1. FUSHHA DAN ‘AMIYAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fiqh Lughah
Dosen Pengampu:
Dr. Ade Nandang S., M.Ag.
Disusun oleh
kelompok 4 PBA V/C :
Muhamad Burhanudin Zaelani (1172030088)
Murni Amalia (1172030)
Rika Indri Cahyani (1172030117)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
2. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan nikmat, rahmat, taufiq dan hidayahnya sehingga penyusun makalah
ini dapat kami selesaikan.
Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah
Fiqh Lughah di semester V. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr.
Ade Nandang, S. M. Ag selaku dosen mata kuliah Fiqh Lughah yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna,
hal itu disebabkan karena keterbatasan dan wawasan dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca, demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang. Dan kami
berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bandung, 26 September 2019
Penulis
3. DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 4
A. Latar Belakang............................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 6
A. Pengertian Fushha dan ‘Amiyah................................................................................ 6
B. Munculnya Bahasa ‘Amiyah...................................................................................... 7
C. Faktor-Faktor Yang Mendorong Munculnya Bahasa Arab ‘Amiyah ......................... 8
D. Perbedaan bahasa arab Fusha dan ‘Amiyah................................................................ 9
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 12
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia,
sebab bahasa merupakan salah satu ikatan terkuat yang menghubungkan suatu
individu atau masyarakat.[1] Bahasa merupakan alat komunikasi antara satu
bangsa dengan bangsa lain. Bangsa arab merupakan bangsa yang sangat
fanatisme terhadap bahasanya, sehingga dengan penuh keyakinan mereka
mengatakan bahwa al-Qur’an di turunkan dengan menggunakan bahasa arab,
karena pada hakekatnya,Nabi Muhammad SAW di lahirkan di bangsa arab.
Kecintaan orang Arab akan bahasanya ini, membuat bahasa Arab
begitu cepat berkembang. Namun banyak faktor lainnya yang mempengaruhi
bahasa Arab berkembang sedemikian cepat, yang terpenting di antaranya
adalah datangnya Islam
Lughah Amiyah adalah bahasa yang digunakan dalam urusan tidak
resmi dan dalam percakapan umum sehari – hari .Istilah Amiyah (pasaran) ini
sebenarnya diambil dari beberapa nama menurut sebagian pakar Bahasa Arab
kontemporer, seperti Dârij, Lahjah’arabiyyah Al-Amiyah, Al-Amiyah, Al-
Arbiyyah Al-Amiyah, Kalam Darij dan nama-nama lainya.
Sebagai contoh di Indonesia mempunyai penduduk yang
menggunakan bahasa jawa, namun antara bahasa jawanya orang Tegal dan
Semarang sangat berbeda. Bahkan satu diantara keduanya belum tentu
memahami bahasa jawa dengan dialek yang berbeda. Tapi dengan itu mereka
tau dari daerah mana si pembicara berasal. Begitu pula dengan bahasa arab,
setiap daerah mempunyai lahjah yang berbeda dan suatu lahjah itu
mempunyai ciri khas di setiap daerah. Dari situ kita bisa mengetahui dari
daerah mana si pembicara itu berasal.
Pada abad 19 masehi, para ilmuan bahasa membagi lahjah ‘amiya
menjadi 5 kelompok, yaitu: Lahjah Hijaziyah Nahdiyah, yang digunakan oleh
penduduk Hijaz, Nejd, dan Yaman., Lahjah Suriyah, di negara Suria,
Lebanon, Palestina, dan Timur Yordania., Lahjah ‘Iraqiyah di Irak., Lahjah
Misriyah di Mesir dan Sudan., dan Lahjah Maghribiyah yang digunakan oleh
penduduk selatan Afrika. Contohnya dalam kalimat “Apa yang sedang kamu
5. lakukan?” diungkapkan dengan “biti’mel eh?” dalam dialek Mesir, dan “syu
am bitisyawi?” dalam dialek Syiria
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Fushha dan ‘Amiyah ?
