415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
aksesbilitas
1. Assesmen kurikulum untuk siswa dengan gangguan spektrum autis
Digunakan untuk program mengajar di sekolah inklusi
2. Daftar isi
Kata Pengantar
Kata Pengantar
ucapan terima kasih
BAB I Sekilas Tentang Spektrum autis
BAB II Struktur Pengajaran Sebagai landasan program
pendidikan
BAB III Kurikulum Nasional : Tantangan untuk Assesmen
terhadap siswa dengan gangguan spectrum autis
BAB IV Struktur Fisik : Keinginan untuk bermain di luar
kelas
BAB V Pembelajaran secara visual
BAB VI
BAB VII Informasi Visual menambah kebermaknaan
BAB VIII Belajar Kelompok
Lampiran
3. Kata Pengantar
Saya sangat menyuki buku ini, dan saya sangat senang ketika diberi kesempatan
untuk memberikan kata pengantar dalam buku yang sangat bagus ini.
Saya mempunyai kepercayaan bahwa tidak ada pendekatan tunggal terhadap
individu anak dengan gangguan spectrum autis. Buku ini memiliki semua jawaban
untuk belajar dengan individu yang mengalami gangguan spectrum autis.
Saya sangat terkesan dengan Pembelajaran (Terapi dan Pendidikan terhadap
autis terkait kemampuan komunikasi anak). Pendekatan dapat dilakukan dengan
beberapa cara diantaranya adalah pernyataan Gary Masibov yang menantang
saya untuk melakukan pendekatan individual dan saya mendengar dia berkata
“Kami telah mencoba dan terus mencoba untuk memberikan sistem layanan
pendidikan yang terbaik untuk individu dengan gangguan spectrum autis. Jika
orang lain menemukan sistem yang lebih baik maka itu semua adalah untuk
kebaikan”.
Yang membuat saya terkesan, kami berusaha melakukan semua yang bisa kami
lakukan, kami terus meneliti, mendengarkan dan mengamati individu dengan
gangguan spectrum autis kemudian mencoba memberikan pelayanan terbaik
untuk memenuhi semua kebutuhan mereka.
Untuk membantu mengembangkan kemampuan atau kelebihan yang mereka miliki,
maka kami perlu mengidentifikasi terlebih dahulu apa yang bisa dikembangkan
untuk prospek masa depan mereka yang lebih baik, mereka mempunyai hak dalam
hal ini sehingga perlu diberikan kurikulum yang relevan dengan perkembangan
individu autis.
Pengalaman bidang pendidikan bahwa kurikulum nasional di inggris bertujuan
untuk memotivasi dan menyediakan lapangan pekerjaan khusus untuk siswa
berkebutuhan khusus. Namun hal ini masih dalam kontroversi sebab terkadang
sikap yang kurang relevan dan membingungkan. Dua tujuan yang terpisah dalam
dunia pendidikan yang sering disebut dengan intervensi awal atau semacam
terapi yang bertujuan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan efek autis
pada tahap perkembangan anak. Pembelajaran tidak pernah membuat klaim yang
berlebihan tentang hal ini, namun dalam dunia pendidikan lebih memilih bekerja
sesuai kemampuan anak, hal ini lebih menghormati hak individu yang berbeda-
beda dan memiliki potensi yang berbeda. Pendidikan tidak melihat bahwa
individu dengan autis merupakan penghalang untuk melakukan perbaikan tetapi
dalam bidang pendidikan lebih memilih untuk mulai membantu anak untuk
mengembangkan dan belajar dengan cara terbaik untuk individu tersebut.
Daripada mengikuti kriteria normatif.
Kekuatan utama dalam bidang pendidikan adalah sebagai intervensi menyeluruh
ini adalah tujuan utama yang paling cocok diantara dua tujuan pendidikan yaitu
untuk memberikan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan.
Dalam tujuan ini, masalah yang timbul adalah aksesbilitas dan disini pendidikan
memiliki peran yang utama untuk menyediakan akses bagi individu dengan
gangguan autis untuk mendapatkan layanan pendidikan yang sama dengan anak
pada umumnya.
