AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
KONSEP KURIKULUM
1. KONSEP PEMBELAJARAN DAN
ASESMEN
PADA KURIKULUM MERDEKA
Disampaikan oleh:
Mochamad Zaenuri
Tim Penyusun KMA No. 347 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum Merdeka
Pada Madrasah
BIDANG PENDIDIKAN MADRASAH
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI JAWA TIMUR
18 JULI 2022
3. Apa itu pembelajaran
paradigma baru?
Pembelajaran merupakan satu siklus yang bergerak, berawal dari pemetaan
kompetensi, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran serta pelaksanaan assesmen
yang hasilnya dimanfaatkan untuk memperbaiki pembelajaran agar dapat membantu
peserta didik mencapai kompetensi yang diharapkan.
Upaya untuk memastikan terciptanya praktik pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik.
Pendidik memiliki keleluasaan untuk merumuskan tujuan pembelajaran serta
rancangan pembelajaran dan assesmen yang sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan peserta didik, sehingga proses pembelajaran akan menjadi proses
pembelajaran yang terbuka dan dinamis.
Peserta didik memiliki peluang untuk melakukan inisiatif, mempunyai suara dan
kepemilikan terhadap proses pembelajaran serta memiliki kesempatan untuk
memberikan umpan balik, baik kepada diri sendiri, peserta didik lainnya serta kepada
pendidik.
Pada Madrasah yang memiliki PDBK, perlu melakukan identifikasi dan asesmen PDBK di awal tahun pelajaran untuk
menemukenali kondisi dan kebutuhan khusus PDBK sebagai dasar pengembangan kurikulum, pembelajaran dan asesmen
akomodatif, serta program kebutuhan khusus dan pengembangan keterampilan pilihan.
5. Prinsip Pembelajaran
1. Dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian
peserta didik saat pembelajaran berlangsung sesuai dengan kebutuhan belajar, serta
mencerminkan karakteristik dan perkembangan peserta didik yang beragam sehingga
pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan.
2. Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun peserta didik menjadi
pembelajar sepanjang hayat.
3. Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik
secara holistic.
4. Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks,
lingkungan, dan budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan komunitas sebagai
mitra.
5. Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.
Pada kelas yang terdapat PDBK, pendidik merancang pembelajaran yang akomodatif/penyesuaian baik dari
sisi materi, metode, media/alat, dan pengelolaan lingkungan belajar
6. Prinsip Asesmen
1. Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, fasilitasi pembelajaran, dan
penyediaan informasi yang holistik, sebagai umpan balik bagi pendidik, peserta didik, dan orang
tua/wali dalam menentukan strategi pembelajaran selanjutnya.
2. Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsinya dengan keleluasaan untuk
menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen agar efektif mencapai tujuan pembelajaran.
3. Asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya (reliable) untuk
menjelaskan kemajuan belajar, menentukan keputusan tentang langkah dan sebagai dasar untuk
menyusun program pembelajaran selanjutnya.
4. Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan informatif,
memberikan informasi yang bermanfaat tentang karakter dan kompetensi yang dicapai, serta
strategi tindak lanjut.
5. Hasil asesmen digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua/wali
sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran
Pada kelas yang terdapat PDBK, pendidik melaporkan perkembangan pembelajaran secara berkala dalam
bentuk dokumen penyerta rapor yang menggambarkan karakteristik dan kebutuhan PDBK serta capaian
yang telah diperoleh
8. Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran dan
Penilaian (Asesmen)
Memahami Capaian Pembelajaran (CP)
1
Menganalisis Capaian Pembelajaran (CP) untuk Menyusun
Tujuan Pembelajaran dan Alur Tujuan Pembelajaran
2
Merencanakan Pembelajaran dan Penilaian (Asesmen)
3
Melaksanakan Pembelajaran dan Penilaian (Asesmen)
4
9. Fase Pondasi Fase A Fase B Fase C Fase D Fase E Fase F
PAUD/RA MI Kelas 1-2 MI Kelas 3-4 MI Kelas 5-6 MTs Kelas 7-9 MA/MAK
Kelas 10
MA/MAK
Kelas 11-12
“Capaian Pembelajaran (CP) merupakan kompetensi pembelajaran
yang harus dicapai peserta didik pada setiap fase, dimulai dari Fase
Fondasi pada PAUD. Untuk Pendidikan dasar dan menengah, CP
disusun untuk setiap mata pelajaran.”
Konsep Capaian Pembelajaran
Pemerintah hanya menetapkan tujuan akhir per fase (CP) dan waktu tempuhnya (fase). Satuan pendidikan
memiliki keleluasaan untuk menentukan strategi dan cara atau jalur untuk mencapainya. Agar bisa
menentukan strategi yang sesuai, kita perlu tau titik awal keberangkatan para peserta didik.
Pembagian
Fase
10. Dibuat dalam bentuk matriks.
Setiap elemen dipetakan menurut
perkembangan peserta didik
Kompetensi pembelajaran yang
harus dicapai peserta didik pada
setiap fase. Dibuat dalam bentuk
pernyataan yang disajikan dalam
paragraf yang utuh.
Kemampuan yang perlu dicapai
peserta didik setelah mempelajari
mata pelajaran tersebut
● Alasan mempelajari mapel
tersebut
● Keterkaitan antara Mapel
dengan salah satu (atau lebih)
Profil Pelajar Pancasila dan
Profil Pelajar Rohmatal Lil
Álamin
Komponen Capaian Pembelajaran
Rasional Mata Pelajaran Tujuan Mata Pelajaran Karakteristik Mata Pelajaran
Capaian dalam Setiap Fase
Secara Keseluruhan
Capaian dalam Setiap
Fase menurut Elemen
● Deskripsi umum tentang apa
yang dipelajari dalam mata
pelajaran
● Elemen-elemen (strands) atau
domain mata pelajaran serta
deskripsinya
11. Prinsip penyusunan CP
menggunakan pendekatan
konstruktivisme yang membangun
pengetahuan dan berdasarkan
pengalaman nyata dan kontekstual.
Menurut teori belajar
konstruktivisme (constructivist
learning theory), pengetahuan
bukanlah kumpulan atau
seperangkat fakta-fakta, konsep,
atau kaidah untuk diingat.
Konsep “Memahami” dalam CP
dalam konstruktivisme adalah
proses membangun pengetahuan
melalui pengalaman nyata.
Pemahaman tidak bersifat statis,
tetapi berevolusi dan berubah
secara konstan sepanjang siswa
mengonstruksikan pengalaman-
pengalaman baru yang
memodifikasi pemahaman
sebelumnya.
Perlu diketahui
Bentuk “Pemahaman” dalam CP
Apabila merujuk pada Taksonomi
Bloom, pemahaman dianggap
sebagai proses berpikir tahap yang
rendah (C2). Namun demikian,
konteks Taksonomi Bloom
sebenarnya digunakan untuk
perancangan pembelajaran dan
asesmen kelas yang lebih
operasional, bukan untuk CP yang
lebih abstrak dan umum. Taksonomi
Bloom lebih sesuai digunakan untuk
menurunkan/menerjemahkan CP ke
tujuan pembelajaran yang lebih
konkret.
12. Setiap CP suatu mata pelajaran
memiliki beberapa elemen atau
kelompok kompetensi esensial
yang berlaku sama untuk semua
fase pada mata pelajaran
tersebut.
Masing-masing elemen tersebut
memiliki capaian per fasenya
sendiri yang saling menunjang
untuk mencapai pemahaman
yang dituju.
Elemen sebuah mata pelajaran
mungkin saja sama atau berbeda
dengan mata pelajaran lainnya,
hal tersebut disesuaikan dengan
karakteristik pada masing-masing
mata pelajaran.
Arti “Elemen” dalam CP
Contoh:
● Dalam CP Al-Qur’an Hadis
terdapat Elemen: Ilmu Tajwid, Ilmu
Al-Qur’an, Ilmu Hadis, Al-Qur’an,
dan Hadis.
● Dalam CP Akidah Akhlak terdapat
Elemen: Akidah, Akhlak, Adab, dan
Kisah Keteladanan.
● Dalam CP Fikih, terdapat Elemen:
Fikih Ibadah, Fikih Muamalah, Usul
Fikih
Perlu diketahui
13. Secara strategis, Proses Perancangan Kegiatan
Pembelajaran dapat dipahami melalui skema berikut:
Pemerintah menetapkan Capaian Pembelajaran (CP) sebagai kompetensi yang ditargetkan. Namun demikian, CP tidak
cukup konkret untuk memandu kegiatan pembelajaran sehari-hari.
