Makalah ini membahas tentang peradaban maritim di Indonesia secara singkat. Menurut sejarah, Indonesia dikenal sebagai bangsa maritim yang maju sejak dahulu kala, seperti zaman Sriwijaya dan Majapahit. Bukti-bukti arkeologis seperti lukisan perahu di gua-gua menunjukkan nenek moyang Indonesia adalah pelaut handal. Sayangnya, semangat maritim bangsa Indonesia mulai surut sejak zaman kolonial.
1. 1
BAB I PENDAULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam perjalanan sejarah Indonesia, sering kali kita berhenti dan bertanya seienak,
membuka kembali lembaran sejarah perjuangan pemikiran para pendiri bangsa agar konsepsi
pembangunan Indonesia senantiasa dapat memenuhi janji kemerdekaan yang
diproklarnasikan 1945. Dalam proses penggalian itu, maka salah satu warisan terbaik para
pendiri bangsa adalah politik optimisme, bukan politik pesimistis.
Puncak kejayaan maritim bangsa ini terjadi pada masa Kerajaan Majapahit
(129?1478). Di bawah Raden Wiiaya, Hayam Wuruk, dan Patih Gajah MadA Majapahit
menguasai dan mempersatukan Nusantara. Pengaruhnya bahkan sampai ke negara-negara
asing seperti Siam Lagor, Campa (Kamboja), Anam, India, Filipina, China. Kilasan sejarah
tersebut memberi gambaran kerajaan-kerajaan di Nusantara dulu mampu menyatukan
wilayah Nusantara, dan disegani bangsa lain. Paradigma masyarakat kala itu menciptakan
visi maritim sebagai bagian utama dari kemajuan sosial-budaya ekonomi, politik, dan
pertahanan-keamanan.
Fakta sejarah lain yang menandakan bangsa Indonesia terlahir sebagai "bangsa
maritim" adalah dengan adanya temuan-temuan situs prasejarah di beberapa belahan pulau.
Penemuan situs prasejarah di gua-gua Pulau Muna Seram, dan Arguni, yang dipenuhi lukisan
perahu-perahu layar, menggambarkan nenek moyang bangsa ini merupakan bangsa pelaut.
Ironisnya dalam perjalanan kehidupan bangsa visi maritimlrdonesia tenggelam. Masuknya
penjajahkolonial Belanda pada abad ke-19 mengikis jiwa bahari bangsa Indonesia.
Masyarakat dibatasi berhubungan dengan laut, dan didorong melakukan aktivitas agraris
demi kepentingan kolonialis. Akibatrya, budaya maritim bangsa [rdonesia memasuki masa
suram.
Kondisi ini berlanjut dengan keberpihakan rezim Orde Baru membangun kembali
&rdonesia sebagai bangsa maritim. Tak heran, di era kebangkitan Asia-Pasifik, pelayaran
Nusantara kalah bersaing dengan negara lain. Kondisi ini berlanjut hingga melemahkan
sendi-sendi perekonomian dan pertahanan-kearnanan.
2. 2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana peradaban maritim di Indonesia?
2. Bagaimana jejak-jejak peradaban nusantara?
3. Perahu dan bukti arkeologis kemariman indonesia?
4. Bagaimana metode pembuatan perahu pada masa lampau?
C. TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar mengetahui bagaimana peradaban
maritim di Indonesia dan bukti sejarah yang memperkuat adanya peradaban maritim di
Indonesia.
3. 3
BAB II PEMBAHASAN
Sejarah mencatat bahwa kebesaran bangsa Indonesia dibangun karena kekuatan
maritim. Sebut saja kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, mereka bisa menguasai kawasan Asia
Tenggara. Fakta itu, hingga kini tidak terbantahkan. Keliru jika bangsa ini tidak belajar dari
sejarah untuk kembali menjadi bangsa yang besar dan disegani.
