. Kalau dahulu hanya
sekedar untuk mengantar surat, pada masa Al-Manshur, jawatan pos
ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah,
sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para
direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur
setempat kepada khalifah.
9. C. KESIMPULAN
Abu Ja’far al-Manshur (712-775 M) merupakan seorang khalifah pada masa
Bani Abbasiyah yang menjabat sebagai khalifah kedua pada masa itu. Abu Ja’far
al-Manshur dikenal sebagai tokoh pemimpin yang agung, tegas, bijaksana, alim,
berpikiran maju, pemerintahannya rapi, disegani, baik budi, dan seorang pemberani.
Terbukti ketika Bani Abbasiyah dipimpin olehnya, Bani Abbasiyah mengalami
kemajuan diberbagai bidang seperti kemakmuran rakyat, stabilitas ekonomi
pemerintah dan berbagai aspek lainnya.
Selama pemerintahannya, ia mendirikan ibukota baru dengan istananya
bernama Madinah As-Salam yang kemudian bernama Baghdad. Selama masa
pemerintahannya, ia berhasil memunculkan ghirah dunia Muslim terhadap ilmu
pengetahuan. Pada zamannya, telah tumbuh karya sastra.
Pada penghujung 158 H, Abu Ja’far al-Manshur meninggal dunia ketika
berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji karena sakit. Abu Ja’far Al-
Manshur wafat pada usia 63 tahun setelah memerintah dan memimpin Bani
Abbasiyah selama 22 tahun.
Karena sifat kepemimpinannya yang cukup baik dalam membawa Bani
Abbasiyah ke titik kesuksesan, ia dikenal sebagai salah satu tokoh pemimpin yang
sangat berperan dalam perkembangan Bani Abbasiyah maupun perkembangan
islam sendiri. Pemikiran dan kepemimpinan yang ia miliki dan ia terapkan menjadi
suatu modal yang penting untuk membawa kehidupan masyarakat yang lebih
aman,nyaman, sejahtera dan makmur. Kemudian, dengan modal itu pula beliau
mampu membawa islam yang lebih maju dalam bidang sastra, ilmu pengetahuan
maupun hal yang lainnya.
10. DAFTAR PUSTAKA
Fathurrohman, Muhammad. 2017. History of Islamic Civiization:Peristiwa-Peristiwa
Sejarah Peradaban Islam Sejak Zaman Nabi Sampai Abbasiyah. Yogyakarta: Penerbit
Garudhawaca.
Amin, Syamsul Munir. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Nawwaf F, Muhammad. Pemerintahan Abu Ja’far Al-Mansyur. 10 Juni 2015.
http://mnawwaff.blogspot.co.id/2015/06/pemerintahan-abu-jafar-al-mansyur.html.
Diakses pada 24 Oktober 2017.
Anonim. Daulah Abbasiyah: Abu Ja'far Al-Manshur (754-775 M) Membangun
Imperium. 25 April 2011. http://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/khazanah/11/04/25/lk6z4v-daulah-abbasiyah-abu-jafar-almanshur-754775-m-
membangun-imperium. Diakses pada 24 Oktober 2017.
Nur, Hanifah. Khalifah Ja’far Al-Manshur. 10 Februari 2016.
http://sejarahkinidannanti.blogspot.co.id/2016/02/khalifah-jafar-al-mansur-abu-
jafaral.html. Diakses pada 24 Oktober 2017.
Romdonah. Peradaban Islam di Masa Al-Mansur. 25 November 2014.
http://romdonah1234.blogspot.co.id/2014/11/makalah-spi-al-mansur.html. Diakses
pada 24 Oktober 2017.
Anonim. Biografi Abu Ja'far Al-Mansur: Pendiri Dinasti Abbasiyah. Februari 2013.
http://serunaihati.blogspot.co.id/2013/02/biografi-abu-jafar-al-mansur-pendiri.html.
Diakses pada 24 Oktober 2017.