MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
(Manajemen FT Asma).pptx penyakit asma fisioterapi
1.
2. Asma merupakan penyakit saluran pernafasan
yang ditandai oleh penyempitan bronkus akibat
adanya hiper reaksi terhadap sesuatu baik itu
perangsangan langsung/fisik ataupun secara tidak
langsung.
3. Epidemiologi
Epidemiologi asthma di dunia
berkisar 4,3%, sedangkan
prevalensi di Indonesia sebesar
4,5% (Song W, 2014)
Menurut WHO (2015), Angka kematian
akibat penyakit asma di Indonesia
mencapai 24.773 orang atau sekitar
1,77 persen dari total jumlah kematian
penduduk. Setelah dilakukan
penyesuaian umur dari berbagai
penduduk, data ini sekaligus
menempatkan Indonesia di urutan ke-
19 di dunia perihal kematian akibat
asma
Estimasi prevalensi pasien
asthma dewasa di dunia yang
didiagnosis oleh dokter adalah
4,3%. Prevalensi paling tinggi
dijumpai di negara Australia
(21,5%), Swedia (20,2%), Inggris
(18,2%), Belanda (15,3%), dan
Brazil (13%).
Prevalensi penyakit asma di
Indonesia berdasarkan data
Riskesdas (2018) untuk semua
umur didapatkan sekitar 2,4%
dengan prevalensi terbanyak ada
pada usia 75 tahun lebih.
4. ETIOLOGI
Kontraksi otot sekitar
bronkus sehingga terjadi
penyempitan napas
Pembengkakan
membrane bronkus
Bronkus berisi mucus
yang kental
“Sesuatu yang terdapat di lingkungan yang mengakibatkan sel imun menghasilkan proses
inflamasi di paru-paru yang dapat membuatnya lebih sempit dan berpotensi menyebabkan
kematian’’
6. Asma campuran terjadi karena factor-faktor
ekstrinsik (dari luar tubuh) seperti debu, kapur,
asap, dan lain-lain yang tambah dengan kondisi
penderita yang rentan terkena asma.
3. Asma campuran (mixed asthma)
Asma idiopatik merupakan asma yang disebabkan
bukan karena paparan alergi pada asma alergenik.
Penyebab dari asma jenis ini yaitu faktor seperti
polusi, infeksi saluran pernafasan atas, aktivitas,
dan emosi
Merupakan asma yang disebabkan karena terpapar
oleh alergen seperti debu, bulu, makanan, dan
sebagainya. Asma jenis ini biasanya muncul sejak
anak-anak
2. Idiopatik atau Nonallergic Asthma/
Intrinsic
1. Asma Alergik/Ekstrinsik
Jenis-Jenis Penyakit Asma
Prayahara (2011)
9. Faktor Resiko
GENETIK ALERGEN INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN
LINGKUNGAN
KERJA
OLAHRAGA STRESS
- Inhalan
- Ingestan
- Kontaktan
10. Tanda dan Gejala
● Dada menjadi
tegang
● Penggunaan berlebih pada
otot bantu pernapasan
● Batuk yang melelahkan dan
tidak produktif
● Bunyi (wheezing) yang
dapat terdengar
● Dyspnea
● Kecepatan pernapasan
bertambah
● Kapasitas Vital menurun
11. ✔ Bila serangan datang dengan
intensitas yang ringan maka dada
akan kembali normal, dimana mukus
yang kental diekspektorasikan
✔ Setelah suatu seranga berat →
kolaps absorpsi
✔ Serangan yang berulang-ulang dan
berlarut-larut → hipertrofi selaput
lendir & penebalan dari semua
lapisan bronchi kecil
16. Anamnesis
Nama : Ny. F
Usia : 36 tahun
JK : Perempuan
Pekerjaan : Pegawai
Alamat : sudiang
Hoby : Berkuda
VITAL SIGN
Tekanan Darah : 120/80
Denyut Nadi : 84x/menit
Pernafasan : 28x/menit
Suhu badan : 35,7 derajat
Celcius
17. History Taking
FISIOTERAPIS PASIEN
Sejak kapan terjadi? Sudah lama, sejak masih berusia 11 tahun
Apa yang ibu rasakan? Merasakan sesak pada dada
Apakah keluhannya hilang timbul dan dimana
letak keluhannya?
