Konversi hutan menyebabkan berkurangnya fungsi ekologis hutan dan dampak lingkungan seperti perubahan iklim, keanekaragaman hayati, air dan erosi tanah. Hutan dibagi menjadi suaka alam, pelestarian alam dan produksi yang masing-masing memiliki peraturan khusus tentang perlindungan dan pemanfaatan sumber daya alam.
1. Dampak Konversi Hutan
Hutan yang dicadangkan untuk penggunaan lain, dapat dikonversi untuk
pengelolaan non-kehutanan seperti perkebunan, pertanian dan pertambangan.
Kerusakan hutan di Indonesia di sebabkan oleh :
Pertumbuhan penduduk dan penyebarannya yang tidak merata
Konversi hutan untuk perkembangan, perkebunan, pertanian dan
pertambangan
Pengabaian dan ketidaktahuan mengenai kepemilikan lahan secara
tradisional
Peranan adat dalam memanfaatkan sumber daya alam
Program transmigrasi nasional
Pencemaran industry pertanian pada hutan lahan basah
Degradasi hutan bakau yang disebabkan oleh konversi menjadi tambak
Pemungutan spesies hutan secara berlebihan
Hutan konversi dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Hutan suaka alam
2. Hutan pelestarian alam
3. Hutan produksi
Dampak dari konversi hutan :
Mengakibatkan menurunnya daya kemampuan hutan untuk menjalankan fungsi
ekologisnya sehingga dapat menimbulkan dampak pada lingkungan yang serius
seperti perubahan iklim, berkurangnya keanekaragaman hayati, ketersediaan
sumberdaya air dan erosi tanah.
2. Hutan suaka alam
Hutan suaka alam adalah hutan atau kawasan hutan yang dikelola untuk
melindungi kekayaan keanekaragaman hayati atau keindahan alam di dalamnya.
Istilah lainnya adalah hutan konservasi atau kawasan konservasi.
Yang Termasuk ke dalam katagori hutan suaka alam adalah :
- kawasan suaka alam seperti halnya cagar alam dan suaka margasatwa
Cagar alam adalah suatu kawasan suaka alam karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem
tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.
Contoh kawasan yang dijadikan cagar alam di Indonesia adalah Pananjung
Pangandaran di Jawa Barat dan Nusa Kambangan di Jawa Barat.
Suaka Margasatwa adalah Hutan suaka alam yang mempunyai ciri khas
berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan
hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya. Hutan lindung juga
dapat di kategorikan sebagai kawasan suaka alam.
Tempat-tempat cagar alam dan suaka margasatwa di Indonesia sebagai tempat
penangkaran hewan dan tumbuhan langka yang dilindungi pemerintah :
Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu yang terdapat di Kabupaten
Bengkalis dan Siak, Riau, bakal menjadi tempat penangkaran labi-labi lokal
(Amyda cartilaginea).
Cagar alam pulau bawean sebagai tempat pelestarian rusa bawean salah
satu jenis rusa yang hanya ada dipulau tersebut dan dikategorikan langka
oleh pemerintah.
Cagar Alam Pananjung Memiliki berbagai flora dan fauna langka seperti
Bunga Raflesia Padma, Banteng, Rusa dan berbagai jenis Kera.
Suaka margasatwa taman safari yang ada di Bogor memiliki banyak sekali
hewan-hewan yang hamper punah.
Suaka margasatwa ragunan yang ada di Jakarta
3. Hutan pelestarian alam
hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Kawasan Pelestarian Alam, terdiri dari :
1. Kawasan Taman Nasional;
2. Kawasan Taman Hutan Raya;
3. Kawasan Taman Wisata Alam.
Taman Nasional
Kawasan Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan
rekreasi.
Suatu kawasan ditunjuk sebagai Kawasan Taman Nasional, apabila telah
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. memiliki sumber daya alam hayati dan ekosistem yang khas dan unik yang
masih utuh dan alami serta gejala alam yang unik;
2. memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh;
3. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis
secara alami; dan
4. merupakan wilayah yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona
pemanfaatan, zona rimba, dan/atau zona lainnya sesuai dengan
keperluan. (Pasal 8 PP No. 28 Th. 2011)
4. Taman Hutan Raya (Tahura)
Kawasan Taman Hutan Raya (tahura) adalah kawasan pelestarian alam
untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis
asli dan atau bukan jenis asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian,
ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan
rekreasi.
Suatu kawasan ditetapkan sebagai Kawasan Taman Hutan Raya, apabila telah
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam;
2. mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk pengembangan koleksi
tumbuhan dan/atau satwa;
3. merupakan wilayah dengan ciri khas baik asli maupun buatan, pada wilayah
yang ekosistemnya masih utuh ataupun wilayah yang ekosistemnya sudah
berubah.
Kawasan Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam dengan
tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi
alam.Suatu kawasan ditetapkan sebagai Kawasan Taman Wisata Alam, apabila
telah memenuhi kriteria sebagai berikut
1. mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau bentang alam,
gejala alam serta formasi geologi yang unik
2. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya
tarik alam untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam; dan
3. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan
pariwisata alam.
5. Hutan produksi
Pengertian dan Definisi dari Hutan Produksi adalah areal hutan yang
dipertahankan sebagai kawasan hutan dan berfungsi untuk menghasilkan hasil
hutan bagi kepentingna konsumsi masyarakat, industry dan eksport. Hutan ini
biasanya terletak di dalam batas-batas suatu HPH ( Hak Pengusahaan Hutan ) dan
memiliki izin HPH kemudian dikelola untuk menghasilkan kayu, rotan dan hasil
hutan lainnya. Dengan pengelolaan yang baik, tingkat penebangan diimbangi
dengan penanaman dan pertumbuhan ulang sehingga hutan terus menghasilkan
sema jenis hasil hutan secara lestari. Secara praktis, hutan-hutan di kawasan HPH
sering di gunakan secara berlebihan dan kadang ditebang habis.
Hutan produksi dapat dibagi menjadi Hutan Produksi tetap (HP), Hutan
Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK).
Hutan Produksi Tetap (HP) merupakan hutan yang dapat dieksploitasi dengan
perlakuan cara tebang pilih maupun dengan cara tebang habis.
Hutan Produksi Terbatas (HPT) merupakan hutan yang hanya dapat dieksploitasi
dengan cara tebang pilih. Hutan produksi terbatas merupakan hutan yang
dialokasikan untuk produksi kayu dengan intensitas rendah. Hutan produksi
terbatas ini umumnya berada di wilayah pegunungan di mana lereng-lereng yang
curam mempersulit kegiatan pembalakan.
Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi (HPK)
a. Kawasan hutan dengan factor kelas lereng jenis, tanah dan intensitas hujan
setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbangan mempunyai nilai
124 atau kurang di luar hutan suaka alam dan hutan pelestarian alam.
b. Kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi
pengembangan transmigrasi, permukimam, pertanian dan perkebunan.