SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
BAB II 
ASFIKSIA NEONATORUM 
4 
A. Asfiksia Neonatorum 
1. Definisi 
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang 
mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, 
sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan 
zat asam arang dari tubuhnya.( Dewi.2010; h.102) 
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas 
spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan 
CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 
2010; h.421) 
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur 
segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin 
akan mengalami asfiksia setelah persalinan. Masalah ini mungkin saling 
berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau 
sesudah persalinan.(JNPK KR 2008; h. 146). 
2. Etiologi dan Faktor Predisposisi 
Penyebab terjadinya Asfiksia menurut (DepKes RI, 2009) 
a. Faktor Ibu 
1) Preeklamsia dan eklamsia. 
2) Perdarahan abnormal (plasenta prervia atau plasenta). 
3) Partus lama atau partus macet. 
4) Demam selama persalinan. 
5) Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV). 
6) Kehamilan post matur. 
7) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. 
b. Faktor Bayi 
1) Bayi Prematur (Sebelum 37 minggu kehamilan). 
2) Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ektraksi 
vakum, forsef).
5 
3) Kelainan kongenital. 
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan). 
c. Faktor Tali Pusat 
1) Lilitan tali pusat. 
2) Tali pusat pendek. 
3) Simpul tali pusat. 
4) Prolapsus tali pusat. 
3. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia) 
Menurut (Manuaba, 2010; h.421)Beberapa keadaan pada ibu dapat 
menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran 
oksigen kejanin berkurang, akibatnya terjadi gawat janin. 
a. Gangguan Sirkulasi Menuju Janin 
1) Gangguan aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat, simpul tali pusat, 
tekanan pada tali pusat, ketuban telah pecah, kehamilan lewat waktu) 
2) Pengaruh obat, karena narkosa saat persalinan. 
b. Faktor Ibu 
1) Gangguan his (tetania uteri/hipertonik) 
2) Penurunan tekanan darah dapat mendadak (perdarahan pada plasenta 
previa dan solusio plasenta)Vasokontriksi arterial (hipertensi pada hamil 
dan gestosis preeklampsia-eklampsia) 
3) Gangguan pertukaran nutrisi/O2 (solusio plasenta) 
4. Diagnosis 
Untuk dapat mendiagnosa gawat janin dapat ditetapkan dengan melakukan 
pemeriksaan sebagai berikut: 
a. Denyut jantung janin (Manuaba, 2010; h.421) 
1) DJJ meningkat 160 kali permenit tingkat permulaan 
2) Mungkin jumlah sama dengan normal, tetapi tidak teratur 
3) Frekuensi denyut menurun <100 kali permenit, apalagi disertai irama 
yang tidak teratur.
6 
4) Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, 
karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus 
meningkat dan sfingter ani terbuka 
b. Mekonium dalam air ketuban 
Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat 
janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus 
meningkat dan sfingter ani terbuka (Manuaba, 2010; h.422) 
c. Pernapasan 
Awalnya hanya sedikit nafas. Sedikit napas ini dimaksudkan untuk 
mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala masih 
dijalan lahir, atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas 
singkat ini akandiikuti oleh henti napas komplet. Kejadian ini disebut 
apnue primer ( drew.2009;h.9) 
d. Usia Ibu 
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu 
sehingga kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan 
untuk menyehatkan generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia 
muda/remaja (dibawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa takut 
terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut 
ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi 
ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua (diatas 35 
tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan 
persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil. 
Umur muda (< 20 tahun) beresiko karena ibu belum siap secara 
medis (organ reproduksi) maupun secara mental. Hasil penelitian 
menunjukan bahwa primiparity merupakan faktor resiko yang mempunyai 
hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan umur tua (> 
35 tahun), secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani 
kehamilan. Keadaan tersebut memberikan predisposisi untuk terjadi 
perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang dapat 
berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir (Purnamaningrum, 
2010)
7 
e. Paritas 
Paritas adalah jumlah persalinan yang telah dilakukan ibu.Paritas 
2-3 merupakan paritas paling aman di tinjau dari sudut kematian 
maternal.Paritas 1 dan paritas lebih dari 4 mempunyai angka 
kematian maternal yang disebabkan perdarahan pasca persalinan lebih 
tinggi.Paritas yang rendah (paritas satu), ketidak siapan ibu dalam 
menghadapi persalinan yang pertama merupakan faktor penyebab ketidak 
mampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi dalam 
kehamilan, persalinan dan nifas (Winkjosastro, 2007). 
Paritas 1 beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ 
reproduksi) maupun secara mental.Hasil penelitian menunjukan 
bahwa primiparity merupakan faktor resiko yang mempunyai hubungan 
yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan paritas di atas 4, secara 
fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan 
tersebut memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta 
previa, rupture uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir dengan 
terjadinya asfiksia bayi baru lahir (Purnamaningrum, 2010). 
f. Lama persalinan 
Menurut tinjauan teori beberapa keadaan pada ibu dapat 
menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran 
oksigen kejanin berkurang yang dapat menyebabkan terjadi asfiksia pada 
bayi baru lahir yaitu partus lama atau partus macet dan persalinan sulit, 
seperti letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vacuum dan 
vorcep (JNPK-KR, 2008, h. 144) 
Pada multigravida tahapannya sama namun waktunya lebih cepat 
untuk setiap fasenya. Kala 1 selesai apabila pembukaan servik telah 
lengkap, pada multigravida berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada 
multigravida kira-kira 7 jam. (sulistyawati, esti,2010; h.65) 
5. Tanda dan gejala(menurut Dewi.2010; h.102) 
a. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
8 
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis,sehingga 
memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan 
gejala yang yang muncul pada asfiksiam berat adalah sebagai berikut: 
1) Frekuensi jantung kecil, yaitu <40 per menit. 
2) Tidak ada usaha napas 
3) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada 
4) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu 
b. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6) 
Pada asfiksia sedang, tanda gejala yang muncul adalah sebagai berikut: 
1) Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit 
2) Usaha nafas lambat 
3) Tonus otot biasanya dalam keadaan baik 
4) Bayi masih bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan 
5) Bayi tampak siannosis 
c. Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10) 
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai 
berikut: 
1) Bayi tampak sianosis 
2) Adanya retraksi sela iga 
3) Bayi merintih 
4) Adanya pernafasan cuping hidung 
5) Bayi kurang aktifitas 
6. Penilaian Asfikaia Pada Bayi Baru Lahir 
a. Penilaian Awal 
Penilaian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan apakah 
tindakan resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir, dilakukan 
penilaian pada semua bayi dengan cara petugas bertanya pada dirinya 
sendiri dan harus menjawab segera dalam waktu singkat. 
1) Apakah bayi lahir cukup bulan ? 
2) Apakah air ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium ? 
3) Apakah bayi bernafas adekuat atau menangis ? 
4) Apakah tonus otot baik ?
9 
Bila semua jawaban “Ya”, berarti bayi baik dan tidak memerlukan 
tindakan resusitasi.Pada bayi ini segera dilakukan asuhan pada bayi 
normal.Bila salah satu atau lebih jawaban “Tidak”, bayi memerlukan 
tindakan resusitasi.Segera dimulai dengan langkah awal resusitasi. 
b. Keputusan Resusitasi Bayi Baru Lahir 
PENILAIAN Sebelum bayi lahir : 
 Apakah kehamilan cukup bulan ? 
Sebelum bayi lahir : 
 Apakah airketuban jernih, tidak bercampur 
mekonium (warna kehijauan) ? 
Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan) : 
 Menilai apakah bayi menangis atau 
bernapas/megap-megap ? 
 Menilai apakah tonus aot baik ? 
KEPUTUSAN Memutuskan bayi perlu resusitasi jika : 
 Bayi tidak cukup bulan atau bayi megap-megap/ 
tidak bernapas dan atau tonus otot bayi 
tidak baik 
 Air ketuban bercampur mekonium. 
TINDAKAN Mulai lakukan resusitasi segera jika : 
 Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap/ 
tidak bernapas dan tonus otot bayi tidak 
baik : 
Lakukan tindakan resusitasi BBL 
 Air ketuban bercampur mekonium : 
Lakukan resusitasi sesuai dengan indikasinya 
Tabel 1. Penilaian asfiksia pada bayi baru lahir(menurut, JNPK-KR 2008; 
h.151) 
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh 
tiga tanda yang penting, yaitu:
10 
a. Pernafasan 
b.Denyut jantung 
c. Warna 
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan kita memulai 
resusitasi atau untuk membuat keputusan mengenai jalannya 
resusitasi. 
Table 2 (Saifuddin, 2009, hal: 349) 
7. Hal penting dalam penilaian asfiksia 
Aspek yang sangat penting dari resusitasi BBL adalah menilai bayi, 
menentukan tindakan yang akan dilakukan dan ahirnya melaksanakan tindakan 
tersebut. Penilaian selanjutnya adalah dasar untuk menentukan kesimpulan dan 
tindakan berikutnya. Upaya resusitasi yang efektif dan efisien berlangsung 
melalui rangkaian tindakan, yaitu penilaian, pengambilan keputusan dan 
selanjutnya tindakan lanjut. Rangkaian tindakan ini merupakan suatu siklus. 
Misalnya pada saat-saat anda melakukan rangsangan taktil anda sekaligus 
menilai pernafasan bayi. Atas dasar penilaian ini anda akan melakukan langkah 
berikutnya. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak 
bernafas atau bahwa pernafasan tidak adekuat, anda sudah menentukan dasar 
pengambilan kesimpulan untuk tindakan berikutnya, yaitu memberikan 
ventilasi dengan tekanan positif (VTP). Sebaliknya apabila pernafasannya 
normal, maka tindakan selanjutnya adalah menilai denyut jantung bayi. Segera 
setelah memulai suatu tindakan anda harus menilai dampaknya pada bayi dan 
membuat kesimpulan untuk tahap berikutnya. 
Nilai APGAR pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit 