Iya, sering timbul dan letaknya di dada kiri
Pada saat apa timbul? Pada saat menghirup debu, melakukan
aktivitas berat dan dan perubahan suhu
Apa tindakan yang ibu lakukan? Pada saat sesak saya selalu inhaler
Apakah ada riwayat keturunan asma? Iya ada, bapak saya
18. History Taking
FISIOTERAPIS PASIEN
Aktivitas apa yang menghambat ibu? Saat berolahraga, membersihkan rumah
karena biasanya muncul keluhan sesak
Apakah ibu pernah ke dokter? Iya pernah dan saya diberi obat seperti
betamatson
Apakah ibu pernah melakukan tes lab?
Bagaimana hasilnya?
Iya, dari hasil lab didapatkan tes darah untuk
sensitivitas alergi dan tes pemeriksaan
sputum
Apakah ibu pernah melakukan tes radiologi?
Bagaimana hasilnya?
Iya pernah dan hasilnya normal
Apakah ada keluhan lain? Saya sering lelah dan pola nafas pendek
19. Asymetric
Inspeksi Statis Inspeksi Dinamis
- Wajah terlihat cemas
- Mulut pasien agak terbuka
saat bernafas
- Posisi shoulder agak
elevasi, scapula agak
terangkat.
- Tipe pernafasan
menggunakan perut
- Irama pernafasan cepat
dan dangkal
- Bunyi nafas : Expiratory
Wheezing
- Gangguan pola nafas
20. - Pasien diminta untuk meniup kertas
yang diberikan : napas pendek
- Pasien diminta untuk membungkuk :
terbatas
- Pasien diminta untuk mendongak
kepala: terbatas
Tes Orientasi
PFGD
Regio Aktif Pasif
Shoulder
Fleksi
Normal
Normal
Ekstensi
Protraksi
Retraksi
Elevasi-Depresi
Abduksi-
Adduksi
TIMT
Pada saat dilakukan TIMT: pasien
dapat melawan tahanan.
21. Restrictive
1. ROM : Terdapat keterbatasan ROM pada
gerakan-gerakan dasar cervical seperti
fleksi, ekstensi, rotasi, dan lateral fleksi.
2. ADL :Terjadi keterbatasan ADL, terutama saat
melakukan kegiatan tertentu seperti
olahraga dan membersihkan tempat tidur,
sehingga pasien membutuhkan bantuan dari
orang lain.
3. Pekerjaan : Mengalami limitasi
4. Rekreasi : Mengalami limitasi
1. Musculotendinogen :
Spasme pada otot asesoris pernapasan yaitu m.
sternocloidomastoideus, m. scalene, dan m.
trapezius.
1. Osteoarthrogen : -
2. Neurogen : -
3. Psikogenik :
Gangguan kepercayaan diri dan kecemasan
Tissue Impairment
23. Jari-jari FT ditempatkan diatas
thoraks diantara tulang costa
pasien kemudian jari-jari diketuk.
Hasil : terdengar bunyi resonan
2. Perkusi Paru
Diukur dengan menempatkan meteran
diatas dada/ intercosta 4, pasien
disuruh ekspirasi dan selanjutnya
inspirasi dalam.
Hasilnya : ada gangguan ekpansi
thoraks. Pada saat inspirasi sebesar
80,5 cm dan ekspirasi 78,6 cm
sehingga selisih 1,9cm.
1. Ekspansi Thorax
24. Pasien diminta menyebutkan angka
99 dengan tangan FT dibelakang
punggung/thoraks pasien. Bunyi
yang terasa : ada getaran
4. Transmisi Suara
Mendengarkan bunyi nafas : terdengar
bunyi nafas wheezing saat ekspirasi
3. Auskultasi
25. HASIL : 95 (Keterbatasan Ringan)
5. Indeks Barthell
HASIL : 20 (Kecemasan Ringan)
6. HRS-A
7. Skala Borg modified
Hasil : 4 (Dalam penilaian skala borg
diperlukan pasien untuk melakukan
aktivitas berjalan selama kurang lebih
3 meter.
