SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
LAPORAN PENDAHULUAN 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.J DENGAN PENYAKIT ASMA 
DIRUANG SAKINAH RUMAH SAKIT AT-TUROTS AL-ISLAMY 
YOGYAKARTA 
Disusun oleh : 
MISTIA NINGSIH 
YAYASAN PENDIDIKAN ETAM MEMBANGUN 
SMK FARMASI SAMARINDA 
JURUSAN KEPERAWATAN 
2013
BAB 1 
TINJAUAN TEORI 
A. KONSEP TEORI PENYAKIT 
1. PENGERTIAN 
Tidak ada definisi asma yang diterima secara universal, asma merupakan penyakit 
paru obstruktif, difusi dengan (1) hiperreaktifitas jalan nafas terhadap berbagai 
rangsangan dan (2) tingginya tingkat reversibilitas proses obstruktif, yang dapat terjadi 
secara spontan atau sebagai akibat pengobatan dikenal juga sebagai penyakit jalan nafas 
reaktif kimplek asma mungkin mencakup bronchitis mengi, mengi akibat virus dan asma 
terkait atopik. (Waldo E. Nelson, MD 2000). 
Asma adalah penyakit obstruktif dapat pulih dicirikan oleh peningkatan reaktifitas 
trakea dan bronkus terhadap rangsangan, dimanifestasikan oleh mengi dan dispnea; 
penyempitan karena kombinasi bronkospasme, pembengkakan mukosa dan peningkatan 
sekresi. (Susan Martin Tucker, 1998). 
Asma adalah penyakit obstruksi saluran pernafasan yang bersifat reversible dan 
berbeda dari obstruksi pernafasan lain seperti pada penyakit empisema maupun bronchitis 
kronis yang bersifat ireversibel dan kontinyu. (Reeves, 1999). 
Asma merupakan penyakit obstruksi pada jalan nafas yang bersifat reversible, 
dimana terjadi penyempitan pada saluran pernafasan akibat adanya inflamasi dan 
hiperresponsif pada bronki.
2. ETIOLOGI 
Belum diketahui secara jelas, factor pencetus (menurut dr. Muhardi Muhiman, 1998) 
adalah : 
a. Reaksi alergi (Reeves, 2000) 
Terhadap debu, asap, produl, pembersih, bau, udara dingin, ispa dan stres. 
b. Keturunan (Reeves, 2000) 
Infeksi bakteri atau virus pada saluran pernafasan. Kondisi yang memperburuk 
keadaan klinis pada penderita yang lama adalah : 
1) Penghentian pemakaian obat-obatan bronkodilator secara menerus 
2) Pemakaian bronkodilator yang tidak benar 
3) Pemakaian sedative yang berlebihan 
3. PATOFISIOLOGI 
Asma adalah obstruksi jalan nafas divus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu atau 
lebih dari : 
a. Kontraksi otot–otot yang mengelilingi bronkhi, yang menyempitkan jalan nafas. 
b. Pembengkakan membran yang melapisi bronkhi. 
c. Pengisian bronkhi dengan mukus yang kental 
d. Otot – otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental banyak 
dihasilkan dan alfeoli menjadi hiperinflamasi, dengan udara terperangkap didalam 
jaringan paru.
Beberapa individu dengan asma mengalami respons imun ang buruk terhadap 
lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sek mast 
dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan 
antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti 
histamin, bradikinin, dan prostaglanin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi 
lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini, dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos 
dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa, 
dan pembentukan mukus yang sangat banyak. 
Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial di atur oleh impuls 
saraf vagalmelalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau nonalergik, ketika ujung 
sarap pada jalan nafas di rangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, 
emosi, dan polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. 
4. TANDA DAN GEJALA 
a. Cold dengan rhinorrhea disertai ; iritabilitas, batuk, takipnea, mengi 
b. Distres respirasi pada waktu atau segera sesudah makan 
c. Kelainan pada roentgenogram 
d. Jalan nafas obstruktif pada usia awal (30 % < 1tahun dan 50-55 % < 2 tahun) 
e. Kelenjar mukosa hyperplasia 
f. Penyempitan jalan nafas 
g. Kurang kelenturan statis paru-paru 
h. Kerangka iga lentur 
i. Kurang jumlah serabut otot
j. Kurang ventilasi kolateral 
5. MANIFESTASI KLINIS 
Pada anak yang rentan, inflamasi di saluran nafas ini dapat menyebabkan 
timbulnya episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk, khusunya 
pada malam hari atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan 
jalan nafas yang luas namun bervariasi, yang sebagian besar bersifat reversible baik 
secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala dan serangan asma biasanya timbul 
bila pasien terpajan factor pencetus yang sangat beragam dan bersifat individual. 
6. KLASIFIKASI ASMA 
Menurut GINA (Global Inisiatif for Asma) diikuti Heru Sundaru, 2000. 
a. Asma Intermitten 
Gejala klinis : kambuhan < 1-2 x seminggu, gejala asma pada malam hari < 2 x 
sebulan, eksaserbi dapat mengganggu aktivitas tidur. 
b. Asma persisten ringan 
Gejala klinis : kambuhan 1-2 x seminggu, tetapi < 1 x/hari, gejala asma malam hari > 
2 x sebulan, eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas tidur. 
c. Asma persisten sedang 
Setiap hari sesak nafas atau kambuh. Gejala asma malam hari > 1 x seminggu, 
eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur. 
1) Asma persisten berat
2) Kambuhan sering, gejala sesak terus menerus atau continue. Gejala asma malam 
hari sering, aktivitas fisik terbatas karena asma. 
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 
a. Riwayat penyakit atau pemeriksaan fisik 
b. Foto rontgen dada 
c. Pemeriksaan fungsi paru : menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil 
biasanya meningkat dalam darah dan sputum 
d. Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test ; RAST) 
e. Analisa gas darah – pada awalnya pH meningkat, PaCO2 dan PaO2 turun (alkalosis 
respiratori ringan akibat hiperventilasi ); kemudian penurunan pH, penurunan PaO2 
dan peningkatan PaCO2 (asidosis respiratorik) 
8. POTENSI KOMPLIKASI 
a. Edema pulmoner 
b. Gagal pernafasan 
c. Status asmatikus 
d. Pneumonia.
9. PENATALAKSAAN 
Pasien denga asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan mengidentivikasi 
substansi yang mencetuskan terjadinya serangan. Penyebab yang mungkin dapat saja 
bantal, kasur, pakaian jenis tertentu, hewan peliharaan, deterjen, sabun, makanan, jamur, 
dan serbuk sari. Jika serangan berkaitan dengan musim, maka serbuk sari dapat menjadi 
dugaan kuat. Upaya harus dibuat untuk menghindari agen penyebab kapan saja 
memungkinkan. 
Komplikasi asma dapat mencakup status asmatikus, frektur iga, pneumonia, dan 
atelataksis. Obstruksi jalan nafas terutama selama asmatik akut sering mengakibatkan 
hipoksemia membutuhkan pemberian oksigen dan pemantauan gas darah arteri. Cairan 
diberikan karena individu dengan asma mengalami dehidrasi akibat diaforesis dan 
kehilangan cairan tidak kasat mata dengan hiperventilasi.
BAB 2 
TINJAUAN KASUS 
A. Karakteristik demografi 
Tempat : Ruang Sakinah, R.S At-Turots Al-islamy,Yogyakarta 
Hari : Rabu, 04 Agustus 2010 
Waktu : 08.00. 
1. Biodata 
Identitasa pasien 
Nama : Tn. J 
Jenis kelamin : Laki-laki 
Umur : 70 tahun 
Agama : Islam 
Pekerjaan : Pensiunan TNI AL 
Pendidikan : SMA Bhayangkara Yogyakarta 
Alamat : Pare 3, Sidoluhur, Godean, Sleman. 
Suku : Jawa 
No. RM : 34.862 
Diagnosa medis : Asma 
Tanggal pengkajian : 04-Agustus-2010
2. Penanggung jawab 
Nama : Ny. M 
Jenis kelamin : Perempuan 
Umur : 65 tahun 
Pekerjaan : Ibu rumah tangga 
Pendidikan : SMP 
Alamat : Pare 3, Sidoluhur, Godean, Sleman. 
Agama : Islam. 
Suku : Jawa 
Hubungan dengan pasien : Istri pasien 
3. Riwayat kesehatan 
a. Keluhan Utama 
Pasien mengeluh sesak nafas. 
b. Riwayat kesehatan sekarang 
Pada tanggal 01 agustus 2010, pada hari senin pagi bapak JM datang ke rumah 
sakit at-turots al-islamy dengan keluhan sesak nafas dari 2 hari yang lalu, sudah 
periksa ke puskesmas tapi masih belum juga sembuh, kemudian Bpk. JM datang ke 
rumah sakit at-turots, dan didaptkan hasil pemeriksaan sementara TD : 120/80 
