SlideShare a Scribd company logo
1 of 99
1
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI NY. “D” DENGAN ASFIKSIA SEDANG
DI RUANG TERATAI RSUD KAB. MUNA
TANGGAL 29 APRIL S.D 01 MEI 2015
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh :
Minarni
NIM : 2012.IB.0056
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2015
2
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. “D”
dengan Asfiksia Sedang di Ruang Teratai RSUD Kabupaten Muna
Tanggal 29 April s.d 01 Mei Tahun 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Fitria Ningsih, S.ST Asrini, S.ST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes.
ii
3
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Tim Penguji:
1. Arif Ndaga, SKM., M.Kes (……........……….…...............)
2. Fitria Ningsih, S.ST (……...............…………..…...)
3. Asrini, S.ST (……….……........………........)
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Fitria Ningsih, S.ST Asrini, S.ST
Mengetahui,
Direktur Akbid Paramata Raha
Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
iii
4
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
Nama : MINARNI
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Kasaka, 15 Februari 1995
Agama : Islam
Alamat lengkap : Jl. Kartika, Kec. Batalaiworu, Kab. Muna,
Provinsi Sulawesi Tenggara
Anak Ke : Pertama Dari Tiga Bersaudara
B. Identitas Orang Tua
Nama Ayah dan Ibu : La Musa dan Wa Koba
Pekeejaan : Wiraswasta dan IRT
Alamat : Desa Kasaka, Kec. Kabawo, Kab. Muna,
Provinsi Sulawesi Tenggara.
C. Riwayat pendidikan
1. Lulus SDN 12 Kabawo : Tahun 2006
2. Lulus SMPN 1 Kabawo : Tahun 2009
3. Lulus SMAN 1 Kabawo : Tahun 2012
4. Sejak tahun 2012 mengikuti pendidikan D3 Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna sampai sekarang
iv
5
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program studi
DIII Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna dengan judul : ” Manajemen
dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny.”D” Dengan Asfiksia
Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 29 April s.d 01
Mei tahun 2015”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis sedikit menemui
kendala, namun atas bantuan dari berbagai pihak sehingga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat terselesaikan. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Fitria
Ningsih, S.ST., selaku Pembimbing I dan Asrini, S.ST., selaku Pembimbing II
yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan,
masukan, kritikan serta petunjuk sehingga tersusunlah Karya Tulis Ilmiah ini.
Demikian pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes., selaku Ketua Yayasan Akademi Kebidanan
Paramata Raha, Kabupaten Muna
2. Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes., selaku direktur Akademi Kebidanan
Paramata Raha, Kabupaten Muna
.
v
6
3. dr. Tutut Purwanto, selaku kepala Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna yang telah banyak membantu penulis dalam pengambilan data Karya
Tulis Ilmiah di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna.
4. Arif Ndaga, SKM., M.Kes selaku penguji yang telah memberikan masukan
saran dan kritik dalam ujian Karya Tulis Ilmiah.
5. Segenap Dosen dan Staf Program Studi DIII Kebidanan Paramata Raha,
Kabupaten Muna yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan selama
penulis mengikuti pendidikan.
Setiap orang selalu berusaha untuk mempersembahkan sebuah karya
yang baik termasuk penulis, namun patut disadari sepenuhnya Karya Tulis Ilmiah
ini belum sempurna baik isi maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu,
segala usul, saran, komentar serta kritikan yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan dan akan diterima dengan senang hati
Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu kebidanan dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan
rahmat dan petunjuk dalam pemanfaatan Karya Tulis Ilmiah ini. Amin....
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Raha, Juli 2015
Penulis
vi
7
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................... i
Lembar Persetujuan....................................................................................... ii
Lembar Pengesahan...................................................................................... iii
Riwayat Hidup.............................................................................................. iv
Kata Pengantar.............................................................................................. v
Daftar Isi........................................................................................................ viii
Daftar Tabel.................................................................................................. ix
Moto Dan Persembahan................................................................................ x
Bab I Pendahuluan...................................................................................... 1
A.Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Ruang Lingkup Pembahasan............................................................. 4
C.Tujuan Telaah.................................................................................... 4
D.Manfaat Telaah.................................................................................. 6
E. Metode Telaah................................................................................... 7
F. Sistemtika Penulisan......................................................................... 8
Bab II Tinjauan Pustaka............................................................................ 9
A.Telaah Pustaka.................................................................................. 9
B. Tinjauan Umum Manajemen Kebidanan.......................................... 44
Bab III Studi Kasus..................................................................................... 50
A. Pengumpulan Data Dasar................................................................. 50
B. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual............................................. 55
C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial.......................................... 56
D. Tindakan Segera/Kolaborasi............................................................. 57
vii
8
E. Rencana Asuhan Kebidanan............................................................. 57
F. Implementasi Asuhan Kebidanan..................................................... 60
G. Efaluasi Keefektifan Asuhan............................................................ 63
H. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan............................................. 64
Bab IV Pembahasan.................................................................................... 73
Bab V Penutup............................................................................................. 79
A.Kesimpulan....................................................................................... 79
B. Saran.................................................................................................. 80
Daftar Pustaka............................................................................................. 82
Lampiran – Lampiran
viii
9
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Nilai APGAR................................................................................................. 31
ix
10
MOTO DAN PERSEMBAHAN
A. MOTO
1. Ada hikmah disetiap kejadian yang terjadi dalam hidup kita maka
janganlah berburuk sangka dengan takdir Allah.
2. Hidup itu adil, ada senang ada sedih. Ada memberi ada menerima, sebab
hidup itu terus berputar.
3. Semua yang kita rasakan itu terkadang hanya karena sugesti diri kita
sendiri, jadi bersugesti positiflah setiap saat.
4. Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah.
B. PERSEMBAHAN
1. Terimah kasih kepada Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan
dan jalan keluar disetiap kesulitan sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Kepada kedua orang tua tercinta, ayah (La Musa) dan ibu (Wa Koba)
yang selalu memberi doa dan motivasi baik moril maupun material.
Khusunya kepada ibu, terimah kasih, berkat doamu semua menjadi
lancar.
3. Teman-teman seperjuangan DIII Kebidanan Paramata Raha Kabupaten
muna angkatan 2012 yang selalu membantu memberikan masukan dan
saran kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Kepada yang lebih terkhusus, Almamaterku tercinta.
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi
psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi
kehidupannya kekehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga
membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani
masa transisi dengan baik (Wafi, 2011). Periode neonatal merupakan periode yang
paling kritis. Dari hasil penelitian lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam
periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya
penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan
yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian (Prawirohardjo,
2008).
Menurut Depkes RI (2005) bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dengan
usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan bayi lahir 2500 gram sampai
4000 gram. Menurut M. Sholeh Khosim (2007) bayi baru lahir adalah bayi dengan
bayi lahir antara 2500 gram sampai dengan 4000 gram, cukup bulan, lahir
langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator dalam menentukan
derajat kesehatan anak. Setiap tahun kematian bayi baru lahir atau neonatal
mencapai 37% dari semua kematian pada anak balita. Setiap hari 8.000 bayi baru
lahir di dunia meninggal dari penyebab yang tidak dapat dicegah. Mayoritas dari
1
2
semua kematian bayi, sekitar 75% terjadi pada minggu pertama kehidupan dan
antara 25% sampai 45% kematian tersebut terjadi dalam 24 jam pertama
kehidupan seorang bayi. Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau neonatal
di dunia antara lain bayi lahir prematur 29 April%, sepsis dan pneumonia 25%
serta 23% lain merupakan bayi lahir dengan Asfiksia dan trauma. Asfiksia lahir
menempati penyebab kematian bayi ke 3 di dunia dalam periode awal kehidupan
(World Health Organization (WHO), 2012).
Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun (2008–2012)
berdasarkan Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 lebih rendah
dari pada hasil SDKI 2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah
32/1000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40/1000 kelahiran hidup dan
mayoritas kematian bayi terjadi pada neonatus (Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia, 2012). Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) Angka
Kematian Bayi (AKB) turun menjadi 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Untuk mencapai target tersebut perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja
sama antara tenaga kesehatan (Depkes RI, 2010).
Kejadian kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu
sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal), pada umumnya disebabkan
oleh Tetanus Neonatorum, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan penyebab lain
seperti pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kurangnya
oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan
saat lahir atau beberapa saat setelah lahir/asfiksia lahir (Profil Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2012).
3
Jumlah kematian bayi di Sulawesi Tenggara tahun 2014 sampai dengan
2015 cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2013 jumlah kematian bayi 587 dari
42.624 kelahiran atau sekitar 587 orang (1,37%), tertinggi terjadi di Kabupaten
Kolaka 6,5%, menyusul Kabupaten Bombana 3% dan Buton 2,7% sedangkan
untuk Kabupaten Muna berada pada urutan kesembilan yaitu 1,13%. Tahun 2014
jumlah kematian bayi mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu mencapai
jumlah 1.166 kematian dari 42.540 kelahiran atau sekitar 2,7%. Kematian Bayi
yang tertinggi pada tahun 2014 terdapat di Buton Utara 3,8%, disusul Kabupaten
Bombana 3,7% dan Kabupaten Muna berada pada urutan ketiga yaitu 3,5%.
Tahun 2015 jumlah kematian bayi mengalami penurunan yang cukup signifikan
yaitu 693 kematian dari 46.049 kelahiran atau sekitar 1,5% , jumlah tertinggi
terjadi di Buton Utara 3,5%, menyusul Konawe Utara 2,5% dan Bombana 2,4%,
sedangkan untuk Kabupaten Muna sendiri berada pada urutan keempat yaitu 2,1%
(Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015).
Berdasarakan data dari Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
sejak mulai dibukanya ruang teratai atau kamar bayi pada bulan November 2013,
dan pada bulan Januari tahun 2014 sampai dengan bulan Mei 2015 jumlah
kelahiran 1317 bayi, bayi yang megalami asfiksia adalah 51 orang (3,87% ),
terdiri dari bayi lahir normal 2 orang (2,6%) dan bayi baru lahir dengan Seksio
Caesarea (SC) 74 orang (97%). Jumlah kematian bayi 18 orang (7,6%) dan 4
orang (22%) diantaranya disebabkan oleh asfiksia.
Sejauh ini semua kejadian kematian bayi karena asfiksia terjadi pada bayi
baru lahir dengan SC, untuk kematian bayi yang lahir normal dengan asfiksia
4
tidak ditemukan (Catatan Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna Tahun 2015).
Dengan melihat masih tingginya angka kematian bayi akibat asfiksia,
serta didukung dari hasil studi pendahuluan di atas maka penulis tertarik untuk
mengambil kasus dengan judul “ Manajemen Dan Pendokumentasian Asuhan
Kebidanan pada Bayi Ny.”D” dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna”.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan meliputi Manajemen Asuhan Kebidanan
pada Bayi Ny. ”D” dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun
2015”.
C. Tujuan Telaah
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Bayi Ny.”D” dengan
Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang
dilaksanakan tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengumpulkan dan menganalisis data dasar pada bayi Ny.“D“
dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
yang dilaksanakan tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun 2015.
5
b. Mampu merumuskan diagnosa/masalah aktual pada bayi Ny.“D“ dengan
Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang
dilaksanakan tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun 2015.
c. Mampu merumuskan diagnosa/masalah potensial pada bayi Ny.”D“ dengan
Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang
dilaksanakan tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun 2015.
d. Mampu mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi pada bayi Ny.“D“
dengan Asfiksai Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
yang dilaksanakan tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun 2015.
e. Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada bayi Ny.“D“ dengan Asfiksia
Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang dilaksanakan
tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun 2015.
f. Mampu melaksanankan tindakan asuhan kebidanan pada bayi Ny.”D“
dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
yang dilaksanakan tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun 2015.
g. Mampu melakukan evaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan
pada bayi Ny.“D“ dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun
2015.
h. Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan
pada bayi Ny.”D“ dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun
2015.
6
i. Mampu melakukan follow Up asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan
pada bayi Ny.”D” dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun
2015.
D. Manfaat Telaah
1. Manfaat Praktis
a. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Ujian Akhir
Pendidikan DIII Kebidanan Paramata Raha.
b. Sebagai pengalaman berharga yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
menambah wawasan penulis dalam memberikan perawatan kepada klien
dengan kasus Bayi Asfiksia.
c. Sebagai sumber informasi dan menambah wawasan ilmu pengetahuan dan
sebagai bahan acuan bagi penulis Karya Tulis Ilmiah selanjutnya.
2. Manfaat Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi rekan-rekan
mahasiswa Diploma III Kebidanan Paramata Raha, dalam pelaksanaan asuhan
kebidanan.
3. Manfaat Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis serta
tambahan pengalaman yang sangat berharga dalam memberikan Asuhan
Kebidanan pada Bayi Asfiksia dan dapat memperluas wawasan keilmuan
sebagai sarana pengembangan diri melalui penulisan Karya Tulis Ilmiah.
7
E. Metode Telaah
1. Studi Kepustakaan
Penulis mempelajari berbagai literatur yang ada relevansinya dengan
asfiksia antara lain : membaca buku dari berbagai sumber, mengakses data
melalui internet dan mempelajari karya tulis yang ada.
2. Studi Kasus
Penulis menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam asuhan
kebidanan pada bayi Ny.“D“ meliputi : pengumpulan dan analisa data,
merumuskan diagnosa/masalah aktual dan potensial, melaksanakan tindakan
segera dan kolaborasi, menyusun rencana tindakan, melaksanakan tindakan dan
mengevaluasi asuhan kebidanan serta mendokumentasikan dengan metode
Subyektif, Obyektif, Asessment dan Planning (SOAP). Tehnik pengumpulan
data dilakukan dengan cara :
1) Anamnesa
Melakukan Tanya jawab pada kedua orang tua bayi serta bidan untuk
memperoleh informasi secara aktual.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan secara sistematis mulai dari kepala hingga kaki yang
meliputi pemeriksaan secara inspeksi, palpasi dan auskultasi.
c. Pengkajian Psikososial
Pengkajian psikososial meliputi pengkajian status emosional, respon
terhadap kondisi yang dialami serta pola interaksi klien terhadap keluarga,
petugas kesehatan dan lingkungannya.
8
3. Studi Dokumentasi
Membaca dan mempelajari status kesehatan yang berhubungan dengan
keadaan bayi yang bersumber dari catatan perawatan maupun dari sumber lain
yang menunjang yaitu hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
diagnostik.
F. Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan pemahaman dalam penulisan studi kasus ini,
maka penulis menyusun secara sistematika yaitu :
1. Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, ruang lingkup pembahasan,
tujuan telaah, manfaat telaah, metode telaah dan sistematika penulisan.
2. Bab II Tinjauan Pustaka terdiri dari tinjauan umum bayi baru lahir, tinjauan
umum asfiksia dan tinjauan umum tentang manajemen kebidanan.
3. Bab III Studi Kasus terdiri dari pengumpulan data dasar, identifikasi
diagnosa/masalah aktual, identifikasi diagnosa/masalah potensial, tindakan
segera/kolaborasi, rencana asuhan kebidanan, implementasi asuhan kebidanan,
evaluasi keefektifan asuhan, pendokumentasian hasil asuhan.
4. Bab IV Pembahasan, membahas tetang kesejangan antara teori dan hasil studi
kasus di lahan praktek.
5. Bab V Penutup berisikan kesimpulan hasil pelaksanaan studi kasus yang
dilaksanakan serta saran yang merupakan alternatif rujukan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan Umum Bayi Baru Lahir
a. Pengertian Bayi Baru Lahir (BBL).
Bayi baru lahir (neonatus) adalah proses penyesuaian fungsional
neonatus dari kehidupan didalam uterus. Kemampuan adaptasi fungsional
neonatus dari kehidupan didalam uterus kehidupan diluar uterus. Kemampuan
adaptasi fisiologis ini disebut homeostatis. (Marmi, 2012).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan
4000 gram (Sugeng Jitowiyono, 2011). Neonatus adalah fase awal ketika
seorang manusia lahir ke bumi. Neonatus adalah organisme pada periode
adaptasi kehidupan ekstrauterin (Elisabeth Siwi Walyani,2015).
Menurut Depkes RI (2005) bayi baru lahir adalah bayi yang lahir
dengan usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan bayi lahir 2500
gram sampai 4000 gram. Menurut M. Sholeh Khosim (2007) bayi baru lahir
adalah bayi dengan bayi lahir antara 2500 gram sampai dengan 4000 gram,
cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital
(cacat bawaan) yang berat (Dr Lyndon Saputra, 2014).
b. Perubahan Bayi Baru Lahir
1) Perubahan metabolisme karbohidrat
9
10
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari tubuh orang
dewasa sehingga metabolisme basal per Kg berat badan (BB) akan
lebih besar. Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari
pembakaran karbohidrat dan pada hari kedua energi berasal dari
pembakaran lemak. Bayi baru lahir tidak dapat mencerna makanan
dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen
(Glikogenelisis), hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai
persendian glikogen yang cukup. Seorang bayi yang mengalami
hipotermia pada saat lahir akan mengalami hipoksia, maka ia akan
menggunakan persediaan glikogen dalam jam pertama kelahiran.
Gejala hipoglikemia bisa tidak jelas dan tidak khas meliputi kejang
halus, sianosis, apnea, menangis lemah, letargi, lunglai dan menolak
makanan.
2) Perubahan suhu tubuh
Bayi baru lahir mempunyai kecenderungan untuk mengalami stress
fisik akibat perubahan suhu di luar uterus. Fluktuasi (Naik turunnya)
suhu di dalam uterus minimal, rentang maksimal hanya 0,6ºC sangat
berbeda dengan kondisi diluar uterus. Jika seorang bayi kedinginan,
dia akan mengalami hipoglikemia, dan hipoksia. Oleh karena itu,
upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama .
3) Perubahan Pernafasan
Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir (BBL) adalah adalah
ketika harus mengatasi resistensi paru pada saat pernapasan yang
11
pertama kali. Dan proses pernapasan ini bukanlah kejadian yang
mendadak, tetapi telah dipersiapkan lama sejak intrauteri. Selama
dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru
bayi. Pernapasan pertama pada pada bayi normal terjadi dalam
waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Keadaan yang mempercepat
proses maturitas paru-paru adalah: toksemia, hipertensi, diabetes
yang berat, infeksi ibu, ketuban pecah dini, dan isufisiensi plasenta.
Keenam keadaan tersebut dapat mengakibatkan stres pada janin, hal
ini dapat menimbulkan rasangsangan untuk pematangan paru-paru.
4) Perubahan Sirkulasi
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem.
Tindakan ini menyebabkan suplai oksigen ke plasenta menjadi tidak
ada dan menyebabkan suplai oksigen ke plasenta menjadi tidak ada
dan menyebabkan serangkaian reaksi selanjutnya. Sirkulasi janin
memiliki karakteristik sirkulasi bertekanan rendah. Karena paru-pari
adalah organ tertutup yang berisi cairan, maka paru-paru
memerlukan aliran darah yang minimal. Sebagian besar darah janin
yang teroksigenasi melalui paru-paru mengalir mealalui lubang
antara antrium kanan dan kiri yang disebut dengan foramen ovale.
Darah yang akan kaya oksigen ini kemudian secara istimewa
mengalir ke otak melalui duktus arteriosus. Dalam beberapa saat,
perubahan tekanan yang luar biasa terjadi didalam jantung dan
12
sirkulasi bayi baru lahir (BBL). Ketika janin dilahirkan segera bayi
menghirup udara dan menangis kuat. Dengan demikian paru-paru
berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan darah mengalir ke
paru-paru.
5) Perubahan alat pencernaan hati, ginjal dan lainnya mulai berfungsi
Bila dibandingkan dengan ukuran tubuh, saluran pencernaan pada
neonatus relatif lebih berat dan panjang dibandingkan orang dewasa.
Pada masa neonatus, traktus digestivus mengandung zat-zat yang
berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolosakarida dan
disebut mekonium. Pada masa neonatus saluran pencernaan
mengeluarkan tinja pertama biasanya dalam dua puluh empat jam
pertama berupa mekonium (Zat berwarna hitam kehijauan).
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan
morfologis, yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan lemak dan
glikogen. Enzim hepar belum aktif benar pada neonatus, misalnya
enzim Uridin Difosfat Glukorinide Tranferase (UDPG:T) dan enzim
Glukosa 6 Fosfat Dehidroginase (G6PADA) Yang berfungsi dalam
sintesis bilirubin, sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan
gejala ikterus fisiologik. (Marmi, 2012).
c. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir normal memiliki ciri-ciri yakni : lahir aterm
antara 37-42 minggu, berat bdan 2500-4000 gram, panjang badan 48-52
cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-
13
12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160 kali/menit, pernafasan 40-60
kali/menit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya
telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, penilaian Apprearance,
Pulse, Grimace, Activity dan Respiration (APGAR) > 7, gerak aktif, bayi
lahir langsung menangis kuat, reflek rooting (mencari putting susu
dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk
dengan baik, reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan
baik, reflek moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk
dengan baik, reflek grasping (menggenggam) sudah baik, genitalia (pada
laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum
dan penis yang berlubang sedagkan pada perempuan kematangan
ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia
minora dan mayora), eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24
jam pertama dan mekonium berwarna hitam kecoklatan (Marmi, 2012).
d. Tahapan Pada Bayi Baru Lahir
1) Tahap I terjadi segera setelah lahir
Selama menit pertama kelahiran, pada tahap ini digunakan sistem
scoring APGAR untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi
dan ibu.
2) Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas
Pada tahap ini dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap
adanya perubahan prilaku.
14
3) Tahap III disebut tahap periodik
Ditahap ini pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang
meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Dewi, 2010).
e. Penanganan Bayi Baru Lahir Normal
1) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan
bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah
dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi
ditempat yang memungkinkan).
2) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
biarkan kotak kulit ibu dan bayi, lakukan penyuntikan Oxytoksin
secara IM (Intra Muskular) pada ibunya.
3) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi, melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem pertama
kearah ibu dan memasang klem 2 cm dari klem pertama (kearah
ibu).
4) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.
5) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti
bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi
bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
6) Memberikan bayi kepada ibunya dan mengajurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian Air Susu Ibu (ASI) jika
ibu menghendakinya (Prawirohardjo, 2010).
15
f. Bayi Baru Lahir Bermasalah
Masalah yang perlu tindakan segera dalam 1 jam pertama setelah bayi
lahir :
1) Tidak bernapas/ sulit bernapas
Penanganan umum yang biasa diberikan adalah :
a) Keringkan bayi atau ganti kain yang basah dan bungkus dengan
pakaian hangat dan kering.
b) Segera klem dan potong tali pusat.
c) Letakkan bayi pada tempat yang keras dan hangat.
d) Lakukan pedoman pencegahan infeksi dalam setiap melakukan
tindakan.
e) Lakukan resusitasi bila terdeteksi adanya kegagalan napas
setelah bayi lahir.
f) Jika resusitasi tidak berhasil, maka berikan ventilasi.
2) Sianosis / kebiruan dan sukar bernapas
Jika bayi mengalami sianosis (kebiruan ), sukar bernapas (frekuensi
< 30 atau > 60 kali/menit), ada tarikan dinding dada ke dalam, atau
merintih, maka lakukan hal berikut :
a) Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan napas tidak
tersumbat.
b) Berikan oksigen 0,5 liter/menit.
c) Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang men- support
kondisi bayi.
16
d) Tetap menjaga kehangatan bayi.
3) Bayi berat lahir rendah ( BBLR) < 2500 gram.
Ada 2 macam BBLR :
1. Bayi lahir kecil akibat kurang bulan dengan umur kehamilan 37
minggu
2. Bayi kecil masa kehamilan (KMK) : bayi dilahirkan kurang dari
percentil ke-10 kurva pertumbuhan janin.
Berdasarkan penanganan dan harapan hidup, BBLR dibedakan
dalam :
i. BBLR : 1500 gram-2499 gram
ii. BBLSR : < 1500 gram
iii. BBLER : < 1000 gram
a) Bayi lahir kecil akibat kurang bulan (premature) masa
gestasi 37 minggu. Faktor penyebabnya adalah sebagai
berikut :
(1) Faktor ibu umur, paritas, ras, infertilitas, riwayat
kehamilan tidak baik, lahir abnormal, jarak kelahiran
terlalu dekat, BBLR, pada anak sebelumnya, penyakit
akut dan kronik, kebiasaan tidak baik seperti merokok
dan minum alkohol, preeklampsi, dll.
(2) Keadaan sosial ekonomi rendah
(3) Kehamilan ganda atau hidramnion.
(4) Faktor plasenta tumor
17
(5) Faktor janin infeksi bawaan, kelainan kromosom.
Ciri-ciri bayi premature adalah sebagai berikut : berat kurang <
2500 gram, lingkar dada < 30 cm, panjang badan < 45 cm,
lingkar kepala < 33 cm, kepala lebih besar dari badannya,
kulitnya tipis transparan dan banyak lanugo, lemak subkutan
minimal.
b) Bayi lahir kecil dengan berat badan yang seharusnya untuk masa
gestasi (dismatur). Kondisi ini dapat terjadi preterm, aterm,
maupun postmatur. Bayi lahir dengan berat sangat kecil (BB<
1.500 gram atau usia < 32 minggu) sering dijumpai masalah
berat seperti : sukar bernapas, sukar minum (menghisap), ikterus
berat, infeksi berat dan rentan hipotermi. Segera rujuk jika bayi
mengalami kondisi-kondisi tersebut.
4) Letargi
Tonus otot rendah dan tidak ada gerakan sehingga sangat mungkin
bayi sedang sakit berat. Jika ditemukan kondisi demikian, maka
segera rujuk.
5) Hipotermi (suhu < 36 ˚C)
Suhu tubuh rendah (hipotermia) dapat disebabkan oleh karena
terpapar dengan lingkungan yang dingin (suhu lingkungan rendah,
permukaan yang dingin atau basah) atau bayi dalam keadaan basah
atau tidak berpakaian, kesalahan perawatan bayi segera setelah lahir,
bayi dipisahkan dengan ibunya setelah lahir, asfiksia dan hipoksia.
18
Hipotermi dapat bermasalah pada neonatus pada saat lahir dan pada
umur bayi 24 jam atau lebih. Bayi mengalami hipotermi berat jika
suhu aksila < 36,5 – 37,5˚C. Hipotermi sering terjadi pada neonatus
BBLR karena jaringan lemak sub kutan rendah dan luas permukaan
tubuh relatif besar dibandingkan bayi BBLC untuk mengatasi
kondisi tersebut, lakukan hal berikut :
a) Gunakan alat yang ada inkubator, radian heater, kamar hangat,
atau tempat tidur hangat.
b) Rujuk ke pelayanan kesehatan yang memiliki Neonatal Intensif
Care Unit (NICU).
c) Jika bayi sianosis, sukar bernapas, atau ada tarikan dinding dada
dan merintih, segera berikan oksigen.
6) Kejang
Kejang spasme atau tidak sadar dapat disebabkan oleh asfiksia
neonatorum, hipoglikemia atau merupakan tanda meningitis atau
masalah pada susunan saraf. Diantara episode kejang yang terjadi,
bayi mungkin tidak sadar, letargi, rewel, atau masih normal. Macam-
macam kejang : kejang umum, kejang subtle, kejang spasme. Untuk
mengatasi masalah kejang tersebut maka lakukan hal berikut :
1. Pasang jalur infuse dengan dextrose secara IV dan beri cairan
dengan dosis rumatan.
2. Bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mg, tangani
hipoglikemi sebelum melakukan manajemen kejang untuk
19
menyingkirkan kemungkinan hipoglikemia sebagai penyebab
kejang.
3. Bila bayi dalam keadaan kejang atau bayi kejang dalam
beberapa jam terakhir, beri injeksi fenobarbital 2 mg/kg berat
badan secara IV, diberikan pelan-pelan dalam waktu 5 menit.
4. Bila jalur IV belum terpasang, beri injeksi fenobarbital 20
mg/kg dosis tunggal secara IM
5. Bila kejang tidak berhenti dalam 30 menit, beri ulang
fenobarbital 10 mg/kg berat badan secara IV atau IM. Dapat
diulangi sekali lagi 30 menit kemudian bila perlu.
6. Bila kejang masih berlanjut atau berulang, beri injeksi fenitoin
20 mg/kg, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Fenitoin hanya boleh disebabkan secara IV
b. Campur dosis fenitoin ke dalam 15 ML garam fisiologis dan
berikan dengan kecepatan 0,5 Ml/menit selama 30 menit.
Fenitoin hanya boleh dicampur dengan garam fisiologis
sebab jenis cairan lain akan mengakibatkan kristalisasi.
7. Lanjutkan pemberian O2 bila bayi mengalami gangguan napas
(misal sianosis sentral, frekuensi napas kurang dari 30 kali per
menit). Kurangi pemberian O2 secara bertahap untuk