Hasil 12 (tidak terkontrol)
7. Asthma Control Test
29. INTERVENSI
No Problem FT Modalitas Dosis
1 Kecemasan Komunikasi Terapeutik F : 1x/hari
I : Pasien fokus
T : Interpersonal Approach
T : 3menit
2 Sesak dan Ekspansi
Thorax
Active Cycle of Breathing
Technique (ACBT)
F : Setiap hari
I : 3-6x repetisi, 2-3 seconds
T : Breathing Control,
Thoracic Expansion
Exercises, Forced Expiratory
Technique (FET)
T : 10 minutes
30. INTERVENSI
No Problem FT Modalitas Dosis
3 Penyempitan saluran
nafas (bronchopasme)
Nebulizer F : 3x/hari
I : Toleransi pasien
T : Inhalasi
T : 5 menit
4 Batuk Latihan Batuk Efektif F : Selama proses FT
I : 3-5x deep breath
T : huffing or Forced
Expiratory Technique (FET)
T : 10 minutes
31. INTERVENSI
No Problem FT Modalitas Dosis
5 Spasme Exercise Therapy F : setiap hari
I : 3x gerakan
T : Respiratory Muscle
Stretch Gymnastics
T : 10 menit
6 Gangguan ADL Latihan ADL F : 3x seminggu
I : Zona Latihan
T : ADL Exercise
T : 10 menit
32. EVALUASI
No Problem Parameter
Setelah 3x proses FT
Sebelum Sesudah
1 Gangguan Kecemasan HRS-A 20 16
2 Ekspansi Thorax Meter
Inspirasi : 80,5 cm
ekspirasi 78,6 cm
selisih 1,9cm
inspirasi : 81,5 cm
ekspirasi 79,7 cm
selisih 1,8 cm
3 Sesak Skala Borg 4 2
4 Gangguan ADL Indeks Barthell 95 100
33. HOME PROGRAM
❑ Mengajarkan pasien cara-cara
posisi relaksasi yang dapat
dilakukan apabila terserang asma
dirumah
❑Tetap melakukan latihan
pernafasan (pused lip breathing
exc) dirumah
❑ Ajari klien untuk mengenal
faktor penyebab timbulnya
serangan asma pada dirinya
sehingga klien dapat menghindari
faktor tersebut
34. KEMITRAAN & DOKUMENTASI
● Catat semua hasil
program FT yang
dijalankan
● Catat semua kejadian
selama proses FT
Dalam memberikan intervensi
klien tersebut, Fisioterapi
dapat bermitra dengan
dokter spesialis jantung,
dokter spesialis patologi
klinik, radiologi, perawat,
psikolog, ahli gizi, dan pekerja
sosial medis lainnya.
Editor's Notes
ini suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan. Pada penderita asma, penyempitan saluran pernfasan merupakan respon terhadap rangsangan pada paru - paru normal tidak akan mempengaruhi rangsangan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti debu, binatang, asap, udara dingin dan olahraga/ aktivitas berat .
BACA SLIDE BARU > Sebagai pemicu timbulnya serangan serangan dapat berupa infeksi (infeksi virus RSV), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan (debu, tungau, sisa-sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau asap, uap cat), makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji bijian, tomat) obat
(aspirin) kegiatan fisik (olah raga berat, tertawa terbahak-bahak), dan emosi
Penyakit asma merupakan proses inflamasi dan hipereaktivitas saluran napas yang akan mempermudah terjadinya obstruksi jalan napas. Kerusakan epitel saluran napas, gangguan saraf otonom, dan adanya perubahan pada otot polos bronkus juga diduga berperan pada proses hipereaktivitas saluran napas.Peningkatan reaktivitas saluran nafas terjadi karena adanya inflamasi kronik. Hipereaktivitas tersebut terjadi sebagai respon terhadap berbagai macam rangsang. Dikenal dua jalur untuk bisa mencapai keadaan tersebut. Jalur imunologis yang terutama didominasi oleh IgE dan jalur saraf otonom
(JELASKAN DI GAMBAR KEADAAN SALURAN PERNAFASANMENGALAMI PENYEMPITAN DAN MENGANDUNG MUCUS SEHINGGA MENGALAMI GANGGUAN PERNAFASAN > trus Setelah pasien terpajan alergen atau penyebab atau faktor pencetus, segera akan timbul dispnea. Pasien merasa seperti tercekik dan harus beridiri atau duduk dan berusaha penuh menggerakan tenaga untuk bernafas. Kesulitan utama terletak pada saat ekspirasi. Percabangan trakeobronkial melebar dan memanjang selama inspirasi, tetapi sulit untuk memaksakan udara keluar dari bronkhiolus yang sempit mengalami edema dan terisi mukus yang dalam keadaan normal akan berkontraksi sampai tingkatan tertentu pada saat ekspirasi.
http://eprints.undip.ac.id/43716/6/BAB_2_-burn.pdf
Ada 3 jenis asma menurut Prayahara (2011) antara lain: 1) Asma alergenik atau ekstrinsik
Secara umum jenis asma dapat dibedakan menjadi 9 jenis, yaitu (Mumpuni, 2013)
1. Asma Alergik/Ekstrinsik
Asma alergik merupakan suatu jenis asma yang disebabkan oleh alergen (misalnya bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan, dan lain-lain). Alergen yang paling umum adalah alergen yang perantaraan penyebarannya melalui udara (airborne) dan alergen yang muncul secara musiman (seasonal). Pasien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi pada keluarga dan riwayat pengobatan eczema atau
rhinitis alergik. Paparan terhadap alergi akan mencetuskan serangan asma. Gejala asma pada umumnya dimulai saat anak-anak.