mmHg, R : 30X/mnt, S : 38 C, N : 84X/mnt, terdapat sputum.
c. Riwayat kesehatan dahulu 
Penyakit yang pernah dialami : pasien pernah mengalami penyakit asma 2 bulan 
yang, kemudian pasien periksa ke puskesmas dan sembuh. 
Riwayat alergi : Debu 
Imunisasi : Campak dan polio 
Obat-obatan : - 
d. Riwayat kesehatan keluarga 
Keluarga klien ada juga yang menderita penyakit asma seperti klien yaitu nenek 
klien. 
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan 
Klien tinggal di lingkungan bersih dan sehat, yang mana tempat tinggal pasien 
masih di lingkungan pedesaan yang jauh dari kebisingan dan keramaian, jadi 
kemungkinan pencemaran asap pabrik maupun kendaraan bermotor masih sangat 
jarang ditemukan. 
B. Pola Fungsi Kesehatan ( Gordon ) 
1. Persepsi Terhadap Kesehatan 
Klien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit biasanya membeli obat 
diwarung atau apotek. Jika pengobatan tersebut tidak berhasil baru berobat ke puskesmas 
atau ke dokter.
2. Pola Aktivitas Latihan 
Aktivitas 0 1 2 3 4 
Mandi √ 
Berpakaian √ 
Eliminasi √ 
Mobilisasi di 
tempat tidur 
√ 
Makan √ 
Keterangan : 
0 : mandiri 
1 : dibantu sebagian 
2 : perlu bantuan orang lain 
3 : dibantu orang lain dan alat 
4 : tergantung / tak mampu 
3. Pola Istirahat Tidur 
a. Sebelum sakit : Klien tidur kurang lebih 8 jam per hari dan tidak mengalami 
gangguan saat tidur. Klien tidak pernah tidur siang. 
b. Saat sakit : Pola istirahat tidur sering terganggu karena sering merasakan 
sesak nafas pada malam hari dan batuk – batuk.
4. Pola Nutrisi Metabolik. 
a. Sebelum sakit : Klien makan 3 x sehari dengan jenis makanan nasi, sayur, lauk, 
dan dengan komposisi penuh. Klien minum 8 gelas per hari dan 
terkadang minum susu. 
b. Saat sakit : Pasien mengatakan mudah merasa kenyang sesaat setelah 
mengunyah makanan dan merasa tidak mampu dalam 
mengunyah makanan, Pasien mengatakan tidak nafsu makan. 
5. Pola Eliminasi 
a. Sebelum sakit : Eliminasi normal, BAK dan BAB tidak membutuhkan bantuan 
orang lain. 
b. Selama sakit : BAB dan BAK klien normal, tidak mengalami diare dan tidak 
memerlukan bantuan orang lain untuk eliminasi. 
6. Pola Kognitif Perseptual 
a. Sebelum sakit : Status mental sadar, bicara normal dan pendengaran jelas. 
Penglihatan tidak mengalami gangguan, respon terhadap cahaya 
baik. 
b. Selama sakit : Pasien mengatakan status mental klien sadar, berbicara normal 
dan pendengaran jelas. Penglihatan tidak mengalami gangguan, 
respon terhadap cahaya baik.
7. Pola Konsep Diri. 
a. Sebelum Sakit : Sebagai seorang kakek yang mempunyai 5 buah cucu dan sering 
bermain dengan cucu-cucunya yang masih kecil setiap harinya 
b. Saat Sakit : Berkurang dan kegiatan, aktivitasnya terganggu. 
8. Pola Koping. 
Apabila klien memiliki masalah biasanya sering bercerita dan meminta pertimbangan 
kepada keluarganya. 
9. Pola Seksual Reproduksi. 
a. Sebelum sakit : Klien tidak pernah mengalami gangguan pada saat berhubungan 
intim dengan istrinya. 
b. Setelah sakit : Klien tidak pernah berhubungan intim dengan istrinya, karena 
sakit. 
10. Pola Peran Hubungan. 
a. Sebelum sakit : Klien sudah menikah, aktivitas sehari-hari klien bagus dan tidak 
mengalami gangguan. 
b. Selama sakit : Klien sudah menikah, aktivitas klien masih dapat dikerjakan 
meskipun sering merasa terganggu dengan penyakitnya.
11. Pola Nilai dan Kepercayaan. 
Klien beragama islam, selama sakit aktivitas ibadah klien tidak mengalami gangguan. 
C. Pemeriksaan Fisik. 
1. Tanda –Tanda Vital 
Nadi : 90x / menit. (rentang normal 60-90 x / menit) 
Suhu : 37 ºC. (rentang normal 36 ºC-37 ºC) 
Tekanan darah : 110 / 70 mmHg. (rentang normal 130-70 mmHg) 
Pernafasan : 30 x / menit. (16-24x / menit) 
2. Keadaan umum 
Kesan umum : Cukup 
Wajah : Eksperesi datar 
Kesadaran : Composmentis 
Penafsiran umum : 54 tahun. 
Bentuk badan : Ideal 
Bicara : Pelan & lemah 
Cara bergerak : Pasien dapat bergerak secara aktif 
3. Kulit, Rambut, dan Kuku. 
a. Inspeksi 
Warna kulit : Sawo matang 
Lesi : Tidak ada
Jumlah rambut : Agak jarang, sudah ubanan 
Waran kuku : Putih kemerahan 
Bentuk kuku : Sudut 160 º 
b. Palpasi 
Suhu : 37 ºC. 
Kelembapan : Tidak ada 
Tekstur : Kasar 
Turgor : Elastisitas / mobilitas baik, apabila dicubit maka kurang dari 2 
detik akan kembali ke warna semula 
Edema : Tidak ada 
4. Kepala 
a. Inspeksi 
Bentuk wajah : Simetris antara kanan & kiri 
Rambut : Lurus, jumlah rambut agak jarang, sudah ubanan. 
Kulit kepala : Tidak ada lesi, tidak berketombe 
b. Palpasi 
Kulit kepala : Tidak ada nyeri tekan. 
Deformitos : Tidak ditemukan kelainan pada tulang kepala.
5. Mata 
a. Inspeksi 
Tampak : Cowong 
Bentuk bola mata : Bulat 
Kelopak mata : Tidak menutupi pupil dan skelera 
Konjungtiva : Anemis 
Skelera : Putih porcelain. 
Kornea : Hitam berkilau, transparan, dan halus. 
Iris : Warna coklat. 
Lensa : - 
Gerakan : Kedua mata bergerak sama pada satu arah tatapan. 
Lapang pandang : Luas. 
Visus : - 
b. Palpasi 
Tekanan bola mata : Tidak ada nyeri tekan. 
6. Telinga dan Hidung 
a. Inspeksi 
Bagian luar : Bersih, warna serasi seperti warna kulit tak ada lesi. 
Bagian dalam : Bersih, tidak ada kotoran 
Ingus : Tidak ada 
Pendarahan : Tidak ada 
Penyumbatan : Tidak ada
b. Palpasi 
Septum : tidak ada nyeri tekan 
Sinus-sinus : tidak ada nyeri tekan. 
7. Mulut 
a. Inspeksi 
Bibir : warna agak hitam, tidak sumbing, tak ada lesi. 
Gigi : warna putih, taka ada tumor pada gusi, gigi masih lengkap 
Lidah : simetris, tak ada lesi, warna merah muda. 
Mucosa : kering 
b. Palpasi 
Pipi : tak ada nyeri,tak ada lesi. 
Palatum : tak ada pembengkakan dan fisura. 
Dasar mulut : tak ada pembengkakan. 
Lidah : tak ada lesi, tak ada nyeri tekan. 
8. Leher. 
a. Inspeksi 
Bentuk leher : simetris. 
Warna kulit : sama dengan warna kulit sekitarnya (sewo matang). 
Edema : tak ada. 
Gerakan : flexi dan ekstensi normal.
b. Palpasi 
Tidak ada nyeri tekan pada kelenjar limfe 
Tidak ada nyeri tekan pada kelenjar tiroid. 
Tidak ada nyeri tekan pada trakea. 
9. Dada dan Paru-paru 
a. Inspeksi 
Bentuk : normochest (anter-poster dengan transeversal 1:2). 
Kulit : serasi dengan warna kulit sekitarnya. 
Payudara : tak ada tumor. 
Frekuensi dan Irama : irama nafas abnormal, terlihat dispnea 
b. Palpasi 
Benjolan / masa tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi (bunyi)’ 
Pengembangan dada : Inspirasi dan Ekspirasi sama 
c. Perkusi : terdengar suara redup 
d. Auskultasi : wheezing, orthopnea, 
10. Jantung 
a. Inspeksi : tak ada edeme, lesi 
b. Palpasi : tak ada nyeri tekan pada costa 4,5 sinistra. 
c. Perkusi : terdengar bunyi redup 
d. Auskultasi : S1 & S2 terdengar normal (lup,dup).
11. Abdomen 
a. Inspeksi 
Bentuk : simetris 
Distensi : kelenturan perut normal 
Kontur Permukaan : keriput 
Penonjolan : tak ada 
b. Auskultasi 
Peristaltik usus : 20x / permenit 
Bising arteri : tak ada 
Bising vena : tak ada 
c. Palpasi : tak ada nyeri tekan 
d. Perkusi : terdengar bunyi tympani. 
12. Ektremitas. 
a. kekuatan otot otot 4 4 
4 4 
b. Tak ditemukan adanya edema perifer. 
c. Ujung jari baik kaki maupun tangan masih lengkap.
13. Pemeriksaan penunjang 
a. Riwayat penyakit atau pemeriksaan fisik 
b. Foto rontgen dada 
c. Pemeriksaan fungsi paru : menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil 
biasanya meningkat dalam darah dan sputum 
d. Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test ; RAST). 
e. Analisa gas darah – pada awalnya pH meningkat, PaCO2 dan PaO2 turun (alkalosis 
respiratori ringan akibat hiperventilasi ); kemudian penurunan pH, penurunan PaO2 
dan peningkatan PaCO2 (asidosis respiratorik) 
14. Program terapi 
(Berdasarkan resep yang jelas terbaca) 
a. Dexametason : 
Untuk mencegah reaksi alergi, menurunkan berat dan frekwensi spasme jalan nafas. 
b. Dextrometofan : 
Untuk menekan batuk menetap agar hemat energi dn pasien dapat istirahat 
