1. LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.J DENGAN PENYAKIT ASMA
DIRUANG SAKINAH RUMAH SAKIT AT-TUROTS AL-ISLAMY
YOGYAKARTA
Disusun oleh :
MISTIA NINGSIH
YAYASAN PENDIDIKAN ETAM MEMBANGUN
SMK FARMASI SAMARINDA
JURUSAN KEPERAWATAN
2013
2. BAB 1
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP TEORI PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Tidak ada definisi asma yang diterima secara universal, asma merupakan penyakit
paru obstruktif, difusi dengan (1) hiperreaktifitas jalan nafas terhadap berbagai
rangsangan dan (2) tingginya tingkat reversibilitas proses obstruktif, yang dapat terjadi
secara spontan atau sebagai akibat pengobatan dikenal juga sebagai penyakit jalan nafas
reaktif kimplek asma mungkin mencakup bronchitis mengi, mengi akibat virus dan asma
terkait atopik. (Waldo E. Nelson, MD 2000).
Asma adalah penyakit obstruktif dapat pulih dicirikan oleh peningkatan reaktifitas
trakea dan bronkus terhadap rangsangan, dimanifestasikan oleh mengi dan dispnea;
penyempitan karena kombinasi bronkospasme, pembengkakan mukosa dan peningkatan
sekresi. (Susan Martin Tucker, 1998).
Asma adalah penyakit obstruksi saluran pernafasan yang bersifat reversible dan
berbeda dari obstruksi pernafasan lain seperti pada penyakit empisema maupun bronchitis
kronis yang bersifat ireversibel dan kontinyu. (Reeves, 1999).
Asma merupakan penyakit obstruksi pada jalan nafas yang bersifat reversible,
dimana terjadi penyempitan pada saluran pernafasan akibat adanya inflamasi dan
hiperresponsif pada bronki.
3. 2. ETIOLOGI
Belum diketahui secara jelas, factor pencetus (menurut dr. Muhardi Muhiman, 1998)
adalah :
a. Reaksi alergi (Reeves, 2000)
Terhadap debu, asap, produl, pembersih, bau, udara dingin, ispa dan stres.
b. Keturunan (Reeves, 2000)
Infeksi bakteri atau virus pada saluran pernafasan. Kondisi yang memperburuk
keadaan klinis pada penderita yang lama adalah :
1) Penghentian pemakaian obat-obatan bronkodilator secara menerus
2) Pemakaian bronkodilator yang tidak benar
3) Pemakaian sedative yang berlebihan
3. PATOFISIOLOGI
Asma adalah obstruksi jalan nafas divus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu atau
lebih dari :
a. Kontraksi otot–otot yang mengelilingi bronkhi, yang menyempitkan jalan nafas.
b. Pembengkakan membran yang melapisi bronkhi.
c. Pengisian bronkhi dengan mukus yang kental
d. Otot – otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental banyak
dihasilkan dan alfeoli menjadi hiperinflamasi, dengan udara terperangkap didalam
jaringan paru.
4. Beberapa individu dengan asma mengalami respons imun ang buruk terhadap
lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sek mast
dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan
antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti
histamin, bradikinin, dan prostaglanin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi
lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini, dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos
dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa,
dan pembentukan mukus yang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial di atur oleh impuls
saraf vagalmelalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau nonalergik, ketika ujung
sarap pada jalan nafas di rangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok,
emosi, dan polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat.
4. TANDA DAN GEJALA
a. Cold dengan rhinorrhea disertai ; iritabilitas, batuk, takipnea, mengi
b. Distres respirasi pada waktu atau segera sesudah makan
c. Kelainan pada roentgenogram
d. Jalan nafas obstruktif pada usia awal (30 % < 1tahun dan 50-55 % < 2 tahun)
e. Kelenjar mukosa hyperplasia
f. Penyempitan jalan nafas
g. Kurang kelenturan statis paru-paru
h. Kerangka iga lentur
i. Kurang jumlah serabut otot
5. j. Kurang ventilasi kolateral
5. MANIFESTASI KLINIS
Pada anak yang rentan, inflamasi di saluran nafas ini dapat menyebabkan
timbulnya episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk, khusunya
pada malam hari atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan
jalan nafas yang luas namun bervariasi, yang sebagian besar bersifat reversible baik
secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala dan serangan asma biasanya timbul
bila pasien terpajan factor pencetus yang sangat beragam dan bersifat individual.