2. Jelaskan munculnya bahasa ‘Amiyah ?
3. Jelaskan faktor apa saja yang mendorong munculnya bahasa ‘Amiyah?
4. Jelaskan perbedaan bahasa Fushha dan ‘Amiyah ?
6. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fushha dan ‘Amiyah
Bahasa Fushha adalah bahasa yang digunakan dalam Al-Qur’an,
peninggalan bangsa Arab, bahasa yang digunakan pada zaman sekarang
dalam forum-forum resmi dan bahasa yang digunakan dalam penulisan
syair, prosa dan sajak. Secara umum bahasa ini dapat di klasifikasikan
dalam dua tingkatan yaitu dalam dua tingkatan, yaitu bahasa arab klasik
yang digunakan dalam bahasa Al-Qur’an dan bahasa arab standar modern
yang digunakan dalam bahasa ilmiah. Menurut Emil Badi’ Ya’qub, bahasa
Arab fusha adalah bahasa yang digunakan dalam al Qur-an, situasi-situasi
resmi, penggubahan puisi, penulisan prosa dan juga ungkapan-ungkapan
pemikiran (tulisan-tulisan ilmiah). Secara umum bahasa ini dapat
diklasifikasikan dalam dua tingkatan, yaitu Bahasa Arab Klasik (Classical
Arabic) yang digunakan dalam bahasa al Qur-an dan Bahasa Arab Standar
Modern (Modern Standard Arabic) yang digunakan dalam bahasa ilmiah.
Sedangkan bahasa ‘Amiyyah adalah bahasa yang digunakan dalam
urusan keseharian dan bahasa yang digunakan sehari-hari. Menurut Emil
Badi’ Ya’qub, bahasa ‘amiyyah atau yang sering dikenal dengan al-
Lahjah adalah bahasa yang digunakan dalam urusan-urusan biasa (tidak
resmi), dan yang diterapkan dalam keseharian (istilah familiarnya bahasa
gaul; yarab,,). Bahasa ini tidak lain adalah bahasa yang digunakan dalam
percakapan sehari-hari. Adapun istilah-istilah lain yang sering digunakan
oleh para ahli bahasa untuk menyebut jenis bahasa ini adalahas-Saykal al-
Lughawi ad-Daraj, al-Lahjah as-Sya-i’ah, al-Lughah al-Muhakkiyah, al-
Lughah al-’Arabiyah al-’Amiyah, al-Lahjah ad-Darajah, al-Lahjah al-
’Amiyah, al-Lughah ad-Darajah, al-Kalam ad-Daraj, al-Kalam al-
’Amiy, dan ada pula yang menyebutnya dengan istilah lughatusy Sya’b.
7. B. Munculnya Bahasa ‘Amiyah
Di jaman pra-islam, masyarakat Arab mengenal stratifikasi
kefasihan bahasa. Kabilah yang dianggap paling fasih di banding yang lain
adalah Quraisy yang dikenal sebagai surat al-Arab (pusatnya masyarakat
Arab). Kefasihan bahasa Quraisy ini terutama ditunjang oleh tempat
tinggal mereka yang secara geografis berjauhan dengan negara-negara
bangsa non-Arab dari segala penjuru. Di bawah kefasihan Quraisy adalah
bahasa kabilah Tsaqif Hudzail, Khuza'ah, Bani Kinanah, Ghathfan, bani
Asad dan Bani Tamim, menyusul kemudian kabilah Rabi'ah, lakhm,
Judzam, Ghassan, Iyadh, Qadha'ah, dan Arab Yaman, yang bertetangga
dekat dengan Persia, Romawi dan Habasyah (Al-Rafi'i, 1974:252-253).
Kefasihan berbahasa itu terus terpelihara hingga meluasnya ekspansi Islam
ke luar jazirah dan masyarakat Arab mulai berinteraksi dengan masyarakat
bangsa lain.
Dalam proses interaksi dan berbagai transaksi sosial lainnya itu
terjadi kesalingpengaruhan antarbahasa. Masyarakat `ajam belajar
berbahasa Arab, dan masyarakat Arab mulai mengenal bahasa mereka.