memperbaiki gangguan nafas sampai batas terendah yang tidak
menyebabkan sianosis sentral.
20
8. Jelaskan pada ibu bahwa fenobarbital dapat menyebabkan bayi
mengantuk untuk beberapa hari.
9. Bila bayinya sudah 3 jam tidak kejang, dianjurkan bayi untuk
untuk menyusu ASI. Bila bayi tidak mau menyusu ASI, beri
ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara
pemberian minum. (Yongki, 2012).
7) Sindrom Gangguan Pernapasan
Distres pernapasan pada Neonatus adalah bayi baru lahir yang
bernapas spontan, namun mengalami gangguan napas atau bernapas
cepat.
a. Batasan gangguan Napas
1) Frekuensi napas >60 x/menit
2) Frekuensi napas <30 x/menit
3) Henti napas > 20 x /menit
4) Sianosis sentral
b. Penyebab Gangguan Napas
1) Kelainan paru : Pneumoni
2) Kelainan jantung : Penyakit jantung bawaan, disfungsi
miokardium
3) Kelainan susunan syaraf pusat akibat asfiksia, perdarahan
otak
4) Kelainan metabolik : Hipoglikemia, Asidosis metabolik
21
5) Kelainan bedah: Pneumotoraks, fistel trakheoesofageal,
Hernia diafragmatika.
6) Kelainan lain : Sindrom aspirasi mekonium
c. Gangguan Napas Menurut Gestasi
1) Pada Bayi Kurang Bulan
a) Penyakit memran hialin
b) Pneumonia
c) Asfiksia
d) Kelainan atau malformasi kongenital
2) Pada Bayi Cukup Bulan
a) Sindrom aspirasi mekonium
b) Pneumonia
c) Asidosis
d) Kelainan atau malformasi kongenital
d. Klasifikasi Gangguan Napas
Frekuensi napas Gejala tambahan
gangguan napas
Klasfikasi
>60x/menit
ATAU
>90x/menit
ATAU
< 40x/menit
DENGAN
DENGAN
DENGAN
atau TANPA
Sianosis sentral dan
tarikan dinding dada
atau merintih saat
ekspirasi.
Sionosis sentral atau
tarikan dinding dada
atau merintih saat
ekspirasi.
Gejala lain dari
gangguan napas.
Gangguan napas
berat
60-90x/menit DENGAN
Tetapi
Tarikan dinding
dada atau merintih
saat ekspirasi
Sianosis Sentral
22
ATAU>
90x/menit
TANPA
TANPA
Sianosis sentral atau
tarikan dinding dada
atau merintih saat
ekspirasi
Gangguan napas
sedang
60-90x/menit DENGAN Sianosis sentral atau
tarikan dinding dada
atau merintih saat
ekspirasi
Gangguan napas
ringan
60-90x/menit
Tetapi
TANPA
Sianosis sentral
Tarikan dinding
dada atau merintih
saat ekspirasi
Kelainan jantung
kongenital
e. Penanganan Awal
1) Beri oksigen dengan kecepatan sedang
2) Bila bayi apnu
a) Beri rangsangan taktil
b) Bila tetap tidak bernapas atau mengalami sianosis sentral,
napas megap-megap, frekuensi jantung kurang dari
100x/menit lakukan resusitasi dengan sungkup
c) Kaji ulang anamnesis dan pemeriksaan fisiknya
d) Periksa kadar gula darah bila kurang dari 45 mg/dl
tangani hipoglikemia
e) Tentukan klasifikasi gangguan napasnya dan berikan
pertolongan yang sesuai.
f. Manajemen Spesifik
1) Gangguan Napas Berat
a) Pemberian O2 aliran sedang
b) Tangani sebagai kemungkinan besar sepsis
23
c) Bila ada perburukan atau sianosis sentral berikan O2
aliran tinggi
d) Bila gejala menetap dalam 2 jam pasang pipa lambung
untuk mengosongkan udara dan cairan lambung.
e) Bila gejala membaik, kurangi konsentrasi O2 mulai
pempberian minum
f) Pantau setiap 3 jam frekuensi napas, adanya tarikan
dinding dada atau merintih, episode apnea
2) Gangguan Napas Sedang
a) Teruskan O2 aliran sedang
b) Jangan beri minum
c) Jika ada tanda dibawah ini, ambil darah untuk kultur dan
berikan antibodi
d) Suhu <34ºC atau >39ºC
e) Ketuban bercampur mekonium
f) Riwayat infeksi intrauterin, Curiga infeksi berat atau
KPD (> 18 jam).
g) Jika suhu 34-26,5ºC atau 37,5-39ºC, tangani untuk
masalah suhu abnormal dan ulangi penilaian 2 jam.
h) Bila suhu masih belum stabil kelola sebagai kemungkinan
sepsis
i) Bila suhu normal, lanjutkan pengamatan
j) Bila tidak ada tanda-tanda sepsis amati tiap 2 jam.
24
k) Bila kondisi membaik kurangi aliran O2 dan mulai
pemberian minum.
3) Gangguan Napas Ringan
a) Hitung napas tiap 2 jam selama 6 jam berikutnya
b) Bila memburuk tangani sesuai dengan gangguan napas
berat
c) Berikan minum
d) Kurangi O2 bertahap. (Icesmi Sukarni, 2014).
8) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah < 45 gram/dl pada bayi
kurang bulan atau cukup bulan dan dapat disertai gejala (simtomatis)
atau tanpa gejala (simtomatis). Tanda dan gejala hipoglikemia yaitu
Tremor, apatis, kejang, apnea, Suara tangis lemah, bayi lemah,
letargis, hipotermia, pucat mendadak. Tatalaksana hipoglikemia
yaitu :
a) Pasang jalur IV glukosa 10%
b) Anjurkan ibu menyusui bayinya, bila bayinya tidak dapat
menyusu, Berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu
alternatif cara pemberian minum
c) Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian
cairan infuse setiap hari secara bertahap. Jangan menghentikan
infuse glukosa dengan tiba-tiba.
25
Glukosa darah 25 mg/dl (1,1mmol/L) – 45 mg/dl (2,6 mmol/L)
tanpa tanda hipoglikemia.
1. Anjurkan ibu menyusui. Bila bayi tidak dapat menyusu,
berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif
cara pemberian minum
2. Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut
tangani seperti tersebut di atas
3. Periksa kadar glukosa darah dalam 3 jam atau sebelum
pemberian minum berikutnya :
a. Jika kadar glukosa kurang 25mg/Dl (1,1mmol/L), atau
terdapat tanda hipoglikemia, tangani seperti diatas.
b. Jika kadar glukosa masih antara 25-45 mg/dl (1,1-2,6
mmol/L), naikkan frekuensi pemberian minum ASI atau
naikkan volume pemberian minum dengan menggunakan
salah satu alternatif cara pemberian minum.
9) Infeksi
Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa
antenatal, intranatal, dan postnatal.
10) Sindrom kematian bayi mendadak (Sudden Infant Death Syndrome/
SIDS). SIDS terjadi pada bayi sehat secara mendadak, ketika sedang
ditidurkan tiba-tiba ditemukan meninggal beberapa jam kemudian.
Angka kejadian SIDS sekitar 4 dari 1.000 kelahiran hidup. Insiden
26
puncak dari SIDS terjadi pada bayi usia 2 minggu dan 1 tahun (Nuha
Medika , 2012).
a) Penatalaksanaan SIDS
1. Berikan dukungan dan dorongan kepada orang tua, biarkan
orang tua mengungkapkan rasa dukanya.
2. Berikan penjelasan mengenai SIDS, berikan kesempatan pada
orang untuk mengungkapkan pertanyaan mereka
3. Beri pengertian pada orang tua bahwa perasaan yang mereka
rasakan adalah hal yang wajar.
4. Beri keyakinan pada sibling (jika ada) bahwa mereka tidak
bersalah trhadap kematian bayi tersebut, bahkan jika mereka
sebenarnya juga mengharapkan kematian dari bayi tersebut.
5. Jika ibu melahirkan bayi lagi, beri dukungan pada orang tua
selama beberpa bulan pertama paling tidak sampai melewati
usia bayi meninggal sebelumnya.
2. Tinjauan Umum Asfiksia
Asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur yang ditandai dengan hipoksia,
hiperkarbia dan asidosis (Indrayani, 2013). Asfiksia neonatorum adalah
keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan dan teratur, sehingga dapat
menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2013). Asfiksia adalah
kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernapasan secara spontan dan
27
teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir
(Simatupang, 2013). Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan kegagalan
napas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Wafi, 2011). Asfiksia
adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan
mengalami asfiksia setelah persalinan. Masalah ini mungkin saling berkaitan
dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah
persalinan (JNPK-KR 2008).
a. Etiologi
Janin sangat bergantung pada fungsi plasenta sebagai tempat
pertukaran oksigen, nutrisi dan pembuangan produk sisa. Gangguan pada
aliran darah umbilikal maupun plasenta dapat menyebabkan terjadinya
asfiksia. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan atau
periode segera setelah lahir. Selama kehamilan, beberapa kondisi tertentu
dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga
pasokan oksigen ke bayi menjadi kurang. Hipoksia bayi di dalam uterus
ditunjukan dengan gawat janin yang berlanjut menjadi asfiksia pada sesaat
bayi baru lahir.
Beberapa faktor yang diketahui dapat menyebabkan terjadinya
asfiksia pada bayi baru lahir diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan
kondisi bayi.
28
1) Faktor ibu
Disebabkan karena infeksi dalam persalianan yang disebabkan oleh
ketuban pecah dini (KPD), dan pada ibu akan terjadi karioamnionitis.
Dengan pecahnya ketuban maka terjadi oligohidramnion (kekurangan
cairan ketuban) yang menekan tali pusat sehingga terjadi asfiksia atau
hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat
oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban maka janin semakin
gawat. (Sarwono Prawirohardjo, 2009).
2) Faktor tali pusat
Faktor yang dapat menyebabkan penurunan sirkulasi uteroplasenter
yang mengakibatkan menurunnya masukan oksigen ke bayi sehingga
menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir adalah : lilitan tali pusat, tali
pusat pendek, simpul tali pusat dan prolapsus tali pusat.
3) Faktor bayi
Asfiksia dapat terjadi tanpa didahului dengan tanda dan gejala gawat
janin. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor berikut ini :
a) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum dan ekstraksi forsep)
c) Kelainan kongenital.
d) Air ketuban bercampur mekonium (Indrayani, 2013).
29
b. Tanda Dan Gejala
Tanda-tanda dan gejala bayi mengalami asfiksia pada bayi baru lahir
meliputi :
1) Tidak bernapas atau bernapas megap-megap atau pernapasan lambat
(kurang dari 30 kali/menit).
2) Pernafasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan dada).
3) Tangisan lemah atau merintih.
4) Warna kulit pucat atau kebiruan.
5) Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai.
6) Denyut jantung tidak ada atau lembat (bradikardia) (kurang dari 100
kali/menit).
7) Kejang.
8) Penurunan kesadaran (Indrayani, 2013).
c. Klasifikasi Klinis
1) Asfiksia Berat (nilai APGAR 0-3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga
memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda
dan gejala yang muncul pada asfiksia berat adalah sebagai berikut:
a) Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali/menit.
b) Tidak ada usaha napas.
c) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.
d) Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan.
e) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.
30
f) Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau
sesudah persalinan.
2) Asfiksia Sedang (nilai APGAR 4-6)
Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai
berikut:
a) Frekuensi detak jantung lebih dari 100/menit.
b) Usaha napas lambat.
c) Tonus otot kurang baik atau baik.
d) Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan.
e) Bayi tampak sianosis.
f) Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses
persalinan.
3) Asfiksia Ringan (nilai APGAR 7-10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah
sebagai berikut :
a) Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali/menit.
b) Bayi tampak sianosis.
c) Adanya retraksi sela iga.
d) Bayi merintih (grunting).
e) Adanya pernapasan cuping hidung.
f) Bayi kurang aktivitas (Dewi, 2010).
Untuk menentukan tingkatan asfiksia, apakah bayi mengalami asfiksia
berat, sedang atau ringan/normal dapat dipakai penelitian APGAR skor.
31
APGAR skor
A: Apprearance = Rupa (warna kulit)
P: Pulse = Nadi
G: Grimace = Menyeringai (akibat refleks kateter dalam hidung)
A: Activity = Keaktifan
R: Respiration = Pernafasan
Dibawah ini tabel untuk menentukan tingkat/derajat asfiksia yang
dialami bayi pada saat dia dilahirkan penilaian dilakukan pada menit
pertama dan menit kelima pada saat bayi lahir.
Tabel 1.1 Nilai APGAR
Tanda 0 1 2
Frekuensi
jantung
Tidak ada < 100/ menit > 100/ menit
Usaha napas Tidak ada Lemah/tidak teratur
(slow irregular)
Baik/Menangis
kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas dalam
fleksi sedikit
Gerakan aktif
Reaksi terhadap
rangsangan
Tidak ada Sedikit gerakan
mimik (grimace)
Gerakan kuat/
melawan
Warna kulit Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
kemerah-
32
ektrimitas biru merahan
Sumber: Benson (2010) Buku Saku Ilmu Kebidanan dalam Yuliana,
(2012).
d. Diagnosis
Diagnosis asfiksia neonatorum ditegakkan dengan cara
menghitung nilai APGAR, memperhatikan keadaan klinis, adanya
sianosis, bradikardia dan hipotoni. Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan antara lain : analisis gas darah dan kardiotografi (KTG). Nilai
APGAR 7-10 dikategorikan sebagai asfiksia ringan/bayi normal, nilai
APGAR 4-6 dikategorikan sebagai asfiksia sedang, nilai APGAR 1-3
dikategorikan sebagai asfiksia berat (Wafi, 2011). Selain itu, untuk dapat
mendiagnosa gawat janin dapat pula ditetapkan dengan melakukan
pemeriksaan sebagai berikut:
1) Denyut Jantung Janin (DJJ)
a) DJJ meningkat 160 kali/menit tingkat permulaan.
b) Mungkin jumlah sama dengan normal, tetapi tidak teratur.
c) Frekuensi denyut menurun < 100 kali/menit, apalagi disertai
irama yang tidak teratur.
2) Mekonium dalam air ketuban
Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin,
karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus
meningkat dan springter ani terbuka (Manuaba, 2013).
33
e. Patofisiologi
Varney (2007), hipoksia dimulai dengan frekuensi jantung dan
tekanan darah pada awalnya meningkat dan bayi melakukan upaya
megap-megap. Bayi kemudian masuk pada periode Apnea Primer. Bayi
yang menerima stimulasi adekuat selama Apnea Primer akan melakukan
usaha napas dan bayi yang mengalami asfiksia jauh lebih berbeda dalam
tahap Apnea Sekunder. Apnea Sekunder cepat menyababkan kematian
kalau tidak dibantu dengan pernapasan buatan dan warna bayi berubah
dari biru menjadi putih karena bayi baru lahir menutupi sirkulasi perifer
sebagai upaya memaksimalkan aliran darah ke organ-organ seperti
jantung dan ginjal. Penurunan oksigen yang tersedia menyebabkan
pembuluh darah di paru-paru mengalami konstriksi. Konstriksi ini
menyebabkan paru-paru resisten terhadap ekspansi sehingga mempersulit
kerja resusitasi.
Kurangnya oksigen dalam periode singkat menyebabkan
metabolisme pada bayi baru lahir berubah menjadi metabolisme anaerob,
terutama karena kurangnya glukosa yang dibutuhkan sebagai sumber
energi pada saat darurat. Neonatus yang lahir melalui seksio caesarea,
terutama jika tidak ada tanda persalinan, tidak mendapatkan pengurangan
cairan paru dan penekanan pada toraks sehingga mengalami paru-paru
basah yang lebih persisten, situasi ini dapat mengakibatkan Takipnea
34
sementara pada bayi baru lahir Transient Tachaypnea Of The Newborn
(TTN).
f. Penanganan Bayi Asfiksia
Persiapan resusitasi
1) Persiapan tenaga
a) Memakai alat pelindung diri : celemek plastik, sepatu yang
tertutup.
b) Lepaskan cincin dan jam tangan/gelang sebelum cuci tangan.
c) Cuci tangan dengan air mengalir atau alkohol yang bercampur
gliserin.
d) Keringkan dengan lap bersih.
e) Gunakan sarung tangan.
2) Keluarga
Bicarakan dengan keluarga :
a) Kemungkinan yang terjadi pada ibu.
b) Kemungkinan yang terjadi pada bayi.
c) Persiapan yang perlu dilakukan.
Langkah awal resusitasi
Penilaian sebelum resusitasi :
1) Apakah bayi cukup bulan.
2) Apakah air ketuban jernih.
3) Apakah bayi bernafas atau menangis.
4) Apakah tonus otot bayi baik.
35
Semua ya : tidak perlu dilakukan resusitasi.
Salah satu tidak : lakukan langkah awal.
1) Jaga kehangatan.
2) Posisikan bayi: posisi sedikit tengadah.
3) Bersihkan jalan nafas : isap lendir di mulut dan hidung.
4) Keringkan : badan bayi yang basah dikeringkan.
5) Rangsangan taktil : menggosok punggung/menepuk telapak kaki.
6) Mereposisi.
Penatalaksanaan awal
1) Langkah awal
a) Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang
kering dan hangat untuk melakukan pertolongan.
b) Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah
tengadah/ sedikit ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan
kain).
c) Bersihkan jalan napas dengan alat penghisap yang tersedia.
d) Keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat,
setelah itu gunakan kain kering dan hangat yang baru untuk bayi
sambil melakukan rangsangan taktil.
e) Letakan kembali bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai :
usaha bernapas, frekuensi denyut jantung dan warna kulit.
f) Gunakan penghisap lendir dee lee yang telah diproses hingga
tahap desinfeksi tingkat tinggi/steril atau bola karet penghisap
36
yang baru dan bersih untuk menghisap lendir di mulut,
kemudian hidung bayi secara halus dan lembut.
Jika bayi baru lahir tidak mulai bernapas memadai (setelah tubuhnya
dikeringkan dan lendirnya dihisap) berikan rangsangan taktil secara
singkat. Pastikan posisi bayi diletakan dalam posisi yang benar dan
jalan napasnya telah bersih. Rangsangan taktil harus dilakukan
secara lembut dan hati-hati sebagai berikut :
a) Dengan lembut, gosok punggung, tubuh, kaki atau tangan
(ekstremitas) satu atau dua kali.
b) Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi (satu atau
dua kali).
Proses menghisap lendir, pengeringan, dan merangsang bayi tidak
berlangsung lebih dari 30 sampai 60 detik dari sejak lahir hingga
proses tersebut selesai. Jika bayi terus mengalami kesulitan
bernapas, segera, ulangi tindakan ventilasi aktif terhadap bayi.
2) Ventilasi tekanan positif (VTP)
Pengertian : tindakan memasukan sejumlah udara kedalam paru
dengan tekanan positif, membuka alveoli untuk bernapas secara
spontan dan teratur.
a) Bila bayi tidak menangis atau megap-megap, warna kulit bayi
biru atau pucat, denyut jantung kurang dari 100 kali per menit,
lakukan langkah resausitasi dengan melakukan ventilasi tekanan
positif.
37
b) Sebelumnya periksa dan pastikan bahwa alat resusitasi (balon
resusitasi dan sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik.
c) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang
atau memeriksa bayi.
d) Selimuti bayi dengan kain kering dan hangat, kecuali muka dan
dada bagian atas, kemudian letakan pada alas dan lingkungan
yang hangat.
e) Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala telah dalam posisi
setengah tengadah (sedikit ekstensi).
f) Letakan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga
terbentuk semacam pertautan antara sungkup dan wajah.
g) Tekan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan seluruh jari
tangan (bergantung pada ukuran balon resusitasi).
h) Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi
sebanyak dua kali dan periksa gerakan dinding dada.
i) Bila pertautan baik (tidak bocor) dan dinding dada
mengambang, maka lakukan ventilasi dengan menggunakan
oksigen (bila tidak tersedia oksigen gunakan udara ruangan).
j) Pertahankan kecepatan ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik
dengan tekanan yang tepat sambil melihat gerakan dada (naik
turun) selama ventilasi.
k) Bila dinding dada naik turun dengan baik berarti ventilasi
berjalan secara adekuat.
38
l) Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi
bayi, atau terjadi kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi
kurang.
m) Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik, kemudian
lakukan penilaian segera tentang upaya bernapas spontan dan
warna kulit.
Ventilasi dengan balon dan sungkup dalam waktu yang cukup lama
(beberapa menit) dan bila perut bayi kelihatan membuncit, maka
harus dilakukan pemasangan pipa lambung dan pertahankan selama
ventilasi karena udara dari orofarings dapat masuk ke dalam
esofagus dan lambung yang kemudian menyebabkan :
a) Lambung yang terisi udara akan membesar dan menekan
diafragma sehingga menghalangi paru-paru untuk berkembang.
b) Dara dalam lambung dapat menyebabkan regurgitasi isi
lambung dan mungkin dapat terjadi aspirasi.
c) Udara dalam lambung dapat masuk ke usus dan menyebabkan
diafragma tertekan.
Tindakan khusus
Tindakan ini dikerjakan setelah penatalaksaaan awal
diselenggarakan tanpa hasil, prosedur yang dilakukan disesuaikan dengan
beratnya asfiksia yang timbul pada bayi, yang dinyatakan oleh tinggi
rendahnya nilai APGAR.
39
1) Asfiksia ringan (7-9)
Penanganan pada bayi dengan asfiksia ringan sama halnya dengan
penanganan bayi baru lahir pada umumnya. Biasanya hanya
memerlukan tindakan pertolongan berupa penghisapan lendir atau
cairan dari orofaring dengan menggunakan bulb syringe atau suction
unit tekanan rendah. Penghisapan harus dilakukan secara hati-hati
karena penghisapan terlalu kuat/traumatik dapat menyebabkan
stimulasi vagal dan bradikardia sampai henti jantung. Stelah
dilakukan penghisapan observasi tanda-tanda vital dan APGAR score
bayi dan masukkan kedalam inkubator karena neonatus yang
mengalami asfiksia mempunyai sistem pengaturan suhu tubuh yang
lebih tidak stabil sehingga dapat mengakibatkan hipotermi dimana
hipotermi ini dapat memperberat/ memperlambat pemulihan keadaan
asidosis yang terjadi. Apabila tindakan diatas tidak berhasil maka
perlakukan bayi sebagai penderita asfiksia sedang.
2) Asfiksia sedang (4-6)
a) Pada keadaan ini dapat dilakukan rangsangan untuk menimbulkan
refleks pernapasan. Hal ini dapat dikerjakan selama 30-60 detik,
bila waktu tersebut pernapasan tidak timbul maka segera lakukan
penghisapan lendir dan berikan rangsangan nyeri berupa tepokan
atau sentilan pada telapak kaki dan gosokkan selimut kering pada
punggung sambil memantau frekuensi jantung dan respirasi
secara terus-menerus. Pernapasan aktif dapat dilakukan dengan
40
pernapasan kodok (frog breathing) selama 1-2 menit dengan cara
kepala bayi diletakkan dalam ekstensi maksimal kemudian
masukkan pipa kedalam hidung dan alirkan O2 dengan kecepatan
1-2 liter/menit. Lakukan gerakan membuka dan menutup lubang
hidung dan mulut disertai pergerakan dagu keatas dan kebawah
secara teratur dalam frekuensi 20 kali/menit dengan
memperhatikan gerakan dinding thoraks dan abdomen. Bila bayi
mulai memperlihatkan pernapasan, usahakan upaya gerakan
tersebut diikuti.
b) Bila frekuensi jantung menurun atau tidak adekuat dalam waktu
tersebut, maka berikan Ventilasi Tekanan Positif (VTP) dengan
kantong resusitasi dan sungkup muka. Jika tidak ada alat ventilasi
maka lakukan tehnik pernapasan buatan dari mulut ke mulut
dengan menggunakan prinsip pencegahan infeksi. Sebelum
bantuan pernapasan dilakukan, terlebih dahulu dimasukkan
pharyngeal airway yang berfungsi mendorong pangkal lidah
kedepan agar jalan nafas berada dalam keadaan sebebas-
bebasnya. Sebelum peniupan dilakukan telebih dahulu mulut
penolong diisi dengan O2. Peniupan dilakukan secara teratur
dengan frekuensi 20-30 kali/menit perhatikan gerakan pernapasan
yang mungkin timbul. Tindakan dikatakan tidak berhasil bila
setelah dilakukan beberapa saat, terjadi penurunan frekuensi
41
jantung atau pemburukan tonus otot. Dalam hal demikian bayi
harus diperlakukan sebagai penderita asfiksia berat.
3) Asfiksia berat (0-3)
Resusitasi aktif harus segera dilakukan, langkah utama memperbaiki
ventilasi paru dengan memberikan O2 secara tekanan langsung dan
berulang-ulang. Cara yang terbaik dengan melakukan intubasi
endotrakeal dan setelah kateter dimasukkan ke dalam trakea, O2
diberikan dengan tekanan tidak lebih dari 30 ml air. Asfiksia berat
hampir selalu disertai asidosis, yang membutuhkan perbaikan segera
karena itu, Bikarbonas Natrikus 7,5% harus segera diberikan dengan
dosis 2-4 ml/kg berat badan, disamping itu glukosa 40% diberikan
pula 1-2 ml/kg berat badan, untuk menghindarkan dari efek samping
obat, pemberian harus diencerkan dengan air steril atau kedua obat
diberikan bersama-sama dalam satu semprit melalui pembuluh darah
umbilikus. Bila setelah beberapa waktu pernapasan spontan tidak
timbul dan frekuensi jantung menurun (kurang dari 100 kali/menit)
maka pemberian obat-obatan lain serta massage jantung sebaiknya
dilakukan. Massage jantung dikerjakan dengan melakukan penekanan
diatas tulang dada secara teratur 80-100 kali/menit. Tindakan ini
dilakukan berselingan dengan nafas buatan, yaitu setiap kali massage
jantung diikuti dengan satu kali pemberian nafas buatan, bila
tindakan-tindakan tersebut di atas tidak memberi hasil yang
diharapkan, keadaan bayi harus dinilai lagi karena hal ini mungkin
42
disebabkan oleh gangguan keseimbangan asam dan basa yang belum
diperbaiki secara semestinya, adanya gangguan organik seperti hernia
diafragmatika, atresia atau stenosis jalan nafas (Prawirohardjo, 2008).
g. Asuhan Pasca Resusitasi
Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah
menerima tindakan resusitasi. Asuhan pasca resusitasi dilakukan pada
keadaan :
1) Resusitasi berhasil
Bayi menangis dan bernafas normal sesudah langkah awal atau
sesudah ventilasi. Perlu pemantauan dan dukungan. Resusitasi
dinyatakan berhasil apabila pernapasan bayi teratur, warna kulitnya
kembali normal yang kemudian diikuti dengan perbaikan tonus otot
atau bergerak aktif. Lanjutkan dengan asuhan berikutnya.
a) Konseling
(1) Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi
yang telah dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang
diajukan.
(2) Ajarkan ibu cara menilai pernafasan dan menjaga
kehangatan tubuh bayi. Bila ditemukan kelainan segera
hubungi penolong.
(3) Anjurkan ibu segera memberi ASI pada bayi (asuhan
dengan metode kanguru).
43
(4) Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda-
tanda bahaya bayi baru lahir dan bagaimana memperoleh
pertolongan segera bila terlihat tanda-tanda tersebut pada
bayi.
b) Lakukan asuhan bayi baru lahir normal, meliputi :
(1) Anjurkan ibu menyususi sambil memperhatikan dan
membelai bayinya.
(2) Berikan vitamin K, antibiotik, salep mata dan imunisasi
hepatitis B.
(3) Lakukan pemantauan seksama terhadap bayi pasca
resusitasi selama 2 jam pertama.
(4) Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi.
Tarikan intercostal, nafas megap-megap, frekuensi nafas <
30 kali/ menit atau > 60 kali/menit, bayi kebiruan atau
pucat, bayi lemas.
(5) Pantau juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak
bernafas normal.
(6) Jaga bayi agar tetap hangat dan kering.
2) Resusitasi tidak/kurang berhasil/bayi memerlukan rujukan
Bayi perlu rujukan, yaitu sesudah ventilasi 2 menit belum bernapas
atau bayi sudah bernapas tetapi masih megap-megap atau pada
pemantauan ternyata kondisinya makin memburuk, segera rujuk ke
44
fasilitas rujukan.Tanda-tanda bayi yang memerlukan rujukan
sesudah resusitasi :
a) Frekuensi pernafasan < 30 kali/menit atau > 60 kali/menit.
b) Adanya retraksi tarikan intercostal.
c) Bayi merintih (bising nafas ekspirasi) atau megap-megap (bising
nafas inspirasi).
d) Tubuh bayi pucat atau kebiruan.
3) Resusitasi gagal
Resusitasi dinyatakan gagal apabila setelah 20 menit diventilasi, bayi
gagal bernapas, hentikan upaya tersebut. Biasanya bayi akan
mengalami gangguan yang berat pada susunan syaraf pusat dan
kemudian meninggal. Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral
yang adekuat secara hati-hati dan bijaksana, ajak ibu dan keluaraga
untuk memahami masalah dan musibah yang terjadi serta berikan
dukungan moral sesuai adat dan budaya setempat.
B. Tinjauan Umum Manajemen Kebidanan
Manajemen adalah adalah suatu proses dan kerangka kerja yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah
tujuan-tujuan atau maksud-maksud yang nyata (George R.Terry dan Leslie W.
Rue). Dalam pelayanan kebidanan, manajemen kebidanan merupakan pendekatan
yang dilakukan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
45
1. Pedoman Penerapan
Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan
masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat. Manajemen
kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang
logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien. (Dr Lyndon
Saputra,2014).
Pedoman manajemen asuhan kebidanan ini disusun untuk
memberikan arahan bagaimana bidan berfikir kritis, analisis dan sistimatis
dalam menangani kliennya. Saat memberikan asuhan kepada ibu hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir serta balita disetiap tatanan pelayanan
kesehatan. Sehingga pada saat memberikan pelayanan seorang bidan dapat
memberikan tindakan antisipatif, tindakan emergency dan tindakan
komprehansif dengan cepat dan tepat. Pada pedoman ini dijelaskan pula
bagaimana cara mendokumentasikan asuhan kebidanan yang sudah dilakukan
bidan pada status pasien atau rekam medik.
Penerapan manajemen kebidanan dalam proses bentuk kegiatan
praktek kebidanan, dilakukan melalui suatu proses yang disebut langkah–
langkah atau proses manajemen kebidanan. Langkah–langkah manajemen
kebidanan adalah sebagai berikut : Pertama pengumpulan data dasar, kedua
identifikasi diagnosa/masalah aktual, ketiga identifikasi diagnosa/masalah
46
potensial, keempat rencana tindakan, kelima pelaksanaan tindakan, keenam
implementasi hasil tindakan, ketujuh mengevaluasi keefektifan hasil
tindakan. Proses manajemen kebidanan merupakan proses yang terus
menerus. Bila langkah kelima telah dilakukan, dan kemudian timbul masalah
baru atau langkah keempat tidak tepat, maka proses kembali ke langkah
pertama (Marini, 2012).
2. Langkah–Langkah Manajemen
Proses Asuhan Kebidanan (Varney, 2007)
Langkah I : Pengkajian dan analisa data dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kendisi klien. Untuk
memperoleh data diakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai
dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus
dan pemeriksaan penunjang. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan
menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan
kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi yang benar
atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus
komprehensif meliputi data subyektif, obyektif, dan hasil pemeriksaan
sehingga dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya dan valid. (Dr
Lyndon Saputra,2014).
Langkah II : Merumuskan Diagnosa Masalah Aktual
Setelah ditentukan msalah dan masalah utamanya maka bidan
merumuskannya dalam suatu pernyataan yang mencakup kondisi, masalah,
47
penyebab, dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Prediksi yang dimaksud
mencakup masalah potensial dan prognosis. Hasil dari perumusan masalah
merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan yang disebut diagnosis
kebidanan. Dalam menentukan diagnosa kebidanan diperlukan pengetahuan
keprofesionalan bidan.
Penegakan diagnosa kebidanan dijadikan dasar tindakan dalam
upaya menanggulangi ancaman keselamatan hidup pasien atau klien. Masalah
potensial dalam kaitannya dengan diagnosis kebidanan adalah masalah yang
mungkin timbul dan segera diatasi akan mengganggu keselamatan hidup
klien atau pasien. Oleh karena itu masalah potensial harus segera diantipasi,
dicegah, dan diawasi serta segera dipersiapkan tindakan untuk mengatasinya.
Langkah III : Merumuskan Diagnosa Atau Masalah Potensial.
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosa potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap
mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi.
Langkah IV : Tindakan Segera/Kolaborasi
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan tim anggota
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat ini
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
48
Langkah V : Rencana Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap
dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien seperti
apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya.
Langkah VI : Melaksanakan Asuhan Kebidanan
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya
sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksananya.
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani
klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen
asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana
asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan
menyikat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
Langkah VII: Evaluasi Asuhan Kebidanan
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasikan didalam diagnosa dan masalah (Varney, 2007).
49
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
a. Data Subjektif
Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata,
mencakup nama, umur, tempat tinggal, pekerjaan, status perkawinan,
pendidikan serta keluhan-keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara
langsung pada pasien atau keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
b. Data Objektif
Data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik mencakup inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi, serta pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan laboratorium.
c. Asessment/Diagnosa
Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan
masalah yang mencakup masalah dan prediksi terhadap kondisi tersebut.
Penegakan diagnosa kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan dalam
upaya penanggulangan ancaman keselamatan pasien.
d. Planning/Perencanaan
Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan
dilakukan oleh bidan dalam melakukan interfensi untuk memecahkan
masalah pasien/klien (Dr Lyndon Saputra, 2015).
50
BAB III
STUDI KASUS
Pada bab ini akan diuraikan tentang penerapan manajemen kebidanan
dalam asuhan kebidanan pada bayi Ny. “D” dengan asfiksia sedang di ruang
teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tanggal 29 April s.d tanggal
01 Mei tahun 2015, diawali dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi.
LANGKAH I. PENGUMPULAN DATA DASAR
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas Bayi
Nama Bayi : Bayi Ny. “D”
Tanggal/Jam Lahir : 29 -04-2015 / 00.00 WITA
Jenis Kelamin : Laki–laki
Anak Ke : 2 ( Dua )
Umur Saat Dikaji : Segera Setelah Lahir
2. Identitas Orang Tua ( Ibu / Ayah )
Nama : Ny.“D” / Tn.“R”
Umur : 35 Tahun / 30 Tahun
Suku : Muna / Muna
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : D3 / SMA
Pekerjaan : PNS / Wiraswasta
Pernikahan : II / I
50
51
Lama Menikah : ± 1 Tahun
Alamat : Jln. S. Golaria
3. Data Biologis / Fisiologis
a. Riwayat Kehamilan :
1) GII PI A0
2) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 23-07-2014
3) Tafsiran persalinan (TP) : 30-04-2015
4) Pemeriksaan kehamilan : 5 kali selama hamil yakni oleh bidan di
Bidan Praktek Swasta (BPS) 4 kali dan oleh dokter spesialis
kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna, poli
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 1 kali.
5) Riwayat penyakit selama hamil : ibu tidak mengalami gangguan
kesehatan yang serius seperti Asma, Tuberculosis (TBC), jantung,
hipertensi, dan Diabetes Melitus (DM). Ibu hanya mengalami flu
dan sakit kepala biasa.
6) Pengobatan : Fe, Kalak dan Vit. C.
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu.
Ibu mengatakan :
1) Hamil anak pertama tahun 2006, selama 9 bulan 10 hari, tempat
persalinan di Bidan Praktek Swasta (BPS), penolong bidan, jenis
persalinan normal dengan berat badan bayinya 3800 gram, panjang
badan 50 cm, jenis kelamin laki-laki, lama menyususi 2 tahun,
tidak ada masalah pada masa nifas.
52
c. Riwayat persalinan / kelahiran sekarang
1) Umur kehamilan : 39 minggu 6 hari.
2) Tempat persalinan : RSUD Kab.Muna
3) Penolong : Bidan.
4) Jenis persalinan : Normal.
5) Penyulit persalinan : Ketuban Pecah Sebelum Ada Tanda-Tanda
Persalinan (KPD) + gawat janin.
6) Bayi lahir : Tanggal 29 -04-2015 jam 00.00 WITA, berat
badan lahir : 3160 gram, panjang badan : 52 cm, jenis kelamin :
laki-laki, Penyuntikan Vitamin K 0.1 cc.
7) Proses persalinan : Kala I dan Kala II berlangsung di Kamar
bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Kabupate Muna, Kala IV 2
jam post partum berlangsung di Kamar Bersalin Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum bayi lemah
b. Menangis : lemah/merintih
c. Warna kulit : badan kemerahan, ekstremitas kebiruan.
d. Pergerakan/tonus otot : lemah, ada reaksi bila diberi rangsangan.
e. APGAR skor :
53
No. Kriteria
Menit
Pertama
Menit
Kelima
1. Appearance colour (warna kulit) 1 1
2. Pulse (frekuensi jantung) 1 2
3. Grimace (refleks) 1 1
4. Activity (tonus otot) 1 1
5. Respiration (pernapasan) 1 1
Jumlah 5 6
f. Tanda-tanda vital :
Laju jantung : 90 kali/menit
Pernapasan : 62 kali/menit
Suhu : 36,8 0C
g. Jenis kelamin : laki-laki
2. Pemeriksaan Fisik Khusus
a. Kepala : Ubun-ubun serta sutura lebar dan belum menutup tidak
ada molase dan tidak ada caput.
b. Mata : Sklera tidak ikterus, konjungtiva merah muda dan tampak
bersih
c. Hidung : Lubang simetris kiri dan kanan, ada gerakan cuping
hidung, tampak lendir serta pernapasan tidak lancar dan
teratur, terpasang NGT dan terpasang O2 sungkup.
d. Mulut : Bibir lembab agak pucat, tidak ada kelainan pada mulut dan
bibir, tampak lendir dalam mulut dan refleks mengisap
lemah.
54
e. Telinga : Simetris kiri dan kanan, lubang telinga kiri/kanan ada
dan tampak bersih.
f. Dada : Simetris kiri dan kanan, pernapasan bayi tidak teratur,
adanya retraksi dada, puting susu tampak jelas dan
menonjol.
g. Abdomen : Tidak ada benjolan pada perut, tidak ada perdarahan tali
pusat dan tali pusat tampak basah.
h. Genitalia : Tampak lubang pada penis dan teraba testis dalam
skrotum.
i. Anus : Lubang anus ada
j. Bokong : Tidak ada lipatan kulit bokong.
k. Punggung : Tidak ada tonjolan tulang punggung.
l. Ekstremitas atas dan bawah : Pergerakan lemah, warna kebiruan,
simertsi kiri dan kanan, tidak ada kelainan/cacat bawaan dan jari-jari
lengkap dan terpasang infus pada tangan kanan.
m. Kulit : Badan merah dan ekstremitas kebiruan
3. Pemeriksaan Antropometri
a. Berat badan lahir : 3160 gram
b. Panjang badan lahir : 52 cm
c. Lingkar kepala : 33 cm
d. Lingkar dada : 30 cm
e. Lingkar perut : 28 cm
f. Lingkar lengan atas : 11 cm
55
4. Pemeriksaan Refleks
a. Refleks sucking (menghisap) : Lemah
b. Refleks rooting (menelan) : Lemah
c. Refleks graps (menggenggem) : Lemah
d. Refleks moro (kaget) : Lemah
e. Refleks batuk dan bersin : Lemah
5. Pemeriksaan laboratorium : Tidak dilakukan.
LANGKAH II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL
Diagnosa : Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan dengan asfiksia
Sedang.
A. Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan
Data subyektif :
1. HPHT : 23-07-2014
2. Bayi lahir tanggal 29 -04-2015, jam 00.00 WITA
Data obyektif :
1. TP : 30-04-2015
2. Umur kehamilan 39 Minggu 6 Hari
Analisis dan interprestasi
Cukup bulan (Aterm) jika masa gestasi 259 sampai 294 hari (37-42 minggu)
dengan berat janin diatas 2500 gram. (Marmi, 2012 : 04).
B. Asfiksia Sedang
Data obyektif :
1. Bayi tidak segera menangis.
56
2. Ekstremitas kebiruan dan pucat
3. Pergerakan/tonus otot lemah.
4. Apgar skor 5/6
Analisis dan interprestasi
1. Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan
hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis (Ikatan Dokter Anak Indonesia-
IDAI). (Dr Lyndon Saputra, 2014).
2. Pada asfiksia Sedang, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai
berikut : takipnea dengan napas lebih dari 60 kali/menit, bayi tampak
sianosis, adanya retraksi sela iga, bayi merintih (grunting), adanya
pernapasan cuping hidung dan bayi kurang aktivitas (Icesmi Sukarni,
2014).
LANGKAH III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
A. Potensial terjadinya asfiksia Berat
Data obyektif :
1. APGAR skor 5/6
2. Terdapat lendir dan cairan dalam hidung dan mulut.
3. Bayi lahir tidak langsung menangis.
Analisis dan interprestasi
Adanya lendir yang banyak pada saluran nafas (mulut dan hidung) dapat
menghambat jalan nafas sehingga proses respirasi terganggu dan
57
menimbulkan asfiksia berat dan ada pertolongan yang lebih lanjut akan
berpotensial asfiksia Berat.
B. Potensial terjadinya hipotermi
Data obyektif :
1. Tubuh bayi masih basah oleh lendir dan air ketuban.
2. Suhu 36,8°C.
3. Bagian ekstremitas biru dan dingin
Analisis dan interprestasi
Hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal, dimana suhu
normal pada bayi adalah 36,50C-37,50C. Gejala awal hipotermi apabila suhu
< 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin (Marmi, 2013).
LANGKAH IV. TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter spesalis anak atas instruksi dokter untuk
meletakkan bayi di bawah pemancar panas, melakukan penanganan awal bayi
asfiksia dan melakukan tindakan pemasangan oksigen 2 liter/menit.
LANGKAH V. RENCANA ASUHAN
A. Tujuan
1. Asfiksia pada bayi teratasi.
2. Bayi dalam keadaan sehat.
3. Tidak terjadi hipotermi.
B. Kriteria Keberhasilan
1. Asfiksia teratasi yang ditandai dengan pernapasan lancar dan teratur,
seluruh tubuh kemerahan, pergerakan aktif.
58
2. Bayi dalam keadaan sehat yang ditandai dengan keadaan umum bayi baik,
tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu :
Laju jantung : 120-160 kali/menit
Pernapasan : 40-60 kali/menit
Suhu : 36,70c–37,50 c
3. Kehangatan tubuh bayi terjaga
4. Tali pusat kering dan terawat baik, tidak terdapat tanda-tanda infeksi
seperti : merah, bengkak, panas, nyeri dan pengeluaran pus.
C. Rencana Tindakan
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Rasional : Mencegah kemungkinan kontaminasi dengan kuman
sehingga tidak terjadi infeksi nasokomial.
2. Beritahu ibu/keluarga hasil pemeriksaan
Rasional : Agar keluarga koooperatif atau memberi dukungan dengan
tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
3. Penanganan awal bayi asfiksia (JAIKAN):
a. Jaga kehangatan bayi, letakan bayi di bawah pemancar panas.
Rasional : Agar bayi tidak kehilangan panas dan tidak terjadi
hipotermi.
b. Atur posisi kepala
Rasional : Untuk membantu mencegah fleksi leher, penyumbatan
jalan nafas dan untuk membuka jalan nafas agar
pernapasan bayi lancar dan teratur.
59
c. Isap lendir
Rasional : Membebaskan saluran napas dari sumbatan lendir
sehingga bayi dapat bernafas secara normal.
d. Keringkan dan berikan rangsangan
Rasional : Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan
berbagai refleks protektif pada tubuh bayi baru
lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan
tindakan stimulasi. Hal ini biasanya cukup untuk
merangsang terjadinya pernapasan spontan.
e. Atur kembali posisi kepala
Rasional : Untuk memudahkan membungkus bayi dan menilai
kembali pernapasan bayi.
f. Lakukan penilaian
Rasional : Untuk menilai kembali bayi apakah asfiksia telah teratasi
atau belum.
4. Penanganan lanjutan :
a. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemberian O2
(Oksigen)
Rasional : Untuk mempertahankan oksigenasi janin yang normal
dan keseimbangan asam basa.
b. Bungkus tali pusat
Rasional : Mengurangi insiden infeksi pada neonatus
c. Berikan suntikan vitamin K 0,1 cc
60
Rasional : Mencegah perdarahan otak akibat defisiensi vitamin K
d. Berikan salep mata Oxytetracyclline 1 %
Rasional : Mencegah terjadinya konjungtivitis pada bayi.
e. Timbang berat badan bayi
Rasional : Berat badan bayi sebagai indikator perkembangan bayi
dan merupakan pedoman pemberian nutrisi selanjutnya.
5. Pantau tanda-tanda vital bayi
Rasional : Mengetahui keadaan umum bayi untuk mengetahui
perkembangan bayi.
6. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemasangan NGT (Naso
Gastric Tube)
Rasional : Membantu pemenuhan nutrisi pada bayi melalui selang.
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang dosis
pemberian nutrisi kepada bayi.
Rasional : Bayi baru lahir memiliki lambung yang belum siap 100%
untuk menampung makanan yang diberikan selain ASI,
sehingga pemberin nutrisi perlu dilakukan pemantauan
khusus oleh dokter/perawat yang menangani langsung.
LANGKAH VI. IMPLEMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
Tangal : 29 -04-2015 Jam : 00.20 WITA
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Hasil : Tangan dicuci dengan sabun di bawah air mengalir sebelum dan
sesudah melakukan tindakan.
61
2. Memberitahukan kepada keluarga hasil pemeriksaan, dimana bayi tidak
segera menangis, keadaan umum bayi lemah.
Hasil : Keluarga tenang dan mempercayakan sepenuhnya pada petugas.
3. Melakukan tindakan awal penanganan bayi asfiksia (JAIKAN)
a. Menjaga kehangatan bayi dengan segera menyelimuti bayi dan
meletakan bayi di bawah pemancar panas.
Hasil : Bayi terbungkus kain bersih, hangat dan kering serta bayi
telah berada di bawah pemancar panas.
b. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi.
Hasil : Posisi kapala bayi sedikit ekstensi dengan ganjalan sarung
setinggi ± 5 cm pada bahu bayi.
c. Menghisap lendir mulai dari mulut bayi sampai 5 cm kedalam rongga
mulut dan hidung sampai 3 cm kedalam lubang hidung.
Hasil : Lendir telah dibersihkan.
d. Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil dengan
menepuk dan menyentil telapak kaki serta menggosok punggung bayi.
Hasil : Bayi telah dikeringkan dan diberikan rangsangan taktil.
e. Mengatur kembali posisi kepala bayi dengan melepaskan ganjalan yang
ada pada bahu dan mengganti sarung bayi dengan sarung bersih, hangat
dan kering.
Hasil : Sarung telah diganti dan posisi kepala kembali normal.
f. Melakukan penilaian yaitu menangis, tonus otot, pernapasan, warna kulit
dan laju jantung bayi.
62
Hasil : Bayi masih menangis lemah, tonus otot lemah, pernapasan
magap-megap, tubuh kemerahan dan ekstremitas kebiruan, laju
jantung 90 kali/menit.
4. Melakukan penanganan lanjutan :
a. Melakukan kolaborasi degan dokter spesialis anak tentang pemberian
oksigen pada bayi.
Hasil : Oksigen diberikan melalui sungkup sebanyak 2 liter/menit.
b. Membungkus tali pusat.
Hasil : Tali pusat terbungkus dengan kasa steril.
c. Memberikan suntikan vitamin K sebanyak 0,1 cc secara Intra Muskular
(IM) pada 1/3 paha kiri bayi.
Hasil : Bayi telah mendapatkan suntikan vitamin K sebanyak 0,1 cc.
d. Memberikan salep mata Oksitetracyclline 1 % pada mata kiri dan kanan
bayi.
Hasil : Mata bayi telah diberikan salep mata Oksitetracyclline 1 %.
e. Menimbang berat badan bayi.
Hasil : Berat badan bayi 3160 gram.
5. Memantau tanda-tanda vital bayi tiap 15 menit.
Hasil : Terlampir.
6. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemasangan selang NGT
(Naso Gastric Tube) pada bayi.
Hasil : Selang NGT terpasang pada hidung kanan bayi
63
7. Melakuka kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang dosis pemberian
nutrisi kepada bayi.
Hasil : Dokter menganjurkan agar bayi diberi nutrisi melalui selang
sebanyak 20 cc/2 jam. Jadwal tiap pemberian terlampir.
LANGKAH VII. EVALUASI KEEFEKTIFAN ASUHAN
Tanggal : 29 -04-2015 Jam : 00.45 WITA
1. Asfiksia pada bayi teratasi.
2. Keadaan umum bayi baik
3. Tanda–tanda vital dalam batas normal yaitu laju jantung : 90 kali/menit,
pernapasan : 62 kali/menit dan suhu : 36,80 c.
4. Kehangatan tubuh bayi terjaga
64
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D”
DENGAN ASFIKSIA SEDANG DI RUANG TERATAI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAB. MUNA
TANGGAL 29 APRIL S.D 01 MEI
TAHUN 2015
A. DATA SUBYEKTIF ( S )
Ibu mengatakan :
1. Masuk rumah sakit bersama bidannya tanggal 28-04-2015 jam 20.00
WITA dengan masalah KPD dan gawat janin.
2. Hari pertama haid terakhirnya tanggal 23-07-2014.
3. Bayinya pada saat lahir tidak langsung menangis
4. Bayinya pada saat lahir tidak bernapas spontan dan bernapas megap-
megap
5. Bayinya pada saat lahir warna kulitnya pucat/kebiru-biruan
B. DATA OBYEKTIF (O)
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum bayi lemah.
b. Menangis : Lemah/merintih.
c. Warna kulit : Badan kemerahan, ekstremitas kebiruan.
d. Pergerakan/tonus otot : Lemah, ada reaksi bila diberi rangsangan.
65
e. APGAR skor :
No. Kriteria
Menit
Pertama
Menit
Kelima
1. Appearance colour (warna kulit) 1 1
2. Pulse (frekuensi jantung) 1 2
3. Grimace (reaksi) 1 1
4. Activity (tonus otot) 1 1
5. Respiration (pernapasan) 1 1
Jumlah 5 6
f. Tanda-tanda vital :
Nadi : 90 kali/menit
Pernapasan : 62 kali/menit
Suhu : 36,8 0C
g. Jenis kelamin : Laki-laki
2. Pemeriksaan Fisik Khusus (Inspeksi, Palpasi, Perkusi)
a. Kepala : Ubun-ubun serta sutura lebar dan belum menutup tidak
ada molase dan tidak ada caput.
b. Mata : Sklera tidak ikterus, konjungtiva merah muda dan tampak
bersih.
c. Hidung : Lubang simetris kiri dan kanan, ada gerakan cuping
hidung, tampak lendir serta pernapasan tidak lancar dan
teratur dan terpasang NGT dan O2 sungkup.
d. Mulut : Bibir lembab agak pucat, tidak ada kelainan pada
mulut dan bibir, tampak lendir dalam mulut dan refleks
mengisap lemah.
66
e. Telinga : Simetris kiri dan kanan, lubang telinga kiri dan kanan
ada, tampak bersih.
f. Dada : Simetris kiri dan kanan, pernapasan bayi tidak teratur dan
adanya retraksi dada.
g. Abdomen : Tidak ada benjolan pada perut, tidak ada perdarahan
tali pusat dan tali pusat tampak basah.
h. Genitalia : Tampak lubang pada penis dan teraba testis dalam
skrotum.
i. Anus : Lubang anus ada
j. Bokong : Tidak ada lipatan kulit bokong.
k. Punggung : Tidak ada tonjolan tulang punggung.
l. Ekstremitas atas dan bawah : pergerakan lemah, warna kebiruan,
simertsi kiri dan kanan, tidak ada kelianan/cacat bawaan dan jari-jari
lengkap dan pada tangan kanan terpasang infus.
m. Kulit : Warna kulit kebiruan.
3. Pemeriksaan Antropometri
a. Berat badan lahir : 3160 gram
b. Panjang badan lahir : 52 cm
c. Lingkar kepala : 30 cm
d. Lingkar dada : 28 cm
e. Lingkar perut : 26 cm
f. Lingkar lengan atas : 11 cm
4. Pemeriksaan Refleks
67
1. Refleks sucking (menghisap) : Lemah
2. Refleks rooting (menelan) : Lemah
3. Refleks graps (menggenggem) : Lemah
4. Refleks moro (kaget) : Lemah
5. Refleks batuk dan bersin : Lemah
C. ASESSMENT (A)
Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan dengan asfiksia sedang
D. PLANNING (P)
Tangaal : 29 -04-2015 Jam : 00.30 WITA
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Hasil : Tangan dicuci dengan sabun di bawah air mengalir sebelum dan
sesudah melakukan tindakan.
2. Memberitahukan kepada keluarga hasil pemeriksaan, dimana bayi tidak
segera menangis, keadaan umum bayi lemah.
Hasil : keluarga tenang dan mempercayakan sepenuhnya pada petugas.
3. Melakukan tindakan awal penanganan bayi asfiksia (JAIKAN)
a. Menjaga kehangatan bayi dengan segera menyelimuti bayi dan
meletakan bayi di bawah pemancar panas.
Hasil : Bayi terbungkus kain bersih, hangat dan kering serta bayi
telah berada di bawah pemancar panas.
b. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi.
Hasil : Posisi kapala bayi sedikit ekstensi dengan ganjalan sarung
setinggi ± 5 cm pada bahu bayi.
68
c. Menghisap lendir mulai dari mulut bayi sampai 5 cm kedalam
rongga mulut dan hidung sampai 3 cm kedalam lubang hidung.
Hasil : Lendir telah dibersihkan
d. Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil dengan
menepuk dan menyentil telapak kaki serta menggosok punggung
bayi.
Hasil : Bayi telah dikeringkan dan diberikan rangsangan taktil
e. Mengatur kembali posisi kepala bayi dengan melepaskan ganjalan
yang ada pada bahu dan mengganti sarung bayi dengan sarung
bersih, hangat dan kering.
Hasil : Sarung telah diganti dan posisi kepala kembali normal.
f. Melakukan penilaian yaitu menangis, tonus otot, pernapasan, warna
kulit dan laju jantung bayi.
Hasil : Bayi masih menangis lemah, tonus otot lemah, pernapasan
magap-megap, tubuh kemerahan dan ekstremitas kebiruan, laju
jantung 90 kali/menit.
4. Melakukan penanganan lanjutan :
a. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang
pemberian oksigen pada bayi.
Hasil : Oksigen diberikan melalui sungkup sebanyak 2 liter/menit
b. Membungkus tali pusat.
Hasil : Tali pusat terbungkus dengan kasa steril.
69
c. Memberikan suntikan vitamin K sebanyak 0,1 cc secara Intra
Muskular (IM) pada 1/3 paha kiri bayi setelah 1 jam.
Hasil : Bayi telah mendapatkan suntikan vitamin K sebanyak 0,1
cc pada paha kiri atas setelah 1 jam bayi lahir.
d. Memberikan salep mata Oksitetracyclline 1 % pada mata kiri dan
kanan bayi
Hasil : Mata bayi telah diberikan salep mata Oksitetracyclline 1 %
e. Menimbang berat badan bayi
Hasil: Berat badan bayi 3160 gram.
5. Memantau tanda-tanda vital bayi tiap 15 menit
Hasil : Terlampir
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemasangan
selang NGT (Naso Gastric Tube) pada bayi
Hasil : Selang NGT terpasang pada hidung kanan bayi
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang dosis
pemberian nutrisi kepada bayi.
Hasil : Dokter menganjurkan agar bayi diberi nutrisi melalui
selang sebanyak 20 cc/2 jam. Jadwal tiap pemberian terlampir.
70
CATATAN PERKEMBANGAN BAYI NY.”D” DI RUANG TERATAI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA
TANGGAL 30 APRIL S.D 01 MEI TAHUN 2015
No
Hari/
Tanggal
Data Assesment Planning
Subjektif Objektif
1 Rabu, 30
April 2015
Ibu mengatakan :
1. Bayinya masih
dirawat diruang
bayi
2. Keadaan umum
bayinya masih
lemah
3. ASI-nya belum
keluar dan bayi
masih diberi susu
formula
1. Keadaan umum bayi lemah
2. Gerakan aktif
3. Warna kulit : seluruh tubuh
kemerahan
4. Berat badan : 3350 gram
5. Tanda-tanda vital:
a.Laju jantung:155 kali/menit
b. Pernapasan : 60
kali/menit
c.Suhu : 35,3ºc
6. Sistem Refleks :
a. RefleksSucking : Lemah
b. Refleks Rooting : Baik
c. Refleks Graps : Baik
d. Refleks moro : Baik
7. Tali pusat masih basah dan
terbungkus kasa steril
8. Bayi telah buang air besar
dan buang air kecil
9. NGT dan O2 Telah terpasang
Bayi umur 1 hari
keadaan umum
bayi lemah
dengan hipotermi
disertai kejang
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi
Hasil : Tangan dicusi sebelum dan sesudah
merawat bayi
2. Mengobservasi tanda-tanda vital tiap 3 jam, kecuali
suhu tiap 15 menit
Hasil : Telah terlampir
3. Meletakkan bayi dibawah pemancar panas
(Infarwarmer) sampai suhu tubuh bayi kembli
normal
Hasil : Bayi telah diletakkan dibawah pemancar
panas dan suhunya dalambatas normal ( 36,9ºc).
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak
tentang pemasangan infuse
Hasil: Dokter telah menganjurkan agar bayi
dipasangkan infus dekstrose 10 tetes/menit
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter anak tentang
pemberian obat anti kejang
Hasil : Dokter menganjurkan agar bayi diberikan
obat anti kejang yaitu injeksi fenobarbital
fenobarbital 1,6 cc pada paha kiri dan kanan
71
(2mg/BB lanjut 12 jam) secara inta muskular (IM),
kemudian lanjut fenobarbital 2 x 15 mg/NGT.
6. Mempertahankan bayi dalam keadaan hangat dan
kering
Hasil : Bayi terbungkus sarung dan kehangatan
bayi tetap terjaga
7. Mengganti kasa pembungkus tali pusat dengan
kasa steril
Hasil: Tali pusat telah terbungkus dengan kasa
steril
8. Menimbang berat badan bayi setiap hari
Hasil : Berat badan bayi hari pertama 3350 gram
9. Mengganti popok tiap kali basah atau kotor
Hasil : Popok diganti tiap kali basah dan kotor
10. Memberikan susu formula melalui NGT / 2 jam
Hasil: Bayi telah diberikan susu formula melalui
NGT sebanyak 10-20 cc
2 Kamis, 01
Mei 2015
1. Bayinya msih
dirawat diruang
bayi
2. Keadaan umum
bayinya baik
3. ASI-nya belum
keluar dan bayi
masih diberi susu
formula
1. Keadaan umum bayi baik
2. Berat badan 3600 garam
3. Tanda-tanda vital :
a.Laju jantung : 138 kali/menit
b. Pernapasan : 45
kali/menit
c.Suhu : 37ºc
4. Sistem refleks
a. Refleks sucking : Baik
b. Refleks rooting : Baik
c. Refleks graps Baik
d. Refleks moro : Baik
5. Tali pusat kering danterbungkus
kasa steril
6. Bayi telah buang air besar dan
buang air kecil
7. NGT dan O2 telah dilepas
Bayi umur 2 hari,
keadaan umum
bayi baik
10. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi
Hasil : Tangan dicuci sebelum dan sesudah
merawat bayi
2. Mengukur tanda-tanda vital bayi
Hasil:Laju jantung 138 kali/menit,pernapasan 45
kali/menit dan suhu 37ºc
3. Mempertahankan bayi dalam keadaan kering dan
hangat
Hasil : Bayi terbungkus sarung dan kehangatan
bayi tetap terjaga
4. Mengganti kasa pembungkus tali pusat dengan
kasa steril
Hasil : Tali pusat telah terbungkus dengan kasa
steril
5. Menimbang berat badan bayi
Hasil : Berat badan bayi pada hari ke 3230 9ram
72
6. Mengganti popok tiap kali basah dan kotor
Hasil : Popok diganti tiap kali basahdan kotor
7. Memberikan susu formula melalui oral (dot)/2 jam
atau tiap kali bayi menangis
Hasil : Bayi minum melalui dot sebanyak 30 cc
tiap kali bayi menangis
8. Menganjurkan pada ibu tetap menyusui bayinya
agar merangsang pengeluaran ASI
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia mengikuti
anjuran bidan.
JADWAL KUNJUNGAN RUMAH PADA BAYI NY.”D”
Kunjunga
Neonatal
Waktu Tujuan
1 6-8 jam setelah persalinan
1. Memberikan konaseling pada ibu bagaimana teknik melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
2. Memberikan konseling pada ibu tentang pemberian ASI awal
3. Memberikan konseling pada ibu utuk menjaga bayinya tetap sehat dengan cara menjaga bayinya agar tetap
hangat dan tidak terjadi hipotermi.
2 6 hari setelah persalinan
1. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istrahat agar proses pemberian ASI pada bayinya tidak
terhambat
2. Memastikan ibunya menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
3. Memberikan asuhan pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan perawatan
bayi sehari-hari
3 2 minggu setelah persalinan Sama dengan diatas (6 jam setelah persalinan)
4
6 minggu setelah
persalinan
1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami atau bbayinya
2. Menganjurkan atau mengajak ibu membawa bayinya keposyandu atau puskesmas untuk penimbangan dan
imunisasi
73
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan
kasus pada pelaksanaan Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada
Bayi Ny.“D“ Dengan Asfiksia sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna Tanggal 29 April Mei tahun 2015, dengan teori penanganan bayi baru lahir
dengan asfiksia.
A. Identifikasi Data Dasar
Pengkajian merupakan tahap awal yang digunakan sebagai landasan
dalam proses asuhan kebidanan, tahap ini mencakup kegiatan pengumpulan,
pengolahan, dan analisis data atau fakta yang dikumpulkan dari beberapa data
subyektif dan obyektif. Pada tahap ini, penulis tidak menemukan hambatan yang
berarti karena pada saat mengumpulkan data, orang tua maupun keluarga terbuka
dalam memberikan informasi yang di butuhkan berhubungan dengan keadaan
klien sehingga memudahkan penulis dalam pengmpulan data sesuai dengan
permasalahan yang diangkat. Data yang diambil oleh penulis terfokus pada
masalah yang dialami oleh Bayi Ny“D”.
Berdasarkan data subyektif yang penulis peroleh pada kasus Bayi Ny. D
dengan Asfiksia Sedang di dapatkan data, ibu mengatakan hari pertama haid
terakhir tanggal 23-07-2014, melahirkan tanggal 29 April 2015 jam 00.00 WITA,
dan data obyektif yaitu umur kehamilan 39 minggu 6 hari, BBL 3160 gram, PB 52
cm, LK 33 cm, LP 28 cm, LD 30 cm, LILA 11 cm.
73
74
Hal ini sesuai dengan teori Sudarti (2013), bahwa Asfiksia adalah
kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur
pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir. ( Sudarti, 2013).
Gambaran klinis tidak bernafas atau nafas megap-megap, warna kulit pucat atau
biru, tonus otot lemah, frekuensi jantung 90 kali/menit, pernapasan 62 kali/menit.
Berdasarkan studi kasus pada bayi Ny. “D” dengan asfiksia sedang, bayi
lahir dengan tidak segera menangis, tubuh kemerahan ekstremitas kebiruan, tonus
otot lemah, frekuensi jantung 90 kali/menit, pernapasan 62 kali/menit, bayi masih
bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan. Dalam hal ini pula tidak
ditemukan kesenjangan.
Menurut teori yang ada bahwa asfiksia disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu :
1. Faktor ibu disebabkan karena infeksi dalam persalinan yang disebabkan oleh
ketuban pecah dini (KPD), dan pada ibu akan terjadi karioamnionitis. Dengan
pecahnya ketuban maka terjadi oligohidramnion (Kekurangan cairan ketuban)
yang menekan tali pusat sehingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat
hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin
sedikit air ketuban maka janin semakin gawat. (Sarwono prawihardjo, 2009).
2. Faktor tali pusat (lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat dan
prolapsus tali pusat).
3. Faktor bayi (bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), persalinan
dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep), kelainan kongenital dan air ketuban bercampur mekonium.
75
Adapun tanda dan gejala asfiksia berat (frekuensi jantung kecil, yaitu <
40 kali/menit, tidak ada usaha panas, tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada,
bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan, bayi tampak pucat
bahkan sampai berwarna kelabu, terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut
sebelum atau sesudah persalinan), asfiksia sedang (frekuensi detak jantung lebih
dari 100/menit, usaha napas lambat, tonus otot kurang baik atau baik, bayi masih
bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan, bayi tampak sianosis, tidak
terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan), asfiksia
ringan (takipnea dengan napas lebih dari 60 kali/menit, bayi tampak sianosis,
adanya retraksi sela iga, bayi merintih (grunting), adanya pernapasan cuping
hidung, bayi kurang aktivitas).
Berdasarkan data subyektif dan data obyektif yang penulis peroleh pada
kasus Bayi Ny.”D” dengan hipotermi didapatkan data ibu mengatakan bayinya
terasa dingin sejak 10 jam yang lalu sampai sekarang, data obyektif Hipotermi
atau suhu tubuh dibwah normal (35,3). Hal ini sesuai dengan teori Icesmi Sukarni
(2014), hipotermi adalah bayi baru lahir dengan suhu tubuh sampai dibawah
normal (36,5ºc) dan hipotermi sering terjadi pada neonatus karena BBLR,
kesalahan perawatan bayi segera setelah lahir, bayi dipisahkan dengan ibunya
setelah lahir, asfiksia dan kondisi ruangan yang dingin.
Berdasarkan studi kasus pada bayi Ny. D dengan hipotermi, bayi lahir
dipisahkan dengan ibunya setelah lahir, asfiksia dan kondisi ruangan yang dingin,
kesalahan perawatan setelah lahir.Dalam hal ini pula tidak ditemukan kesenjangan
76
B. Merumuskan Diagnosa / Masalah Aktual
Berdasarkan data yang diperoleh, diagnosa/ masalah aktual yang ada pada
bayi Ny. D adalah Asfiksia Berat.
Menurut teori, Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan
pernafasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat
sesudah lahir, dan asfiksia terbagi 3 berdasarkan penilaian APGAR skor yaitu
asfiksia ringan dengan nilai APGAR 7-9, asfiksia sedang nilai APGAR 4-6, dan
asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3. Pada asfiksia berat (frekuensi jantung
kecil, yaitu < 40 kali/menit, tidak ada usaha napas, tonus otot lemah bahkan
hampir tidak ada, bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan,
bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna biru, terjadi kekurangan oksigen yang
berlanjut sebelum atau sesudah persalinan), asfiksia sedang (frekuensi detak
jantung lebih dari 100/menit, usaha napas lambat, tonus otot kurang baik atau
baik, bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan, bayi tampak
sianosis, tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses
persalinan), asfiksia ringan (takipnea dengan napas lebih dari 60
kali/menit, bayi tampak sianosis, adanya retraksi sela iga, bayi merintih
(grunting), adanya pernapasan cuping hidung, bayi kurang aktivitas).
Berdasarkan data yang ada pada studi kasus bayi Ny. “D” bahwa bayi
lahir dengan tidak segera menangis, tubuh kemerahan ekstremitas kebiruan, tonus
otot lemah, frekuensi jantung 90 kali/menit, pernapasan 62 kali/menit, bayi masih
bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan dan penilaian APGAR skor 5/6.
Dengan demikian ada kesesuaian antara tinjauan pustaka dan kasus bayi Ny. “D”
77
sehingga diagnosa aktual dapat ditegakan dan memudahkan bidan dalam
memberikan asuhan sehingga tidak ditemukan kesenjanga antara teori dan hasil
pengkajian yang telah dilakukan.
C. Merumuskan Diagnosa Dan Masalah Potensial
Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen kebidanan adalah
mengidentifikasi masalah potensial yaitu mengantisipasi bila memungkinkan
melakukan pencegahan, sambil mengamati bayi, bidan diharapkan dapat bersiap-
siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Begitu pula
dengan asfiksia sedang jika tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan
asfiksia berat.
Berdasarkan data yang ada pada studi kasus bayi Ny. “D” di lahan
praktek dapat diidentifikasikan masalah potensial yaitu potensial terjadi asfiksia
berat dan hipotermi. Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan
manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus bayi Ny. “D” tampak ada
persamaan dan tidak ditemukan adanya kesenjangan
D. Menilai Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi
Berdasarkan data yang memberikan indikasi adanya tindakan segera
dimana harus menyelamatkan jiwa bayi. Tindakan tersebut berupa kolaborasi
dengan tenaga kesehatan yang lebih profesional sesuai dengan keadaan yang
dialami oleh bayi ataupun konsultasi dengan dokter.
Berdasarkan data yang ada pada studi kasus bayi Ny. “D” segera
melakukan resusitasi atau pembebasan jalan napas, berkonsultasi dan
berkolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang meletakan bayi di bawah
Kti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata raha