CP perlu diurai menjadi tujuan-tujuan pembelajaran yang lebih operasional dan konkret, yang dicapai satu persatu oleh
peserta didik hingga mereka mencapai akhir fase
Dalam
merancang
pembelajaran
pendidik dapat
menggunakan contoh yang disediakan.
mengembangkan sepenuhnya alur tujuan pembelajaran
dan/atau perencanaan pembelajaran,
mengembangkan alur tujuan pembelajaran dan/atau rencana
pembelajaran berdasarkan contoh-contoh yang disediakan
Pemerintah
Pendidik
menentukan
pilihan tersebut
berdasarkan
kemampuan
masing-masing
14. Kompetensi
kemampuan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dapat didemonstrasikan oleh peserta didik
yang menunjukkan telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran yang dikembangkan perlu dicapai peserta didik dalam satu atau lebih jam pelajaran,
hingga akhirnya pada penghujung Fase mereka dapat mencapai CP. Oleh karena itu, untuk CP dalam satu
fase, pendidik perlu mengembangkan beberapa tujuan pembelajaran.
Merupakan rangkaian tujuan pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan logis
menurut urutan dari awal hingga akhir fase.
Tujuan Pembelajaran (TP) dan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)
Pendidik dan satuan pendidikan dapat menggunakan berbagai strategi untuk menyusun tujuan pembelajaran dan alur
tujuan pembelajaran.
Harus dipastikan tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran yang dipetakan memenuhi kriteria berikut ini:
Tujuan
Pembelajaran
(TP): Lingkup materi
ilmu pengetahuan inti atau konsep utama yang perlu dipahami di
akhir satu unit pembelajaran
Kriteria
Alur Tujuan
Pembelajaran
(ATP)
Menggambarkan urutan pengembangan
kompetensi yang harus dikuasai secara utuh
dalam satu fase.
Menggambarkan cakupan dan tahapan
pembelajaran yang linear dari awal hingga
akhir fase.
Menggambarkan cakupan dan tahapan
pembelajaran yang menggambarkan tahapan
perkembangan kompetensi dalam satu fase
15. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Pendidik diberikan keleluasaan dalam
menggunakan rujukan teori untuk merumuskan
tujuan pembelajaran, diantaranya:
Taksonomi Bloom versi Revisi
Anderson dan Krathwohl
(2001)
6 Aspek Pemahaman
yang dikembangkan oleh
Tighe dan Wiggins
(2005)
6 Level Taksonomi Marzano
(2000)
Pendidik diharapkan untuk tidak
fokus pada satu teori saja,
melainkan dapat menggunakan
teori atau pendekatan lain dalam
merancang tujuan pembelajaran,
selama teori tersebut dinilai relevan
dengan karakteristik mata pelajaran
serta konsep/topik yang dipelajari,
karakteristik peserta didik, serta
konteks lingkungan pembelajaran.
Perlu diketahui
16. mengingat kembali
informasi yang telah
dipelajari, termasuk
definisi, fakta-fakta,
daftar urutan, atau
menyebutkan
kembali suatu materi
yang pernah
diajarkan kepadanya.
menjelaskan ide atau
konsep seperti
menjelaskan suatu
konsep
menggunakan
kalimat sendiri,
menginterpretasikan
suatu informasi,
menyimpulkan, atau
membuat parafrasa
dari suatu bacaan.
menggunakan
konsep,
pengetahuan, atau
informasi yang telah
dipelajarinya pada
situasi berbeda dan
relevan
kemampuan untuk
membuat keputusan,
penilaian,
mengajukan kritik
dan rekomendasi
yang sistematis
merangkaikan berbagai
elemen menjadi satu
hal baru yang utuh,
melalui proses
pencarian ide, evaluasi
terhadap hal/ide/benda
yang ada sehingga
kreasi yang diciptakan
menjadi salah satu
solusi terhadap
masalah yang ada.
termasuk memberikan
nilai tambah terhadap
suatu produk yang
sudah ada.
Anderson dan Krathwohl mengelompokkan kemampuan kognitif menjadi tahapan-
tahapan berikut ini, dengan urutan dari kemampuan yang paling dasar ke yang
paling tinggi sebagai berikut:
Taksonomi Bloom versi Revisi
Anderson dan Krathwohl
(2001)
(C1)
Mengingat
(C2)
Memahami
(C3)
Mengaplikasikan
(C4)
Menganalisis
(C5)
Mengevaluasi
(C6)
Menciptakan
memecah-mecah
informasi menjadi
beberapa bagian,
kemampuan untuk
mengeksplorasi
hubungan/korelasi
atau membandingkan
antara dua hal atau
lebih, menentukan
keterkaitan antar
konsep, atau
mengorganisasikan
beberapa ide
dan/atau konsep.
Perlu diketahui
17. 6 Aspek/Facet Pemahaman ini
merupakan modal untuk
menentukan Tujuan Pembelajaran
(TP), menyusun Alur Tujuan
Pembelajaran (ATP), menentukan
asesmen, dan instruksi yang
tepat.
6 Aspek/Facet Pemahaman merupakan
cara untuk mengkonfirmasi
pemahaman peserta didik atas apa yang
telah mereka pelajari dan tidak
hirarkis/bukan merupakan siklus.
Jika peserta didik melakukan salah
satu dari keenam Aspek/Facet
Pemahaman (mampu menjelaskan,
menginterpretasi,
menerapkan/mengaplikasikan,
berempati, memiliki sebuah sudut
pandang, atau memiliki pengenalan diri),
berarti mereka telah
mendemonstrasikan sebuah tingkat
pemahaman.
6 Aspek Pemahaman
Tighe dan Wiggins
(2005)
Perlu diketahui
18. 6 Aspek Pemahaman (6 facet of understanding) (Wiggins and Tighe, 2005)
Merupakan bentuk-bentuk pemahaman yang digunakan dalam CP. Tidak harus hirarkis.
Penjelasan
Explanation
Mendeskripsikan suatu ide dengan kata-kata sendiri, membangun hubungan antar topik,
mendemonstrasikan hasil kerja, menjelaskan alasan/cara/prosedur , menjelaskan sebuah teori
menggunakan data, berargumen dan mempertahankan pendapatnya.
Interpretasi
Interpretation
Menerjemahkan cerita, karya seni, atau situasi. Interpretasi juga berarti memaknai sebuah ide, perasaan
atau sebuah hasil karya dari satu media ke media lain, dapat membuat analogi, anekdot, dan model. Melihat
makna dari apa yang telah dipelajari dan relevansi dengan dirinya.
Aplikasi
Application
Menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman mengenai suatu dalam situasi yang nyata
dalam kehidupan sehari-hari atau sebuah simulasi (menyerupai kenyataan)
Perspektif
Perspective
Melihat suatu hal dari sudut pandang yang berbeda, siswa dapat menjelaskan sisi lain dari sebuah situasi,
melihat gambaran besar, melihat asumsi yang mendasari suatu hal dan memberikan kritik.
Empati
Empathy
Menaruh diri di posisi orang lain. Merasakan emosi yang dialami oleh pihak lain dan/atau memahami
pikiran yang berbeda dengan dirinya. Menemukan nilai (value) dari sesuatu
Pengenalan diri
Self-Knowledge
Memahami diri sendiri; yang menjadi kekuatan, area yang perlu dikembangkan serta proses berpikir dan
emosi yang terjadi secara internal.
Perlu diketahui
19. Contoh Bentuk Pemahaman Dalam CP Bahasa Indonesia Fase D
elemen Menyimak
Peserta didik memahami
informasi berupa
gagasan, pikiran,
pandangan, arahan atau
pesan dari teks
deskripsi, narasi, puisi,
eksplanasi dan eksposisi
dari teks visual dan
audiovisual untuk
menemukan makna yang
tersurat dan tersirat.
Interpretasi
Interpretation
Mendeskripsikan makna dari puisi serta emosi yang ditangkap dari puisi
tersebut
Aplikasi
Application
Membacakan/mendeklamasikan atau membuat karya untuk merespons
puisi
Perspektif
Perspective
Melakukan bedah puisi melalui diskusi dari sudut pandang yang berbeda.
Empati
Empathy
Menaruh diri di posisi penulis puisi dan mencoba merasakan emosi yang
dirasakan penulis dan dituangkan dalam media yang berbeda.
Perlu diketahui
20. Tingkat 5:
metakognisi
Marzano menggunakan tiga sistem dalam domain pengetahuan yaitu sistem
kognitif, sistem metakognitif, dan sistem diri (self-system). Terdapat 6 level
taksonomi yaitu:
mengingat kembali
(retrieval) informasi
dalam batas
mengidentifikasi
sebuah informasi
secara
umum.
6 Level Taksonomi Marzano
(2000)
Tingkat 1:
mengenali dan
mengingat kembali
(retrieval)
Pemahaman yang
dimaksud melibatkan
dua proses
yang saling berkaitan
yaitu integrasikan
dan
simbolisasi.
Tingkat 2:
pemahaman
Cakupan analisis disini
berupa kemampuan
menggenerasi
informasi baru yang
belum diproses oleh
seseorang.
Ada lima proses
analisis:
(1) mencocokan,
(2) mengklasifikasikan,
(3) menganalisis
kesalahan,
(4) menyamaratakan
(5) menspesifikasikan.