setelah bayi lahir, akan tetapi penilaian bayi harus dimulai segera setelah bayi 
lahir. Apabila bayi memerlukan intervensi berdasarkan pernafasan, denyut 
jantung, atau warna bayi, maka penilaian ini harus dilakukan segera.Intervensi 
yang harus dilakukan jangan sampai terlambat karena menunggu penilaian 
APGAR 1 menit.Keterlambatan tindakan sangat membahayakan, terutama 
pada bayi yang mengalami depresi berat.Walaupun nilai APGAR tidak penting
11 
dalam pengambilan keputusan pada awal resusitasi, tetapi dapat menolong 
dalam upaya penilaian keadaan bayi dan penilaian efektivitas upaya 
resusitasi.Jadi nilai APGAR perlu dinilai dalam 1 menit dan 5 menit. Apabila 
nilai apgar <7 penilaian tambahan masih diperlukan, yaitu tiap 5 menit sampai 
20 menit atau sampai 2 kali penilaian menunjukkan nilai 8 atau lebih. Penilaian 
pada bayi yang terkait dengan penatalaksanaan resusitasi, dibuat berdasarkan 
keadaan klinis.Penilaian awal harus dilakukan pada semua BBL. 
Penatalaksanaan selanjutnya dilakukan menurut hasil penilaian 
tersebut.Penilaian berkala setelah setiap langkah resusitasi harus dilakukan 
setiap 30 detik. Penatalaksanaan dilakukan terus menerus berkesinambungan 
menurut siklus menilai, menentukan tindakan, melakukan tindakan, kemudian 
menilai kembali (Saifuddin, 2009; h. 349) 
a. Tiga point pengkajian klinis 
1) Pernapasan 
a) Observasi pergerakan dada dan masukan udara dengan cermat. 
Lakukan auskultasi jika perlu. Kali adanya pola pernapasan 
abnormal, seperti pergerakan dada asimetris, napas tersenggal, 
atau mendengur. 
b) Tentukan apakah pernapsannya adekuat (frekuensi baik dan 
teratur), tidak adekuat (lambat dan tidak teratur), atau tidak ada 
sama sekali. 
2) Denyut jantung 
a) Kaji frekuensi jantung dengan mengauskultasikan denyut aspeks 
atau merasakan denyutan umbilicus. 
b) Klasifikasikan menjadi >100 atau <100 kali permenit. Angka ini 
merupakan titik batas yang mengindikasikan ada atau tidaknya 
hipoksia yang signifikan. Catatan : bayi dengan frekuensi 
jantung <60, khususnya bayi tanpa frekuensi jantung, 
membutuhkan pendekatan yang lebih darurat. Awalnya, curah 
jantung mungkin tidak mampu mencukupi perfusi arteri 
koroner, sampai pada akhirnya tidak mampu sama sekali, 
walaupun dilakukan ventilasi.
12 
3) Warna 
a) Kaji bibir dan lidah bayi yang dapat berwarna biru atau merah 
muda. Sianosis perifer (akrosianosis) merupakan hal yang 
normal pada beberapa jam pertama bahkan hari. Bayi yang 
pucat mungkin mengalami syok atau anemia berat. Tentukan 
apakah bayi bewarna merah mudah, biru atau pucat. 
b) Ketiga observasi ini dikenal sebagai komponen skor APGAR. 
Dua komponen lainnya adalah tonus dan respons terhadap 
rangsangan. 
(David,dkk.2009; h.30-32) 
b. Pemantauan Janin 
1) Saat Bayi Sudah Lahir 
a) Penilaian sekilas sesaat setelah bayi lahir 
b) Sesaat setelah bayi lahir bidan melakukan penilaia sekilas untuk 
kesejahteraan bayi secara umum. Aspek yang dinilai adalah warna 
kulit dan tangis bayi, jika warna kulit adalah kemerahan dan bayi 
dapat menangis spontan, maka ini sudah cukup untuk dijadikan 
data awal bahwa dalam kondisi baik. 
i. Menit pertama kelahiran 
Pertemuan sarec di swedia tahun 1985 menganjurkan 
penggunaan parameter penilaian bayi baru lahir adalah 
dengan cara sederhana yang disebut dengan SIGTUNA 
(SIGTUNA score), sesuai dengan nama terjadinya konsensus. 
Penilaian cara ini digunakan terutama untuk tingkat 
pelayanan kesehatan dasar karena hanya menilai dua 
parameter yang penting, namun cukup mewakili indikator 
kesejahteraan bayi baru lahir. Sesaat setelah bayi lahir bidan 
memantau 2 tanda vital bayi sesuai dengan SIGTUNA score, 
yaitu upaya bayi untuk bernafas dan frekuensi jantung 
(dihitung selama 6 detik, hasil dikalikan 10 sama dengan 
frekuensi jantung satu menit).
13 
ii. Cara menentukan SIGTUNA score: 
a. Nilai bayi sesaat setelah lahir (menit 
pertama) dengan kriteria penilaian seperti 
pada tabel. 
b. Jumlahkan score yang didapat. 
c. Kesimpulan dari total SIGTUNA score 
4 : Asfiksia riangan atau tidak asfiksia. 
2-3 : Asfiksia sedang. 
1 : Asfiksia berat. 
0 : Bayi lahir mati/fresh stillbirth. 
iii. Menit ke 5 sampai 10 
Segera setelah bayi lahir, bidan 
mengobservasi keadaan bayi dengan berpatokan 
pada APGAR score dari 5 menit hingga 10 menit 
(Sulistyawati,2010;h.209) 
Tabel 2. Skala pengamatan APGAR score 
Aspek 
pengamatan 
bayi baru 
lahir 
Skor 
0 
1 
2 
Appeareance 
(Warna kulit) 
Seluruh tubuh 
bayi berwarna 
kebiruan .atau 
pucat 
Warna kulit 
tubuh normal, 
tetapi tangan 
dan kaki 
berwarna 
kebiruan 
Warna kulit 
seluruh tubuh 
normal
14 
Pulse 
(Nadi) 
Denyut 
jantung tidak 
ada 
Denyut jantung 
<100 kali 
permenit 
Denyut jantung 
>100 kali 
permenit 
Grimace 
(Respon 
refleks) 
Tidak ada 
respon 
terhadap 
stimulasi 
Wajah meringis 
saat distimulasi 
Meringis, 
menarik, batuk 
atau bersin saat 
stimulasi 
Activity 
(Tonus otot) 
Lemah, tidak 
ada gerakan 
Lengan dan 
kaki dalam 
posisi fleksi 
dengan sedikit 
gerakan 
Bergerak aktif dan 
spontan 
Respiratory (Pernafasan) 
Tidak 
bernafas, 
pernafasan 
lambat dan 
tidak teratur 
Menangis 
lemah, 
terdengar 
seperti merintih 
Menangis kuat, 
pernafasan baik 
dan teratur 
(Sulistyawati, 2010; h.209) 
8. Penatalaksanaan Asfiksia 
a. Persiapan resusitasi BBL 
1) Persiapan tempat resusitasi
15 
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi 
: 
a) Gunakan ruang yang hangat dan terang 
b) Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan 
hangat misalnya meja, dipan atau diatas lantai beralas tikar. 
Sebaiknya dekat pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau 
pintu yang terbuka) 
Keterangan: 
a) Ruang yang hangat akan mencegah bayi hipotermi. 
b) Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan 
posisi kepala bayi. 
c) Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau lampu 
petromak. Nyalakan lampu menjelang persalinan. 
b. Persiapan alat resusitasi 
Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat 
persalinan juga disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, 
yaitu : 
1) Kain ke-1 untuk mengeringkan bayi 
2) Kain ke-2 untuk menyelimuti bayi. 
3) Kain ke-3 untuk ganjal bahu bayi. 
4) Alat penghisap lender De Lee atau Bola karet. 
5) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup. 
6) Kotak alat resusitasi. 
7) Sarung tangan. 
8) Jam atau pencatat waktu. 
Keterangan: 
a) Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan dapat 
menyerap cairan misalnya handuk, kain flannel, dll. Kalau tidak 
ada gunakan kain panjang atau sarung. 
b) Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bisa dibuat dari kain 
(kaos, selendang, handuk kecil), digulung setinggi 3 cm dan bisa
16 
disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi agar sedikit 
tengadah. 
c) Bagian-bagian balon dan sungkup: 
i. Pintu masuk udara dan tempat memasang reservoir O2 
ii. Pintu masuk O2 
iii. Pintu keluar O2 
iv. Susunan katup 
v. Reservoir O2 
vi. Katup pelepas tekanan (pop-of valve) 
vii. Tempat memasang manometer (bagian ini mungkin tidak 
ada) 
Keterangan: 
a) Alat pengisap lendir Dee Lee adalah alat untuk menghisap 
lender khusus untuk BBL. 
b) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup merupakan alat 
yang sangat penting dalam tindakan ventilasi pada resusitasi, 
siapkan sungkup dalam keadaan terpasang dan steril. 
c) Tabung atau balon serta sungkup dan alat penghisap lender De 
Lee dalam keadaan steril, disiapkan dalam kotak alat resusitasi. 
c. Cara menyiapkan: 
1) Kain ke-1: 
Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan BBL yang basah 
oleh air ketuban segera setelah lahir. Bagi bidan yang sudah biasa dan 
terlatih meletakkan bayi baru lahir diatas perut ibu, sebelum persalinan 
akan menyediakan sehelai kain diatas perut ibu untuk mengeringkan 
bayi. Hal ini dapat juga digunakan pada bayi asfiksia.Bila tali pusat 
sangat pendek, bayi dapat diletakkan didekat perineum ibu sampai tali 
pusat telah diklem dan dipotong, kemudian jika perlu lakukan tindakan 
resusitasi. 
2) Kain ke-2:
17 
Fungsi kain ke-2 adalah untuk menyelimuti BBL agar tetap kering 
dan hangat.Singkirkan kain ke-1 yang basah sesudah dipakai 
mengeringkan bayi.Kain ke-2 ini diletakkan diatas tempat resusitasi, 
digelar menutupi tempat yang rata. 
3) Kain ke-3: 
Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi agar memudahkan 
dalam pengaturan posisi kepala bayi.Kain digulung setebal kira-kira 3 
cm diletakkan di bawah kain ke-2 yang menutupi tempat resusitasi 
untuk mengganjal bahu. 
4) Alat resusitasi: 
Kotak alat resusitasi yang berisi alat pengisap lender Dee Lee dan 
alat resusitasi tabung atau balon dan sungkup diletakkan dekat tempat 
resusitasi, maksudnya agar memudahkan diambil sewaktu-waktu 
dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi BBL. 
5) Sarung tangan. 
6) Jam atau pencatat waktu 
d. Persiapan Diri 
Lindungi dari kemungkinan infeksi dengan cara: 
1) Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek, masker, 
penutup kepala, kaca mata dan sepatu tertutup) 
2) Lepaskan perhiasan, cincin dan jam tangan sebelum mencuci tangan. 
3) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran 
alkohol dan gliseril. 
4) Keringkan dengan kain atau tisu bersih. 
5) Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan. 
9. Langkah Langkah penatalaksanaan 
a. Tahap I: Langkah Awal 
Tahap awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Langkah awal tersebut 
meliputi: 
1) Jaga bayi tetap hangat
18 
a) Letakkan bayi diatas kain yang ada diatas perut ibu 
b) Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap 
terbuka, potong tali pusat 
c) Pindahkan bayi keatas kain di tempat resusitasi yang datar, 
rata, keras, bersih, kering dan hangat. 
d) Jaga bayi tetap diselimuti dan dibawah pemancar panas. 
2) Atur posisi bayi 
a) Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong 
b) Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan 
pengganjal bahu, sehingga kepala sedikit ekstensi. 
3) Isap lender 
Gunakan alat pengisap DeLee dengan cara sebagai berikut: 
a) Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian hidung 
b) Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, TIDAK 
pada waktu memasukan. 
c) Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 
cm kedalam mulut atau lebih dari 3 cm dalam hidung), hal itu 
dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau 
tiba-tiba berhenti bernafas. 
4) Keringkan dan rangsang bayi 
a) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh 
lainnya dengan sedikit tekanan 
b) Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil 
telapak kaki bayi atau dengan menggosok punggung, dada, 
perut dan tungkai bayi dengan telapak tangan. 
