SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
BAYI BARU LAHIR POST MATUR
Oleh:
Kelompok 14
Hilda Mazarina D 130915003
Gunawan Tri S 130915017
Kartika Wulandari 130915035
Suci Wulandari 130915047
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2012
1.1 Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
Bayi post term adalah suatu keadaan dimana bayi lahir setelah usia
kehamilan melebihi 42 minggu. Ketika usia kehamilan melewati usia 42 minggu
plasenta akan mengecil dan fungsinya menurun. Mengakibatkan kemampuan
plasenta untuk menyediakan makanan semakin berkurang dan janin akan
menggunakan persediaan lemak dan karbohidratnya sendiri sebagai sumber
energy. Sehingga laju pertumbuhan janin menjadi lambat. Jika plasenta tidak
dapat menyediakan oksigen yang cukup selama persalinan, bisa terjadi gawat
janin, sehingga janin menjadi rentan terhadap cedera otak dan organ
lainnya. Cedera tersebut merupakan resiko terbesar pada seorang bayi post-matur
dan untuk mencegah terjadinya hal tersebut, banyak dokter yang melakukan
induksi persalinan jika suatu kehamilan telah lebih 42 minggu.
Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30%
prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum. Akibat yang dapat terjadi dari
post-maturitas dari bayi adalah asfiksia, aspirasi mekonium menyebabkan
terhalangnya saluran napas dan iritasi paru-paru sehingga pneumonia, status gizi
janin buruk, polisitemia menyebabkan resiko iskemi cerebral, thrombus,
gangguan napas, partus lama, terjadi cacat kelahiran, kejang akibat hipoksia.
Sehingga akan menyebabkan hal yang sangat berbahaya bagi kehidupan janin
maupun bagi ibu ketika menghadapi proses persalinan bayi postmature.
Oleh karena hal tersebut, makalah ini kami susun sebagai tujuan untuk
memberikan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan dan menjadi
informasi kepada mahasiswa perawat mengenai asuhan keperawatan yang benar
dan tepat kepada bayi baru lahir postmatur.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, komplikasi dan
asuhan keperawatan bagi bayi baru lahir postmatur?
1.3 Tujuan
1.3.2 Tujuan Umum
Mengetahui dan menjelaskan mengenai definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi
klinis, komplikasi dan asuhan keperawatan bagi bayi baru lahir postmatur
1.3.3 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi Bayi baru lahir post matur
2. Menjelaskan etiologi Bayi baru lahir post matur
3. Menjelaskan klasifikasi Bayi baru lahir post matur
4. Menjelaskan manifestasi klinis Bayi baru lahir post matur
5. Menjelaskan komplikasi dan asuhan keperawatan Bayi baru lahir post matur
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Institusi Pendidikan Kesehatan
Menjadi sumber informasi dan pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada
Bayi Baru Lahir dengan Postmatur
1.4.2 Manfaat bagi Ilmu Keperawatan
Menjadi salah satu acuan bagi mahasiswa keperawatan untuk membuat dan
merencanakan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir postmatur
2.1 Pengertian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu, antara lain kehamilan
memanjang, kehamilan lewat bulan, kehamilan postterm, dan pascamaturitas.
Kehamilan lewat bulan, suatu kondisi antepartum, harus dibedakan dengan
sindrom pasca maturitas, yang merupakan kondisi neonatal yang didiagnosis
setelah pemerikasaan bayi baru lahir. Definisi standar untuk kehamilan lewat
bulan adalah 294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari
setelah ovulasi. Istilah lewat bulan ( postdate) digunakan karena tidak menyatakan
secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas janin.
(Varney Helen, 2007).
Post-maturitas adalah suatu keadaan dimana bayi lahir setelah usia
kehamilan melebihi 42 minggu. Ketika usia kehamilan melewati usia 42 minggu
plasenta akan mengecil dan fungsinya menurun. Mengakibatkan kemampuan
plasenta untuk menyediakan makanan semakin berkurang dan janin akan
menggunakan persediaan lemak dan karbohidratnya sendiri sebagai sumber
energy. Sehingga laju pertumbuhan janin menjadi lambat. Jika plasenta tidak
dapat menyediakan oksigen yang cukup selama persalinan, bisa terjadi gawat
janin, sehingga janin menjadi rentan terhadap cedera otak dan organ
lainnya. Cedera tersebut merupakan resiko terbesar pada seorang bayi post-matur
dan untuk mencegah terjadinya hal tersebut, banyak dokter yang melakukan
induksi persalinan jika suatu kehamilan telah lebih 42 minggu.
2.2 Etiologi
Etiologinya masih belum pasti. Faktor yang dikemukakan adalah
hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah
cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Mochtar,
Rustam, 1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin.
Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga
berhubungan dengan kehamilan lewat waktu.
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu,
kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen
dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya
dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh
kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume
air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini
merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada
bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.
2.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi yang mungkin terjadi antara lain
1. Volume cairan amnion mengalami penurunan sekitar 300 ml
2. Cairan amnion keruh, terdapat feces bayi, resiko terjadi aspirasi
mekonium
3. O2 supply kepada jani mengalami penurunan: Resiko asfiksi
4. Hipoglikemy pada janin, akibat kurang asupan dan simpanan glukosa
Pada janin:
1. Janin tampak seperti berusia term/ cukup umur, namun terkadang tampak
telah tua 1-3 minggu
2. Janin panjang dan kurus (akumulasi lemak menurun), namun dapat pula
terjadi peningkatan berat janin
3. Kulit agak pucat dengan deskuamasi
4. Vernix casiosa menipis, kulit kering dan pecah-pecah
5. Kuku janin panjang terkadang terisi dengan mekonium
6. Terdapat akumulasi scalp pada rambut janin
7. Tali pusat layu dan berwarna kuning
8. Palpasi kepala janin mengeras
2.4 Patofisiologi
Penyebab daripada terjadinya bayi lahir postmatur adalah faktor hormonal,
yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup
bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Mochtar,
Rustam, 1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin.
Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga
berhubungan dengan kehamilan lewat waktu. Fungsi plasenta memuncak pada
usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat
dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme
arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan
nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi
uteroplasenta berkurang sampai 50%. Sehingga janin dapat mengalamo
pengecilan ukuran janin dan kurang nutrisi. Volume air ketuban juga
berkurang karena mulai terjadi absorpsi pada organ ginjal dan usus dari janin.
Mekonium yang diaspirasi kembali oleh janin mengakibatkan sindrom aspirasi
mekonium yang dapat mengakibatkan atelektasis. Keadaan-keadaan ini
merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal
pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15%
postpartum.
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Usia kehamilan ditentukan dengan menghitung HPHT (Hari Pertama
Haid Terakhir) di kurangi dengan hari pemeriksaan ibu. Usia kehamilan