More Related Content

What's hot

MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADABAYINY“H”DENGANBBLR PRE...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN  PADABAYINY“H”DENGANBBLR  PRE...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN  PADABAYINY“H”DENGANBBLR  PRE...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADABAYINY“H”DENGANBBLR PRE...Warnet Raha
 
Kti elvi akbid paramata raha 2015
Kti elvi akbid paramata raha 2015Kti elvi akbid paramata raha 2015
Kti elvi akbid paramata raha 2015Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADABAYINY“H”DENGANBBLR PRE...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN  PADABAYINY“H”DENGANBBLR  PRE...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN  PADABAYINY“H”DENGANBBLR  PRE...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADABAYINY“H”DENGANBBLR PRE...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...Warnet Raha
 

What's hot (15)

Kti irnawati baco akbid paramata
Kti irnawati baco akbid paramataKti irnawati baco akbid paramata
Kti irnawati baco akbid paramata
 
Kti ice musnawati akbid paramata
Kti ice musnawati akbid paramataKti ice musnawati akbid paramata
Kti ice musnawati akbid paramata
 
Kti muslyaninsi
Kti muslyaninsiKti muslyaninsi
Kti muslyaninsi
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADABAYINY“H”DENGANBBLR PRE...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN  PADABAYINY“H”DENGANBBLR  PRE...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN  PADABAYINY“H”DENGANBBLR  PRE...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADABAYINY“H”DENGANBBLR PRE...
 
