PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PPT FEBRI.pptx
1. MODEL LAYANAN PENDIDIKAN DAN
BIMBINGAN BAGI ABK TUNA
GRAHITA, AUTIS DAN ADD/ADHD
Dosen Pengampu:
Holy Ichda Wahyuni, S.Pd., M.Si
OLEH
Widyahningrum Febrianti (20191115041)
Maulidiya (20191115008)
Ainun Jamilah (20191115017)
Dias Frendy Anggar (20191115024)
2. TUNAGARITHA
DEFENISI
Tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak
yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah lain
untuk tunagrahita ialah sebutan untuk anak dengan hendaya atau
penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampuan dalam segi
kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas. Tunagrahita termasuk dalam
golongan anak berkebutuhan khusus. Pendidikan secara khusus untuk
penyandang tunagrahita lebih dikenal dengan sebutan sekolah luar
biasa (SLB).
3. KLASIFIKASI
o Berdasarkan skor IQ-nya
Tunagrahita ringan (mild mental retardation)
Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil. Kelompok
ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan menurut Skala
Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55.
Tunagrahita sedang (moderate mental retardation)
Anak tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini
memiliki IQ 51-36 pada Skala Binet dan 54-40 menurut Skala
Weschler (WIS). Anak terbelakang mental sedang bisa mencapai
perkembangan MA sampai kurang lebih 7tahun
Tunagrahita berat (severe mental retardation)
Kelompok anak tunagrahita berat sering disebut idiot.
Kelompok ini dapat dibedakan lagi antara anak tunagrahita berat dan
sangat berat. Tunagrahita berat (severe) memiliki IQ antara 32-20
menurut Skala Binet dan antara 39-25 menurut Skala Weschler
(WISC). Tunagrahita sangat berat (profound) memiliki IQ di bawah 19
menurut Skala Binet dan IQ di bawah 24 menurut Skala Weschler
(WISC)
Tunagrahita parah (profound mental retardation)
5. Faktor Penyebab Anak Tunagrahita
o Faktor Keturunan
o Gangguan Metabolisme dan Gizi
o Infeksi dan Keracunan
o Trauma dan Zat Radioaktif
o Masalah pada Kelahiran
o Faktor Lingkungan
6. Autisme
Defenisi
Autisme atau disebut ASD (Autistic Spectrum
Disorder) adalah gangguan perkembangan
fungsi otak yang kompleks dan sangat
bervariasi (Spectrum). Biasanya gangguan
perkembangan ini meliputi cara
berkomunikasi, berinterksi sosial dan
kemampuan berimajinasi
8. Faktor Penyebab
o Faktor Genetik
o Faktor Perinatal
o Gangguan biokimiawi otak
o Gangguan Neuro – anatomi
o Gangguan Metabolisme
o Faktor pencetus lain
9. ADD (Attention Deficit
Disorder)/ADHD (Attention Deficit
And Hyperactivity Disorder)
Defenisi
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) ADHD adalah attention
deficit hyperactivity disorder (Attention= perhatian,
Deficit=berkurang, Hiperactivity= hiperaktif, dan Disorder=
gangguan) jika diartikan dalam Bahasa Indonesia berarti
gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Dapat
dikatakan ADHD = kurang pemusatan perhatian + impulsivitas +
hiperaktivitas dan juga diketahui ADHD adalah sebuah
gangguan pada perkembangan otak yang menyebabkan
penderitanya menjadi hiperaktif, impulsif, serta susah
memusatkan perhatian. Kondisi ini dulunya dikenal dengan ADD
atau Attention Deficit Disorder.
11. Faktor Penyebab
Faktor genetik. Banyak anak ADHD yang memiliki
kerabat dengan gangguan yang sama atau gejala
yang serupa.
Prematuritas
Kerusakan mekanis prenatal pada system syaraf
janin
Berbagai penyedap makanan, zat pewarna,
pengawet dan gula juga diperkirakan sebagai
kemungkinan penyebab untuk perilaku hiperaktif
Cedera otak yang mungkin disebabkan oleh efek
sirkulasi, toksik, metabolic,, kerusakan fisik otak
pada masa bayi yang disebabkan oleh infeksi,
peradangan serta trauma.