diatas 42 minggu menandakan terjadinya Bayi Lahir Postmatur
2. Pemeriksaan antenatal yang teratur diikuti dengan tinggi dan naiknya
fundus uteri dapat membantu penegakan diagnosis Bayi Lahir Postmatur
3. Pemeriksaan rontgenologi pada janin dapat dijumpai telah terjadi
penulangan pada bagian distal femur, baguan proksimal tibia, tulang
kuboid diameter biparietal 9,8 atau lebih.
4. USG : ukuran diameter biparietal, gerakan janin yang mengalami
perubahan semakin aktif maupun semakin lemah dan jumlah air ketuban
mengalami penurunan.
5. Pemeriksaan sitologik air ketuban : air ketuban diambil dengan
amniosenteris baik transvaginal maupun transabdominal, kulit ketuban
akan bercampur lemak dari sel sel kulit yang dilepas janin setelah
kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh
dipulas dengan sulfat biru Nil, maka sel – sel yang mengandung lemak
akan berwarna jingga.
- Melebihi 10% = kehamilan diatas 36 minggu
- Melebihi 50% = kehamilan diatas 39 minggu
6. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, tampak kekeruhan
karena bercampur mekonium
7. Kardiotografi: mengidentifikasi denyut jantung janin, penurunan DJJ
terjadi karena insufiensi plasenta
8. Uji oksitosin ( stress test), yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi
reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang
baik, hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan dan dapat
segera dilakukan SC
9. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin ibu
10. Pemeriksaan pH darah janin : menentukan derjat hipoksia, mupun
intrepretasi asidosis/alkalosis pada janin
2.6 Penataksanaan
1. Setelah usia kehamilan lebih dari atau sama dengan 40-42 minggu
monitoring janin secara intensif
2. Nonstress test (NST) dapat dua kali dalam seminggu, yang dimulai saat
kehamilan berusia 41 minggu dan berlanjut hingga persalinan untuk
melakukan pilihan antara persalinan tanpa intervensi persalinan yang di
induksi atau secara sectio caesaria.
3. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat
4. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau
sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan spontan dengan atau
tanpa amniotomi. Bila :
a. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim.
b. Terdapat hipertensi, pre-eklampsia.
c. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas.
d. Pada kehamilan > 40-42 minggu
Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan
sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan
kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu
dipertimbangkan (Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998).
5. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada :
a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
b. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat
janin, atau
c. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia,
hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak
janin.
6. Penatalaksanaan aktif pada kehamilan lewat bulan :
a. Induksi persalinan
Induksi persalinan adalah persalinan yang dilakukan setelah
servik matang dengan menggunakan prostaglandin E2 (PGE2) bersama
oksitosin, dan prostaglandin terbukti lebih efektif sebagai agens yang
mematangkan servik dibanding oksitosin.
Metode lain yang digunakan untuk menginduksi persalinan
( misalnya minyak jarak, stimulasi payudara, peregangan servik secara
mekanis), memiliki kisaran keberhasilan secara beragam dan atau
sedikit penelitian untuk menguatkan rekomendasinya.
b. Metode hormon untuk induksi persalinan :
a) Oksitosin yang digunakan melalui intravena dengan catatan servik
sudah matang.
b) Prostaglandin dapat digunakan untuk mematangkan servik
sehingga lebih baik dari oksitosin namun kombinasi keduanya
menunjukkan hal yang positif.
c) Misprostol adalah suatu tablet sintetis analog PGE1 yang diberikan
intravagina (disetujui FDA untuk mencegah ulkus peptikum, bukan
untuk induksi)
d) Dinoproston
Merk dagang cervidil suatu preparat PGE2, tersedia dalam dosis 10 mg
yang dimasukkan ke vagina ( disetujui FDA untuk induksi persalinan
pada tahun 1995).
e) Predipil yakni suatu sintetis preparat PGE2 yang tersedia dalam bentuk
jel 0,5 mg deng diberika intraservik (disetujui FDA untuk induksi
persalinan pada tahun 1993)
c. Metode non hormon Induksi persalinan
1. Pemisahan ketuban
Prosedurnya dikenal dengan pemisahan atau mengusap ketuban
mengacu pada upaya memisahkan membran amnion dari bagian servik
yang mudah diraih dan segmen uterus bagian bawah.
Mekanisme kerjanya memungkinkan melepaskan prostaglandin ke
dalam sirkulasi ibu. Pemisahan hendaknya jangan dilakukan jika
terdapat ruptur membran yang tidak disengaja dan dirasa tidak aman
baik bagi ibu maupun bagi janin. Pemisahan memban serviks tidak
dilakukan pada kasus – kasus servisitis, plasenta letak rendah, maupun
plasenta previa, posisi yang tidak diketahui, atau perdarahan
pervaginam yang tidak diketahui.
2. Amniotomi yakni pemecahan ketuban secara sengaja
3. Pompa Payudara dan stimulasi puting.
Penggunaan cara ini relatif lebih aman karena menggunakan
metode yang sesuai dengan fisiologi kehamilan dan persalinan.
Penanganannya dengan menstimulasi putting selama 15 menit diselingi
istirahat dengan metode kompres hangat selama 1 jam sebanyak 3 kali
perhari.
4.Minyak jarak
Ingesti minyak jarak 60 mg yang dicampur dengan jus apel
maupun jus jeruk dapat meningkatkan angka kejadian persalinan
spontan jika diberikan pada kehamilan cukup bulan.
5. Kateter foley atau Kateter balon.
Secara umum kateter dimasukkan kedalam servik kemudian
balon di isi udara 25 hingg 50 mililiter untuk menjaga kateter tetap pada
tempatnya. Beberapa uji klinis membuktikan bahwa teknik ini sangat
efektif.
1.6 Prognosis
Penyebab lahir matinya tidak mudah dipahami dan juga tidak ada
kesepakatan tentang pendekatan yang paling tepat guna mencegah kematian
tersebut. (Varney, Helen, 2007). Apabila kehamilan 42 minggu maka
prosentase kehidupan janin adalah 10,4 – 12%. Apabila kehamilan 43 minggu
prosentase kehidupan janin adalah 3,4 -4% ( Mochtar ,1998)
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin
1. Asfiksi
2. Sindroma aspirasi mekonium menyebabkan terhalangnya saluran napas
dan iritasi paru-paru sehingga pneumonia
3. Hipoglikemi, karena cadangan energy saat dilahirkan sangat rensdah
4. Status gizi janin buruk
5. Oligohidroamnion, amnion menjadi kentak karena aspirasi mekonium,
6. atelektasis
7. Makrosomia, apanila fungsi plasenta masih baik maka janin dapat
berkembang semakin besar hingga mencapai 4500 gram
8. Terjadi cacat kelahiran
Komplikasi pada Ibu
1. tulang tengkorak menjadi lebih keras yang menyebabkan terjadi distosia
persalinan, incoordinate uterina action, partus lama, meningkatkan
tindakan obstetrik dan persalinan traumatis / perdarahan postpartum akibat
bayi besar
2. Kecemasan terhadap kehamilan yang melewati taksiran persalinan,
menyebabkan peningkatan stress sehingga partus lama.
2.6 WOC
Hormonal
Kadar
progesteron ↓
Kepekaan
uterus
terhadap
oksitosin ↓
Kadar kortisol pada
darah bayi yang rendah
Kerentanan
stress
Tidak terjadi
his
Insufiensi plasenta
spasme arteri spiralis
plasenta
Sirkulasi O2 ke janin ↓
Kelemahan pada
janin
Riwayat hamil
dg postmatur
sebelumnya
Resti
hipoksia
Sirkulasi nutrisi ke janin ↓
Gg. suplai nutrisi
BBLR
Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Resiko
kematian
perinatal
Dampak pada
Ibu
BBL Post
Matur
Dampak pada
bayi
Ketuban tercampur
dengan meconium
