8. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
1. Mahasiswa mampu menguraikan secara konseptual, prosedur, dan
operasional aspek-aspek yang berhubungan dengan Pengantar Ilmu
Pendidikan.
2. Mampu mengintegrasikan dan menggunakan konsep pemahaman teori
dan keterampilan paradigma pengantar ilmu pendidikan yang
menunjukkan sikap guru profesional yang memiliki kecirian
intelektualitas, kreatifitas, dan kewirausahaan.
9. MODEL PEMBELAJARAN
1. Model Pembelajaran Ekspository.
2. Media Pembelajaran di kelas menggunakan Komputer, LCD, White
Board, dan Web Hybrid Learning.
10. SUMBER PEMBELAJARAN
1. Djaelani, M. Solikodin dkk, 2015, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta :
Pustaka Mandiri.
2. Achdiyat, Maman dkk, 2014, Dasar Pendidikan sebagai Pengantar,
Jakarta : Pustaka Mandiri.
3. Hidayat, Syarif, 2013, Teori dan Prinsip Pendidikan, Jakarta : Pustaka
Mandiri.
12. EVALUASI PEMBELAJARAN
PROSEDUR BENTUK BOBOT
Pre Test Tes Lisan 0 %
Embedded Test Tugas Individu 0 %
Tugas Kelompok & Presentasi : 3 Kali 0 %
Quiz 5 %
Project Tugas Individu 5 %
Tugas Kelompok & Presentasi : 3 Kali 15 %
13. KONSEP DASAR ILMU
A. MENURUT FRANCIS BACON
Ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid dan hanya fakta-fakta
yang dapat menjadi objek pengetahuan.
B. ILMU SECARA ETIMOLOGI
Berarti memahami, mengerti, atau mengetahui.
Dalam hal penyerapannya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami
pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah sosial, dan
sebagainya.
I.
14. C. SYARAT – SYARAT ILMU
1. Objective
Adalah Ilmu harus memiliki obyek studi terdiri dari satu kelas
properti dasarnya masalah yang sama, tampak dari luar serta bentuk
dalam.
Objek mungkin ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya.
Dalam meninjau objek, yang dicari adalah kebenaran, korespondensi
antara pengetahuan dengan objek, yang disebut kebenaran obyektif,
subjektif tidak didasarkan pada subjek penelitian atau subjek
dukungan penelitian.
15. 2. Metodis
Adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran.
Akibatnya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian
kebenaran.
Metodis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “metodos” yang berarti :
Cara atau Jalan.
Secara umum, metodis merupakan metode tertentu yang digunakan
dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
16. 3. Sistematis
Dalam mencoba untuk mengidentifikasi dan menjelaskan suatu objek,
ilmu harus terurai dan dirumuskan dalam hubungan teratur dan logis,
sehingga membentuk suatu sistem yang secara keseluruhan,
komprehensif, terintegrasi, dan mampu menjelaskan urutan
penyebab dan efek terhadap objek.
Pengetahuan sistematis diatur dalam serangkaian sebab dan akibat
adalah kebutuhan ilmu ketiga.
17. 4. Universal
Kebenaran yang ingin dicapai adalah kebenaran universal yang
umum (non-spesifik).
Contoh :
180°-an sudut semua segitiga.
Oleh karena itu universal kebutuhan ilmu keempat.
Kemudian ilmu-aware konten sosial untuk sang jenderal (universal)
yang berisi berbeda dari ilmu-ilmu alam mengingat objek adalah
tindakan manusia.
Oleh karena itu, untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-
ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
18. D. ESENSI KONSEP ILMU
1. Pengertian Ilmu
• Pengetahuan yang telah diuji kebenarannya.
• Membahas tentang hal-hal yang dapat diamati (Observable).
2. Ciri – ciri Ilmu
• Mempunyai Objek Tertentu.
• Menggunakan Metode Tertentu.
• Bersifat Sistematis.
• Berguna (Nilai Aksiologis)
• Bersifat Universal.
19. KONSEP PENDIDIKAN
A. PENDIDIKAN
1. Usaha sadar secara terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat serta tuntutan
perkembangan zaman.
II.
20. 2. Pendidikan adalah “PEDAGOGIK”
Ilmu menuntun anak.
Dalam pandangan orang romawi, pendidikan adalah : “Educare”,
yaitu mengeluarkan dan menuntun, suatu tindakan merealisasikan
potensi anak yang dilahirkan ke dunia.