Bukti kebesaran bangsa Indonesia sebagai negara maritim yang kuat diungkapkan
ahli sejarah dari Universitas Indonesia Ali Akbar. Menurutnya sejarah kekuatan maritim di
Tanah Air sudah ada sejak zaman dulu, dan sentralrrya berada di wilayah pesisir "dan laut.
Namun, banyak juga kerajaan yang berdiri dan hidup di wilayah pedalam. Tetapi sejarah
mencatat, kebesaran mereka tidak se-spektakuler kelajaan yang memiliki kekuatan armada
laut. Misalnya, Banten yang bisa berjaya selain karena di dalamnya kuat, juga tidak lepas dari
kekuatan maritim. Sayang, saat ini paradigm pembangunan berubah. Rezimnya kembali ke
daratan.
Bukti-bukti sejarah kerajaan di Lrdonesia memang lebih banyak di pedalaman.
Tetapi tidak terdapat kemajuan selama ribuan tahun. Kebudayaan dan peninggalan menjadi
sangat beragam saat ada pergerakan sejarah menuju pantai, seperti tercatat dalam situs-situs
tua di Depok dan Pejaten. Pedalaman |akarta berkembang bergeser ke daerah Cilincing,
Marunda. Hal ini menunjukkan bahwa nenek moyang kita telah menyadari jika ingin maju
harus melihat ke depan, yaitu laut sebagai kemajuan yang lebih dominan.
Menurut Ali Akbar yang menjabat sebagai Ketua Kajian Pendirian Museum Maritim,
dahulu sistem religi yang dianut sebagian kekerajaan tidak lepas dengan gunung dan dewa.
Bahkan, dewa tertinggi mereka percaya ada di ketinggian, yaitu gunung-gunung' Kehidupan
religi zaman dulu sangat kuat. Tapi, kemudian beberapa manusia menyadari, kehidupan itu
bukan hanya religi, harus ada interaksi dengan dunia luar. Hal ini yang dikenal perdagangan,
dimulainya interaksi dengan Vietnam dan China.
Terdapat banyak bukti-bukti pra sejarah di mana bangsa Indonesia adalah bangsa
yang hebat di dunia maritim. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya lukisan perahu di dalam
gua di Sulawesi. Kehebatan pelaut-pelaut Indonesia dibuktikan dengan adanya perubahan
kebudayaan yang tadinya berorientasi pada daratan kemudian memiliki kemampuan berlayar.
4. 4
Bahkan, pelaut hrdonesia sangat terujt, karena mampu mengarungi lautan hingga ke
Madagaskar.
Menurut Ali, di saat pelaut Yunani dan China Selatan datani ke Indonesia pada
periode 3000 sebelum masehi atau 5000 tahun yang lalu dan pelaut Belanda yang jago
mengelola budaya maritim baru datang 400 tahun sesudah masehi, bangsa Lrdonesia sudah
lebih dahulu berlayar ke luar.
Kekuatan maritim bangsa [rdonesia sejak dahulu sudah tidak diragukan lagi. Itu
dibuktikan dengan adanya pelabuhan dan syahbandar. Bisa dikatakan bahwa karakter maritim
bangsa hrdonesia sudah kuat sejak dahulu sebelum kebudayaan Eropa. Namun sayangnya
nenek moyang bangsa Lrdonesia malas mmcatat s"jrrah. Pengetahuan yang sudah kitd miliki,
tapi karena tidak dicatat akhimya diklaim orang lain. Itu yang biasa dilakukan orang-orang
Eropa. Kalau bicara pra sejaralr, bangsa Eropa tidak memiliki bukti yang kuat bahwa mereka
pandai melaut. Karena gambar-gambar yang ditemukan hanya perburuan. Berbeda dengan
hrdonesia yang gambamya ada perburuan dan laut.
Bahkan pada abad ke-8, ditemukan kapal di Cirebon yang diduga milik berrgsa
Indonesia. Meski tidak ada tanda-tanda, tetapi secara teknologi beda dengan kapal Eropa.