Tingkat 3:
analisis
Pemanfaatan
pengetahuan
digunakan saat
seseorang ingin
menyelesaikan tugas
tertentu.
Ada empat kategori
umum pemanfaatan
pengetahuan:
(1) pengambilan
keputusan,
(2) penyelesaian
masalah,
(3) percobaan,
(4) penyelidikan.
Tingkat 4:
pemanfaatan
pengetahuan
Sistem metakognisi
berfungsi untuk
memantau,
mengevaluasi
dan mengatur fungsi dari
semua jenis
pemikiran lainnya.
Ada empat fungsi dari
metakognisi:
(1) menetapkan tujuan,
(2) memantau proses,
(3) memantau kejelasan,
(4) memantau ketepatan.
Tingkat 6:
sistem diri
Menentukan apakah
seseorang akan
melakukan atau tidak
melakukan sesuatu
tugas.
Ada empat jenis dari
sistem diri:
(1) memeriksa
kepentingan,
(2) memeriksa
kemanjuran,
(3) memeriksa respon
emosional,
(4) memeriksa motivasi
secara keseluruhan.
Perlu diketahui
21. Merumuskan TP Lintas Elemen CP
Merumuskan TP dengan Menganalisis ‘Kompetensi’ dan ‘Lingkup
Materi’ pada CP.
Merumuskan tujuan pembelajaran secara langsung dari CP
Pendidik harus melakukan analisis Capaian Pembelajaran (CP) untuk kemudian disusun
menjadi Tujuan Pembelajaran (TP) dan Alur Tujuan Pembelajaran (TP).
Merumuskan tujuan pembelajaran dari CP dapat dilakukan melalui beberapa alternatif:
Bagaimana strategi menyusun tujuan pembelajaran dalam alur tujuan
pembelajaran yang efektif?
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
23. Merumuskan TP dengan Menganalisis ‘Kompetensi’ dan ‘Lingkup
Materi’ pada CP.
Alternatif 2
Elemen Kompetensi Lingkup Materi
Bilangan
Pada akhir Fase B, peserta didik
menunjukkan pemahaman dan intuisi
bilangan (number sense) pada bilangan
cacah sampai 10.000. Mereka dapat
membaca, menulis, menentukan nilai
tempat, membandingkan, mengurutkan,
menggunakan nilai tempat, melakukan
komposisi, dan dekomposisi bilangan
tersebut. Mereka juga dapat menyelesaikan
masalah berkaitan dengan uang
menggunakan ribuan sebagai satuan.peserta
didik dapat melakukan operasi penjumlahan
dan pengurangan bilangan cacah sampai
1.000, dan seterusnya.
1. Memahami
2. Menentukan
3. Membandingkan
4. Mengurutkan
5. Mengidentifikasi
6. Melakukan
7. Menyelesaikan masalah
1. Bilangan cacah sampai 10.000
2. Nilai tempat
3. Komposisi dan dekomposisi bilangan
4. Menggunakan ribuan sebagai satuan
5. Operasi penjumlahan dan
pengurangan bilangan cacah sampai
1.000
Tujuan Pembelajaran:
B1.1 Menyajikan nilai tempat dan urutan pada bilangan cacah sampai 1.000.
B1.2 Melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah sampai dengan 1.000.
B1.3 Menghubungkan gambar dengan nilai pecahan
Dan seterusnya
24. Capaian Pembelajaran Tujuan Pembelajaran
Elemen Pengukuran
Pada akhir Fase B, peserta didik dapat mengukur panjang dan berat benda
menggunakan satuan baku. Mereka dapat menentukan hubungan antar-
satuan baku panjang (cm, m). Mereka dapat mengukur dan mengestimasi
luas dan volume menggunakan satuan tidak baku dan satuan baku berupa
bilangan cacah.
Elemen Geometri
Peserta didik dapat mendeskripsikan ciri berbagai bentuk bangun datar
(segiempat, segitiga, segi banyak). Mereka dapat menyusun (komposisi) dan
mengurai (dekomposisi) berbagai bangun datar dengan lebih dari satu cara
jika memungkinkan
1. Menentukan hubungan antarsatuan baku panjang
(cm, m).
2. Menjelaskan cara mengukur panjang benda
menggunakan satuan baku.
3. Menjelaskan ciri berbagai bentuk bangun datar
(segiempat, segitiga, segi banyak).
4. Menentukan ciri bagian-bagian dari bangun datar
(segiempat, segitiga, segi banyak).
5. Mengukur bangun datar (segiempat, segitiga, segi
banyak) menggunakan satuan baku
Merumuskan TP Lintas Elemen CP
Alternatif 3
Penting untuk diperhatikan: dapat mengembangkan dengan cara lain selama Capaian
Pembelajaran di akhir fase tercapai
25. Bagaimana strategi menyusun tujuan pembelajaran dalam alur tujuan
pembelajaran yang efektif?
Perhatikan kompetensi serta materi yang hendak dicapai pada CP
tersebut.
1
Rumuskan tujuan pembelajaran dengan mempertimbangkan
kompetensi dan lingkup materinya. Pastikan kompetensi utama yang
termuat dalam CP tercapai.
2
Pertimbangkan beban jam pelajaran yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran, agar selaras dengan beban JP pada mata
pelajaran.
3
Susun tujuan pembelajaran secara linear dari awal fase hingga akhir
fase. Dalam menyusun alur, perhatikan kesesuaian tujuan
pembelajaran terhadap kompleksitas dan perkembangan peserta didik.
4
Perhatikan hal berikut:
● CP berlaku untuk 1
FASE.
● Lihat karakteristik
masing-masing mata
pelajaran, karena
terdapat CP berbasis
konten (PP,
Matematika), sintaks
(Seni), bahkan terdapat
pula yang berbasis
kompetensi (Bahasa).
● Kalimat dalam tujuan
pembelajaran dapat
mengambil dari berbagai
referensi, poin utamanya
adalah “operasional”
(kompetensinya terukur).
Alur strategi yang dapat dilakukan, guna menyusun alur tujuan pembelajaran sebagai berikut:
26. Bagaimana cara menyusun alur tujuan pembelajaran yang efektif?
Pendidik yang merancang alur tujuan pembelajarannya sendiri, tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dikembangkan dalam tahap
sebelumnya akan disusun sebagai satu alur (sequence) yang berurutan secara sistematis, dan logis awal hingga akhir fase.
Dalam menyusun alur tujuan pembelajaran, pendidik dapat mengacu pada berbagai cara yang diuraikan pada tabel di bawah ini:
Pengurutan dari yang
Konkret ke yang Abstrak
Metode pengurutan dari konten yang konkret dan berwujud ke konten yang lebih abstrak dan simbolis. Contoh : memulai pengajaran
dengan menjelaskan tentang benda geometris (konkret) terlebih dahulu sebelum mengajarkan aturan teori objek geometris tersebut
(abstrak).
Pengurutan Deduktif
Metode pengurutan dari konten bersifat umum ke konten yang spesifik. Contoh : mengajarkan konsep database terlebih dahulu sebelum
mengajarkan tentang tipe database, seperti hierarki atau relasional.
Pengurutan dari Mudah ke
yang lebih Sulit
Metode pengurutan dari konten paling mudah ke konten paling sulit. Contoh: mengajarkan cara mengeja kata-kata pendek dalam kelas
bahasa sebelum mengajarkan kata yang lebih panjang.
Pengurutan Hierarki
Metode ini dilaksanakan dengan mengajarkan keterampilan komponen konten yang lebih mudah terlebih dahulu sebelum mengajarkan
keterampilan yang lebih kompleks. Contoh : siswa perlu belajar tentang penjumlahan sebelum mereka dapat memahami konsep perkalian.
Pengurutan Prosedural
Metode ini dilaksanakan dengan mengajarkan tahap pertama dari sebuah prosedur, kemudian membantu siswa untuk menyelesaikan
tahapan selanjutnya. Contoh : dalam mengajarkan cara menggunakan t-test dalam sebuah pertanyaan penelitian, ada beberapa tahap
prosedur yang harus dilalui, seperti menulis hipotesis, menentukan tipe tes yang akan digunakan, memeriksa asumsi, dan menjalankan tes
dalam sebuah perangkat lunak statistik.
Scaffolding
Metode pengurutan yang meningkatkan standar performa sekaligus mengurangi bantuan secara bertahap. Contoh : dalam mengajarkan
berenang, guru perlu menunjukkan cara mengapung, dan ketika siswa mencobanya, guru hanya butuh membantu. Setelah ini, bantuan yang
diberikan akan berkurang secara bertahap. Pada akhirnya, siswa dapat berenang sendiri.
