Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Nasionalisme dijelaskan sebagai paham kecintaan terhadap bangsa dan negara yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Dokumen ini menjelaskan pentingnya nasionalisme bagi aparatur sipil negara dalam melaksanakan tugasnya dengan mengutamakan kepentingan publik dan negara. Nasionalisme dapat diimplementasikan melalui pelaksanaan kebijakan publ
1. LEARNING JOURNAL NASIONALISME
Program Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS
Angkatan :
Mata Pelatihan : Nasionalisme
Widyaiswara :
Nama Peserta : Hadi Kurniawan
Nomor Presensi :
Lembaga Penyelenggara Pelatihan : Pusdiklat Pegawai Kemendikbud
A. Pokok Pikiran
Nasionalisme berasal dari kata "Nasional" yang artinya bangsa, negara, dan "Isme" yang
artinya paham atau ajaran. Sehingga, secara harfiah Nasionalisme adalah paham atau ajaran
bagaimana kita mencintai bangsa dan negara kita sendiri. Pandangan tentang rasa cinta tanah air
dan sikap mencintai yang wajar terhadap bangsa dan negara sekaligus menghormati bangsa
lain. Sikap nasionalisme tidak boleh terlalu berlebihan sampai menganggap bangsa atau negara
lain itu lebih rendah. Sebelum memiliki jiwa nasionalisme, seseorang harus terlebih dahulu
memiliki rasa kebangsaan yakni rasa yang lahir secara alamiah karena adanya kebersamaan
sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan aspirasi perjuangan masa lampau, serta
kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah masa kini. Sikap nasionalisme juga sikap
yang menghargai persamaan suku-suku bangsa dan memiliki rasa senasip sepenanggungan
diantara sesama bangsa.
Rasa Nasionalisme memberikan dorongan untuk mempertahankan negara dari
kemungkinan adanya ancaman, tantangan, hambatan maupun gangguan (ATHG)
sehingga bangsa kita harus berkarakter kuat. Secara khusus bagi kita Warga Negara Indonesia,
kita harus memiliki sikap Nasionalisme dengan cara mematuhi hukum dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku serta melestarikan budaya yang sangat beragam. Dinamisasi rasa
kebangsaan ini dalam mencapai cita-cita bangsa berkembang menjadi wawasan kebangsaan,
yakni pikiran-pikiran yang bersifat nasional dimana suatu bangsa memiliki cita-cita kehidupan
dan tujuan nasional yang jelas. Berdasarkan rasa dan paham kebangsaan itu, timbul semangat
kebangsaan atau semangat patriotisme.
Nasionalisme pancasila merupakan implementasi rasa cinta kita sebagai rakyat Indonesia
terhadap tanah air, bangsa dan negara yang didasari pada nilai-nilai Pancasila. Kecintaan terhadap
tanah air dengan mengingat dan menghargai jasa para pahlawan yang telah memperjuangkan
2. kemerdekaan Indonesia dengan tumpah darahnya maka tugas kita melanjutkan perjuangan dan
mempertahankan kedaulatan kemerdekaan dan mengisinya dengan pembangunan. Sebagai ASN
kita harus memiliki rasa nasionalisme dan wawasan kebangsaan yang kuat yang kemudian
diaktualisasikan ke dalam fungsi dan tugas kita yang didasari Pancasila dan UUD
1945. Selanjutnya diharapkan Nasionalisme dapat menjadikan kita sebagai ASN yang berorientasi
pada kepentingan publik, bangsa, negara, dan menghindari pemikiran yang mementingkan
kepentingan pribadi atau golongan.
Nilai dasar nasionalisme sebagai ASN yang menerapkan Pancasila sebagai dasar dalam
menjalankan tugasnya dibagi menjadi lima sesuai dengan jumlah sila dari Pancasila.
1. Sila ketuhanan yang maha esa memiliki nilai religious, toleran, transparan, etos kerja,
tanggung jawab, amanah, dan percaya diri.
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab memiliki nilai humanis, tenggang rasa, persamaan
derajat, saling menghormati, tidak diskriminatif.
3. Sila persatuan Indonesia memiliki nilai cinta tanah air, rela berkorban, menjaga ketertiban,
mengutamakan kepentinngan public, dan gotong royong.
4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmad kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan memiliki nilai musyawarah mufakat, kekeluargaan, menghargai pendapat, dan
bijaksana.
5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki nilai bersikap adil, tidak serakah,
tolong menolong, kerja keras, dan sederhana.
ASN yang memiliki Nasionalisme kuat akan memahami dan memiliki kesadaran unttuk
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam pelaksanaan tugas jabatannya. Sebagai ASN,
nasionalisme diaktualisasikan sesuai dengan fungsi dan tugas antara lain pada ranah berikut:
1. Pelaksana Kebijakan Publik: Pelaksana kebijakan publik merupakan salah satu fungsi
ASN (pasal 10 UU No. 5 tahun 2010 tentang Aparatur Sipil Negara. ASN sebagai eksekutor
yang melaksanakan segala peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan kebijakan
publik di berbagai bidang dan sektor pemerintahan. Sebagai pelaksana kebijakan publik ASN
harus memiliki karakter dan orientasi kepublikan yang kuat yaitu nilai kepublikan yang
berorientasi pada kepentingan publik, menempatkan kepentingan publik, bangsa dan negara
di atas kepentingan lainnya, kepentingan nasional diatas kepentingan sektoral atau golongan,
dan berintegritas tinggi (konsisten/istiqomah dalam tindakan, nilai, prinsip, dlsb menjadi
pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat) dan mampu mengaktualisasikannya dalam
setiap langkah-langkah pelaksanaan kebijakan publik.