Absorbsi kembali air
ketuban oleh janin
Kurang
pengetahuan
Koping individu
inefektif
Ansietas
gg.Ventilasi bayi
(ketika lahir)
Asfiksi
gg.
pemenuhan
keb O2
Kasus
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pada tanggal 7 Maret 2010 Pukul 13.00 WIB By. N perempuan dilahirkan lewat
bulan yakni ketika kehamilan Ibu R. G1P00000 berusia 42 minggu 5 hari lahir
SC. Tidak segera menangis. BB: 2300 gram TB: 48 cm. Vernik caseosa menipis
dan kulit bayi keriput, tali pusat kuning dan layu. Plasenta yang dilahirkan oleh
Ibu tampak lebih mengecil. N: 180 x/menit RR: 44 x/menit T: 37,8 C tampak
kesusahan bernafas dan lemah dalam menghisap. Kuku bayi panjang dan terdapat
mekonium di sela kuku.
3.1 Pengkajian
Anamnesa
a. Biodata
Data bayi
Nama : By. N
Umur : 0 th
Jenis kelamin : perempuan
Tanggal Lahir : 7 Maret 2010
Tanggal MRS : 7 Maret 2010
Dx medis : Postmatur + Asfiksia + BB kurang
Alamat : Surabaya
b. Keluhan Utama
Sesak, kelemahan
c. Riwayat penyakit sekarang
Dilahirkan normal, postmatur 42 minggu 5 hari, Ketika hamil Ibu
mengkonsumsi jamu-jamuan penguat kehamilan,
d. Riwayat penyakit masa lalu
-
d. Riwayat penyakit keluarga
-
e. Riwayat alergi
Tidak ada
1. Pemeriksaan Fisik
B1 : RR 44x/menit (dipsneu), terdapat sumbatan mekonium pada jalan
napas
B2 : Pucat, ekebiruan, hipoksia, suhu badannya 36
0
C, conjungtiva
anemis, CRT > 3 Detik, pucat, BP: 100/56 (bradicardy), nadi
180x/menit
B3 : Babinsky (+), Brudziski (-), Patella (+)
B4 : normal, lengkap, bayi telah mengeluarkan feces
B5 : BBLR = 2300 gr, bayi tampak lemah dan tidak kuat menghisap,
B6 : normal
Tanda-tanda Vital
T: 36 C P: 180x/menit R: 44x/menit BP:100/56
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan diagnostic :
Photo thorax : Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran
normal.
b. Pemeriksaan laboratorium
Hb : 11 g/dl (normal 15-19 gr%)
PH : 7,34 (normal 7,36-7,44)
PCO2 : 47 (normal 35-45 mmHg)
PO2 : 85% (normal 75-100 mmHg)
HCO3 : 27 (normal 24-28 mEq/L)
Leukosit : 3100 x 10 u/l
Trombosit : 100.000
Eritrosit : 2,8 juta/uL (mm3)
Albumin : 3,3 /dL (normal 3,5-5,5/dL)
Kesimpulan : Anemi, Asisodis respiratorik dan Kurang nutrisi
3. Terapi
Vit K IM 0,2 cc
Oksigen Masker 95 – 100%
3.2 FORMAT ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS:
-
DO:
 Bayi pucat dan
kebiru-biruan
 Usaha bernafas
minimal atau
tidak ada
 Bayi tidak segera
menangis
 Hipoksia
 Tensi 100/56 mm
Hg, Nadi 180 x
/menit, Suhu 36
0
C, Respirasi 44x
/menit,
Fungsi plasenta menurun
↓
gangguan suplai oksigen dan
nutrisi
↓
Sirkulasi uteroplasenta berkurang
sampai 50%
↓
Janin kekurangan O2 dan kadar
CO2 bertambah
↓
Penurunan fungsi respirasi
↓
Terdapat meconium pd jalan napas
↓
Asfiksi
↓
Gangguan pemenuhan
kebutuhan O2
GANGGUAN
PEMENUHAN
O2
DS:
-
DO:
 A : BB 2300 gr
 B : Albumin 3,3
g/dL
 C : tampak
kurang gizi,
kurus, turgor
kering
 D : -
Insufisiensi Plasenta
↓
Fungsi plasenta menurun
↓
gangguan suplai oksigen dan
nutrisi
↓
BBLR
↓
Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
DS: Ibu menanyakan
keadaan bayinya yang
sedang di rawat intensif
di NICU
DO:-
Bayi Postmatur
↓
Rawat intensif NICU
↓
Terpisah dengan keluarga
↓
Gg hub interpersonal antara bayi
dan ibu
Gangguan
hubungan inter
personal antara
bayi dan ibu
3.3 Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 berhubungan dengan asfiksia berat/ringan,
pernafasan tidak teratur, pernafasan cuping hidung, cyanosis, ada lendir pada
hidung dan mulut.
2. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan Keadaan
umum lemah, reflek menghisap lemah,
3. Gangguan hubungan interpersonal antara bayi dan ibu sehubungan dengan
perawatan intensif.
3.4 Intervensi Keperawatan
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 berhubungan dengan asfiksia
berat/ringan, pernafasan tidak teratur, pernafasan cuping hidung, cyanosis,
ada lendir pada hidung dan mulut.
Tujuan : Kebutuhan O2 bayi terpenuhi.
Kriteria Hasil:
Pernafasan normal 40-60 kali permenit.
- Pernafasan teratur.
- Tidak cyanosis.
- Wajah dan seluruh tubuh
Berwarna kemerahan (pink variable).
- Gas darah normal
PH = 7,35 – 7,45
PCO2 = 35 mm Hg
PO2 = 50 – 90 mmHg
Intervensi Rasional
Letakkan bayi terlentang dengan alas
yang data, kepala lurus, dan leher sedikit
tengadah/ekstensi dengan meletakkan
bantal atau selimut diatas bahu bayi
sehingga bahu terangkat 2-3 cm
Memberi rasa nyaman dan
mengantisipasi flexi leher yang dapat
mengurangi kelancaran jalan nafas.
Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila
perlu.
Jalan nafas harus tetap dipertahankan
bebas dari lendirdan mekonium untuk
menjamin pertukaran gas yang
sempurna.
Observasi TTV dan tanda-tanda cyanosis
tiap 4 jam
Deteksi dini adanya kelainan ataupun
penurunan kondisi pasien
Kolaborasi dengan team medis dalam
pemberian O2 mask dan pemeriksaan
Menjamin oksigenasi jaringan yang
adekuat terutama untuk jantung dan
kadar gas darah arteri. otak. Dan peningkatan pada kadar
PCO2 menunjukkan hypoventilasi.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan keadaan umum lemah,
reflek menghisap lemah,
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil:
- A : Berat badan normal sesuai usia
- B : Albumin 3,5 – 5,5 gr/dL
- C : Turgor elastic
- D : Kebutuhan ASI eksklusif terpenuhi
Intervensi Rasional
Monitor turgor dan mukosa mulut. Menentukan derajat dehidrasi dari
turgor dan mukosa mulut.
Monitor intake dan out put. Mengetahui keseimbangan cairan tubuh
(balance)
Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan. Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara
adekuat.
Lakukan control berat badan setiap
hari.
Penambahan dan penurunan berat badan
dapat di monitor.
3. Gangguan hubungan interpersonal antara bayi dan ibu sehubungan
dengan perawatan intensif.
Tujuan :
Terjadinya hubungan batin antara bayi dan ibu.
Kriteria:
- Ibu dapat segera menggendong dan meneteki bayi.
- Bayi segera pulang dan ibu dapat merawat bayinya sendiri.
Intervensi Rasional
Jelaskan para ibu / keluarga tentang
keadaan bayinya sekarang.
Ibu mengerti keadaan bayinya dan
mengurangi kecemasan serta untuk
kooperatifan ibu/keluarga.
Bantu orang tua / ibu mengungkapkan
perasaannya.
Membantu memecah-kan permasalahan
yang dihadapi.
Orientasi ibu pada lingkungan rumah
sakit.
Ketidaktahuan memperbesar stressor
Tunjukkan bayi pada saat ibu
berkunjung (batasi oleh kaca pembatas).
Menjalin kontak batin antara ibu dan
bayi walaupun hanya melalui kaca
pembatas.
Lakukan rawat gabung jika keadaan ibu
dan bayi jika keadaan bayi
Rawat gabung merupakan upaya
mempererat hubungan ibu dan
memungkinkan. bayi/setelah bayi diperbolehkan pulang.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, Gary, dkk.2006. Obstetri William ed.21. Jakarta.EGC
Mochtar, Rustam.1998, Sinopsis Obstetri. Jakarta.EGC
Prawiroharjo, Sarwono.2003. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
Varney, Helen Dkk.2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita.Jakarta. Arcan
Askep Pre dan Post Matur Kehamilan askep-askeb-kita.blogspot.com | asuhan-
keperawatan-kebidanan.co.cc
Wiknjosastro, Hanifa. Prof. Dr. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Cetakan Kedua.
Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 1992
Martodipoero, Soebagjo. Dr. Perawatan Ibu Di Pusat Kesehatan Masyarakat.
Depkes RI - Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan. Surabaya.
1977
Jaffe, Marrie, etc. Maternal Infant Health Care Plans. Spring House Corporation,
Pennsylvania. 1989