Kapal tersebut membawa macam- macam produk dari Arab dan China. Bicara 140-an masehi
ada yang namanya perang salib. Jauh sebelumnya, perang dilakukan urtuk menunjukkan
eksistensi bahwa mereka bangsa yang hebat. Thk heran, dalarn sejarah tercatat kerajaan-
kerajaan di benua biru kerap melakukan perebutan kekuasaan dan wilayah. Bahkan, karena
seringgrya mereka kehabisan sumber daya kehidupan.
Tidak heran, Eropa menjadi bangsa miskin. Karena kemiskinannya mereka menjadi
bangsa barbar. Tak ada cara lain buat mereka selain memaksa keluar mencari kehidupan di
negeri nan jauh di sana. Hingga akhimya menernukan dunia baru yang mereka sebut sebagai
tanah kosong. Di sana terjadi kehidupan yang makmur dan memiliki sistem kehidupan yang
lebih maju. Perjalanan inilah liang memaksa Eropa menjadi bangsa pencuri, penipu dan
penjajah. Tujuannya hanya satu, merebut berbagai sumber kehidupan untuk kepentingan
bangsa mereka.
Tanah emas sumber kehidupan baru itu adalah wilayah Asia. Kondisi di wilayah ini
berbeda dengan negara Eropa. Bumi khatulistiwa sejak dulu terkenal tentram dan makmur
5. 5
"gemah ripah loh jinawa". Tidak ada tantanganyangberat. Kondisi ini membuat kerajaan-
kerajaan besar kala itu lengah. Mereka sudah menjadi bangsa juragan.
Pada 1400 masehi Majapahit sudah sangat maju. Ada di prasastinya, dan itu akurat.
Bahkaru Sumatera terkenal sebagai pulau emas. Kondisi ini membuat bangsa kita kala itu
lengah. Karena semua sumber kehidupan sudah ada, seperti ikan, hasil tani dan perkebunan
emas, serta minyak di bawah perut bumi.
A. JEJAK-JEJAK PERADABAN NUSANTARA
Sejarah mencatat bangsa Indonesia sudah dikenal dunia sebagai bangsa maritim yang
memiliki peradaban maju. Bahkao bangsa ini pemah mengalami masa keemasan sejak awal
abad masehi. Menggunakan kapal bercadik, rnereka berlayar mengelilingi dunia dan menjadi
bangsa yang disegani. Berbekal alat navigasi seadanya, bangsa Indonesia mampu berlayar ke
utara, memotong lautan Hindia-Madagaskar, dan berlanjut ke timur hingga Pulau Paskah.
Seiring perjalanan waktu, ramainya alur pengangkutan komoditas perdagangan melalui laut,
mendorong munculnya kerajaankerajaan di Nusantara yang memiliki armada laut besar.
Memasuki masa kerajaan Sriwijaya, MajapahithinggaDemak, Nusantara adalah
negara kuat yang disegani di kawasan Asia. Sebagai kerajaan maritim yangkuat diAsia
Tenggara,Siwijaya(683-1030 M) telah mendasarkan politik kerajaannya pada penguasaan
alur pelayaran dan jalur perdagangan, serta menguasai wilayah-wilayah strategis yang
digunakan sebagai pangkalan kekuatan laut.
Tidak hanya itu, ketangguhan maritim ditunjukkan Singasari di bawah pemerintahan
Kertanegara pada abad ke-13. Melihat kekuatan armada laut yang tidak ada tandingannya,
pada 7275 Kertanegara mengirimkan ekspedisi bahari ke Kerajaan Melayu dan Campa untuk
menjalin persahabatan dalam menghambat gerak Kerajaan Mongol ke Asia Tenggara. Pada
1284, mereka menaklukkan Bali dalam ekspedisi laut ke timur.
Puncak kejayaan maritim Nusantara terjadi pada masa Kerajaan Majapahit (1293-
L478). Di bawah Raden Wijay+ Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit berhasil
mertguasai dan mempersatukan Nusantara. Penganrhnya bahkan sampai ke negara-negara
asing, seperti Siam, Ayuthi a, I-agog Campa (Kamboia), India, China.
