4. و إنكاح أو تزويج ولفظ البيع في ما اَهيِف ٌطَْرشَو
بعجمية لو
Syarat dalam rukun-rukun (nikah) itu,
yaitu : syarat dalam jual-beli dan
lafaz “kawin” atau “nikah” meskipun
dengan bahasa Ajam.
قبول بتقدم وصح
Ia (akad nikah) sah dengan didahului
(ungkapan) kabul.
5. وبزوجني
Dan (juga sah) dengan (lafaz) “Zawwijni”
(Kawinkan aku!)
وبتزوجها
Dan dengan (lafaz) “Tuzawwijuha” (Nikahi
dia!)
تزوجت أو زوجتك مع
(Namun harus) beserta lafaz “Zawwajtuka”
(Aku nikahkan kamu) atau “tazawwajtu”
(Aku menikahkan).
6. بكناية ال
الصيغة في
(Tapi, ia [nikah]) tidak (sah) dengan (lafaz)
kinayah dalam shighah (nya).
Catatan: Kinayah dalam konteks perkawinan adalah istilah
yang merujuk pada penggunaan kata-kata atau
ungkapan yang tidak secara langsung menyebutkan
pernikahan, tetapi masih mengindikasikan persetujuan
atau kesepakatan untuk menikah. Dalam hukum Islam,
pernikahan sah harus melibatkan pernyataan yang jelas
dan ijab (penawaran) dari pihak pengantin laki-laki dan
kabul (penerimaan) dari pihak pengantin perempuan.
Misalnya: “Aku serahkan anak perawanku kepadamu.”
“Aku hadiahkan putriku kepadamu”..dst.
7. بقبلت وال
Dan tidak (sah juga) dengan (lafaz)
“Qabiltu” (saja).
شغار نكاح وال
Dan tidak (sah juga) nikah syighar.
Catatan: Nikah syighar adalah
pernikahan di mana seorang pria menikahi
wanita dengan imbalan menerima seorang
wanita dari keluarga pria itu sebagai istri
bagi anaknya.