2. Pelayanan Publik
Unsur-unsur dalam pelayanan publik adalah adanya organisasi penyelenggara, penerima
layanan, dan kepuasan pelanggan. ASN harus memiliki integritas tinggi dalam melayani
3. publik yang disesuaikan dengan kode etik dan kode perilaku ASN. Sebagai pelayan publik
kita harus bersikap adil dan tidak diskriminatif; profesional dan berintegritas dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, ASN harus menjunjung tinggi nilai-
nilai kejujuran, keadilan, tidak korupsi, transparan, akuntabel, dan memiliki kinerja
yang memuaskan publik dengan motto “melayani dengan amanah memberikan yang
terbaik”. Untuk menjadi ASN Profesional tentunya memerlukan keahlian khusus. ASN
menjadi perhatian dan sorotan masyarakat maka harus diketahui diera keterbukaan informasi
ini adanya tuntutan masyarakat agar bebas KKN, adanya kritik masyarakat untuk bekerja
secara professional dan memahami situasi krisis dengan memperhatikan aspirasi Masyarakat.
3. Sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa
Sebagai pemersatu bangsa ASN akan senantiasa setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila,
UUD 1945, negara dan Pemerintah (UU No. 5 Tahun 2014 pasal 66 ayat 1-2). Adanya Potensi
Perusak Persatuan harus diwaspadai ditanggulangi seperti adanya kelompok yang tidak setuju
dengan ideologi negara Pancasila, penyalahgunaan kemajuan tekonologi informasi
dan komunikasi, konflik pemekaran wilayah, konflik pilkada, pilpres, daerah
perbatasan dst. Sebagai ASN kita harus memiliki jiwa nasionalisme dan wawasan kebangsaan
yang kuat, memiliki kesadaran yang tinggi untuk menjaga kedaulatan negara, menjadi perekat
dan pemersatu bangsa serta mengupayakan situasi yang damai di seluruh wilayah Indonesia
dan terus menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Peran ASN dalam menciptakan kondisi damai adalah dengan bersikap netral dan
adil, mengayomi kepentingan kelompok minoritas dengan tidak membuat kebijakan
diskriminatif, dan menjadi figur teladan di lingkungan masyarakat. Pada akhirnya, rasa
nasionalisme yang kuat ini menjadikan ASN yang mampu mengaktualisasikan wawasan
kebangsaan dan jiwa nasionalisme dalam menjalankan profesinya sebagai pelayanan publik
yang berintegritas
Profil Tokoh
Bacharuddin Jusuf Habibie adalah Presiden ketiga Indonesia. Sebelum berkarier di
Indonesia bapak B.J. Habibie melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi
pesawat terbang di Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule Jerman. Ia pun menerima gelar
Diplom Ingenieur pada 1960 dan gelar Doktor Ingenieur pada 1965 dengan predikat summa
cumlaude dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean. Beliau
menemukan rumus yang dinamakan "Faktor Habibie" karena bisa menghitung keretakan
atau crack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang. Sehingga beliau pun
dijuluki "Mr Crack" karena keahliannya itu.
Ada banyak pelajaran terkait nasionalisme dan cinta tanah air dari beliau. Kecerdasan,
totalitas dan tanggung jawab terhadap negara rupanya tidak hanya terlihat saat berada di Indonesia.
Sebelum Indonesia sadar akan potensinya, beliau sudah beberapa kali ditawari oleh beberapa
negara lain untuk menggalakkan teknologi pesawat terbang. Tawaran pertama datang datang dari
Jerman. Jerman yang saat itu tahu Pak Habibie bukan orang biasa, langsung saja menawarinya
dengan status 'warga negara kehormatan'. Bukannya senang dengan status yang jarang diberikan
Jerman, beliau justru menolak. Karena rasa nasionalisme beliau yang tinggi, beliau tetap memilih
pulang ke Indonesia untuk mengabdikan diri kepada bangsa dan negaranya, walaupun beliau tidak
mendapatkan beasiswa dari pemerintah Indonesia ketika melanjutkan studi di Jerman. Ada banyak
4. terobosan dan sumbangsih yang beliau buat sejak di Indonesia, salah satunya ketika memegang
jabatan Menteri Riset dan Teknologi. Beliau berhasil membuat pesawat terbang N250 yang
ditujukan sebagai alat transportasi utama di Indonesia yang merupakan negara kepulauan,
walaupun cita-cita tersebut tidak kesampaian karena adanya krisis moneter tahun 1998. B.J. Habibi
ini menunjukkan rasa memiliki serta rasa cinta tanah air dan bangsa.