Factor psikososial, anak dalam institusi sering
sekali overaktif dan memiliki rentang atensi yang
buruk
12. Model Pendidikan dan
Bimbingan ABK Tuna Garitha
Secara umum ada dua pendekatan atau model dalam
penyelengaraan pendidikan bagi anak tunagrahita. Pertama
model terpisah (segregasi) dan kedua model terintegrasi
(mainstreaming). Model segregatif adalah suatu model
penyelenggaraan pendidikan, di mana anak- anak tunagrahita
memperoleh layanan pendidikan di lembaga tersendiri (khusus)
yang terpisah dan anak-anak lainnya. Model ini sering disebut
dengan istilah Sekolah Luar Biasa.
Sekolah Luar Biasa untuk anak tunagaritha dibedakan menjadi
2, yaitu:
1.SLB - C untuk tunagaritha ringan
2.SLB - C 1 untuk tunagaritha sedang
Model terintegrasi (mainstreaming) adalah suatu model
penyelenggaraan pendidikan dimana anak-anak tunagrahita
memperoleh layanan pendidikan secara terintegrasi (bersama-
sama) dengan siswa lainnya di sekolah umum (sekolah
regular). Pendidikan inklusif merupakan salah satu perwujudan
13. Gallegher (1986) dan Friend (2005) menjabarkan
secara rinci penyelenggaraan pendidikan bagi siswa
tunagrahita dapat dikelompokkan ke dalam beberapa
bentuk sebagai berikut :
1. general education (full Inclusion)
2. resource class
3. separate class (Special Class)
4. separate class (Special Class)
5. home or hospital
14. Model Pendidikan dan
Bimbingan ABK Autisme
Bentuk layanan pendidikan anak autistic
pada dasarnya terbagi menjadi:
o Layanan Pendidikan Awal, yang terdiri dari
Program Terapi Intervensi Dini dan Program
Terapi Penunjang.
o Layanan Pendidikan Lanjutan, yang terdiri
Kelas Transisi atau Kelas Persiapan dan
program lanjutan lainnya seperti Program
Inklusi, Program Terpadu, Sekolah Khusus
Autistik, Program Sekolah Di Rumah dan
Griya Rehabilitasi Autistik.
15. Model Pendidikan dan Bimbingan ABK
ADD (Attention Deficit Disorder)/ADHD
(Attention Deficit And Hyperactivity
Disorder)
Kustawan berpendapat bahwa layanan pendidikan yang
bermutu bagi peserta didik berkebutuhan khusus merupakan
layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan
khususnya dan menyesuaikan dengan hambatan atau
gangguan yang dimilikinya. Maka dari itu ditawarkannya
pendidikan inklusif untuk anak ADHD. Adanya pendidikan
inklusif ini bermuatan mengenai kemanusiaan dan juga
upaya menegakkan hak asasi manusia. Pendidikan inklusif
merupakan sistem pemberian bantuan berupa layanan
pendidikan dalam keberagaman, dan falsafahnya yaitu
menghargai perbedaan semua peserta didik. Dengan adanya
pendidikan inklusif ini dapat mengakomodasi semua peserta
didik sesuai dengan kebutuhannya.
16. Guru yang Ideal untuk Anak ADHD
o memiliki pengetahuan tentang ADHD dan menerima
keberadaan anak dengan ADHD
o memberlakukan aturan, secara fleksibel, sambil tetap
tenang dan positif
o memodifikasi gaya dan sumber daya pengajaran agar
sesuai dengan gaya belajar anak
o membangun aktivitas sebanyak mungkin pada hari sekolah
o pragmatis tentang penyelesaian pekerjaan rumah
o memberikan kesempatan bagi anak untuk
mencapaikeberhasilan dalam bidang kemampuannya
o menggabungkan tugas-tugas dengan minat tinggi dan
rendah sesuai dengan gaya belajar anak
17. Akomodasi Kelas untuk Siswa ADHD
Tempat duduk
o Tempatkan siswa dengan ADHD jauh dari
jendela dan jauh dari pintu.
o Tempatkan siswa dengan ADHD tepat di
depan meja guru kecuali jika itu justru
menjadi gangguan bagi siswa. Kursi di baris,
dengan fokus pada guru, biasanya lebih baik
daripada siswa duduk di bagian tengah atau
saling berhadapan.
o Kondisikan lingkungan kelas yang tenang
tanpa gangguan saat ujian dan saat belajar.