c. Meal planning dan istirahat cukup 
d. Megurangi beban stress, pasien diusahakan rileks.
15. Penatalaksanaan. 
Pasien dengan asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan mengidentivikasi 
substansi yang mencetuskan terjadinya serangan. Penyebab yang mungkin dapat saja 
bantal, kasur, pakaian jenis tertentu, hewan peliharaan, deterjen, sabun, makanan, jamur, 
dan serbuk sari. Jika serangan berkaitan dengan musim, maka serbuk sari dapat menjadi 
dugaan kuat. Upaya harus dibuat untuk menghindari agen penyebab kapan saja 
memungkinkan. 
Komplikasi asma dapat mencakup status asmatikus, frektur iga, pneumonia, dan 
atelataksis. Obstruksi jalan nafas terutama selama asmatik akut sering mengakibatkan 
hipoksemia membutuhkan pemberian oksigen dan pemantauan gas darah arteri. Cairan 
diberikan karena individu dengan asma mengalami dehidrasi akibat diaforesis dan 
kehilangan cairan tidak kasat mata dengan hiperventilasi. 
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN. 
1. Data Fokus 
Data subyektif Data obyektif 
1. Pasien merneluh sesak nafas 
- Pasien mengatakan agak susah 
bernapas 
- Pasien mengatakan agak susah 
berbicara karena jalan nafasnya 
agak terhambat. 
Wheezing. 
- Orthopneu. 
- Terdapat sputum.
2. Pola istirahat tidur sering terganggu 
karena sering merasakan sesak nafas 
pada malam hari dan batuk – batuk. 
3. Pasien mengatakan mudah merasa 
kenyang sesaat setelah mengunyah 
makanan dan merasa tidak mampu 
dalam mengunyah makanan. 
4. Pasien mengatakan tidak nafsu makan. 
Pasien mengatakan hanya tidur 4 jam. 
- Mata cowong. 
- Konjungtiva anemis. 
- Mucosa kering. 
- Konjungtiva pucat 
- Warna kulit terlihat pucat. 
2. Analisa Data 
Dx Tgl Sympton Problem Etiologi 
1 01.08. 
10 
Ds : 
- Pasien merneluh sesak nafas 
- Pasien mengatakan agak susah 
bernafas. 
- Pasien mengatakan agak susah 
berbicara karena jalan nafasnya 
agak terhambat. 
Bersihan 
Jalan Nafas 
Tidak Efektif 
Asma
Do : 
- Wheezing. 
- Orthopneu. 
- Terdapat sputum. 
2 01.08. 
10 
Ds : 
- Pasien mengatakan mudah 
merasa kenyang sesaat setelah 
mengunyah maka nan dan 
merasa tidak ma mpu dalam 
mengunyah makanan. 
- Pasien mengatakan tidak nafsu 
makan. 
Do : 
- Mucosa kering 
- Konjungtiva pucat. 
Nutrisi 
Kurang Dari 
Kebutuhan 
Tubuh 
Tidak 
mampu 
dalam 
memasukan 
makanan. 
3 01.08. 
10 
Ds : 
- Pola istirahat tidur sering 
terganggu karena sering 
merasakan sesak nafas pada 
malam hari dan batuk – batuk. 
Gangguan 
Pola Tidur 
Napas 
pendek
Do : 
- Tidur hanya 4 jam / hari 
- Mata agak cowong. 
- Konjungtiva anemis 
4 01.08. 
10 
Ds : 
- Pasien megneluh sesak nafas 
- Pasien mengatakan agak susah 
bernafas. 
Do : 
- Pasien sering terlihat meme 
gangi dadanya. 
Nyeri Akut 
Agen 
Cidera 
Biologis 
3. Prioritas Masalah 
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan asma. 
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Tidak mampu dalam 
memasu kkan, mencerna mengabsorsi ma kanan. 
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi 
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan napas pendek.
E. RENCANA INTERENSI 
No. 
Dx 
Tgl 
Tujuan (NOC) 
Tindakan 
(NIC) 
Rasional 
1 
01. 
08. 
10 
Setelah dilakukan Askep 
selama 3x24 jam jalan nafas 
menjadi efektif degan kriteria : 
- tidak ada sekresi lender 
- Respirasi 18-20 x/menit 
- Tidak ada retraksi otot bantu 
bantu dada 
- Melatih batuk 
Efektis 
- Vibrasi 
Berikan air 
Hangat 
- Anjurkan 
banyak minum 
air 
- Dengan melatih batuk 
efektif dan vibrasi dapat 
menghilangkan sekresi 
lender 
- Dengan pemberian air 
hangat anjurkan banyak 
minum secret menjadi 
encer berupa derajat 
spasme bronkus terjadi 
dengan obstruksi nafas 
dan dapat 
dimanifestasikan 
adanya bunyi nafas 
- 
2 
01. 
08. 
10 
Setelah dilkukan askep selama 
3x24 kebutuhan nutrisi 
terpenuhi dan criteria 
- BB naik 
- Nafsu makan naik 
- Kaji kebiasaan 
diet, evaluasi 
BB dan ukuran 
tubuh 
- Berikan 
makan porsi 
- Pasien distress 
pernafasan sering 
muntah karena produksi 
spuntum dan obat 
- Meningkatkan 
masukan kalori,
keciltapi 
sering 
- Timbang BB 
- Konsultasi 
denganahl gizi 
/ tim medis 
yang lain 
- Berikan oral 
care secara 
teratur 
menurunkan 
kelemahan. Untuk 
menentukan kebutuhan 
kalori di dasarkan pada 
kebutuhan individu 
- Rasa tak enak mau 
mencegah nafsu makan 
dan membuat mual dan 
muntah dengan 
peningkatan kesulitan 
nafas 
3 01. 
08. 
10 
Asuhan keperawatan selama 
3x24 jam nyeri akan hilang 
dengan criteria hasil : 
- Nyeri pasien terkontrol 
- Aktivitas pasien meningkat, 
-Pasien bisa istirahat 
- Berikan 
tindakan 
nyaman 
(perubahan 
posisi, latihan 
nafas) 
- Menekan dada 
selama batuk 
- 
- Menghilangkan 
ketidaknyamanan 
- Mengontrol 
ketidaknyamanan dada 
sementara 
- Meningkatkan 
keefektifan paya batuk 
- 
4 01. 
08. 
10 
Setelah dilakukan tindakan 
asuhan keperawatan selama 3 
x24 jam, tidur menjadi nyaman 
- Jelaskan 
pentingnya 
istirahat dan 
- Tirah baring diperlukan 
unuk menurunkan 
kebutuhan metaolik,
dengan kriteria : 
- Kelelahan dan kelemahan 
menurun 
- Aktivitas meningkat 
- Tidur menjadi nyaman 
perlunya 
keseimbangan 
aktivitas dan 
istirahat 
- Bantu pasien 
memilih posisi 
nyaman untuk 
istirahat / tidur 
-Bantu aktivitas 
perawatan diri 
yang 
diperlukan 
- Bantu posisi 
tidur semi 
fowler (1/2 
duduk) 
meghemat energi 
- Pasein mungkin 
nyaman dengan kepala 
tinggi / menunduk ke 
depan meja atau bantal, 
mungkin nyaman tidur 
di kursi 
- Meminimalkan 
kelelahan dan 
membantu 
keseimbangan suplay 
kebutuhan O2 
- Posisi semi fowler 
akan mempermudah 
pernafasan. Orang 
yang distress berat 
akan mencari posisi 
yang paling nyaman 
untuk dapat bernafas
F. IMPLEMENTASI 
No.Dx Tgl Tindakan Respon 
1 
01- 
08- 
2010 
- Melatih batuk efektif 
- Vibrasi 
- Berikan air hangat dan anjurkan 
banyak minum. Auskultasi bunyi 
nafas. 
- Pertahankan keadaan lingkungan 
minimum 
- bisa megeluarkan secret 
(sering dan berwarn putih 
dan agak encer) 
- pasien bisa bernafas 
normal 20 x/menit 
2 
02- 
08- 
2010 
- Kaji kebiasaan diet, evaluasi BB 
dan ukuran tubuh 
- Berikan makan porsi kecil tapi 
sering 
- Timbang BB 
- Konsultasi dengan ahli gizi/tim 
medis yang lain 
- Berikan oral care 
- nafsu makan meningkat 
4x1 (setengah porsi habis) 
3 
03- 
08- 
2010 
- Berikan tindakan nyaman 
(perubahan posisi, latihan nafas) 
- Menekan dada selama nafas 
berlangsung 
- saat batuk, dada tidak 
begitu nyeri, pasien 
nyaman denganposisi semi 
fowler
4 
04- 
08- 
2010 
- jelaskan pentinya istirahat dan 
perlunya keseimbangan antara 
aktivitas dan istirahat 
- Bantu memilih posisi nyaman untuk 
tidur atau istirahat 
- Bantu aktivitas perawatan diri 
yang diperlukan 
- tidur nyaman,jarang 
terbangun
E. EVALUASI 
Tgl NO.Dx Catatan Perkembangan Paraf 
04- 
08- 
10 
1 
S : Saya merasa lea dan bisa bernafas (setelah diberi air 
hangat) 
Sering mengeluarkan secret (setelah vibrasi dan 
latihan batuk efektif) 
O : Pasien bernafas 22 x/menit 
Sekret warna putih agak encer 
A : Tujuan tercapai sebagian 
P : Lanjutkan perawatan melebarkan jalan nafas 
2 
S : Saya ingin makan terus tapi tidak habis 
O : Makan 4 x 1 (setengah porsi) 
A : Tujaun tercapai sebagian 
P : Pantau menu pasien dan lanjutkan pengobatan 
3 
S : Saya merasa nyeri dada 
O : Tangan diletakkan di atas dada, pasien terlihat 
mengernyitkan dahi dan mengaduh 
A : Tujuan tercapai sebagian 
P : Kaji ulang tindakan untuk menghilangkan rasa nyeri 
dan lanjutkan pengobatan
4 S : Saya nyaman dnegan posisi tidur semi fowler 
O : Wajah tampak segar, nafas normal 
A : Tujuan tercapai 
P : Pertahankan kondisi pasien
DAFTAR PUSTAKA 
Suratno . 2007.penyakit asma . (www. Info-sehat.Com).31 Desember 2007. 
Priharjo Robert, 2006, Pengkajian fisik keperawatan, EGC, jakarta, 
Santosa Budi, 2005-2006, panduan diagnosa keperawatan nanda, Prima medika.