Kti elvi akbid paramata raha 2015
Kti elvi akbid paramata raha 2015Kti elvi akbid paramata raha 2015
Kti elvi akbid paramata raha 2015
 
Kti kiki andriani (iii a) akbid paramata
Kti kiki andriani  (iii a)  akbid paramata Kti kiki andriani  (iii a)  akbid paramata
Kti kiki andriani (iii a) akbid paramata
 
Kti husni akbid paramata
Kti husni akbid paramataKti husni akbid paramata
Kti husni akbid paramata
 
Kti mirda akbid paramata alumni 2015
Kti mirda akbid paramata alumni  2015Kti mirda akbid paramata alumni  2015
Kti mirda akbid paramata alumni 2015
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADABAYINY“H”DENGANBBLR PRE...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN  PADABAYINY“H”DENGANBBLR  PRE...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN  PADABAYINY“H”DENGANBBLR  PRE...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADABAYINY“H”DENGANBBLR PRE...
 
Kti rukmaini
Kti rukmainiKti rukmaini
Kti rukmaini
 
Kti saraswati akbid paramata
Kti saraswati akbid paramataKti saraswati akbid paramata
Kti saraswati akbid paramata
 
Kti irman akbid paramata raha 2015
Kti irman akbid paramata raha 2015Kti irman akbid paramata raha 2015
Kti irman akbid paramata raha 2015
 
Kti novensky e.m
Kti novensky e.mKti novensky e.m
Kti novensky e.m
 
Kti darmina
Kti darminaKti darmina
Kti darmina
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M” DENGAN...
 

Similar to Kti minarni akbid paramata raha

Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015
Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015 Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015
Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015 Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI ...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI ...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “Y” ASFIKS...
MANAJEMEN  DAN  PENDOKUMENTASIAN  ASUHAN  KEBIDANAN PADA  BAYI  NY “Y” ASFIKS...MANAJEMEN  DAN  PENDOKUMENTASIAN  ASUHAN  KEBIDANAN PADA  BAYI  NY “Y” ASFIKS...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “Y” ASFIKS...Warnet Raha
 
Kti hubainalti akbid paramata
Kti hubainalti akbid paramata Kti hubainalti akbid paramata
Kti hubainalti akbid paramata Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY”Y” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY”Y” DENGAN ...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY”Y” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY”Y” DENGAN ...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “M” DENGAN INFE...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “M” DENGAN INFE...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “M” DENGAN INFE...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “M” DENGAN INFE...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFI...Warnet Raha
 
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASED...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN  PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASED...MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN  PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASED...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASED...Warnet Raha
 
Kti wa ode herlin akbid paramata raha
Kti wa ode herlin akbid paramata rahaKti wa ode herlin akbid paramata raha
Kti wa ode herlin akbid paramata rahaWarnet Raha
 
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY R DENGAN M...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY R DENGAN M...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY R DENGAN M...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY R DENGAN M...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY.“W” HIPEREM...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY.“W” HIPEREM...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY.“W” HIPEREM...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY.“W” HIPEREM...Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...Warnet Raha
 
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA Operator Warnet Vast Raha
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaSeptian Muna Barakati
 

Similar to Kti minarni akbid paramata raha (20)

Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015
Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015 Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015
Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015
 
Kti fatmawati akbid paramata
Kti fatmawati akbid paramataKti fatmawati akbid paramata
Kti fatmawati akbid paramata
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI ...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI ...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “Y” ASFIKS...
MANAJEMEN  DAN  PENDOKUMENTASIAN  ASUHAN  KEBIDANAN PADA  BAYI  NY “Y” ASFIKS...MANAJEMEN  DAN  PENDOKUMENTASIAN  ASUHAN  KEBIDANAN PADA  BAYI  NY “Y” ASFIKS...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “Y” ASFIKS...
 
Kti hubainalti akbid paramata
Kti hubainalti akbid paramata Kti hubainalti akbid paramata
Kti hubainalti akbid paramata
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” DENGAN ...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY”Y” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY”Y” DENGAN ...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY”Y” DENGAN ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY”Y” DENGAN ...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “M” DENGAN INFE...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “M” DENGAN INFE...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “M” DENGAN INFE...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “M” DENGAN INFE...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFI...
 
Kti fidartin
Kti fidartinKti fidartin
Kti fidartin
 
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASED...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN  PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASED...MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN  PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASED...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASED...
 
Kti fidartin
Kti fidartinKti fidartin
Kti fidartin
 
Kti wa ode herlin akbid paramata raha
Kti wa ode herlin akbid paramata rahaKti wa ode herlin akbid paramata raha
Kti wa ode herlin akbid paramata raha
 
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY R DENGAN M...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY R DENGAN M...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY R DENGAN M...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY R DENGAN M...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY.“W” HIPEREM...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY.“W” HIPEREM...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY.“W” HIPEREM...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY.“W” HIPEREM...
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
 
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA
Kti akbid ayu andiani achdania. j 2 AKBID PARAMATA RAHA
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 

More from Warnet Raha

Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanPengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanWarnet Raha
 
Warnet vast raha
Warnet vast rahaWarnet vast raha
Warnet vast rahaWarnet Raha
 
Surat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorselSurat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorselWarnet Raha
 
Silsilah keluarga
Silsilah keluargaSilsilah keluarga
Silsilah keluargaWarnet Raha
 
Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1Warnet Raha
 
Makalah haji dan umroh
Makalah haji dan umrohMakalah haji dan umroh
Makalah haji dan umrohWarnet Raha
 
Motivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerjaMotivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerjaWarnet Raha
 
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Warnet Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramataWarnet Raha
 
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Warnet Raha
 
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari mudaPengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari mudaWarnet Raha
 
Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4Warnet Raha
 

More from Warnet Raha (20)

Serune kale
Serune kaleSerune kale
Serune kale
 
Alat musik
Alat musikAlat musik
Alat musik
 
Septian
SeptianSeptian
Septian
 
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanPengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
 
Perihal
PerihalPerihal
Perihal
 
Warnet vast raha
Warnet vast rahaWarnet vast raha
Warnet vast raha
 
Surat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorselSurat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorsel
 
Silsilah keluarga
Silsilah keluargaSilsilah keluarga
Silsilah keluarga
 
Ipink
IpinkIpink
Ipink
 
Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1
 
Makalah haji dan umroh
Makalah haji dan umrohMakalah haji dan umroh
Makalah haji dan umroh
 
Motivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerjaMotivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerja
 
Salim 2
Salim 2Salim 2
Salim 2
 
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
 
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari mudaPengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
 
Jurnal ella
Jurnal ellaJurnal ella
Jurnal ella
 
Penelitian
PenelitianPenelitian
Penelitian
 
Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4
 

Recently uploaded

manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1YudiPradipta
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxAhmadSyajili
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Surveikustiyantidew94
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehBISMIAULIA
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompokelmalinda2
 
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxMANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxnugrohoaditya12334
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxnursariheldaseptiana
 
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalmenghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalHendriKurniawanP
 
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanamalaguswan1
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasiDasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasidadan50
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanBungaCitraNazwaAtin
 

Recently uploaded (14)

manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
 
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxMANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
 
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalmenghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
 
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasiDasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
 

