SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
PSIKOPEDAGOGIA ©2015 Universitas Ahmad Dahlan
2015. Vol. 4, No.2 ISSN: 2301-6167
87
Konseling Sebaya untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa
Silvia Yula Wardani
IKIP PGRI Madiun
Jl. Setia Budi No.85, Kartoharjo, Madiun, Jawa Timur,
Indonesia
Email: via.ardhanie@gmail.com
Rischa Pramudia Trisnani
IKIP PGRI Madiun
Jl. Setia Budi No.85, Kec.Kartoharjo, Madiun, Jawa
Timur, Indonesia
Email: rischa_pramudia@yahoo.com
This study aims to determine the effectiveness of peer counseling to increase prosocial behavior of students
of SMP Negeri 8 Madiun. The research design study is pre-experimental design. The research subject was
eight students taken through purposive sampling techniques. Data collection instrument used a scale of
prosocial behavior. The effectiveness of peer counseling test to increase prosocial behavior of students was
analyzed using the Wilcoxon Match Pairs Test formula. The analysis of data shows that the students
prosocial average score change was 61 or 36 % , from a pretest data average was 85 or 49 %, to 146 , or 85 %
on average of the posttest data. The results showed that peer counseling is effective to increase prosocial
behavior of students of SMP Negeri 8 Madiun. The results of this study can be used as reference material for
the guidance and counseling teachers in the preparation of peer counseling program to develop students’
prosocial behavior.
Keywords: peer counseling, prosocial behavior, pre-experimental design
Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas konseling sebaya untuk meningkatkan perilaku prososial siswa
SMP Negeri 8 Madiun. Desain penelitian yang digunakan pre-experimental design. Subjek penelitian
sejumlah delapan siswa yang diambil melalui teknik purposive sampling. Instrumen pengumpulan data
menggunakan skala perilaku prososial. Pengujian efektifitas konseling sebaya untuk meningkatkan perilaku
prososial siswa dianalisis dengan menggunakan rumus Wilcoxon Match Pairs Test. Berdasarkan hasil analisis
data menunjukkan rata-rata perubahan skor prososial siswa sebesar 61 atau 36%. Rata-rata data pretest
sebesar skor 85 atau 49%, dan pada rerata data posttest sebesar skor 146 atau 85%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konseling sebaya efektif untuk meningkatkan perilaku prososial siswa SMP Negeri 8
Madiun. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan bagi guru bimbingan dan konseling dalam
penyusunan program konseling sebaya untuk mengembangkan perilaku prososial siswa.
Kata kunci: konseling sebaya, perilaku prososial, pre-experimental design
Pendahuluan
Manusia adalah makhluk individu dan sosial.
Kelebihan manusia sebagai makhluk sosial yaitu
kesediaannya memberikan pertolongan dan
mengulurkan tangan terhadap keluarga, kelompok
atau komunitasnya, bahkan siap menolong orang
tidak dikenal dari etnis atau bangsa lain tanpa
pamrih. Perilaku menolong menggambarkan
manusia sebagai makhluk yang tidak egois dan
dermawan, mampu untuk memberikan perhatian
yang nyata untuk kesejahteraan orang lain, dan
merasa bahwa dirinya mempunyai kemampuan
memberikan bantuan pada orang lain.
Zaman sekarang perilaku prososial sangat di
perlukan dalam kehidupan bermasyarakat.
Perilaku sosial penting dimiliki oleh setiap
individu termasuk siswa yang pada masa sekolah
menengah pertama. Siswa yang sedang memasuki
masa remaja tentunya memiliki permasalahan
sosial yang lebih kompleks dibandingkan dengan
masa sebelumnya. Hal ini disebabkan karena
pada masa remaja individu sudah memasuki
dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh
teman dan lingkungan sosial akan menuntut
remaja untuk beradaptasi. Berkenaan dengan
permasalahan yang dihadapi, remaja
membutuhkan pihak yang yang dapat dipercaya
untuk membantu menyelesaikan persoalan
tersebut. Dalam hal ini, peran konselor sekolah
menempati posisi yang strategis yaitu sebagai
rekan atau pendamping siswa dalam
menyelesaikan permasalahan mereka. Tugas
konselor adalah memberikan layanan individu
ataupun kelompok dengan cara mengarahkan
konseli untuk memahami dan menghadapi situasi
kehidupan sehingga bisa membuat keputusan
88
WARDANI DAN TRISNANI
berdasarkan pemahaman untuk kebahagiaan
hidupnya.
