2. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
Mahasiswa memiliki kemampuan mengorganisasikan
pemahaman teori secara kontekstual mengenai
Aliran Pendidikan, Landasan Pendidikan, dan Pembangunan Nasional.
.
3. I.
A. ALIRAN PENDIDIKAN
1. ALIRAN EMPIRISME (OPTIMISME) : (JOHN LOCKE)
a. Mengutamakan perkembangan manusia dari segi empiris yang
secara eksternal dapat diamati dan mengabaikan pembawaan
sebagai sisi internal manusia.
b. Pengalaman adalah sumber pengetahuan dan pembawaan yang
berupa bakat tidak diakui.
c. Keberhasilan seseorang hanya dari pengalaman / pendidikan
yang diperolehnya.
ALIRAN PENDIDIKAN
4. 2. ALIRAN NATIVISME (PESIMISTIS) :
(ARTHUR SCHOUPENHAUER)
a. Perkembangan seseorang merupakan produk dari pembawaan
berupa bakat.
b. Bakat merupakan pembawaan seseorang dalam menentukan
nasibnya.
c. Orang yang berbakat tidak baik akan tetap tidak baik sehingga
tidak perlu dididik menjadi baik.
5. 3. ALIRAN NATURALISME : (J.J. ROUSSEAU)
a. Semua anak yang dilahirkan pada dasarnya dalam keadaan baik.
b. Anak menjadi rusak atau tidak baik karena campur tangan
manusia (masyarakat).
c. Pendidikan hanya memiliki kewajiban untuk memberikan
kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya.
d. Pendidikan diserahkan kepada alam dalam mendidik anak
sehingga pembawaan yang baik tidak dirusak oleh pendidik.
6. 4. ALIRAN KONVERGENSI : (WILLIAM STERN)
a. Bakat, pembawaan, dan lingkungan atau pengalaman yang
menentukan pembentukan pribadi seseorang.
b. Pendidikan merupakan penolong anak dalam mengembangkan
potensinya.
c. Yang membatasi pendidikan anak adalah pembawaan dan
lingkungannya.
7. B. GERAKAN BARU DALAM PENDIDIKAN
Merupakan upaya peningkatan mutu pendidikan hanya dalam satu atau
beberapa komponen saja, dapat mencakup :
1. PENGAJARAN ALAM SEKITAR
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan alam sekitarnya
(Fr. A. Finger; 1808 – 1888) :
a. Memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar anak aktif
dan tidak sekedar duduk diam dan mencatat.
b. Pengajaran alam memberi bahan Appersepsi Intelektual secara
kokoh dan tidak Verbalistis.
c. Memberikan Apersepsi Emosional karena alam sekitar
mempunyai ikatan emosional dengan anak.
8. d. Pengajaran pusat perhatian melalui pusat-pusat minat (sekolah
untuk hidup dan oleh hidup) :
Dimana anak dididik untuk dapat hidup dalam masyarakat, anak
harus di arahkan kepada pembentukan individu dan anggota
masyarakat.
e. Anak mempunyai pengetahuan tentang dunianya
(Lingkungannya, tempat hidup di hari depannya).
f. Dunia terdiri dari alam dan kebudayaan.
g. Dunia harus hidup dan mengembangkan kemampuannya untuk
mencapai cita-cita.
9. 2. SEKOLAH KERJA (G. KERCHENSTEINER; 1854 – 1932)
a. Sebagai Titik Kulminasi Pandangan yang mementingkan
pendidikan keterampilan dalam pendidikan.
b. Sekolah Kerja bertolak dari pandangan bahwa pendidikan tidak
hanya untuk Kepentingan Individu, tetapi demi Kepentingan
Masyarakat.
c. Pendidikan berkewajiban menyiapkan warga negara yang baik,
yang memenuhi :
• Kriteria tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan
kerjanya.
• Tiap orang menyumbangkan tenaganya untuk keperluan
negara.
• Dalam menunaikan kedua tugas tersebut diusahakan
kesempurnaannya agar dapat mempertinggi kesusilaan dan
keselamatan negara.