(Creating Learning Materials for Open and Distance Learning, 2005; Doolittle, 2001; Morrison, Ross, & Kemp, 2007; Reigeluth & Keller, 2009)
27. Inspirasi Penyusunan tujuan pembelajaran (TP) dan alur tujuan pembelajaran
(ATP)
Keterangan:
● lingkup materi diperoleh berdasarkan
analisis yang terdapat dalam capaian
pembelajaran masing-masing elemen,
kemudian merumuskan tujuan
pembelajaran berdasarkan analisis dari
capaian pembelajaran.
● Kode TP merupakan pengkodean agar
mudah dalam pemetaan alur tujuan
pembelajaran. Arti kode TP, misal: B.7.1,
dimana “B” merupakan elemen Bilangan,
“7” merupakan perencanaan di Kelas 7,
dan “1” merupakan tujuan pembelajaran.
“A” elemen Aljabar, “P” elemen
Pengukuran, “G” elemen Geometri, dan
“D” elemen Analisis Data dan Peluang.
● Urutan elemen, capaian pembelajaran,
tujuan pembelajaran, dan kode tidak
menggambarkan urutan alur tujuan
pembelajaran.
● Alokasi Waktu merupakan perencanaan
jumlah jam pelajaran berdasarkan
masing-masing tujuan pembelajaran.
Lingkup
Materi
28. Inspirasi Penyusunan tujuan pembelajaran (TP) dan alur tujuan pembelajaran
(ATP)
Keterangan:
● lingkup materi diperoleh berdasarkan
analisis yang terdapat dalam capaian
pembelajaran masing-masing elemen,
kemudian merumuskan tujuan
pembelajaran berdasarkan analisis dari
capaian pembelajaran.
● Kode TP merupakan pengkodean agar
mudah dalam pemetaan alur tujuan
pembelajaran. Arti kode TP, misal: B.7.1,
dimana “B” merupakan elemen Bilangan,
“7” merupakan perencanaan di Kelas 7,
dan “1” merupakan tujuan pembelajaran.
“A” elemen Aljabar, “P” elemen
Pengukuran, “G” elemen Geometri, dan
“D” elemen Analisis Data dan Peluang.
● Urutan elemen, capaian pembelajaran,
tujuan pembelajaran, dan kode tidak
menggambarkan urutan alur tujuan
pembelajaran.
● Alokasi Waktu merupakan perencanaan
jumlah jam pelajaran berdasarkan
masing-masing tujuan pembelajaran.
Lingkup
Materi
29. Inspirasi Penyusunan tujuan pembelajaran (TP) dan alur tujuan pembelajaran
(ATP)
Keterangan:
● lingkup materi diperoleh berdasarkan
analisis yang terdapat dalam capaian
pembelajaran masing-masing elemen,
kemudian merumuskan tujuan
pembelajaran berdasarkan analisis dari
capaian pembelajaran.
● Kode TP merupakan pengkodean agar
mudah dalam pemetaan alur tujuan
pembelajaran. Arti kode TP, misal: B.7.1,
dimana “B” merupakan elemen Bilangan,
“7” merupakan perencanaan di Kelas 7,
dan “1” merupakan tujuan pembelajaran.
“A” elemen Aljabar, “P” elemen
Pengukuran, “G” elemen Geometri, dan
“D” elemen Analisis Data dan Peluang.
● Urutan elemen, capaian pembelajaran,
tujuan pembelajaran, dan kode tidak
menggambarkan urutan alur tujuan
pembelajaran.
● Alokasi Waktu merupakan perencanaan
jumlah jam pelajaran berdasarkan
masing-masing tujuan pembelajaran.
Lingkup
Materi
30. Inspirasi Penyusunan tujuan pembelajaran (TP) dan alur tujuan pembelajaran
(ATP)
Keterangan:
● lingkup materi diperoleh berdasarkan
analisis yang terdapat dalam capaian
pembelajaran masing-masing elemen,
kemudian merumuskan tujuan
pembelajaran berdasarkan analisis dari
capaian pembelajaran.
● Kode TP merupakan pengkodean agar
mudah dalam pemetaan alur tujuan
pembelajaran. Arti kode TP, misal: B.7.1,
dimana “B” merupakan elemen Bilangan,
“7” merupakan perencanaan di Kelas 7,
dan “1” merupakan tujuan pembelajaran.
“A” elemen Aljabar, “P” elemen
Pengukuran, “G” elemen Geometri, dan
“D” elemen Analisis Data dan Peluang.
● Urutan elemen, capaian pembelajaran,
tujuan pembelajaran, dan kode tidak
menggambarkan urutan alur tujuan
pembelajaran.
● Alokasi Waktu merupakan perencanaan
jumlah jam pelajaran berdasarkan
masing-masing tujuan pembelajaran.
Lingkup
Materi
31. Inspirasi Penyusunan tujuan pembelajaran (TP) dan alur tujuan pembelajaran
(ATP)
Keterangan:
● lingkup materi diperoleh berdasarkan
analisis yang terdapat dalam capaian
pembelajaran masing-masing elemen,
kemudian merumuskan tujuan
pembelajaran berdasarkan analisis dari
capaian pembelajaran.
● Kode TP merupakan pengkodean agar
mudah dalam pemetaan alur tujuan
pembelajaran. Arti kode TP, misal: B.7.1,
dimana “B” merupakan elemen Bilangan,
“7” merupakan perencanaan di Kelas 7,
dan “1” merupakan tujuan pembelajaran.
“A” elemen Aljabar, “P” elemen
Pengukuran, “G” elemen Geometri, dan
“D” elemen Analisis Data dan Peluang.
● Urutan elemen, capaian pembelajaran,
tujuan pembelajaran, dan kode tidak
menggambarkan urutan alur tujuan
pembelajaran.
● Alokasi Waktu merupakan perencanaan
jumlah jam pelajaran berdasarkan
masing-masing tujuan pembelajaran.
32. Inspirasi Penyusunan tujuan pembelajaran (TP) dan alur tujuan pembelajaran
(ATP)
Keterangan:
● Konten (materi) diperoleh berdasarkan
analisis yang terdapat dalam capaian
pembelajaran masing-masing elemen,
kemudian merumuskan tujuan
pembelajaran berdasarkan analisis dari
capaian pembelajaran.
● Kode TP merupakan pengkodean agar
mudah dalam pemetaan alur tujuan
pembelajaran. Arti kode TP, misal: B.7.1,
dimana “B” merupakan elemen Bilangan,
“7” merupakan perencanaan di Kelas 7,
dan “1” merupakan tujuan pembelajaran.
“A” elemen Aljabar, “P” elemen
Pengukuran, “G” elemen Geometri, dan
“D” elemen Analisis Data dan Peluang.
● Urutan elemen, capaian pembelajaran,
tujuan pembelajaran, dan kode tidak
menggambarkan urutan alur tujuan
pembelajaran.
● Alokasi Waktu merupakan perencanaan
jumlah jam pelajaran berdasarkan
masing-masing tujuan pembelajaran.
33. Inspirasi Penyusunan tujuan pembelajaran (TP) dan alur tujuan pembelajaran
(ATP)
Keterangan:
● Konten (materi) diperoleh berdasarkan
analisis yang terdapat dalam capaian
pembelajaran masing-masing elemen,
kemudian merumuskan tujuan
pembelajaran berdasarkan analisis dari
capaian pembelajaran.
● Kode TP merupakan pengkodean agar
mudah dalam pemetaan alur tujuan
pembelajaran. Arti kode TP, misal: B.7.1,
dimana “B” merupakan elemen Bilangan,
“7” merupakan perencanaan di Kelas 7,
dan “1” merupakan tujuan pembelajaran.
“A” elemen Aljabar, “P” elemen
Pengukuran, “G” elemen Geometri, dan
“D” elemen Analisis Data dan Peluang.
● Urutan elemen, capaian pembelajaran,
tujuan pembelajaran, dan kode tidak
menggambarkan urutan alur tujuan
pembelajaran.
● Alokasi Waktu merupakan perencanaan
jumlah jam pelajaran berdasarkan
masing-masing tujuan pembelajaran.
34. Jelas
dokumen mudah dipahami
Merupakan merupakan aktivitas untuk merumuskan:
a. capaian pembelajaran yang menjadi tujuan belajar dari suatu unit pembelajaran;
b. cara untuk mencapai tujuan belajar ,dan
c. cara menilai ketercapaian tujuan belajar.
Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan
Pembelajaran
dituangkan dalam
bentuk yang:
Sederhana
dokumen yang berisi hal pokok dan penting sebagai
acuan pelaksanaan pembelajaran
Fleksibel
dokumen tidak terikat pada bentuk tertentu dan dapat
disesuaikan dengan konteks pembelajaran
Perlu diketahui
35. Dokumen Perencanaan pembelajaran ini dapat
berupa:
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
1
Modul Ajar
2
Apabila pendidik menggunakan modul
ajar, maka ia tidak perlu membuat RPP
karena komponen-komponen dalam
modul ajar meliputi komponen-
komponen dalam RPP.