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap dua
orang guru bimbingan dan konseling di SMP N 8
Madiun pada bulan November 2014 diperoleh
data tentang permasalahan yang sering terjadi
pada siswa adalah kurangnya motivasi belajar
siswa, tingkat agresifitas siswa yang cukup tinggi
dan kurangnya kepedulian antar siswa. Meskipun
demikian tidak semua siswa bersedia untuk
berbagi cerita dengan konselor sekolah.
Selanjutnya, informasi berdasarkan wawancara
terhadap sepuluh siswa kelas VIII di SMP N 8
Madiun pada bulan November 2014,
menunjukkan bahwa siswa kurang tahu tentang
apa itu bimbingan dan konseling dan hal-hal apa
saja yang biasanya dikonsultasikan dalam layanan
bimbingan dan konseling. Siswa juga menuturkan
bahwa banyak siswa yang takut jika berkonsultasi
dengan konselor sekolah.
Kondisi di atas, menandakan bahwa hubungan
yang dibangun antara konselor dengan siswa
masih membutuhkan komunikasi yang lebih
efektif. Hubungan yang harmonis antara konselor
dengan siswa dapat menghilangkan sekat yang
menghambat siswa untuk berkonsultasi dengan
konselor sekolah. Siswa membutuhkan hubungan
dan suasana kekeluargaan bukan situasi yang
formal. Dengan demikian, hubungan konselor dan
siswa yang kurang efektif mengakibatkan siswa
cenderung kurang memperdulikan keberadaan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Terkait dengan berbagai masalah yang telah
dipaparkan di atas, penulis mempunyai pemikiran
bahwa perilaku prososial siswa SMP Negeri 8
Madiun perlu dikembangkan. Perilaku prososal
meliputi perilaku membagi (sharing), kejujuran
(honesty), tanggung jawab (responsibility)
kerjasama (kooperatif), menyumbang (donating),
menolong (helping). Sehingga perilaku prososial
sangat penting untuk dimiliki oleh siswa agar
menjadi pribadi yang berguna di lingkungan
sosialnya. Dengan adanya permasalahan siswa
SMP Negeri 8 Madiun mengenai bagaimana
meningkatkan hubungan sosial atau perilaku
prososial, maka diperlukan suatu program yang
bisa melatih keterampilan siswa dalam hal
berinteraksi sosial dengan teman sebayanya.
Program konseling sebaya bisa menjadi alternatif
dalam upaya menciptakan treatment yang tepat
untuk memungkinkan remaja dapat berinteraksi
sosial secara baik dengan teman sebayanya.
Dalam proses kegiatannya konseling sebaya akan
memberikan pengetahuan bagaimana remaja itu
berkomunikasi dan berinteraksi secara baik
dengan sesama. Konseling sebaya lebih
mengedepankan keterampilan emosi yang
dimiliki oleh seorang konselor sebaya maupun
konseli, seperti belajar untuk berempati dengan
teman sebaya, menjalin komunikasi yang baik
dengan orang lain, berusaha untuk bersikap lebih
dewasa daripada orang lain. Siswa yang memiliki
perilaku prososial dapat memberikan beragam
perspektif yang berbeda pada masalah-masalah
sosial dan juga bisa membantu orang lain.
Perkembangan siswa SMP dipengaruhi oleh
teman sebaya. Melalui pengaruh teman sebaya
siswa dapat belajar mengembangkan perilaku
tolong menolong terhadap sesama sehingga
perilaku prososial penting untuk dikembangkan
pada remaja. Penelitian ini dispesifikkan pada
upaya meningkatkan perilaku prososial siswa
melalui peran teman sebaya yang dikemas dalam
konseling sebaya (peer counseling). Maka, tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui efektifitas
konseling sebaya dalam meningkatkan perilaku
prososial siswa SMP Negeri 8 Madiun. Melalui
konseling sebaya, siswa dapat mengasah
kompetensi yang dimiliki dan dapat bermanfaat
untuk membantu teman yang mengalami
permasalahan perilaku prososial.