Intensitas interaksi tersebut lambat laun mulai berimbas pada penggunaan
bahasa Arab yang mulai bercampur dengan beberapa kosakata asing, baik
dengan atau tanpa proses pengaraban (ta'rib). Pertukaran pengetahuan
antar mereka juga berpengaruh pada pertambahan khazanah bahasa Arab
khususnya menyangkut hal-hal yang sebelumnya tidak diketahui
masyarakat Arab ketika hidup terisolasi dari bangsa lain. Masyarakat non-
Arab juga kerap melakukan kesalahan dalam menggunakan bahasa Arab.
Fenomena ini kemudian makin meluas melalui transaksitransaksi sosial,
misalnya dalam aktivitas ekonomi di pasar-pasar terutama sejak abad ke-5
H. (Al-Rafi'i, 1974:244-245). Ragam Bahasa Arab yang digunakan,
terutama di pasar-pasar, pada gilirannya mulai menemukan ciri-ciri
tersendiri dan meneguhkan identitasnya. "Bahasa pasaran" itu telah
8. menjadi medium komunikasi yang dimengerti oleh berbagai pihak yang
terlibat di dalamnya.
Berbeda dengan ragam bahasa Arab fusha yang sarat muatan
teologis sebagai bahasa agama, ragam bahasa "pasar" ini begitu ringan
mengalir tanpa adanya aturan yang rumit yang harus diwaspadai.
Selanjutnya bahasa amiyah mulai menyebar di beberapa tempat
semisal Syam, Mesir dan Sawad. Di beberapa tempat itu, bahasa Arab
fusha sudah menerima kosa kata serapan dari Persia. Romawi, Qibtiyah
dan Nabthiyah dalam jumlah yang cukup besar. Karena itu bahasa
masyarakat mulai rusak dalam ukuran yang signifikan. Masyarakat mulai
mencampuradukkan bahasa asli mereka dengan bahasa-bahasa serapan,
tanpa melakukan pemilahan. Di antara kosakata serapan yang paling
banyak diambil adalah kata benda (asma:?), sedangkan kata-kata ajektiva
sedikit saja yang diadopsi. Banyaknya pengadopsian kata benda itu karena
intensitas pemakaiannya lebih tinggi dibanding jenis kata yang lain.
C. Faktor-Faktor Yang Mendorong Munculnya Bahasa Arab ‘Amiyah
1. Faktor pertama adalah masalah geografis. Bahasa Arab pada awalnya
digunakan oleh masyarakat yang berdiam di Semenanjung Arab atau
Jazirah Arab. Sebagian besar wilayah Semenanjung Arab ini terdiri atas
gurun dan gunung batu sehingga letak perkampungan satu kabilah
dengan kabilah lain berjauhan. Bahasa Arab sebagai alat komunikasi
masyarakat penghuni wilayah itupun menjadi beragam. Sejak lama
orang Arab tinggal di penjuru Semenanjung yang sangat luas. Mereka
hidup dalam kabilah-kabilah yang berlainan pada wilayah yang
berjauhan, dan dalam lingkungan yang bermacam-macam. Hal inilah
yang memicu timbulnya dialek yang menyimpangi bahasa bakunya, baik
yang menyimpang sedikit maupun yang menyimpang jauh dari bahasa
bakunya.
2. Faktor kedua adalah letak wilayah Arab yang berada di persimpangan
benua Asia, Afrika, dan Eropa sehingga persentuhan diantaranya sangat
memungkinkan. Aspek ekonomi dapat dikatakan sebagai aspek utama.
Sebagaimana diketahui bahwa Hijaz, khususnya kota Makkah sejak
9. masa sebelum masehi telah memainkan peranan penting dalam
perdagangan. Kedatangan para saudagar dari berbagai wilayah pada
musim haji yang terselenggara setiap tahun memberikan andil yang
besar dalam memperkaya kosa kata Arab atau mempengaruhi bahasa
baku sehingga terjadi perubahan-perubahan.
3. Faktor ketiga adalah ketika Islam berekspansi keluar negeri Hijaz yang
dengan demikian membawa serta bahasa Arab bersama penggunanya.