Komponen minimum dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran
Komponen minimum dalam
modul ajar
● Tujuan pembelajaran (salah satu dari tujuan
dalam alur tujuan pembelajaran)
● Langkah-langkah atau kegiatan pembelajaran.
Biasanya untuk satu atau lebih pertemuan.
● Asesmen pembelajaran: Rencana asesmen
untuk di awal pembelajaran dan rencana
asesmen di akhir pembelajaran untuk
mengecek ketercapaian tujuan pembelajaran
● Tujuan pembelajaran (salah satu dari tujuan
dalam alur tujuan pembelajaran)
● Langkah-langkah atau kegiatan
pembelajaran. Biasanya untuk satu tujuan
pembelajaran yang dicapai dalam satu atau
lebih pertemuan.
● Rencana asesmen untuk di awal
pembelajaran beserta instrumen dan cara
penilaiannya
● Rencana asesmen di akhir pembelajaran
untuk mengecek ketercapaian tujuan
pembelajaran beserta instrumen dan cara
penilaiannya
● Media pembelajaran yang digunakan,
termasuk misalnya bahan bacaan yang
digunakan, lembar kegiatan, video, atau
tautan situs web yang perlu dipelajari
peserta didik
Pilihan Dokumen Perencanaan Pembelajaran
36. “Komponen dalam
Perencanaan
Pembelajaran ditentukan
oleh pendidik
berdasarkan
kebutuhannya”
Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PALING SEDIKIT memuat:
Tujuan
Pembelajaran
Langkah/
Kegiatan
Pembelajaran
Penilaian/
Asesmen
Pembelajaran
Memuat kompetensi dan
lingkup materi pembelajaran
yang sesuai dengan kurikulum
satuan pendidikan
● Kegiatan belajar sesuai
dengan kemampuan dan
tahapan perkembangan
peserta didik
● Menunjukkan bagaimana
media pembelajaran
digunakan
Proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk
mengetahui kesiapan dan
hasil belajar peserta didik
(untuk pendidikan khusus
memperhatikan kebutuhan peserta
didik)
Pendidik dapat mengembangkan lebih dari 3 komponen tersebut, asalkan relevan dengan
kebutuhannya. Penyederhanaan ini berfokus agar pendidik dapat lebih menyelaraskan dan
mengembangkan aktivitas pembelajaran dan penilaian (asesmen)
Perlu diketahui
38. Pembelajaran terdiferensiasi
didasarkan pada hasil asesmen
awal pembelajaran pada lingkup
materi tertentu.
Hasil asesmen awal pembelajaran
ini memberikan informasi kesiapan
belajar peserta didik (readiness),
yaitu informasi kesesuaian
pengetahuan atau keterampilan
yang dimiliki peserta didik saat ini,
dengan pengetahuan atau
keterampilan baru yang akan
dipelajari.
Asesmen di awal pembelajaran dilakukan
hanya terkait kesiapan peserta didik
pada kompetensi yang akan
dituju/dipelajari.
Hasilnya digunakan untuk
menyesuaikan rencana pembelajaran
yang dibuat agar sesuai dengan tahap
pembelajaran peserta didik.
Asesmen pada awal pembelajaran
diharapkan dapat dilakukan secara
natural, seperti diskusi ringan
pemantik di awal kegiatan, permainan,
kuis, atau tes sederhana.
Melakukan Asemen Awal Guna
Mengidentifikasi Kebutuhan
Belajar Peserta Didik
Penyusunan Perencanaan Pembelajaran
Melakukan Diferesiasi
Pembelajaran
Perlu diketahui
39. Diferensiasi Konten (Materi) Diferensiasi Proses (Metode/Strategi) Diferensiasi Produk
Materi pembelajaran disesuaikan dengan
kesiapan peserta didik berdasarkan
kompleksitasnya.
Misal:
Kompetensi yang akan dicapai yaitu
mengurutkan dan membandingkan bilangan
bulat terkait dalam keseharian
Pendidik dapat melakukan diferensiasi
terhadap pemahaman konsep bilangan bulat
peserta didik di kelas
Proses Pembelajaran disesuaikan dengan
kemampuan penerimaan/keterampilan
peserta didik.
Misal:
Kompetensi memahami gaya dan tekanan.
Pendidik dapat melakukan diferensiasi berupa:
● pendampingan pada praktik yang
dilakukan peserta didik secara langsung
● Modeling-praktik-kerja mandiri-review
● Memberi pertanyaan pemantik untuk
belajar mandiri
Penyesuaian hasil dari kegiatan pembelajaran
berdasarkan peminatan peserta didik
Misal:
Menceritakan ulang nilai-nilai luhur yang
didapatkan dalam teks narasi (dongeng
nusantara)
Pendidik dapat melakukan diferensiasi produk
hasil belajar peserta didik berupa:
● Bahan tayang visual (poster, slide
paparan, dan sejenisnya)
● Podcast
● Review berbasis media Audio-visual
● Pagelaran drama
Perlu diketahui
Diferensiasi Pembelajaran
40. 1. Mayoritas peserta didik telah memahami konsep keliling dan dapat menghitung keliling
bangun datar.
2. Beberapa peserta didik dapat memahami konsep keliling, namun belum lancar dalam
menghitung keliling bangun datar.
3. Beberapa peserta didik belum memahami konsep keliling.
Instrumen asesmen awal pembelajaran yang digunakan adalah soal isian singkat dan soal
cerita yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari terkait keliling segiempat, segitiga,
dan lingkaran.
Atas jawaban peserta didik, pendidik mengidentifikasi kesiapan peserta didik di kelasnya, yaitu:
Inspirasi Pelaksanaan Pembelajaran Terdiferensiasi
Kesiapan Belajar
(readiness)
Mayoritas peserta didik telah
memahami konsep keliling dan
dapat menghitung keliling
bangun datar.
Beberapa peserta didik dapat
memahami konsep keliling,
namun belum lancar dalam
menghitung keliling bangun
datar
Beberapa peserta didik belum
memahami konsep keliling.
Pembelajaran
Terdiferensiasi
● Peserta didik mengerjakan
soal yang lebih menantang
yang mengaplikasikan
konsep keliling dalam
kehidupan sehari-hari.
● Peserta didik bekerja
secara mandiri dan saling
memeriksa pekerjaan
masing-masing.
Pendidik menjelaskan cara menghitung keliling bangun datar
Peserta didik diberi latihan untuk berkelompok menghitung keliling
bangun datar dengan menggunakan bantuan benda-benda konkret.
Jika mengalami kesulian, peserta didik diminta mengajukan
pertanyaan kepada 3 teman sebelum bertanya langsung kepada
pendidik. Pendidik akan sesekali mendampingi kelompok untuk
memastikan agar tidak terjadi miskonsepsi.
Berdasarkan data tersebut, pendidik melakukan pembelajaran berdiferensiasi sebagai berikut:
41. ● Asesmen untuk perbaikan
proses pembelajaran
● Berfungsi sebagai
asesmen formatif
● Asesmen untuk evaluasi
pada akhir proses
pembelajaran
● Berfungsi sebagai
asesmen sumatif
Selama ini pelaksanaan asesmen cenderung berfokus
pada asesmen sumatif yang dijadikan acuan untuk
mengisi laporan hasil belajar. Hasil asesmen belum
dimanfaatkan sebagai umpan balik untuk perbaikan
pembelajaran.
Pada kurikulum merdeka, pendidik diharapkan lebih
berfokus pada asesmen formatif dibandingkan sumatif
dan menggunakan hasil asesmen formatif untuk
perbaikan proses pembelajaran yang berkelanjutan,
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar berikut ini:
Perubahan Paradigma Penilaian
(Asesmen)
Asesmen UNTUK Proses
Pembelajaran
(Assessment FOR Learning)
Asesmen PADA AKHIR
Proses Pembelajaran
(Assessment OF Learning)
Asesmen SEBAGAI
Proses Pembelajaran
(Assessment AS Learning)
● Asesmen untuk refleksi
proses pembelajaran
● Berfungsi sebagai
asesmen formatif
Perlu diketahui
42. ● Merupakan alat ukur untuk
mengetahui pencapaian hasil
belajar peserta didik dalam satu
lingkup materi atau periode tertentu,
misalnya satu lingkup materi, akhir
semester, atau akhir tahun ajaran;
● Capaian hasil belajar untuk
dibandingkan dengan kriteria
capaian yang telah ditetapkan
● Digunakan pendidik atau satuan
pendidikan untuk mengevaluasi
efektivitas program pembelajaran.
Kedua memiliki kesamaan yaitu adanya umpan balik untuk pemberian intervensi kepada
peserta didik maupun perbaikan proses pembelajaran berikutnya;
Karakteristik
Asesmen Formatif dan Sumatif
Formatif Sumatif
● Terpadu dengan proses pembelajaran,
sehingga asesmen formatif dan
pembelajaran menjadi suatu kesatuan.