6. KLASIFIKASI ASMA
Menurut GINA (Global Inisiatif for Asma) diikuti Heru Sundaru, 2000.
a. Asma Intermitten
Gejala klinis : kambuhan < 1-2 x seminggu, gejala asma pada malam hari < 2 x
sebulan, eksaserbi dapat mengganggu aktivitas tidur.
b. Asma persisten ringan
Gejala klinis : kambuhan 1-2 x seminggu, tetapi < 1 x/hari, gejala asma malam hari >
2 x sebulan, eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas tidur.
c. Asma persisten sedang
Setiap hari sesak nafas atau kambuh. Gejala asma malam hari > 1 x seminggu,
eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur.
1) Asma persisten berat
6. 2) Kambuhan sering, gejala sesak terus menerus atau continue. Gejala asma malam
hari sering, aktivitas fisik terbatas karena asma.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Riwayat penyakit atau pemeriksaan fisik
b. Foto rontgen dada
c. Pemeriksaan fungsi paru : menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil
biasanya meningkat dalam darah dan sputum
d. Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test ; RAST)
e. Analisa gas darah – pada awalnya pH meningkat, PaCO2 dan PaO2 turun (alkalosis
respiratori ringan akibat hiperventilasi ); kemudian penurunan pH, penurunan PaO2
dan peningkatan PaCO2 (asidosis respiratorik)
8. POTENSI KOMPLIKASI
a. Edema pulmoner
b. Gagal pernafasan
c. Status asmatikus
d. Pneumonia.
7. 9. PENATALAKSAAN
Pasien denga asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan mengidentivikasi
substansi yang mencetuskan terjadinya serangan. Penyebab yang mungkin dapat saja
bantal, kasur, pakaian jenis tertentu, hewan peliharaan, deterjen, sabun, makanan, jamur,
dan serbuk sari. Jika serangan berkaitan dengan musim, maka serbuk sari dapat menjadi
dugaan kuat. Upaya harus dibuat untuk menghindari agen penyebab kapan saja
memungkinkan.
Komplikasi asma dapat mencakup status asmatikus, frektur iga, pneumonia, dan
atelataksis. Obstruksi jalan nafas terutama selama asmatik akut sering mengakibatkan
hipoksemia membutuhkan pemberian oksigen dan pemantauan gas darah arteri. Cairan
diberikan karena individu dengan asma mengalami dehidrasi akibat diaforesis dan
kehilangan cairan tidak kasat mata dengan hiperventilasi.
8. BAB 2
TINJAUAN KASUS
A. Karakteristik demografi
Tempat : Ruang Sakinah, R.S At-Turots Al-islamy,Yogyakarta
Hari : Rabu, 04 Agustus 2010
Waktu : 08.00.
1. Biodata
Identitasa pasien
Nama : Tn. J
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 70 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan TNI AL
Pendidikan : SMA Bhayangkara Yogyakarta
Alamat : Pare 3, Sidoluhur, Godean, Sleman.
Suku : Jawa
No. RM : 34.862
Diagnosa medis : Asma
Tanggal pengkajian : 04-Agustus-2010
9. 2. Penanggung jawab
Nama : Ny. M
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 65 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMP
Alamat : Pare 3, Sidoluhur, Godean, Sleman.
Agama : Islam.