More Related Content

What's hot (20)

ASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIA
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatanAsuhan keperawatan
Asuhan keperawatan
 
Sop peemberian insulin
Sop peemberian insulinSop peemberian insulin
Sop peemberian insulin
 
Pathwaysefusipleura
PathwaysefusipleuraPathwaysefusipleura
Pathwaysefusipleura
 
Analisa data gagal jantung
Analisa data gagal jantungAnalisa data gagal jantung
Analisa data gagal jantung
 
Ii. askep hipertensi
Ii. askep hipertensiIi. askep hipertensi
Ii. askep hipertensi
 
Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemik
 
Askep anak kejang demam
Askep anak kejang demamAskep anak kejang demam
Askep anak kejang demam
 
Kolelitiasis
KolelitiasisKolelitiasis
Kolelitiasis
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Askep kolik renal
Askep kolik renalAskep kolik renal
Askep kolik renal
 
Makalah febris
Makalah febrisMakalah febris
Makalah febris
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Penghitungan tenaga berdasar tingkat ketergantungan pasien
Penghitungan tenaga berdasar tingkat ketergantungan pasienPenghitungan tenaga berdasar tingkat ketergantungan pasien
Penghitungan tenaga berdasar tingkat ketergantungan pasien
 
Diagnosa keperawatan dan kasus
Diagnosa keperawatan dan kasusDiagnosa keperawatan dan kasus
Diagnosa keperawatan dan kasus
 
Prematur
PrematurPrematur
Prematur
 
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien AnemiaAsuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
 
Santi askep dm
Santi askep dmSanti askep dm
Santi askep dm
 

Viewers also liked

Wafat e-masih-presentation
Wafat e-masih-presentationWafat e-masih-presentation
Wafat e-masih-presentationKashif Khalid
 
08 performanceappraisals
08 performanceappraisals08 performanceappraisals
08 performanceappraisalsMasrur Ferdous
 
Book Jesus in India
  Book Jesus in India  Book Jesus in India
Book Jesus in IndiaKashif Khalid
 