Kti minarni akbid paramata raha

  • 1. 1 MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN ASFIKSIA SEDANG DI RUANG TERATAI RSUD KAB. MUNA TANGGAL 29 APRIL S.D 01 MEI 2015 Karya Tulis Ilmiah Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Oleh : Minarni NIM : 2012.IB.0056 YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA KABUPATEN MUNA 2015
  • 2. 2 LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. “D” dengan Asfiksia Sedang di Ruang Teratai RSUD Kabupaten Muna Tanggal 29 April s.d 01 Mei Tahun 2015 Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Raha, Juli 2015 Pembimbing I Pembimbing II Fitria Ningsih, S.ST Asrini, S.ST Mengetahui, Direktur Akbid Paramata Raha Kabupaten Muna Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes. ii
  • 3. 3 LEMBAR PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Tim Penguji: 1. Arif Ndaga, SKM., M.Kes (……........……….…...............) 2. Fitria Ningsih, S.ST (……...............…………..…...) 3. Asrini, S.ST (……….……........………........) Raha, Juli 2015 Pembimbing I Pembimbing II Fitria Ningsih, S.ST Asrini, S.ST Mengetahui, Direktur Akbid Paramata Raha Kabupaten Muna Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes iii
  • 4. 4 RIWAYAT HIDUP A. Identitas Nama : MINARNI Jenis Kelamin : Perempuan Tempat, Tanggal Lahir : Kasaka, 15 Februari 1995 Agama : Islam Alamat lengkap : Jl. Kartika, Kec. Batalaiworu, Kab. Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara Anak Ke : Pertama Dari Tiga Bersaudara B. Identitas Orang Tua Nama Ayah dan Ibu : La Musa dan Wa Koba Pekeejaan : Wiraswasta dan IRT Alamat : Desa Kasaka, Kec. Kabawo, Kab. Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. C. Riwayat pendidikan 1. Lulus SDN 12 Kabawo : Tahun 2006 2. Lulus SMPN 1 Kabawo : Tahun 2009 3. Lulus SMAN 1 Kabawo : Tahun 2012 4. Sejak tahun 2012 mengikuti pendidikan D3 Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna sampai sekarang iv
  • 5. 5 KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program studi DIII Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna dengan judul : ” Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny.”D” Dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun 2015” Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis sedikit menemui kendala, namun atas bantuan dari berbagai pihak sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Fitria Ningsih, S.ST., selaku Pembimbing I dan Asrini, S.ST., selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, masukan, kritikan serta petunjuk sehingga tersusunlah Karya Tulis Ilmiah ini. Demikian pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes., selaku Ketua Yayasan Akademi Kebidanan Paramata Raha, Kabupaten Muna 2. Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes., selaku direktur Akademi Kebidanan Paramata Raha, Kabupaten Muna . v
  • 6. 6 3. dr. Tutut Purwanto, selaku kepala Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang telah banyak membantu penulis dalam pengambilan data Karya Tulis Ilmiah di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna. 4. Arif Ndaga, SKM., M.Kes selaku penguji yang telah memberikan masukan saran dan kritik dalam ujian Karya Tulis Ilmiah. 5. Segenap Dosen dan Staf Program Studi DIII Kebidanan Paramata Raha, Kabupaten Muna yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan selama penulis mengikuti pendidikan. Setiap orang selalu berusaha untuk mempersembahkan sebuah karya yang baik termasuk penulis, namun patut disadari sepenuhnya Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna baik isi maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu, segala usul, saran, komentar serta kritikan yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dan akan diterima dengan senang hati Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu kebidanan dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan petunjuk dalam pemanfaatan Karya Tulis Ilmiah ini. Amin.... Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Raha, Juli 2015 Penulis vi
  • 7. 7 DAFTAR ISI Halaman Judul............................................................................................... i Lembar Persetujuan....................................................................................... ii Lembar Pengesahan...................................................................................... iii Riwayat Hidup.............................................................................................. iv Kata Pengantar.............................................................................................. v Daftar Isi........................................................................................................ viii Daftar Tabel.................................................................................................. ix Moto Dan Persembahan................................................................................ x Bab I Pendahuluan...................................................................................... 1 A.Latar Belakang.................................................................................. 1 B. Ruang Lingkup Pembahasan............................................................. 4 C.Tujuan Telaah.................................................................................... 4 D.Manfaat Telaah.................................................................................. 6 E. Metode Telaah................................................................................... 7 F. Sistemtika Penulisan......................................................................... 8 Bab II Tinjauan Pustaka............................................................................ 9 A.Telaah Pustaka.................................................................................. 9 B. Tinjauan Umum Manajemen Kebidanan.......................................... 44 Bab III Studi Kasus..................................................................................... 50 A. Pengumpulan Data Dasar................................................................. 50 B. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual............................................. 55 C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial.......................................... 56 D. Tindakan Segera/Kolaborasi............................................................. 57 vii
  • 8. 8 E. Rencana Asuhan Kebidanan............................................................. 57 F. Implementasi Asuhan Kebidanan..................................................... 60 G. Efaluasi Keefektifan Asuhan............................................................ 63 H. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan............................................. 64 Bab IV Pembahasan.................................................................................... 73 Bab V Penutup............................................................................................. 79 A.Kesimpulan....................................................................................... 79 B. Saran.................................................................................................. 80 Daftar Pustaka............................................................................................. 82 Lampiran – Lampiran viii
  • 9. 9 DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Nilai APGAR................................................................................................. 31 ix
  • 10. 10 MOTO DAN PERSEMBAHAN A. MOTO 1. Ada hikmah disetiap kejadian yang terjadi dalam hidup kita maka janganlah berburuk sangka dengan takdir Allah. 2. Hidup itu adil, ada senang ada sedih. Ada memberi ada menerima, sebab hidup itu terus berputar. 3. Semua yang kita rasakan itu terkadang hanya karena sugesti diri kita sendiri, jadi bersugesti positiflah setiap saat. 4. Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah. B. PERSEMBAHAN 1. Terimah kasih kepada Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan dan jalan keluar disetiap kesulitan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 2. Kepada kedua orang tua tercinta, ayah (La Musa) dan ibu (Wa Koba) yang selalu memberi doa dan motivasi baik moril maupun material. Khusunya kepada ibu, terimah kasih, berkat doamu semua menjadi lancar. 3. Teman-teman seperjuangan DIII Kebidanan Paramata Raha Kabupaten muna angkatan 2012 yang selalu membantu memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Kepada yang lebih terkhusus, Almamaterku tercinta. x
  • 11. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya kekehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa transisi dengan baik (Wafi, 2011). Periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Dari hasil penelitian lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian (Prawirohardjo, 2008). Menurut Depkes RI (2005) bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan bayi lahir 2500 gram sampai 4000 gram. Menurut M. Sholeh Khosim (2007) bayi baru lahir adalah bayi dengan bayi lahir antara 2500 gram sampai dengan 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat. Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak. Setiap tahun kematian bayi baru lahir atau neonatal mencapai 37% dari semua kematian pada anak balita. Setiap hari 8.000 bayi baru lahir di dunia meninggal dari penyebab yang tidak dapat dicegah. Mayoritas dari 1
  • 12. 2 semua kematian bayi, sekitar 75% terjadi pada minggu pertama kehidupan dan antara 25% sampai 45% kematian tersebut terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan seorang bayi. Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau neonatal di dunia antara lain bayi lahir prematur 29 April%, sepsis dan pneumonia 25% serta 23% lain merupakan bayi lahir dengan Asfiksia dan trauma. Asfiksia lahir menempati penyebab kematian bayi ke 3 di dunia dalam periode awal kehidupan (World Health Organization (WHO), 2012). Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun (2008–2012) berdasarkan Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 lebih rendah dari pada hasil SDKI 2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32/1000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40/1000 kelahiran hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonatus (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012). Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) Angka Kematian Bayi (AKB) turun menjadi 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Untuk mencapai target tersebut perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja sama antara tenaga kesehatan (Depkes RI, 2010). Kejadian kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal), pada umumnya disebabkan oleh Tetanus Neonatorum, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan penyebab lain seperti pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan saat lahir atau beberapa saat setelah lahir/asfiksia lahir (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012).
  • 13. 3 Jumlah kematian bayi di Sulawesi Tenggara tahun 2014 sampai dengan 2015 cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2013 jumlah kematian bayi 587 dari 42.624 kelahiran atau sekitar 587 orang (1,37%), tertinggi terjadi di Kabupaten Kolaka 6,5%, menyusul Kabupaten Bombana 3% dan Buton 2,7% sedangkan untuk Kabupaten Muna berada pada urutan kesembilan yaitu 1,13%. Tahun 2014 jumlah kematian bayi mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu mencapai jumlah 1.166 kematian dari 42.540 kelahiran atau sekitar 2,7%. Kematian Bayi yang tertinggi pada tahun 2014 terdapat di Buton Utara 3,8%, disusul Kabupaten Bombana 3,7% dan Kabupaten Muna berada pada urutan ketiga yaitu 3,5%. Tahun 2015 jumlah kematian bayi mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu 693 kematian dari 46.049 kelahiran atau sekitar 1,5% , jumlah tertinggi terjadi di Buton Utara 3,5%, menyusul Konawe Utara 2,5% dan Bombana 2,4%, sedangkan untuk Kabupaten Muna sendiri berada pada urutan keempat yaitu 2,1% (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015). Berdasarakan data dari Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna sejak mulai dibukanya ruang teratai atau kamar bayi pada bulan November 2013, dan pada bulan Januari tahun 2014 sampai dengan bulan Mei 2015 jumlah kelahiran 1317 bayi, bayi yang megalami asfiksia adalah 51 orang (3,87% ), terdiri dari bayi lahir normal 2 orang (2,6%) dan bayi baru lahir dengan Seksio Caesarea (SC) 74 orang (97%). Jumlah kematian bayi 18 orang (7,6%) dan 4 orang (22%) diantaranya disebabkan oleh asfiksia. Sejauh ini semua kejadian kematian bayi karena asfiksia terjadi pada bayi baru lahir dengan SC, untuk kematian bayi yang lahir normal dengan asfiksia
  • 14. 4 tidak ditemukan (Catatan Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015). Dengan melihat masih tingginya angka kematian bayi akibat asfiksia, serta didukung dari hasil studi pendahuluan di atas maka penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul “ Manajemen Dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny.”D” dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna”. B. Ruang Lingkup Pembahasan Ruang lingkup pembahasan meliputi Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. ”D” dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun 2015”. C. Tujuan Telaah 1. Tujuan Umum Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Bayi Ny.”D” dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun 2015. 2. Tujuan Khusus a. Mampu mengumpulkan dan menganalisis data dasar pada bayi Ny.“D“ dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun 2015.
  • 15. 5 b. Mampu merumuskan diagnosa/masalah aktual pada bayi Ny.“D“ dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun 2015. c. Mampu merumuskan diagnosa/masalah potensial pada bayi Ny.”D“ dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun 2015. d. Mampu mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi pada bayi Ny.“D“ dengan Asfiksai Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun 2015. e. Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada bayi Ny.“D“ dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun 2015. f. Mampu melaksanankan tindakan asuhan kebidanan pada bayi Ny.”D“ dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun 2015. g. Mampu melakukan evaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan pada bayi Ny.“D“ dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun 2015. h. Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan pada bayi Ny.”D“ dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun 2015.
  • 16. 6 i. Mampu melakukan follow Up asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan pada bayi Ny.”D” dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 29 April s.d 01 Mei tahun 2015. D. Manfaat Telaah 1. Manfaat Praktis a. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Ujian Akhir Pendidikan DIII Kebidanan Paramata Raha. b. Sebagai pengalaman berharga yang dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan penulis dalam memberikan perawatan kepada klien dengan kasus Bayi Asfiksia. c. Sebagai sumber informasi dan menambah wawasan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan acuan bagi penulis Karya Tulis Ilmiah selanjutnya. 2. Manfaat Bagi Institusi Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi rekan-rekan mahasiswa Diploma III Kebidanan Paramata Raha, dalam pelaksanaan asuhan kebidanan. 3. Manfaat Bagi Penulis Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis serta tambahan pengalaman yang sangat berharga dalam memberikan Asuhan Kebidanan pada Bayi Asfiksia dan dapat memperluas wawasan keilmuan sebagai sarana pengembangan diri melalui penulisan Karya Tulis Ilmiah.
  • 17. 7 E. Metode Telaah 1. Studi Kepustakaan Penulis mempelajari berbagai literatur yang ada relevansinya dengan asfiksia antara lain : membaca buku dari berbagai sumber, mengakses data melalui internet dan mempelajari karya tulis yang ada. 2. Studi Kasus Penulis menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam asuhan kebidanan pada bayi Ny.“D“ meliputi : pengumpulan dan analisa data, merumuskan diagnosa/masalah aktual dan potensial, melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi, menyusun rencana tindakan, melaksanakan tindakan dan mengevaluasi asuhan kebidanan serta mendokumentasikan dengan metode Subyektif, Obyektif, Asessment dan Planning (SOAP). Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara : 1) Anamnesa Melakukan Tanya jawab pada kedua orang tua bayi serta bidan untuk memperoleh informasi secara aktual. b. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan dilakukan secara sistematis mulai dari kepala hingga kaki yang meliputi pemeriksaan secara inspeksi, palpasi dan auskultasi. c. Pengkajian Psikososial Pengkajian psikososial meliputi pengkajian status emosional, respon terhadap kondisi yang dialami serta pola interaksi klien terhadap keluarga, petugas kesehatan dan lingkungannya.
  • 18. 8 3. Studi Dokumentasi Membaca dan mempelajari status kesehatan yang berhubungan dengan keadaan bayi yang bersumber dari catatan perawatan maupun dari sumber lain yang menunjang yaitu hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik. F. Sistematika Penulisan Untuk lebih memudahkan pemahaman dalam penulisan studi kasus ini, maka penulis menyusun secara sistematika yaitu : 1. Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, ruang lingkup pembahasan, tujuan telaah, manfaat telaah, metode telaah dan sistematika penulisan. 2. Bab II Tinjauan Pustaka terdiri dari tinjauan umum bayi baru lahir, tinjauan umum asfiksia dan tinjauan umum tentang manajemen kebidanan. 3. Bab III Studi Kasus terdiri dari pengumpulan data dasar, identifikasi diagnosa/masalah aktual, identifikasi diagnosa/masalah potensial, tindakan segera/kolaborasi, rencana asuhan kebidanan, implementasi asuhan kebidanan, evaluasi keefektifan asuhan, pendokumentasian hasil asuhan. 4. Bab IV Pembahasan, membahas tetang kesejangan antara teori dan hasil studi kasus di lahan praktek. 5. Bab V Penutup berisikan kesimpulan hasil pelaksanaan studi kasus yang dilaksanakan serta saran yang merupakan alternatif rujukan.
  • 19. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tinjauan Umum Bayi Baru Lahir a. Pengertian Bayi Baru Lahir (BBL). Bayi baru lahir (neonatus) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan didalam uterus. Kemampuan adaptasi fungsional neonatus dari kehidupan didalam uterus kehidupan diluar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut homeostatis. (Marmi, 2012). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Sugeng Jitowiyono, 2011). Neonatus adalah fase awal ketika seorang manusia lahir ke bumi. Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan ekstrauterin (Elisabeth Siwi Walyani,2015). Menurut Depkes RI (2005) bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan bayi lahir 2500 gram sampai 4000 gram. Menurut M. Sholeh Khosim (2007) bayi baru lahir adalah bayi dengan bayi lahir antara 2500 gram sampai dengan 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (Dr Lyndon Saputra, 2014). b. Perubahan Bayi Baru Lahir 1) Perubahan metabolisme karbohidrat 9
  • 20. 10 Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari tubuh orang dewasa sehingga metabolisme basal per Kg berat badan (BB) akan lebih besar. Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat dan pada hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak. Bayi baru lahir tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen (Glikogenelisis), hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persendian glikogen yang cukup. Seorang bayi yang mengalami hipotermia pada saat lahir akan mengalami hipoksia, maka ia akan menggunakan persediaan glikogen dalam jam pertama kelahiran. Gejala hipoglikemia bisa tidak jelas dan tidak khas meliputi kejang halus, sianosis, apnea, menangis lemah, letargi, lunglai dan menolak makanan. 2) Perubahan suhu tubuh Bayi baru lahir mempunyai kecenderungan untuk mengalami stress fisik akibat perubahan suhu di luar uterus. Fluktuasi (Naik turunnya) suhu di dalam uterus minimal, rentang maksimal hanya 0,6ºC sangat berbeda dengan kondisi diluar uterus. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mengalami hipoglikemia, dan hipoksia. Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama . 3) Perubahan Pernafasan Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir (BBL) adalah adalah ketika harus mengatasi resistensi paru pada saat pernapasan yang
  • 21. 11 pertama kali. Dan proses pernapasan ini bukanlah kejadian yang mendadak, tetapi telah dipersiapkan lama sejak intrauteri. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. Pernapasan pertama pada pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Keadaan yang mempercepat proses maturitas paru-paru adalah: toksemia, hipertensi, diabetes yang berat, infeksi ibu, ketuban pecah dini, dan isufisiensi plasenta. Keenam keadaan tersebut dapat mengakibatkan stres pada janin, hal ini dapat menimbulkan rasangsangan untuk pematangan paru-paru. 4) Perubahan Sirkulasi Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem. Tindakan ini menyebabkan suplai oksigen ke plasenta menjadi tidak ada dan menyebabkan suplai oksigen ke plasenta menjadi tidak ada dan menyebabkan serangkaian reaksi selanjutnya. Sirkulasi janin memiliki karakteristik sirkulasi bertekanan rendah. Karena paru-pari adalah organ tertutup yang berisi cairan, maka paru-paru memerlukan aliran darah yang minimal. Sebagian besar darah janin yang teroksigenasi melalui paru-paru mengalir mealalui lubang antara antrium kanan dan kiri yang disebut dengan foramen ovale. Darah yang akan kaya oksigen ini kemudian secara istimewa mengalir ke otak melalui duktus arteriosus. Dalam beberapa saat, perubahan tekanan yang luar biasa terjadi didalam jantung dan
  • 22. 12 sirkulasi bayi baru lahir (BBL). Ketika janin dilahirkan segera bayi menghirup udara dan menangis kuat. Dengan demikian paru-paru berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan darah mengalir ke paru-paru. 5) Perubahan alat pencernaan hati, ginjal dan lainnya mulai berfungsi Bila dibandingkan dengan ukuran tubuh, saluran pencernaan pada neonatus relatif lebih berat dan panjang dibandingkan orang dewasa. Pada masa neonatus, traktus digestivus mengandung zat-zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolosakarida dan disebut mekonium. Pada masa neonatus saluran pencernaan mengeluarkan tinja pertama biasanya dalam dua puluh empat jam pertama berupa mekonium (Zat berwarna hitam kehijauan). Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis, yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan lemak dan glikogen. Enzim hepar belum aktif benar pada neonatus, misalnya enzim Uridin Difosfat Glukorinide Tranferase (UDPG:T) dan enzim Glukosa 6 Fosfat Dehidroginase (G6PADA) Yang berfungsi dalam sintesis bilirubin, sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologik. (Marmi, 2012). c. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal Bayi baru lahir normal memiliki ciri-ciri yakni : lahir aterm antara 37-42 minggu, berat bdan 2500-4000 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-
  • 23. 13 12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160 kali/menit, pernafasan 40-60 kali/menit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, penilaian Apprearance, Pulse, Grimace, Activity dan Respiration (APGAR) > 7, gerak aktif, bayi lahir langsung menangis kuat, reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik, reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik, reflek moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik, reflek grasping (menggenggam) sudah baik, genitalia (pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang sedagkan pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora), eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama dan mekonium berwarna hitam kecoklatan (Marmi, 2012). d. Tahapan Pada Bayi Baru Lahir 1) Tahap I terjadi segera setelah lahir Selama menit pertama kelahiran, pada tahap ini digunakan sistem scoring APGAR untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu. 2) Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas Pada tahap ini dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan prilaku.
  • 24. 14 3) Tahap III disebut tahap periodik Ditahap ini pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Dewi, 2010). e. Penanganan Bayi Baru Lahir Normal 1) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi ditempat yang memungkinkan). 2) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kotak kulit ibu dan bayi, lakukan penyuntikan Oxytoksin secara IM (Intra Muskular) pada ibunya. 3) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi, melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem pertama kearah ibu dan memasang klem 2 cm dari klem pertama (kearah ibu). 4) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut. 5) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. 6) Memberikan bayi kepada ibunya dan mengajurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian Air Susu Ibu (ASI) jika ibu menghendakinya (Prawirohardjo, 2010).
  • 25. 15 f. Bayi Baru Lahir Bermasalah Masalah yang perlu tindakan segera dalam 1 jam pertama setelah bayi lahir : 1) Tidak bernapas/ sulit bernapas Penanganan umum yang biasa diberikan adalah : a) Keringkan bayi atau ganti kain yang basah dan bungkus dengan pakaian hangat dan kering. b) Segera klem dan potong tali pusat. c) Letakkan bayi pada tempat yang keras dan hangat. d) Lakukan pedoman pencegahan infeksi dalam setiap melakukan tindakan. e) Lakukan resusitasi bila terdeteksi adanya kegagalan napas setelah bayi lahir. f) Jika resusitasi tidak berhasil, maka berikan ventilasi. 2) Sianosis / kebiruan dan sukar bernapas Jika bayi mengalami sianosis (kebiruan ), sukar bernapas (frekuensi < 30 atau > 60 kali/menit), ada tarikan dinding dada ke dalam, atau merintih, maka lakukan hal berikut : a) Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan napas tidak tersumbat. b) Berikan oksigen 0,5 liter/menit. c) Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang men- support kondisi bayi.
  • 26. 16 d) Tetap menjaga kehangatan bayi. 3) Bayi berat lahir rendah ( BBLR) < 2500 gram. Ada 2 macam BBLR : 1. Bayi lahir kecil akibat kurang bulan dengan umur kehamilan 37 minggu 2. Bayi kecil masa kehamilan (KMK) : bayi dilahirkan kurang dari percentil ke-10 kurva pertumbuhan janin. Berdasarkan penanganan dan harapan hidup, BBLR dibedakan dalam : i. BBLR : 1500 gram-2499 gram ii. BBLSR : < 1500 gram iii. BBLER : < 1000 gram a) Bayi lahir kecil akibat kurang bulan (premature) masa gestasi 37 minggu. Faktor penyebabnya adalah sebagai berikut : (1) Faktor ibu umur, paritas, ras, infertilitas, riwayat kehamilan tidak baik, lahir abnormal, jarak kelahiran terlalu dekat, BBLR, pada anak sebelumnya, penyakit akut dan kronik, kebiasaan tidak baik seperti merokok dan minum alkohol, preeklampsi, dll. (2) Keadaan sosial ekonomi rendah (3) Kehamilan ganda atau hidramnion. (4) Faktor plasenta tumor
  • 27. 17 (5) Faktor janin infeksi bawaan, kelainan kromosom. Ciri-ciri bayi premature adalah sebagai berikut : berat kurang < 2500 gram, lingkar dada < 30 cm, panjang badan < 45 cm, lingkar kepala < 33 cm, kepala lebih besar dari badannya, kulitnya tipis transparan dan banyak lanugo, lemak subkutan minimal. b) Bayi lahir kecil dengan berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi (dismatur). Kondisi ini dapat terjadi preterm, aterm, maupun postmatur. Bayi lahir dengan berat sangat kecil (BB< 1.500 gram atau usia < 32 minggu) sering dijumpai masalah berat seperti : sukar bernapas, sukar minum (menghisap), ikterus berat, infeksi berat dan rentan hipotermi. Segera rujuk jika bayi mengalami kondisi-kondisi tersebut. 4) Letargi Tonus otot rendah dan tidak ada gerakan sehingga sangat mungkin bayi sedang sakit berat. Jika ditemukan kondisi demikian, maka segera rujuk. 5) Hipotermi (suhu < 36 ˚C) Suhu tubuh rendah (hipotermia) dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan yang dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah) atau bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakaian, kesalahan perawatan bayi segera setelah lahir, bayi dipisahkan dengan ibunya setelah lahir, asfiksia dan hipoksia.
  • 28. 18 Hipotermi dapat bermasalah pada neonatus pada saat lahir dan pada umur bayi 24 jam atau lebih. Bayi mengalami hipotermi berat jika suhu aksila < 36,5 – 37,5˚C. Hipotermi sering terjadi pada neonatus BBLR karena jaringan lemak sub kutan rendah dan luas permukaan tubuh relatif besar dibandingkan bayi BBLC untuk mengatasi kondisi tersebut, lakukan hal berikut : a) Gunakan alat yang ada inkubator, radian heater, kamar hangat, atau tempat tidur hangat. b) Rujuk ke pelayanan kesehatan yang memiliki Neonatal Intensif Care Unit (NICU). c) Jika bayi sianosis, sukar bernapas, atau ada tarikan dinding dada dan merintih, segera berikan oksigen. 6) Kejang Kejang spasme atau tidak sadar dapat disebabkan oleh asfiksia neonatorum, hipoglikemia atau merupakan tanda meningitis atau masalah pada susunan saraf. Diantara episode kejang yang terjadi, bayi mungkin tidak sadar, letargi, rewel, atau masih normal. Macam- macam kejang : kejang umum, kejang subtle, kejang spasme. Untuk mengatasi masalah kejang tersebut maka lakukan hal berikut : 1. Pasang jalur infuse dengan dextrose secara IV dan beri cairan dengan dosis rumatan. 2. Bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mg, tangani hipoglikemi sebelum melakukan manajemen kejang untuk
  • 29. 19 menyingkirkan kemungkinan hipoglikemia sebagai penyebab kejang. 3. Bila bayi dalam keadaan kejang atau bayi kejang dalam beberapa jam terakhir, beri injeksi fenobarbital 2 mg/kg berat badan secara IV, diberikan pelan-pelan dalam waktu 5 menit. 4. Bila jalur IV belum terpasang, beri injeksi fenobarbital 20 mg/kg dosis tunggal secara IM 5. Bila kejang tidak berhenti dalam 30 menit, beri ulang fenobarbital 10 mg/kg berat badan secara IV atau IM. Dapat diulangi sekali lagi 30 menit kemudian bila perlu. 6. Bila kejang masih berlanjut atau berulang, beri injeksi fenitoin 20 mg/kg, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Fenitoin hanya boleh disebabkan secara IV b. Campur dosis fenitoin ke dalam 15 ML garam fisiologis dan berikan dengan kecepatan 0,5 Ml/menit selama 30 menit. Fenitoin hanya boleh dicampur dengan garam fisiologis sebab jenis cairan lain akan mengakibatkan kristalisasi. 7. Lanjutkan pemberian O2 bila bayi mengalami gangguan napas (misal sianosis sentral, frekuensi napas kurang dari 30 kali per menit). Kurangi pemberian O2 secara bertahap untuk memperbaiki gangguan nafas sampai batas terendah yang tidak menyebabkan sianosis sentral.
