SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahar termasuk keutamaan agama Islam dalam melindungi dan memuliakan kaum
wanita dengan memberikan hak yang dimintanya dalam pernikahan berupa mahar kawin
yang besar kecilnya ditetapkan atas persetujuan kedua belah pihak karena pemberian itu
harus diberikan secara ikhlas. Para ulama fiqh sepakat bahwa mahar wajib diberikan oleh
suami kepada istrinya baik secara kontan maupun secara tempo, pembayaran mahar harus
sesuai dengan perjanjian yang terdapat dalam aqad pernikahan.
Mahar merupakan pemberian yang dilakukan oleh pihak mempelai laki-laki kepada
mempelai wanita yang hukumnya wajib. Dengan demikian, istilah shadaqah, nihlah, dan
mahar merupakan istilah yang terdapat dalam al-Qur’an, tetapi istilah mahar lebih di kenal di
masyarakat, terutama di Indonesia.
Dikalangan masyarakat itu terdiri dari keluarga yang meliputi Bapak, Ibu, dan anak-anaknya.
Terbentuknya sebuah keluarga di awali dari pernikahan antara laki-laki dan perempuan. Nah
dalam melaksanakan acara pernikahan itu biasanya dirayakan dengan acara yang berbagai
macam jenis tergantung keinginan sang penganten dan adat istiadat setempat.
Acara yang dilaksanakan tersebut dalam ilmu fiqih disebut “walimah ursy” dalam kehidupan
kemasyarakatan banyak berbagai ragam ragam suku dan kebiasaan yang di anut. Salah
satunya acara pernikahan yang merupakan acara yang sakral pun berbeda-beda bentuk dan
kebiasaannya. Namun yang sering kita temui di kalangan masyarakat kita menemui walimah
dilaksanakan dengan bentuk yang mewah atau besar-besaran. Walaupun kadang-kadang tidak
sesuai dengan keadaan ekonomi keluarga pada saat itu. Maka dari itu, fiqih dengan bijaksana
membahas tentang masalah ini. Agar masyarakat tidak salah dalam penafsirkan walimah ini,
dan agar masyarakat bias lebih memahami dan mendalam tentang walimah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok pikiran yang tertuang dalam latar belakang di atas serta untuk
terarahnya makalah ini. Maka masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah
1. Pengertian dan Hukum Mahar
2. Syarat-syarat Mahar
3. Kadar (jumlah) Mahar
4. Memberi Mahar Dengan Kontan dan Utang
5. Macam-macam Mahar
6. Bentuk Mahar (Maskawin)
7. Gugur/Rusaknya Mahar
8. Pengertian Walimah & Kedudukan hukum Walimah menurut fiqih
9. Hukum Menghadari Undangan Walimah
10. Hikmah Walima
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Hukum Mahar
Dalam istilah ahli fiqh,disamping perkataan “mahar” juga dipakai perkataan :
“shadaq” , nihlah; dan faridhah” dalam bahasa indonesia dipakai dengan perkataan
maskawin.
Mahar, secara etimologi, artinya maskawin. Secara terminologi,mahar ialah
pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan hati calon suami untuk
menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada calon suaminya.Atau suatu
pemberian yang diwajibkan bagi calon suami kepada calon istrinya, baik dalam bentuk benda
maupun jasa (memerdekakan, mengajar, dan lain sebagainya).
Imam Syafi’i mengatakan bahwa mahar adalah sesuatu yang wajib diberikan oleh
seorang laki-laki kepada perempuan untuk dapat menguasai seluruh anggota badannya.
Jika istri telah menerima maharnya, tanpa paksaan, dan tipu muslihat,lalu ia
memberikan sebagian maharnya maka boleh diterima dan tidak disalahkan.Akan tetapi, bila
istri dalam memberi maharnya karena malu, atau takut, maka tidak halal menerimanya. Allah
Swt. Berfirman:





20. dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain [280], sedang kamu telah
memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, Maka janganlah kamu
mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya
kembali dengan jalan tuduhan yang Dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata ?
‘Maksudnya Ialah: menceraikan isteri yang tidak disenangi dan kawin dengan isteri yang
baru. Sekalipun ia menceraikan isteri yang lama itu bukan tujuan untuk kawin, Namun
meminta kembali pemberian-pemberian itu tidak dibolehkan.
Dalam ayat selanjutnya, Allah Swt. Berfirman



21. bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu telah bergaul
(bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah
mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat. (Q.S An-Nisa: 21).
Karena mahar merupakan syarat sahnya nikah, bahkan Imam Malik mengatakannya
sebagai rukun nikah, maka hukum memberikannya adalah wajib.
Allah berfirman:


4. berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian
dengan penuh kerelaan…..(Q.S An-Nisa: 4).
Rasulullah saw. berkata:
‫ومالك‬ ‫تفسك‬ ‫على‬ ‫ارضيت‬ : ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫فقال‬ ‫تعلين‬ ‫على‬ ‫نزوجت‬ ‫فزارة‬ ‫بنى‬ ‫من‬ ‫امراة‬ ‫ان‬ ‫ربيعة‬ ‫عمربن‬ ‫عن‬
) ‫وصححه‬ ‫واترمذى‬ ‫ماجة‬ ‫وابن‬ ‫احمد‬ ‫(رواه‬ ‫جازه‬ ‫فأجازه‬ ,‫نعم‬ : ‫فقالت‬ ‫بنعلين‬
Dari ‘Amir bin Rabi’ah: “Sesungguhnya seorang perempuan dari Bani Fazarah kawin
dengan maskawin sepasang sandal. Rasulullah saw. berkata kepada perempuan tersebut:
Relakan engkau dengan maskawin sepasang sandal? Rasulullah saw. meluruskannya.” (HR
Ahmad bin Mazah dan disahihkan oleh Turmudzi)
Sabdanya lagi:
‫رواه‬ ( ‫حديد‬ ‫من‬ ‫بخاتم‬ ‫ولو‬ ‫تزوج‬) ‫البخارى‬
“Kawinlah engkau walaupun dengan maskawin cincin dari besi.” (HR Bukhari)
B. Syarat-syarat Mahar
Mahar yang diberikan kepada calon istri harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut.
a. Harga berharga. Tidak sah mahar dengan yang tidak berharga walaupun tidak ada
ketentuan banyak atau sedikitnya mahar, mahar sedikit, tapi bernilai tetap sah disebut mahar.
b. Barangnya suci dan bisa diambil manfaat. Tidak sah mahar dengan memberikan
khamar, babi, atau darah, karena semua itu haram dan tidak berharga.
c. Barangnya bukan barang ghasab. Ghasab artinya mengambil barang milik orang lain
tanpa seizinnya namun tidak termasuk untuk memilikinya karena berniat untuk
mengembalikannya kelak. Memberikan mahar dengan barang hasil ghasab tidak sah, tetapi
akadnya tetap sah
d. Bukan barang yang tidak jelas keadaannya.Tidak sah mahar dengan memberikan
barang yang tidak jelas keadaannya, atau tidak disebutkan jenisnya.
C. Kadar (Jumlah) Mahar
Agama tidak menetapkan jumlah minimum dan begitu pula jumlah maksimum dari
maskawin. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tingkatan kemampuan manusia dalam
memberikannya. Orang yang kaya mempunyai kemampuan untuk memberi maskawin yang
lebih besar jumlahnya kepada calon istrinya. Sebaliknya, orang yang miskin ada yang hampir
tidak mampu memberinya.Oleh karena itu, pemberian mahar diserahkan menurut
kemampuan yang bersangkutan disertai kerelaan dan persetujuan masing-masing pihak yang
akan menikah untuk menetapkan jumlahnya. Mukhtar Kamal menyabutkan, “janganlah
hendaknya ketidaksanggupan membayar maskawin karena besar jumlahnya menjadi
penghalang bagi berlangsungnya suatu perkawinan,” sesuai dengan sabda nabi:
‫امرا‬ ‫جأته‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫النبى‬ ‫ان‬ ‫سعد‬ ‫ابن‬ ‫سهل‬ ‫عن‬.‫طويال‬ ‫قياما‬ ‫فقامت‬ .‫لك‬ ‫تفسى‬ ‫وهبت‬ ‫انى‬ ‫هللا‬ ‫يارسول‬ : ‫فقال‬ ‫ة‬
‫شيء‬ ‫من‬ ‫عندك‬ ‫هل‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ : ‫فقال‬ ,‫حجة‬ ‫بها‬ ‫لك‬ ‫يكن‬ ‫لم‬ ‫ان‬ ‫زوجنيها‬ ‫هلل‬ ‫يارسول‬ :‫فقال‬ ‫رجل‬ ‫فقام‬
‫اعطيتها‬ ‫ان‬ : ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫فقال‬ ,‫هذا‬ ‫ازارى‬ ‫اال‬ ‫عندى‬ ‫ما‬ : ‫فقال‬ ‫؟‬ ‫اياها‬ ‫تصدقها‬‫ازار‬ ‫ال‬ ‫جلست‬ ‫ازارك‬
‫شيئا‬ ‫يجد‬ ‫ولو‬ ‫فلتمس‬ ,‫حديد‬ ‫من‬ ‫خاتم‬ ‫ولو‬ ‫التمس‬ : ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫فقال‬ ,‫شيئا‬ ‫اجد‬ ‫ما‬ : ‫فقال‬ ,‫شيئا‬ ‫فلتمس‬ ,‫لك‬
‫فقال‬ .‫لسوريسميها‬ ,‫وكذا‬ ‫وسورة‬ ‫كذا‬ ‫سورة‬ ‫نعم‬ ‫فقال‬ ‫؟‬ ‫شيئ‬ ‫القرأن‬ ‫من‬ ‫معك‬ ‫هل‬ : ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫فقال‬
‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬) ‫ومسلم‬ ‫البخارى‬ ‫رواه‬ ( ‫القرأن‬ ‫من‬ ‫معك‬ ‫بما‬ ‫زوجتكها‬ ‫قد‬ : ‫وسلم‬ ‫عليه‬
“Dari Sahl bin Sa’ad, sesungguhnya telah datang kepada Rasulullah saw., seorang wanita
maka ai berkata: “Ya Rasulullah! Aku serahkan dengan sungguh-sungguh diriku
kepadamu”. Dan, wanita tersebutberdiri lama sekali, lalu berdirilah seorang laki-laki, ia
berkata: “Ya Rasulullah saw., kawinkanlah ia kepada saya jika engkau tidak berminat
kepadanya”. Maka Rasulullah saw. menjawab: “Adakah engkau mempunyai sesuatu yang
dapat engkau jadikan mahar untuknya? Laki-laki itu berkata: “ Aku tidak memiliki sesuatu
selain sarungku ini”. Nabi saw. berkata: “Jika engkau berikan sarungmu (sebagai mahar)
tentulah kamu duduk tanpa sarung, maka carilah sesuatu (yang lain)”. Laki-laki itu
menjawab: “Saya tidak mendapatkan apa-apa.” Nabi berkata: “Carilah, walaupun sebuah
cincin besi”. Kemudian ia mencarinya lagi, tetapi ia tidak memperoleh sesuatu apa pun.
Maka, Rasulullah saw. bersabda: “adakah engkau hafal sesuatu ayat dari Al-Qur’an?”
Laki-laki tersebut berkata: “Ada surat ini, dan surat ini” sampai kepada surat yang
disebutkannya. Nabi saw. berkata: “Engkau telah aku nikahkan dengan dia dengan
maskawin (mahar) Al-Qur’an yang engkau hafal” (HR Bukhari dan Muslim).
Imam Syafi’i, Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, dan Fuqaha Madinah dari kalangan Tabi’in
berpendapat bahwa mahar tidak ada batas minimalnya. Segala sesuatu yang dapat menjadi
harga bagi sesuatu yang lain dapat dijadikan mahar. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Ibnu
Wahab dari kalangan pengikut Imam Malik.
Sebagian fuqaha yang lain berpendapat bahwa mahar itu ada batas terendahnya. Imam
Malik dan para pengikutnya mengatakan bahwa mahar itu paling sedikit seperempat dinar
emas murni, atau perak seberat tiga dirham, atau bisa dengan barang yang sebanding berat
emas perak tersebut.
Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa paling sedikit mahar itu adalah sepuluh
dirham. Riwayat yang lain ada yang mengatakan lima dirham, ada lagi yang mengatakan
empat puluh dirham.
Pangkal silang pendapat ini, menurut Ibnu Rusydi, terjadi karena dua hal, yaitu:
1. Ketidak jelasan akad nikah itu sendiri antara kedudukannya sebagai salah satu jenis
pertukaran, karena yang dijadikan adalah kerelaan menerima ganti, baik sedikit maupun
banyak, seperti halnya dalam jual beli dan kedudukannya sebagai ibadah yang sudah ada
ketentuan. Demikian itu, karena ditinjau dari segi bahwa dengan mahar itu laki-laki dapat
memiliki jasa wanita untuk selamanya, maka perkawinan itu mirip dengan pertukaran. Tetapi,
ditinjau dari segi adanya larangan mengadakan persetujuan untuk meniadakan mahar, maka
hal itu mirip dengan ibadah.
2. Adanya pertentangan antara qiyas yang menghendaki adanya pembatasan mahar
dengan mahfum hadis yang tidak menghendaki adanya pembatasan. Qiyas yang menghendaki
adanya pembatasan adalah seperti pernikahan itu ibadah, sedangkan ibadah itu sudah ada
ketentuannya.
Mereka berpendapat bahwa sabda Nabi Saw., “nikahlah walaupun hanya dengan cincin besi”
adalah dalil bahwa mahar itu tidak mempunyai batasan terendahnya. Karena, jika memang
ada batas terendahnya tentu beliau menjelaskannya.
D. Memberi Mahar Dengan Kontan dan Utang
Mahar boleh dilaksanakan dan diberikan dengan kontan atau utang, apakah mau
dibayar kontan sebagian dan utang sebagian. Kalau memang demikian, maka disunahkan
membayar sebagian, berdasarkan sabda Nabi Saw:
,‫شيء‬ ‫ماعندى‬ : ‫فقال‬ , ‫شيئ‬ ‫يعطيها‬ ‫حتى‬ ‫بفاطمة‬ ‫يدخل‬ ‫ان‬ ‫عليا‬ ‫منع‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫النبى‬ ‫عن‬ ‫عباس‬ ‫ابن‬ ‫عن‬
‫النسائى‬ ‫ودو‬ ‫دا‬ ‫ابو‬ ‫رواه‬ ( ‫اياه‬ ‫فأعطاه‬ : ‫الحطمية‬ ‫درك‬ ‫فاين‬ : ‫فقال‬) ‫وصححه‬ ‫والحاكم‬
“Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Saw melarang Ali menggauli Fatimah sampai memberikan
sesuatu kepadanya. Lalu jawabnya: Saya tidak punya apa-apa. Maka sabdanya: Dimana
baju besi Huthamiyyahmu? Lalu diberikanlah barang itu kepada Fatimah.” (HR Abu
Dawud, Nasa’i dan dishahihkan oleh Hakim).
Hadis diatas menunjukkan bahwa larangan itu dimaksudkan sebagai tindakan yang
lebih baik, dan secara hukum dipandang sunnah memberikan mahar sebagian terlebih dahulu.
Dalam hal penundaan pembayaran mahar (diutang) terdapat dua perbedaan pendapat
dikalangan ahli fiqih. Segolongan ahli fiqih berpendapat bahwa mahar itu tidak boleh
diberikan dengan cara diutang keseluruhan. Segolongan lainnya mengatakan bahwa mahar
boleh ditunda pembayarannya, tetapi menganjurkan agar membayar sebagian mahar di muka
manakala akan menggauli istri. Dan diantara fuqaha yang membolehkan penundaan mahar
(diangsur) ada yang membolehkannya hanya untuk tenggang waktu terbatas yang telah
ditetapkannya. Demikian pendapat Imam Malik.
E. Macam-macam Mahar
Ulama fiqih sepakat bahwa mahar itu ada dua macam, yaitu:
a. Mahar Musamma
Mahar Musamma, yaitu mahar yang sudah disebut atau dijanjikan kadar dan besarnya
ketika akad nikah.Atau, mahar yang dinyatakan kadarnya pada waktu akad nikah.
Ulama fikih sepakat bahwa,dalam pelaksanaannya, mahar musamma harus diberikan
secara penuh apabila:
1) Telah bercampur (bersenggama). Tentang hal ini Allah Swt. Berfirman:





20. dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain [280], sedang kamu telah
memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, Maka janganlah kamu
mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya
kembali dengan jalan tuduhan yang Dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata ?
“Maksudnya Ialah: menceraikan isteri yang tidak disenangi dan kawin dengan isteri yang
baru. Sekalipun ia menceraikan isteri yang lama itu bukan tujuan untuk kawin, Namun
meminta kembali pemberian-pemberian itu tidak dibolehkan.
2) Salah satu dari suami istri meninggal. Dengan demikian menurut ijma’.
Mahar musamma juga wajib dibayar seluruhnya apabila suami telah bercampurdengan istri,
dan ternyata nikahnya rusak dengan sebab tertentu, seperti ternyata istrinya mahram sendiri,
atau dikira perawan ternyata janda, atau hamil dari bekas suami lama.Akan tetapi, kalau istri
dicerai sebelum bercampur, hanya wajib dibayar setengah, berdasarkan firman Allah Swt.:



237. jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan mereka,
Padahal Sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, Maka bayarlah seperdua dari
mahar yang telah kamu tentukan itu,(Qs Al-Baqarah: 237).
b.Mahar Mitsli (Sepadan)
Mahar Mitsli yaitu mahar yang tidak disebut besar kadarnya pada saat sebelum ataupun
ketika terjadi pernikahan. Atau mahar yang diukur (sepadan) dengan mahar yang pernah
diterima oleh keluarga terdekat, agakjauh dari tetangga sekitarnya, dengan memerhatikan
status sosial, kecantikan, dan sebagainya.
Bila terjadi demikian (mahar itu disebut besar kadarnya pada saat sebelum atau ketika
terjadi pernikahan), maka mahar itu mengikuti maharnya saudara perempuanpengantin
wanita (bibi, bude), uwa perempuan(Jawa Tengah/Jawa Timur), ibu uwa (Jawa Banten) ,
anak, perempuan, bibi/bude). Apabila tidak ada, mahar mitsli itu beralih dengan ukuran
wanita lain yang sederajat dengan dia.
Mahar Mitsli Juga Terjadi Dalam Keadaan Sebagai Berikut:
1. .Apabila tidak disebutkan kadar mahar dan besarnya ketika berlangsung akad nikah,
kemudian suami telah bercampur dengan istri, atau meninggal sebelum bercampur.
2. .Jika mahar musamma belum dibayar sedangkan suami telah bercampur dengan istri
dan ternyata nikahnya tidak sah.
Nikah yang tidak disebutkan dan tidak ditetapkan maharnya disebut nikah tafwid. Hal ini
menurut jumhur ulama dibolehkan.
Firman Allah Swt,:



236. tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan isteri-isteri
kamu sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya.
(Al-Baqarah:236)
Ayat tersebut menunjukkan bahwa seorang suami boleh menceraikan istrinya sebelum
digauli dan belum juga ditetapkan jumlah maharnya tertentu kepada istrinya itu.
F. Bentuk Mahar (Maskawin)
Pada prinsipnya maskawin harus bermanfaat dan bukanlah sesuatu yang haram dipakai,
dimiliki, atau dimakan. Ibn Rusyd mengatakan bahwa mahar harus berupa sesuatu yang dapat
ditukar dan ini terkesan harus berbentuk benda sebab selain berbentuk benda tidak dapat
ditukar tampaknya tidak dibolehkan. Namun, menurut Rahmat Hakim, sesuatu yang
bermanfaat tidak dinilai dengan ukuran umum, tetapi bersifat subjektif sehingga tidak selalu
dikaitkan dengan benda. Dalam hal ini, calon istri mempunyai hak untuk menilai dan
memilihnya, ini sangat kondisional. Artinya, dia mengetahui siapa dia dan siapa calon suami.
G. Gugur/Rusaknya Mahar
Mahar yang rusak bisa terjadi karena barang itu sendiri atau karena sifat-sifat barang
tersebut, seperti tidak diketahui atau sulit diserahkan, mahar yang rusak karena zatnya
sendiri, yaitu seperti khamar yang rusak karena sulit dimiliki atau diketahui, pada dasarnya
disamakan dengan jual beliyang mengandung lima persoalan pokok, yaitu:
a. Barangnya tidak boleh dimiliki;
b. Mahar digabungkan dengan jual beli;
c. Penggabungan mahar dengan pemberian;
d. Cacat pada mahar; dan
e. Persyaratan dalam mahar.
Dalam hal barangnya tidak boleh dimiliki seperti: khamar, babi, dan buah yang belum masak
atau unta yang lepas, Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa akad nikahnya tetap sah apabila
telah memenuhi mahar mitsli. Akan tetapi, Imam Malik berpendapat tentang dua riwayat
yang berkenaan dengan persoalan ini. Pertama, akad nikahnya rusak dan harus dibatalkan
(fasakh), baik sebelum maupun sesudah dukhul. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Abu
Ubaid. Kedua, apabila telah dukhul, maka akad nikah menjadi tetap dan istri memperoleh
mahar mitsli.
Mengenai penggabungan mahar dengan jual beli, ulama fikih berbeda pendapat seperti:
jika pengantin perempuan memberikan hamba sahaya kepada pengantin laki-laki, kemudian
pengantin laki-laki memberikan seribu dirham untuk membayar hamba dan sebagai mahar,
tanpa menyebutkan mana yang sebagai harga dan mana yang sebagai mahar, maka Imam
Malik dan Ibnul Qasim melarangnya, seperti juga Abu Saur.Akan tetapi Asyab dan Imam
Abu Hanifah membolehkan, sedangkan Abu Ilah mengadakan pemisahan dengan
mengatakan bahwa apabila dari jual beli tersebut masih terdapat kelebihan sebesar
seperempat dinar ke atas, maka cara seperti itu dibolehkan.
Tentang penggabungan mahar dengan pemberian, ulama juga berselisih pendapat,
misalnya dalam hal seseorang yang menikahi wanita dengan mensyaratkan bahwa pada
mahar yang diberikannya terdapat pemberian untuk ayahnya (perempuan itu). Perselisihan itu
terbagi dalam tiga pendapat.
Imam Abu Hanifah dan pengikutnya mengatakan bahwa syarat tersebut dapat
dibenarkan dan maharnya pun sah. Imam Syafi’i mengatakan bahwa mahar itu rusak, dan
istrinya memperoleh mahar mitsli. Adapun Imam Malik berpendapat bahwa apabila syarat itu
dikemukakan ketika akad nikah, maka pemberian itu menjadi milik pihak perempuan,
sedangkan apabila syarat itu dikemukakan setelah akad nikah, maka pemberiannya menjadi
milik ayah.
Mengenai cacat yang terdapat pada mahar, ulama fiqih juga berbeda pendapat. Jumhur
ulama mengatakan bahwa akad nikah tetap terjadi. Kemudian, mereka berselisih pendapat
dalam hal apakah harus diganti dengan harganya, atau dengan barang yang sebanding, atau
juga mahar mitsli.
Imam Syafi’i terkadang menetapkan harganya dan terkadang menetapkan mahar mitsli.
Imam Malik dalam satu pendapat menetapkan bahwa harus meminta harganya, dan pendapat
lain minta barang yang sebanding. Sedangkan Abu Hasan Al-Lakhimi berkata,”Jika
dikatakan, diminta harga terendahnya atau mahar mitsli, tentu lebih cepat. Adapu Suhnun
mengatakan bahwa nikahnya batal.
Mengenai gugurnya mahar, suami bisa terlepasdari kewajiban untuk membayar mahar
seluruhnya apabila perceraian sebelum persetubuhan datang dari pihak istri, misalnya istri
keluar dari Islam, atau mem-fasakh karena suami miskin atau cacat, atau karena perempuan
tersebutsetelah dewasa menolak dinikahkan dengan suami yang dipilih oleh walinya, Bagi
istri seperti ini, hak pesangon gugur karena ia telah menolak sebelum suaminya menerima
sesuatu darinya.
Begitu juga mahar dapat gugur apabila istri, yang belum digauli, melepaskan maharnya
atau menghibahkan padanya. Dalam hal seperti ini, gugurnya mahar karena perempuan
sendiriyang menggugurkannya. Sedangkan mahar sepenuhnya berada dalam kekuasaan
perempuan.
H. Pengertian walimah
Walimah ( ١‫لوليمة‬ ) artinya al-jam’u. kumpul, sebab suami dan istri berkumpul. Walimah
( ١‫لوليمة‬ ) berasal dari bahasa arab ١‫لوليم‬ artinya makanan pengantin. Maksudnya adalah
makanan yang disediakan khusus dalam acara pesta perkawinan. Bias juga di artikan sebagai
makanan untuk tamu undangan atau lainnya.
Walimah diadakn ketika acara akad nikah berlangsung, atau sesudahnya, atau ketika hari
perkawinan atau sesudah itu. Bias juga diadakan tergantung adat dan kebiasaan yang berlaku
di masyarakat.
I. Kedudukan hukum
1. Dasar hukum walimah
Jumhur ulama sepakat bahwa mengadakan walimah itu hukumnya “ sunnah muakad “. Hal
ini berdasarkan hadist Rasulullah SAW.
‫عن‬١‫نسقالمااولمرسولاللهصلىاهللاعليهولمعلىﺸﻱﺀمننسانهمااولمعلىزينﺏاولمبﺸاة(رو‬١)‫هالبخارىومسلم‬
Artinya : Dan Annas, ia berkata “Rasulullah SAW mengadakan walimah dengan seekor
kambing untuk istri-istrinya dan untuk zainab.
)‫انهاليدللعرسىمنوليمة(رواهاحمد‬
Artinya: sesungguhnya untuk pesta perkawinan harus ada walimahnya.
‫انهصل‬١‫هللاع‬١‫يهوسلمماولمولمعلىبعﺽنسانهبمدينمنﺸعير(رو‬١)‫هاحمد‬
Artinya : Rasulullah SAW. Mengadakan walimah untuk sebagian istrinya dengan dua mud
gandum. ( HR. Bukhari).
Beberapa hadist tersebut diatas menunjukkan bahwa walimah itu boleh diadakan dengan
makanan apa saja sesuai dengan kemampuan. Hal itu di tunjukkan oleh Nabi SAW. Bahwa
perbedaan-perbedaan dalam mengadakan walimah oleh beliau bukan membedakan /
melebihkan salah satu dari yang lain. Tetapi semata-metapa disesuaikan dengan keadaan
ketika sulit / lapang.
2.Hukum menghadiri Undangan walimah
Untuk menunjukkan perhatian memeriahkan, dan mengembirakan orang yang mengundang,
maka orang yang diundang walimah wajib mendatanginya.
Adapun wajibnya mendatangi undangan walimah, apabila :
a. Tidak ada uzur syar’i
b. Dalam walimah itu tidak ada atau tidak di gunakan untuk perbuatan munkar
c. Yang diundang baik dari kalangan kaya maupun miskin.
Dasar hukum wajib nya mendatngi undangan walimah adalah hadist Nabi saw sebagai
berikut :
‫اذاد‬‫عي‬‫ا‬‫ح‬‫د‬‫ك‬‫ما‬‫ﱃ‬‫و‬‫ليمةف‬‫ا‬‫ي‬‫ا‬‫ته‬‫ا(روا‬‫ه‬‫ا‬‫لبخ‬‫ار‬)‫ى‬
Artinya :Jika salah seorang di antara mu di undang ke walimahan,hendak lah ia datangi.(H.R.
Bukhari )
‫و‬‫عنه‬‫ا‬‫نهصلىهللاعليه‬‫و‬‫سلمق‬‫اڶ‬‫ل‬‫ود‬‫عي‬‫تا‬‫ﱃ‬‫ﮐر‬‫اع‬‫الجب‬‫تو‬‫ل‬‫وا‬‫هدي‬‫ا‬‫ﱃ‬‫ذ‬‫ر‬‫اع‬‫لﭬبلم‬‫(ر‬‫وا‬‫ه‬‫ا‬)‫لبخرى‬
Artinya : Dari abu hurairah r.a bahwa Nabi saw bersabda “ Andaikata aku di undang untuk
makan kambing,niscaya saya datangi,dan andai kata aku di hadiahi kaki depan
kambing,niscaya aku terima ( H.R. bUkhari ).
Jika undangan itu bersifat umum, tidak tertuju kepada orang-orang tertentu,maka tidak
wajib mendatangi nya tidak juga sunnah.
Misalnya orang yang mengundang berkata “ Wahai orang banyak !! datangi lah walimah
saya,tampa menyebut orang-orang tertentu,atau dikatakan “ Undanglah setiap orang yang
kamu temui “.
Ada juga yang berpendapat bahwa hukum menghadiri undangan adalah wajib kifayah,dan
ada juga yang berpendapat hukum nya sunah. Akan tetapi pendapat pertama lah yang lebih
jelas.
Secara rinci undangan itu wajib di datangi , apabila memenuhi syarat – syarat sebagai
berikut :
a. Pengundang nya mukallaf,merdeka dan berakal sehat.
b. Undangan nya tidak di khususkan kepada orang-orang kaya saja,namun harus kepada
orang miskin juga.
c. Undangan nya tidak hanya di tujukan kepada orang yang di hormati dan di segani saja.
d. Belum di dahului oleh undangan lain.
e. Tidak ada kemungkaran dan hal-hallain yang menghalangi kehadiran nya
f. Yang di undang tidak ada unsur syar’i.
Memperhatikan syarat-syarat tersebut,jelas bahwa apabila walimah dalam pesta perkawinan
hanya mengundang orang-orang kaya saja,maka hukum nya adalah makruh.
Nabi saw bersabda :
‫شر‬‫ا‬‫لﻃع‬‫ا‬‫م‬‫ا‬‫ل‬‫و‬‫ليمةيدعىله‬‫اا‬‫الﻏني‬‫اء‬‫و‬‫يتر‬‫ڮاا‬‫لﻐقر‬(‫اء‬‫ر‬‫وا‬‫ه‬‫ا‬‫لبخ‬‫ا‬)‫رى‬
Artinya :Sejelek jelek nya makanan adalah makanan yang mengundang orang-orang
kaya,tetapi meninggalkan orang-orang miskin.
J. Hikmah Walimah
Di adakannya walimah dalam pesta perkawinan mempunyai beberapa hikmah yaitu
antara lain sebagai berikut :
1. Merupakan rasa syukur kepada Allah swt.
2. Tanda penyerahan anak gadis kepada pihak keluarga suami.
3. Sebagai tanda resmi nya ada nya akad nikah.
4. Sebagai tanda memulai hidup baru bagi suami istri.
5. Sebagai realisasi arti sosiologi dari akad nikah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mahar ialah pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan hati calon
suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada calon suaminya.Atau
suatu pemberian yang diwajibkan bagi calon suami kepada calon istrinya, baik dalam bentuk
benda maupun jasa (memerdekakan, mengajar, dan lain sebagainya).
Agama tidak menetapkan jumlah minimum dan begitu pula jumlah maksimum dari
maskawin. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tingkatan kemampuan manusia dalam
memberikannya. Orang yang kaya mempunyai kemampuan untuk memberi maskawin yang
lebih besar jumlahnya kepada calon istrinya. Sebaliknya, orang yang miskin ada yang hampir
tidak mampu memberinya.
Mahar boleh dilaksanakan dan diberikan dengan kontan atau utang, apakah mau dibayar
kontan sebagian dan utang sebagian. Kalau memang demikian, maka disunahkan membayar
sebagian.
Walimah berasal dari bahasa arab yang artinya makanan pengantin. Maksud nya adalah
makanan yang di sediakan khusus dalam acara pesta perkawinan. Menurut kesepakatan
para ulama bahwa mengadakan walimah itu hukum nya sunah muakkad dan hukum
mendatangi undangan walimah adalah wajib apabila memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Tidak ada uzur syar’i.
b. Dalam walimah itu tidak ada unsur perbuatan munkar.
c. Yang di undang baik dari keluarga orang kaya mau pun orang miskin.
Adapun dalam pelaksanaan walimah tersebut terdapat beberapa hikmah yang terkandung
yakni sebagai berikut :
1. Merupakan rasa syukur kepada Allah swt.
2. Tanda penyerahan anak gadis kepada pihak keluarga laki-laki.
3. Sebagai tanda resmi nya hubungan suami istri .
4. Sebagai tanda memulai hidup baru.
5. Sebagai realisasi arti sosiologi dari akad nikah.
B. Saran
Adapun yang menjadi saran dalam penulisan makalah ini yaitu penyusun menyadari bahwa
penyusun hanyalah manusia biasa yang tidak pernah luput dari sifat khilaf, salah dan dosa.
Oleh karenanya penyusun mengharapkan saran dan kritik dari pembaca apabila terdapat
kekeliruan dalam memberikan penjelasan materi mengenai Fiqh Munakahat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kamal Muhktar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan (Jakarta: Bulan Bintang,
1994), hlm. 81.
Lihat Kamus Istilah Fiqh, hlm. 184. Lihat Zakiyah Daradjat dkk, Ilmu Fiqh (Jakarta: Depag
RI, 1985) Jilid 3, hlm. 83. Lihat pula H. Abdurrahman Ghazali, Fiqih Munakahat (Jakarta,
Prenada Media, 2003), hlm. 84
Lihat Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah, juz 4, hlm. 94
Hasbi Ash-Shiddieqi, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Departemen Agama RI, 1989),
hlm. 119
Ibid.
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), hal. 38
Lihat Abdurrahman Al-Jaziri, Op.Cit., hlm. 103
Kamal Muhktar, Op.Cit., hlm. 82
Ibid, hlm. 83
H. Abd. Rahman Ghazali, Op.Cit., hlm. 88-89
Ibid.
Bandingkan dengan Ibn Rusyd, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al Muqtashid, (Beirut: Dar
al-Fikr,t.t.), Juz 2, hlm. 14-15
M. Abdul Mujid dkk, Kamus Istilah Fikih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), hlm. 185.
Hasbi Ash-Shiddieqi, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op.Cit,. hlm. 119
Abd. Rahman Ghazali, Op.Cit., hlm. 93
M. Abdul Mujib dkk, Op.Cit., hlm. 185; H. Abd.Rahman Ghazali, Op.Cit., hlm. 93
Abidin. Slamet. 1999. fiqih munakahat. Semarang : Cv pustaka setia.
Iskandar. Slamet. Fiqih munakahat. Semakarang. IAIN walisongo
Slamet abidin, fiqih munakahat. (Bandung : Cv pustaka setia. 1999) hal : 149
Ibid. hal. 153.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan atas rahmat dan hidayah yang telah Tuhan yang maha
Esa berikan kepada Saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu
yang telah diberikan untuk menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berisi tentang “ HUKUM ADAT DAN PERKAWINAN ”
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat membantu. mahasiswa dalam proses
pembelajaran.
Raha, Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………….....…........ i
DAFTAR ISI ………………………………………………………...... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………….. ………........... 1
B. Tujuan..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Hukum Mahar................................................................. 3
B. Syarat-syarat Mahar................................................................................. 5
C. Kadar (Jumlah) Mahar............................................................................ 6
D. Memberi Mahar Dengan Kontan dan Utang............................................ 7
E. Macam-macam Mahar............................................................................ 8
F. Bentuk Mahar (Maskawin) ......................................................................9
G. Gugur/Rusaknya Mahar............................................................................ 9
H. Pengertian walimah.................................................................................. 10
I. Kedudukan hukum..................................................................................... 10
J. Hikmah Walimah...................................................................................... 11
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan ………………………………............................................ 12
4.2 Saran........................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 13
MAKALAH
HUKUM ADA DAN PERKAWINAN
DISUSUN OLEH :
NAMA : JABBAR
STAMBUK : 21309314
SEMESTER : II (DUA)
JURUSAN : HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KENDARI
2014
MAKALAH
HUKUM ADA DAN PERKAWINAN
DISUSUN OLEH :
NAMA : SIRAJUDDIN
STAMBUK : 21309329
SEMESTER : II (DUA)
JURUSAN : HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KENDARI
2014
Makalah mahar dalam perkawinan