5) Atur kembali posisi bayi 
a) Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawahnya 
b) Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi 
muka dan dada, agar bisa memantau pernafasan bayi. 
c) Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi. 
6) Lakukan Evaluasi bayi
19 
Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas 
atau megap-megap.Bila bayi bernafas normal, lakukan asuhan 
pasca resusitasi.Tapi bila bayi tidak bernafas normal atau megap-megap, 
mulai lakukan ventilasi bayi. 
b. Tahap II: Ventilasi 
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan 
sejumlah volume udara ke dalam paru-paru dengan tekanan positif untuk 
membuka alveoli paru bayi agar bisa bernafas spontan dan teratur. 
1) Pasang sungkup 
Pasang sungkup dengan menutupi dagu, mulut dan hidung. 
2) Ventilasi 2 kali 
Lakukan peniupan / pompa dengan tekanan 30 cm air.Tiupan 
awal tabung-sungkup / pompaan awal balon-sungkup sangat 
penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas 
dan menguji apakah jalan nafas bayi terbuka. 
3) Lihat apakah dada bayi mengembang. 
Saat melakukan tiupan atau pompaan perhatikan apakah dada 
bayi mengembang. 
Bila tidak mengembang: 
a) Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor. 
b) Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu. 
c) Periksa cairan atau lendir dimulut. Bila ada lendir atau cairan 
lakukan penghisapan. 
d) Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air (ulangan), bila 
dada mengembang, lakukan tahap berikutnya 
4) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik 
a) Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan 
dengan balon dan sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik 
dengan tekanan 20 cm air sampai bayi mulai menangis dan 
bernafas spontan
20 
b) Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau 
pemompaan, setelah 30 detik lakukan penilaian ualng nafas. 
c) Jika bayi mulai bernafas spontan atau menangis, hentikan 
ventilasi bertahap 
d) Lihat dada apakah ada retraksi dinding dada bawah 
e) Hitung frekuensi nafas permenit 
f) Jika bernafas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat: 
g) Jangan ventilasi lagi 
h) Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan 
lanjutkan asuhan bayi baru lahir. 
i) Pantau setiap 15 menit untuk pernafasan dan kehangatan 
j) Katakana pada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan 
membaik. 
k) Lanjutkan asuhan pasca resusitasi. 
l) Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, lanjutkan ventilasi. 
5) Ventilasi setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang nafas. 
a) Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm 
air) 
b) Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian bayi apakah 
bernafas, tidak bernafas atau megap-megap: 
i. Jika bayi sudah mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi 
bertahap dan lakukan asuhan pasca resusitasi 
ii. Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, teruskan ventilasi 
20 kali dalam 30 detik kemudian lakukan penilaian ulang nafas 
tiap 30 detik. 
iii. Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas spontan sesudah 2 
menit resusitasi 
iv. Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi 
c. Tahap III: Asuhan Pasca Resusitasi 
Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang 
merupakan perawatan instensif selama 2 jam pertam. Penting sekali pada 
tahap ini dilakukan BBL dan pemantauan sera intensif serta pencatatan.
21 
1) Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi 
a) Tidak dapat menyusu 
b) Kejang 
c) Mengantuk atau tidak sadar 
d) Nafas cepat (>60 kali permenit) 
e) Merintih 
f) Retraksi dinding dada bawah 
g) Sianosis sentral 
2) Pemantauan dan perawatan tali pusat 
i. Memantau perdarahan tali pusat 
ii. Menjelaskan perawatan tali pusat 
3) Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada 
ibunya 
i. Meletakkan bayi di dada ibu (kulit ke kulit), menyelimuti 
keduanya 
ii. Membantu ibu untuk menyusui bayi dalam 1 jam pertama 
iii. Menganjurkan ibu untuk mengusap bayinya dengan kasih 
sayang 
4) Pencegahan hipotermi 
i. Membaringkan bayi dalam ruangan >250 C 
ii. Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam 
iii. Menimbang berat badan terselimuti, kurangi berat selimut 
iv. Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka 
selimut bayi sebagian-sebagian. 
5) Pemeliharahan pemberian Oksigen 1 liter per menit 
10. Asuhan pasca lahir (usia 2-24 jam setelah lahir)
22 
Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca 
lahir lebih lanjut. Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan 
rumah(kunjungan BBL/ neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah 
untuk mengetahui kondisi lebih lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan bayi 
setelah mengalami tindakan resusitasi. 
a. Pemberian vit-K 
Memberikan suntikan vit-K di paha kiri anterolateral 1 mg 
intramuscular. 
b. Pencegahan infeksi 
1) Memberikan salep mata antibiotika 
2) Memberikan imunisasi Hepatitis-B dipaha kanan 0,5 mL 
intramuscular, 1 jam setelah pemberian vit K 
3) Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi bayi. 
c. Pemeriksaan fisik 
1) Mengukur panjang badan dan lingkar kepala bayi 
2) Melihat dan meraba kepala bayi 
3) Melihat mata bayi 
4) Melihat mulut dan bibir bayi 
5) Melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan dan menghitung 
jumlah jari 
6) Melihat alat kelamin dan menentukan jenis kelamin, adakah kelainan 
7) Memastikan adakah lubang anus dan uretra, adakah kelainan 
8) Memastikan adakah buang air besar dan buang air kecil 
9) Melihat dan meraba tulang punggung bayi. 
d. Rencana asuhan 24 jam 
1) Pemberian ASI 
2) Menilai BAB bayi 
3) Menilai BAK 
4) Kebutuhan istirahat/tidur 
5) Menjaga kebersihan kulit bayi 
6) Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi (rukiyah dan 
yulianti.2010;h.66)
23 
e.Pencatatan dan pelaporan 
f. Asuhan pasca lahir (JNPK-KR, 2008 h.148) 
B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN 
1. Definisi 
Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen asuhan 
kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan 
logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah 
pihak baik klien maupun pemberi asuhan. 
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang 
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan 
berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian 
tahap-tahap yang logis untuk pengambiln suatu keputusan yang berfokus 
terhadap klien. 
Kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Helen 
Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, 
menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh 
langkah yang berturut secara sistematis dan siklik. 
Varney menjelaskan bahwa proses pemecahan masalah yang ditemukan 
oleh perawat dan bidan pada tahun 1970-an. Proses ini memperkenalkan 
sebuah metode pengorganisasian pemikiran dan tindakan dengan urutan yang 
logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. 
Proses manajemen kebidanan ini terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, dan 
setiap langkah disempurnakan secara berkala. Proses dimulai dari 
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke-tujuh langkah 
tersebut membentuk suau kerangka lenkap yang dapat diaplikasikan dalam 
situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi 
langkah-langkah yang lebih detail dan ini bias berubah sesuai dengan 
kebutuhan klien. (Saminem, 2010; h. 39) 
2. Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney 
a. Tahap pengumpulan data dasar (langkah I)
24 
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat 
dan lengkap dari semua sumber yag berkaitan dengan kondisi klien.Untuk 
memperoleh data dilakukan dengan cara: 
Anamnesis, anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat 
menstruasi, riwayat kesehatan , riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, bio-psiko- 
sioso-spiritual, serta pengetahuan klien. 
1) Identitas 
Identitas bayi didapat dari anamnesa yang dilakukan oleh bidan 
terhadap orang tua bayi untuk memperoleh informasi tentang identitas 
bayi baru lahir, seperti umur bayi, jam kelahiran bayi, jenis kelamin bayi 
dan anak keberapa. 
2) Riwayat Antenatal 
a) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data acuan untuk 
memprediksi apakah terdapat penyulit pada kehamilan saat bayi 
masih dalam kandungan. 
b) Kesehatan janin dikaji untuk mengetahui kondisi janin saat ini 
c) Keluhan trismester 1, 2 dan 3 dikaji untuk mengetahui keluhan yang 
pernah dirasakan oleh orang tua bayi saat hamil 
d) Frekuensi ANC selama kehamilan trismester 1, 2 dan 3 dikaji untuk 
mengetahui seberapa sering orang tua bayi pernah memeriksakan 
diri saat hamil 
e) Pola nutrisi dikaji untuk mengetahui asupan nutrisi pada orang tua 
bayi 
f) Perilaku kesehatan dikaji untuk mengetahui apakah orang tua bayi 
pernah merokok, mengonsumsi alkohol, obat-obatan atau jamu 
selama hamil 
3) Riwayat Proses Persalinan 
a) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data acuan 
untuk memprediksi apakah terdapat penyulit saat terjadinya proses 
kelahiran bayi. 
b) Tempat lahir dikaji untuk mengetahui dimanakah bayi dilahirkan
25 
c) Ditolong oleh dikaji untuk mengetahui siapakah yang menolong 
kelahiran bayi 
d) Jenis persalinan dikaji untuk mengetahui bagaimana cara bayi 
dilahirkan 
e) Lama persalinan dikaji untuk mengetahui seberapa lama proses 
persalinan 
f) Tanggal lahir dikaji untuk mengetahui kapan bayi di 
g) lahirkan dan pukul untuk mengetahui waktu bayi dilahirkan 
h) BB dikaji untuk mengetahui berapakah berat badan bayi, PB dikaji 
untuk mengetahui berapakah panjang badan bayi dan nilai apgar 
digunakan untuk menilai apakah bayi sudah dalam keadaan normal 
atau tidak 
i) Jenis kelamin dikaji untuk mengetahui apa jenis kelamin bayi 
j) Cacat bawaan dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir dalam 
keadaan cacat atau tidak 
k) Masa gestasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir cukup 
bulan atau tidak 
l) Resusitasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah dilakukan 
tindakan resusitasi atau tidak 
4) Pola Kebutuhan Sehari-hari 
a) Pol Nutrisi 
Nutrisi dikaji untuk mengetahui apa saja yang diberikan 
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. Nutrisi yang diberikan 
pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) juga akan 
berbeda, sebab kapsitas lambung BBLR sangat kecil sehingga 
minum harus sering diberikan tiap jam. Perhatikan juga apakah 
selama pemberian minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru 
atau perut menjadi besar/ kembung (Prawirohardjo,2009) 
b) Pola eliminasi 
Dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah BAK dan BAB. 
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) kita mengkaji 
pola eliminasi, sebab pada bayi BBLR kebutuhan nutrisi yang
26 
diberikan berbeda dengan bayi yang berat badannya normal, oleh 
sebab itu akan berpengaruh juga pada frekuensi BAB dan BAK 
nya setiap harinya. 
c) Pola istirahat 
Dikaji untuk mengetahui apakah kebutuhan istirahat bayi telah 
terpenuhi atau tidak. Bayi yang mengalami berat badan lahir 
rendah (BBLR) memiliki pola tidur yang lebih banyak dari bayi 
normal, sebab nutrisi yang dikonsumsi sangat cukup dan memiliki 
frekuensi yang ditetapkan setiap jam, sehingga bayi lebih sering 
tertidur nyenyak dengan nutrisi yang cukup. 
d) Personal hygine 
Dikaji untuk mengetahui bagaimana kebersihan pada diri 
bayi.Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) personal 
hygine juga perlu dikaji sebab kebersihan pada bayi sangat 
diutamakan untuk pencegahan infeksi. 
5) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda 
vital, meliputi : 
a) Tanda vital : Rsespiratio, temperature,nadi 
b) Antropometri :panjang badan, berat badan, lingkar dada,lingkar 
kepala, lingkar lengan atas 
c) Pemeriksaan Fisik 
i. Kepala : 
Bentuk simetris atau tidak, UUB dan UUK datar atau tidak, 
keadaan rambut bersih atau tidak, adakah caput succedenum 
dan cephal hematome. 
ii. Wajah 
Terdapat odema atau tidak, kebersihan muka simetris atau 
tidak dan warna kemerahan atau tidak 
iii. Mata 
Simetris atau tidak, adakah pembengkakan pada kelopak 
mata,konjungtiva merah muda atau pucat, sklera putih atau
27 
tidak, adakah bulu mata atau tidak, adakah kotoran mata atau 
tidak 
iv. Hidung 
Bentuk, lubang hidung, pernafasan cuping hidung, dan 
pengeluaran 
v. Mulut 
Bentuk bibir, lidah, palatum, reflek rooting 
vi. Telinga 
Simetris atau tidak, lubang telinga, adakah cairan atau tidak 
vii. Leher 
Bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar tyroid, 
pembesaran kelenjar getah bening, reflek menelan, kepala 
bebas berputar 
viii. Dada 
bentuk dada, pengembangan rongga dada, suara jantung, 
suara paru-paru 
ix. Ketiak 
Kebersihan, pembesaran kelenjar limfe 
x. Perut 
Bentuk simetris atau tidak, adakah bising usus, keadaan tali 
pusat, kembung,adakah benjolan, adakah pembesaran hati 
xi. Punggung 
Fleksibilitas tulang punggung, tonjolan tulang punggung, 
lipatan bokong 
xii. Anus 
Adakah lubang anus atau tidak 
xiii. Genetalia 
Adakah labia mayor dan labia minor, adakah klitoris dan 
orifisium uretra 
xiv. Ekstermitas
28 
Pergerakan dan jari-jari tangan dan kaki 
xv. Neuro 
Reflek moro, rooting, glabela, gland, plantar, tonik leher, 
menghisap 
b. Interpretasi data dasar (langkah II) 
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau 
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang telah 
dikumpulkan.Data dasar tersebut kemudian diinterpretasi sehingga dapat 
dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.Baik rumusan diagnosis 
maupun masalah, keduanya harus ditangani.Meskipun masalah tidak 
dapat dartiakn sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan. 
c. Identifikasi diagnosis/ masalah potensial dan antisipasi penanganannya 
(langkah III) 
Pada langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau 
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/ masalah yang sudah 
diidentifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan 
dilakukan pencegahan.Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap- siap 
mencegah diagnosis masalah potensial I menjadi kenyataan. Langkah ini 
penting dituntut untuk mampu menagntisipasi masalah potensial tidak 
hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga 
merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis tersebut 
tidak terjadi. Langhkah ini bersifat antisipasi yang rasional/ logis. 
d. Tindakan segera atau kolaborasi (langkah IV) 
Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan 
konsultassi atau penanganan segera bersama anggota tim kaesehatn lain 
dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan keseimangan 
proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya berlangsung 
seama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga 
selama wanita tersebut dalam dampingan bidan. Misalnya, pada waktu 
wanita tersebut dalam persalinan. 
e. Rencana asuhan menyeluruh (langkah V)
29 
Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyuluruh yang 
ditentukan berdasarkan langkah- langkah sebelumnya.Langkah ini 
merupakan kelautan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah 
diidentikasi atau dantispasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi 
data yang tidak lengkap dapat dilengkapi rencana asuhan yang 
menyuluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi 
dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi juga dari 
kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman antisipasi ini 
mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya: apakah 
dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien 
bila ada sejumlah masalah terkait sosial, ekonomi, kultural, atau 
psikososial. 
f. Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman (langkakh VI) 
Pada langkah keenam, rencana asuhan menyuluuh dilakua denangn 
efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan 
atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya 
walua bidan tidak melakukan nya sendiri, namun ia tetap memikul 
tangung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya (misalnya dengan 
memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksana) 
g. Evaluasi ( langkah VII) 
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek 
asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang 
menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan. 
Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang 
sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan 
banuan apkah benar- benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifkasi 
didalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif 
jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. (Soepardan.2009; h.97) 
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, 
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
30 
A. Landasan Hukum Kewenangan Bidan 
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan (permenkes) nomor 
1464/menkes/per/x/2010 tentang izin dan penyelenggaran praktik bidan, 
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi : 
1) Pelayanan kesehatan ibu 
2) Pelayanan kesehatan anak 
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana 
4) Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah 
5) Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak 
memiliki dokter 
6) Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh 
bidan. Kewenangan ini meliputi: 
a) Pelayanan kesehatan ibu 
Ruang lingkup: 
i. Pelayanan konseling pada masa pra hamil 
ii. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal 
iii. Pelayanan persalinan normal 
iv. Pelayanan ibu nifas normal 
v. Pelayanan ibu menyusui 
vi. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan 
Kewenangan: 
i. Episiotomi 
ii. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II 
iii. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan 
rujukan 
ii. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil 
iii. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas 
iv. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan 
promosi air susu ibu (ASI) eksklusif 
v. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan 
postpartus 
vi. Penyuluhan dan konseling
31 
vii. Bimbingan pada kelompok ibu hamil 
viii. Pemberian surat keterangan kematian 
ix. Pemberian surat keterangan cuti bersalin 
b) Pelayanan kesehatan anak 
Ruang lingkup: 
i. Pelayanan bayi baru lahir 
ii. Pelayanan bayi 
iii. Pelayanan anak balita 
ii. Pelayanan anak pra sekolah 
Kewenangan: 
i. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk 
resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini 
(IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada 
masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat 
ii. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera 
merujuk 
iii. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan rujukan 
iv. Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah 
v. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak 
pra sekolah 
vi. Pemberian konseling dan penyuluhan 
vii. Pemberian surat keterangan kelahiran 
viii. Pemberian surat keterangan kematian 
c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, 
dengan kewenangan: 
i. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi 
perempuan dan keluarga berencana 
ii. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom Selain 
kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi 
bidan yang menjalankan program
32 
iii. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam 
rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit 
iv. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit 
kronis tertentu (dilakukan di bawah supervisi dokter) 
v. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang 
ditetapkan 
vi. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang 
kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan 
penyehatan lingkungan 
vii. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra 
sekolah dan anak sekolah 
viii. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas 
ix. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan 
penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk 
pemberian kondom, dan penyakit lainnya 
x. Pencegahan penyalah gunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat 
Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi 
Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program 
Pemerintah.Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan 
antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan 
pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap 
Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan 
penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya 
(NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat 
pelatihan untuk pelayanan tersebut. 
Selain itu, khusus di daerah (Kecamatan atau Kelurahan/Desa) 
yang belum ada dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk 
memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal, dengan 
syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 
Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar 
kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah
33 
tersebut sudah terdapat tenaga dokter (http.www.hukum kewenangan 
bidan.com)