Buku ini memberikan contoh yang sangat praktis tentang bagaimana memberikan
layanan pendidikan bagi individu autis. Dulu guru banyak melakukan pendekatan
khusus dengan peraturan khusus. Seluruh lingkungan tidak sepenuhnya di
arahkan untuk anak autis. Guru melakukan prinsip-prinsip dan strategi untuk
melakukan diferensiasi kurikulum agar memungkinkan pembelajaran yang efektif
bagi anak autis.
Salah satu kesalahpahaman tentang pembelajaran berasal dari guru yang tidak
terlatih dan lebih mengarahkan ke fasilitas/perlengkapan dibandingkan dengan
melakukan pendekatan secara individual dan menyesuaikan strategi yang akan
diterapkan terhadap anak autis agar mereka mendapatkan layanan pembelajaran
yang terbaik.
4. Setelah memahami dasar prinsip-prinsip pembelajaran anak tak harus sendiri di
luar atau anak di isolasi pada ruang tertentu, melainkan anak tetap berada di
kelas utama. Buku ini menawarkan cara praktis namun sesuai prinsip pendidikan
inklusif bagaimana cara pelaksanaan pendidikan inklusif dan pengelolaan
lingkungan di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif.
Guru harus memahami kebutuhan yang dibuthkan anak autis tanpa melakukan
intervensi terlebih dahulu.
D R R ITA J ordan
Reader dalam Studi Autisme
University of Birmingham
5. KATA PENGANTAR
Buku ini terinspirasi dari banyaknya orang tua dan para profesional di Inggris
yang menggunakan pengajaran terstruktur. Divisi pengajar telah meminta kami
untuk menjelaskan bagaimana kaitannya pembelajaran untuk anak autis dengan
kurikulum nasional. Setelah menanggapi berbagai pertanyaan kami memutuskan
untuk mengatur ide-ide secara sistemis agar membantu pengajaran lebih
efisien. Ini bukan cara manual atau bagaimana implementasi pengajaran secara
terstruktur, sebaliknya ini merupakan upaya kami menunjukan bagaimana
strategi utama untuk melakukan intervensi dalam pembelajaran. Pengajaran
terstruktur dapat digunakan untuk memajukan banyak tujuan dan prioritas
dalam kurikulum Nasional.
Dalam buku ini, kami menggunakan istilah Spectrum Disorders (ASD) untuk
menggambarkan berapa populasi murid kami. Terminologi ini sesuai dengan
pandangan mereka tentang autisme yaitu mengalami lebih dari satu gangguan
seperti gangguan perkembangan yang tidak terbatas melainkan terus menerus
mengalami kesulitan, mulai dari yang ringan sampai parah, melibatkan masalah
sosial, gangguan komunikasi dan perilaku. Rasio autis terjadi 4:1 antara rasio
laki-laki dan perempuan.
Buku ini adalah puncak dari dua tahun kerja keras kami dalam mendefinisikan
konsep, mengumpulkan informasi, menghasilkan angka kemudian menulis, menulis
ulang dan kemudian melakukan editing.
Kami berharap upaya ini dapat membantu teman-teman, kolega, keluarga dan
yang lainnya yang berkepentingan dan berminat dalam subjek ini.
7. BAB I
SEKILAS TENTANG AUTISME
Kata ‘autisme’ pertama kali muncul dalam literatur profesional Leo Kanner,
ketika seorang anak psikiater di Universitas Johns Hopkins Baltimore, MD.
Menulis diskripsi 11 anak dari unit kejiwaan anak pada tahun 1943. Anak-anak ini
berbeda dari anak lainnya, ada anak yang didiagnosis anak dengan skizofernia.
Kanner menulis di koran tentang ketertarikannya yang kurang terhadap orang
lain, bahasa yang aneh, penekanan pada rutinitas, dan mereka menunjukan
gerakan yang tak biasa dan kembali prilaku kompetetif.
Deskripsi Kanner menekankan 3 bidang kesulitan : Isolasi sosial, komunikasi
abnormal, dan desakan yang berulang-ulang, rutinitas yang sempit. Bidang utama
dari penurunan yang terus menerus menjadi dasar diagnosis autisme disistem
diagnosis yang digunakan diseluruh dunia.