More Related Content

What's hot

HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYADHUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYADNovianti Rossalina
 
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratKaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratArif Arif
 
Presentasi Fiqh 12 (Waris)
Presentasi Fiqh 12 (Waris)Presentasi Fiqh 12 (Waris)
Presentasi Fiqh 12 (Waris)Marhamah Saleh
 
Makalah Haji dan Umroh (Fiqih)
Makalah Haji dan Umroh (Fiqih) Makalah Haji dan Umroh (Fiqih)
Makalah Haji dan Umroh (Fiqih) Mila Rosyida
 
Presentasi Nikah Siri Dan Mutah
Presentasi Nikah Siri Dan MutahPresentasi Nikah Siri Dan Mutah
Presentasi Nikah Siri Dan MutahMarhamah Saleh
 
Hak dan kewajiban Suami Istri
Hak dan kewajiban Suami IstriHak dan kewajiban Suami Istri
Hak dan kewajiban Suami IstriEeLly Lunjani
 
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyadMarhamah Saleh
 
BAB 6 Pernikahan dalam Islam.pptx
BAB 6 Pernikahan dalam Islam.pptxBAB 6 Pernikahan dalam Islam.pptx
BAB 6 Pernikahan dalam Islam.pptxIsmayantiYanti
 
MAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAM
MAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAMMAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAM
MAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAMDian Oktavia
 
Contoh qodhiyah dalam ilmu mantiq
Contoh qodhiyah dalam ilmu mantiqContoh qodhiyah dalam ilmu mantiq
Contoh qodhiyah dalam ilmu mantiqIsna Fitrotin
 
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhSuya Yahya
 
Munakahat: Pernikahan dalam Islam
Munakahat: Pernikahan dalam IslamMunakahat: Pernikahan dalam Islam
Munakahat: Pernikahan dalam IslamVonita Amelia
 
Pengertian dan Tujuan Mempelajari Ilmu Tasawuf
Pengertian dan Tujuan Mempelajari Ilmu TasawufPengertian dan Tujuan Mempelajari Ilmu Tasawuf
Pengertian dan Tujuan Mempelajari Ilmu TasawufRia Widia
 
NASIKH MANSUKH POWERPOINT
NASIKH MANSUKH POWERPOINTNASIKH MANSUKH POWERPOINT
NASIKH MANSUKH POWERPOINTJohan Safrijal
 

What's hot (20)

Ushul fiqh 2
Ushul fiqh 2Ushul fiqh 2
Ushul fiqh 2
 
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYADHUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
 
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratKaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
 
Presentasi Fiqh 12 (Waris)
Presentasi Fiqh 12 (Waris)Presentasi Fiqh 12 (Waris)
Presentasi Fiqh 12 (Waris)
 
Makalah Haji dan Umroh (Fiqih)
Makalah Haji dan Umroh (Fiqih) Makalah Haji dan Umroh (Fiqih)
Makalah Haji dan Umroh (Fiqih)
 
PERKEMBANGAN HADITS
PERKEMBANGAN HADITSPERKEMBANGAN HADITS
PERKEMBANGAN HADITS
 
Makalah poligami
Makalah poligami Makalah poligami
Makalah poligami
 
Presentasi Nikah Siri Dan Mutah
Presentasi Nikah Siri Dan MutahPresentasi Nikah Siri Dan Mutah
Presentasi Nikah Siri Dan Mutah
 
Hak dan kewajiban Suami Istri
Hak dan kewajiban Suami IstriHak dan kewajiban Suami Istri
Hak dan kewajiban Suami Istri
 
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
 
Presentasi Fiqh 1
Presentasi Fiqh 1Presentasi Fiqh 1
Presentasi Fiqh 1
 
BAB 6 Pernikahan dalam Islam.pptx
BAB 6 Pernikahan dalam Islam.pptxBAB 6 Pernikahan dalam Islam.pptx
BAB 6 Pernikahan dalam Islam.pptx
 
MAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAM
MAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAMMAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAM
MAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAM
 
Contoh qodhiyah dalam ilmu mantiq
Contoh qodhiyah dalam ilmu mantiqContoh qodhiyah dalam ilmu mantiq
Contoh qodhiyah dalam ilmu mantiq
 
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
 
Tasyri' masa sahabat
Tasyri'  masa sahabatTasyri'  masa sahabat
Tasyri' masa sahabat
 
Munakahat: Pernikahan dalam Islam
Munakahat: Pernikahan dalam IslamMunakahat: Pernikahan dalam Islam
Munakahat: Pernikahan dalam Islam
 
Pengertian dan Tujuan Mempelajari Ilmu Tasawuf
Pengertian dan Tujuan Mempelajari Ilmu TasawufPengertian dan Tujuan Mempelajari Ilmu Tasawuf
Pengertian dan Tujuan Mempelajari Ilmu Tasawuf
 
NASIKH MANSUKH POWERPOINT
NASIKH MANSUKH POWERPOINTNASIKH MANSUKH POWERPOINT
NASIKH MANSUKH POWERPOINT
 
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
 

Similar to Makalah mahar dalam perkawinan

Presentasi Fiqh Poligami
Presentasi Fiqh PoligamiPresentasi Fiqh Poligami
Presentasi Fiqh PoligamiMarhamah Saleh
 
Hak dan kewajiban suami terhadap istri
Hak dan kewajiban suami terhadap istriHak dan kewajiban suami terhadap istri
Hak dan kewajiban suami terhadap istriWarnet Raha
 
Pernikahan secara Islam
Pernikahan secara IslamPernikahan secara Islam
Pernikahan secara IslamRantiRiyanti
 