3. Pendidikan adalah “ERZICHUNG”
Menurut Bangsa Jerman, setara dengan “Educare”.
Membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan /
potensi yang dimiliki setiap anak yang satu dengan lainnya memiliki
perbedaan-perbedaan.
21. 4. Langeveld
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, bantuan
yang diberikan kepada anak yang diarahkan pada pendewasaan anak
sehingga cakap dan mampu melaksanakan tugas hidupnya.
5. John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan
essensial baik secara intelektual maupun emosional.
6. John Rousseau
Pendidikan adalah proses memberi pembekalan yang tidak ada pada
masa kanak-kanak, akan tetapi sangat dibutuhkan pada masa dewasa.
22. 7. Driyakara
Pendidikan adalah upaya pemanusiaan manusia muda atau
pengangkatan manusia muda ke taraf insani.
8. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah tuntutan di dalam tumbuh kembangnya anak-anak,
yaitu menuntun segala kekuatan yang ada pada anak-anak berupa
potensi agar mereka seagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya.
23. 9. Menurut UU No. 20 Tahun 2003
Dalam UU Sisdiknas :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
efektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
24. 10. Kajian pendidikan sebagai “PEDAGOGI” dan “PEDAGOGIK”
Pedagogi = pendidikan
Pedagogik + ilmu pendidikan : menyelidiki, merenungkan gejala-
gejala perbuatan mendidik.
Berasal dari kata “Pedagogian” (Yunani) : berarti pergaulan dengan
anak-anak.
Berasal dari kata :
“Paedos” = anak dan
“Agoge” = yang membimbing, memimpin.
25. B. PENDIDIKAN MERUPAKAN SUATU INTERAKSI PEDAGOGIK
1. Interaksi yang memberikan pengaruh.
2. Pengaruh itu dilaksanakan oleh orang dewasa (dalam berbagai
bentuk, sekolah, pelajaran agama, buku, pelajaran) kepada orang
yang belum dewasa.
3. Adanya kesabaran orang dewasa akan kemampuan dan tindakannya
sendiri terhadap anak yang dianggap belum mampu dan belum
dewasa.
26. C. PENDIDIK HENDAKNYA ORANG YANG DEWASA
1. Karena mendidik adalah mendewasakan anak didik.
2. Kedewasaan berarti Kedewasaan Jasmani dan Rohani orang dewasa
itu.
3. Kedewasaan berarti Stabilitas dan Kestabililan.
27. D. PENDEKATAN PENDIDIKAN
1. Pendekatan PEDAGOGISME
Titik tolak dari teori ini adalah bahwa anak yang akan dibesarkan
menjadi manusia dewasa.
Pandangan ini memiliki bahwa anak telah mempunyai kemampuan-
kemampuan yang dilahirkan dan tinggal dikembangkan saja.
28. 2. Pendekatan FILOSOFIS
Anak manusia pada hakekatnya sendiri dan berbeda dengan hakikat
orang dewasa.
Oleh karenanya proses pendewasaan anak betitik tolak dari anak
sebagai manusia yang mempunyai tingkat dan orang dewasa memiliki
peran sebagai orang yang memfasilitasi apa yang sudah dimiliki anak.
3. Pendekatan PHSYCOLOGIS
Bahwa manusia memiliki jiwa yang khas dan satu sama lain berbeda.
4. Pendekatan SOSIOLOGIS
Titik tolak pandangan ini adalah prioritas kepada kebutuhan
masyarakat dan bukan kepada kebutuhan individu.
29. 5. Pendekatan HOLISTIC INTEGRATIF
• Pendidikan merupakan proses berkesinambungan.
• Proses pendidikan berarti menumbuh-kembangkan eksistensi
manusia.
• Esksistensi manusia yang memasyarakat.
• Proses pendidikan dalam masyarakat yang membudaya.
• Proses bermasyarakat dan membudaya mempunyai dimensi
waktu dan ruang.
30. E. CIRI / UNSUR PENDIDIKAN
1. Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu-
individu yang kemampuan-kemampuan dirinya berkembang sehingga
bermanfaat bagi hidupnya, masyarakat, dan negara.
2. Untuk mencapai tujuan, pendidikan perlu melakukan usaha-usaha
yang sengaja dan berencana dalam memilih isi / materi, strategi
kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai.
3. Kegiatan tersebut dapat diberikan dalam lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat, pendidikan formal, dan pendidikan non
formal.