Suku : Jawa
Hubungan dengan pasien : Istri pasien
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak nafas.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal 01 agustus 2010, pada hari senin pagi bapak JM datang ke rumah
sakit at-turots al-islamy dengan keluhan sesak nafas dari 2 hari yang lalu, sudah
periksa ke puskesmas tapi masih belum juga sembuh, kemudian Bpk. JM datang ke
rumah sakit at-turots, dan didaptkan hasil pemeriksaan sementara TD : 120/80
mmHg, R : 30X/mnt, S : 38 C, N : 84X/mnt, terdapat sputum.
10. c. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang pernah dialami : pasien pernah mengalami penyakit asma 2 bulan
yang, kemudian pasien periksa ke puskesmas dan sembuh.
Riwayat alergi : Debu
Imunisasi : Campak dan polio
Obat-obatan : -
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien ada juga yang menderita penyakit asma seperti klien yaitu nenek
klien.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Klien tinggal di lingkungan bersih dan sehat, yang mana tempat tinggal pasien
masih di lingkungan pedesaan yang jauh dari kebisingan dan keramaian, jadi
kemungkinan pencemaran asap pabrik maupun kendaraan bermotor masih sangat
jarang ditemukan.
B. Pola Fungsi Kesehatan ( Gordon )
1. Persepsi Terhadap Kesehatan
Klien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit biasanya membeli obat
diwarung atau apotek. Jika pengobatan tersebut tidak berhasil baru berobat ke puskesmas
atau ke dokter.
11. 2. Pola Aktivitas Latihan
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Mobilisasi di
tempat tidur
√
Makan √
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
2 : perlu bantuan orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung / tak mampu
3. Pola Istirahat Tidur
a. Sebelum sakit : Klien tidur kurang lebih 8 jam per hari dan tidak mengalami
gangguan saat tidur. Klien tidak pernah tidur siang.
b. Saat sakit : Pola istirahat tidur sering terganggu karena sering merasakan
sesak nafas pada malam hari dan batuk – batuk.
12. 4. Pola Nutrisi Metabolik.
a. Sebelum sakit : Klien makan 3 x sehari dengan jenis makanan nasi, sayur, lauk,
dan dengan komposisi penuh. Klien minum 8 gelas per hari dan
terkadang minum susu.
b. Saat sakit : Pasien mengatakan mudah merasa kenyang sesaat setelah
mengunyah makanan dan merasa tidak mampu dalam
mengunyah makanan, Pasien mengatakan tidak nafsu makan.
5. Pola Eliminasi
a. Sebelum sakit : Eliminasi normal, BAK dan BAB tidak membutuhkan bantuan
orang lain.
b. Selama sakit : BAB dan BAK klien normal, tidak mengalami diare dan tidak
memerlukan bantuan orang lain untuk eliminasi.
6. Pola Kognitif Perseptual
a. Sebelum sakit : Status mental sadar, bicara normal dan pendengaran jelas.
Penglihatan tidak mengalami gangguan, respon terhadap cahaya
baik.
b. Selama sakit : Pasien mengatakan status mental klien sadar, berbicara normal
dan pendengaran jelas. Penglihatan tidak mengalami gangguan,
respon terhadap cahaya baik.
13. 7. Pola Konsep Diri.
a. Sebelum Sakit : Sebagai seorang kakek yang mempunyai 5 buah cucu dan sering
bermain dengan cucu-cucunya yang masih kecil setiap harinya
b. Saat Sakit : Berkurang dan kegiatan, aktivitasnya terganggu.
8. Pola Koping.
Apabila klien memiliki masalah biasanya sering bercerita dan meminta pertimbangan
kepada keluarganya.
9. Pola Seksual Reproduksi.
a. Sebelum sakit : Klien tidak pernah mengalami gangguan pada saat berhubungan
intim dengan istrinya.
b. Setelah sakit : Klien tidak pernah berhubungan intim dengan istrinya, karena
sakit.