6. 6
Sejarah telah mencatat dengan tinta emas bahwa Sriwijaya dan Majapahit pemah
menjadi kiblat di bidang maritim, kebudayaan, dan agaLma di seluruh wilayah Asia. Kilasan
sejarah itu member gambaran, betapa besamya kerajaan-kerajaan di Nusantara. Mereka
mampu menyatukan wilayah Nusantara dan disegani bangsa lain. Paradigma masyarakatrya
mampu menciptakan visi maritim sebagai bagian utama dari kemajuan buday+ ekonomi,
politik dan sosial.
Fakta sejarah lain yang menandakan bangsa Indonesia terlahir sebagai bangsa
maritim, dibuktikan dengan adanya temuan-temuan situs prasejarah di beberapa belahan
pulau. Penemuan situs prasejarah di gua-gua Pulau Muna Seram dan Arguni yang dipenuhi
lukisan perahu-perahu layar, menggambarkan bahwa nenek moyang Bangsa trdonesia
merupakan bangsa pelaut. Selain itu ditemukan kesamaan benda-benda sejarah antara Suku
Aborigin di Australia dengan di ]awa. Ini menandakan bahwa nenek moyang bangsa
Indonesia telah memiliki hubungan dengan bangsa lain.
Ironisnya dalam perjalanan bangsa lrdonesia, visi maritim seperti ditenggelamkan.
Sejak masa kolonial Belanda abad ke-18, masyarakat di tanah air mulai dibatasi berhubungan
dengan laut, misalnya larangan berdagang selain dengan pihak Belanda. Padahal, sebelumnya
telah muncul beberapa kerajaan maritim nusantara, seperti Bugis-Makassar, Sriwijaya,
Tarumanegara dan peletak dasar kemaritimanAmmana Gappa di Sulawesi Selatan. Belum
lagi, PenSkisan semangat maritim bangsa ini dengan menggiring bangsa ini hanya berkutat
sektor agraris demi kepentingan kaum kolonialis. Akibatrya budaya maritim bangsa
Lrdonesia memasuki masa surarn.
Kondisi ini kemudian berlanjut dengan keberpihakan rezim Orde Baru untuk
membangun kembali Indonesia sebagai bangsa maritim. Akibat dalam era kebangkitan Asia
Pasifik, pelayaran nasional kita kalah bersaing dengan pelayaran asing akibat kurangnya
investasi.
B. PERAHU BUKTI SEJARAH
Dalam perjalanan peradaban bangsa Indonesia, para pakar sejarah kemaritiman
menduga perahu telah lama memainkan peranan penting di wilayah Nusantara jauh sebelum
bukti tertulis menyebutkarmya (prasasti dan naskah-naskah kuno). Dugaan ini didasarkan
7. 7
atas sebaran artefak perunggu; seperti nekara, kapak, dan bejana perunggu di berbagai tempat
di Sumatera, Sulawesi Utara, Papua hingga Rote. Berdasarkan bukti-bukti tersebut, pada
masa akhir prasejarah telah dikenal adanya jaringan perdagangan antara Nusantara darr Asia
Daratan.
Pada sekitar awal abad pertama Masehi diduga telah ada jaringan perdagangan antata
Nusantara dan India. Bukti-bukti tersebut berupa barang-barang tembikar dari India
(Arikamedu, Karaikadu dan Anuradha-pura) yang ditemukan di Jawa Barat (Patenggang) dan
Bali (Sembiran). Keberadaan barang-barang tembikar tersebut diangkut menggunakan perahu
atau kapal yang mampu mengarungi samudra.
Bukti tertulis paling tua mengenai pemakaian perahu sebagai sarana transportasi laut
tercatat dalam Prasasti Kedukan Bukit (16 Juni 682 Masehi). Pada prasasti tersebut
diberitakan; "Dapunta Hiyan bertolak dari Minana sambil membawa pasukan sebanyak dua
laksa dengan perbekalan sebanyak 200 peti naik perahu."