  • 30. 20 8. Jelaskan pada ibu bahwa fenobarbital dapat menyebabkan bayi mengantuk untuk beberapa hari. 9. Bila bayinya sudah 3 jam tidak kejang, dianjurkan bayi untuk untuk menyusu ASI. Bila bayi tidak mau menyusu ASI, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum. (Yongki, 2012). 7) Sindrom Gangguan Pernapasan Distres pernapasan pada Neonatus adalah bayi baru lahir yang bernapas spontan, namun mengalami gangguan napas atau bernapas cepat. a. Batasan gangguan Napas 1) Frekuensi napas >60 x/menit 2) Frekuensi napas <30 x/menit 3) Henti napas > 20 x /menit 4) Sianosis sentral b. Penyebab Gangguan Napas 1) Kelainan paru : Pneumoni 2) Kelainan jantung : Penyakit jantung bawaan, disfungsi miokardium 3) Kelainan susunan syaraf pusat akibat asfiksia, perdarahan otak 4) Kelainan metabolik : Hipoglikemia, Asidosis metabolik
  • 31. 21 5) Kelainan bedah: Pneumotoraks, fistel trakheoesofageal, Hernia diafragmatika. 6) Kelainan lain : Sindrom aspirasi mekonium c. Gangguan Napas Menurut Gestasi 1) Pada Bayi Kurang Bulan a) Penyakit memran hialin b) Pneumonia c) Asfiksia d) Kelainan atau malformasi kongenital 2) Pada Bayi Cukup Bulan a) Sindrom aspirasi mekonium b) Pneumonia c) Asidosis d) Kelainan atau malformasi kongenital d. Klasifikasi Gangguan Napas Frekuensi napas Gejala tambahan gangguan napas Klasfikasi >60x/menit ATAU >90x/menit ATAU < 40x/menit DENGAN DENGAN DENGAN atau TANPA Sianosis sentral dan tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi. Sionosis sentral atau tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi. Gejala lain dari gangguan napas. Gangguan napas berat 60-90x/menit DENGAN Tetapi Tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi Sianosis Sentral
  • 32. 22 ATAU> 90x/menit TANPA TANPA Sianosis sentral atau tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi Gangguan napas sedang 60-90x/menit DENGAN Sianosis sentral atau tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi Gangguan napas ringan 60-90x/menit Tetapi TANPA Sianosis sentral Tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi Kelainan jantung kongenital e. Penanganan Awal 1) Beri oksigen dengan kecepatan sedang 2) Bila bayi apnu a) Beri rangsangan taktil b) Bila tetap tidak bernapas atau mengalami sianosis sentral, napas megap-megap, frekuensi jantung kurang dari 100x/menit lakukan resusitasi dengan sungkup c) Kaji ulang anamnesis dan pemeriksaan fisiknya d) Periksa kadar gula darah bila kurang dari 45 mg/dl tangani hipoglikemia e) Tentukan klasifikasi gangguan napasnya dan berikan pertolongan yang sesuai. f. Manajemen Spesifik 1) Gangguan Napas Berat a) Pemberian O2 aliran sedang b) Tangani sebagai kemungkinan besar sepsis
  • 33. 23 c) Bila ada perburukan atau sianosis sentral berikan O2 aliran tinggi d) Bila gejala menetap dalam 2 jam pasang pipa lambung untuk mengosongkan udara dan cairan lambung. e) Bila gejala membaik, kurangi konsentrasi O2 mulai pempberian minum f) Pantau setiap 3 jam frekuensi napas, adanya tarikan dinding dada atau merintih, episode apnea 2) Gangguan Napas Sedang a) Teruskan O2 aliran sedang b) Jangan beri minum c) Jika ada tanda dibawah ini, ambil darah untuk kultur dan berikan antibodi d) Suhu <34ºC atau >39ºC e) Ketuban bercampur mekonium f) Riwayat infeksi intrauterin, Curiga infeksi berat atau KPD (> 18 jam). g) Jika suhu 34-26,5ºC atau 37,5-39ºC, tangani untuk masalah suhu abnormal dan ulangi penilaian 2 jam. h) Bila suhu masih belum stabil kelola sebagai kemungkinan sepsis i) Bila suhu normal, lanjutkan pengamatan j) Bila tidak ada tanda-tanda sepsis amati tiap 2 jam.
  • 34. 24 k) Bila kondisi membaik kurangi aliran O2 dan mulai pemberian minum. 3) Gangguan Napas Ringan a) Hitung napas tiap 2 jam selama 6 jam berikutnya b) Bila memburuk tangani sesuai dengan gangguan napas berat c) Berikan minum d) Kurangi O2 bertahap. (Icesmi Sukarni, 2014). 8) Hipoglikemia Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah < 45 gram/dl pada bayi kurang bulan atau cukup bulan dan dapat disertai gejala (simtomatis) atau tanpa gejala (simtomatis). Tanda dan gejala hipoglikemia yaitu Tremor, apatis, kejang, apnea, Suara tangis lemah, bayi lemah, letargis, hipotermia, pucat mendadak. Tatalaksana hipoglikemia yaitu : a) Pasang jalur IV glukosa 10% b) Anjurkan ibu menyusui bayinya, bila bayinya tidak dapat menyusu, Berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum c) Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan infuse setiap hari secara bertahap. Jangan menghentikan infuse glukosa dengan tiba-tiba.
  • 35. 25 Glukosa darah 25 mg/dl (1,1mmol/L) – 45 mg/dl (2,6 mmol/L) tanpa tanda hipoglikemia. 1. Anjurkan ibu menyusui. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum 2. Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut tangani seperti tersebut di atas 3. Periksa kadar glukosa darah dalam 3 jam atau sebelum pemberian minum berikutnya : a. Jika kadar glukosa kurang 25mg/Dl (1,1mmol/L), atau terdapat tanda hipoglikemia, tangani seperti diatas. b. Jika kadar glukosa masih antara 25-45 mg/dl (1,1-2,6 mmol/L), naikkan frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum. 9) Infeksi Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa antenatal, intranatal, dan postnatal. 10) Sindrom kematian bayi mendadak (Sudden Infant Death Syndrome/ SIDS). SIDS terjadi pada bayi sehat secara mendadak, ketika sedang ditidurkan tiba-tiba ditemukan meninggal beberapa jam kemudian. Angka kejadian SIDS sekitar 4 dari 1.000 kelahiran hidup. Insiden
  • 36. 26 puncak dari SIDS terjadi pada bayi usia 2 minggu dan 1 tahun (Nuha Medika , 2012). a) Penatalaksanaan SIDS 1. Berikan dukungan dan dorongan kepada orang tua, biarkan orang tua mengungkapkan rasa dukanya. 2. Berikan penjelasan mengenai SIDS, berikan kesempatan pada orang untuk mengungkapkan pertanyaan mereka 3. Beri pengertian pada orang tua bahwa perasaan yang mereka rasakan adalah hal yang wajar. 4. Beri keyakinan pada sibling (jika ada) bahwa mereka tidak bersalah trhadap kematian bayi tersebut, bahkan jika mereka sebenarnya juga mengharapkan kematian dari bayi tersebut. 5. Jika ibu melahirkan bayi lagi, beri dukungan pada orang tua selama beberpa bulan pertama paling tidak sampai melewati usia bayi meninggal sebelumnya. 2. Tinjauan Umum Asfiksia Asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur yang ditandai dengan hipoksia, hiperkarbia dan asidosis (Indrayani, 2013). Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2013). Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernapasan secara spontan dan
  • 37. 27 teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir (Simatupang, 2013). Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan kegagalan napas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Wafi, 2011). Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia setelah persalinan. Masalah ini mungkin saling berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan (JNPK-KR 2008). a. Etiologi Janin sangat bergantung pada fungsi plasenta sebagai tempat pertukaran oksigen, nutrisi dan pembuangan produk sisa. Gangguan pada aliran darah umbilikal maupun plasenta dapat menyebabkan terjadinya asfiksia. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan atau periode segera setelah lahir. Selama kehamilan, beberapa kondisi tertentu dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi kurang. Hipoksia bayi di dalam uterus ditunjukan dengan gawat janin yang berlanjut menjadi asfiksia pada sesaat bayi baru lahir. Beberapa faktor yang diketahui dapat menyebabkan terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan kondisi bayi.
  • 38. 28 1) Faktor ibu Disebabkan karena infeksi dalam persalianan yang disebabkan oleh ketuban pecah dini (KPD), dan pada ibu akan terjadi karioamnionitis. Dengan pecahnya ketuban maka terjadi oligohidramnion (kekurangan cairan ketuban) yang menekan tali pusat sehingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban maka janin semakin gawat. (Sarwono Prawirohardjo, 2009). 2) Faktor tali pusat Faktor yang dapat menyebabkan penurunan sirkulasi uteroplasenter yang mengakibatkan menurunnya masukan oksigen ke bayi sehingga menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir adalah : lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat dan prolapsus tali pusat. 3) Faktor bayi Asfiksia dapat terjadi tanpa didahului dengan tanda dan gejala gawat janin. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor berikut ini : a) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) b) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum dan ekstraksi forsep) c) Kelainan kongenital. d) Air ketuban bercampur mekonium (Indrayani, 2013).
  • 39. 29 b. Tanda Dan Gejala Tanda-tanda dan gejala bayi mengalami asfiksia pada bayi baru lahir meliputi : 1) Tidak bernapas atau bernapas megap-megap atau pernapasan lambat (kurang dari 30 kali/menit). 2) Pernafasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan dada). 3) Tangisan lemah atau merintih. 4) Warna kulit pucat atau kebiruan. 5) Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai. 6) Denyut jantung tidak ada atau lembat (bradikardia) (kurang dari 100 kali/menit). 7) Kejang. 8) Penurunan kesadaran (Indrayani, 2013). c. Klasifikasi Klinis 1) Asfiksia Berat (nilai APGAR 0-3) Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat adalah sebagai berikut: a) Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali/menit. b) Tidak ada usaha napas. c) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada. d) Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan. e) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.
  • 40. 30 f) Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan. 2) Asfiksia Sedang (nilai APGAR 4-6) Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai berikut: a) Frekuensi detak jantung lebih dari 100/menit. b) Usaha napas lambat. c) Tonus otot kurang baik atau baik. d) Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan. e) Bayi tampak sianosis. f) Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan. 3) Asfiksia Ringan (nilai APGAR 7-10) Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai berikut : a) Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali/menit. b) Bayi tampak sianosis. c) Adanya retraksi sela iga. d) Bayi merintih (grunting). e) Adanya pernapasan cuping hidung. f) Bayi kurang aktivitas (Dewi, 2010). Untuk menentukan tingkatan asfiksia, apakah bayi mengalami asfiksia berat, sedang atau ringan/normal dapat dipakai penelitian APGAR skor.
  • 41. 31 APGAR skor A: Apprearance = Rupa (warna kulit) P: Pulse = Nadi G: Grimace = Menyeringai (akibat refleks kateter dalam hidung) A: Activity = Keaktifan R: Respiration = Pernafasan Dibawah ini tabel untuk menentukan tingkat/derajat asfiksia yang dialami bayi pada saat dia dilahirkan penilaian dilakukan pada menit pertama dan menit kelima pada saat bayi lahir. Tabel 1.1 Nilai APGAR Tanda 0 1 2 Frekuensi jantung Tidak ada < 100/ menit > 100/ menit Usaha napas Tidak ada Lemah/tidak teratur (slow irregular) Baik/Menangis kuat Tonus otot Lumpuh Ekstremitas dalam fleksi sedikit Gerakan aktif Reaksi terhadap rangsangan Tidak ada Sedikit gerakan mimik (grimace) Gerakan kuat/ melawan Warna kulit Pucat Badan merah, Seluruh tubuh kemerah-
  • 42. 32 ektrimitas biru merahan Sumber: Benson (2010) Buku Saku Ilmu Kebidanan dalam Yuliana, (2012). d. Diagnosis Diagnosis asfiksia neonatorum ditegakkan dengan cara menghitung nilai APGAR, memperhatikan keadaan klinis, adanya sianosis, bradikardia dan hipotoni. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain : analisis gas darah dan kardiotografi (KTG). Nilai APGAR 7-10 dikategorikan sebagai asfiksia ringan/bayi normal, nilai APGAR 4-6 dikategorikan sebagai asfiksia sedang, nilai APGAR 1-3 dikategorikan sebagai asfiksia berat (Wafi, 2011). Selain itu, untuk dapat mendiagnosa gawat janin dapat pula ditetapkan dengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut: 1) Denyut Jantung Janin (DJJ) a) DJJ meningkat 160 kali/menit tingkat permulaan. b) Mungkin jumlah sama dengan normal, tetapi tidak teratur. c) Frekuensi denyut menurun < 100 kali/menit, apalagi disertai irama yang tidak teratur. 2) Mekonium dalam air ketuban Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan springter ani terbuka (Manuaba, 2013).
  • 43. 33 e. Patofisiologi Varney (2007), hipoksia dimulai dengan frekuensi jantung dan tekanan darah pada awalnya meningkat dan bayi melakukan upaya megap-megap. Bayi kemudian masuk pada periode Apnea Primer. Bayi yang menerima stimulasi adekuat selama Apnea Primer akan melakukan usaha napas dan bayi yang mengalami asfiksia jauh lebih berbeda dalam tahap Apnea Sekunder. Apnea Sekunder cepat menyababkan kematian kalau tidak dibantu dengan pernapasan buatan dan warna bayi berubah dari biru menjadi putih karena bayi baru lahir menutupi sirkulasi perifer sebagai upaya memaksimalkan aliran darah ke organ-organ seperti jantung dan ginjal. Penurunan oksigen yang tersedia menyebabkan pembuluh darah di paru-paru mengalami konstriksi. Konstriksi ini menyebabkan paru-paru resisten terhadap ekspansi sehingga mempersulit kerja resusitasi. Kurangnya oksigen dalam periode singkat menyebabkan metabolisme pada bayi baru lahir berubah menjadi metabolisme anaerob, terutama karena kurangnya glukosa yang dibutuhkan sebagai sumber energi pada saat darurat. Neonatus yang lahir melalui seksio caesarea, terutama jika tidak ada tanda persalinan, tidak mendapatkan pengurangan cairan paru dan penekanan pada toraks sehingga mengalami paru-paru basah yang lebih persisten, situasi ini dapat mengakibatkan Takipnea
  • 44. 34 sementara pada bayi baru lahir Transient Tachaypnea Of The Newborn (TTN). f. Penanganan Bayi Asfiksia Persiapan resusitasi 1) Persiapan tenaga a) Memakai alat pelindung diri : celemek plastik, sepatu yang tertutup. b) Lepaskan cincin dan jam tangan/gelang sebelum cuci tangan. c) Cuci tangan dengan air mengalir atau alkohol yang bercampur gliserin. d) Keringkan dengan lap bersih. e) Gunakan sarung tangan. 2) Keluarga Bicarakan dengan keluarga : a) Kemungkinan yang terjadi pada ibu. b) Kemungkinan yang terjadi pada bayi. c) Persiapan yang perlu dilakukan. Langkah awal resusitasi Penilaian sebelum resusitasi : 1) Apakah bayi cukup bulan. 2) Apakah air ketuban jernih. 3) Apakah bayi bernafas atau menangis. 4) Apakah tonus otot bayi baik.
  • 45. 35 Semua ya : tidak perlu dilakukan resusitasi. Salah satu tidak : lakukan langkah awal. 1) Jaga kehangatan. 2) Posisikan bayi: posisi sedikit tengadah. 3) Bersihkan jalan nafas : isap lendir di mulut dan hidung. 4) Keringkan : badan bayi yang basah dikeringkan. 5) Rangsangan taktil : menggosok punggung/menepuk telapak kaki. 6) Mereposisi. Penatalaksanaan awal 1) Langkah awal a) Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering dan hangat untuk melakukan pertolongan. b) Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah tengadah/ sedikit ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan kain). c) Bersihkan jalan napas dengan alat penghisap yang tersedia. d) Keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat, setelah itu gunakan kain kering dan hangat yang baru untuk bayi sambil melakukan rangsangan taktil. e) Letakan kembali bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai : usaha bernapas, frekuensi denyut jantung dan warna kulit. f) Gunakan penghisap lendir dee lee yang telah diproses hingga tahap desinfeksi tingkat tinggi/steril atau bola karet penghisap
  • 46. 36 yang baru dan bersih untuk menghisap lendir di mulut, kemudian hidung bayi secara halus dan lembut. Jika bayi baru lahir tidak mulai bernapas memadai (setelah tubuhnya dikeringkan dan lendirnya dihisap) berikan rangsangan taktil secara singkat. Pastikan posisi bayi diletakan dalam posisi yang benar dan jalan napasnya telah bersih. Rangsangan taktil harus dilakukan secara lembut dan hati-hati sebagai berikut : a) Dengan lembut, gosok punggung, tubuh, kaki atau tangan (ekstremitas) satu atau dua kali. b) Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi (satu atau dua kali). Proses menghisap lendir, pengeringan, dan merangsang bayi tidak berlangsung lebih dari 30 sampai 60 detik dari sejak lahir hingga proses tersebut selesai. Jika bayi terus mengalami kesulitan bernapas, segera, ulangi tindakan ventilasi aktif terhadap bayi. 2) Ventilasi tekanan positif (VTP) Pengertian : tindakan memasukan sejumlah udara kedalam paru dengan tekanan positif, membuka alveoli untuk bernapas secara spontan dan teratur. a) Bila bayi tidak menangis atau megap-megap, warna kulit bayi biru atau pucat, denyut jantung kurang dari 100 kali per menit, lakukan langkah resausitasi dengan melakukan ventilasi tekanan positif.
  • 47. 37 b) Sebelumnya periksa dan pastikan bahwa alat resusitasi (balon resusitasi dan sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik. c) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau memeriksa bayi. d) Selimuti bayi dengan kain kering dan hangat, kecuali muka dan dada bagian atas, kemudian letakan pada alas dan lingkungan yang hangat. e) Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala telah dalam posisi setengah tengadah (sedikit ekstensi). f) Letakan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga terbentuk semacam pertautan antara sungkup dan wajah. g) Tekan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan seluruh jari tangan (bergantung pada ukuran balon resusitasi). h) Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak dua kali dan periksa gerakan dinding dada. i) Bila pertautan baik (tidak bocor) dan dinding dada mengambang, maka lakukan ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tidak tersedia oksigen gunakan udara ruangan). j) Pertahankan kecepatan ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik dengan tekanan yang tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun) selama ventilasi. k) Bila dinding dada naik turun dengan baik berarti ventilasi berjalan secara adekuat.
  • 48. 38 l) Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi, atau terjadi kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang. m) Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik, kemudian lakukan penilaian segera tentang upaya bernapas spontan dan warna kulit. Ventilasi dengan balon dan sungkup dalam waktu yang cukup lama (beberapa menit) dan bila perut bayi kelihatan membuncit, maka harus dilakukan pemasangan pipa lambung dan pertahankan selama ventilasi karena udara dari orofarings dapat masuk ke dalam esofagus dan lambung yang kemudian menyebabkan : a) Lambung yang terisi udara akan membesar dan menekan diafragma sehingga menghalangi paru-paru untuk berkembang. b) Dara dalam lambung dapat menyebabkan regurgitasi isi lambung dan mungkin dapat terjadi aspirasi. c) Udara dalam lambung dapat masuk ke usus dan menyebabkan diafragma tertekan. Tindakan khusus Tindakan ini dikerjakan setelah penatalaksaaan awal diselenggarakan tanpa hasil, prosedur yang dilakukan disesuaikan dengan beratnya asfiksia yang timbul pada bayi, yang dinyatakan oleh tinggi rendahnya nilai APGAR.
  • 49. 39 1) Asfiksia ringan (7-9) Penanganan pada bayi dengan asfiksia ringan sama halnya dengan penanganan bayi baru lahir pada umumnya. Biasanya hanya memerlukan tindakan pertolongan berupa penghisapan lendir atau cairan dari orofaring dengan menggunakan bulb syringe atau suction unit tekanan rendah. Penghisapan harus dilakukan secara hati-hati karena penghisapan terlalu kuat/traumatik dapat menyebabkan stimulasi vagal dan bradikardia sampai henti jantung. Stelah dilakukan penghisapan observasi tanda-tanda vital dan APGAR score bayi dan masukkan kedalam inkubator karena neonatus yang mengalami asfiksia mempunyai sistem pengaturan suhu tubuh yang lebih tidak stabil sehingga dapat mengakibatkan hipotermi dimana hipotermi ini dapat memperberat/ memperlambat pemulihan keadaan asidosis yang terjadi. Apabila tindakan diatas tidak berhasil maka perlakukan bayi sebagai penderita asfiksia sedang. 2) Asfiksia sedang (4-6) a) Pada keadaan ini dapat dilakukan rangsangan untuk menimbulkan refleks pernapasan. Hal ini dapat dikerjakan selama 30-60 detik, bila waktu tersebut pernapasan tidak timbul maka segera lakukan penghisapan lendir dan berikan rangsangan nyeri berupa tepokan atau sentilan pada telapak kaki dan gosokkan selimut kering pada punggung sambil memantau frekuensi jantung dan respirasi secara terus-menerus. Pernapasan aktif dapat dilakukan dengan
  • 50. 40 pernapasan kodok (frog breathing) selama 1-2 menit dengan cara kepala bayi diletakkan dalam ekstensi maksimal kemudian masukkan pipa kedalam hidung dan alirkan O2 dengan kecepatan 1-2 liter/menit. Lakukan gerakan membuka dan menutup lubang hidung dan mulut disertai pergerakan dagu keatas dan kebawah secara teratur dalam frekuensi 20 kali/menit dengan memperhatikan gerakan dinding thoraks dan abdomen. Bila bayi mulai memperlihatkan pernapasan, usahakan upaya gerakan tersebut diikuti. b) Bila frekuensi jantung menurun atau tidak adekuat dalam waktu tersebut, maka berikan Ventilasi Tekanan Positif (VTP) dengan kantong resusitasi dan sungkup muka. Jika tidak ada alat ventilasi maka lakukan tehnik pernapasan buatan dari mulut ke mulut dengan menggunakan prinsip pencegahan infeksi. Sebelum bantuan pernapasan dilakukan, terlebih dahulu dimasukkan pharyngeal airway yang berfungsi mendorong pangkal lidah kedepan agar jalan nafas berada dalam keadaan sebebas- bebasnya. Sebelum peniupan dilakukan telebih dahulu mulut penolong diisi dengan O2. Peniupan dilakukan secara teratur dengan frekuensi 20-30 kali/menit perhatikan gerakan pernapasan yang mungkin timbul. Tindakan dikatakan tidak berhasil bila setelah dilakukan beberapa saat, terjadi penurunan frekuensi
  • 51. 41 jantung atau pemburukan tonus otot. Dalam hal demikian bayi harus diperlakukan sebagai penderita asfiksia berat. 3) Asfiksia berat (0-3) Resusitasi aktif harus segera dilakukan, langkah utama memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan O2 secara tekanan langsung dan berulang-ulang. Cara yang terbaik dengan melakukan intubasi endotrakeal dan setelah kateter dimasukkan ke dalam trakea, O2 diberikan dengan tekanan tidak lebih dari 30 ml air. Asfiksia berat hampir selalu disertai asidosis, yang membutuhkan perbaikan segera karena itu, Bikarbonas Natrikus 7,5% harus segera diberikan dengan dosis 2-4 ml/kg berat badan, disamping itu glukosa 40% diberikan pula 1-2 ml/kg berat badan, untuk menghindarkan dari efek samping obat, pemberian harus diencerkan dengan air steril atau kedua obat diberikan bersama-sama dalam satu semprit melalui pembuluh darah umbilikus. Bila setelah beberapa waktu pernapasan spontan tidak timbul dan frekuensi jantung menurun (kurang dari 100 kali/menit) maka pemberian obat-obatan lain serta massage jantung sebaiknya dilakukan. Massage jantung dikerjakan dengan melakukan penekanan diatas tulang dada secara teratur 80-100 kali/menit. Tindakan ini dilakukan berselingan dengan nafas buatan, yaitu setiap kali massage jantung diikuti dengan satu kali pemberian nafas buatan, bila tindakan-tindakan tersebut di atas tidak memberi hasil yang diharapkan, keadaan bayi harus dinilai lagi karena hal ini mungkin
  • 52. 42 disebabkan oleh gangguan keseimbangan asam dan basa yang belum diperbaiki secara semestinya, adanya gangguan organik seperti hernia diafragmatika, atresia atau stenosis jalan nafas (Prawirohardjo, 2008). g. Asuhan Pasca Resusitasi Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah menerima tindakan resusitasi. Asuhan pasca resusitasi dilakukan pada keadaan : 1) Resusitasi berhasil Bayi menangis dan bernafas normal sesudah langkah awal atau sesudah ventilasi. Perlu pemantauan dan dukungan. Resusitasi dinyatakan berhasil apabila pernapasan bayi teratur, warna kulitnya kembali normal yang kemudian diikuti dengan perbaikan tonus otot atau bergerak aktif. Lanjutkan dengan asuhan berikutnya. a) Konseling (1) Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan. (2) Ajarkan ibu cara menilai pernafasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi. Bila ditemukan kelainan segera hubungi penolong. (3) Anjurkan ibu segera memberi ASI pada bayi (asuhan dengan metode kanguru).
  • 53. 43 (4) Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda- tanda bahaya bayi baru lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila terlihat tanda-tanda tersebut pada bayi. b) Lakukan asuhan bayi baru lahir normal, meliputi : (1) Anjurkan ibu menyususi sambil memperhatikan dan membelai bayinya. (2) Berikan vitamin K, antibiotik, salep mata dan imunisasi hepatitis B. (3) Lakukan pemantauan seksama terhadap bayi pasca resusitasi selama 2 jam pertama. (4) Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi. Tarikan intercostal, nafas megap-megap, frekuensi nafas < 30 kali/ menit atau > 60 kali/menit, bayi kebiruan atau pucat, bayi lemas. (5) Pantau juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak bernafas normal. (6) Jaga bayi agar tetap hangat dan kering. 2) Resusitasi tidak/kurang berhasil/bayi memerlukan rujukan Bayi perlu rujukan, yaitu sesudah ventilasi 2 menit belum bernapas atau bayi sudah bernapas tetapi masih megap-megap atau pada pemantauan ternyata kondisinya makin memburuk, segera rujuk ke
  • 54. 44 fasilitas rujukan.Tanda-tanda bayi yang memerlukan rujukan sesudah resusitasi : a) Frekuensi pernafasan < 30 kali/menit atau > 60 kali/menit. b) Adanya retraksi tarikan intercostal. c) Bayi merintih (bising nafas ekspirasi) atau megap-megap (bising nafas inspirasi). d) Tubuh bayi pucat atau kebiruan. 3) Resusitasi gagal Resusitasi dinyatakan gagal apabila setelah 20 menit diventilasi, bayi gagal bernapas, hentikan upaya tersebut. Biasanya bayi akan mengalami gangguan yang berat pada susunan syaraf pusat dan kemudian meninggal. Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral yang adekuat secara hati-hati dan bijaksana, ajak ibu dan keluaraga untuk memahami masalah dan musibah yang terjadi serta berikan dukungan moral sesuai adat dan budaya setempat. B. Tinjauan Umum Manajemen Kebidanan Manajemen adalah adalah suatu proses dan kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan atau maksud-maksud yang nyata (George R.Terry dan Leslie W. Rue). Dalam pelayanan kebidanan, manajemen kebidanan merupakan pendekatan yang dilakukan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
  • 55. 45 1. Pedoman Penerapan Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat. Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien. (Dr Lyndon Saputra,2014). Pedoman manajemen asuhan kebidanan ini disusun untuk memberikan arahan bagaimana bidan berfikir kritis, analisis dan sistimatis dalam menangani kliennya. Saat memberikan asuhan kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir serta balita disetiap tatanan pelayanan kesehatan. Sehingga pada saat memberikan pelayanan seorang bidan dapat memberikan tindakan antisipatif, tindakan emergency dan tindakan komprehansif dengan cepat dan tepat. Pada pedoman ini dijelaskan pula bagaimana cara mendokumentasikan asuhan kebidanan yang sudah dilakukan bidan pada status pasien atau rekam medik. Penerapan manajemen kebidanan dalam proses bentuk kegiatan praktek kebidanan, dilakukan melalui suatu proses yang disebut langkah– langkah atau proses manajemen kebidanan. Langkah–langkah manajemen kebidanan adalah sebagai berikut : Pertama pengumpulan data dasar, kedua identifikasi diagnosa/masalah aktual, ketiga identifikasi diagnosa/masalah
  • 56. 46 potensial, keempat rencana tindakan, kelima pelaksanaan tindakan, keenam implementasi hasil tindakan, ketujuh mengevaluasi keefektifan hasil tindakan. Proses manajemen kebidanan merupakan proses yang terus menerus. Bila langkah kelima telah dilakukan, dan kemudian timbul masalah baru atau langkah keempat tidak tepat, maka proses kembali ke langkah pertama (Marini, 2012). 2. Langkah–Langkah Manajemen Proses Asuhan Kebidanan (Varney, 2007) Langkah I : Pengkajian dan analisa data dasar Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kendisi klien. Untuk memperoleh data diakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subyektif, obyektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya dan valid. (Dr Lyndon Saputra,2014). Langkah II : Merumuskan Diagnosa Masalah Aktual Setelah ditentukan msalah dan masalah utamanya maka bidan merumuskannya dalam suatu pernyataan yang mencakup kondisi, masalah,
  • 57. 47 penyebab, dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Prediksi yang dimaksud mencakup masalah potensial dan prognosis. Hasil dari perumusan masalah merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan yang disebut diagnosis kebidanan. Dalam menentukan diagnosa kebidanan diperlukan pengetahuan keprofesionalan bidan. Penegakan diagnosa kebidanan dijadikan dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan hidup pasien atau klien. Masalah potensial dalam kaitannya dengan diagnosis kebidanan adalah masalah yang mungkin timbul dan segera diatasi akan mengganggu keselamatan hidup klien atau pasien. Oleh karena itu masalah potensial harus segera diantipasi, dicegah, dan diawasi serta segera dipersiapkan tindakan untuk mengatasinya. Langkah III : Merumuskan Diagnosa Atau Masalah Potensial. Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah IV : Tindakan Segera/Kolaborasi Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan tim anggota kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
  • 58. 48 Langkah V : Rencana Asuhan Kebidanan Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya. Langkah VI : Melaksanakan Asuhan Kebidanan Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksananya. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyikat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien. Langkah VII: Evaluasi Asuhan Kebidanan Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam diagnosa dan masalah (Varney, 2007).
  • 59. 49 3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) a. Data Subjektif Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata, mencakup nama, umur, tempat tinggal, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan serta keluhan-keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada pasien atau keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. b. Data Objektif Data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium. c. Asessment/Diagnosa Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah yang mencakup masalah dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Penegakan diagnosa kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan dalam upaya penanggulangan ancaman keselamatan pasien. d. Planning/Perencanaan Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan interfensi untuk memecahkan masalah pasien/klien (Dr Lyndon Saputra, 2015).