10. Pola Peran Hubungan.
a. Sebelum sakit : Klien sudah menikah, aktivitas sehari-hari klien bagus dan tidak
mengalami gangguan.
b. Selama sakit : Klien sudah menikah, aktivitas klien masih dapat dikerjakan
meskipun sering merasa terganggu dengan penyakitnya.
14. 11. Pola Nilai dan Kepercayaan.
Klien beragama islam, selama sakit aktivitas ibadah klien tidak mengalami gangguan.
C. Pemeriksaan Fisik.
1. Tanda –Tanda Vital
Nadi : 90x / menit. (rentang normal 60-90 x / menit)
Suhu : 37 ºC. (rentang normal 36 ºC-37 ºC)
Tekanan darah : 110 / 70 mmHg. (rentang normal 130-70 mmHg)
Pernafasan : 30 x / menit. (16-24x / menit)
2. Keadaan umum
Kesan umum : Cukup
Wajah : Eksperesi datar
Kesadaran : Composmentis
Penafsiran umum : 54 tahun.
Bentuk badan : Ideal
Bicara : Pelan & lemah
Cara bergerak : Pasien dapat bergerak secara aktif
3. Kulit, Rambut, dan Kuku.
a. Inspeksi
Warna kulit : Sawo matang
Lesi : Tidak ada
15. Jumlah rambut : Agak jarang, sudah ubanan
Waran kuku : Putih kemerahan
Bentuk kuku : Sudut 160 º
b. Palpasi
Suhu : 37 ºC.
Kelembapan : Tidak ada
Tekstur : Kasar
Turgor : Elastisitas / mobilitas baik, apabila dicubit maka kurang dari 2
detik akan kembali ke warna semula
Edema : Tidak ada
4. Kepala
a. Inspeksi
Bentuk wajah : Simetris antara kanan & kiri
Rambut : Lurus, jumlah rambut agak jarang, sudah ubanan.
Kulit kepala : Tidak ada lesi, tidak berketombe
b. Palpasi
Kulit kepala : Tidak ada nyeri tekan.
Deformitos : Tidak ditemukan kelainan pada tulang kepala.
16. 5. Mata
a. Inspeksi
Tampak : Cowong
Bentuk bola mata : Bulat
Kelopak mata : Tidak menutupi pupil dan skelera
Konjungtiva : Anemis
Skelera : Putih porcelain.
Kornea : Hitam berkilau, transparan, dan halus.
Iris : Warna coklat.
Lensa : -
Gerakan : Kedua mata bergerak sama pada satu arah tatapan.
Lapang pandang : Luas.
Visus : -
b. Palpasi
Tekanan bola mata : Tidak ada nyeri tekan.
6. Telinga dan Hidung
a. Inspeksi
Bagian luar : Bersih, warna serasi seperti warna kulit tak ada lesi.
Bagian dalam : Bersih, tidak ada kotoran
Ingus : Tidak ada
Pendarahan : Tidak ada
Penyumbatan : Tidak ada
17. b. Palpasi
Septum : tidak ada nyeri tekan
Sinus-sinus : tidak ada nyeri tekan.
7. Mulut
a. Inspeksi
Bibir : warna agak hitam, tidak sumbing, tak ada lesi.
Gigi : warna putih, taka ada tumor pada gusi, gigi masih lengkap
Lidah : simetris, tak ada lesi, warna merah muda.
Mucosa : kering
b. Palpasi
Pipi : tak ada nyeri,tak ada lesi.
Palatum : tak ada pembengkakan dan fisura.
Dasar mulut : tak ada pembengkakan.
Lidah : tak ada lesi, tak ada nyeri tekan.
8. Leher.
a. Inspeksi
Bentuk leher : simetris.
Warna kulit : sama dengan warna kulit sekitarnya (sewo matang).
Edema : tak ada.
Gerakan : flexi dan ekstensi normal.
18. b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada kelenjar limfe
Tidak ada nyeri tekan pada kelenjar tiroid.
Tidak ada nyeri tekan pada trakea.
9. Dada dan Paru-paru
a. Inspeksi
Bentuk : normochest (anter-poster dengan transeversal 1:2).