2. Idiopatik atau Nonallergic Asthma/ Intrinsic
Asma nonallergic merupakan jenis asma yang tidak berhubungan secara langsung dengan alergen spesifik. Factor-faktor seperti common cold, infeksi saluran nafas atas, aktivasi, emosi, dan polusi lingungan dapat menimbulkan serangan asma. Serangan asma idiopatik atau nonalergik dapat menjadi lebih berat dan seiring berjalannya waktu dapat berkembang menjadi bronchitis dan emfisema. Pada beberapa pasien, asma jenis ini dapat berkembang menjadi asma campuran. Asma tersebut biasanya terjadi pada usia dewasa (>35)
3. Asma campuran (mixed asthma)
Asma campuran terjadi karena factor-faktor ekstrinsik (dari luar tubuh) seperti debu, kapur, asap, dan lain-lain yang tambah dengan kondisi penderita yang rentan terkena asma, seperti orang tua pengidap asma kondisi tubuh tidak fit, stress, dan lain-lain.
4. Asma Nokturnal (Asma karena batuk kering)
Batuk kering sangat menyiksa dan menyakitkan di dada. Penderita sering terbangun dari tidur karena jenis penyakit ini. Penderita biasanya menjadi lemas dan lesu karena kurang tidur.
5. Asma pada anak
Asma pada anak ini umumnya terjadi karena alergi. Memang ada beberapa kasus anak menjadi asma karena radang tenggorokan atau kasus iritasi lainnya, namun jumlah terbanyak disebabkan karena alergi.
6. Asma pada orang dewasa
Asma pada orang dewasa bisa terjadi karena berbagai hal, seperti alergi, non alergi, nocturnal, iritasi, kecemasan, beban kerja, dan lain-lain. Oleh karena itu, penderita harus mewaspadai gejala-gejala yang mungkin muncul dan mempersiapkan diri untuk mencegah jangan sampai terjadi serangan akut.
7. Asma batuk
Asma ini merupakan jenis asma yang menyulitkan bagi penderitanya. Batuk yang menyertainya sering mengakibatkan terjadinya asma. Oleh karena itu, jika terjadi batuk yang disertai sesak nafas sebaiknya segera diperiksakan ke dokter dan melakukan pemeriksaan lengkap untuk menentukan jenis pengobatan.
8. Asma akibat pekerjaan
Asma ini terjadi karena terpapar zat-zat tertentu di lingkungan di tempat kerja. Contohnya, seorang pengajar yang masih menggunakan kapur tulis dalam kesehariannya dapat mengalami asma karena menghirup butiran-butiran dan masuk ke saluran
pernafasan.
9. Asma musiman
Asma musiman adalah asma yang terjadi pada banyak orang saat musim-musim tertentu. Misalnya pada saat musim kemarau, banyak sekali tanah-tanah kering dan berdebu, lalu debu tersebut beterbangan terbawa angin dan masuk ke dalam saluran pernapasan.
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting bagi pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan jangka panjang, semakin berat asma semakin tinggi tingkat pengobatan. Berat penyakit asma diklasifikasikan berdasarkan gambaran klinis sebelum pengobatan dimulai (tabel 5). Pada umumnya penderita sudah dalam pengobatan; dan pengobatan yang telah berlangsung seringkali tidak adekuat. Dipahami pengobatan akan mengubah gambaran klinis bahkan faal paru, oleh karena itu penilaian berat asma pada penderita dalam pengobatan juga harus mempertimbangkan pengobatan itu sendiri. Tabel 2.1 menunjukkan bagaimana melakukan penilaian berat asma pada penderita yang sudah dalam pengobatan. Bila pengobatan yang sedang dijalani sesuai dengan gambaran klinis yang ada, maka derajat berat asma naik satu tingkat. Contoh seorang penderita dalam pengobatan asma persisten sedang dan gambaran klinis sesuai asma persisten sedang, maka sebenarnya berat asma penderita tersebut adalah asma persisten berat. Demikian pula dengan asma persisten ringan. Akan tetapi berbeda dengan asma persisten berat dan asma intemiten (lihat tabel 6). Penderita yang gambaran klinis menunjukkan asma persisten berat maka jenis pengobatan apapun yang sedang dijalani tidak mempengaruhi penilaian berat asma, dengan kata lain penderita tersebut tetap asma persisten berat. Demikian pula penderita dengan gambaran klinis asma intermiten yang mendapat pengobatan sesuai dengan asma intermiten, maka derajat asma adalah intermiten.