More Related Content

What's hot

Perubahan fisio & psiko kala i
Perubahan fisio & psiko kala iPerubahan fisio & psiko kala i
Perubahan fisio & psiko kala icahyatoshi
 
Lp b bl_feran
Lp b bl_feranLp b bl_feran
Lp b bl_ferankris_16
 
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematurMakalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematurOperator Warnet Vast Raha
 
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)Aning Aisyah
 
asuhan persalinan normal by. sab'atun.
asuhan persalinan normal by. sab'atun.asuhan persalinan normal by. sab'atun.
asuhan persalinan normal by. sab'atun.safasab
 
Asuhan kebidanan pada pra konsepsi
Asuhan kebidanan pada pra konsepsiAsuhan kebidanan pada pra konsepsi
Asuhan kebidanan pada pra konsepsiRetnoWulan32
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasentaOperator Warnet Vast Raha
 
Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan
Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan
Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan pjj_kemenkes
 
aborsi (kesadaran wanita)
aborsi (kesadaran wanita)aborsi (kesadaran wanita)
aborsi (kesadaran wanita)Disty Sagita
 
Adaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartum
Adaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartumAdaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartum
Adaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartumSarjan unissula
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsangOperator Warnet Vast Raha
 
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan bayi baru lahir maya
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan bayi baru lahir mayaLaporan pendahuluan dan asuhan keperawatan bayi baru lahir maya
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan bayi baru lahir mayaakuyohoyo
 
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)pjj_kemenkes
 
Permulaan Kehidupan Manusia
Permulaan Kehidupan ManusiaPermulaan Kehidupan Manusia
Permulaan Kehidupan ManusiaAndhika Pratama
 

What's hot (18)

Perubahan fisio & psiko kala i
Perubahan fisio & psiko kala iPerubahan fisio & psiko kala i
Perubahan fisio & psiko kala i
 
Lp b bl_feran
Lp b bl_feranLp b bl_feran
Lp b bl_feran
 
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematurMakalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
 
Kala ii memanjang
Kala ii memanjangKala ii memanjang
Kala ii memanjang
 
Askeb IV Patologi
Askeb IV PatologiAskeb IV Patologi
Askeb IV Patologi
 
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
 
asuhan persalinan normal by. sab'atun.
asuhan persalinan normal by. sab'atun.asuhan persalinan normal by. sab'atun.
asuhan persalinan normal by. sab'atun.
 
Asuhan kebidanan pada pra konsepsi
Asuhan kebidanan pada pra konsepsiAsuhan kebidanan pada pra konsepsi
Asuhan kebidanan pada pra konsepsi
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
 
Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan
Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan
Prakonsepsi, Konsepsi dan Kehamilan
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
aborsi (kesadaran wanita)
aborsi (kesadaran wanita)aborsi (kesadaran wanita)
aborsi (kesadaran wanita)
 
Adaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartum
Adaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartumAdaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartum
Adaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartum
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
 
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan bayi baru lahir maya
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan bayi baru lahir mayaLaporan pendahuluan dan asuhan keperawatan bayi baru lahir maya
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan bayi baru lahir maya
 
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
 
139642472 repro-bbl-post-matur
139642472 repro-bbl-post-matur139642472 repro-bbl-post-matur
139642472 repro-bbl-post-matur
 
Permulaan Kehidupan Manusia
Permulaan Kehidupan ManusiaPermulaan Kehidupan Manusia
Permulaan Kehidupan Manusia
 

Similar to AsfiksiaNeonatorum

Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsangWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsangSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan partus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan partus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan partus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan partus lamaWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan partus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan partus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan partus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan partus lamaSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasentaSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post maturSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaSeptian Muna Barakati
 

Similar to AsfiksiaNeonatorum (20)

Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
 
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
 
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
 
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
 
125747535 asfiksia
125747535 asfiksia125747535 asfiksia
125747535 asfiksia
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
 
Makalah hubungan asfiksia dengan partus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan partus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan partus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan partus lama
 
Makalah hubungan asfiksia dengan partus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan partus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan partus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan partus lama
 
Makalah asfeksia
Makalah asfeksiaMakalah asfeksia
Makalah asfeksia
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
 
Asfiksia
AsfiksiaAsfiksia
Asfiksia
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
 

Recently uploaded

Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaErdinataKusuma1
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 

Recently uploaded (20)

Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 

AsfiksiaNeonatorum

  • 1. BAB II ASFIKSIA NEONATORUM 4 A. Asfiksia Neonatorum 1. Definisi Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya.( Dewi.2010; h.102) Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2010; h.421) Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia setelah persalinan. Masalah ini mungkin saling berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan.(JNPK KR 2008; h. 146). 2. Etiologi dan Faktor Predisposisi Penyebab terjadinya Asfiksia menurut (DepKes RI, 2009) a. Faktor Ibu 1) Preeklamsia dan eklamsia. 2) Perdarahan abnormal (plasenta prervia atau plasenta). 3) Partus lama atau partus macet. 4) Demam selama persalinan. 5) Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV). 6) Kehamilan post matur. 7) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. b. Faktor Bayi 1) Bayi Prematur (Sebelum 37 minggu kehamilan). 2) Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ektraksi vakum, forsef).
  • 2. 5 3) Kelainan kongenital. 4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan). c. Faktor Tali Pusat 1) Lilitan tali pusat. 2) Tali pusat pendek. 3) Simpul tali pusat. 4) Prolapsus tali pusat. 3. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia) Menurut (Manuaba, 2010; h.421)Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang, akibatnya terjadi gawat janin. a. Gangguan Sirkulasi Menuju Janin 1) Gangguan aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan pada tali pusat, ketuban telah pecah, kehamilan lewat waktu) 2) Pengaruh obat, karena narkosa saat persalinan. b. Faktor Ibu 1) Gangguan his (tetania uteri/hipertonik) 2) Penurunan tekanan darah dapat mendadak (perdarahan pada plasenta previa dan solusio plasenta)Vasokontriksi arterial (hipertensi pada hamil dan gestosis preeklampsia-eklampsia) 3) Gangguan pertukaran nutrisi/O2 (solusio plasenta) 4. Diagnosis Untuk dapat mendiagnosa gawat janin dapat ditetapkan dengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut: a. Denyut jantung janin (Manuaba, 2010; h.421) 1) DJJ meningkat 160 kali permenit tingkat permulaan 2) Mungkin jumlah sama dengan normal, tetapi tidak teratur 3) Frekuensi denyut menurun <100 kali permenit, apalagi disertai irama yang tidak teratur.
  • 3. 6 4) Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani terbuka b. Mekonium dalam air ketuban Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani terbuka (Manuaba, 2010; h.422) c. Pernapasan Awalnya hanya sedikit nafas. Sedikit napas ini dimaksudkan untuk mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala masih dijalan lahir, atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akandiikuti oleh henti napas komplet. Kejadian ini disebut apnue primer ( drew.2009;h.9) d. Usia Ibu Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu sehingga kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia muda/remaja (dibawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua (diatas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil. Umur muda (< 20 tahun) beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi) maupun secara mental. Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparity merupakan faktor resiko yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan umur tua (> 35 tahun), secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir (Purnamaningrum, 2010)
  • 4. 7 e. Paritas Paritas adalah jumlah persalinan yang telah dilakukan ibu.Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal.Paritas 1 dan paritas lebih dari 4 mempunyai angka kematian maternal yang disebabkan perdarahan pasca persalinan lebih tinggi.Paritas yang rendah (paritas satu), ketidak siapan ibu dalam menghadapi persalinan yang pertama merupakan faktor penyebab ketidak mampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi dalam kehamilan, persalinan dan nifas (Winkjosastro, 2007). Paritas 1 beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi) maupun secara mental.Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparity merupakan faktor resiko yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan paritas di atas 4, secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir (Purnamaningrum, 2010). f. Lama persalinan Menurut tinjauan teori beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang yang dapat menyebabkan terjadi asfiksia pada bayi baru lahir yaitu partus lama atau partus macet dan persalinan sulit, seperti letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vacuum dan vorcep (JNPK-KR, 2008, h. 144) Pada multigravida tahapannya sama namun waktunya lebih cepat untuk setiap fasenya. Kala 1 selesai apabila pembukaan servik telah lengkap, pada multigravida berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam. (sulistyawati, esti,2010; h.65) 5. Tanda dan gejala(menurut Dewi.2010; h.102) a. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
  • 5. 8 Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis,sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang yang muncul pada asfiksiam berat adalah sebagai berikut: 1) Frekuensi jantung kecil, yaitu <40 per menit. 2) Tidak ada usaha napas 3) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada 4) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu b. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6) Pada asfiksia sedang, tanda gejala yang muncul adalah sebagai berikut: 1) Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit 2) Usaha nafas lambat 3) Tonus otot biasanya dalam keadaan baik 4) Bayi masih bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan 5) Bayi tampak siannosis c. Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10) Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai berikut: 1) Bayi tampak sianosis 2) Adanya retraksi sela iga 3) Bayi merintih 4) Adanya pernafasan cuping hidung 5) Bayi kurang aktifitas 6. Penilaian Asfikaia Pada Bayi Baru Lahir a. Penilaian Awal Penilaian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan apakah tindakan resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir, dilakukan penilaian pada semua bayi dengan cara petugas bertanya pada dirinya sendiri dan harus menjawab segera dalam waktu singkat. 1) Apakah bayi lahir cukup bulan ? 2) Apakah air ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium ? 3) Apakah bayi bernafas adekuat atau menangis ? 4) Apakah tonus otot baik ?
  • 6. 9 Bila semua jawaban “Ya”, berarti bayi baik dan tidak memerlukan tindakan resusitasi.Pada bayi ini segera dilakukan asuhan pada bayi normal.Bila salah satu atau lebih jawaban “Tidak”, bayi memerlukan tindakan resusitasi.Segera dimulai dengan langkah awal resusitasi. b. Keputusan Resusitasi Bayi Baru Lahir PENILAIAN Sebelum bayi lahir :  Apakah kehamilan cukup bulan ? Sebelum bayi lahir :  Apakah airketuban jernih, tidak bercampur mekonium (warna kehijauan) ? Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan) :  Menilai apakah bayi menangis atau bernapas/megap-megap ?  Menilai apakah tonus aot baik ? KEPUTUSAN Memutuskan bayi perlu resusitasi jika :  Bayi tidak cukup bulan atau bayi megap-megap/ tidak bernapas dan atau tonus otot bayi tidak baik  Air ketuban bercampur mekonium. TINDAKAN Mulai lakukan resusitasi segera jika :  Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap/ tidak bernapas dan tonus otot bayi tidak baik : Lakukan tindakan resusitasi BBL  Air ketuban bercampur mekonium : Lakukan resusitasi sesuai dengan indikasinya Tabel 1. Penilaian asfiksia pada bayi baru lahir(menurut, JNPK-KR 2008; h.151) Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda yang penting, yaitu:
  • 7. 10 a. Pernafasan b.Denyut jantung c. Warna Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan kita memulai resusitasi atau untuk membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Table 2 (Saifuddin, 2009, hal: 349) 7. Hal penting dalam penilaian asfiksia Aspek yang sangat penting dari resusitasi BBL adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan ahirnya melaksanakan tindakan tersebut. Penilaian selanjutnya adalah dasar untuk menentukan kesimpulan dan tindakan berikutnya. Upaya resusitasi yang efektif dan efisien berlangsung melalui rangkaian tindakan, yaitu penilaian, pengambilan keputusan dan selanjutnya tindakan lanjut. Rangkaian tindakan ini merupakan suatu siklus. Misalnya pada saat-saat anda melakukan rangsangan taktil anda sekaligus menilai pernafasan bayi. Atas dasar penilaian ini anda akan melakukan langkah berikutnya. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa pernafasan tidak adekuat, anda sudah menentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan berikutnya, yaitu memberikan ventilasi dengan tekanan positif (VTP). Sebaliknya apabila pernafasannya normal, maka tindakan selanjutnya adalah menilai denyut jantung bayi. Segera setelah memulai suatu tindakan anda harus menilai dampaknya pada bayi dan membuat kesimpulan untuk tahap berikutnya. Nilai APGAR pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit setelah bayi lahir, akan tetapi penilaian bayi harus dimulai segera setelah bayi lahir. Apabila bayi memerlukan intervensi berdasarkan pernafasan, denyut jantung, atau warna bayi, maka penilaian ini harus dilakukan segera.Intervensi yang harus dilakukan jangan sampai terlambat karena menunggu penilaian APGAR 1 menit.Keterlambatan tindakan sangat membahayakan, terutama pada bayi yang mengalami depresi berat.Walaupun nilai APGAR tidak penting
  • 8. 11 dalam pengambilan keputusan pada awal resusitasi, tetapi dapat menolong dalam upaya penilaian keadaan bayi dan penilaian efektivitas upaya resusitasi.Jadi nilai APGAR perlu dinilai dalam 1 menit dan 5 menit. Apabila nilai apgar <7 penilaian tambahan masih diperlukan, yaitu tiap 5 menit sampai 20 menit atau sampai 2 kali penilaian menunjukkan nilai 8 atau lebih. Penilaian pada bayi yang terkait dengan penatalaksanaan resusitasi, dibuat berdasarkan keadaan klinis.Penilaian awal harus dilakukan pada semua BBL. Penatalaksanaan selanjutnya dilakukan menurut hasil penilaian tersebut.Penilaian berkala setelah setiap langkah resusitasi harus dilakukan setiap 30 detik. Penatalaksanaan dilakukan terus menerus berkesinambungan menurut siklus menilai, menentukan tindakan, melakukan tindakan, kemudian menilai kembali (Saifuddin, 2009; h. 349) a. Tiga point pengkajian klinis 1) Pernapasan a) Observasi pergerakan dada dan masukan udara dengan cermat. Lakukan auskultasi jika perlu. Kali adanya pola pernapasan abnormal, seperti pergerakan dada asimetris, napas tersenggal, atau mendengur. b) Tentukan apakah pernapsannya adekuat (frekuensi baik dan teratur), tidak adekuat (lambat dan tidak teratur), atau tidak ada sama sekali. 2) Denyut jantung a) Kaji frekuensi jantung dengan mengauskultasikan denyut aspeks atau merasakan denyutan umbilicus. b) Klasifikasikan menjadi >100 atau <100 kali permenit. Angka ini merupakan titik batas yang mengindikasikan ada atau tidaknya hipoksia yang signifikan. Catatan : bayi dengan frekuensi jantung <60, khususnya bayi tanpa frekuensi jantung, membutuhkan pendekatan yang lebih darurat. Awalnya, curah jantung mungkin tidak mampu mencukupi perfusi arteri koroner, sampai pada akhirnya tidak mampu sama sekali, walaupun dilakukan ventilasi.
  • 9. 12 3) Warna a) Kaji bibir dan lidah bayi yang dapat berwarna biru atau merah muda. Sianosis perifer (akrosianosis) merupakan hal yang normal pada beberapa jam pertama bahkan hari. Bayi yang pucat mungkin mengalami syok atau anemia berat. Tentukan apakah bayi bewarna merah mudah, biru atau pucat. b) Ketiga observasi ini dikenal sebagai komponen skor APGAR. Dua komponen lainnya adalah tonus dan respons terhadap rangsangan. (David,dkk.2009; h.30-32) b. Pemantauan Janin 1) Saat Bayi Sudah Lahir a) Penilaian sekilas sesaat setelah bayi lahir b) Sesaat setelah bayi lahir bidan melakukan penilaia sekilas untuk kesejahteraan bayi secara umum. Aspek yang dinilai adalah warna kulit dan tangis bayi, jika warna kulit adalah kemerahan dan bayi dapat menangis spontan, maka ini sudah cukup untuk dijadikan data awal bahwa dalam kondisi baik. i. Menit pertama kelahiran Pertemuan sarec di swedia tahun 1985 menganjurkan penggunaan parameter penilaian bayi baru lahir adalah dengan cara sederhana yang disebut dengan SIGTUNA (SIGTUNA score), sesuai dengan nama terjadinya konsensus. Penilaian cara ini digunakan terutama untuk tingkat pelayanan kesehatan dasar karena hanya menilai dua parameter yang penting, namun cukup mewakili indikator kesejahteraan bayi baru lahir. Sesaat setelah bayi lahir bidan memantau 2 tanda vital bayi sesuai dengan SIGTUNA score, yaitu upaya bayi untuk bernafas dan frekuensi jantung (dihitung selama 6 detik, hasil dikalikan 10 sama dengan frekuensi jantung satu menit).