More Related Content

What's hot (17)

Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
 
Askeb IV Patologi
Askeb IV PatologiAskeb IV Patologi
Askeb IV Patologi
 
Prematur AKPER PEMKAB MUNA
Prematur AKPER PEMKAB MUNA Prematur AKPER PEMKAB MUNA
Prematur AKPER PEMKAB MUNA
 
Bayi prematur kelompok 8
Bayi prematur kelompok 8Bayi prematur kelompok 8
Bayi prematur kelompok 8
 
Prematur
PrematurPrematur
Prematur
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i bbl.normal
Bab  i bbl.normalBab  i bbl.normal
Bab i bbl.normal
 
Konsep dan Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir
Konsep dan Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru LahirKonsep dan Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir
Konsep dan Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir
 
Askep postmatur
Askep postmaturAskep postmatur
Askep postmatur
 
Distosia
DistosiaDistosia
Distosia
 
190257248 makalah-serotinus-dan-askeb-serotinus
190257248 makalah-serotinus-dan-askeb-serotinus190257248 makalah-serotinus-dan-askeb-serotinus
190257248 makalah-serotinus-dan-askeb-serotinus
 
Serotinus
SerotinusSerotinus
Serotinus
 
Kala ii memanjang
Kala ii memanjangKala ii memanjang
Kala ii memanjang
 
Kesehatan
KesehatanKesehatan
Kesehatan
 
Asuhan Keperawatan pada Perdarahan Kehamilan Muda
Asuhan Keperawatan pada Perdarahan Kehamilan MudaAsuhan Keperawatan pada Perdarahan Kehamilan Muda
Asuhan Keperawatan pada Perdarahan Kehamilan Muda
 
Makalah anty pak sawal AKPER PEMKAB MUNA
Makalah anty pak sawal AKPER PEMKAB MUNAMakalah anty pak sawal AKPER PEMKAB MUNA
Makalah anty pak sawal AKPER PEMKAB MUNA
 
Obsgin
ObsginObsgin
Obsgin
 

Similar to 139642472 repro-bbl-post-matur

190257248 makalah-serotinus-dan-askeb-serotinus
190257248 makalah-serotinus-dan-askeb-serotinus190257248 makalah-serotinus-dan-askeb-serotinus
190257248 makalah-serotinus-dan-askeb-serotinusSeptian Muna Barakati
 
190257248 makalah-serotinus-dan-askeb-serotinus
190257248 makalah-serotinus-dan-askeb-serotinus190257248 makalah-serotinus-dan-askeb-serotinus
190257248 makalah-serotinus-dan-askeb-serotinusWarnet Raha
 
gawat janin dan oligohidramion
gawat janin dan oligohidramiongawat janin dan oligohidramion
gawat janin dan oligohidramionanggi satya
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post maturSeptian Muna Barakati
 
Kehamilan lewat waktu
Kehamilan  lewat waktuKehamilan  lewat waktu
Kehamilan lewat waktuRobbyTendi
 
REFRAT FIX SIAP MAJU.pptx
REFRAT FIX SIAP MAJU.pptxREFRAT FIX SIAP MAJU.pptx
REFRAT FIX SIAP MAJU.pptxafrizal757300
 
262711979 laporan-kasus-kehamilan-posterm
262711979 laporan-kasus-kehamilan-posterm262711979 laporan-kasus-kehamilan-posterm
262711979 laporan-kasus-kehamilan-postermMariaUlfaini
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasentaSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaSeptian Muna Barakati
 