Arus puncak ekspirasi (APE), yaitu mengukur seberapa besar kekuatan seseorang mengeluarkan udara dengan ekspirasi maksimal. Ini ada- lah salah satu cara mengukur fungsi jalan udara yang pada umumnya dipengaruhi oleh banyak penyakit, seperti as- ma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
. Kapasitas vital paksa (KVP), yaitu pengukuran kapasitas vital yang didapat pada ekspirasi yang dilakukan secepat dan sekuat mungkin. Volume udara ini dalam keadaan normal nilainya kurang lebih sama dengan kapasitas vital, tetapi pada orang yang menderita obstruksi saluran napas akan mengalami pengurangan yang nyata karena penutupan prematur saluran napas yang kecil dan akibat udara yang terperangkap. (Sylvia, 1995).
2. Volume Ekspirasi Paksa (VEP), yaitu volume udara yang dapat diekspirasikan dalam waktu standar selama tindakan KVP. Biasanya VEP diukur selama detik pertama ekspirasi yang dipaksakan, ini disebut VEP1. VEP merupakan petunjuk yang sangat berharga untuk mengetahui adanya gangguan kapasitas ventilasi dan nilai yang kurang dari 1L selama detik pertama menunjukkan adanya gangguan fungsi yang berat.
Klasifikasi derajat asma berdasarkan frekuensi serangan dan obat yang digunakan sehari-hari, asma juga dapat dinilai berdasarkan berat ringannya serangan. Global Initiative for Asthma (GINA) membuat pembagian derajat serangan asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru, dan pemeriksaan laboratorium. Derajat serangan menentukan terapi yang akan diterapkan. Klasifikasi tersebut meliputi asma serangan ringan, asma serangan sedang dan asma serangan berat
isitilah
Pulsus Paradoksus: Denyut nadi yang menjadi semakin lemah selama inspirasi bahkan menghilang sama sekali pada bagian akhir inspirasi untuk timbul kembali pada saat ekspirasi. Didapatkan pada pericarditis, efusi pericard.
PaO2 adalah ukuran tekanan parsial yang dihasilkan oleh sejumlah oksigen yang terlarut dalam plasma. Nilai ini menunjukkan kemampuan paru-paru dalam menyediakan oksigen bagi darah.
(PaCO2) adalah ukuran tekanan parsial CO2 yang larut dalam darah. Ukuran ini menentukan seberapa baik CO2 keluar dari tubuh.
Tekanan parsial oksigen (PaO2): 75–100 mmHg. Tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2): 38–42 mmHg.
SAO2 adalah pengukuran langsung O2 yang terikat pada protein heme hemoglobin dalam darah.
da pernapasan paradoksal, diafragma malah bergerak ke atas saat Anda menarik napas, dan paru-paru tidak bisa mengembang dengan baik.
Genetik : Faktor genetik diantaranya riwayat atopi, pada penderita asma biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga memiliki alergi
Alergen : Allergen dapat disebabkan oleh berbagai bahan yang ada di sekitar penderita asma seperti misalnya kulit, rambut, dan sayap hewan. Selain itu debu rumah yang mengandung tungau debu rumah (house dust mites) juga dapat menyebabkan alergi. Hewan seperti lipas (cockroaches, kecoa) dapat menjadi pemicu timbulnya alergi bagi penderita asma. Bagian dari tumbuhan seperti tepung sari dan ilalang serta jamur (nold) juga dapat bertindak sebagai allergen
KATA”IMI FAKTOR YANG LAIN HAHAHAHHA
Perkusi: Untuk mengetahui jumlah udara dalam paru. Hiperekstensikan jari tengah tangan kiri anda dan letakkan di atas dinding dada. Ketuklah jari tengah tadi dengan jari kanan anda secara tegak lurus
Dengarkan suara yang dihasilkan
Perkusi: Untuk mengetahui jumlah udara dalam paru. Hiperekstensikan jari tengah tangan kiri anda dan letakkan di atas dinding dada. Ketuklah jari tengah tadi dengan jari kanan anda secara tegak lurus
Dengarkan suara yang dihasilkan
Sputum (lab) : menentukan adanya infeksi biasanya pada asma tanpa di
sertai infeksi
Uji alergi untuk menilai ada/tidaknya alergi
Sinar X (foto thorak) : terlihat adanya hiperinflasi paru-paru diafragma
Mendatar.