05. pemb jln outer ring road jbt mahulu sp. m. said (addendum)
05. pemb jln outer ring road jbt mahulu   sp. m. said (addendum)05. pemb jln outer ring road jbt mahulu   sp. m. said (addendum)
05. pemb jln outer ring road jbt mahulu sp. m. said (addendum)samiyati
 
Foto kusen
Foto kusenFoto kusen
Foto kusensamiyati
 
13 05-08 presentatie jc decaux - workshop twitter - slideshare
13 05-08 presentatie jc decaux - workshop twitter - slideshare13 05-08 presentatie jc decaux - workshop twitter - slideshare
13 05-08 presentatie jc decaux - workshop twitter - slideshareSocialitePR
 
The philosophy of colours in the holy quran
The philosophy of colours in the holy quranThe philosophy of colours in the holy quran
The philosophy of colours in the holy quranKashif Khalid
 
Cedera kepala-penatalaksanaan-di-igd --copy
Cedera kepala-penatalaksanaan-di-igd --copyCedera kepala-penatalaksanaan-di-igd --copy
Cedera kepala-penatalaksanaan-di-igd --copyDyah Sepryan's
 
Good to know Wine
Good to know WineGood to know Wine
Good to know WineSOYOUNG YI
 

Viewers also liked (14)

Wafat e-masih-presentation
Wafat e-masih-presentationWafat e-masih-presentation
Wafat e-masih-presentation
 
08 performanceappraisals
08 performanceappraisals08 performanceappraisals
08 performanceappraisals
 
ESTUDENT
ESTUDENTESTUDENT
ESTUDENT
 
Propsal for man tv major target
Propsal for man tv major targetPropsal for man tv major target
Propsal for man tv major target
 
Book Jesus in India
  Book Jesus in India  Book Jesus in India
Book Jesus in India
 
05. pemb jln outer ring road jbt mahulu sp. m. said (addendum)
05. pemb jln outer ring road jbt mahulu   sp. m. said (addendum)05. pemb jln outer ring road jbt mahulu   sp. m. said (addendum)
05. pemb jln outer ring road jbt mahulu sp. m. said (addendum)
 
Foto kusen
Foto kusenFoto kusen
Foto kusen
 
Qadian
QadianQadian
Qadian
 
13 05-08 presentatie jc decaux - workshop twitter - slideshare
13 05-08 presentatie jc decaux - workshop twitter - slideshare13 05-08 presentatie jc decaux - workshop twitter - slideshare
13 05-08 presentatie jc decaux - workshop twitter - slideshare
 
The philosophy of colours in the holy quran
The philosophy of colours in the holy quranThe philosophy of colours in the holy quran
The philosophy of colours in the holy quran
 
Cursosh
CursoshCursosh
Cursosh
 
aviso de accidente
aviso de accidenteaviso de accidente
aviso de accidente
 
Cedera kepala-penatalaksanaan-di-igd --copy
Cedera kepala-penatalaksanaan-di-igd --copyCedera kepala-penatalaksanaan-di-igd --copy
Cedera kepala-penatalaksanaan-di-igd --copy
 
Good to know Wine
Good to know WineGood to know Wine
Good to know Wine
 

Similar to ASMA

Similar to ASMA (20)

Asma 01
Asma 01Asma 01
Asma 01
 
askep gawat darurat Kasus asma
askep gawat darurat Kasus asma askep gawat darurat Kasus asma
askep gawat darurat Kasus asma
 
PW ASMA.pptx
PW ASMA.pptxPW ASMA.pptx
PW ASMA.pptx
 
Tinjauan teoritis asma
Tinjauan teoritis asmaTinjauan teoritis asma
Tinjauan teoritis asma
 
Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1
 
Ppt ppom
Ppt ppomPpt ppom
Ppt ppom
 
Saad asma AKPER PEMKAB MUNA
Saad asma AKPER PEMKAB MUNA Saad asma AKPER PEMKAB MUNA
Saad asma AKPER PEMKAB MUNA
 
Asma bronkhial
Asma bronkhialAsma bronkhial
Asma bronkhial
 
Asma bronkhial AKPER PEMKAB MUNA
Asma bronkhial AKPER PEMKAB MUNA Asma bronkhial AKPER PEMKAB MUNA
Asma bronkhial AKPER PEMKAB MUNA
 
11. Asma.ppt pada kasus kebidanan yang perlu
11. Asma.ppt pada kasus kebidanan yang perlu11. Asma.ppt pada kasus kebidanan yang perlu
11. Asma.ppt pada kasus kebidanan yang perlu
 
Infeksi saluran pernafasan akut
Infeksi saluran pernafasan akutInfeksi saluran pernafasan akut
Infeksi saluran pernafasan akut
 
Efusi pleura
Efusi pleuraEfusi pleura
Efusi pleura
 
Pbl 7 a modul sesak batuk
Pbl 7 a modul sesak batukPbl 7 a modul sesak batuk
Pbl 7 a modul sesak batuk
 
17291060 modul-batuk-pbl
17291060 modul-batuk-pbl17291060 modul-batuk-pbl
17291060 modul-batuk-pbl
 
askep lansia pernapasan.pptx
askep lansia pernapasan.pptxaskep lansia pernapasan.pptx
askep lansia pernapasan.pptx
 
Asma bronkial
Asma bronkialAsma bronkial
Asma bronkial
 
Kmb1 pnemonia
Kmb1  pnemoniaKmb1  pnemonia
Kmb1 pnemonia
 
materi pendidikan khusus
materi pendidikan khususmateri pendidikan khusus
materi pendidikan khusus
 
askep EFUSI PLEURA.docx
askep  EFUSI PLEURA.docxaskep  EFUSI PLEURA.docx
askep EFUSI PLEURA.docx
 