KB 1 Lingkup Kebidanan
KB 1 Lingkup KebidananKB 1 Lingkup Kebidanan
KB 1 Lingkup Kebidananpjj_kemenkes
 
Ruang nusa indah (perinatal)
Ruang nusa indah (perinatal)Ruang nusa indah (perinatal)
Ruang nusa indah (perinatal)Eny Dika Lestari
 
PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS
PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFASPERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS
PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFASpjj_kemenkes
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post maturSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post maturWarnet Raha
 
Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi Kehamilan
Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi KehamilanPerubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi Kehamilan
Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi KehamilanUmmuNadhifa1
 

Similar to 139642472 repro-bbl-post-matur (20)

190257248 makalah-serotinus-dan-askeb-serotinus
190257248 makalah-serotinus-dan-askeb-serotinus190257248 makalah-serotinus-dan-askeb-serotinus
190257248 makalah-serotinus-dan-askeb-serotinus
 
190257248 makalah-serotinus-dan-askeb-serotinus
190257248 makalah-serotinus-dan-askeb-serotinus190257248 makalah-serotinus-dan-askeb-serotinus
190257248 makalah-serotinus-dan-askeb-serotinus
 
gawat janin dan oligohidramion
gawat janin dan oligohidramiongawat janin dan oligohidramion
gawat janin dan oligohidramion
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
 
Kehamilan lewat waktu
Kehamilan  lewat waktuKehamilan  lewat waktu
Kehamilan lewat waktu
 
REFRAT FIX SIAP MAJU.pptx
REFRAT FIX SIAP MAJU.pptxREFRAT FIX SIAP MAJU.pptx
REFRAT FIX SIAP MAJU.pptx
 
262711979 laporan-kasus-kehamilan-posterm
262711979 laporan-kasus-kehamilan-posterm262711979 laporan-kasus-kehamilan-posterm
262711979 laporan-kasus-kehamilan-posterm
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
 
Lilitn Tali Pusat.pptx
Lilitn Tali Pusat.pptxLilitn Tali Pusat.pptx
Lilitn Tali Pusat.pptx
 
Makalah nifas
Makalah nifasMakalah nifas
Makalah nifas
 
KB 1 Lingkup Kebidanan
KB 1 Lingkup KebidananKB 1 Lingkup Kebidanan
KB 1 Lingkup Kebidanan
 
Ruang nusa indah (perinatal)
Ruang nusa indah (perinatal)Ruang nusa indah (perinatal)
Ruang nusa indah (perinatal)
 
PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS
PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFASPERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS
PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
 
Pre,post,iuge,iufd
Pre,post,iuge,iufdPre,post,iuge,iufd
Pre,post,iuge,iufd
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
 
Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi Kehamilan
Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi KehamilanPerubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi Kehamilan
Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi Kehamilan
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Recently uploaded

Presentasi Prinsip-prinsip Desain Grafis.pdf
Presentasi Prinsip-prinsip Desain Grafis.pdfPresentasi Prinsip-prinsip Desain Grafis.pdf
Presentasi Prinsip-prinsip Desain Grafis.pdfgeoartorthoplan
 
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.docundangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.docLaelaSafitri7
 
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.Monhik1
 
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.pptPertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.pptDAVIDSTEVENSONSIMBOL
 
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggi
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggiKEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggi
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggiLookWWE
 
Kartu Undangan Softcover + Amplop Hazelnut Foliage Hibiscus Sunny Orange✨
Kartu Undangan Softcover + Amplop Hazelnut Foliage Hibiscus Sunny Orange✨Kartu Undangan Softcover + Amplop Hazelnut Foliage Hibiscus Sunny Orange✨
Kartu Undangan Softcover + Amplop Hazelnut Foliage Hibiscus Sunny Orange✨Kartu Undangan Bandung
 
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...ahmadirhamni
 
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMASPOWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMASAfrilyakurniarezki
 
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...achmadwalidi444
 
KELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghh
KELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghhKELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghh
KELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghhRatriShintya
 
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnvsagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnvademahdiyyah
 

Recently uploaded (11)

Presentasi Prinsip-prinsip Desain Grafis.pdf
Presentasi Prinsip-prinsip Desain Grafis.pdfPresentasi Prinsip-prinsip Desain Grafis.pdf
Presentasi Prinsip-prinsip Desain Grafis.pdf
 
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.docundangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
 
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
TUGAS BIOTRANSFORMASI.ppt kelompok enam.
 
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.pptPertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
 
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggi
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggiKEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggi
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggi
 
Kartu Undangan Softcover + Amplop Hazelnut Foliage Hibiscus Sunny Orange✨
Kartu Undangan Softcover + Amplop Hazelnut Foliage Hibiscus Sunny Orange✨Kartu Undangan Softcover + Amplop Hazelnut Foliage Hibiscus Sunny Orange✨
Kartu Undangan Softcover + Amplop Hazelnut Foliage Hibiscus Sunny Orange✨
 
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
 
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMASPOWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
 
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
 
KELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghh
KELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghhKELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghh
KELOMPOK 4 asma ppok jhyfydfdrfdtfghghghh
 
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnvsagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
 