  • 10. 13 ii. Cara menentukan SIGTUNA score: a. Nilai bayi sesaat setelah lahir (menit pertama) dengan kriteria penilaian seperti pada tabel. b. Jumlahkan score yang didapat. c. Kesimpulan dari total SIGTUNA score 4 : Asfiksia riangan atau tidak asfiksia. 2-3 : Asfiksia sedang. 1 : Asfiksia berat. 0 : Bayi lahir mati/fresh stillbirth. iii. Menit ke 5 sampai 10 Segera setelah bayi lahir, bidan mengobservasi keadaan bayi dengan berpatokan pada APGAR score dari 5 menit hingga 10 menit (Sulistyawati,2010;h.209) Tabel 2. Skala pengamatan APGAR score Aspek pengamatan bayi baru lahir Skor 0 1 2 Appeareance (Warna kulit) Seluruh tubuh bayi berwarna kebiruan .atau pucat Warna kulit tubuh normal, tetapi tangan dan kaki berwarna kebiruan Warna kulit seluruh tubuh normal
  • 11. 14 Pulse (Nadi) Denyut jantung tidak ada Denyut jantung <100 kali permenit Denyut jantung >100 kali permenit Grimace (Respon refleks) Tidak ada respon terhadap stimulasi Wajah meringis saat distimulasi Meringis, menarik, batuk atau bersin saat stimulasi Activity (Tonus otot) Lemah, tidak ada gerakan Lengan dan kaki dalam posisi fleksi dengan sedikit gerakan Bergerak aktif dan spontan Respiratory (Pernafasan) Tidak bernafas, pernafasan lambat dan tidak teratur Menangis lemah, terdengar seperti merintih Menangis kuat, pernafasan baik dan teratur (Sulistyawati, 2010; h.209) 8. Penatalaksanaan Asfiksia a. Persiapan resusitasi BBL 1) Persiapan tempat resusitasi
  • 12. 15 Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi : a) Gunakan ruang yang hangat dan terang b) Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat misalnya meja, dipan atau diatas lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau pintu yang terbuka) Keterangan: a) Ruang yang hangat akan mencegah bayi hipotermi. b) Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan posisi kepala bayi. c) Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau lampu petromak. Nyalakan lampu menjelang persalinan. b. Persiapan alat resusitasi Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan juga disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu : 1) Kain ke-1 untuk mengeringkan bayi 2) Kain ke-2 untuk menyelimuti bayi. 3) Kain ke-3 untuk ganjal bahu bayi. 4) Alat penghisap lender De Lee atau Bola karet. 5) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup. 6) Kotak alat resusitasi. 7) Sarung tangan. 8) Jam atau pencatat waktu. Keterangan: a) Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan dapat menyerap cairan misalnya handuk, kain flannel, dll. Kalau tidak ada gunakan kain panjang atau sarung. b) Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bisa dibuat dari kain (kaos, selendang, handuk kecil), digulung setinggi 3 cm dan bisa
  • 13. 16 disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi agar sedikit tengadah. c) Bagian-bagian balon dan sungkup: i. Pintu masuk udara dan tempat memasang reservoir O2 ii. Pintu masuk O2 iii. Pintu keluar O2 iv. Susunan katup v. Reservoir O2 vi. Katup pelepas tekanan (pop-of valve) vii. Tempat memasang manometer (bagian ini mungkin tidak ada) Keterangan: a) Alat pengisap lendir Dee Lee adalah alat untuk menghisap lender khusus untuk BBL. b) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup merupakan alat yang sangat penting dalam tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan sungkup dalam keadaan terpasang dan steril. c) Tabung atau balon serta sungkup dan alat penghisap lender De Lee dalam keadaan steril, disiapkan dalam kotak alat resusitasi. c. Cara menyiapkan: 1) Kain ke-1: Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan BBL yang basah oleh air ketuban segera setelah lahir. Bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakkan bayi baru lahir diatas perut ibu, sebelum persalinan akan menyediakan sehelai kain diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Hal ini dapat juga digunakan pada bayi asfiksia.Bila tali pusat sangat pendek, bayi dapat diletakkan didekat perineum ibu sampai tali pusat telah diklem dan dipotong, kemudian jika perlu lakukan tindakan resusitasi. 2) Kain ke-2:
  • 14. 17 Fungsi kain ke-2 adalah untuk menyelimuti BBL agar tetap kering dan hangat.Singkirkan kain ke-1 yang basah sesudah dipakai mengeringkan bayi.Kain ke-2 ini diletakkan diatas tempat resusitasi, digelar menutupi tempat yang rata. 3) Kain ke-3: Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi agar memudahkan dalam pengaturan posisi kepala bayi.Kain digulung setebal kira-kira 3 cm diletakkan di bawah kain ke-2 yang menutupi tempat resusitasi untuk mengganjal bahu. 4) Alat resusitasi: Kotak alat resusitasi yang berisi alat pengisap lender Dee Lee dan alat resusitasi tabung atau balon dan sungkup diletakkan dekat tempat resusitasi, maksudnya agar memudahkan diambil sewaktu-waktu dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi BBL. 5) Sarung tangan. 6) Jam atau pencatat waktu d. Persiapan Diri Lindungi dari kemungkinan infeksi dengan cara: 1) Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek, masker, penutup kepala, kaca mata dan sepatu tertutup) 2) Lepaskan perhiasan, cincin dan jam tangan sebelum mencuci tangan. 3) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alkohol dan gliseril. 4) Keringkan dengan kain atau tisu bersih. 5) Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan. 9. Langkah Langkah penatalaksanaan a. Tahap I: Langkah Awal Tahap awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Langkah awal tersebut meliputi: 1) Jaga bayi tetap hangat
  • 15. 18 a) Letakkan bayi diatas kain yang ada diatas perut ibu b) Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat c) Pindahkan bayi keatas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat. d) Jaga bayi tetap diselimuti dan dibawah pemancar panas. 2) Atur posisi bayi a) Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong b) Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan pengganjal bahu, sehingga kepala sedikit ekstensi. 3) Isap lender Gunakan alat pengisap DeLee dengan cara sebagai berikut: a) Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian hidung b) Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu memasukan. c) Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm kedalam mulut atau lebih dari 3 cm dalam hidung), hal itu dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau tiba-tiba berhenti bernafas. 4) Keringkan dan rangsang bayi a) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan b) Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak kaki bayi atau dengan menggosok punggung, dada, perut dan tungkai bayi dengan telapak tangan. 5) Atur kembali posisi bayi a) Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawahnya b) Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada, agar bisa memantau pernafasan bayi. c) Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi. 6) Lakukan Evaluasi bayi
  • 16. 19 Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau megap-megap.Bila bayi bernafas normal, lakukan asuhan pasca resusitasi.Tapi bila bayi tidak bernafas normal atau megap-megap, mulai lakukan ventilasi bayi. b. Tahap II: Ventilasi Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara ke dalam paru-paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru bayi agar bisa bernafas spontan dan teratur. 1) Pasang sungkup Pasang sungkup dengan menutupi dagu, mulut dan hidung. 2) Ventilasi 2 kali Lakukan peniupan / pompa dengan tekanan 30 cm air.Tiupan awal tabung-sungkup / pompaan awal balon-sungkup sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji apakah jalan nafas bayi terbuka. 3) Lihat apakah dada bayi mengembang. Saat melakukan tiupan atau pompaan perhatikan apakah dada bayi mengembang. Bila tidak mengembang: a) Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor. b) Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu. c) Periksa cairan atau lendir dimulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan penghisapan. d) Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air (ulangan), bila dada mengembang, lakukan tahap berikutnya 4) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik a) Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan balon dan sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai bayi mulai menangis dan bernafas spontan
  • 17. 20 b) Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan, setelah 30 detik lakukan penilaian ualng nafas. c) Jika bayi mulai bernafas spontan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap d) Lihat dada apakah ada retraksi dinding dada bawah e) Hitung frekuensi nafas permenit f) Jika bernafas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat: g) Jangan ventilasi lagi h) Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan lanjutkan asuhan bayi baru lahir. i) Pantau setiap 15 menit untuk pernafasan dan kehangatan j) Katakana pada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan membaik. k) Lanjutkan asuhan pasca resusitasi. l) Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, lanjutkan ventilasi. 5) Ventilasi setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang nafas. a) Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air) b) Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak bernafas atau megap-megap: i. Jika bayi sudah mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan pasca resusitasi ii. Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian lakukan penilaian ulang nafas tiap 30 detik. iii. Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas spontan sesudah 2 menit resusitasi iv. Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi c. Tahap III: Asuhan Pasca Resusitasi Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan perawatan instensif selama 2 jam pertam. Penting sekali pada tahap ini dilakukan BBL dan pemantauan sera intensif serta pencatatan.
  • 18. 21 1) Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi a) Tidak dapat menyusu b) Kejang c) Mengantuk atau tidak sadar d) Nafas cepat (>60 kali permenit) e) Merintih f) Retraksi dinding dada bawah g) Sianosis sentral 2) Pemantauan dan perawatan tali pusat i. Memantau perdarahan tali pusat ii. Menjelaskan perawatan tali pusat 3) Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya i. Meletakkan bayi di dada ibu (kulit ke kulit), menyelimuti keduanya ii. Membantu ibu untuk menyusui bayi dalam 1 jam pertama iii. Menganjurkan ibu untuk mengusap bayinya dengan kasih sayang 4) Pencegahan hipotermi i. Membaringkan bayi dalam ruangan >250 C ii. Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam iii. Menimbang berat badan terselimuti, kurangi berat selimut iv. Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka selimut bayi sebagian-sebagian. 5) Pemeliharahan pemberian Oksigen 1 liter per menit 10. Asuhan pasca lahir (usia 2-24 jam setelah lahir)
  • 19. 22 Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir lebih lanjut. Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah(kunjungan BBL/ neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah mengalami tindakan resusitasi. a. Pemberian vit-K Memberikan suntikan vit-K di paha kiri anterolateral 1 mg intramuscular. b. Pencegahan infeksi 1) Memberikan salep mata antibiotika 2) Memberikan imunisasi Hepatitis-B dipaha kanan 0,5 mL intramuscular, 1 jam setelah pemberian vit K 3) Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi bayi. c. Pemeriksaan fisik 1) Mengukur panjang badan dan lingkar kepala bayi 2) Melihat dan meraba kepala bayi 3) Melihat mata bayi 4) Melihat mulut dan bibir bayi 5) Melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan dan menghitung jumlah jari 6) Melihat alat kelamin dan menentukan jenis kelamin, adakah kelainan 7) Memastikan adakah lubang anus dan uretra, adakah kelainan 8) Memastikan adakah buang air besar dan buang air kecil 9) Melihat dan meraba tulang punggung bayi. d. Rencana asuhan 24 jam 1) Pemberian ASI 2) Menilai BAB bayi 3) Menilai BAK 4) Kebutuhan istirahat/tidur 5) Menjaga kebersihan kulit bayi 6) Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi (rukiyah dan yulianti.2010;h.66)