Kulit : serasi dengan warna kulit sekitarnya.
Payudara : tak ada tumor.
Frekuensi dan Irama : irama nafas abnormal, terlihat dispnea
b. Palpasi
Benjolan / masa tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi (bunyi)’
Pengembangan dada : Inspirasi dan Ekspirasi sama
c. Perkusi : terdengar suara redup
d. Auskultasi : wheezing, orthopnea,
10. Jantung
a. Inspeksi : tak ada edeme, lesi
b. Palpasi : tak ada nyeri tekan pada costa 4,5 sinistra.
c. Perkusi : terdengar bunyi redup
d. Auskultasi : S1 & S2 terdengar normal (lup,dup).
19. 11. Abdomen
a. Inspeksi
Bentuk : simetris
Distensi : kelenturan perut normal
Kontur Permukaan : keriput
Penonjolan : tak ada
b. Auskultasi
Peristaltik usus : 20x / permenit
Bising arteri : tak ada
Bising vena : tak ada
c. Palpasi : tak ada nyeri tekan
d. Perkusi : terdengar bunyi tympani.
12. Ektremitas.
a. kekuatan otot otot 4 4
4 4
b. Tak ditemukan adanya edema perifer.
c. Ujung jari baik kaki maupun tangan masih lengkap.
20. 13. Pemeriksaan penunjang
a. Riwayat penyakit atau pemeriksaan fisik
b. Foto rontgen dada
c. Pemeriksaan fungsi paru : menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil
biasanya meningkat dalam darah dan sputum
d. Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test ; RAST).
e. Analisa gas darah – pada awalnya pH meningkat, PaCO2 dan PaO2 turun (alkalosis
respiratori ringan akibat hiperventilasi ); kemudian penurunan pH, penurunan PaO2
dan peningkatan PaCO2 (asidosis respiratorik)
14. Program terapi
(Berdasarkan resep yang jelas terbaca)
a. Dexametason :
Untuk mencegah reaksi alergi, menurunkan berat dan frekwensi spasme jalan nafas.
b. Dextrometofan :
Untuk menekan batuk menetap agar hemat energi dn pasien dapat istirahat
c. Meal planning dan istirahat cukup
d. Megurangi beban stress, pasien diusahakan rileks.
21. 15. Penatalaksanaan.
Pasien dengan asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan mengidentivikasi
substansi yang mencetuskan terjadinya serangan. Penyebab yang mungkin dapat saja
bantal, kasur, pakaian jenis tertentu, hewan peliharaan, deterjen, sabun, makanan, jamur,
dan serbuk sari. Jika serangan berkaitan dengan musim, maka serbuk sari dapat menjadi
dugaan kuat. Upaya harus dibuat untuk menghindari agen penyebab kapan saja
memungkinkan.
Komplikasi asma dapat mencakup status asmatikus, frektur iga, pneumonia, dan
atelataksis. Obstruksi jalan nafas terutama selama asmatik akut sering mengakibatkan
hipoksemia membutuhkan pemberian oksigen dan pemantauan gas darah arteri. Cairan
diberikan karena individu dengan asma mengalami dehidrasi akibat diaforesis dan
kehilangan cairan tidak kasat mata dengan hiperventilasi.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Data Fokus
Data subyektif Data obyektif
1. Pasien merneluh sesak nafas
- Pasien mengatakan agak susah
bernapas
- Pasien mengatakan agak susah
berbicara karena jalan nafasnya
agak terhambat.
Wheezing.
- Orthopneu.
- Terdapat sputum.
22. 2. Pola istirahat tidur sering terganggu
karena sering merasakan sesak nafas
pada malam hari dan batuk – batuk.
3. Pasien mengatakan mudah merasa
kenyang sesaat setelah mengunyah
makanan dan merasa tidak mampu
dalam mengunyah makanan.
4. Pasien mengatakan tidak nafsu makan.
Pasien mengatakan hanya tidur 4 jam.