Perencanaan asesmen formatif dibuat
menyatu dengan perencanaan
pembelajaran;
● Melibatkan peserta didik dalam
pelaksanaannya (misalnya melalui
penilaian diri, penilaian antarteman, dan
refleksi metakognitif terhadap proses
belajarnya);
● Memperhatikan kemajuan
penguasaan dalam berbagai ranah,
meliputi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan, sehingga dibutuhkan
metode/strategi pembelajaran dan
teknik/instrumen.
“Pendidik dan satuan
pendidikan diberikan
keleluasaan untuk
mengatur pelaksanaan
asesmen formatif
maupun sumatif melalui
berbagai teknik guna
mengukur dan
mengintervensi capaian
yang dilakukan dalam
pembelajaran”
43. ● Dilakukan secara terus menerus
bersamaan dengan proses
pembelajaran
● menggunakan berbagai teknik
asesmen sesuai dengan target
pada tujuan pembelajaran
● memberikan umpan balik baik
untuk peserta didik maupun
pendidik
● berorientasi pada perubahan,
bukan sekadar memenuhi
kuantitas nilai yang termuat dalam
rapor
● bersifat informatif
● Dilakukan untuk mengonfirmasi
capaian pembelajaran peserta
didik pada periode tertentu (akhir
lingkup materi, semester atau
akhir jenjang)
● Hasilnya akan digunakan sebagai
bahan pengolah laporan hasil
belajar
● Pemberian umpan balik tetap
dilakukan walaupun data hasil
pengukuran capaian telah didapat
● Menggunakan berbagai teknik
asesmen
Hal yang harus diperhatikan
dalam melaksanakan Formatif
Pelaksanaan Asesmen Formatif dan Sumatif
Hal yang harus diperhatikan
dalam melaksanakan Sumatif
Perlu diketahui
44. Pemberian soal/pertanyaan yang menuntut peserta didik
menjawab secara lisan, dan dapat diberikan secara klasikal
ketika pembelajaran
Asesmen performa dapat berupa praktik, menghasilkan produk,
melakukan projek, dan membuat portofolio.
Peserta didik diamati secara berkala, dengan fokus secara
keseluruhan maupun individu. Observasi bisa dilakukan dalam
tugas atau aktivitas rutin/harian.
Teknik dan Instrumen Asesmen
“Terdapat berbagai teknik
dalam melakukan
asesmen, pendidik
diberikan keleluasaan
memilih teknik dan
instrumen agar asesmen
selaras dengan kegiatan
pembelajaran. Sehingga
hasil belajar peserta didik
valid dan dapat ditindak
lanjuti”
Observasi
Penilaian Kinerja (Performance Test)
Tes Lisan
Teknik Asesmen Tes dengan soal dan jawaban disajikan secara tertulis.
Tes Tertulis
Kumpulan dokumen hasil penilaian, penghargaan, dan karya
peserta didik dalam bidang tertentu yang mencerminkan
perkembangan (reflektif-integratif) dalam kurun waktu tertentu.
Portofolio
45. Teknik dan Instrumen Asesmen
“Terdapat berbagai teknik
dalam melakukan
asesmen, pendidik
diberikan keleluasaan
memilih teknik dan
instrumen agar asesmen
selaras dengan kegiatan
pembelajaran. Sehingga
hasil belajar peserta didik
valid dan dapat ditindak
lanjuti”
Rubrik
Ceklist
Grafik Perkembangan
Instrumen Asesmen
Catatan Anekdotal
Pedoman yang dibuat untuk menilai dan mengevaluasi kualitas
capaian kinerja peserta didik. Capaian kinerja dituangkan dalam
bentuk kriteria atau dimensi yang akan dinilai yang dibuat secara
bertingkat dari kurang sampai terbaik.
Daftar informasi, data, ciri-ciri, karakteristik atau elemen yang
dituju.
Catatan singkat hasil observasi pada peserta didik. Berisi
catatan performa dan perilaku peserta didik yang penting,
disertai latar belakang kejadian dan hasil analisa dari observasi
yang telah dilakukan.
Grafik atau infografik yang menggambarkan tahap
perkembangan belajar peserta didik.
46. Penerapan Pola Pikir Bertumbuh
Penerapan pola pikir
bertumbuh dalam asesmen
diharapkan membangun
kesadaran bahwa proses
pencapaian tujuan
pembelajaran, lebih
penting daripada sebatas
hasil akhir.
Pendidik diharapkan mampu menerapkan ide penerapan
pola pikir bertumbuh, sebagaimana uraian di berikut ini:
Kesalahan dalam belajar itu wajar. Jika diterima, dikomunikasikan, dan dicarikan
jalan keluar, maka kesalahan akan menstimulasi perkembangan otak peserta didik.
Belajar bukan tentang kecepatan, tetapi tentang pemahaman, penalaran,
penerapan, serta kemampuan menilai dan berkarya secara mendalam.
Ekspektasi pendidik yang positif tentang kemampuan peserta didik akan sangat
mempengaruhi performa peserta didik.
Setiap peserta didik unik, memiliki peta jalan belajar yang berbeda, dan tidak perlu
dibandingkan dengan teman-temannya.
Pengondisian lingkungan belajar (fisik dan psikis) di sekolah dan rumah akan
mempengaruhi pencapaian hasil belajar.
Melatih dan membiasakan peserta didik untuk melakukan asesmen diri (self
assessment), asesmen antarteman (peer assessment), refleksi diri, dan pemberian
umpan balik antarteman (peer feedback).
Apresiasi/pesan/umpan balik yang tepat berpengaruh pada motivasi belajar peserta
didik.
47. Berikut acuan dalam memberikan umpan balik kepada peserta didik
melalui tangga umpan balik (Ladder of Feedback)
48. Penerapan Tangga Umpan Balik Berorientasi Pola Pikir Bertumbuh
(Growth Mindset)
Contoh Mengidentifikasi Unsur-unsur Bangun Ruang (Jaring-jaring Kubus) - Fase C
“Bagaimana Ananda mengetahui gambar ini akan membentuk kubus?”
Klarifikasi
“Bentuk kotak-kotak yang Ananda gambar, hampir sama sehingga mudah
jika disusun menjadi bentuk kubus.”
Nilai
“Ibu melihat Ananda menarik garis secara langsung. Bagaimana jika
menggunakan penggaris agar garisnya lebih lurus?”
Perhatian
“Jika tugas membuat jaring-jaring bangun ruang akan kita laksanakan
kembali, pada bagian yang mana Ananda akan melakukan perbaikan?”
Saran
“Selamat Nak, telah menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh dalam
mengerjakan tugas ini. Ibu juga senang karena kamu mengumpulkan
tugas tepat waktu.”
Apresiasi
49. Pendidik menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran termasuk di dalamnya rencana
asesmen formatif yang akan dilakukan di awal
pembelajaran dan asesmen di akhir
pembelajaran
1
Pendidik melakukan asesmen di awal
pembelajaran untuk menilai kesiapan setiap
individu peserta didik untuk mempelajari materi
yang telah dirancang
2
Berdasarkan hasil asesmen, pendidik
memodifikasi rencana yang dibuatnya dan/atau
membuat penyesuaian untuk sebagian peserta
didik
3
Melaksanakan pembelajaran dan
menggunakan berbagai metode asesmen
formatif untuk memonitor kemajuan belajar
4
Melaksanakan asesmen Sumatif untuk
mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran.
Asesmen ini dapat digunakan sebagai asesmen
awal pada pembelajaran berikutnya.
5 Siklus
perencanaan
dan
pelaksanaan
pembelajaran
dan asesmen
50. Pengolahan hasil penilaian dapat dilakukan dengan menganalisis secara kuantitatif dan/atau kualitatif terhadap data hasil pelaksanaan
penilaian yang berupa angka dan/atau deskripsi. Pendidik perlu menentukan kriteria untuk memetakan ketercapaian tujuan pembelajaran.
Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
Untuk mengetahui apakah peserta
didik telah berhasil mencapai tujuan
pembelajaran, pendidik perlu
menetapkan kriteria atau indikator
ketercapaian tujuan pembelajaran.
Kriteria ini dikembangkan saat pendidik
merencanakan asesmen, yang dilakukan
saat pendidik menyusun perencanaan
pembelajaran, baik dalam bentuk rencana
pelaksanaan pembelajaran ataupun
modul ajar.
Dalam menentukan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran, ada
beberapa hal penting yang perlu diperhatikan:
Tidak disarankan untuk menggunakan angka mutlak (misalnya 75, 80, dan
sebagainya) sebagai kriteria. Yang paling disarankan adalah menggunakan
deskripsi, namun jika dibutuhkan, pendidik diperkenankan untuk
menggunakan interval nilai (misalnya 70 - 85, 85 - 100, dan sebagainya).