Ketika itulah bahasa Arab bertemu dengan bahasa-bahasa lain, baik
yang besar seperti Persi, Hindi, Turki, bahkan Spanyol maupun yang
kecil seperti bahasa suku-suku. Pertemuan dan percampuran itu
melahirkan kosa kata baru yang akhirnya juga mempengaruhi struktur
kalimatnya.
4. Faktor keempat adalah kolonisasi yang menimpa negara-negara Arab,
baik pada Perang Dunia I maupun II. Para kolonialis tidak menghendaki
bahasa Arab menjadi besar dan penting karena bahasa Arab identik
dengan Islam. Oleh karena itu, secara tidak langsung mereka mendorong
berkembangnya dialek-dialek ini menjadi alat komunikasi sehari-hari
secara meluas. Artinya tidak hanya dalam suasana informal, melainkan
juga dalam suasana semi formal bahkan formal.
5. Faktor kelima adalah luasnya wilayah negara-negara Arab saat ini yang
terdiri atas 21 negara dan masing-masing terdiri atas suku yang berbeda-
beda yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda pula.
Faktor-faktor di atas memberi pemahaman kepada kita mengapa
bahasa Amiyah itu tumbuh dan berkembang sehingga masing-masing
wilayah mempunyai dialeknya sendiri.
D. Perbedaan bahasa arab Fusha dan ‘Amiyah
Kegunaan bahasa Arab Fusha sangatlah banyak bila dibandingkan
dengan bahasa Arab Amiyyah, di sisi lain, kegunaan bahasa pasar pun
tidak dapat dinafikan, karena dengan bahasa Arab ‘amiyyah akan lebih
menjalin keakraban dengan orang Arab itu sendiri.
Bahasa ‘Amiyyah pada dasarnya bersumber dari bahasa Arab
Fusha, akan kita jumpai beberapa kata yang memang aneh di pendengaran
kita, namun sebahagian besar adalah bahasa Fusha. Mungkin dalam
pengucapannya saja yang cepat ataupun perubahan yang terjadi pada
huruf-hurufnya, misalnya huruf Qaf ( )ﻕ di Arab Saudi menjadi Gha ( )ﻏ.
10. Sedangkan di Mesir, huruf Qaf (ﻕ ) diucapkan dengan Alif (ﺃ ), yang dapat
dilihat pada kata Qaala ( ﻘﺎﻝ
( )
ﺃﻗﻭﻝ
ﻟﻚ ). Orang Saudi mengucapkannya
dengan ( ﺃﻏﻞ
ﻟﻚ =Aghullak), sedangkan orang Mesir melafadzkannya
dengan ( ﺃﺃﻞ
ﻟﻚ =A ullak). Ataupun dalam bahasa ‘Amiyyah Mesir, dimana
huruf Jim (ﺠ ) Dibaca G (ﻖ )
BAB III
PENUTUP
Bahasa Fushha adalah bahasa yang digunakan dalam Al-Qur’an,
peninggalan bangsa Arab, bahasa yang digunakan pada zaman sekarang
11. dalam forum-forum resmi dan bahasa yang digunakan dalam penulisan
syair, prosa dan sajak. Sedangkan bahasa ‘Amiyyah adalah bahasa yang
digunakan dalam urusan keseharian dan bahasa yang digunakan sehari-
hari.
Kegunaan bahasa Arab Fusha sangatlah banyak bila dibandingkan
dengan bahasa Arab Amiyyah, di sisi lain, kegunaan bahasa pasar pun
tidak dapat dinafikan, karena dengan bahasa Arab ‘amiyyah akan lebih
menjalin keakraban dengan orang Arab itu sendiri.
Bahasa ‘Amiyyah pada dasarnya bersumber dari bahasa Arab
Fusha, akan kita jumpai beberapa kata yang memang aneh di pendengaran
kita, namun sebahagian besar adalah bahasa Fusha. bahasa amiyah mulai
menyebar di beberapa tempat semisal Syam, Mesir dan Sawad. Di
beberapa tempat itu, bahasa Arab fusha sudah menerima kosa kata serapan
dari Persia. Romawi, Qibtiyah dan Nabthiyah dalam jumlah yang cukup
besar. Karena itu bahasa masyarakat mulai rusak dalam ukuran yang
signifikan