- Mata cowong.
- Konjungtiva anemis.
- Mucosa kering.
- Konjungtiva pucat
- Warna kulit terlihat pucat.
2. Analisa Data
Dx Tgl Sympton Problem Etiologi
1 01.08.
10
Ds :
- Pasien merneluh sesak nafas
- Pasien mengatakan agak susah
bernafas.
- Pasien mengatakan agak susah
berbicara karena jalan nafasnya
agak terhambat.
Bersihan
Jalan Nafas
Tidak Efektif
Asma
23. Do :
- Wheezing.
- Orthopneu.
- Terdapat sputum.
2 01.08.
10
Ds :
- Pasien mengatakan mudah
merasa kenyang sesaat setelah
mengunyah maka nan dan
merasa tidak ma mpu dalam
mengunyah makanan.
- Pasien mengatakan tidak nafsu
makan.
Do :
- Mucosa kering
- Konjungtiva pucat.
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Tubuh
Tidak
mampu
dalam
memasukan
makanan.
3 01.08.
10
Ds :
- Pola istirahat tidur sering
terganggu karena sering
merasakan sesak nafas pada
malam hari dan batuk – batuk.
Gangguan
Pola Tidur
Napas
pendek
24. Do :
- Tidur hanya 4 jam / hari
- Mata agak cowong.
- Konjungtiva anemis
4 01.08.
10
Ds :
- Pasien megneluh sesak nafas
- Pasien mengatakan agak susah
bernafas.
Do :
- Pasien sering terlihat meme
gangi dadanya.
Nyeri Akut
Agen
Cidera
Biologis
3. Prioritas Masalah
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan asma.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Tidak mampu dalam
memasu kkan, mencerna mengabsorsi ma kanan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan napas pendek.
25. E. RENCANA INTERENSI
No.
Dx
Tgl
Tujuan (NOC)
Tindakan
(NIC)
Rasional
1
01.
08.
10
Setelah dilakukan Askep
selama 3x24 jam jalan nafas
menjadi efektif degan kriteria :
- tidak ada sekresi lender
- Respirasi 18-20 x/menit
- Tidak ada retraksi otot bantu
bantu dada
- Melatih batuk
Efektis
- Vibrasi
Berikan air
Hangat
- Anjurkan
banyak minum
air
- Dengan melatih batuk
efektif dan vibrasi dapat
menghilangkan sekresi
lender
- Dengan pemberian air
hangat anjurkan banyak
minum secret menjadi
encer berupa derajat
spasme bronkus terjadi
dengan obstruksi nafas
dan dapat
dimanifestasikan
adanya bunyi nafas
-
2
01.
08.
10
Setelah dilkukan askep selama
3x24 kebutuhan nutrisi
terpenuhi dan criteria
- BB naik
- Nafsu makan naik
- Kaji kebiasaan
diet, evaluasi
BB dan ukuran
tubuh
- Berikan
makan porsi
- Pasien distress
pernafasan sering
muntah karena produksi
spuntum dan obat
- Meningkatkan
masukan kalori,
26. keciltapi
sering
- Timbang BB
- Konsultasi
denganahl gizi
/ tim medis
yang lain
- Berikan oral
care secara
teratur
menurunkan
kelemahan. Untuk
menentukan kebutuhan
kalori di dasarkan pada
kebutuhan individu
- Rasa tak enak mau
mencegah nafsu makan
dan membuat mual dan
muntah dengan
peningkatan kesulitan
nafas
3 01.
08.
10
Asuhan keperawatan selama
3x24 jam nyeri akan hilang
dengan criteria hasil :
- Nyeri pasien terkontrol
- Aktivitas pasien meningkat,
-Pasien bisa istirahat
- Berikan
tindakan
nyaman
(perubahan
posisi, latihan
nafas)
- Menekan dada
selama batuk
-
- Menghilangkan
ketidaknyamanan
- Mengontrol
ketidaknyamanan dada
sementara
- Meningkatkan
keefektifan paya batuk
-
4 01.