Pada masa yang sama, dalam relief Candi Borobudur (abad ke 7-8 Masehi)
dipahatkan beberapa maciun bentuk kapal dan perahu. Dari relief ini dapat direkonstruksi
dugaan bentuk-bentuk perahu atau kapal yang sisanya banyak ditemukan di beberapa tempat
di Nusantara, misalrrya di Sumatera.
C. BUKTI ARKEOLOGIS
Bukti-bukti arkeologis transportasi laut banyak ditemukan di berbagai wilayah
Nusantara, berupa PaPan-Papan kayu yang merupakan bagian dari sebuah perahu dan daun
kemudi, yang ukurannya cukup besar. Pertama, Situs Samirejo secara administratif terletak di
Desa Samirejo Kecamatan Mariana, Kabupaten Musi Banyuasin (Sumatera Selatan). Situs ini
berada di suatu tempat lahan gambut. Sebagian besar areahrya merupak€rn rawa-rawa.
Beberapa batang sungai yang berasal dari daerah rawa bermuara di Sungai Musi.
Dari lahan rawa basah ini pada Agustus 1987 ditemukan sisa-sisa perahu kayu. Sisa
perahu yang ditemukan terdiri dari sembilan bilah papan dan sebuah kemudi. Dari sembilan
bilah papan tersebut, dua bilah di antaranya berasal dari sebuah perahu, dan tujuh bilah
lainnya berasal dari perahu lain. Sisa perahu yang ditemukan tersebut dibangun secara
tradisional di daerah Asia Tenggara dengan teknik yang disebut "papan ikat dan kupingan
8. 8
pengikaf' (sewn-plank dan lashed-lug technique), dan diperkuat dengan pasak kayu atau
bambu. Papan kayu yang ter-panjang berukuran paniang 9,95 meter dan terpendek 4,02
meter; lebar 0,23 meter; dan tebal sekitar 3,5 cm.
Pada jarak-jarak tertentu (sekitar 0J meter), di bilah-bilah papan kayu terdapat bagian
yang menonjol berdenah empat persegi panjang disebut tambuko. Di bagian itu terdapat
lubang yang bergaris tengah sekitar 1 crn. Lubang-lubang itu ternbus ke bagian sisi papan
Tambuko disediakan untuk memasukkan tali pengikat ke gading-gading. Papan kayu setebal
3,5 crn kemudian dihubungkan bagian hrnas perahu dmgan cara m€ngikatrya satu sama lain.
Tali ijuk (Artnga pirurata) mengikat bilah-bilah papan yang dilubangi hingga tersusun seperti
h:ntuk perahu.
Selanjutnya dihubungkan dengan bagian lunas perahu hingga menjadi dinding
lambung. Sebagai penguat ikatan, pada jarak tertentu (sekitar 18 crn) dari tepian papan dibuat
pasak-pasak dari kayu atau bambu. , Dari hasil rekonstruksi dapat diketahui bahwa perahu
yang ditemukan di desa Sambirejo berukur an parrjang2}Zmeter. Berdasarkan analisis
laboratorium terhadap Karbon (C-14) dari sisa perahu Samireio adalah 1350 50 BP, atau
sekitar tahr:n610-775 Masehi.
Adapun, kemudi perahu yang ditemukan mempunyai ukuran panjang enam meter.
Bagian bilah kemudinya berukuran lebar 50 crn. Kemudi ini dibuat dari sepotong kayu,
kecuali bagian bilahnya ditambah kayu lain untuk memperlebar. Di bagian atas dari sumbu
tangkai kemudi terdapat lubang segi empat untuk memasukkan Palang. Di bagian tengah
kemudi terdapat dua buah lubang yang ukurannya lebih kecil untuk memasukkan tali
pengikat kemudi pada kedudukarmya. Bentuk kemudi semae.un ini banyak ditemukan pada
perahu-perahu besaryangberlayar di perairan Nusantara, misalnya perahu Pinisi.