  • 20. 23 e.Pencatatan dan pelaporan f. Asuhan pasca lahir (JNPK-KR, 2008 h.148) B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN 1. Definisi Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk pengambiln suatu keputusan yang berfokus terhadap klien. Kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik. Varney menjelaskan bahwa proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada tahun 1970-an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode pengorganisasian pemikiran dan tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses manajemen kebidanan ini terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, dan setiap langkah disempurnakan secara berkala. Proses dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke-tujuh langkah tersebut membentuk suau kerangka lenkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih detail dan ini bias berubah sesuai dengan kebutuhan klien. (Saminem, 2010; h. 39) 2. Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney a. Tahap pengumpulan data dasar (langkah I)
  • 21. 24 Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yag berkaitan dengan kondisi klien.Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara: Anamnesis, anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan , riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, bio-psiko- sioso-spiritual, serta pengetahuan klien. 1) Identitas Identitas bayi didapat dari anamnesa yang dilakukan oleh bidan terhadap orang tua bayi untuk memperoleh informasi tentang identitas bayi baru lahir, seperti umur bayi, jam kelahiran bayi, jenis kelamin bayi dan anak keberapa. 2) Riwayat Antenatal a) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data acuan untuk memprediksi apakah terdapat penyulit pada kehamilan saat bayi masih dalam kandungan. b) Kesehatan janin dikaji untuk mengetahui kondisi janin saat ini c) Keluhan trismester 1, 2 dan 3 dikaji untuk mengetahui keluhan yang pernah dirasakan oleh orang tua bayi saat hamil d) Frekuensi ANC selama kehamilan trismester 1, 2 dan 3 dikaji untuk mengetahui seberapa sering orang tua bayi pernah memeriksakan diri saat hamil e) Pola nutrisi dikaji untuk mengetahui asupan nutrisi pada orang tua bayi f) Perilaku kesehatan dikaji untuk mengetahui apakah orang tua bayi pernah merokok, mengonsumsi alkohol, obat-obatan atau jamu selama hamil 3) Riwayat Proses Persalinan a) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data acuan untuk memprediksi apakah terdapat penyulit saat terjadinya proses kelahiran bayi. b) Tempat lahir dikaji untuk mengetahui dimanakah bayi dilahirkan
  • 22. 25 c) Ditolong oleh dikaji untuk mengetahui siapakah yang menolong kelahiran bayi d) Jenis persalinan dikaji untuk mengetahui bagaimana cara bayi dilahirkan e) Lama persalinan dikaji untuk mengetahui seberapa lama proses persalinan f) Tanggal lahir dikaji untuk mengetahui kapan bayi di g) lahirkan dan pukul untuk mengetahui waktu bayi dilahirkan h) BB dikaji untuk mengetahui berapakah berat badan bayi, PB dikaji untuk mengetahui berapakah panjang badan bayi dan nilai apgar digunakan untuk menilai apakah bayi sudah dalam keadaan normal atau tidak i) Jenis kelamin dikaji untuk mengetahui apa jenis kelamin bayi j) Cacat bawaan dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir dalam keadaan cacat atau tidak k) Masa gestasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak l) Resusitasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah dilakukan tindakan resusitasi atau tidak 4) Pola Kebutuhan Sehari-hari a) Pol Nutrisi Nutrisi dikaji untuk mengetahui apa saja yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. Nutrisi yang diberikan pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) juga akan berbeda, sebab kapsitas lambung BBLR sangat kecil sehingga minum harus sering diberikan tiap jam. Perhatikan juga apakah selama pemberian minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru atau perut menjadi besar/ kembung (Prawirohardjo,2009) b) Pola eliminasi Dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah BAK dan BAB. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) kita mengkaji pola eliminasi, sebab pada bayi BBLR kebutuhan nutrisi yang
  • 23. 26 diberikan berbeda dengan bayi yang berat badannya normal, oleh sebab itu akan berpengaruh juga pada frekuensi BAB dan BAK nya setiap harinya. c) Pola istirahat Dikaji untuk mengetahui apakah kebutuhan istirahat bayi telah terpenuhi atau tidak. Bayi yang mengalami berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki pola tidur yang lebih banyak dari bayi normal, sebab nutrisi yang dikonsumsi sangat cukup dan memiliki frekuensi yang ditetapkan setiap jam, sehingga bayi lebih sering tertidur nyenyak dengan nutrisi yang cukup. d) Personal hygine Dikaji untuk mengetahui bagaimana kebersihan pada diri bayi.Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) personal hygine juga perlu dikaji sebab kebersihan pada bayi sangat diutamakan untuk pencegahan infeksi. 5) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi : a) Tanda vital : Rsespiratio, temperature,nadi b) Antropometri :panjang badan, berat badan, lingkar dada,lingkar kepala, lingkar lengan atas c) Pemeriksaan Fisik i. Kepala : Bentuk simetris atau tidak, UUB dan UUK datar atau tidak, keadaan rambut bersih atau tidak, adakah caput succedenum dan cephal hematome. ii. Wajah Terdapat odema atau tidak, kebersihan muka simetris atau tidak dan warna kemerahan atau tidak iii. Mata Simetris atau tidak, adakah pembengkakan pada kelopak mata,konjungtiva merah muda atau pucat, sklera putih atau
  • 24. 27 tidak, adakah bulu mata atau tidak, adakah kotoran mata atau tidak iv. Hidung Bentuk, lubang hidung, pernafasan cuping hidung, dan pengeluaran v. Mulut Bentuk bibir, lidah, palatum, reflek rooting vi. Telinga Simetris atau tidak, lubang telinga, adakah cairan atau tidak vii. Leher Bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar tyroid, pembesaran kelenjar getah bening, reflek menelan, kepala bebas berputar viii. Dada bentuk dada, pengembangan rongga dada, suara jantung, suara paru-paru ix. Ketiak Kebersihan, pembesaran kelenjar limfe x. Perut Bentuk simetris atau tidak, adakah bising usus, keadaan tali pusat, kembung,adakah benjolan, adakah pembesaran hati xi. Punggung Fleksibilitas tulang punggung, tonjolan tulang punggung, lipatan bokong xii. Anus Adakah lubang anus atau tidak xiii. Genetalia Adakah labia mayor dan labia minor, adakah klitoris dan orifisium uretra xiv. Ekstermitas
  • 25. 28 Pergerakan dan jari-jari tangan dan kaki xv. Neuro Reflek moro, rooting, glabela, gland, plantar, tonik leher, menghisap b. Interpretasi data dasar (langkah II) Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan.Data dasar tersebut kemudian diinterpretasi sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani.Meskipun masalah tidak dapat dartiakn sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan. c. Identifikasi diagnosis/ masalah potensial dan antisipasi penanganannya (langkah III) Pada langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/ masalah yang sudah diidentifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan.Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap- siap mencegah diagnosis masalah potensial I menjadi kenyataan. Langkah ini penting dituntut untuk mampu menagntisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis tersebut tidak terjadi. Langhkah ini bersifat antisipasi yang rasional/ logis. d. Tindakan segera atau kolaborasi (langkah IV) Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultassi atau penanganan segera bersama anggota tim kaesehatn lain dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan keseimangan proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya berlangsung seama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut dalam dampingan bidan. Misalnya, pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. e. Rencana asuhan menyeluruh (langkah V)
  • 26. 29 Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyuluruh yang ditentukan berdasarkan langkah- langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan kelautan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah diidentikasi atau dantispasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi rencana asuhan yang menyuluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman antisipasi ini mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya: apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah masalah terkait sosial, ekonomi, kultural, atau psikososial. f. Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman (langkakh VI) Pada langkah keenam, rencana asuhan menyuluuh dilakua denangn efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya walua bidan tidak melakukan nya sendiri, namun ia tetap memikul tangung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya (misalnya dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksana) g. Evaluasi ( langkah VII) Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan banuan apkah benar- benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifkasi didalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. (Soepardan.2009; h.97) Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
  • 27. 30 A. Landasan Hukum Kewenangan Bidan Berdasarkan peraturan menteri kesehatan (permenkes) nomor 1464/menkes/per/x/2010 tentang izin dan penyelenggaran praktik bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi : 1) Pelayanan kesehatan ibu 2) Pelayanan kesehatan anak 3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana 4) Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah 5) Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter 6) Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi: a) Pelayanan kesehatan ibu Ruang lingkup: i. Pelayanan konseling pada masa pra hamil ii. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal iii. Pelayanan persalinan normal iv. Pelayanan ibu nifas normal v. Pelayanan ibu menyusui vi. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan Kewenangan: i. Episiotomi ii. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II iii. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan rujukan ii. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil iii. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas iv. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif v. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartus vi. Penyuluhan dan konseling
  • 28. 31 vii. Bimbingan pada kelompok ibu hamil viii. Pemberian surat keterangan kematian ix. Pemberian surat keterangan cuti bersalin b) Pelayanan kesehatan anak Ruang lingkup: i. Pelayanan bayi baru lahir ii. Pelayanan bayi iii. Pelayanan anak balita ii. Pelayanan anak pra sekolah Kewenangan: i. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat ii. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk iii. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan rujukan iv. Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah v. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah vi. Pemberian konseling dan penyuluhan vii. Pemberian surat keterangan kelahiran viii. Pemberian surat keterangan kematian c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dengan kewenangan: i. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana ii. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi bidan yang menjalankan program
  • 29. 32 iii. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit iv. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu (dilakukan di bawah supervisi dokter) v. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan vi. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan vii. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah viii. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas ix. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya x. Pencegahan penyalah gunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah.Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut. Selain itu, khusus di daerah (Kecamatan atau Kelurahan/Desa) yang belum ada dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah
  • 30. 33 tersebut sudah terdapat tenaga dokter (http.www.hukum kewenangan bidan.com)