Meskipun hal ini merupakan ‘tiga serangkai gangguan’ (Wing dan Gould 1979)
yang selalu menjadi pusat diagnosis autis dan dia jiga mengakui bahwa ada
kemungkinan memiliki keanehan di tiga area ini namun bukan keseluruhan
sindrom autis oleh karena itu sering di sebut gangguan perkembangan atau
perpasive develovment disorder (PDD) yang merupakan kategore yang
menunjukan tentang keanehan atau gangguan dalam tiga bidang namun
cakupannya lebih kecil. Baru-baru ini para profesional mengganti istilah ASD
(Autistic syndrom disorder) menjadi PDD yang mencakup tiga serangkaian
gangguan. Istilah ini lebih disukai oleh sebagian besar profesional yang percaya
bahwa autisme merupakan gangguan pusat yang paling dikenal dalam kelompok
ini. Untuk alasan ini istilah autisme harus menjadi bagian dari setiap frase yang
menggambarkan sistem yang lebih luas.
Sistem diagnostik saat ini menggunakan DSM-IV ( American Psychiatric
Association 1994 ) dan ICD - 10 (WHO 1992) yang biasanya mendefinisikan
autisme berdasarkan pada serangkaian sosial, komunikasi yang terbatas, serta
prilaku tertentu. Untuk memenuhi syarat untuk diagnosis autisme, setiap orang
harus menunjukan defisit dalam masing-masing tiga bidang dan kebutuhannya
mengenai defisit sosial atau ditandai dengan keganjilan dan banyak juga anak
dengan autisme mengalami kesulitan belajar.
Meskipun kategore autisme yang paling terkenal dalam diagnostik dan paling
banyak digunakan namun ada beberapa klasifikasi diagnostik lainnya yang lebih
spesifik. Klasifikasi ini dibedakan dari autisme klasik karena karakteristik
mereka.
Gangguan perkembangan perfasive (PDD.NOS) kadang-kadang disebut autis
atypical mengacu kepada berbagai macam karakteristik tetapi tidak memenuhi
kriteria autisme klasik. Orang-orang ini mungkin tidak menunjukan jumlah
karakteristik yang tepat yang diperlukan untuk diagnosis autisme atau mungkin
mereka tidak memiliki gangguan defisit atau keanehan dalam perkembangan
sosial. PDD.NOS juga tidak mesti mempunyai 3 serangkai gangguan, hal ini dapat
diklasifikasikan autisme dengan diagnosis kemampuan komunikasi yang kurang
baik dan prilaku terbatas. Banyak profesional melihat PDD.NOS (autis Typical)
sebagai bentuk autis ringan.
Diagnosis lain dalam spektrum autis adalah Asperger Sindrom (AS), kategore ini
dinamai oleh seorang dokter austria Hans Asperger yang menghasilkan karya
pada tahun 1940-an . tidak seperti Kanner yang tinggal di Amerika dan menulis
dengan bahasa inggris, Hans Asperger menulis karya ilmiahnya dengan
menggunakan bahasa jerman, yang diterbitkan pada pertengahan perang dunia
II. Dengan alasan ini, sehingga karyanya tidak banyak dibaca oleh profesional di
Amerika dan inggris. Yang telah menjadi peneliti awal dan berpengaruh di
lapangan.
8. Pada tahun 1981 Lorna Wing, seorang psikiater terkemuka di Inggris
menterjemahkannya ke dalam bahasa inggris, sejak saat itu memberikan dampak
besar pada karya ini.
Definisi Asperger mirip dengan autis, bahkan mempunyai karakteristik yang
identik seperti keterampilan sosial yang terbatas. Perbedaanya adalah dibidang
komunikasi, seseorang yang tidak menunjukan kesulitan komunikasi bisa di
diagnosis Asperger. Pada usia 2 tahun perkembangan bahasanya normal dan
mempunyai IQ rata-rata atau bahkan di atas rata-rata.
Asperger mempunyai intelektual yang tinggi dan kemampuan
berbahasa/komunikasi yang baik, mereka biasanya memiliki kesadaran yang
tinggi dari pada spektrum autis atau PDD.NOS.