08.
10
Setelah dilakukan tindakan
asuhan keperawatan selama 3
x24 jam, tidur menjadi nyaman
- Jelaskan
pentingnya
istirahat dan
- Tirah baring diperlukan
unuk menurunkan
kebutuhan metaolik,
27. dengan kriteria :
- Kelelahan dan kelemahan
menurun
- Aktivitas meningkat
- Tidur menjadi nyaman
perlunya
keseimbangan
aktivitas dan
istirahat
- Bantu pasien
memilih posisi
nyaman untuk
istirahat / tidur
-Bantu aktivitas
perawatan diri
yang
diperlukan
- Bantu posisi
tidur semi
fowler (1/2
duduk)
meghemat energi
- Pasein mungkin
nyaman dengan kepala
tinggi / menunduk ke
depan meja atau bantal,
mungkin nyaman tidur
di kursi
- Meminimalkan
kelelahan dan
membantu
keseimbangan suplay
kebutuhan O2
- Posisi semi fowler
akan mempermudah
pernafasan. Orang
yang distress berat
akan mencari posisi
yang paling nyaman
untuk dapat bernafas
28. F. IMPLEMENTASI
No.Dx Tgl Tindakan Respon
1
01-
08-
2010
- Melatih batuk efektif
- Vibrasi
- Berikan air hangat dan anjurkan
banyak minum. Auskultasi bunyi
nafas.
- Pertahankan keadaan lingkungan
minimum
- bisa megeluarkan secret
(sering dan berwarn putih
dan agak encer)
- pasien bisa bernafas
normal 20 x/menit
2
02-
08-
2010
- Kaji kebiasaan diet, evaluasi BB
dan ukuran tubuh
- Berikan makan porsi kecil tapi
sering
- Timbang BB
- Konsultasi dengan ahli gizi/tim
medis yang lain
- Berikan oral care
- nafsu makan meningkat
4x1 (setengah porsi habis)
3
03-
08-
2010
- Berikan tindakan nyaman
(perubahan posisi, latihan nafas)
- Menekan dada selama nafas
berlangsung
- saat batuk, dada tidak
begitu nyeri, pasien
nyaman denganposisi semi
fowler
29. 4
04-
08-
2010
- jelaskan pentinya istirahat dan
perlunya keseimbangan antara
aktivitas dan istirahat
- Bantu memilih posisi nyaman untuk
tidur atau istirahat
- Bantu aktivitas perawatan diri
yang diperlukan
- tidur nyaman,jarang
terbangun
30. E. EVALUASI
Tgl NO.Dx Catatan Perkembangan Paraf
04-
08-
10
1
S : Saya merasa lea dan bisa bernafas (setelah diberi air
hangat)
Sering mengeluarkan secret (setelah vibrasi dan
latihan batuk efektif)
O : Pasien bernafas 22 x/menit
Sekret warna putih agak encer
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan perawatan melebarkan jalan nafas
2
S : Saya ingin makan terus tapi tidak habis
O : Makan 4 x 1 (setengah porsi)
A : Tujaun tercapai sebagian
P : Pantau menu pasien dan lanjutkan pengobatan
3
S : Saya merasa nyeri dada
O : Tangan diletakkan di atas dada, pasien terlihat
mengernyitkan dahi dan mengaduh
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Kaji ulang tindakan untuk menghilangkan rasa nyeri
dan lanjutkan pengobatan
31. 4 S : Saya nyaman dnegan posisi tidur semi fowler
O : Wajah tampak segar, nafas normal
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien
32. DAFTAR PUSTAKA
Suratno . 2007.penyakit asma . (www. Info-sehat.Com).31 Desember 2007.
Priharjo Robert, 2006, Pengkajian fisik keperawatan, EGC, jakarta,
Santosa Budi, 2005-2006, panduan diagnosa keperawatan nanda, Prima medika.