Kajian Literatur
Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling)
Salah satu layanan bimbingan konseling yang
dapat dimanfaatkan disekolah adalah konseling
teman sebaya (peer counseling). Gladding (2009:
7) mendefinisikan konseling adalah suatu
aktivitas profesional berjangka waktu pendek,
bercirikan komunikasi antarpribadi, berlandaskan
pandangan teoritis dan berpedoman pada norma
etika dan hukum tertentu, yang memusatkan
usaha pada bantuan psikologis kepada seseorang
yang pada dasarnya bermental sehat agar dapat
mengatasi beraneka ragam masalah berkaitan
dengan proses perkembangannya dan situasi
kehidupannya. Selanjutnya Santrock (2002: 44)
mengemukakan teman sebaya adalah anak-anak
atau remaja dengan tingkat usia /tingkat
kedewasaan yang sama. Teman sebaya atau peer
89
KONSELING SEBAYA, PERILAKU PROSOSIAL
adalah anak-anak dengan tingkat kematangan
atau usia yang kurang lebih sama.
Carr (1981: 3) mengemukakan “Basically
peer counseling is a way for students to learn
how to care about others and put their caring into
practice”. Pada dasarnya konseling sebaya
merupakan suatu cara bagi para siswa (remaja)
belajar bagaimana memperhatikan dan membantu
anak-anak lain, serta menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Suwarjo (2008: 1), secara umum
keterampilan konseling dibagi menjadi tujuh
macam, yaitu attending, keterampilan empati,
keterampilan bertanya, perilaku genuine,
ketrampilan konfrontasi, keterampilan
merangkum, dan keterampilan pemecahan
masalah. Adapun penjelasan dari tujuh
keterampilan konseling, yaitu: 1). keterampilan
attending, 2) keterlibatan postur tubuh, 3) gerakan
tubuh secara tepat, 4) kontak mata, 5) lingkungan
yang nyaman.
Dalam pembentukan peer counseling pada
remaja, langkah-langkah yang dapat ditempuh
seperti yang dikemukakan oleh Suwarjo (2008:
12) ada 3 tahapan yaitu memilih calon peer
konselor, memberikan pelatihan, dan
mengorganisir pelaksanaan peer counseling.
Berikut akan dijelaskan keempat tahapan
tersebut: 1) pemilihan calon peer konselor, 2)
pelatihan peer konselor, 3) pelaksanaan dan
pengorganisasian peer counseling.
Perilaku Prososial
Perilaku prososial adalah sebuah tindakan
moral yang harus dilakukan secara kultural
seperti berbagi, membantu seseorang yang
membutuhkan, bekerja sama dengan orang lain,
dan mengungkapkan simpati (Safaria, 2005:117).
Selanjutnya Staub dalam Dayakisni dan
Hudaniah, (2006: 212) mengemukakan terdapat
beberapa faktor yang mendasari seseorang untuk
bertindak prososial, yaitu: 1) self-gain; 2)
personal values and norm; 3) empathy. Pearce
dan Amato (dalam Rahman: 2013: 222) mencoba
menggambarkan perilaku menolong itu dengan
membuat taksonomi yang membagi situasi
menolong ke dalam tiga dimensi. Ketiga dimensi
tersebut adalah:
1. Berdasarkan setting sosialnya, perilaku
menolong bisa bersifat terencana dan formal
atau spontan dan tidak formal (Planned-
formal versus spontaneous-informal).
Mengadopsi anak yatim, misalnya,
merupakan perilaku menolong yang bersifat
terencana dan formal, sedangkan
meminjamkan pensil termasuk perilaku yang
tidak formal dan tidak direncanakan.
2. Berdasarkan keadaan yang menerima
pertolongan, perilaku menolong bisa
dikategorikan menjadi perilaku menolong
yang bersifat serius atau tidak serius (serious
versus not serious). Mendonorkan ginjal
merupakan perilaku menolong yang bersifat
serius, disbanding dengan perilaku menolong
menunjukkan arah jalan.