139642472 repro-bbl-post-matur

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR POST MATUR Oleh: Kelompok 14 Hilda Mazarina D 130915003 Gunawan Tri S 130915017 Kartika Wulandari 130915035 Suci Wulandari 130915047 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012
  • 2. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bayi post term adalah suatu keadaan dimana bayi lahir setelah usia kehamilan melebihi 42 minggu. Ketika usia kehamilan melewati usia 42 minggu plasenta akan mengecil dan fungsinya menurun. Mengakibatkan kemampuan plasenta untuk menyediakan makanan semakin berkurang dan janin akan menggunakan persediaan lemak dan karbohidratnya sendiri sebagai sumber energy. Sehingga laju pertumbuhan janin menjadi lambat. Jika plasenta tidak dapat menyediakan oksigen yang cukup selama persalinan, bisa terjadi gawat janin, sehingga janin menjadi rentan terhadap cedera otak dan organ lainnya. Cedera tersebut merupakan resiko terbesar pada seorang bayi post-matur dan untuk mencegah terjadinya hal tersebut, banyak dokter yang melakukan induksi persalinan jika suatu kehamilan telah lebih 42 minggu. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum. Akibat yang dapat terjadi dari post-maturitas dari bayi adalah asfiksia, aspirasi mekonium menyebabkan terhalangnya saluran napas dan iritasi paru-paru sehingga pneumonia, status gizi janin buruk, polisitemia menyebabkan resiko iskemi cerebral, thrombus, gangguan napas, partus lama, terjadi cacat kelahiran, kejang akibat hipoksia. Sehingga akan menyebabkan hal yang sangat berbahaya bagi kehidupan janin maupun bagi ibu ketika menghadapi proses persalinan bayi postmature. Oleh karena hal tersebut, makalah ini kami susun sebagai tujuan untuk memberikan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan dan menjadi informasi kepada mahasiswa perawat mengenai asuhan keperawatan yang benar dan tepat kepada bayi baru lahir postmatur. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, komplikasi dan asuhan keperawatan bagi bayi baru lahir postmatur? 1.3 Tujuan
  • 3. 1.3.2 Tujuan Umum Mengetahui dan menjelaskan mengenai definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, komplikasi dan asuhan keperawatan bagi bayi baru lahir postmatur 1.3.3 Tujuan Khusus 1. Menjelaskan definisi Bayi baru lahir post matur 2. Menjelaskan etiologi Bayi baru lahir post matur 3. Menjelaskan klasifikasi Bayi baru lahir post matur 4. Menjelaskan manifestasi klinis Bayi baru lahir post matur 5. Menjelaskan komplikasi dan asuhan keperawatan Bayi baru lahir post matur 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat bagi Institusi Pendidikan Kesehatan Menjadi sumber informasi dan pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada Bayi Baru Lahir dengan Postmatur 1.4.2 Manfaat bagi Ilmu Keperawatan Menjadi salah satu acuan bagi mahasiswa keperawatan untuk membuat dan merencanakan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir postmatur 2.1 Pengertian BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu, antara lain kehamilan memanjang, kehamilan lewat bulan, kehamilan postterm, dan pascamaturitas. Kehamilan lewat bulan, suatu kondisi antepartum, harus dibedakan dengan sindrom pasca maturitas, yang merupakan kondisi neonatal yang didiagnosis setelah pemerikasaan bayi baru lahir. Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan ( postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas janin. (Varney Helen, 2007).
  • 4. Post-maturitas adalah suatu keadaan dimana bayi lahir setelah usia kehamilan melebihi 42 minggu. Ketika usia kehamilan melewati usia 42 minggu plasenta akan mengecil dan fungsinya menurun. Mengakibatkan kemampuan plasenta untuk menyediakan makanan semakin berkurang dan janin akan menggunakan persediaan lemak dan karbohidratnya sendiri sebagai sumber energy. Sehingga laju pertumbuhan janin menjadi lambat. Jika plasenta tidak dapat menyediakan oksigen yang cukup selama persalinan, bisa terjadi gawat janin, sehingga janin menjadi rentan terhadap cedera otak dan organ lainnya. Cedera tersebut merupakan resiko terbesar pada seorang bayi post-matur dan untuk mencegah terjadinya hal tersebut, banyak dokter yang melakukan induksi persalinan jika suatu kehamilan telah lebih 42 minggu. 2.2 Etiologi Etiologinya masih belum pasti. Faktor yang dikemukakan adalah hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Mochtar, Rustam, 1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu. Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum. 2.3 Manifestasi Klinis Manifestasi yang mungkin terjadi antara lain 1. Volume cairan amnion mengalami penurunan sekitar 300 ml
  • 5. 2. Cairan amnion keruh, terdapat feces bayi, resiko terjadi aspirasi mekonium 3. O2 supply kepada jani mengalami penurunan: Resiko asfiksi 4. Hipoglikemy pada janin, akibat kurang asupan dan simpanan glukosa Pada janin: 1. Janin tampak seperti berusia term/ cukup umur, namun terkadang tampak telah tua 1-3 minggu 2. Janin panjang dan kurus (akumulasi lemak menurun), namun dapat pula terjadi peningkatan berat janin 3. Kulit agak pucat dengan deskuamasi 4. Vernix casiosa menipis, kulit kering dan pecah-pecah 5. Kuku janin panjang terkadang terisi dengan mekonium 6. Terdapat akumulasi scalp pada rambut janin 7. Tali pusat layu dan berwarna kuning 8. Palpasi kepala janin mengeras 2.4 Patofisiologi Penyebab daripada terjadinya bayi lahir postmatur adalah faktor hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Mochtar, Rustam, 1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu. Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%. Sehingga janin dapat mengalamo pengecilan ukuran janin dan kurang nutrisi. Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi pada organ ginjal dan usus dari janin. Mekonium yang diaspirasi kembali oleh janin mengakibatkan sindrom aspirasi mekonium yang dapat mengakibatkan atelektasis. Keadaan-keadaan ini
  • 6. merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum. 2.5 Pemeriksaan Penunjang 1. Usia kehamilan ditentukan dengan menghitung HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) di kurangi dengan hari pemeriksaan ibu. Usia kehamilan diatas 42 minggu menandakan terjadinya Bayi Lahir Postmatur 2. Pemeriksaan antenatal yang teratur diikuti dengan tinggi dan naiknya fundus uteri dapat membantu penegakan diagnosis Bayi Lahir Postmatur 3. Pemeriksaan rontgenologi pada janin dapat dijumpai telah terjadi penulangan pada bagian distal femur, baguan proksimal tibia, tulang kuboid diameter biparietal 9,8 atau lebih. 4. USG : ukuran diameter biparietal, gerakan janin yang mengalami perubahan semakin aktif maupun semakin lemah dan jumlah air ketuban mengalami penurunan. 5. Pemeriksaan sitologik air ketuban : air ketuban diambil dengan amniosenteris baik transvaginal maupun transabdominal, kulit ketuban akan bercampur lemak dari sel sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh dipulas dengan sulfat biru Nil, maka sel – sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga. - Melebihi 10% = kehamilan diatas 36 minggu - Melebihi 50% = kehamilan diatas 39 minggu 6. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, tampak kekeruhan karena bercampur mekonium 7. Kardiotografi: mengidentifikasi denyut jantung janin, penurunan DJJ terjadi karena insufiensi plasenta 8. Uji oksitosin ( stress test), yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan dan dapat segera dilakukan SC