  • 60. 50 BAB III STUDI KASUS Pada bab ini akan diuraikan tentang penerapan manajemen kebidanan dalam asuhan kebidanan pada bayi Ny. “D” dengan asfiksia sedang di ruang teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tanggal 29 April s.d tanggal 01 Mei tahun 2015, diawali dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. LANGKAH I. PENGUMPULAN DATA DASAR A. DATA SUBYEKTIF 1. Identitas Bayi Nama Bayi : Bayi Ny. “D” Tanggal/Jam Lahir : 29 -04-2015 / 00.00 WITA Jenis Kelamin : Laki–laki Anak Ke : 2 ( Dua ) Umur Saat Dikaji : Segera Setelah Lahir 2. Identitas Orang Tua ( Ibu / Ayah ) Nama : Ny.“D” / Tn.“R” Umur : 35 Tahun / 30 Tahun Suku : Muna / Muna Agama : Islam / Islam Pendidikan : D3 / SMA Pekerjaan : PNS / Wiraswasta Pernikahan : II / I 50
  • 61. 51 Lama Menikah : ± 1 Tahun Alamat : Jln. S. Golaria 3. Data Biologis / Fisiologis a. Riwayat Kehamilan : 1) GII PI A0 2) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 23-07-2014 3) Tafsiran persalinan (TP) : 30-04-2015 4) Pemeriksaan kehamilan : 5 kali selama hamil yakni oleh bidan di Bidan Praktek Swasta (BPS) 4 kali dan oleh dokter spesialis kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna, poli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 1 kali. 5) Riwayat penyakit selama hamil : ibu tidak mengalami gangguan kesehatan yang serius seperti Asma, Tuberculosis (TBC), jantung, hipertensi, dan Diabetes Melitus (DM). Ibu hanya mengalami flu dan sakit kepala biasa. 6) Pengobatan : Fe, Kalak dan Vit. C. b. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu. Ibu mengatakan : 1) Hamil anak pertama tahun 2006, selama 9 bulan 10 hari, tempat persalinan di Bidan Praktek Swasta (BPS), penolong bidan, jenis persalinan normal dengan berat badan bayinya 3800 gram, panjang badan 50 cm, jenis kelamin laki-laki, lama menyususi 2 tahun, tidak ada masalah pada masa nifas.
  • 62. 52 c. Riwayat persalinan / kelahiran sekarang 1) Umur kehamilan : 39 minggu 6 hari. 2) Tempat persalinan : RSUD Kab.Muna 3) Penolong : Bidan. 4) Jenis persalinan : Normal. 5) Penyulit persalinan : Ketuban Pecah Sebelum Ada Tanda-Tanda Persalinan (KPD) + gawat janin. 6) Bayi lahir : Tanggal 29 -04-2015 jam 00.00 WITA, berat badan lahir : 3160 gram, panjang badan : 52 cm, jenis kelamin : laki-laki, Penyuntikan Vitamin K 0.1 cc. 7) Proses persalinan : Kala I dan Kala II berlangsung di Kamar bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Kabupate Muna, Kala IV 2 jam post partum berlangsung di Kamar Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna. B. DATA OBYEKTIF 1. Pemeriksaan Umum a. Keadaan umum bayi lemah b. Menangis : lemah/merintih c. Warna kulit : badan kemerahan, ekstremitas kebiruan. d. Pergerakan/tonus otot : lemah, ada reaksi bila diberi rangsangan. e. APGAR skor :
  • 63. 53 No. Kriteria Menit Pertama Menit Kelima 1. Appearance colour (warna kulit) 1 1 2. Pulse (frekuensi jantung) 1 2 3. Grimace (refleks) 1 1 4. Activity (tonus otot) 1 1 5. Respiration (pernapasan) 1 1 Jumlah 5 6 f. Tanda-tanda vital : Laju jantung : 90 kali/menit Pernapasan : 62 kali/menit Suhu : 36,8 0C g. Jenis kelamin : laki-laki 2. Pemeriksaan Fisik Khusus a. Kepala : Ubun-ubun serta sutura lebar dan belum menutup tidak ada molase dan tidak ada caput. b. Mata : Sklera tidak ikterus, konjungtiva merah muda dan tampak bersih c. Hidung : Lubang simetris kiri dan kanan, ada gerakan cuping hidung, tampak lendir serta pernapasan tidak lancar dan teratur, terpasang NGT dan terpasang O2 sungkup. d. Mulut : Bibir lembab agak pucat, tidak ada kelainan pada mulut dan bibir, tampak lendir dalam mulut dan refleks mengisap lemah.
  • 64. 54 e. Telinga : Simetris kiri dan kanan, lubang telinga kiri/kanan ada dan tampak bersih. f. Dada : Simetris kiri dan kanan, pernapasan bayi tidak teratur, adanya retraksi dada, puting susu tampak jelas dan menonjol. g. Abdomen : Tidak ada benjolan pada perut, tidak ada perdarahan tali pusat dan tali pusat tampak basah. h. Genitalia : Tampak lubang pada penis dan teraba testis dalam skrotum. i. Anus : Lubang anus ada j. Bokong : Tidak ada lipatan kulit bokong. k. Punggung : Tidak ada tonjolan tulang punggung. l. Ekstremitas atas dan bawah : Pergerakan lemah, warna kebiruan, simertsi kiri dan kanan, tidak ada kelainan/cacat bawaan dan jari-jari lengkap dan terpasang infus pada tangan kanan. m. Kulit : Badan merah dan ekstremitas kebiruan 3. Pemeriksaan Antropometri a. Berat badan lahir : 3160 gram b. Panjang badan lahir : 52 cm c. Lingkar kepala : 33 cm d. Lingkar dada : 30 cm e. Lingkar perut : 28 cm f. Lingkar lengan atas : 11 cm
  • 65. 55 4. Pemeriksaan Refleks a. Refleks sucking (menghisap) : Lemah b. Refleks rooting (menelan) : Lemah c. Refleks graps (menggenggem) : Lemah d. Refleks moro (kaget) : Lemah e. Refleks batuk dan bersin : Lemah 5. Pemeriksaan laboratorium : Tidak dilakukan. LANGKAH II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL Diagnosa : Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan dengan asfiksia Sedang. A. Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan Data subyektif : 1. HPHT : 23-07-2014 2. Bayi lahir tanggal 29 -04-2015, jam 00.00 WITA Data obyektif : 1. TP : 30-04-2015 2. Umur kehamilan 39 Minggu 6 Hari Analisis dan interprestasi Cukup bulan (Aterm) jika masa gestasi 259 sampai 294 hari (37-42 minggu) dengan berat janin diatas 2500 gram. (Marmi, 2012 : 04). B. Asfiksia Sedang Data obyektif : 1. Bayi tidak segera menangis.
  • 66. 56 2. Ekstremitas kebiruan dan pucat 3. Pergerakan/tonus otot lemah. 4. Apgar skor 5/6 Analisis dan interprestasi 1. Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis (Ikatan Dokter Anak Indonesia- IDAI). (Dr Lyndon Saputra, 2014). 2. Pada asfiksia Sedang, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai berikut : takipnea dengan napas lebih dari 60 kali/menit, bayi tampak sianosis, adanya retraksi sela iga, bayi merintih (grunting), adanya pernapasan cuping hidung dan bayi kurang aktivitas (Icesmi Sukarni, 2014). LANGKAH III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL A. Potensial terjadinya asfiksia Berat Data obyektif : 1. APGAR skor 5/6 2. Terdapat lendir dan cairan dalam hidung dan mulut. 3. Bayi lahir tidak langsung menangis. Analisis dan interprestasi Adanya lendir yang banyak pada saluran nafas (mulut dan hidung) dapat menghambat jalan nafas sehingga proses respirasi terganggu dan
  • 67. 57 menimbulkan asfiksia berat dan ada pertolongan yang lebih lanjut akan berpotensial asfiksia Berat. B. Potensial terjadinya hipotermi Data obyektif : 1. Tubuh bayi masih basah oleh lendir dan air ketuban. 2. Suhu 36,8°C. 3. Bagian ekstremitas biru dan dingin Analisis dan interprestasi Hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal, dimana suhu normal pada bayi adalah 36,50C-37,50C. Gejala awal hipotermi apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin (Marmi, 2013). LANGKAH IV. TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI Kolaborasi dengan dokter spesalis anak atas instruksi dokter untuk meletakkan bayi di bawah pemancar panas, melakukan penanganan awal bayi asfiksia dan melakukan tindakan pemasangan oksigen 2 liter/menit. LANGKAH V. RENCANA ASUHAN A. Tujuan 1. Asfiksia pada bayi teratasi. 2. Bayi dalam keadaan sehat. 3. Tidak terjadi hipotermi. B. Kriteria Keberhasilan 1. Asfiksia teratasi yang ditandai dengan pernapasan lancar dan teratur, seluruh tubuh kemerahan, pergerakan aktif.
  • 68. 58 2. Bayi dalam keadaan sehat yang ditandai dengan keadaan umum bayi baik, tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu : Laju jantung : 120-160 kali/menit Pernapasan : 40-60 kali/menit Suhu : 36,70c–37,50 c 3. Kehangatan tubuh bayi terjaga 4. Tali pusat kering dan terawat baik, tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti : merah, bengkak, panas, nyeri dan pengeluaran pus. C. Rencana Tindakan 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan Rasional : Mencegah kemungkinan kontaminasi dengan kuman sehingga tidak terjadi infeksi nasokomial. 2. Beritahu ibu/keluarga hasil pemeriksaan Rasional : Agar keluarga koooperatif atau memberi dukungan dengan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. 3. Penanganan awal bayi asfiksia (JAIKAN): a. Jaga kehangatan bayi, letakan bayi di bawah pemancar panas. Rasional : Agar bayi tidak kehilangan panas dan tidak terjadi hipotermi. b. Atur posisi kepala Rasional : Untuk membantu mencegah fleksi leher, penyumbatan jalan nafas dan untuk membuka jalan nafas agar pernapasan bayi lancar dan teratur.
  • 69. 59 c. Isap lendir Rasional : Membebaskan saluran napas dari sumbatan lendir sehingga bayi dapat bernafas secara normal. d. Keringkan dan berikan rangsangan Rasional : Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai refleks protektif pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Hal ini biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernapasan spontan. e. Atur kembali posisi kepala Rasional : Untuk memudahkan membungkus bayi dan menilai kembali pernapasan bayi. f. Lakukan penilaian Rasional : Untuk menilai kembali bayi apakah asfiksia telah teratasi atau belum. 4. Penanganan lanjutan : a. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemberian O2 (Oksigen) Rasional : Untuk mempertahankan oksigenasi janin yang normal dan keseimbangan asam basa. b. Bungkus tali pusat Rasional : Mengurangi insiden infeksi pada neonatus c. Berikan suntikan vitamin K 0,1 cc
  • 70. 60 Rasional : Mencegah perdarahan otak akibat defisiensi vitamin K d. Berikan salep mata Oxytetracyclline 1 % Rasional : Mencegah terjadinya konjungtivitis pada bayi. e. Timbang berat badan bayi Rasional : Berat badan bayi sebagai indikator perkembangan bayi dan merupakan pedoman pemberian nutrisi selanjutnya. 5. Pantau tanda-tanda vital bayi Rasional : Mengetahui keadaan umum bayi untuk mengetahui perkembangan bayi. 6. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemasangan NGT (Naso Gastric Tube) Rasional : Membantu pemenuhan nutrisi pada bayi melalui selang. 7. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang dosis pemberian nutrisi kepada bayi. Rasional : Bayi baru lahir memiliki lambung yang belum siap 100% untuk menampung makanan yang diberikan selain ASI, sehingga pemberin nutrisi perlu dilakukan pemantauan khusus oleh dokter/perawat yang menangani langsung. LANGKAH VI. IMPLEMENTASI ASUHAN KEBIDANAN Tangal : 29 -04-2015 Jam : 00.20 WITA 1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Hasil : Tangan dicuci dengan sabun di bawah air mengalir sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
  • 71. 61 2. Memberitahukan kepada keluarga hasil pemeriksaan, dimana bayi tidak segera menangis, keadaan umum bayi lemah. Hasil : Keluarga tenang dan mempercayakan sepenuhnya pada petugas. 3. Melakukan tindakan awal penanganan bayi asfiksia (JAIKAN) a. Menjaga kehangatan bayi dengan segera menyelimuti bayi dan meletakan bayi di bawah pemancar panas. Hasil : Bayi terbungkus kain bersih, hangat dan kering serta bayi telah berada di bawah pemancar panas. b. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi. Hasil : Posisi kapala bayi sedikit ekstensi dengan ganjalan sarung setinggi ± 5 cm pada bahu bayi. c. Menghisap lendir mulai dari mulut bayi sampai 5 cm kedalam rongga mulut dan hidung sampai 3 cm kedalam lubang hidung. Hasil : Lendir telah dibersihkan. d. Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil dengan menepuk dan menyentil telapak kaki serta menggosok punggung bayi. Hasil : Bayi telah dikeringkan dan diberikan rangsangan taktil. e. Mengatur kembali posisi kepala bayi dengan melepaskan ganjalan yang ada pada bahu dan mengganti sarung bayi dengan sarung bersih, hangat dan kering. Hasil : Sarung telah diganti dan posisi kepala kembali normal. f. Melakukan penilaian yaitu menangis, tonus otot, pernapasan, warna kulit dan laju jantung bayi.
  • 72. 62 Hasil : Bayi masih menangis lemah, tonus otot lemah, pernapasan magap-megap, tubuh kemerahan dan ekstremitas kebiruan, laju jantung 90 kali/menit. 4. Melakukan penanganan lanjutan : a. Melakukan kolaborasi degan dokter spesialis anak tentang pemberian oksigen pada bayi. Hasil : Oksigen diberikan melalui sungkup sebanyak 2 liter/menit. b. Membungkus tali pusat. Hasil : Tali pusat terbungkus dengan kasa steril. c. Memberikan suntikan vitamin K sebanyak 0,1 cc secara Intra Muskular (IM) pada 1/3 paha kiri bayi. Hasil : Bayi telah mendapatkan suntikan vitamin K sebanyak 0,1 cc. d. Memberikan salep mata Oksitetracyclline 1 % pada mata kiri dan kanan bayi. Hasil : Mata bayi telah diberikan salep mata Oksitetracyclline 1 %. e. Menimbang berat badan bayi. Hasil : Berat badan bayi 3160 gram. 5. Memantau tanda-tanda vital bayi tiap 15 menit. Hasil : Terlampir. 6. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemasangan selang NGT (Naso Gastric Tube) pada bayi. Hasil : Selang NGT terpasang pada hidung kanan bayi
  • 73. 63 7. Melakuka kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang dosis pemberian nutrisi kepada bayi. Hasil : Dokter menganjurkan agar bayi diberi nutrisi melalui selang sebanyak 20 cc/2 jam. Jadwal tiap pemberian terlampir. LANGKAH VII. EVALUASI KEEFEKTIFAN ASUHAN Tanggal : 29 -04-2015 Jam : 00.45 WITA 1. Asfiksia pada bayi teratasi. 2. Keadaan umum bayi baik 3. Tanda–tanda vital dalam batas normal yaitu laju jantung : 90 kali/menit, pernapasan : 62 kali/menit dan suhu : 36,80 c. 4. Kehangatan tubuh bayi terjaga
  • 74. 64 PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN ASFIKSIA SEDANG DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAB. MUNA TANGGAL 29 APRIL S.D 01 MEI TAHUN 2015 A. DATA SUBYEKTIF ( S ) Ibu mengatakan : 1. Masuk rumah sakit bersama bidannya tanggal 28-04-2015 jam 20.00 WITA dengan masalah KPD dan gawat janin. 2. Hari pertama haid terakhirnya tanggal 23-07-2014. 3. Bayinya pada saat lahir tidak langsung menangis 4. Bayinya pada saat lahir tidak bernapas spontan dan bernapas megap- megap 5. Bayinya pada saat lahir warna kulitnya pucat/kebiru-biruan B. DATA OBYEKTIF (O) 1. Pemeriksaan Umum a. Keadaan umum bayi lemah. b. Menangis : Lemah/merintih. c. Warna kulit : Badan kemerahan, ekstremitas kebiruan. d. Pergerakan/tonus otot : Lemah, ada reaksi bila diberi rangsangan.
  • 75. 65 e. APGAR skor : No. Kriteria Menit Pertama Menit Kelima 1. Appearance colour (warna kulit) 1 1 2. Pulse (frekuensi jantung) 1 2 3. Grimace (reaksi) 1 1 4. Activity (tonus otot) 1 1 5. Respiration (pernapasan) 1 1 Jumlah 5 6 f. Tanda-tanda vital : Nadi : 90 kali/menit Pernapasan : 62 kali/menit Suhu : 36,8 0C g. Jenis kelamin : Laki-laki 2. Pemeriksaan Fisik Khusus (Inspeksi, Palpasi, Perkusi) a. Kepala : Ubun-ubun serta sutura lebar dan belum menutup tidak ada molase dan tidak ada caput. b. Mata : Sklera tidak ikterus, konjungtiva merah muda dan tampak bersih. c. Hidung : Lubang simetris kiri dan kanan, ada gerakan cuping hidung, tampak lendir serta pernapasan tidak lancar dan teratur dan terpasang NGT dan O2 sungkup. d. Mulut : Bibir lembab agak pucat, tidak ada kelainan pada mulut dan bibir, tampak lendir dalam mulut dan refleks mengisap lemah.
  • 76. 66 e. Telinga : Simetris kiri dan kanan, lubang telinga kiri dan kanan ada, tampak bersih. f. Dada : Simetris kiri dan kanan, pernapasan bayi tidak teratur dan adanya retraksi dada. g. Abdomen : Tidak ada benjolan pada perut, tidak ada perdarahan tali pusat dan tali pusat tampak basah. h. Genitalia : Tampak lubang pada penis dan teraba testis dalam skrotum. i. Anus : Lubang anus ada j. Bokong : Tidak ada lipatan kulit bokong. k. Punggung : Tidak ada tonjolan tulang punggung. l. Ekstremitas atas dan bawah : pergerakan lemah, warna kebiruan, simertsi kiri dan kanan, tidak ada kelianan/cacat bawaan dan jari-jari lengkap dan pada tangan kanan terpasang infus. m. Kulit : Warna kulit kebiruan. 3. Pemeriksaan Antropometri a. Berat badan lahir : 3160 gram b. Panjang badan lahir : 52 cm c. Lingkar kepala : 30 cm d. Lingkar dada : 28 cm e. Lingkar perut : 26 cm f. Lingkar lengan atas : 11 cm 4. Pemeriksaan Refleks
  • 77. 67 1. Refleks sucking (menghisap) : Lemah 2. Refleks rooting (menelan) : Lemah 3. Refleks graps (menggenggem) : Lemah 4. Refleks moro (kaget) : Lemah 5. Refleks batuk dan bersin : Lemah C. ASESSMENT (A) Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan dengan asfiksia sedang D. PLANNING (P) Tangaal : 29 -04-2015 Jam : 00.30 WITA 1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Hasil : Tangan dicuci dengan sabun di bawah air mengalir sebelum dan sesudah melakukan tindakan. 2. Memberitahukan kepada keluarga hasil pemeriksaan, dimana bayi tidak segera menangis, keadaan umum bayi lemah. Hasil : keluarga tenang dan mempercayakan sepenuhnya pada petugas. 3. Melakukan tindakan awal penanganan bayi asfiksia (JAIKAN) a. Menjaga kehangatan bayi dengan segera menyelimuti bayi dan meletakan bayi di bawah pemancar panas. Hasil : Bayi terbungkus kain bersih, hangat dan kering serta bayi telah berada di bawah pemancar panas. b. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi. Hasil : Posisi kapala bayi sedikit ekstensi dengan ganjalan sarung setinggi ± 5 cm pada bahu bayi.
  • 78. 68 c. Menghisap lendir mulai dari mulut bayi sampai 5 cm kedalam rongga mulut dan hidung sampai 3 cm kedalam lubang hidung. Hasil : Lendir telah dibersihkan d. Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil dengan menepuk dan menyentil telapak kaki serta menggosok punggung bayi. Hasil : Bayi telah dikeringkan dan diberikan rangsangan taktil e. Mengatur kembali posisi kepala bayi dengan melepaskan ganjalan yang ada pada bahu dan mengganti sarung bayi dengan sarung bersih, hangat dan kering. Hasil : Sarung telah diganti dan posisi kepala kembali normal. f. Melakukan penilaian yaitu menangis, tonus otot, pernapasan, warna kulit dan laju jantung bayi. Hasil : Bayi masih menangis lemah, tonus otot lemah, pernapasan magap-megap, tubuh kemerahan dan ekstremitas kebiruan, laju jantung 90 kali/menit. 4. Melakukan penanganan lanjutan : a. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemberian oksigen pada bayi. Hasil : Oksigen diberikan melalui sungkup sebanyak 2 liter/menit b. Membungkus tali pusat. Hasil : Tali pusat terbungkus dengan kasa steril.
  • 79. 69 c. Memberikan suntikan vitamin K sebanyak 0,1 cc secara Intra Muskular (IM) pada 1/3 paha kiri bayi setelah 1 jam. Hasil : Bayi telah mendapatkan suntikan vitamin K sebanyak 0,1 cc pada paha kiri atas setelah 1 jam bayi lahir. d. Memberikan salep mata Oksitetracyclline 1 % pada mata kiri dan kanan bayi Hasil : Mata bayi telah diberikan salep mata Oksitetracyclline 1 % e. Menimbang berat badan bayi Hasil: Berat badan bayi 3160 gram. 5. Memantau tanda-tanda vital bayi tiap 15 menit Hasil : Terlampir 6. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemasangan selang NGT (Naso Gastric Tube) pada bayi Hasil : Selang NGT terpasang pada hidung kanan bayi 7. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang dosis pemberian nutrisi kepada bayi. Hasil : Dokter menganjurkan agar bayi diberi nutrisi melalui selang sebanyak 20 cc/2 jam. Jadwal tiap pemberian terlampir.
  • 80. 70 CATATAN PERKEMBANGAN BAYI NY.”D” DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TANGGAL 30 APRIL S.D 01 MEI TAHUN 2015 No Hari/ Tanggal Data Assesment Planning Subjektif Objektif 1 Rabu, 30 April 2015 Ibu mengatakan : 1. Bayinya masih dirawat diruang bayi 2. Keadaan umum bayinya masih lemah 3. ASI-nya belum keluar dan bayi masih diberi susu formula 1. Keadaan umum bayi lemah 2. Gerakan aktif 3. Warna kulit : seluruh tubuh kemerahan 4. Berat badan : 3350 gram 5. Tanda-tanda vital: a.Laju jantung:155 kali/menit b. Pernapasan : 60 kali/menit c.Suhu : 35,3ºc 6. Sistem Refleks : a. RefleksSucking : Lemah b. Refleks Rooting : Baik c. Refleks Graps : Baik d. Refleks moro : Baik 7. Tali pusat masih basah dan terbungkus kasa steril 8. Bayi telah buang air besar dan buang air kecil 9. NGT dan O2 Telah terpasang Bayi umur 1 hari keadaan umum bayi lemah dengan hipotermi disertai kejang 1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi Hasil : Tangan dicusi sebelum dan sesudah merawat bayi 2. Mengobservasi tanda-tanda vital tiap 3 jam, kecuali suhu tiap 15 menit Hasil : Telah terlampir 3. Meletakkan bayi dibawah pemancar panas (Infarwarmer) sampai suhu tubuh bayi kembli normal Hasil : Bayi telah diletakkan dibawah pemancar panas dan suhunya dalambatas normal ( 36,9ºc). 4. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemasangan infuse Hasil: Dokter telah menganjurkan agar bayi dipasangkan infus dekstrose 10 tetes/menit 5. Melakukan kolaborasi dengan dokter anak tentang pemberian obat anti kejang Hasil : Dokter menganjurkan agar bayi diberikan obat anti kejang yaitu injeksi fenobarbital fenobarbital 1,6 cc pada paha kiri dan kanan
  • 81. 71 (2mg/BB lanjut 12 jam) secara inta muskular (IM), kemudian lanjut fenobarbital 2 x 15 mg/NGT. 6. Mempertahankan bayi dalam keadaan hangat dan kering Hasil : Bayi terbungkus sarung dan kehangatan bayi tetap terjaga 7. Mengganti kasa pembungkus tali pusat dengan kasa steril Hasil: Tali pusat telah terbungkus dengan kasa steril 8. Menimbang berat badan bayi setiap hari Hasil : Berat badan bayi hari pertama 3350 gram 9. Mengganti popok tiap kali basah atau kotor Hasil : Popok diganti tiap kali basah dan kotor 10. Memberikan susu formula melalui NGT / 2 jam Hasil: Bayi telah diberikan susu formula melalui NGT sebanyak 10-20 cc 2 Kamis, 01 Mei 2015 1. Bayinya msih dirawat diruang bayi 2. Keadaan umum bayinya baik 3. ASI-nya belum keluar dan bayi masih diberi susu formula 1. Keadaan umum bayi baik 2. Berat badan 3600 garam 3. Tanda-tanda vital : a.Laju jantung : 138 kali/menit b. Pernapasan : 45 kali/menit c.Suhu : 37ºc 4. Sistem refleks a. Refleks sucking : Baik b. Refleks rooting : Baik c. Refleks graps Baik d. Refleks moro : Baik 5. Tali pusat kering danterbungkus kasa steril 6. Bayi telah buang air besar dan buang air kecil 7. NGT dan O2 telah dilepas Bayi umur 2 hari, keadaan umum bayi baik 10. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi Hasil : Tangan dicuci sebelum dan sesudah merawat bayi 2. Mengukur tanda-tanda vital bayi Hasil:Laju jantung 138 kali/menit,pernapasan 45 kali/menit dan suhu 37ºc 3. Mempertahankan bayi dalam keadaan kering dan hangat Hasil : Bayi terbungkus sarung dan kehangatan bayi tetap terjaga 4. Mengganti kasa pembungkus tali pusat dengan kasa steril Hasil : Tali pusat telah terbungkus dengan kasa steril 5. Menimbang berat badan bayi Hasil : Berat badan bayi pada hari ke 3230 9ram
  • 82. 72 6. Mengganti popok tiap kali basah dan kotor Hasil : Popok diganti tiap kali basahdan kotor 7. Memberikan susu formula melalui oral (dot)/2 jam atau tiap kali bayi menangis Hasil : Bayi minum melalui dot sebanyak 30 cc tiap kali bayi menangis 8. Menganjurkan pada ibu tetap menyusui bayinya agar merangsang pengeluaran ASI Hasil : Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran bidan. JADWAL KUNJUNGAN RUMAH PADA BAYI NY.”D” Kunjunga Neonatal Waktu Tujuan 1 6-8 jam setelah persalinan 1. Memberikan konaseling pada ibu bagaimana teknik melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir 2. Memberikan konseling pada ibu tentang pemberian ASI awal 3. Memberikan konseling pada ibu utuk menjaga bayinya tetap sehat dengan cara menjaga bayinya agar tetap hangat dan tidak terjadi hipotermi. 2 6 hari setelah persalinan 1. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istrahat agar proses pemberian ASI pada bayinya tidak terhambat 2. Memastikan ibunya menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit 3. Memberikan asuhan pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari 3 2 minggu setelah persalinan Sama dengan diatas (6 jam setelah persalinan) 4 6 minggu setelah persalinan 1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami atau bbayinya 2. Menganjurkan atau mengajak ibu membawa bayinya keposyandu atau puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi
  • 83. 73 BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini membahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus pada pelaksanaan Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny.“D“ Dengan Asfiksia sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 29 April Mei tahun 2015, dengan teori penanganan bayi baru lahir dengan asfiksia. A. Identifikasi Data Dasar Pengkajian merupakan tahap awal yang digunakan sebagai landasan dalam proses asuhan kebidanan, tahap ini mencakup kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan analisis data atau fakta yang dikumpulkan dari beberapa data subyektif dan obyektif. Pada tahap ini, penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karena pada saat mengumpulkan data, orang tua maupun keluarga terbuka dalam memberikan informasi yang di butuhkan berhubungan dengan keadaan klien sehingga memudahkan penulis dalam pengmpulan data sesuai dengan permasalahan yang diangkat. Data yang diambil oleh penulis terfokus pada masalah yang dialami oleh Bayi Ny“D”. Berdasarkan data subyektif yang penulis peroleh pada kasus Bayi Ny. D dengan Asfiksia Sedang di dapatkan data, ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 23-07-2014, melahirkan tanggal 29 April 2015 jam 00.00 WITA, dan data obyektif yaitu umur kehamilan 39 minggu 6 hari, BBL 3160 gram, PB 52 cm, LK 33 cm, LP 28 cm, LD 30 cm, LILA 11 cm. 73
  • 84. 74 Hal ini sesuai dengan teori Sudarti (2013), bahwa Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir. ( Sudarti, 2013). Gambaran klinis tidak bernafas atau nafas megap-megap, warna kulit pucat atau biru, tonus otot lemah, frekuensi jantung 90 kali/menit, pernapasan 62 kali/menit. Berdasarkan studi kasus pada bayi Ny. “D” dengan asfiksia sedang, bayi lahir dengan tidak segera menangis, tubuh kemerahan ekstremitas kebiruan, tonus otot lemah, frekuensi jantung 90 kali/menit, pernapasan 62 kali/menit, bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan. Dalam hal ini pula tidak ditemukan kesenjangan. Menurut teori yang ada bahwa asfiksia disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : 1. Faktor ibu disebabkan karena infeksi dalam persalinan yang disebabkan oleh ketuban pecah dini (KPD), dan pada ibu akan terjadi karioamnionitis. Dengan pecahnya ketuban maka terjadi oligohidramnion (Kekurangan cairan ketuban) yang menekan tali pusat sehingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban maka janin semakin gawat. (Sarwono prawihardjo, 2009). 2. Faktor tali pusat (lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat dan prolapsus tali pusat). 3. Faktor bayi (bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep), kelainan kongenital dan air ketuban bercampur mekonium.
  • 85. 75 Adapun tanda dan gejala asfiksia berat (frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali/menit, tidak ada usaha panas, tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada, bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan, bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu, terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan), asfiksia sedang (frekuensi detak jantung lebih dari 100/menit, usaha napas lambat, tonus otot kurang baik atau baik, bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan, bayi tampak sianosis, tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan), asfiksia ringan (takipnea dengan napas lebih dari 60 kali/menit, bayi tampak sianosis, adanya retraksi sela iga, bayi merintih (grunting), adanya pernapasan cuping hidung, bayi kurang aktivitas). Berdasarkan data subyektif dan data obyektif yang penulis peroleh pada kasus Bayi Ny.”D” dengan hipotermi didapatkan data ibu mengatakan bayinya terasa dingin sejak 10 jam yang lalu sampai sekarang, data obyektif Hipotermi atau suhu tubuh dibwah normal (35,3). Hal ini sesuai dengan teori Icesmi Sukarni (2014), hipotermi adalah bayi baru lahir dengan suhu tubuh sampai dibawah normal (36,5ºc) dan hipotermi sering terjadi pada neonatus karena BBLR, kesalahan perawatan bayi segera setelah lahir, bayi dipisahkan dengan ibunya setelah lahir, asfiksia dan kondisi ruangan yang dingin. Berdasarkan studi kasus pada bayi Ny. D dengan hipotermi, bayi lahir dipisahkan dengan ibunya setelah lahir, asfiksia dan kondisi ruangan yang dingin, kesalahan perawatan setelah lahir.Dalam hal ini pula tidak ditemukan kesenjangan
  • 86. 76 B. Merumuskan Diagnosa / Masalah Aktual Berdasarkan data yang diperoleh, diagnosa/ masalah aktual yang ada pada bayi Ny. D adalah Asfiksia Berat. Menurut teori, Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir, dan asfiksia terbagi 3 berdasarkan penilaian APGAR skor yaitu asfiksia ringan dengan nilai APGAR 7-9, asfiksia sedang nilai APGAR 4-6, dan asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3. Pada asfiksia berat (frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali/menit, tidak ada usaha napas, tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada, bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan, bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna biru, terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan), asfiksia sedang (frekuensi detak jantung lebih dari 100/menit, usaha napas lambat, tonus otot kurang baik atau baik, bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan, bayi tampak sianosis, tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan), asfiksia ringan (takipnea dengan napas lebih dari 60 kali/menit, bayi tampak sianosis, adanya retraksi sela iga, bayi merintih (grunting), adanya pernapasan cuping hidung, bayi kurang aktivitas). Berdasarkan data yang ada pada studi kasus bayi Ny. “D” bahwa bayi lahir dengan tidak segera menangis, tubuh kemerahan ekstremitas kebiruan, tonus otot lemah, frekuensi jantung 90 kali/menit, pernapasan 62 kali/menit, bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan dan penilaian APGAR skor 5/6. Dengan demikian ada kesesuaian antara tinjauan pustaka dan kasus bayi Ny. “D”
  • 87. 77 sehingga diagnosa aktual dapat ditegakan dan memudahkan bidan dalam memberikan asuhan sehingga tidak ditemukan kesenjanga antara teori dan hasil pengkajian yang telah dilakukan. C. Merumuskan Diagnosa Dan Masalah Potensial Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen kebidanan adalah mengidentifikasi masalah potensial yaitu mengantisipasi bila memungkinkan melakukan pencegahan, sambil mengamati bayi, bidan diharapkan dapat bersiap- siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Begitu pula dengan asfiksia sedang jika tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan asfiksia berat. Berdasarkan data yang ada pada studi kasus bayi Ny. “D” di lahan praktek dapat diidentifikasikan masalah potensial yaitu potensial terjadi asfiksia berat dan hipotermi. Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus bayi Ny. “D” tampak ada persamaan dan tidak ditemukan adanya kesenjangan D. Menilai Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi Berdasarkan data yang memberikan indikasi adanya tindakan segera dimana harus menyelamatkan jiwa bayi. Tindakan tersebut berupa kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lebih profesional sesuai dengan keadaan yang dialami oleh bayi ataupun konsultasi dengan dokter. Berdasarkan data yang ada pada studi kasus bayi Ny. “D” segera melakukan resusitasi atau pembebasan jalan napas, berkonsultasi dan berkolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang meletakan bayi di bawah