B. Penerapan
Nasionalisme adalah sebuah rasa yang ada didalam hati warga negara Indonesia untuk
selalu mencintai tanah air dan memengang teguh pancasila dimanapun dan kapanpun yang
ditunjukan melalui perilaku dan tindakan. Penerapan Nasionalisme dapat dilakukan misalnya
dalam mata kuliah dan praktikum. Sebagai dosen yang mengampu mata kuliah dan juga
praktikum, nilai-nilai nasionalisme secara utuh dapat diterapkan mulai dari sikap nasionalisme
yang didasari penerapan sila pertama sampai sila kelima. Walapun mata kuliah praktikum lebih
mengutamakan kompetensi keilmuan, di satu sisi mahasiswa juga perlu ditanamkan nilai-nilai
nasionalisme. Sehingga setelah pelaksanaan mata kuliah ini selesai, mahasiswa dapat
menguasai ilmu yang sesuai dengan bidang ilmunya, namun mahasiswa juga memiliki jiwa
nasionalisme.
Adapun pelaksanaan mata kuliah praktikum untuk mengimplementasikan nilai
nasionalisme dilaksanakan dengan langkah-langkah berikut:
1. Pengamalan nilai Pancasila sila pertama yaitu setiap membuka perkuliahan diawali dengan
berdoa sebagai penenaman nilai-nilai religius. Selain itu, dosen transparan dalam
melakukan penilaian dengan memberikan penjelasan melalui kontrak perkuliahan dan
mengumumkan nilai yang diperoleh mahasiswa seperti pretes, postes, nilai laporan hingga
penilaian akhir.
2. Melakukan penerapan pentingnya nilai-nilai karakter dan moral selama praktikum.
Mahasiswa diberikan arahan bagaimana membangun percaya diri, etos kerja, amanah,
memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin dalam jam masuk dan keluar laboratorium,
mengerjakan deadline tugas, laporan dan proses praktikum sebagai pengamalan nilai
ketuhanan sila pertama pancasila. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan
dalam proses pembelajaran, karena jangan sampai mahasiswa hanya “pintar” secara keilmuan
tetapi memliki attitude/sikap perilaku yang kurang baik, sehingga akan menyebabkan
disintegrasi. Selain itu, melatih kerja keras mahasiswa dengan me
3. Selama melaksanakan perkuliahan dan praktikum mahasiswa dibrainstormning harus
menghormati dan menghargai semua civitas akademika seperti satpam, laboran,
pustakawan hingga clining service, sebagai penanaman nilai sila kedua kemanusiaan
khususnya persamaan derajat dan saling menghormati. Selain itu, dosen dalam
memperlakukan dan melayani mahasiswa tidak diskriminatif membedakan SARA.
4. Penguatan rasa bangga dan cinta kepada tanah air, dengan menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Penanaman nilai Pancasila lainnya adalah dengan memberikan
pemahaman kepada mahasiswa bahwa dalam mata kuliah praktikum ini, tidak
mengedepankan kompetisi melainkan rasa solidaritas dan persatuan. Contohnya sebagai
wujud pengamalan nilai sila ke-3 ketika ada mahasiswa yang belum memahami materi
5. perkuliahan atau praktikum maka mahasiswa lain harus membantu. Petugas piket
membersihkan kelas atau lab sebelum dan sesudah praktikum sebagai penanaman
nilai gotong royong dan tolong menolong. Selain itu, sebagai dosen kita harus
bersifat demokratis, menghindari sikap otoriter selama pelaksanaan perkuliahan serta
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengemukanan
pendapat, musyawarah dan mufakat mengenai rencana kegiatan pretes-postes dan
mekanisme responsi praktikum serta menghargai pendapat mahasiswa dan bijaksana serta
berlapang dada menanggapi kritik dan saran mahasiswa terhadap evaluasi pelaksanaan kuliah
atau praktikum untuk perbaikan kedepan sebagai bentuk mengalaman nilai sila ke-4
kerakyatan.
5. Melakukan proses penilaian terhadap sikap selain penilaian terhadap pengetahuan dan
keterampilan. Sebagai contoh, ketika mahasiswa telah menyelesaikan praktikum dan laporan
dengan benar, tetapi ketahuan bahwa laporan tersebut merupakan hasil menyontek milik
temannya, maka mahasiswa tersebut harus diberi sanksi sesuai dengan ketentuan dan
peratuaran yang berlaku agar tidak mengulangi perbuatannya serta sebagai bentuk
sikap adil dosen terhadap mahasiswa lain yang menjaga integritas dan kejujuran.
6. Sebagai pelaksana kebijakan publik, saya siap melaksanakan hasil keputusan rapat atau
kebijakan jurusan/prodi; sebagai pelayan publik, siap melayani mahasiswa bimbingan
akademik (PA), konsultasi dll tanpa membeda-bedakan SARA, serta sebagia perekat dan
pemersatu bangsa senantiasa bersikap netral dan adil; mengayomi kepentingan kelompok
minoritas dengan tidak membuat kebijakan diskriminatif; dan menjadi figur teladan bagi
mahasiswa dan civitas akademika.