Setelah di identifikasi sebagai bagian dari autis, meskipun istilah ini kurang
dikenal secara umum, kedua hal ini melibatkan kerusakan yang parah pada masa
perkembangan anak. Gangguan ini disebut rett dan Childhood disintegratif
Disorder. Gangguan rett hanya terjadi pada periode perkembangan normal
selama enam bulan bahkan kadang-kadang lebih lama. Kelainan dimulai dengan
hilangnya keterampilan interaksi sosial, lambatnya pertumbungan lingkar kepala
dan perkembangan otak sehingga hilangnya kemampuan berbicara, keterampilan
motorik, dan kemampuan berpikir. Salah satu aspek yang paling parah adalah
gangguan motorik sehingga menyebabkan kehilangan penggunaan tangan. Hal ini
dapat distimulasi dengan latihan meremas-remas, bertepuk tangan atau
menggosok tangan. Perempuan dengan gangguan rett biasanya mengalami
kesulitan belajar yang berat.
Anak dengan disintegratif disorder mirip dengan disorder Rett karena terjadi
pada periode perkembangan normal yang diikuti dengan hilangnya keterampilan
sehingga terjadi gangguan kognitif yang parah, kemampuan sosial yang
terganggu, dan gangguan motorik. Disintegratif disorder sering terjadi pada
anak laki-laki sehingga terjadi penurunan perkembangan pada usia 2 tahun atau
lebih. Gangguan disentergratif disorder yang terjadi pada masa anak-anak tidak
termasuk gerankan tangan yang berulang seperti yang terjadi pada Disorder
Rett yang begitu mendominasi pada kegiatan mereka.
Singkatnya ASD merupakan serangkaian kondisi yang ditandai dengan gangguan
perkembangan sosial, gangguan komunikasi dan gangguan perilaku. Autisme yang
lebih dikenal secara umum dan dikenal luas untuk sebutan ASD. PDD.NOS
adalah bentuk ringan dari ASD yang meliputi gangguan pada masing-masing area,
setidaknya sebagian besar dari diagnosis tetapi dalam bentuk yang lebih ringan
dan tidak terlalu substansial. AS (Asperger Sindrom) termasuk orang-orang
yang tidak memenuhi kriteria penuh diagnosis autisme, karena kemampuan
komunikasi yang tidak terlalu terganggu, dan intelektualnya berfungsi secara
normal atau diatas normal. Gangguan Rett dan Childhood disentegratif
merupakan gangguan yang muncul pada saat setelah periode perkembangan
normal yang melibatkan kemunduran kemampuan kognitif yang cukup parah,
gangguan komunikasi dan gangguan fungsi motorik.
GANGGUAN YANG TUMPANG TINDIH
Hal ini merupakan tantangan utama dalam mengidentifikasi ASD dan
menentukan yang mana sering muncul secara terus menerus. Terkadang juga
sulit membedakan antara ASD dengan yang lain karena kondisi yang sering
tumpang tindih diantara area-area yang signifikan. Diagnosa sering
membingungkan antara ASD dengan ASDs yang merupakan Obsesif Kompulsif
Disorder (OCD), Disorder Semantic-Pragmatis, Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) dan Schizoid Personality Disorder.
Gangguan Obsesif Kompulsif dapat diidentifikasikan dengan melihat prilaku yang
berulang dan diperhatikan secara seksama, perbedaan biasanya dapat dilihat
9. dari obsesi yang berulang-ulang dan dorongan terus menerus yang merupakan
perilaku repetitif non-fungsional.
Kadang-kadang perbedaan antara ASDs dengan OCD sulit dibedakan karena
orang dengan ASDs memiliki pikiran atau perilaku yang berulang. Beberapa
perbedaan yang membantu para profesional dalam mengelompokan adalah
sebagian besar orang dengan OCD mempunyai ide-ide/prilaku yang berulang-
ulang dan mereka menyadari bahwa orang lain menganggap mereka aneh. Mereka
yang terkena dengan dampak OCD sering menginginkan pergi dari rutinitas atau
merasa cemas ketika memikirkan atau melakukan rutinitas tersebut. Ini snagat
berbeda dengan anak ASD yang memiliki sedikit wawasan tidak produktif dan
sifat perilaku repetetif atau perilaku ini berdampak kepada orang lain. Sering
anak dengan ASD merasa tenang dan santai pada saat mereka berpikir atau
melakukan kegiatan.