10. 3. PENGAJARAN PROYEK (JOHN DEWEY; 1859 – 1952)
a. Sekolah haruslah sebagai Mikrokosmos dari Masyarakat.
b. Pendidikan adalah suatu proses kehidupan itu sendiri dan
bukanlah penyiapan untuk kehidupan masa depan.
c. Dalam pendidikan proyek :
• Anak bebas menentukan pilihan sendiri (pekerjaannya),
merancang serta memimpinnya.
• Proyek ditentukan oleh anak, mendorong mencari jalan
pemecahan bila menemui kesukaran sehingga mata pelajaran
tidak terpisah satu sama lain.
• Pengajaran berkisar di seputar pusat-pusat minat.
11. d. Dalam pengajaran proyek :
• Mata Pelajaran Carlistung dan Bahasa Terintegrasi pada saat
anak melaksanakan proyeknya.
• Anak tidak dipisahkan dari bahasa ibunya.
• Bahasa ibu merupakan alat pernyataan pengalaman dan
perasaan anak-anak.
• Pekerjaan dilaksanakan secara berkelompok, bekerjasama,
sikap sportif, bebas menyatakan pendapat dan disiplin.
• Pengajaran Proyek menumbuhkan kemampuan pemecahan
masalah secara multi disiplin.
12. II.
Landasan Pendidikan memberi pijakan dan arah terhadap pembentukan
Manusia Indonesia dan mendorong perkembangan masyarakat, bangsa, dan
negara.
Landasan Pendidikan :
A. Landasan Filosofis;
B. Landasan Sosiologis;
C. Landasan Kultural;
D. Landasan Psikologis; dan
E. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
LANDASAN PENDIDIKAN
14. A. LANDASAN FILOSOFIS
1. Landasan yang mengaitkan Makna atau Hakekat Pendidikan.
2. Menelaah masalah pokok :
a. Apakah pendidikan itu ?
b. Mengapa pendidikan itu diperlukan ?
c. Apa yang seharusnya menjadi tujuannya ?
3. Tinjauan filosofisnya adalah berpikir bebas serta menerobos sampai
sejauh-jauhnya (ke akar-akarnya).
15. B. LANDASAN SOSIOLOGIS
1. Mempelajari berbagai tindakan sosial dalam realitas sosial.
2. Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua
individu yang saling memperkembangkan diri.
3. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi dalam lembaga
pendidikan sengaja dibentuk oleh masyarakat.
16. C. LANDASAN KULTURAL
1. Kebudayaan dan pendidikan memiliki hubungan timbal balik, sebab
kebudayaan dapat dilestarikan dan dikembangkan dengan cara
mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan
jalan pendidikan, baik secara formal dan informal.
2. Melalui kebudayaan, dengan cipta dan karya manusia berupa norma-
norma, nilai-nilai, kepercayaan, tingkah laku, dan teknologi yang
dipelajari dan dimiliki oleh semua anggota masyarakat tertentu.
17. D. LANDASAN PSIKOLOGIS
1. Melibatkan Aspek Kejiwaan Manusia.
2. Pemahaman terhadap proses perkembangan dan proses belajar.
3. Mencakup :
a. Strategi Disposisional (Kretschmer dan Sheldon)
Memberi penekanan pada peranan Faktor Hereditas dan
Perkembangan Manusia.
b. Strategi Behavioral.
Menekankan peranan faktor belajar dalam perkembangannya.
c. Strategi Phenomenologis / Humanistik.
Menekankan peranan faktor belajar dalam perkembangannya
tentang bagaimana proses belajar terjadi.
18. 4. Pemahaman peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan
merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan.
5. Bidang kajian mencakup :
a. Aspek-aspek Pribadi.
b. Urutan dan ciri-ciri pertumbuhan setiap aspek.
c. Konsep tentang cara-cara paling tepat untuk
mengembangkannya.