Mahar microsoft word-joshua
Mahar microsoft word-joshuaMahar microsoft word-joshua
Mahar microsoft word-joshuaRemyzen Moksin
 
121347698 power-point-pernikahan
121347698 power-point-pernikahan121347698 power-point-pernikahan
121347698 power-point-pernikahanlailaaprina1
 
Ketentuan munakahat bag1
Ketentuan munakahat bag1Ketentuan munakahat bag1
Ketentuan munakahat bag1Iyeh Solichin
 
Perintah untuk menikahkan orang yang belum menikah
Perintah untuk menikahkan orang yang belum menikahPerintah untuk menikahkan orang yang belum menikah
Perintah untuk menikahkan orang yang belum menikahMuhsin Hariyanto
 
Tujuan dan hikmah pernikahan 2
Tujuan dan hikmah pernikahan  2Tujuan dan hikmah pernikahan  2
Tujuan dan hikmah pernikahan 2Arya D Ningrat
 
PAI XII Bab Munakahat
PAI XII Bab MunakahatPAI XII Bab Munakahat
PAI XII Bab Munakahatpawzonfire
 
Power Point Pernikahan dalam Islam.ppt
Power Point Pernikahan dalam Islam.pptPower Point Pernikahan dalam Islam.ppt
Power Point Pernikahan dalam Islam.pptPortalEdukasi1
 

Similar to Makalah mahar dalam perkawinan (20)

Pernikahan
PernikahanPernikahan
Pernikahan
 
Presentasi Fiqh Poligami
Presentasi Fiqh PoligamiPresentasi Fiqh Poligami
Presentasi Fiqh Poligami
 
Nikah
NikahNikah
Nikah
 
Hak dan kewajiban suami terhadap istri
Hak dan kewajiban suami terhadap istriHak dan kewajiban suami terhadap istri
Hak dan kewajiban suami terhadap istri
 
Pernikahan secara Islam
Pernikahan secara IslamPernikahan secara Islam
Pernikahan secara Islam
 
01 nikah
01 nikah01 nikah
01 nikah
 
Mahar microsoft word-joshua
Mahar microsoft word-joshuaMahar microsoft word-joshua
Mahar microsoft word-joshua
 
121347698 power-point-pernikahan
121347698 power-point-pernikahan121347698 power-point-pernikahan
121347698 power-point-pernikahan
 
anjuran menikah.pptx
anjuran menikah.pptxanjuran menikah.pptx
anjuran menikah.pptx
 
Pernikahan
PernikahanPernikahan
Pernikahan
 
Modul 7 kb 2
Modul 7 kb 2Modul 7 kb 2
Modul 7 kb 2
 
Ketentuan munakahat bag1
Ketentuan munakahat bag1Ketentuan munakahat bag1
Ketentuan munakahat bag1
 
Perkahwinan
PerkahwinanPerkahwinan
Perkahwinan
 
Fiqh Munakahat
Fiqh MunakahatFiqh Munakahat
Fiqh Munakahat
 
Perintah untuk menikahkan orang yang belum menikah
Perintah untuk menikahkan orang yang belum menikahPerintah untuk menikahkan orang yang belum menikah
Perintah untuk menikahkan orang yang belum menikah
 
Tujuan dan hikmah pernikahan 2
Tujuan dan hikmah pernikahan  2Tujuan dan hikmah pernikahan  2
Tujuan dan hikmah pernikahan 2
 
Qurratul uyun
Qurratul uyunQurratul uyun
Qurratul uyun
 
Training pra nikah
Training pra nikahTraining pra nikah
Training pra nikah
 
PAI XII Bab Munakahat
PAI XII Bab MunakahatPAI XII Bab Munakahat
PAI XII Bab Munakahat
 
Power Point Pernikahan dalam Islam.ppt
Power Point Pernikahan dalam Islam.pptPower Point Pernikahan dalam Islam.ppt
Power Point Pernikahan dalam Islam.ppt
 

More from Warnet Raha

Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanPengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanWarnet Raha
 
Warnet vast raha
Warnet vast rahaWarnet vast raha
Warnet vast rahaWarnet Raha
 
Surat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorselSurat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorselWarnet Raha
 
Silsilah keluarga
Silsilah keluargaSilsilah keluarga
Silsilah keluargaWarnet Raha
 
Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1Warnet Raha
 
Makalah haji dan umroh
Makalah haji dan umrohMakalah haji dan umroh
Makalah haji dan umrohWarnet Raha
 
Motivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerjaMotivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerjaWarnet Raha
 
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Warnet Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramataWarnet Raha
 
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Warnet Raha
 
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari mudaPengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari mudaWarnet Raha
 
Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4Warnet Raha
 

More from Warnet Raha (20)

Serune kale
Serune kaleSerune kale
Serune kale
 
Alat musik
Alat musikAlat musik
Alat musik
 
Septian
SeptianSeptian
Septian
 
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanPengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
 
Perihal
PerihalPerihal
Perihal
 
Warnet vast raha
Warnet vast rahaWarnet vast raha
Warnet vast raha
 
Surat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorselSurat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorsel
 
Silsilah keluarga
Silsilah keluargaSilsilah keluarga
Silsilah keluarga
 
Ipink
IpinkIpink
Ipink
 
Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1
 
Makalah haji dan umroh
Makalah haji dan umrohMakalah haji dan umroh
Makalah haji dan umroh
 
Motivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerjaMotivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerja
 
Salim 2
Salim 2Salim 2
Salim 2
 
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
 
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari mudaPengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
 
Jurnal ella
Jurnal ellaJurnal ella
Jurnal ella
 
Penelitian
PenelitianPenelitian
Penelitian
 
Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4
 

Recently uploaded

POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMASPOWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMASAfrilyakurniarezki
 
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnvsagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnvademahdiyyah
 
TIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertama
TIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertamaTIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertama
TIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertamalitaseptiana2
 
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.pptPertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.pptDAVIDSTEVENSONSIMBOL
 
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...achmadwalidi444
 
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.docundangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.docLaelaSafitri7
 
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...ahmadirhamni
 

Recently uploaded (7)

POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMASPOWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
 
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnvsagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
 
TIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertama
TIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertamaTIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertama
TIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertama
 
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.pptPertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
 
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
 
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.docundangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
 