  • 7. 9. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin ibu 10. Pemeriksaan pH darah janin : menentukan derjat hipoksia, mupun intrepretasi asidosis/alkalosis pada janin 2.6 Penataksanaan 1. Setelah usia kehamilan lebih dari atau sama dengan 40-42 minggu monitoring janin secara intensif 2. Nonstress test (NST) dapat dua kali dalam seminggu, yang dimulai saat kehamilan berusia 41 minggu dan berlanjut hingga persalinan untuk melakukan pilihan antara persalinan tanpa intervensi persalinan yang di induksi atau secara sectio caesaria. 3. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat 4. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan spontan dengan atau tanpa amniotomi. Bila : a. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim. b. Terdapat hipertensi, pre-eklampsia. c. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas. d. Pada kehamilan > 40-42 minggu Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan (Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998). 5. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada : a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang b. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin, atau c. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin. 6. Penatalaksanaan aktif pada kehamilan lewat bulan :
  • 8. a. Induksi persalinan Induksi persalinan adalah persalinan yang dilakukan setelah servik matang dengan menggunakan prostaglandin E2 (PGE2) bersama oksitosin, dan prostaglandin terbukti lebih efektif sebagai agens yang mematangkan servik dibanding oksitosin. Metode lain yang digunakan untuk menginduksi persalinan ( misalnya minyak jarak, stimulasi payudara, peregangan servik secara mekanis), memiliki kisaran keberhasilan secara beragam dan atau sedikit penelitian untuk menguatkan rekomendasinya. b. Metode hormon untuk induksi persalinan : a) Oksitosin yang digunakan melalui intravena dengan catatan servik sudah matang. b) Prostaglandin dapat digunakan untuk mematangkan servik sehingga lebih baik dari oksitosin namun kombinasi keduanya menunjukkan hal yang positif. c) Misprostol adalah suatu tablet sintetis analog PGE1 yang diberikan intravagina (disetujui FDA untuk mencegah ulkus peptikum, bukan untuk induksi) d) Dinoproston Merk dagang cervidil suatu preparat PGE2, tersedia dalam dosis 10 mg yang dimasukkan ke vagina ( disetujui FDA untuk induksi persalinan pada tahun 1995). e) Predipil yakni suatu sintetis preparat PGE2 yang tersedia dalam bentuk jel 0,5 mg deng diberika intraservik (disetujui FDA untuk induksi persalinan pada tahun 1993) c. Metode non hormon Induksi persalinan 1. Pemisahan ketuban Prosedurnya dikenal dengan pemisahan atau mengusap ketuban mengacu pada upaya memisahkan membran amnion dari bagian servik yang mudah diraih dan segmen uterus bagian bawah. Mekanisme kerjanya memungkinkan melepaskan prostaglandin ke dalam sirkulasi ibu. Pemisahan hendaknya jangan dilakukan jika
  • 9. terdapat ruptur membran yang tidak disengaja dan dirasa tidak aman baik bagi ibu maupun bagi janin. Pemisahan memban serviks tidak dilakukan pada kasus – kasus servisitis, plasenta letak rendah, maupun plasenta previa, posisi yang tidak diketahui, atau perdarahan pervaginam yang tidak diketahui. 2. Amniotomi yakni pemecahan ketuban secara sengaja 3. Pompa Payudara dan stimulasi puting. Penggunaan cara ini relatif lebih aman karena menggunakan metode yang sesuai dengan fisiologi kehamilan dan persalinan. Penanganannya dengan menstimulasi putting selama 15 menit diselingi istirahat dengan metode kompres hangat selama 1 jam sebanyak 3 kali perhari. 4.Minyak jarak Ingesti minyak jarak 60 mg yang dicampur dengan jus apel maupun jus jeruk dapat meningkatkan angka kejadian persalinan spontan jika diberikan pada kehamilan cukup bulan. 5. Kateter foley atau Kateter balon. Secara umum kateter dimasukkan kedalam servik kemudian balon di isi udara 25 hingg 50 mililiter untuk menjaga kateter tetap pada tempatnya. Beberapa uji klinis membuktikan bahwa teknik ini sangat efektif. 1.6 Prognosis Penyebab lahir matinya tidak mudah dipahami dan juga tidak ada kesepakatan tentang pendekatan yang paling tepat guna mencegah kematian tersebut. (Varney, Helen, 2007). Apabila kehamilan 42 minggu maka prosentase kehidupan janin adalah 10,4 – 12%. Apabila kehamilan 43 minggu prosentase kehidupan janin adalah 3,4 -4% ( Mochtar ,1998) 2.7 Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada janin 1. Asfiksi 2. Sindroma aspirasi mekonium menyebabkan terhalangnya saluran napas dan iritasi paru-paru sehingga pneumonia
  • 10. 3. Hipoglikemi, karena cadangan energy saat dilahirkan sangat rensdah 4. Status gizi janin buruk 5. Oligohidroamnion, amnion menjadi kentak karena aspirasi mekonium, 6. atelektasis 7. Makrosomia, apanila fungsi plasenta masih baik maka janin dapat berkembang semakin besar hingga mencapai 4500 gram 8. Terjadi cacat kelahiran Komplikasi pada Ibu 1. tulang tengkorak menjadi lebih keras yang menyebabkan terjadi distosia persalinan, incoordinate uterina action, partus lama, meningkatkan tindakan obstetrik dan persalinan traumatis / perdarahan postpartum akibat bayi besar 2. Kecemasan terhadap kehamilan yang melewati taksiran persalinan, menyebabkan peningkatan stress sehingga partus lama.
  • 11. 2.6 WOC Hormonal Kadar progesteron ↓ Kepekaan uterus terhadap oksitosin ↓ Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah Kerentanan stress Tidak terjadi his Insufiensi plasenta spasme arteri spiralis plasenta Sirkulasi O2 ke janin ↓ Kelemahan pada janin Riwayat hamil dg postmatur sebelumnya Resti hipoksia Sirkulasi nutrisi ke janin ↓ Gg. suplai nutrisi BBLR Nutrisi kurang dari kebutuhan Resiko kematian perinatal Dampak pada Ibu BBL Post Matur Dampak pada bayi Ketuban tercampur dengan meconium Absorbsi kembali air ketuban oleh janin Kurang pengetahuan Koping individu inefektif Ansietas gg.Ventilasi bayi (ketika lahir) Asfiksi gg. pemenuhan keb O2