pertusis.pptx
pertusis.pptxpertusis.pptx
pertusis.pptx
 

ASMA

  • 1. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.J DENGAN PENYAKIT ASMA DIRUANG SAKINAH RUMAH SAKIT AT-TUROTS AL-ISLAMY YOGYAKARTA Disusun oleh : MISTIA NINGSIH YAYASAN PENDIDIKAN ETAM MEMBANGUN SMK FARMASI SAMARINDA JURUSAN KEPERAWATAN 2013
  • 2. BAB 1 TINJAUAN TEORI A. KONSEP TEORI PENYAKIT 1. PENGERTIAN Tidak ada definisi asma yang diterima secara universal, asma merupakan penyakit paru obstruktif, difusi dengan (1) hiperreaktifitas jalan nafas terhadap berbagai rangsangan dan (2) tingginya tingkat reversibilitas proses obstruktif, yang dapat terjadi secara spontan atau sebagai akibat pengobatan dikenal juga sebagai penyakit jalan nafas reaktif kimplek asma mungkin mencakup bronchitis mengi, mengi akibat virus dan asma terkait atopik. (Waldo E. Nelson, MD 2000). Asma adalah penyakit obstruktif dapat pulih dicirikan oleh peningkatan reaktifitas trakea dan bronkus terhadap rangsangan, dimanifestasikan oleh mengi dan dispnea; penyempitan karena kombinasi bronkospasme, pembengkakan mukosa dan peningkatan sekresi. (Susan Martin Tucker, 1998). Asma adalah penyakit obstruksi saluran pernafasan yang bersifat reversible dan berbeda dari obstruksi pernafasan lain seperti pada penyakit empisema maupun bronchitis kronis yang bersifat ireversibel dan kontinyu. (Reeves, 1999). Asma merupakan penyakit obstruksi pada jalan nafas yang bersifat reversible, dimana terjadi penyempitan pada saluran pernafasan akibat adanya inflamasi dan hiperresponsif pada bronki.
  • 3. 2. ETIOLOGI Belum diketahui secara jelas, factor pencetus (menurut dr. Muhardi Muhiman, 1998) adalah : a. Reaksi alergi (Reeves, 2000) Terhadap debu, asap, produl, pembersih, bau, udara dingin, ispa dan stres. b. Keturunan (Reeves, 2000) Infeksi bakteri atau virus pada saluran pernafasan. Kondisi yang memperburuk keadaan klinis pada penderita yang lama adalah : 1) Penghentian pemakaian obat-obatan bronkodilator secara menerus 2) Pemakaian bronkodilator yang tidak benar 3) Pemakaian sedative yang berlebihan 3. PATOFISIOLOGI Asma adalah obstruksi jalan nafas divus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu atau lebih dari : a. Kontraksi otot–otot yang mengelilingi bronkhi, yang menyempitkan jalan nafas. b. Pembengkakan membran yang melapisi bronkhi. c. Pengisian bronkhi dengan mukus yang kental d. Otot – otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental banyak dihasilkan dan alfeoli menjadi hiperinflamasi, dengan udara terperangkap didalam jaringan paru.
  • 4. Beberapa individu dengan asma mengalami respons imun ang buruk terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sek mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglanin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini, dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa, dan pembentukan mukus yang sangat banyak. Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial di atur oleh impuls saraf vagalmelalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau nonalergik, ketika ujung sarap pada jalan nafas di rangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi, dan polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. 4. TANDA DAN GEJALA a. Cold dengan rhinorrhea disertai ; iritabilitas, batuk, takipnea, mengi b. Distres respirasi pada waktu atau segera sesudah makan c. Kelainan pada roentgenogram d. Jalan nafas obstruktif pada usia awal (30 % < 1tahun dan 50-55 % < 2 tahun) e. Kelenjar mukosa hyperplasia f. Penyempitan jalan nafas g. Kurang kelenturan statis paru-paru h. Kerangka iga lentur i. Kurang jumlah serabut otot
  • 5. j. Kurang ventilasi kolateral 5. MANIFESTASI KLINIS Pada anak yang rentan, inflamasi di saluran nafas ini dapat menyebabkan timbulnya episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk, khusunya pada malam hari atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi, yang sebagian besar bersifat reversible baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala dan serangan asma biasanya timbul bila pasien terpajan factor pencetus yang sangat beragam dan bersifat individual. 6. KLASIFIKASI ASMA Menurut GINA (Global Inisiatif for Asma) diikuti Heru Sundaru, 2000. a. Asma Intermitten Gejala klinis : kambuhan < 1-2 x seminggu, gejala asma pada malam hari < 2 x sebulan, eksaserbi dapat mengganggu aktivitas tidur. b. Asma persisten ringan Gejala klinis : kambuhan 1-2 x seminggu, tetapi < 1 x/hari, gejala asma malam hari > 2 x sebulan, eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas tidur. c. Asma persisten sedang Setiap hari sesak nafas atau kambuh. Gejala asma malam hari > 1 x seminggu, eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur. 1) Asma persisten berat
  • 6. 2) Kambuhan sering, gejala sesak terus menerus atau continue. Gejala asma malam hari sering, aktivitas fisik terbatas karena asma. 7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a. Riwayat penyakit atau pemeriksaan fisik b. Foto rontgen dada c. Pemeriksaan fungsi paru : menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum d. Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test ; RAST) e. Analisa gas darah – pada awalnya pH meningkat, PaCO2 dan PaO2 turun (alkalosis respiratori ringan akibat hiperventilasi ); kemudian penurunan pH, penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 (asidosis respiratorik) 8. POTENSI KOMPLIKASI a. Edema pulmoner b. Gagal pernafasan c. Status asmatikus d. Pneumonia.
  • 7. 9. PENATALAKSAAN Pasien denga asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan mengidentivikasi substansi yang mencetuskan terjadinya serangan. Penyebab yang mungkin dapat saja bantal, kasur, pakaian jenis tertentu, hewan peliharaan, deterjen, sabun, makanan, jamur, dan serbuk sari. Jika serangan berkaitan dengan musim, maka serbuk sari dapat menjadi dugaan kuat. Upaya harus dibuat untuk menghindari agen penyebab kapan saja memungkinkan. Komplikasi asma dapat mencakup status asmatikus, frektur iga, pneumonia, dan atelataksis. Obstruksi jalan nafas terutama selama asmatik akut sering mengakibatkan hipoksemia membutuhkan pemberian oksigen dan pemantauan gas darah arteri. Cairan diberikan karena individu dengan asma mengalami dehidrasi akibat diaforesis dan kehilangan cairan tidak kasat mata dengan hiperventilasi.
  • 8. BAB 2 TINJAUAN KASUS A. Karakteristik demografi Tempat : Ruang Sakinah, R.S At-Turots Al-islamy,Yogyakarta Hari : Rabu, 04 Agustus 2010 Waktu : 08.00. 1. Biodata Identitasa pasien Nama : Tn. J Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 70 tahun Agama : Islam Pekerjaan : Pensiunan TNI AL Pendidikan : SMA Bhayangkara Yogyakarta Alamat : Pare 3, Sidoluhur, Godean, Sleman. Suku : Jawa No. RM : 34.862 Diagnosa medis : Asma Tanggal pengkajian : 04-Agustus-2010
  • 9. 2. Penanggung jawab Nama : Ny. M Jenis kelamin : Perempuan Umur : 65 tahun Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan : SMP Alamat : Pare 3, Sidoluhur, Godean, Sleman. Agama : Islam. Suku : Jawa Hubungan dengan pasien : Istri pasien 3. Riwayat kesehatan a. Keluhan Utama Pasien mengeluh sesak nafas. b. Riwayat kesehatan sekarang Pada tanggal 01 agustus 2010, pada hari senin pagi bapak JM datang ke rumah sakit at-turots al-islamy dengan keluhan sesak nafas dari 2 hari yang lalu, sudah periksa ke puskesmas tapi masih belum juga sembuh, kemudian Bpk. JM datang ke rumah sakit at-turots, dan didaptkan hasil pemeriksaan sementara TD : 120/80 mmHg, R : 30X/mnt, S : 38 C, N : 84X/mnt, terdapat sputum.