3. Berdasarkan jenis pertolongannya, perilaku
menolong bisa bersifat mengerjakan secara
langsung atau tidak langsung (doing-direct
versus giving-inderect). Yaitu, menunjuk
pada apakah pertolongan tersebut diberikan
secara langsung kepada korban atau melalui
orang ketiga. Menjadi relawan bencana,
misalnya, termasuk perilaku menolong yang
sifatnya langsung, sedangkan memberikan
sumbangan kepada korban bencana melalui
lembaga tertentu termasuk perilaku
menolong yang bersifat langsung.
Perilaku prososial merupakan perilaku yang
berhubungan dengan orang lain dalam bentuk
tolong-menolong yang dapat memberikan
manfaat bagi orang lain. Prilaku prososial
memiliki sejumlah faktor, faktor tersebut meliputi
keuntungan diri, nilai dan norma pribadi, dan
adanya empati. Siswa sebagai makhluk sosial
sangat perlu memiliki perilaku prososial dalam
kehidupan sehari-hari untuk berinteraksi terhadap
orang lain.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 8
Madiun yang beralamatkan jalan Pilang Mulya
Kota Madiun, Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif karena menekankan
fenomena-fenomena yang objektif dan dikaji
secara kuantitatif. Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pre-
experimental design. Pre-experimental design
merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena
masih terdapat variabel luar yang ikut
berpengaruh terhadap terbentuknya variabel
dependen. Dalam desain ini hanya terdapat satu
90
WARDANI DAN TRISNANI
kelompok eksperimen dan tidak terdapat
kelompok kontrol. Populasi dalam penelitian ini
sebanyak 118 siswa kelas VIII. Teknik
pengambilan sampel yang akan digunakan adalah
porposive sampling, berdasarkan tujuan
penelitian yaitu siswa yang memiliki perilaku
prososial rendah berjumlah delapan siswa akan
dijadikan subjek penelitian atau sampel
penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah skala psikologis.
Skala psikologis dalam penelitian ini berbentuk
skala sikap dimana hanya mengukur sikap, maka
instrumen penelitian akan lebih menekankan pada
pengukuran sikap yaitu prososial siswa. Analisis
data kuantitatif ini untuk menguji keefektifan
konseling sebaya dalam meningkatkan perilaku
prososial siswa, maka teknik analisis data dalam
penelitian ini meggunakan Wilcoxon Match Pairs
Test.
Dari hasil hitung data dapat dibandingkan
dengan indeks tabel wilcoxon. Jika jumlah atau
hasil analisis lebih besar dari indeks tabel
wilcoxon, maka konseling sebaya dianggap
efektif dalam meningkatkan perilaku prososial
siswa. Dalam mengambil kesimpulan
menggunakan pedoman taraf signifikansi 5 %
dengan ketentuan:
1. Ho ditolak Ha diterima apabila Z hitung lebih
besar atau sama dengan Z tabel.
2. Ho diterima dan Ha ditolak apabila Z hitung
lebih kecil dari Z tabel.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian eksperimen ini dilakukan pada
sampel sejumlah 8 siswa. Untuk mengetahui
gambaran tingkat perilaku prososial siswa
sebelum diberikan diterapkannya konseling
sebaya dan untuk mengetahui keefektifan
konseling sebaya dalam meningkatkan perilaku
prososial, maka digunakan analisis kuantitatif.
Dalam mendeskripsikan perilaku prososial siswa
menggunakan skala prososial. Skala tersebut
memiliki 46 item dan rentang skor 1-4, dimana
skor tertinggi 4 dan skor terendah 1. Tabel
rentang skor dan kriteria dapat dilihat dari tabel 1
Tabel 1
Skor Pemahaman Karier Siswa
No Kriteria Skor Keterangan
1. SR 46 – 73,6 Sangat
Rendah
2. R 73,7 – 101,2 Rendah
3. S 101,3 – 128,8 Sedang
4. T 128,9 – 156,4 Tinggi
5. ST 156,4 - 184 Sangat
Tinggi
Data di atas merupakan pedoman pemberian
skor pada hasil isian skala perilaku prososial yang
diisi oleh siswa. Selanjutnya, deskripsi tingkat
perilaku prososial siswa SMP Negeri 8 Madiun
sebelum diterapkan konseling sebaya
menunjukkan sebagian besar berada pada kriteria
rendah. Data secara rinci dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2
Tingkat Perilaku Prososial Siswa Sebelum
Diterapkan Konseling Sebaya
Skor Kriteria Jumlah
Sampel
%
46 – 73,6 Sangat
rendah
0 0
73,7 – 101,2 Rendah 7 87,5
101,3 – 128,8 Sedang 1 12,5
128,9 – 156,4 Tinggi 0 0
156,4 – 184 Sangat
tinggi
0 0
Jumlah 8 100
Data selanjutnya mengenai skor sub variabel
perilaku prososial sebelum diterapkan layanan
konseling sebaya berada pada kategori rendah.