31. F. FAKTOR - FAKTOR PENDIDIKAN
1. Faktor Tujuan.
2. Faktor Pendidik.
3. Faktor Peserta Didik.
4. Faktor Isi / Materi Pendidikan.
5. Faktor Metode Pendidikan.
6. Faktor Situasi Lingkungan.
32. G. TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
Membangun Kualitas Manusia yang Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan selalu dapat meningkatkan kebudayaan dengan-NYA sebagai
warga negara yang berjiwa Pancasila, mempunyai semangat dan
kesadaran yang tinggi, berbudi pekerti yang luhur, berkepribadian yang
kuat, cerdas, terampil, dapat mengembangkan dan menyuburkan sikap
demokrasi, dapat memelihara hubungan yang baik antara sesama manusia
dan dengan lingkungannya, sehat jasmani, mengembangkan daya estetik,
berkesanggupan untuk membangun diri dan masyarakatnya.
33. H. FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL
1. Pengembangan Pribadi.
2. Pengembangan Warga Negara.
3. Pengembangan Kependudukan.
4. Pengembangan Bangsa.
34. I. TUJUAN INSTITUSIONAL PENDIDIKAN
1. Perumusan secara umum pada perilaku dan kemampuan yang harus
dimiliki lulusan suatu lembaga pendidikan :
• Mampu berpikir secara kreatif dan kritis.
• Mampu untuk mengembangkan pola pengambilan keputusan
dalam bidang keahliannya berdasarkan kesadaran bahwa
keputusan – keputusan tersebut selalu menyangkut segi – segi
kebudayaan serta nilai – nilai hidup bermasyarakat.
2. Perumusan tujuan institusional dilandaskan pada :
• Tujuan Pendidikan Nasional.
• Kekhususan masing – masing Lembaga.
• Tingkat Usia Siswa.
• Pemberian Pengalaman Belajar Berdasarkan Kekhususan
Lembaga.
35. J. TUJUAN KURIKULER
1. Tujuan Kurikuler ditentukan oleh Tujuan Institusional Lembaga
Pendidikan.
2. Tujuan ini untuk menentukan macam – macam pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan.
K. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa
sebagai hasil dari kegiatan pengalaman belajarnya.
2. Terdiri dari Tujuan Instruksional Umum dan Instruksional Khusus.
36. L. ESENSI PENDIDIKAN
1. Suatu proses pertumbuhan yang sesuai dengan lingkungan.
2. Suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam
pertumbuhannya.
3. Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi
tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat.
4. Suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju
kedewasaan.
5. Aktifitas yang dilakukan secara sengaja dan terencana oleh manusia
dewasa yang bertujuan untuk membantu manusia lain agar menjadi
manusia yang mandiri fisik dan mental (Manusia Rohaniah).
6. Manusia Rohaniah adalah Manusia yang Mandiri, Bertanggung-
jawab, Adaptif, dan Berguna bagi orang lain.
37. KONSEP ILMU PENDIDIKAN
A. KONSEP ILMU PENDIDIKAN
Ilmu yang mempelajari hal / peristiwa yang timbul dalam praktek
pendidikan (dengan bantuan ilmu – ilmu lain yang mendukung).
Hasil penelitian empirik dan analisis visional atas situasi pendidikan.
III.
38. B. SIFAT ILMU PENDIDIKAN
1. Terbuka.
Memerlukan bantuan ilmu – ilmu lain yang mendukung (Psikologi,
Antropologi, Sosial, Budaya, Filsafat, Ekonomi, Politik, dll).
2. Teoritis.
Mengkaji bidang keilmuan secara luas, dalam, dan spesifik.
3. Praktis / Terapan.
4. Normatif.
Memiliki ciri dasar / aturan dasar yang baku.
5. Deskriptif
Menggambarkan adanya peristiwa / proses belajar untuk memperoleh
hasil belajar.
39. C. SITUASI PENDIDIKAN
Terdapat dalam situasi kehidupan manusia yang diarahkan ke masa depan
yang dipengaruhi oleh kekuatan sosial, ekonomi, politik, dan kultural.
D. PERISTIWA PENDIDIKAN
Muncul karena perubahan yang terjadi dalam situasi pergaulan, adanya
keharusan menanamkan nilai dan norma yang hidup dalam diri anak didik.
Penanaman nilai atau norma hidup pertama kali melalui contoh orang
dewasa diikuti oleh pengetahuan, pengertian, dan kemampuan
membedakan antara yang baik dan buruk.