Kedua, situs Kolam Pinisi. Situs ini terletak di kaki sebelah barat Bukit Siguntang
sekitar 5 km ke arah barat dari kota Palembang. Ekskavasi yang dilakukan pada 1989
ditemukan lebih dari 60 bilah papan sisa sebuah perahu kuno. Meskipun-ditemukan dalam
jumlah banyak, namun keadaannya suclah rusak akibat aktivitas penduduk di masa lampau
untuk mencari harta karun. Papan-papan kayu tersebut pada ujungnya dilancipkan kemudian
ditancapkan ke dalam tanah untuk memperkuat lubang galian.
Papan-papan kayu yang ditemukan berukuran tebal sekitar 5 cm dan lebar antara 20-
30 cm. Seluruh papa4 ini mempunyai kesamaan dengan papan yang ditemukan di Situs
9. 9
Samirejo yaitu tembuko yang terdapat di salah satu permukaannya dan lubang-lubang yang
ditatah pada tembuko-tembuko tersebut seperti halrrya pada tepian papan untuk memasukkan
tali iiuk yang menyatukan PaPan perahu dengan gading-gading serta menyatukan papan satu
dengan lainnya. Pada bagian tepi papan terdapat lubang-lubang yang digunakan untuk
menempatkan pasak kayu atau bambu untuk memperkuat badan perahu. Pertanggalan karbon
C-14 menghasilkan pertanggalan kalibrasi antara 434 dan 631 Masehi.
D. TEKNIK RANCANG PERAHU
Belum ada data yang menyebutkan nenek moyang bangsa Indonesia mengenal
pembuatan perahu. Hanya sedikit data arkeologi dan sejarah yang berhasil mengungkapkan
tentang hal itu. Satu-satunya data arkeologi yang sedikit mengungkapkan teknologi
pembangunan perahu adalah dari lukisan gua. Di situ terlihat bagaimana bentuk perahu pada
masa prasejarah.
Bentuk perahu pada masa itu dapat dikatakan masih sangat sederhana. Sebatang
pohon yang mempunyai garis tengah batang cukup besar mereka tebang. Kemudian bagian
tengahnya dikeruk dengan menggunakan alat sederhan4 seperti beliung dari batu.
Nampaknya mudah, tetapi dalam kenyataannya cukup sulit. Dinding perahu harus dapat
diperkirakan tebalnya. Tidak boleh terlampau tebal atau terlampau tipis.
Jangan sampai badan perahu mudah pecah atau bocor apabila terantuk karang atau kandas di
pantai yang keras. Apabila bentuk dasar sudah selesai, kemudian diberi cadik di sisi kiri dan
kanan badan perahu. Perahu jenis ini dinamakan perahu lesung atau sampan. Ukuran
panjangnya sekitar 3-5 meter dan lebar sekitar 1 meter. Contoh membangun perahu dengan
teknologi yang masih sederhana ini dapat dilihat pada suku-suku bangsa yang masih
sederhana yang bermata pencaharian dari menangkap ikan di laut dangkal.
Pada zaman prasejarah, perahu bercadik memainkan Peranan yang besar dalam
hubungan perdagangan antar pulau di Indonesia dengan daratan Asia Tenggara. Karena
adanya hubungan dengan daratan Asia Tenggara, maka terjadilah tukar menukar informasi
teknologi dalam segala bidang misahrya dalam pembangunan candi, pembangunan kota dan
tentu saja pembangunan perahu.
10. 10
Akibat ada hubungan dengan daratan Asia Tenggara, dalam pembangunan perahu
pun ada suatu kemajuan. Di seluruh perairan Nusantara, banyak ditemukan runtuhan perahu
yang tenggelam atau kandas. Dari runtuhan itu para pakar perahu dapat mengidentifikasikan
teknologi pembangunan perahu.