Kriteria yang digunakan
untuk menentukan
apakah peserta didik
telah mencapai tujuan
pembelajaran dapat
dikembangkan
menggunakan beberapa
pendekatan,
1. Menggunakan deskripsi kriteria
2. Menggunakan rubrik
3. Menggunakan interval nilai
51. Kriteria:
Laporan peserta didik menunjukkan kemampuannya menulis teks eksplanasi,
hasil pengamatan, dan pengalaman secara jelas. Laporan menjelaskan hubungan
kausalitas yang logis disertai dengan argumen yang logis sehingga dapat
meyakinkan pembaca.
Contoh Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
1. Menggunakan deskripsi kriteria
Contoh salah satu tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia Fase C: “peserta didik
mampu menulis laporan hasil pengamatan dan wawancara”
52. Contoh Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
2. Menggunakan rubrik
Contoh salah satu tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia Fase C: “peserta didik
mampu menulis laporan hasil pengamatan dan wawancara”
53. Contoh Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
3. Menggunakan interval
Contoh salah satu tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia Fase C: “peserta didik
mampu menulis laporan hasil pengamatan dan wawancara”
54. Pendidik telah melaksanakan asesmen untuk salah satu tujuan pembelajaran mata
pelajaran IPAS Fase C:
Menyelidiki ragam sumber energi yang dapat dimanfaatkan di lingkungan sekitar
rubrik penilaiannya dapat dibuat sebagai berikut:
Pengolahan Hasil Asesmen
Mengolah Hasil Asesmen dalam Satu Tujuan Pembelajaran
1
Asesmen sumatif dilaksanakan secara
periodik setiap selesai satu atau lebih
tujuan pembelajaran.
Hasil asesmen perlu diolah menjadi
capaian dari tujuan pembelajaran
setiap peserta didik. Pendidik dapat
menggunakan data kualitatif sebagai hasil
asesmen tujuan pembelajaran peserta
didik.
Namun, dapat juga menggunakan data
kuantitatif dan mendeskripsikannya
secara kualitatif. Pendidik diberi
keleluasaan untuk mengolah data
kuantitatif, baik secara rerata maupun
proporsional.
Bukti Tujuan
Pembelajaran
Perlu Bimbingan
(0-60)
Cukup
(61-70)
Baik
(71-80)
Sangat Baik
(81-100)
1. Mampu
menguraikan
manfaat sumber
energi
Belum mampu
menguraikan
manfaat
sumber energi
Menguraikan
1 contoh
manfaat
sumber energi
Menguraikan
2 contoh
manfaat
sumber energi
Menguraikan
lebih dari
2 contoh
manfaat
sumber energi
2. Mampu
melakukan
pengamatan
sesuai prosedur
Memerlukan
bimbingan
dalam
melakukan
prosedur
pengamatan
Melakukan
prosedur
pengamatan
secara mandiri,
namun masih
ditemukan
1 atau 2 kali
kesalahan
Melakukan
prosedur
pengamatan
secara mandiri
dengan tepat
Mampu
mengarahkan
teman yang
lain dalam
melakukan
prosedur
pengamatan
Pendidik menentukan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran pada kualitas yang diyakininya, misalkan pada kualitas CUKUP,
peserta didik dianggap telah mencapai kriteria ketercapaian kompetensi.
55. Nama
Kualitas Bukti
(Indikator 1)
Kualitas Bukti
(Indikator 2)
Deskripsi
Nilai
(rerata)
Amar Baik
(75)
Cukup
(69)
Mampu menguraikan 2 contoh manfaat sumber energi dan dapat
melakukan prosedur pengamatan secara mandiri meskipun masih
ditemukan 1 atau 2 kali kesalahan
72
Badu Perlu
Bimbingan
(55)
Cukup
(63)
Belum mampu menguraikan manfaat sumber energi tetapi dapat
melakukan prosedur pengamatan secara mandiri meskipun masih
ditemukan 1 atau 2 kali kesalahan
59*
Candra Sangat Baik
(95)
Baik
(80)
Mampu menguraikan lebih dari 2 contoh manfaat sumber energi
serta dapat melakukan prosedur pengamatan secara mandiri
dengan tepat
87,5
Berdasarkan hasil asesmen TES untuk indikator 1 dan UNJUK KERJA untuk indikator 2 yang telah dilaksanakan pendidik, untuk pengolahan hasil
asesmen tujuan pembelajaran dapat disajikan seperti dalam tabel berikut ini
Pengolahan Hasil Asesmen
Pendidik menentukan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran pada kualitas yang diyakininya, misalkan pada kualitas CUKUP,
peserta didik dianggap telah mencapai kriteria ketercapaian kompetensi.
* peserta didik belum memenuhi kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran.
56. Penting untuk Diperhatikan
Untuk mendapatkan nilai akhir mata pelajaran tersebut, data kuantitatif langsung
diolah, sedangkan untuk deskripsi, pendidik dapat memberikan penjelasan mengenai
kompetensi yang sudah dikuasai peserta didik, mana kompetensi yang belum
dikuasai, dan dapat ditambahkan tindak lanjut secara ringkas bila ada.
Pengolahan Hasil Asesmen
Mengolah Capaian Tujuan Pembelajaran menjadi Nilai Akhir
2
Pendidik tidak mencampur penghitungan
dari hasil asesmen formatif dan sumatif
karena asesmen formatif dan sumatif
memiliki fungsi yang berbeda.
Asesmen formatif bertujuan untuk
memberikan umpan balik pada proses
sehingga asesmen formatif bukan menjadi
penentu atau pembagi untuk nilai akhir
Dalam mengolah dan menentukan hasil
akhir asesmen sumatif, pendidik perlu
membagi asesmennya ke dalam beberapa
kegiatan asesmen sumatif agar peserta
didik dapat menyelesaikan asesmen
sumatifnya dalam kondisi yang optimal
(tidak terburu-buru atau tidak terlalu
padat). Untuk situasi ini, nilai akhir
merupakan gabungan dari beberapa
kegiatan asesmen tersebut
Bila pengukuran pencapaian dilakukan untuk setiap tujuan
pembelajaran dengan data kuantitatif (angka pencapaian)
Cara 1
Contoh Pengolahan Tujuan Pembelajaran menjadi Nilai Akhir dapat dilakukan
melalui 2 cara berdasarkan bentuk datanya:
Bila pengukuran pencapaian dilakukan untuk setiap tujuan
pembelajaran dengan data kualitatif (skala dengan deskriptor)
Cara 2
57. Pengolahan Hasil Asesmen
Bila pengukuran pencapaian dilakukan untuk setiap tujuan
pembelajaran dengan data kuantitatif (angka pencapaian)
Cara 1
Misalnya, dalam 1 semester ada 6 tujuan
pembelajaran untuk mapel IPA, 7 tujuan
pembelajaran untuk B.Indonesia, dan 5 tujuan
pembelajaran untuk mapel Agama (contoh hanya
3 mapel, namun cara ini dapat berlaku untuk
semua mapel).
Asumsi: satuan pendidikan menggunakan
rentang nilai untuk ketercapaian tujuan
pembelajaran. Rentang ini bisa sama untuk
setiap mapel atau berbeda, tergantung
kesepakatan para pendidik di satuan pendidikan.
Ketuntasan ditentukan untuk setiap tujuan
pembelajaran, bukan hasil akhir pengolahan
nilai sumatif per mata pelajaran.
Ketidaktuntasan ditandai (*) di tujuan
pembelajaran tertentu saja. Hal ini bertujuan
untuk mengkomunikasikan kepada orang tua
dan peserta didik tentang tujuan pembelajaran
mana yang belum dituntaskan oleh peserta
didik.
Pada contoh ini pendidik menyepakati bahwa rentang nilai 0-55 belum mencapai ketuntasan dan 56- 100 sudah mencapai ketuntasan.
Perlu diketahui
58. Pengolahan Hasil Asesmen
Bila pengukuran pencapaian dilakukan untuk setiap tujuan
pembelajaran dengan data kualitatif (skala dengan deskriptor)
Cara 2
Asumsi:
Penilaian tujuan pembelajaran ini dilakukan
dengan menggunakan rubrik 4 kategori yaitu:
● Perlu bimbingan (1)
peserta didik masih kesulitan dan
sangat bergantung pada bimbingan
● Cukup (2)
peserta didik masih kesulitan dalam
mencapai sebagian tujuan
pembelajaran
● Baik (3)
peserta didik sudah menuntaskan
sebagian besar indikator tujuan
pembelajaran
● Sangat Baik (4)
peserta didik mengikuti pembelajaran
selanjutnya dan dilibatkan diberikan
pengayaan
Tanda centang diberikan
sesuai dengan rubrik
ketercapaian yang ada
pada masing-masing tujuan
pembelajaran
deskriptor tertera pada
rubrik penilaian yang telah
disusun.