  • 12. Kasus BAB III ASUHAN KEPERAWATAN Pada tanggal 7 Maret 2010 Pukul 13.00 WIB By. N perempuan dilahirkan lewat bulan yakni ketika kehamilan Ibu R. G1P00000 berusia 42 minggu 5 hari lahir SC. Tidak segera menangis. BB: 2300 gram TB: 48 cm. Vernik caseosa menipis dan kulit bayi keriput, tali pusat kuning dan layu. Plasenta yang dilahirkan oleh Ibu tampak lebih mengecil. N: 180 x/menit RR: 44 x/menit T: 37,8 C tampak kesusahan bernafas dan lemah dalam menghisap. Kuku bayi panjang dan terdapat mekonium di sela kuku. 3.1 Pengkajian Anamnesa a. Biodata Data bayi Nama : By. N Umur : 0 th Jenis kelamin : perempuan Tanggal Lahir : 7 Maret 2010 Tanggal MRS : 7 Maret 2010 Dx medis : Postmatur + Asfiksia + BB kurang Alamat : Surabaya b. Keluhan Utama Sesak, kelemahan c. Riwayat penyakit sekarang Dilahirkan normal, postmatur 42 minggu 5 hari, Ketika hamil Ibu mengkonsumsi jamu-jamuan penguat kehamilan, d. Riwayat penyakit masa lalu - d. Riwayat penyakit keluarga - e. Riwayat alergi Tidak ada 1. Pemeriksaan Fisik
  • 13. B1 : RR 44x/menit (dipsneu), terdapat sumbatan mekonium pada jalan napas B2 : Pucat, ekebiruan, hipoksia, suhu badannya 36 0 C, conjungtiva anemis, CRT > 3 Detik, pucat, BP: 100/56 (bradicardy), nadi 180x/menit B3 : Babinsky (+), Brudziski (-), Patella (+) B4 : normal, lengkap, bayi telah mengeluarkan feces B5 : BBLR = 2300 gr, bayi tampak lemah dan tidak kuat menghisap, B6 : normal Tanda-tanda Vital T: 36 C P: 180x/menit R: 44x/menit BP:100/56 2. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan diagnostic : Photo thorax : Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal. b. Pemeriksaan laboratorium Hb : 11 g/dl (normal 15-19 gr%) PH : 7,34 (normal 7,36-7,44) PCO2 : 47 (normal 35-45 mmHg) PO2 : 85% (normal 75-100 mmHg) HCO3 : 27 (normal 24-28 mEq/L) Leukosit : 3100 x 10 u/l Trombosit : 100.000 Eritrosit : 2,8 juta/uL (mm3) Albumin : 3,3 /dL (normal 3,5-5,5/dL) Kesimpulan : Anemi, Asisodis respiratorik dan Kurang nutrisi 3. Terapi Vit K IM 0,2 cc Oksigen Masker 95 – 100%
  • 14. 3.2 FORMAT ANALISA DATA DATA ETIOLOGI MASALAH DS: - DO:  Bayi pucat dan kebiru-biruan  Usaha bernafas minimal atau tidak ada  Bayi tidak segera menangis  Hipoksia  Tensi 100/56 mm Hg, Nadi 180 x /menit, Suhu 36 0 C, Respirasi 44x /menit, Fungsi plasenta menurun ↓ gangguan suplai oksigen dan nutrisi ↓ Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50% ↓ Janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah ↓ Penurunan fungsi respirasi ↓ Terdapat meconium pd jalan napas ↓ Asfiksi ↓ Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 GANGGUAN PEMENUHAN O2 DS: - DO:  A : BB 2300 gr  B : Albumin 3,3 g/dL  C : tampak kurang gizi, kurus, turgor kering  D : - Insufisiensi Plasenta ↓ Fungsi plasenta menurun ↓ gangguan suplai oksigen dan nutrisi ↓ BBLR ↓ Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Nutrisi kurang dari kebutuhan DS: Ibu menanyakan keadaan bayinya yang sedang di rawat intensif di NICU DO:- Bayi Postmatur ↓ Rawat intensif NICU ↓ Terpisah dengan keluarga ↓ Gg hub interpersonal antara bayi dan ibu Gangguan hubungan inter personal antara bayi dan ibu
  • 15. 3.3 Diagnosa Keperawatan: 1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 berhubungan dengan asfiksia berat/ringan, pernafasan tidak teratur, pernafasan cuping hidung, cyanosis, ada lendir pada hidung dan mulut. 2. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan Keadaan umum lemah, reflek menghisap lemah, 3. Gangguan hubungan interpersonal antara bayi dan ibu sehubungan dengan perawatan intensif. 3.4 Intervensi Keperawatan 1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 berhubungan dengan asfiksia berat/ringan, pernafasan tidak teratur, pernafasan cuping hidung, cyanosis, ada lendir pada hidung dan mulut. Tujuan : Kebutuhan O2 bayi terpenuhi. Kriteria Hasil: Pernafasan normal 40-60 kali permenit. - Pernafasan teratur. - Tidak cyanosis. - Wajah dan seluruh tubuh Berwarna kemerahan (pink variable). - Gas darah normal PH = 7,35 – 7,45 PCO2 = 35 mm Hg PO2 = 50 – 90 mmHg Intervensi Rasional Letakkan bayi terlentang dengan alas yang data, kepala lurus, dan leher sedikit tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher yang dapat mengurangi kelancaran jalan nafas. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu. Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari lendirdan mekonium untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna. Observasi TTV dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam Deteksi dini adanya kelainan ataupun penurunan kondisi pasien Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian O2 mask dan pemeriksaan Menjamin oksigenasi jaringan yang adekuat terutama untuk jantung dan
  • 16. kadar gas darah arteri. otak. Dan peningkatan pada kadar PCO2 menunjukkan hypoventilasi. 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan keadaan umum lemah, reflek menghisap lemah, Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria Hasil: - A : Berat badan normal sesuai usia - B : Albumin 3,5 – 5,5 gr/dL - C : Turgor elastic - D : Kebutuhan ASI eksklusif terpenuhi Intervensi Rasional Monitor turgor dan mukosa mulut. Menentukan derajat dehidrasi dari turgor dan mukosa mulut. Monitor intake dan out put. Mengetahui keseimbangan cairan tubuh (balance) Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan. Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat. Lakukan control berat badan setiap hari. Penambahan dan penurunan berat badan dapat di monitor. 3. Gangguan hubungan interpersonal antara bayi dan ibu sehubungan dengan perawatan intensif. Tujuan : Terjadinya hubungan batin antara bayi dan ibu. Kriteria: - Ibu dapat segera menggendong dan meneteki bayi. - Bayi segera pulang dan ibu dapat merawat bayinya sendiri. Intervensi Rasional Jelaskan para ibu / keluarga tentang keadaan bayinya sekarang. Ibu mengerti keadaan bayinya dan mengurangi kecemasan serta untuk kooperatifan ibu/keluarga. Bantu orang tua / ibu mengungkapkan perasaannya. Membantu memecah-kan permasalahan yang dihadapi. Orientasi ibu pada lingkungan rumah sakit. Ketidaktahuan memperbesar stressor Tunjukkan bayi pada saat ibu berkunjung (batasi oleh kaca pembatas). Menjalin kontak batin antara ibu dan bayi walaupun hanya melalui kaca pembatas. Lakukan rawat gabung jika keadaan ibu dan bayi jika keadaan bayi Rawat gabung merupakan upaya mempererat hubungan ibu dan
  • 17. memungkinkan. bayi/setelah bayi diperbolehkan pulang. DAFTAR PUSTAKA Cunningham, Gary, dkk.2006. Obstetri William ed.21. Jakarta.EGC Mochtar, Rustam.1998, Sinopsis Obstetri. Jakarta.EGC Prawiroharjo, Sarwono.2003. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Varney, Helen Dkk.2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC Manuaba, Ida Bagus Gede. 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.Jakarta. Arcan Askep Pre dan Post Matur Kehamilan askep-askeb-kita.blogspot.com | asuhan- keperawatan-kebidanan.co.cc Wiknjosastro, Hanifa. Prof. Dr. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Cetakan Kedua. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 1992 Martodipoero, Soebagjo. Dr. Perawatan Ibu Di Pusat Kesehatan Masyarakat. Depkes RI - Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan. Surabaya. 1977 Jaffe, Marrie, etc. Maternal Infant Health Care Plans. Spring House Corporation, Pennsylvania. 1989