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
 

Makalah mahar dalam perkawinan

  • 1. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahar termasuk keutamaan agama Islam dalam melindungi dan memuliakan kaum wanita dengan memberikan hak yang dimintanya dalam pernikahan berupa mahar kawin yang besar kecilnya ditetapkan atas persetujuan kedua belah pihak karena pemberian itu harus diberikan secara ikhlas. Para ulama fiqh sepakat bahwa mahar wajib diberikan oleh suami kepada istrinya baik secara kontan maupun secara tempo, pembayaran mahar harus sesuai dengan perjanjian yang terdapat dalam aqad pernikahan. Mahar merupakan pemberian yang dilakukan oleh pihak mempelai laki-laki kepada mempelai wanita yang hukumnya wajib. Dengan demikian, istilah shadaqah, nihlah, dan mahar merupakan istilah yang terdapat dalam al-Qur’an, tetapi istilah mahar lebih di kenal di masyarakat, terutama di Indonesia. Dikalangan masyarakat itu terdiri dari keluarga yang meliputi Bapak, Ibu, dan anak-anaknya. Terbentuknya sebuah keluarga di awali dari pernikahan antara laki-laki dan perempuan. Nah dalam melaksanakan acara pernikahan itu biasanya dirayakan dengan acara yang berbagai macam jenis tergantung keinginan sang penganten dan adat istiadat setempat. Acara yang dilaksanakan tersebut dalam ilmu fiqih disebut “walimah ursy” dalam kehidupan kemasyarakatan banyak berbagai ragam ragam suku dan kebiasaan yang di anut. Salah satunya acara pernikahan yang merupakan acara yang sakral pun berbeda-beda bentuk dan kebiasaannya. Namun yang sering kita temui di kalangan masyarakat kita menemui walimah dilaksanakan dengan bentuk yang mewah atau besar-besaran. Walaupun kadang-kadang tidak sesuai dengan keadaan ekonomi keluarga pada saat itu. Maka dari itu, fiqih dengan bijaksana membahas tentang masalah ini. Agar masyarakat tidak salah dalam penafsirkan walimah ini, dan agar masyarakat bias lebih memahami dan mendalam tentang walimah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pokok pikiran yang tertuang dalam latar belakang di atas serta untuk terarahnya makalah ini. Maka masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah 1. Pengertian dan Hukum Mahar 2. Syarat-syarat Mahar 3. Kadar (jumlah) Mahar 4. Memberi Mahar Dengan Kontan dan Utang 5. Macam-macam Mahar 6. Bentuk Mahar (Maskawin) 7. Gugur/Rusaknya Mahar 8. Pengertian Walimah & Kedudukan hukum Walimah menurut fiqih 9. Hukum Menghadari Undangan Walimah 10. Hikmah Walima
  • 2. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dan Hukum Mahar Dalam istilah ahli fiqh,disamping perkataan “mahar” juga dipakai perkataan : “shadaq” , nihlah; dan faridhah” dalam bahasa indonesia dipakai dengan perkataan maskawin. Mahar, secara etimologi, artinya maskawin. Secara terminologi,mahar ialah pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan hati calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada calon suaminya.Atau suatu pemberian yang diwajibkan bagi calon suami kepada calon istrinya, baik dalam bentuk benda maupun jasa (memerdekakan, mengajar, dan lain sebagainya). Imam Syafi’i mengatakan bahwa mahar adalah sesuatu yang wajib diberikan oleh seorang laki-laki kepada perempuan untuk dapat menguasai seluruh anggota badannya. Jika istri telah menerima maharnya, tanpa paksaan, dan tipu muslihat,lalu ia memberikan sebagian maharnya maka boleh diterima dan tidak disalahkan.Akan tetapi, bila istri dalam memberi maharnya karena malu, atau takut, maka tidak halal menerimanya. Allah Swt. Berfirman:      20. dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain [280], sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, Maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang Dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata ? ‘Maksudnya Ialah: menceraikan isteri yang tidak disenangi dan kawin dengan isteri yang baru. Sekalipun ia menceraikan isteri yang lama itu bukan tujuan untuk kawin, Namun meminta kembali pemberian-pemberian itu tidak dibolehkan. Dalam ayat selanjutnya, Allah Swt. Berfirman    21. bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat. (Q.S An-Nisa: 21).
  • 3. Karena mahar merupakan syarat sahnya nikah, bahkan Imam Malik mengatakannya sebagai rukun nikah, maka hukum memberikannya adalah wajib. Allah berfirman:   4. berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan…..(Q.S An-Nisa: 4). Rasulullah saw. berkata: ‫ومالك‬ ‫تفسك‬ ‫على‬ ‫ارضيت‬ : ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫فقال‬ ‫تعلين‬ ‫على‬ ‫نزوجت‬ ‫فزارة‬ ‫بنى‬ ‫من‬ ‫امراة‬ ‫ان‬ ‫ربيعة‬ ‫عمربن‬ ‫عن‬ ) ‫وصححه‬ ‫واترمذى‬ ‫ماجة‬ ‫وابن‬ ‫احمد‬ ‫(رواه‬ ‫جازه‬ ‫فأجازه‬ ,‫نعم‬ : ‫فقالت‬ ‫بنعلين‬ Dari ‘Amir bin Rabi’ah: “Sesungguhnya seorang perempuan dari Bani Fazarah kawin dengan maskawin sepasang sandal. Rasulullah saw. berkata kepada perempuan tersebut: Relakan engkau dengan maskawin sepasang sandal? Rasulullah saw. meluruskannya.” (HR Ahmad bin Mazah dan disahihkan oleh Turmudzi) Sabdanya lagi: ‫رواه‬ ( ‫حديد‬ ‫من‬ ‫بخاتم‬ ‫ولو‬ ‫تزوج‬) ‫البخارى‬ “Kawinlah engkau walaupun dengan maskawin cincin dari besi.” (HR Bukhari) B. Syarat-syarat Mahar Mahar yang diberikan kepada calon istri harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut. a. Harga berharga. Tidak sah mahar dengan yang tidak berharga walaupun tidak ada ketentuan banyak atau sedikitnya mahar, mahar sedikit, tapi bernilai tetap sah disebut mahar. b. Barangnya suci dan bisa diambil manfaat. Tidak sah mahar dengan memberikan khamar, babi, atau darah, karena semua itu haram dan tidak berharga. c. Barangnya bukan barang ghasab. Ghasab artinya mengambil barang milik orang lain tanpa seizinnya namun tidak termasuk untuk memilikinya karena berniat untuk mengembalikannya kelak. Memberikan mahar dengan barang hasil ghasab tidak sah, tetapi akadnya tetap sah d. Bukan barang yang tidak jelas keadaannya.Tidak sah mahar dengan memberikan barang yang tidak jelas keadaannya, atau tidak disebutkan jenisnya. C. Kadar (Jumlah) Mahar Agama tidak menetapkan jumlah minimum dan begitu pula jumlah maksimum dari maskawin. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tingkatan kemampuan manusia dalam memberikannya. Orang yang kaya mempunyai kemampuan untuk memberi maskawin yang lebih besar jumlahnya kepada calon istrinya. Sebaliknya, orang yang miskin ada yang hampir tidak mampu memberinya.Oleh karena itu, pemberian mahar diserahkan menurut kemampuan yang bersangkutan disertai kerelaan dan persetujuan masing-masing pihak yang
  • 4. akan menikah untuk menetapkan jumlahnya. Mukhtar Kamal menyabutkan, “janganlah hendaknya ketidaksanggupan membayar maskawin karena besar jumlahnya menjadi penghalang bagi berlangsungnya suatu perkawinan,” sesuai dengan sabda nabi: ‫امرا‬ ‫جأته‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫النبى‬ ‫ان‬ ‫سعد‬ ‫ابن‬ ‫سهل‬ ‫عن‬.‫طويال‬ ‫قياما‬ ‫فقامت‬ .‫لك‬ ‫تفسى‬ ‫وهبت‬ ‫انى‬ ‫هللا‬ ‫يارسول‬ : ‫فقال‬ ‫ة‬ ‫شيء‬ ‫من‬ ‫عندك‬ ‫هل‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ : ‫فقال‬ ,‫حجة‬ ‫بها‬ ‫لك‬ ‫يكن‬ ‫لم‬ ‫ان‬ ‫زوجنيها‬ ‫هلل‬ ‫يارسول‬ :‫فقال‬ ‫رجل‬ ‫فقام‬ ‫اعطيتها‬ ‫ان‬ : ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫فقال‬ ,‫هذا‬ ‫ازارى‬ ‫اال‬ ‫عندى‬ ‫ما‬ : ‫فقال‬ ‫؟‬ ‫اياها‬ ‫تصدقها‬‫ازار‬ ‫ال‬ ‫جلست‬ ‫ازارك‬ ‫شيئا‬ ‫يجد‬ ‫ولو‬ ‫فلتمس‬ ,‫حديد‬ ‫من‬ ‫خاتم‬ ‫ولو‬ ‫التمس‬ : ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫فقال‬ ,‫شيئا‬ ‫اجد‬ ‫ما‬ : ‫فقال‬ ,‫شيئا‬ ‫فلتمس‬ ,‫لك‬ ‫فقال‬ .‫لسوريسميها‬ ,‫وكذا‬ ‫وسورة‬ ‫كذا‬ ‫سورة‬ ‫نعم‬ ‫فقال‬ ‫؟‬ ‫شيئ‬ ‫القرأن‬ ‫من‬ ‫معك‬ ‫هل‬ : ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫فقال‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬) ‫ومسلم‬ ‫البخارى‬ ‫رواه‬ ( ‫القرأن‬ ‫من‬ ‫معك‬ ‫بما‬ ‫زوجتكها‬ ‫قد‬ : ‫وسلم‬ ‫عليه‬ “Dari Sahl bin Sa’ad, sesungguhnya telah datang kepada Rasulullah saw., seorang wanita maka ai berkata: “Ya Rasulullah! Aku serahkan dengan sungguh-sungguh diriku kepadamu”. Dan, wanita tersebutberdiri lama sekali, lalu berdirilah seorang laki-laki, ia berkata: “Ya Rasulullah saw., kawinkanlah ia kepada saya jika engkau tidak berminat kepadanya”. Maka Rasulullah saw. menjawab: “Adakah engkau mempunyai sesuatu yang dapat engkau jadikan mahar untuknya? Laki-laki itu berkata: “ Aku tidak memiliki sesuatu selain sarungku ini”. Nabi saw. berkata: “Jika engkau berikan sarungmu (sebagai mahar) tentulah kamu duduk tanpa sarung, maka carilah sesuatu (yang lain)”. Laki-laki itu menjawab: “Saya tidak mendapatkan apa-apa.” Nabi berkata: “Carilah, walaupun sebuah cincin besi”. Kemudian ia mencarinya lagi, tetapi ia tidak memperoleh sesuatu apa pun. Maka, Rasulullah saw. bersabda: “adakah engkau hafal sesuatu ayat dari Al-Qur’an?” Laki-laki tersebut berkata: “Ada surat ini, dan surat ini” sampai kepada surat yang disebutkannya. Nabi saw. berkata: “Engkau telah aku nikahkan dengan dia dengan maskawin (mahar) Al-Qur’an yang engkau hafal” (HR Bukhari dan Muslim). Imam Syafi’i, Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, dan Fuqaha Madinah dari kalangan Tabi’in berpendapat bahwa mahar tidak ada batas minimalnya. Segala sesuatu yang dapat menjadi harga bagi sesuatu yang lain dapat dijadikan mahar. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Ibnu Wahab dari kalangan pengikut Imam Malik. Sebagian fuqaha yang lain berpendapat bahwa mahar itu ada batas terendahnya. Imam Malik dan para pengikutnya mengatakan bahwa mahar itu paling sedikit seperempat dinar emas murni, atau perak seberat tiga dirham, atau bisa dengan barang yang sebanding berat emas perak tersebut. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa paling sedikit mahar itu adalah sepuluh dirham. Riwayat yang lain ada yang mengatakan lima dirham, ada lagi yang mengatakan empat puluh dirham. Pangkal silang pendapat ini, menurut Ibnu Rusydi, terjadi karena dua hal, yaitu:
  • 5. 1. Ketidak jelasan akad nikah itu sendiri antara kedudukannya sebagai salah satu jenis pertukaran, karena yang dijadikan adalah kerelaan menerima ganti, baik sedikit maupun banyak, seperti halnya dalam jual beli dan kedudukannya sebagai ibadah yang sudah ada ketentuan. Demikian itu, karena ditinjau dari segi bahwa dengan mahar itu laki-laki dapat memiliki jasa wanita untuk selamanya, maka perkawinan itu mirip dengan pertukaran. Tetapi, ditinjau dari segi adanya larangan mengadakan persetujuan untuk meniadakan mahar, maka hal itu mirip dengan ibadah. 2. Adanya pertentangan antara qiyas yang menghendaki adanya pembatasan mahar dengan mahfum hadis yang tidak menghendaki adanya pembatasan. Qiyas yang menghendaki adanya pembatasan adalah seperti pernikahan itu ibadah, sedangkan ibadah itu sudah ada ketentuannya. Mereka berpendapat bahwa sabda Nabi Saw., “nikahlah walaupun hanya dengan cincin besi” adalah dalil bahwa mahar itu tidak mempunyai batasan terendahnya. Karena, jika memang ada batas terendahnya tentu beliau menjelaskannya. D. Memberi Mahar Dengan Kontan dan Utang Mahar boleh dilaksanakan dan diberikan dengan kontan atau utang, apakah mau dibayar kontan sebagian dan utang sebagian. Kalau memang demikian, maka disunahkan membayar sebagian, berdasarkan sabda Nabi Saw: ,‫شيء‬ ‫ماعندى‬ : ‫فقال‬ , ‫شيئ‬ ‫يعطيها‬ ‫حتى‬ ‫بفاطمة‬ ‫يدخل‬ ‫ان‬ ‫عليا‬ ‫منع‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫النبى‬ ‫عن‬ ‫عباس‬ ‫ابن‬ ‫عن‬ ‫النسائى‬ ‫ودو‬ ‫دا‬ ‫ابو‬ ‫رواه‬ ( ‫اياه‬ ‫فأعطاه‬ : ‫الحطمية‬ ‫درك‬ ‫فاين‬ : ‫فقال‬) ‫وصححه‬ ‫والحاكم‬ “Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Saw melarang Ali menggauli Fatimah sampai memberikan sesuatu kepadanya. Lalu jawabnya: Saya tidak punya apa-apa. Maka sabdanya: Dimana baju besi Huthamiyyahmu? Lalu diberikanlah barang itu kepada Fatimah.” (HR Abu Dawud, Nasa’i dan dishahihkan oleh Hakim). Hadis diatas menunjukkan bahwa larangan itu dimaksudkan sebagai tindakan yang lebih baik, dan secara hukum dipandang sunnah memberikan mahar sebagian terlebih dahulu. Dalam hal penundaan pembayaran mahar (diutang) terdapat dua perbedaan pendapat dikalangan ahli fiqih. Segolongan ahli fiqih berpendapat bahwa mahar itu tidak boleh diberikan dengan cara diutang keseluruhan. Segolongan lainnya mengatakan bahwa mahar boleh ditunda pembayarannya, tetapi menganjurkan agar membayar sebagian mahar di muka manakala akan menggauli istri. Dan diantara fuqaha yang membolehkan penundaan mahar (diangsur) ada yang membolehkannya hanya untuk tenggang waktu terbatas yang telah ditetapkannya. Demikian pendapat Imam Malik. E. Macam-macam Mahar Ulama fiqih sepakat bahwa mahar itu ada dua macam, yaitu: a. Mahar Musamma
  • 6. Mahar Musamma, yaitu mahar yang sudah disebut atau dijanjikan kadar dan besarnya ketika akad nikah.Atau, mahar yang dinyatakan kadarnya pada waktu akad nikah. Ulama fikih sepakat bahwa,dalam pelaksanaannya, mahar musamma harus diberikan secara penuh apabila: 1) Telah bercampur (bersenggama). Tentang hal ini Allah Swt. Berfirman:      20. dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain [280], sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, Maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang Dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata ? “Maksudnya Ialah: menceraikan isteri yang tidak disenangi dan kawin dengan isteri yang baru. Sekalipun ia menceraikan isteri yang lama itu bukan tujuan untuk kawin, Namun meminta kembali pemberian-pemberian itu tidak dibolehkan. 2) Salah satu dari suami istri meninggal. Dengan demikian menurut ijma’. Mahar musamma juga wajib dibayar seluruhnya apabila suami telah bercampurdengan istri, dan ternyata nikahnya rusak dengan sebab tertentu, seperti ternyata istrinya mahram sendiri, atau dikira perawan ternyata janda, atau hamil dari bekas suami lama.Akan tetapi, kalau istri dicerai sebelum bercampur, hanya wajib dibayar setengah, berdasarkan firman Allah Swt.:    237. jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, Padahal Sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, Maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu,(Qs Al-Baqarah: 237). b.Mahar Mitsli (Sepadan) Mahar Mitsli yaitu mahar yang tidak disebut besar kadarnya pada saat sebelum ataupun ketika terjadi pernikahan. Atau mahar yang diukur (sepadan) dengan mahar yang pernah diterima oleh keluarga terdekat, agakjauh dari tetangga sekitarnya, dengan memerhatikan status sosial, kecantikan, dan sebagainya. Bila terjadi demikian (mahar itu disebut besar kadarnya pada saat sebelum atau ketika terjadi pernikahan), maka mahar itu mengikuti maharnya saudara perempuanpengantin
  • 7. wanita (bibi, bude), uwa perempuan(Jawa Tengah/Jawa Timur), ibu uwa (Jawa Banten) , anak, perempuan, bibi/bude). Apabila tidak ada, mahar mitsli itu beralih dengan ukuran wanita lain yang sederajat dengan dia. Mahar Mitsli Juga Terjadi Dalam Keadaan Sebagai Berikut: 1. .Apabila tidak disebutkan kadar mahar dan besarnya ketika berlangsung akad nikah, kemudian suami telah bercampur dengan istri, atau meninggal sebelum bercampur. 2. .Jika mahar musamma belum dibayar sedangkan suami telah bercampur dengan istri dan ternyata nikahnya tidak sah. Nikah yang tidak disebutkan dan tidak ditetapkan maharnya disebut nikah tafwid. Hal ini menurut jumhur ulama dibolehkan. Firman Allah Swt,:    236. tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan isteri-isteri kamu sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya. (Al-Baqarah:236) Ayat tersebut menunjukkan bahwa seorang suami boleh menceraikan istrinya sebelum digauli dan belum juga ditetapkan jumlah maharnya tertentu kepada istrinya itu. F. Bentuk Mahar (Maskawin) Pada prinsipnya maskawin harus bermanfaat dan bukanlah sesuatu yang haram dipakai, dimiliki, atau dimakan. Ibn Rusyd mengatakan bahwa mahar harus berupa sesuatu yang dapat ditukar dan ini terkesan harus berbentuk benda sebab selain berbentuk benda tidak dapat ditukar tampaknya tidak dibolehkan. Namun, menurut Rahmat Hakim, sesuatu yang bermanfaat tidak dinilai dengan ukuran umum, tetapi bersifat subjektif sehingga tidak selalu dikaitkan dengan benda. Dalam hal ini, calon istri mempunyai hak untuk menilai dan memilihnya, ini sangat kondisional. Artinya, dia mengetahui siapa dia dan siapa calon suami. G. Gugur/Rusaknya Mahar Mahar yang rusak bisa terjadi karena barang itu sendiri atau karena sifat-sifat barang tersebut, seperti tidak diketahui atau sulit diserahkan, mahar yang rusak karena zatnya sendiri, yaitu seperti khamar yang rusak karena sulit dimiliki atau diketahui, pada dasarnya disamakan dengan jual beliyang mengandung lima persoalan pokok, yaitu: a. Barangnya tidak boleh dimiliki; b. Mahar digabungkan dengan jual beli; c. Penggabungan mahar dengan pemberian; d. Cacat pada mahar; dan
  • 8. e. Persyaratan dalam mahar. Dalam hal barangnya tidak boleh dimiliki seperti: khamar, babi, dan buah yang belum masak atau unta yang lepas, Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa akad nikahnya tetap sah apabila telah memenuhi mahar mitsli. Akan tetapi, Imam Malik berpendapat tentang dua riwayat yang berkenaan dengan persoalan ini. Pertama, akad nikahnya rusak dan harus dibatalkan (fasakh), baik sebelum maupun sesudah dukhul. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Abu Ubaid. Kedua, apabila telah dukhul, maka akad nikah menjadi tetap dan istri memperoleh mahar mitsli. Mengenai penggabungan mahar dengan jual beli, ulama fikih berbeda pendapat seperti: jika pengantin perempuan memberikan hamba sahaya kepada pengantin laki-laki, kemudian pengantin laki-laki memberikan seribu dirham untuk membayar hamba dan sebagai mahar, tanpa menyebutkan mana yang sebagai harga dan mana yang sebagai mahar, maka Imam Malik dan Ibnul Qasim melarangnya, seperti juga Abu Saur.Akan tetapi Asyab dan Imam Abu Hanifah membolehkan, sedangkan Abu Ilah mengadakan pemisahan dengan mengatakan bahwa apabila dari jual beli tersebut masih terdapat kelebihan sebesar seperempat dinar ke atas, maka cara seperti itu dibolehkan. Tentang penggabungan mahar dengan pemberian, ulama juga berselisih pendapat, misalnya dalam hal seseorang yang menikahi wanita dengan mensyaratkan bahwa pada mahar yang diberikannya terdapat pemberian untuk ayahnya (perempuan itu). Perselisihan itu terbagi dalam tiga pendapat. Imam Abu Hanifah dan pengikutnya mengatakan bahwa syarat tersebut dapat dibenarkan dan maharnya pun sah. Imam Syafi’i mengatakan bahwa mahar itu rusak, dan istrinya memperoleh mahar mitsli. Adapun Imam Malik berpendapat bahwa apabila syarat itu dikemukakan ketika akad nikah, maka pemberian itu menjadi milik pihak perempuan, sedangkan apabila syarat itu dikemukakan setelah akad nikah, maka pemberiannya menjadi milik ayah. Mengenai cacat yang terdapat pada mahar, ulama fiqih juga berbeda pendapat. Jumhur ulama mengatakan bahwa akad nikah tetap terjadi. Kemudian, mereka berselisih pendapat dalam hal apakah harus diganti dengan harganya, atau dengan barang yang sebanding, atau juga mahar mitsli. Imam Syafi’i terkadang menetapkan harganya dan terkadang menetapkan mahar mitsli. Imam Malik dalam satu pendapat menetapkan bahwa harus meminta harganya, dan pendapat lain minta barang yang sebanding. Sedangkan Abu Hasan Al-Lakhimi berkata,”Jika dikatakan, diminta harga terendahnya atau mahar mitsli, tentu lebih cepat. Adapu Suhnun mengatakan bahwa nikahnya batal. Mengenai gugurnya mahar, suami bisa terlepasdari kewajiban untuk membayar mahar seluruhnya apabila perceraian sebelum persetubuhan datang dari pihak istri, misalnya istri keluar dari Islam, atau mem-fasakh karena suami miskin atau cacat, atau karena perempuan