Para pakar telah merumuskan teknologi tradisi pembangunan perahu berdasarkan
wilayah budayanya, yaitu Wilayah Budaya Asia Tenggara dan Wilayah Budaya China
(Manguin 1987:47-48). Perahu yang dibuat dengan teknologi tradisi Asia Tenggara
mempunyai ciri khas, antara lain, badan (tambung) perahu berbentuk seperti huruf V,
sehingga bagian lunasnya berlinggi. Sementara untuk haluan dan buritan lazimnya berbentuk
simetris. Tidak ada sekat-sekat kedap air di bagian lambungnya.
Dalam proses pembangunannya sama sekali tidak menggunakan paku besi, serta
kemudi berganda di bagian kiri dan kanan buritan' Teknik yang paling mengagumkan untuk
lnasa kini, adalah cara mereka menyambung PaPan. Selain tidak menggunakan paku besi,
cara menyambung satu papan dengan papan lainnya adalah dengan mengikatnya memakai
tali ijuk.
Sebilah papan, pada bagian tertentu clibuat menonjol. Di bagian yang menonjol ini
diberi lubang yang jumlahnya empat buah menembus ke bagian sisi tebal. Melalui lubang-
lubang ini tali ijuk kemudian dimasukkan dan diikatkan dengan bilah papan lain. Di bagian
sisi yang tebal diperkuat dengan pasak-pasak kayu atau bambu. Teknik penyambungan paPan
seperti ini dikenal dengan istilah sewn-plank dan lashed-lug technique. Sisa perahu yang
ditemukan di Samirejo dan Kolam Pinisi, juga sisa perahu yang ditemukan di tempat lain di
Nusantara dan negara iiran, ada kesamaan umum yang dapat dicermati, yaitu teknologi
pembuatannya.
Teknologi pembuatan perahu yang ditemukan, antara lain teknik ikat teknik pasak
kayu atau bambu; teknik gabungan ikat dan pasak kayu atau bambu; serta perpaduan teknik
pasak kayu dan paku besi. Melihat teknologi rancang-bangun perahu tersebut, dapat diketahui
pertanggalannya. Bukti tertulis tertua )ang berhubungan dengan PenSSunaan pasak kayu
dalam pembuatan perahu atau kapal di Nusantara berasal dari sumber Portugis awal abad ke-
16 Masehi.
Dalam sumber tersebut disebutkan perahu-perahu niaga orang Melayu dan Jawa
{isebut }ung (berkapasitas lebih dari 500 ton), dibuat tanpa sepotong besipun di dalamnya.
11. 11
Untuk menyambung papan maupun gading-gading hanya digunakan pasak kayu. buru
perbuatan perahu dengan teknik tersebut masih tetap diternukan di Nusantara, seperti yang
terlihat pada perahu: perahu niaga, dari Sulawesi dan Madura yang kapasitasnya lebih dari
250 ton.
Adapun, kapal-kapal yang dibangun, menurut tradisi China mempunyai ciri khas,
antara lain tidak mempunyai bagian lunas (bentuk bagian dasamya membulat), badan perahu
atau kapal dibuat berpetak-petak dengan dipasangnya sekat:sekat yang strukturil, antara satu
papan dengan papan lain disambung dengan paku besi, dan mempunyai kemudi sentral
tunggal.
Dari sekian banyak perahu kuno yang ditemukan di perairan Nusantara,
sebagianbesar dibangun dengan teknik tradisiAsia Tenggara. Keturunan dari kapal-kapal
yang dibangun dengan teknik tradisi Asia Tenggara adalah kapal pinisi dan be-berapa perahu
tradisional di berbagai daerah di Nusantara. Pada kapal pinisi, teknik papan ikat dan kupingan
pengikat dengan menggunakan tali ijuk sudah tidak dipakai lagi. Para pelaut Bugis sudah an
teknik yang lebih modem, tetapi masih mengikuti teknik tradisi Asia Tenggara.