Hal ini penting dipahami oleh dokter bahwa keinginan yang sempit pada anak
ASDs berbeda dengan pikiran obsesif.
Riwayat perkembangan juga dapat membantu dalam membuat perbedaan ini,
anak dengan OCD biasanya tidak terlihat pada masa prasekolah karena tidak
terlihat gangguan perkembangan. Awal-awal gangguan obsesif atau tekanan
ditambah gangguan perkembangan lainnya jauh lebih khusus dalam ASDs.
Semantic-pragmatis disorder (Bishop 2000) adalah gangguan perkembangan
bahasa yang dicirikan pada area pemahaman (semantik) dan Fungsi (Pragmatik).
Kesulitan-kesulitan ini terlepas dari tata bahasa mendekati normal, seperti kosa
kata dan produksi ujaran. Orang-orang dengan klasifikasi ini menunjukan
beberapa kesamaan dengan diagnostik ASDs. Mereka memiliki masalah yang
sama dalam beberapa aspek seperti komunikasi interpersonal, termasuk memulai
dan mempertahankan pembicaraan, menggunakan kata-kata yang tepat sesuai
konteks dan pemahaman yang rinci. Kesulitan-kesulitan ini sangat besar dan
mirip sehingga para peneliti mempertanyakan apakah disorder semantic-
pragmatik harus memiliki diagnosis terpisah dari spektrum autis (Gagnon, et all
1997)
Dalam studinya, Gagnon dan koleganya menemukan bahwa mayoritas anak yang
didiagnosis semantic-pragmatic juga dilengkapai dengan diagnosis autisme,
sangat sedikit anak dengan gangguan ini tidak termasuk autisme, sehingga
menurut mereka tidak masuk akal mempunyai diagnosis terpisah dengan autisme.
Terlepas dari kontroversi, ada beberapa perbedaan antara semantic-pragmatis
dengan gangguan ASDs. Szatmari (1998) bahwa anak-anak dengan semantic-
pragmatis adalah mereka tidak menunjukan hambatan komunikasi.
Kategore lainnya yang sering tumpang tindih dengan ASD adalah Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). ADHD digunakan untuk
menggambarkan tentang orang-orang yang mengalami kesulitan mempertahankan
perhatian dan mengendalikan prilaku serta mengendalikan aktivitas, orang-orang
dengan kelompok ini sering menyerupai orang-orang dengan gangguan ASD
karena mereka sering tidak memperhatikan ketika ditangani, mereka kesulitan
dalam mengikuti arahan verbal, bermasalah dengan konsentrasi, enggan terlibat
dengan tugas-tugas tertentu, bermasalah dalam mengontrol impuls, dan bicara
berlebihan (sering menceracau tidak karuan).
Meskipun terdapat banyak kesamaan antara ADHD dengan ASD namun kesulitan
yang mendasar biasanya berbeda. Untuk anak dengan ADHD yang menjadi
masalah adalah neurologis sehingga membatasai rentang fokus perhatian
sehingga berdampak pada hambatan komunikasi/bahasa dan sosial.
10. Dalam studynya Gagnon dan koleganya menemukan bahwa mayoritas anak-anak
yang didiagnosis dengan gangguan semantic-pragmatik juga didiagnosis dengan
spektrum autis, sangat sedikit anak yang tidak memiliki sindrom ini.
Katogeri diagnostik lain yang tumpang tindih dengan ASD adalah Attaention
Defecit Disorder Hyperactivity (ADHD). ADHD digunakan untuk
menggambarkan orang-orang yang mengalami kesulitan dalam melakukan
perhatian dan mengendalikan perilaku mereka dan tingkat aktivitas yang begitu
tinggi. ADHD ini sering menyerupai dengan ASD karena mereka tampaknya tidak
mendengarkan ketika ditangani, mereka juga kesulitan dalam melakukan
perintah verbal, masalah konsentrasi, enggan untuk terlibat dalam tugas-tugas
tertentu, masalah dalam mengontrol kontrol impuls dan berbicara berlebihan.