  • 10. c. Riwayat kesehatan dahulu Penyakit yang pernah dialami : pasien pernah mengalami penyakit asma 2 bulan yang, kemudian pasien periksa ke puskesmas dan sembuh. Riwayat alergi : Debu Imunisasi : Campak dan polio Obat-obatan : - d. Riwayat kesehatan keluarga Keluarga klien ada juga yang menderita penyakit asma seperti klien yaitu nenek klien. e. Riwayat Kesehatan Lingkungan Klien tinggal di lingkungan bersih dan sehat, yang mana tempat tinggal pasien masih di lingkungan pedesaan yang jauh dari kebisingan dan keramaian, jadi kemungkinan pencemaran asap pabrik maupun kendaraan bermotor masih sangat jarang ditemukan. B. Pola Fungsi Kesehatan ( Gordon ) 1. Persepsi Terhadap Kesehatan Klien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit biasanya membeli obat diwarung atau apotek. Jika pengobatan tersebut tidak berhasil baru berobat ke puskesmas atau ke dokter.
  • 11. 2. Pola Aktivitas Latihan Aktivitas 0 1 2 3 4 Mandi √ Berpakaian √ Eliminasi √ Mobilisasi di tempat tidur √ Makan √ Keterangan : 0 : mandiri 1 : dibantu sebagian 2 : perlu bantuan orang lain 3 : dibantu orang lain dan alat 4 : tergantung / tak mampu 3. Pola Istirahat Tidur a. Sebelum sakit : Klien tidur kurang lebih 8 jam per hari dan tidak mengalami gangguan saat tidur. Klien tidak pernah tidur siang. b. Saat sakit : Pola istirahat tidur sering terganggu karena sering merasakan sesak nafas pada malam hari dan batuk – batuk.
  • 12. 4. Pola Nutrisi Metabolik. a. Sebelum sakit : Klien makan 3 x sehari dengan jenis makanan nasi, sayur, lauk, dan dengan komposisi penuh. Klien minum 8 gelas per hari dan terkadang minum susu. b. Saat sakit : Pasien mengatakan mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah makanan dan merasa tidak mampu dalam mengunyah makanan, Pasien mengatakan tidak nafsu makan. 5. Pola Eliminasi a. Sebelum sakit : Eliminasi normal, BAK dan BAB tidak membutuhkan bantuan orang lain. b. Selama sakit : BAB dan BAK klien normal, tidak mengalami diare dan tidak memerlukan bantuan orang lain untuk eliminasi. 6. Pola Kognitif Perseptual a. Sebelum sakit : Status mental sadar, bicara normal dan pendengaran jelas. Penglihatan tidak mengalami gangguan, respon terhadap cahaya baik. b. Selama sakit : Pasien mengatakan status mental klien sadar, berbicara normal dan pendengaran jelas. Penglihatan tidak mengalami gangguan, respon terhadap cahaya baik.
  • 13. 7. Pola Konsep Diri. a. Sebelum Sakit : Sebagai seorang kakek yang mempunyai 5 buah cucu dan sering bermain dengan cucu-cucunya yang masih kecil setiap harinya b. Saat Sakit : Berkurang dan kegiatan, aktivitasnya terganggu. 8. Pola Koping. Apabila klien memiliki masalah biasanya sering bercerita dan meminta pertimbangan kepada keluarganya. 9. Pola Seksual Reproduksi. a. Sebelum sakit : Klien tidak pernah mengalami gangguan pada saat berhubungan intim dengan istrinya. b. Setelah sakit : Klien tidak pernah berhubungan intim dengan istrinya, karena sakit. 10. Pola Peran Hubungan. a. Sebelum sakit : Klien sudah menikah, aktivitas sehari-hari klien bagus dan tidak mengalami gangguan. b. Selama sakit : Klien sudah menikah, aktivitas klien masih dapat dikerjakan meskipun sering merasa terganggu dengan penyakitnya.
  • 14. 11. Pola Nilai dan Kepercayaan. Klien beragama islam, selama sakit aktivitas ibadah klien tidak mengalami gangguan. C. Pemeriksaan Fisik. 1. Tanda –Tanda Vital Nadi : 90x / menit. (rentang normal 60-90 x / menit) Suhu : 37 ºC. (rentang normal 36 ºC-37 ºC) Tekanan darah : 110 / 70 mmHg. (rentang normal 130-70 mmHg) Pernafasan : 30 x / menit. (16-24x / menit) 2. Keadaan umum Kesan umum : Cukup Wajah : Eksperesi datar Kesadaran : Composmentis Penafsiran umum : 54 tahun. Bentuk badan : Ideal Bicara : Pelan & lemah Cara bergerak : Pasien dapat bergerak secara aktif 3. Kulit, Rambut, dan Kuku. a. Inspeksi Warna kulit : Sawo matang Lesi : Tidak ada
  • 15. Jumlah rambut : Agak jarang, sudah ubanan Waran kuku : Putih kemerahan Bentuk kuku : Sudut 160 º b. Palpasi Suhu : 37 ºC. Kelembapan : Tidak ada Tekstur : Kasar Turgor : Elastisitas / mobilitas baik, apabila dicubit maka kurang dari 2 detik akan kembali ke warna semula Edema : Tidak ada 4. Kepala a. Inspeksi Bentuk wajah : Simetris antara kanan & kiri Rambut : Lurus, jumlah rambut agak jarang, sudah ubanan. Kulit kepala : Tidak ada lesi, tidak berketombe b. Palpasi Kulit kepala : Tidak ada nyeri tekan. Deformitos : Tidak ditemukan kelainan pada tulang kepala.
  • 16. 5. Mata a. Inspeksi Tampak : Cowong Bentuk bola mata : Bulat Kelopak mata : Tidak menutupi pupil dan skelera Konjungtiva : Anemis Skelera : Putih porcelain. Kornea : Hitam berkilau, transparan, dan halus. Iris : Warna coklat. Lensa : - Gerakan : Kedua mata bergerak sama pada satu arah tatapan. Lapang pandang : Luas. Visus : - b. Palpasi Tekanan bola mata : Tidak ada nyeri tekan. 6. Telinga dan Hidung a. Inspeksi Bagian luar : Bersih, warna serasi seperti warna kulit tak ada lesi. Bagian dalam : Bersih, tidak ada kotoran Ingus : Tidak ada Pendarahan : Tidak ada Penyumbatan : Tidak ada
  • 17. b. Palpasi Septum : tidak ada nyeri tekan Sinus-sinus : tidak ada nyeri tekan. 7. Mulut a. Inspeksi Bibir : warna agak hitam, tidak sumbing, tak ada lesi. Gigi : warna putih, taka ada tumor pada gusi, gigi masih lengkap Lidah : simetris, tak ada lesi, warna merah muda. Mucosa : kering b. Palpasi Pipi : tak ada nyeri,tak ada lesi. Palatum : tak ada pembengkakan dan fisura. Dasar mulut : tak ada pembengkakan. Lidah : tak ada lesi, tak ada nyeri tekan. 8. Leher. a. Inspeksi Bentuk leher : simetris. Warna kulit : sama dengan warna kulit sekitarnya (sewo matang). Edema : tak ada. Gerakan : flexi dan ekstensi normal.
  • 18. b. Palpasi Tidak ada nyeri tekan pada kelenjar limfe Tidak ada nyeri tekan pada kelenjar tiroid. Tidak ada nyeri tekan pada trakea. 9. Dada dan Paru-paru a. Inspeksi Bentuk : normochest (anter-poster dengan transeversal 1:2). Kulit : serasi dengan warna kulit sekitarnya. Payudara : tak ada tumor. Frekuensi dan Irama : irama nafas abnormal, terlihat dispnea b. Palpasi Benjolan / masa tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi (bunyi)’ Pengembangan dada : Inspirasi dan Ekspirasi sama c. Perkusi : terdengar suara redup d. Auskultasi : wheezing, orthopnea, 10. Jantung a. Inspeksi : tak ada edeme, lesi b. Palpasi : tak ada nyeri tekan pada costa 4,5 sinistra. c. Perkusi : terdengar bunyi redup d. Auskultasi : S1 & S2 terdengar normal (lup,dup).
  • 19. 11. Abdomen a. Inspeksi Bentuk : simetris Distensi : kelenturan perut normal Kontur Permukaan : keriput Penonjolan : tak ada b. Auskultasi Peristaltik usus : 20x / permenit Bising arteri : tak ada Bising vena : tak ada c. Palpasi : tak ada nyeri tekan d. Perkusi : terdengar bunyi tympani. 12. Ektremitas. a. kekuatan otot otot 4 4 4 4 b. Tak ditemukan adanya edema perifer. c. Ujung jari baik kaki maupun tangan masih lengkap.
  • 20. 13. Pemeriksaan penunjang a. Riwayat penyakit atau pemeriksaan fisik b. Foto rontgen dada c. Pemeriksaan fungsi paru : menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum d. Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test ; RAST). e. Analisa gas darah – pada awalnya pH meningkat, PaCO2 dan PaO2 turun (alkalosis respiratori ringan akibat hiperventilasi ); kemudian penurunan pH, penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 (asidosis respiratorik) 14. Program terapi (Berdasarkan resep yang jelas terbaca) a. Dexametason : Untuk mencegah reaksi alergi, menurunkan berat dan frekwensi spasme jalan nafas. b. Dextrometofan : Untuk menekan batuk menetap agar hemat energi dn pasien dapat istirahat c. Meal planning dan istirahat cukup d. Megurangi beban stress, pasien diusahakan rileks.