Dalam buku Antonio Galvao, seorang Portugrs, pada 15114 telah menguak tabir
pembangunan perahu di Nusantara sebelah timur (daerah Maluku dan sekitarnya)
(Poesponegoro dkk. 1984 (3):112-113). Ia menguraikan, antara lain teknik pembangunan
kapal orang Maluku. Menurutnya, berrtuk kapal orang Maluku yang menyerupai telur dengan
kedua ujung dibuat melengkung ke atas dimaksudkan supaya kapal dapat berlayar maju dan
mundur.
Suku bangsa Bugis adalah suku bangsa perantau. Banyak di antara mereka pergi
meninggalkaa kampung halarnannya untuk pergi merantau ke tempat-tempat di wilayah
Nusantara. Di tempat yang dituju mereka tinggat di tepi-tepi dan muara sungai besar,
misalnya di Batanghari (Jambi). Di situ mereka membangun pemukiman dan membangun
kapal pinisi. Bahan baku kayu_untuk membuat kapal mereka ambil dari hutan sekitamya.
Setelah kapal selesai mereka pergi meninggalkan kampung tersebut. Kapal itu tidak dipaku
atau didempuf tetapi diikat dengan tali ijuk melalui lubang yang dibuat di bagian lunas,
rusuk, linggi depan, dan linggi belakang.
Di bagian dalam terdapat bagian yang menoniol dan berbentuk cincin untuk tempat
memasukkan tali ijuk pengikat. Papan-papan disambung dengan pena (pasak) kayu atau
12. 12
bambu yang dimasukkan pada lubang kecil di ujung depan. Sebelumnya, pada bagian
sambungan papan diolesi 'baru' (semacam damar) agar air tidak dapat masuk. Kemudian
papan disarnbung berapit-apit dengan kemahiran tinggi,, sehingga orang yang melihat akan
mengira bahwa bentuk itu terbuat dari satu bilah papan. Pada bagian haluan kapal dibuat
hiasan ular naga bertanduk.
13. 13
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sejarah mencatat bahwa kebesaran bangsa Indonesia dibangun karena kekuatan
maritim. Sebut saja kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, mereka bisa menguasai kawasan Asia
Tenggara. Fakta itu, hingga kini tidak terbantahkan. Keliru jika bangsa ini tidak belajar dari
sejarah untuk kembali menjadi bangsa yang besar dan disegani.
Bukti kebesaran bangsa Indonesia sebagai negara maritim yang kuat diungkapkan
ahli sejarah dari Universitas Indonesia Ali Akbar. Menurutnya sejarah kekuatan maritim di
Tanah Air sudah ada sejak zaman dulu, dan sentralrrya berada di wilayah pesisir "dan laut.
Namun, banyak juga kerajaan yang berdiri dan hidup di wilayah pedalam. Tetapi sejarah
mencatat, kebesaran mereka tidak se-spektakuler kelajaan yang memiliki kekuatan armada
laut. Misalnya, Banten yang bisa berjaya selain karena di dalamnya kuat, juga tidak lepas dari
kekuatan maritim. Sayang, saat ini paradigm pembangunan berubah. Rezimnya kembali ke
daratan.
Bukti-bukti sejarah kerajaan di Lrdonesia memang lebih banyak di pedalaman.
Tetapi tidak terdapat kemajuan selama ribuan tahun. Kebudayaan dan peninggalan menjadi
sangat beragam saat ada pergerakan sejarah menuju pantai, seperti tercatat dalam situs-situs
tua di Depok dan Pejaten. Pedalaman |akarta berkembang bergeser ke daerah Cilincing,
Marunda. Hal ini menunjukkan bahwa nenek moyang kita telah menyadari jika ingin maju
harus melihat ke depan, yaitu laut sebagai kemajuan yang lebih dominan.
B. SARAN
Saran yang dapat saya ajukan adalah sebaiknya seluruh masyarakat indonesia
terutama mahasiswa yang menjadi penerus bangsa agar selalu menjaga kelestarian budaya
indonesia terutama yang berkaitan dengan wilayah kemaritiman indonesia mengingat
indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki potensi yang sangat besar dalam perairan.