Meskipun ada banyak kesamaan antara ADHD dan ASD, namun ada hal
mendasari kesulitan yang berbeda. Untuk anak dengan ADHD tampaknya ada
masalah dengan neurologis sehingga membatasi fokus perhatian mereka
sehingga berdampak dalam hal komunikasi dan kesulitan dalam bersosialisasi.
Hal ini bukan berarti anak-anak dengan ADHD tidak mengerti bahasa atau tidak
mampu bersosialisasi, memang mereka agak kesulitan dalam memfokuskan
perhatian, namun bisa dilakukan dengan cara yang tepat di waktu yang tepat.
Bagi orang-orang dengan autismemasalah mereka tidak tentu terbatas dalam
perhatian namun bisa dilakukan dnegan cara yang berbeda untukmeusatkan
perhatian mereka. Anak dengan gangguan ASD memiliki perhatian yag sangat
sempit dan mereka juga kesulitan dalam mengalihkan fokus perhatian mereka,
mereka lebih fokus dengan dunianya sendiri. Hambatan yang terjadi pada anak-
anak autisme adalah perkembangan sosial dan komunikasi sehingga mereka
mempunyai masalah dalam berkomunikasi dan mengikuti petunjuk.
Kesimpulan
Mereka yang didiagnosis ASD memiliki banyak kesamaan penting antara satu
dengan yang lainnya terutama dalam interaksi sosial, komunikasi dan
konseptualisasi. Ciri-ciri umum memiliki implikasi penting dalam program dan
penyediaan pendidikan. murid yang memiliki ciri tumpang tindih tetapi berbeda,
didiagnosis dari berbagai karakteristik yang cukup umum sehingga mereka
mendapatkan keuntungan dengan menggunakan berbagai macam strategi
pembelajaran yang akan di jelaskan pada bab-bab berikutnya.
11. BAB II
PROGRAM PENDIDIKAN TERSTRUKTUR
Selama 3 dekade terakhir, divisi ini telah banyak membantu dalam mengonsep
ulang teori tentang autisme dan telah menciptakan intervensi dengan banyak
menggunakan pendekatan sehingga berjalan dengan sukses. TEACCH juga telah
menerapkan pelayanan yang komprehensif yang berdampak pada kehidupan lebih
dari 5000 orang dengan gangguan autisme dan keluarga mereka di Nort Carolina
dan banyak orang lain diseluruh dunia. Program skala prioritas utama mereka
adalah :
1. Mengusahakan individu dengan ASD dapat hidup produktif dan mandiri
dalam komunitas mereka.
2. Memberikan layanan yang memuaskan bagi individu dengan ASD agar
mereka dapat bekerja dan mendapat dukungan dari keluarganya
3. Untuk menghasilkan pengetahuan serta mengintegrasikan antara teori
dengan praktek klinis.
Untuk melayani individu dengan ASD pada semua usia dan tingkat kecerdasan
dimulai dengan diagnostic dan evaluasi.
Pengajaran terstruktur
Sebagian besar professional melihat autism sebagai gangguan emosi, namun Eric
Schopler mengatakan bahwa autism sebagai gangguan perkembangan neurologis.
Pengajaran terstruktur berkembang sebagai cara yang cocok dalam praktik
pendidikan dengan cara yang berbeda bahwa individu dengan ASD dapat
memahami, berpikir dan belajar. Pengajaran terstruktur dirancang untuk
mengatasi perbedaan utama yaitu neurologis dalam autism.
Kesulitan bahasa reseptip merupakan karakteristik penting pada individu dengan
ASD untuk menyusun pengajaran terstruktur. Banyak individu dengan ASD yang
sulit memahami apa yang kita sampaikan, mereka juga kesulitan dalam
memberikan tanggapan terhadap permintaan verbal kita. Kesulitan bahasa
reseptip dapat mengakibatkan pemahaman yang terbatas tentang apa yang
kelihatan sebuah permintaan sederhana.