  • 21. 15. Penatalaksanaan. Pasien dengan asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan mengidentivikasi substansi yang mencetuskan terjadinya serangan. Penyebab yang mungkin dapat saja bantal, kasur, pakaian jenis tertentu, hewan peliharaan, deterjen, sabun, makanan, jamur, dan serbuk sari. Jika serangan berkaitan dengan musim, maka serbuk sari dapat menjadi dugaan kuat. Upaya harus dibuat untuk menghindari agen penyebab kapan saja memungkinkan. Komplikasi asma dapat mencakup status asmatikus, frektur iga, pneumonia, dan atelataksis. Obstruksi jalan nafas terutama selama asmatik akut sering mengakibatkan hipoksemia membutuhkan pemberian oksigen dan pemantauan gas darah arteri. Cairan diberikan karena individu dengan asma mengalami dehidrasi akibat diaforesis dan kehilangan cairan tidak kasat mata dengan hiperventilasi. D. DIAGNOSA KEPERAWATAN. 1. Data Fokus Data subyektif Data obyektif 1. Pasien merneluh sesak nafas - Pasien mengatakan agak susah bernapas - Pasien mengatakan agak susah berbicara karena jalan nafasnya agak terhambat. Wheezing. - Orthopneu. - Terdapat sputum.
  • 22. 2. Pola istirahat tidur sering terganggu karena sering merasakan sesak nafas pada malam hari dan batuk – batuk. 3. Pasien mengatakan mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah makanan dan merasa tidak mampu dalam mengunyah makanan. 4. Pasien mengatakan tidak nafsu makan. Pasien mengatakan hanya tidur 4 jam. - Mata cowong. - Konjungtiva anemis. - Mucosa kering. - Konjungtiva pucat - Warna kulit terlihat pucat. 2. Analisa Data Dx Tgl Sympton Problem Etiologi 1 01.08. 10 Ds : - Pasien merneluh sesak nafas - Pasien mengatakan agak susah bernafas. - Pasien mengatakan agak susah berbicara karena jalan nafasnya agak terhambat. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Asma
  • 23. Do : - Wheezing. - Orthopneu. - Terdapat sputum. 2 01.08. 10 Ds : - Pasien mengatakan mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah maka nan dan merasa tidak ma mpu dalam mengunyah makanan. - Pasien mengatakan tidak nafsu makan. Do : - Mucosa kering - Konjungtiva pucat. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Tidak mampu dalam memasukan makanan. 3 01.08. 10 Ds : - Pola istirahat tidur sering terganggu karena sering merasakan sesak nafas pada malam hari dan batuk – batuk. Gangguan Pola Tidur Napas pendek
  • 24. Do : - Tidur hanya 4 jam / hari - Mata agak cowong. - Konjungtiva anemis 4 01.08. 10 Ds : - Pasien megneluh sesak nafas - Pasien mengatakan agak susah bernafas. Do : - Pasien sering terlihat meme gangi dadanya. Nyeri Akut Agen Cidera Biologis 3. Prioritas Masalah 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan asma. 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Tidak mampu dalam memasu kkan, mencerna mengabsorsi ma kanan. 3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi 4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan napas pendek.
  • 25. E. RENCANA INTERENSI No. Dx Tgl Tujuan (NOC) Tindakan (NIC) Rasional 1 01. 08. 10 Setelah dilakukan Askep selama 3x24 jam jalan nafas menjadi efektif degan kriteria : - tidak ada sekresi lender - Respirasi 18-20 x/menit - Tidak ada retraksi otot bantu bantu dada - Melatih batuk Efektis - Vibrasi Berikan air Hangat - Anjurkan banyak minum air - Dengan melatih batuk efektif dan vibrasi dapat menghilangkan sekresi lender - Dengan pemberian air hangat anjurkan banyak minum secret menjadi encer berupa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi nafas dan dapat dimanifestasikan adanya bunyi nafas - 2 01. 08. 10 Setelah dilkukan askep selama 3x24 kebutuhan nutrisi terpenuhi dan criteria - BB naik - Nafsu makan naik - Kaji kebiasaan diet, evaluasi BB dan ukuran tubuh - Berikan makan porsi - Pasien distress pernafasan sering muntah karena produksi spuntum dan obat - Meningkatkan masukan kalori,
  • 26. keciltapi sering - Timbang BB - Konsultasi denganahl gizi / tim medis yang lain - Berikan oral care secara teratur menurunkan kelemahan. Untuk menentukan kebutuhan kalori di dasarkan pada kebutuhan individu - Rasa tak enak mau mencegah nafsu makan dan membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan nafas 3 01. 08. 10 Asuhan keperawatan selama 3x24 jam nyeri akan hilang dengan criteria hasil : - Nyeri pasien terkontrol - Aktivitas pasien meningkat, -Pasien bisa istirahat - Berikan tindakan nyaman (perubahan posisi, latihan nafas) - Menekan dada selama batuk - - Menghilangkan ketidaknyamanan - Mengontrol ketidaknyamanan dada sementara - Meningkatkan keefektifan paya batuk - 4 01. 08. 10 Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x24 jam, tidur menjadi nyaman - Jelaskan pentingnya istirahat dan - Tirah baring diperlukan unuk menurunkan kebutuhan metaolik,
  • 27. dengan kriteria : - Kelelahan dan kelemahan menurun - Aktivitas meningkat - Tidur menjadi nyaman perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat - Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat / tidur -Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan - Bantu posisi tidur semi fowler (1/2 duduk) meghemat energi - Pasein mungkin nyaman dengan kepala tinggi / menunduk ke depan meja atau bantal, mungkin nyaman tidur di kursi - Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay kebutuhan O2 - Posisi semi fowler akan mempermudah pernafasan. Orang yang distress berat akan mencari posisi yang paling nyaman untuk dapat bernafas
  • 28. F. IMPLEMENTASI No.Dx Tgl Tindakan Respon 1 01- 08- 2010 - Melatih batuk efektif - Vibrasi - Berikan air hangat dan anjurkan banyak minum. Auskultasi bunyi nafas. - Pertahankan keadaan lingkungan minimum - bisa megeluarkan secret (sering dan berwarn putih dan agak encer) - pasien bisa bernafas normal 20 x/menit 2 02- 08- 2010 - Kaji kebiasaan diet, evaluasi BB dan ukuran tubuh - Berikan makan porsi kecil tapi sering - Timbang BB - Konsultasi dengan ahli gizi/tim medis yang lain - Berikan oral care - nafsu makan meningkat 4x1 (setengah porsi habis) 3 03- 08- 2010 - Berikan tindakan nyaman (perubahan posisi, latihan nafas) - Menekan dada selama nafas berlangsung - saat batuk, dada tidak begitu nyeri, pasien nyaman denganposisi semi fowler
  • 29. 4 04- 08- 2010 - jelaskan pentinya istirahat dan perlunya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat - Bantu memilih posisi nyaman untuk tidur atau istirahat - Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan - tidur nyaman,jarang terbangun
  • 30. E. EVALUASI Tgl NO.Dx Catatan Perkembangan Paraf 04- 08- 10 1 S : Saya merasa lea dan bisa bernafas (setelah diberi air hangat) Sering mengeluarkan secret (setelah vibrasi dan latihan batuk efektif) O : Pasien bernafas 22 x/menit Sekret warna putih agak encer A : Tujuan tercapai sebagian P : Lanjutkan perawatan melebarkan jalan nafas 2 S : Saya ingin makan terus tapi tidak habis O : Makan 4 x 1 (setengah porsi) A : Tujaun tercapai sebagian P : Pantau menu pasien dan lanjutkan pengobatan 3 S : Saya merasa nyeri dada O : Tangan diletakkan di atas dada, pasien terlihat mengernyitkan dahi dan mengaduh A : Tujuan tercapai sebagian P : Kaji ulang tindakan untuk menghilangkan rasa nyeri dan lanjutkan pengobatan
  • 31. 4 S : Saya nyaman dnegan posisi tidur semi fowler O : Wajah tampak segar, nafas normal A : Tujuan tercapai P : Pertahankan kondisi pasien
  • 32. DAFTAR PUSTAKA Suratno . 2007.penyakit asma . (www. Info-sehat.Com).31 Desember 2007. Priharjo Robert, 2006, Pengkajian fisik keperawatan, EGC, jakarta, Santosa Budi, 2005-2006, panduan diagnosa keperawatan nanda, Prima medika.