Perlu diketahui
61. Penyusunan Deskripsi berdasarkan Capaian Pembelajaran
Terdapat 3 opsi dalam menyusun deskripsi capaian kompetensi pada rapor, ketiga opsi tersebut sebagai berikut:
Dalam penyusunan deskripsi
capaian kompetensi,
pendidik harus
mengidentifikasi capaian
kompetensi tertinggi dan
terendah. Untuk melihat
capaian kompetensi tertinggi
ditandai dengan warna hijau
dan capaian kompetensi
terendah ditandai dengan
warna merah
Opsi 1 : Deskripsi Berdasarkan CP 1
62. Penyusunan Deskripsi berdasarkan Capaian Pembelajaran
Opsi 2 : Deskripsi Berdasarkan ATP 2
Dalam penyusunan deskripsi
capaian kompetensi,
pendidik harus
mengidentifikasi capaian
kompetensi tertinggi dan
terendah. Untuk melihat
capaian kompetensi tertinggi
ditandai dengan warna hijau
dan capaian kompetensi
terendah ditandai dengan
warna merah
63. Penyusunan Deskripsi berdasarkan Capaian Pembelajaran
Opsi 3 : Deskripsi mengambil dari poin-poin
penting dari materi yang sudah diberikan 2
Dalam penyusunan deskripsi
capaian kompetensi,
pendidik harus
mengidentifikasi capaian
kompetensi tertinggi dan
terendah. Untuk melihat
capaian kompetensi tertinggi
ditandai dengan warna hijau
dan capaian kompetensi
terendah ditandai dengan
warna merah
65. Pelaporan hasil penilaian (asesmen) dituangkan dalam bentuk laporan kemajuan belajar. Laporan
hasil belajar merupakan dokumen yang disusun berdasarkan pengolahan hasil Penilaian.
Bentuk-bentuk laporan hasil belajar diantaranya:`
Pengolahan Hasil Asesmen
Rapor
1
Portofolio
2
Diskusi/Konferensi
3
Pameran Karya
4
66. Sebagaimana diuraikan pada prinsip asesme, laporan
hasil belajar hendaknya bersifat sederhana dan
informatif. Dapat memberikan informasi yang bermanfaat
tentang karakter dan kompetensi yang dicapai, serta
strategi tindak lanjut bagi pendidik, satuan pendidikan dan
orang tua untuk mendukung capaian pembelajaran.
Bentuk Laporan Hasil Belajar
Rapor
1
1. Identitas peserta didik
2. Nama satuan pendidikan
3. Kelas
4. Semester
5. Mata pelajaran
6. Nilai
7. Deskripsi
8. Catatan guru
9. Presensi
10. Kegiatan ekstrakurikuler.
Komponen pada Rapor DIKDASMEN
Catatan:
Format dapat disesuaikan berdasarkan
struktur kurikulum masing-masing
jenjang.
Deskripsi capaian kompetensi peserta
didik berisi informasi tentang
kompetensi yang sudah dicapai dan
kompetensi yang perlu ditingkatkan.
Deskripsi menggunakan kalimat positif
dan memotivasi.
67. Tujuan dari portofolio adalah kumpulan dokumen dari hasil
karya peserta didik. Isi portofolio adalah hasil karya peserta
didik yang dipilih oleh peserta didik, berdasarkan hasil diskusi
dengan pendidik. Portfolio bisa berupa foto, video, infografis,
poster atau karya apapun yang bukan berupa lembar soal -
jawaban.
Bentuk Laporan Hasil Belajar
Portofolio
2
68. Tujuan diskusi adalah berbagi informasi antara pendidik,
peserta didik dan orang tua. Sekolah perlu menentukan
fungsi dari suatu diskusi untuk dapat mengembangkan struktur,
dan kegiatannya melibatkan menentukan target belajar. Diskusi
atau konferensi bisa dalam struktur formal maupun informal.
Bentuk Laporan Hasil Belajar
Diskusi/Konferensi
3
69. Tujuan dari pameran karya adalah sebagai perayaan proses
belajar peserta didik dan juga sebagai asesmen sumatif.
Pameran karya berisi proses dari pembelajaran hingga produk
dari sebuah proyek belajar. Pameran karya bisa mengundang
orang tua peserta didik, komunitas sekolah maupun
mengundang peserta didik dan pendidik dari sekolah lain untuk
saling belajar dan mendapatkan umpan balik dari audiens yang
lebih luas selain pendidik kelas
Bentuk Laporan Hasil Belajar
Pameran Karya
4
70. Pembelajaran dilaksanakan menggunakan prinsip mastery learning
yang sangat sesuai dengan pembelajaran berdiferensiasi atau
pembelajaran sesuai tahap capaian (teaching at the right level).
Setiap peserta didik mempelajari tujuan pembelajaran yang sama
dalam setiap pertemuan, namun bagi peserta didik yang tidak
dapat mencapai kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran perlu
ditindaklanjuti dengan memberikan perlakukan khusus agar
dapat mencapainya. Dengan kata lain, tindakan untuk peserta didik
yang berisiko tidak seharusnya menunggu hingga tahun ajaran,
tetapi perlu segera diberikan.
Mekanisme Kenaikan Kelas
Pada MI, MTs, MA, MAK, atau sederajat,
kenaikan kelas mempertimbangkan
pencapaian peserta didik pada semua mata
pelajaran dan ekstrakurikuler serta prestasi
lain selama 1 (satu) tahun ajaran
Dalam Kurikulum Merdeka penggunaan fase dalam Capaian
Pembelajaran adalah salah satu alasan mengapa peserta didik
dapat terus naik kelas bersama teman-teman sebayanya
meskipun ia dinilai belum sepenuhnya mencapai kompetensi
yang ditetapkan dalam Capaian Pembelajaran di fase
sebelumnya atau tujuan pembelajaran yang ditargetkan untuk
dicapai pada kelas tersebut.
Apabila terdapat tujuan
pembelajaran pada mata
pelajaran tertentu yang
tidak tercapai sampai
saatnya kenaikan kelas,
maka pada rapor peserta
didik tersebut dituangkan
nilai aktual yang dicapai dan
dideskripsikan bahwa peserta
didik tersebut masih memiliki
tujuan pembelajaran yang
perlu ditindaklanjuti di kelas
berikutnya
Dalam proses penentuan peserta
didik tidak naik kelas, perlu
dilakukan musyawarah dan
pertimbangan yang matang sehingga
opsi tidak naik kelas menjadi
pilihan paling akhir apabila seluruh
pertimbangan dan perlakuan telah
dilaksanakan.
a. Laporan kemajuan belajar yang mencerminkan
pencapaian peserta didik pada semua mata
pelajaran
b. Laporan pencapaian projek penguatan profil
pelajar Pancasila
c. Portofolio
d. Paspor keterampilan (skill passport) dan
rekognisi pembelajaran lampau pada peserta
didik jenjang SMK
e. Prestasi akademik dan non-akademik
f. Ekstrakurikuler
g. Penghargaan peserta didik
h. Tingkat kehadiran
Perlu diperhatikan
71. Isu-isu terkait Kenaikan Kelas
Contoh Isu Pertimbangan yang Diambil Sekolah
Peserta didik mempunyai tujuan
pembelajaran yang belum tuntas
(ada tujuan-tujuan pembelajaran
yang hasilnya belum memenuhi
pencapaian minimum).
Peserta didik dapat dipertimbangkan naik di kelas berikutnya dengan pendampingan tambahan untuk
menyelesaikan tujuan pembelajaran yang belum tercapai/tuntas.
Peserta didik mempunyai masalah
presensi/ketidakhadiran
yang banyak (Banyaknya jumlah
ketidakhadiran disepakati oleh satuan
pendidikan)
Dapat dipertimbangkan dengan mengetahui alasan ketidakhadiran. Jika peserta didik tidak hadir karena
kondisi keluarga (siswa yang membantu orang tua bekerja karena alasan ekonomi) atau masalah kesehatan
peserta didik, maka dapat dipertimbangkan naik dengan catatan khusus. Jika alasan ketidakhadiran karena
“malas”, meskipun kecil kemungkinan untuk naik kelas; peserta didik tetap dapat dipertimbangkan naik
dengan catatan di rapor bagian sikap yang perlu ditindaklanjuti di kelas berikutnya. Misalnya, permasalahan
ketidakhadiran harus diselesaikan dalam jangka waktu satu tahun dengan cara konseling atau behavior
treatment lain. Khusus permasalahan ketidakhadiran, wali kelas harus dapat mendeteksi permasalahan ini
sedini mungkin, sehingga tidak terjadi penumpukan jumlah ketidakhadiran dari peserta didik di akhir
semester.
72. Mekanisme Kelulusan
Penentuan kelulusan dari satuan pendidikan dilakukan dengan mempertimbangkan
laporan kemajuan belajar yang mencerminkan pencapaian peserta didik pada semua
mata pelajaran dan ekstrakurikuler serta prestasi lain pada
Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan/program
pendidikan setelah:
Menyelesaikan Seluruh Program
Pembelajaran
1
Mengikuti penilaian sumatif yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan.
2