18. Penyampaian materi pembelajaran/ informasi
o Berikan instruksi satu per satu dan ulangi
seperlunya.
o Jika memungkinkan, sebaiknya mata
pelajaran yang sulit dan berat dijadwalkan
pada pagi hari.
o Gunakan visual seperti grafik, gambar, kode
warna.
o Guru membuat garis besar atau inti dari
materi yang disampaikan saat pembelajaran
sebagai bahan catatan bagi anak.
19. Pekerjaan siswa
o Buat lembar kerja dan tes dengan item yang
lebih sedikit, berikan kuis singkat yang sering
daripada tes panjang, dan kurangi waktu
pelaksanaan tes.
o Tes siswa dengan ADHD dengan cara yang
sesuai dengan gaya belajar mereka, sehingga
mereka dapat mengerjakan tes dengan baik,
seperti secara lisan atau mengisi bagian yang
kosong.
o Membagi proyek/ tugas jangka panjang
menjadi beberapa segmen dan tentukan tujuan
penyelesaian untuk masing- masing segmen.
o Terima pekerjaan siswa yang terlambat dan
berikan nilai parsial/sebagian untuk pekerjaan
yang juga diselesaikan parsial atau hanya
20. Organisasi
o Mintalah siswa untuk menyediakan buku catatan utama
(misalnya binder) dengan bagian terpisah untuk setiap
mata pelajaran, dan pastikan semua yang masuk ke
notebook diletakkan di bagian yang benar. Juga dapat
dilakukan dengan memberi kode warna untuk setiap
subjek.
o Menyediakan tiga notebook yang disisipkan untuk tugas
pekerjaan rumah, penyelesaian tugas pekerjaan rumah,
dan “mail”/ surat kepada orang tua (slip izin, brosur
asosiasi guru dan orang tua atau lebih di kenal dengan
istilah buku penghubung antara guru dan orang tua).
o Pastikan siswa memiliki sistem untuk menuliskan tugas
dan tanggal-tanggal penting dan tentunya siswa diminta
untuk menggunakan sistem tersebut.
o Berikan waktu bagi siswa untuk mengatur materi dan
tugas untuk rumah.
o Sampaikan langkah-langkah untuk bersiap-siap pulang
21. Strategi Pemberian layanan Pendidikan
anak ADHD
Strategi Berbasis Kelas
o Struktur kegiatan kelas membutuhkan
pembelajaran aktif dan tingkat respons yang
tinggi dari siswa.
o Mengajarkan keterampilan organisasi kepada
siswa yang akan membantu mereka untuk
menyelesaikan tugas.
o Gunakan strategi untuk memaksimalkan interaksi
positif dengan siswa dan meminimalkan peluang
untuk perilaku yang mengganggu.
o Komunikasikan aturan dengan jelas, perilaku
harapan dan membangun rutinitas kelas.
o Memberikan Instruksi Multi Sensori
o Menetapkan rencana fisik yang memaksimalkan
produktivitas.
22. Strategi Individual
Delphie mengungkapkan bahwa pelayanan khusus
dalam meningkatkan kebutuhan akademik dengan
melalui Program pembelajaran Individual. Program
ini didasarkan pada kebutuhan setiap siswa dan
berpusat pada siswa dan bekerja dengan siswa.
Pembelajaran Individual disebut juga dengan
Individualisasi Pengajaran yaitu suatu proses
pembelajaran yang mengembangkan dan
memelihara individualitas siswa. Program ini
merupakan cara yang senantiasa berupaya
mengakomodasi kebutuhan dari masalah yang
dihadapi anak dengan Attentions Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD).
23. Setiap Anak Berkebutuhan
Khusus memiliki hak
memperoleh pendidikan yang
sama dengan anak normal
lainnya. Berikan mereka
pendidikan dan bimbingan yang
layak. Maka itu akan membantu
mereka dalam menghadapi
kekurangan atau kelainan pada
diri mereka.