6. Diperlukannya informasi tentang kehidupan pribadi, bakat,
kemampuan, minat, kekuatan, tempo, dan irama perkembangan
yang berbeda satu dengan lainnya.
19. E. LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK /
ILMIAH)
1. Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mempunyai kaitan
yang sangat erat.
2. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi merupakan bagian utama dalam
pengajaran.
20. III.
A. LEMBAGA PENDIDIKAN NASIONALIS
1. TAMAN SISWA
a. Didirikan di Yogyakarta, pada tanggal 03 Juli 1922 oleh Ki
Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat).
b. Latar Belakang
Melihat bahwa sekolah-sekolah yang didirikan Hindia Belanda
sesungguhnya tidaklah diperuntukan bagi kepentingan dan
kemajuan Rakyat Indonesia, melainkan untuk kepentingan
politik Kolonial Hindia Belanda.
PEMBANGUNAN NASIONAL
21. c. Asas Taman Siswa
• Setiap orang berhak mengatur dirinya sendiri dengan
mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum.
• Pendidikan yang diberikan kepada anak hendaknya
menjadikan manusia yang merdeka bathinnya, pikirannya,
tenaganya, dan bermanfaat untuk kepentingan bersama.
• Pendidikan hendaklah didasarkan atas keadaan dan Budaya
Indonesia.
• Pendidikan harus diberikan kepada seluruh Rakyat Indonesia
tanpa kecuali.
22. • Untuk dapat mencapai asas kemerdekaan, maka harus
bertumpu atas kemampuan sendiri.
• Pendidik hendaklah mendidik dengan sepenuh hati dan
ikhlas.
• Dalam perkembangannya, Asas Taman Siswa diubah
menjadi “PANCA DHARMA”.
23. d. PANCA DHARMA TAMAN SISWA
• Kebudayaan
• Kemerdekaan
• Kodrat Alam
• Kemanusiaan
• Kebangsaan
24. B. IMPLIKASI PENDIDIKAN
Tidak memperlakukan peserta didik yang satu dengan lainnya secara sama
sekalipun memiliki kesamaan.
C. ASAS PENDIDIKAN
1. Asas Tut Wuri Handayani.
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat.
3. Asas Kemandirian dalam Belajar.
25. D. PENGERTIAN ASAS PENDIDIKAN
1. Suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik
pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
2. Pandangan tentang Hakekat Manusia merupakan kemampuan berpikir
utama yang sangat penting dalam pendidikan.
3. Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia dapat
dididik dan mendidik diri sendiri.
4. Manusia dilahirkan tanpa daya dan sangat tergantung pada orang lain,
namun memiliki potensi yang hampir tanpa batas untuk
dikembangkan.
26. E. ASAS TUT WURI HANAYANI
1. ING NGARSO SUNG TULODO
: Di Depan Memberi Contoh.
2. ING MADYO MANGUN KARSO
: Di Tengah Membangkitkan Kehendak (Hasrat Untuk Memotivasi).
3. TUT WURI HANDAYANI
: Di Belakang Mengikuti Dengan Awas.
27. F. ASAS BELAJAR SEPANJANG HAYAT
ASAS PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP (UNESCO)
1. Meliputi seluruh hidup setiap individu.
2. Mengarah kepada Pembentukan, Pembaharuan, Peningkatan,
Penyempurnaan Secara Sistematis, Pengetahuan, Keterampilan, dan
Sikap Yang Dapat Meningkatkan Kondisi Hidupnya.
3. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (Self
Fullfillment) setiap individu.
4. Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri.
5. Mengakui kontribusi dan semua pengaruh pendidikan yang mungkin
terjadi termasuk yang formal, non formal, dan informal.
28. G. ASAS KEMANDIRIAN DALAM BELAJAR
1. Pengembangan kemandirian dalam belajar adalah dengan
menghindari campur tangan guru, namun selalu siap dalam
membantu.
2. Perwujudan Asas Kemandirian Dalam Belajar akan menempatkan
guru dalam peran utama sebagai Fasilitator, Motivator, Informator,
dan Organisator.