1. Wahai kaum muslimin. Hendaknya kita menyadari bahwa salah satu nikmat yang
patut kita selalu syukuri adalah nikmat di panjangkan umur kita dan di tundanya ajal kita.
Jikalau kita mau berfikir dan merenungkan bahwasannya begitu banyak dosa yang kita
lakukan setiap harinya dan adanya harapan untuk dipertemukannya kita pada bulan suci
Ramadhan. Betapa tidak, bulan Ramadhan adalah momentum untuk menghapus dosa-dosa
kita sekaligus mengumpulkan pundi-pundi pahala.
Wahai kaum muslimin, Ramadhan tinggal 34 hari. Pertanyaannya adalah bagaimana
dengan persiapan kita dalam menghadapi bulan yang suci ini dimana ada begitu banyak
manfaat yang bisa kita rengguk didalamnya diantaranya adalah
1. Orang yang berpuasa ramadhan bisa masuk ke dalam surga ar-raiyan.
2. Puasa bisa menjadi penebus dosa.
3. Orang yang berpuasa akan mendapatkan kegembiraan.
4. Puasa adalah penangkal.
5. Mendapatkan ganjaran dari Allah tanpa hitungan.
6. Bau mulut orang yang melakukan puasa bagi Allah SWT wanginya lebih wangi dari bau
kesturi.
7. Puasa dan Al-quran memberikan syafaat.
Namun dalam merengguk itu semua harus ada persiapan yang matang untuk
menjalankannya.
Ketidaksiapan yang Berbuah Pahit
Imam Abu Bakr Az Zur’i rahimahullah memaparkan dua perkara yang wajib kita
waspadai. Salah satunya adalah kewajiban telah datang tetapi kita tidak siap untuk
menjalankannya. Ketidaksiapan tersebut salah satu bentuk meremehkan perintah. Akibatnya
pun sangat besar, yaitu kelemahan untuk menjalankan kewajiban tersebut dan terhalang dari
ridha-Nya. Kedua dampak tersebut merupakan hukuman atas ketidaksiapan dalam
menjalankan kewajiban yang telah nampak di depan mata.
Dalam AL-Quran Allah ta’ala berfirman :
“Maka jika Allah mengembalikanmu kepada suatu golongan dari mereka, kemudian mereka
minta izin kepadamu untuk keluar (pergi berperang), Maka katakanlah: “Kamu tidak boleh
keluar bersamaku selama-lamanya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku.
Sesungguhnya kamu telah rela tidak pergi berperang kali yang pertama. karena itu duduklah
bersama orang-orang yang tidak ikut berperang.” (At Taubah: 83).
Renungilah ayat di atas baik-baik! Ketahuilah, Allah ta’ala tidak menyukai
keberangkatan mereka dan Dia lemahkan mereka, karena tidak ada persiapan dan niat mereka
yang tidak lurus lagi. Namun, bila seorang bersiap untuk menunaikan suatu amal dan ia
bangkit menghadap Allah dengan kerelaan hati, maka Allah terlalu mulia untuk menolak
hamba yang datang menghadap-Nya. Berhati-hatilah dari mengalami nasib menjadi orang
yang tidak layak menjalankan perintah Allah ta’ala yang penuh berkah. Seringnya kita
mengikuti hawa nafsu, akan menyebabkan kita tertimpa hukuman berupa tertutupnya hati
dari hidayah.
2. Persiapkan Amal Shalih dalam Menyambut Ramadhan
Bila kita menginginkan kebebasan dari neraka di bulan Ramadhan dan ingin diterima
amalnya serta dihapus segala dosanya, maka harus ada bekal yang dipersiapkan.
Allah ta’ala berfirman,
“Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk
keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah
melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: “Tinggallah kamu bersama
orang-orang yang tinggal itu.” (At Taubah: 46).
Harus ada persiapan! Dengan demikian, tersingkaplah ketidakjujuran orang-orang yang tidak
mempersiapkan bekal untuk berangkat menyambut Ramadhan. Oleh sebab itu, dalam QS. At
Taubah: 46 mereka dihukum dengan berbagai bentuk kelemahan dan kehinaan disebabkan
keengganan mereka untuk melakukan persiapan. Sebagai persiapan menyambut Ramadhan,
Rasulullah memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu berkata,
“Saya sama sekali belum pernah melihat rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa
dalam satu bulan sebanyak puasa yang beliau lakukan di bulan Sya’ban, di dalamnya beliau
berpuasa sebulan penuh.” Dalam riwayat lain, “Beliau berpuasa di bulan Sya’ban, kecuali
sedikit hari.”
Beliau tidak terlihat lebih banyak berpuasa di satu bulan melebihi puasanya di bulan Sya’ban,
dan beliau tidak menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan. Generasi
emas umat ini, generasi salafush shalih, mereka selalu mempersiapkan diri menyambut
Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Sebagian ulama salaf mengatakan,
”Mereka (para sahabat) berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat
menjumpai bulan Ramadlan.”
Tindakan mereka ini merupakan perwujudan kerinduan akan datangnya bulan
Ramadhan, permohonan dan bentuk ketawakkalan mereka kepada-Nya. Tentunya, mereka
tidak hanya berdo’a, namun persiapan menyambut Ramadhan mereka iringi dengan berbagai
amal ibadah.
Perbarui Taubat Antum!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa
adalah yang bertaubat.”
Taubat menunjukkan tanda totalitas seorang dalam menghadapi Ramadhan. Dia ingin
memasuki Ramadhan tanpa adanya sekat-sekat penghalang yang akan memperkeruh
perjalanan selama mengarungi Ramadhan. Allah memerintahkan para hamba-Nya untuk
bertaubat, karena taubat wajib dilakukan setiap saat. Allah ta’ala berfirman,
3. “Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung.” (An Nuur: 31).
Taubat yang dibutuhkan bukanlah seperti taubat yang sering kita kerjakan. Kita
bertaubat, lidah kita mengucapkan, “Saya memohon ampun kepada Allah”, akan tetapi hati
kita lalai, akan tetapi setelah ucapan tersebut, dosa itu kembali terulang. Namun, yang
dibutuhkan adalah totalitas dan kejujuran taubat.
Jangan pula taubat tersebut hanya dilakukan di bulan Ramadhan sementara di luar
Ramadhan kemaksiatan kembali digalakkan. Ingat! Ramadhan merupakan momentum
ketaatan sekaligus madrasah untuk membiasakan diri beramal shalih sehingga jiwa kita
terdidik untuk melaksanakan ketaatan-ketaatan di sebelas bulan lainnya.
Wahai kaum muslimin, mari kita persiapkan diri kita dengan memperbanyak amal
shalih di dua bulan ini, Rajab dan Sya’ban, sebagai modal awal untuk mengarungi bulan
Ramadhan yang akan datang sebentar lagi.
Jazakumullah Khairan Katsiron