  • 9. tersebutsetelah dewasa menolak dinikahkan dengan suami yang dipilih oleh walinya, Bagi istri seperti ini, hak pesangon gugur karena ia telah menolak sebelum suaminya menerima sesuatu darinya. Begitu juga mahar dapat gugur apabila istri, yang belum digauli, melepaskan maharnya atau menghibahkan padanya. Dalam hal seperti ini, gugurnya mahar karena perempuan sendiriyang menggugurkannya. Sedangkan mahar sepenuhnya berada dalam kekuasaan perempuan. H. Pengertian walimah Walimah ( ١‫لوليمة‬ ) artinya al-jam’u. kumpul, sebab suami dan istri berkumpul. Walimah ( ١‫لوليمة‬ ) berasal dari bahasa arab ١‫لوليم‬ artinya makanan pengantin. Maksudnya adalah makanan yang disediakan khusus dalam acara pesta perkawinan. Bias juga di artikan sebagai makanan untuk tamu undangan atau lainnya. Walimah diadakn ketika acara akad nikah berlangsung, atau sesudahnya, atau ketika hari perkawinan atau sesudah itu. Bias juga diadakan tergantung adat dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat. I. Kedudukan hukum 1. Dasar hukum walimah Jumhur ulama sepakat bahwa mengadakan walimah itu hukumnya “ sunnah muakad “. Hal ini berdasarkan hadist Rasulullah SAW. ‫عن‬١‫نسقالمااولمرسولاللهصلىاهللاعليهولمعلىﺸﻱﺀمننسانهمااولمعلىزينﺏاولمبﺸاة(رو‬١)‫هالبخارىومسلم‬ Artinya : Dan Annas, ia berkata “Rasulullah SAW mengadakan walimah dengan seekor kambing untuk istri-istrinya dan untuk zainab. )‫انهاليدللعرسىمنوليمة(رواهاحمد‬ Artinya: sesungguhnya untuk pesta perkawinan harus ada walimahnya. ‫انهصل‬١‫هللاع‬١‫يهوسلمماولمولمعلىبعﺽنسانهبمدينمنﺸعير(رو‬١)‫هاحمد‬ Artinya : Rasulullah SAW. Mengadakan walimah untuk sebagian istrinya dengan dua mud gandum. ( HR. Bukhari). Beberapa hadist tersebut diatas menunjukkan bahwa walimah itu boleh diadakan dengan makanan apa saja sesuai dengan kemampuan. Hal itu di tunjukkan oleh Nabi SAW. Bahwa perbedaan-perbedaan dalam mengadakan walimah oleh beliau bukan membedakan / melebihkan salah satu dari yang lain. Tetapi semata-metapa disesuaikan dengan keadaan ketika sulit / lapang. 2.Hukum menghadiri Undangan walimah Untuk menunjukkan perhatian memeriahkan, dan mengembirakan orang yang mengundang, maka orang yang diundang walimah wajib mendatanginya. Adapun wajibnya mendatangi undangan walimah, apabila : a. Tidak ada uzur syar’i
  • 10. b. Dalam walimah itu tidak ada atau tidak di gunakan untuk perbuatan munkar c. Yang diundang baik dari kalangan kaya maupun miskin. Dasar hukum wajib nya mendatngi undangan walimah adalah hadist Nabi saw sebagai berikut : ‫اذاد‬‫عي‬‫ا‬‫ح‬‫د‬‫ك‬‫ما‬‫ﱃ‬‫و‬‫ليمةف‬‫ا‬‫ي‬‫ا‬‫ته‬‫ا(روا‬‫ه‬‫ا‬‫لبخ‬‫ار‬)‫ى‬ Artinya :Jika salah seorang di antara mu di undang ke walimahan,hendak lah ia datangi.(H.R. Bukhari ) ‫و‬‫عنه‬‫ا‬‫نهصلىهللاعليه‬‫و‬‫سلمق‬‫اڶ‬‫ل‬‫ود‬‫عي‬‫تا‬‫ﱃ‬‫ﮐر‬‫اع‬‫الجب‬‫تو‬‫ل‬‫وا‬‫هدي‬‫ا‬‫ﱃ‬‫ذ‬‫ر‬‫اع‬‫لﭬبلم‬‫(ر‬‫وا‬‫ه‬‫ا‬)‫لبخرى‬ Artinya : Dari abu hurairah r.a bahwa Nabi saw bersabda “ Andaikata aku di undang untuk makan kambing,niscaya saya datangi,dan andai kata aku di hadiahi kaki depan kambing,niscaya aku terima ( H.R. bUkhari ). Jika undangan itu bersifat umum, tidak tertuju kepada orang-orang tertentu,maka tidak wajib mendatangi nya tidak juga sunnah. Misalnya orang yang mengundang berkata “ Wahai orang banyak !! datangi lah walimah saya,tampa menyebut orang-orang tertentu,atau dikatakan “ Undanglah setiap orang yang kamu temui “. Ada juga yang berpendapat bahwa hukum menghadiri undangan adalah wajib kifayah,dan ada juga yang berpendapat hukum nya sunah. Akan tetapi pendapat pertama lah yang lebih jelas. Secara rinci undangan itu wajib di datangi , apabila memenuhi syarat – syarat sebagai berikut : a. Pengundang nya mukallaf,merdeka dan berakal sehat. b. Undangan nya tidak di khususkan kepada orang-orang kaya saja,namun harus kepada orang miskin juga. c. Undangan nya tidak hanya di tujukan kepada orang yang di hormati dan di segani saja. d. Belum di dahului oleh undangan lain. e. Tidak ada kemungkaran dan hal-hallain yang menghalangi kehadiran nya f. Yang di undang tidak ada unsur syar’i. Memperhatikan syarat-syarat tersebut,jelas bahwa apabila walimah dalam pesta perkawinan hanya mengundang orang-orang kaya saja,maka hukum nya adalah makruh. Nabi saw bersabda : ‫شر‬‫ا‬‫لﻃع‬‫ا‬‫م‬‫ا‬‫ل‬‫و‬‫ليمةيدعىله‬‫اا‬‫الﻏني‬‫اء‬‫و‬‫يتر‬‫ڮاا‬‫لﻐقر‬(‫اء‬‫ر‬‫وا‬‫ه‬‫ا‬‫لبخ‬‫ا‬)‫رى‬ Artinya :Sejelek jelek nya makanan adalah makanan yang mengundang orang-orang kaya,tetapi meninggalkan orang-orang miskin. J. Hikmah Walimah Di adakannya walimah dalam pesta perkawinan mempunyai beberapa hikmah yaitu antara lain sebagai berikut :
  • 11. 1. Merupakan rasa syukur kepada Allah swt. 2. Tanda penyerahan anak gadis kepada pihak keluarga suami. 3. Sebagai tanda resmi nya ada nya akad nikah. 4. Sebagai tanda memulai hidup baru bagi suami istri. 5. Sebagai realisasi arti sosiologi dari akad nikah.
  • 12. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Mahar ialah pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan hati calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada calon suaminya.Atau suatu pemberian yang diwajibkan bagi calon suami kepada calon istrinya, baik dalam bentuk benda maupun jasa (memerdekakan, mengajar, dan lain sebagainya). Agama tidak menetapkan jumlah minimum dan begitu pula jumlah maksimum dari maskawin. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tingkatan kemampuan manusia dalam memberikannya. Orang yang kaya mempunyai kemampuan untuk memberi maskawin yang lebih besar jumlahnya kepada calon istrinya. Sebaliknya, orang yang miskin ada yang hampir tidak mampu memberinya. Mahar boleh dilaksanakan dan diberikan dengan kontan atau utang, apakah mau dibayar kontan sebagian dan utang sebagian. Kalau memang demikian, maka disunahkan membayar sebagian. Walimah berasal dari bahasa arab yang artinya makanan pengantin. Maksud nya adalah makanan yang di sediakan khusus dalam acara pesta perkawinan. Menurut kesepakatan para ulama bahwa mengadakan walimah itu hukum nya sunah muakkad dan hukum mendatangi undangan walimah adalah wajib apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Tidak ada uzur syar’i. b. Dalam walimah itu tidak ada unsur perbuatan munkar. c. Yang di undang baik dari keluarga orang kaya mau pun orang miskin. Adapun dalam pelaksanaan walimah tersebut terdapat beberapa hikmah yang terkandung yakni sebagai berikut : 1. Merupakan rasa syukur kepada Allah swt. 2. Tanda penyerahan anak gadis kepada pihak keluarga laki-laki. 3. Sebagai tanda resmi nya hubungan suami istri . 4. Sebagai tanda memulai hidup baru. 5. Sebagai realisasi arti sosiologi dari akad nikah. B. Saran Adapun yang menjadi saran dalam penulisan makalah ini yaitu penyusun menyadari bahwa penyusun hanyalah manusia biasa yang tidak pernah luput dari sifat khilaf, salah dan dosa. Oleh karenanya penyusun mengharapkan saran dan kritik dari pembaca apabila terdapat kekeliruan dalam memberikan penjelasan materi mengenai Fiqh Munakahat ini.
  • 13. DAFTAR PUSTAKA Kamal Muhktar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hlm. 81. Lihat Kamus Istilah Fiqh, hlm. 184. Lihat Zakiyah Daradjat dkk, Ilmu Fiqh (Jakarta: Depag RI, 1985) Jilid 3, hlm. 83. Lihat pula H. Abdurrahman Ghazali, Fiqih Munakahat (Jakarta, Prenada Media, 2003), hlm. 84 Lihat Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah, juz 4, hlm. 94 Hasbi Ash-Shiddieqi, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Departemen Agama RI, 1989), hlm. 119 Ibid. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), hal. 38 Lihat Abdurrahman Al-Jaziri, Op.Cit., hlm. 103 Kamal Muhktar, Op.Cit., hlm. 82 Ibid, hlm. 83 H. Abd. Rahman Ghazali, Op.Cit., hlm. 88-89 Ibid. Bandingkan dengan Ibn Rusyd, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al Muqtashid, (Beirut: Dar al-Fikr,t.t.), Juz 2, hlm. 14-15 M. Abdul Mujid dkk, Kamus Istilah Fikih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), hlm. 185. Hasbi Ash-Shiddieqi, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op.Cit,. hlm. 119 Abd. Rahman Ghazali, Op.Cit., hlm. 93 M. Abdul Mujib dkk, Op.Cit., hlm. 185; H. Abd.Rahman Ghazali, Op.Cit., hlm. 93 Abidin. Slamet. 1999. fiqih munakahat. Semarang : Cv pustaka setia. Iskandar. Slamet. Fiqih munakahat. Semakarang. IAIN walisongo Slamet abidin, fiqih munakahat. (Bandung : Cv pustaka setia. 1999) hal : 149 Ibid. hal. 153.
  • 14. KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan atas rahmat dan hidayah yang telah Tuhan yang maha Esa berikan kepada Saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah diberikan untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisi tentang “ HUKUM ADAT DAN PERKAWINAN ” Dan harapan saya semoga makalah ini dapat membantu. mahasiswa dalam proses pembelajaran. Raha, Juni 2014 Penulis
  • 15. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ……………………………………….....…........ i DAFTAR ISI ………………………………………………………...... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……………………………………….. ………........... 1 B. Tujuan..................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dan Hukum Mahar................................................................. 3 B. Syarat-syarat Mahar................................................................................. 5 C. Kadar (Jumlah) Mahar............................................................................ 6 D. Memberi Mahar Dengan Kontan dan Utang............................................ 7 E. Macam-macam Mahar............................................................................ 8 F. Bentuk Mahar (Maskawin) ......................................................................9 G. Gugur/Rusaknya Mahar............................................................................ 9 H. Pengertian walimah.................................................................................. 10 I. Kedudukan hukum..................................................................................... 10 J. Hikmah Walimah...................................................................................... 11 BAB III PENUTUP 4.1 Kesimpulan ………………………………............................................ 12 4.2 Saran........................................................................................................ 12 DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 13
  • 16. MAKALAH HUKUM ADA DAN PERKAWINAN DISUSUN OLEH : NAMA : JABBAR STAMBUK : 21309314 SEMESTER : II (DUA) JURUSAN : HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI 2014
  • 17. MAKALAH HUKUM ADA DAN PERKAWINAN DISUSUN OLEH : NAMA : SIRAJUDDIN STAMBUK : 21309329 SEMESTER : II (DUA) JURUSAN : HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI 2014