Data tersebut secara lebih rinci dapat dilihat pada
Tabel 3.
91
KONSELING SEBAYA, PERILAKU PROSOSIAL
Tabel 3
Skor Sub Variabel Perilaku Prososial Sebelum
Diterapkan Konseling Sebaya
No Sub Variabel Skor Kategori
1 Berbagi 15 rendah
2 Sikap terbuka 15 rendah
3 Tanggung jawab 15 rendah
4 Kerja sama 15 rendah
5 Mampu menyumbang 15 rendah
6 Dermawan 16 rendah
7 Menolong 14 rendah
8 Mempertimbangkan hak
orang lain
13 rendah
Skor rata-rata 15 Rendah
Data selanjutnya mengenai skor tingkat
perilaku prososial setelah diterapkan layanan
konseling sebaya diperoleh hasil bahwa sebagian
besar skor perilaku prososial siswa mengalami
peningkatan, yaitu dari kategori rendah menjadi
kategori sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Data
tersebut secara lebih rinci dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4
Tingkat Perilaku Prososial Siswa Setelah
Diterapkan Konseling Sebaya
Skor Kriteria Jumlah
Sampel
%
46 – 73,6 Sangat rendah 0 0
73,7 – 101,2 Rendah 0 0
101,3 – 128,8 Sedang 1 12,5
128,9 – 156,4 Tinggi 6 75
156,4 - 184 Sangat tinggi 1 12,5
Jumlah 8 100
Data selanjutnya mengenai skor sub variabel
perilaku prososial setelah diterapkan layanan
konseling sebaya diperoleh hasil bahwa sebagian
besar skor perilaku prososial siswa mengalami
peningkatan, yaitu dari kategori rendah menjadi
kategori tinggi. Data tersebut secara lebih rinci
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5
Skor Sub Variabel Perilaku Prososial Setelah
Diterapkan Konseling Sebaya
No Sub Variabel Skor Kategori
1 Berbagi 26 tinggi
2 Sikap terbuka 16 rendah
3 Tanggung jawab 26 tinggi
4 Kerja sama 25 tinggi
5 Mampu menyumbang 25 tinggi
6 Dermawan 24 tinggi
7 Menolong 23 tinggi
8 Mempertimbangkan hak
orang lain
27 tinggi
Skor rata-rata 24 tinggi
Hasil analisis menunjukkan terjadi perubahan
pada kondisi awal perilaku prososial siswa,
ditandai dengan peningkatan skor skala perilaku
prososial siswa baik pada skor total maupun skor
setiap indikator.
Terjadi peningkatan perilaku prososial siswa
antara kondisi awal dan kondisi akhir. Agar lebih
mudah dalam melihat perubahan kondisi awal dan
kondisi akhir tingkat perilaku prososial siswa
dapat dilihat pada Gambar 1.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8
82 82 78 83 79 79
116
80
152 152
144
120
149 154 157
137
Gambar 1
Grafik tingkat perilaku prososial siswa
Gambar 1 menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan perilaku prososial siswa antara
sebelum dan sesudah diberikan konseling sebaya.
Rata-rata perubahan yang terjadi adalah sebesar
61 atau sekitar 36%, dari data pretest sebesar 85
atau 49% menjadi 146 atau 85%. Rata-rata setiap
aspek tingkat perilaku prososial siswa sebelum
diberi layanan berada pada kategori rendah,
setelah diberikan layanan konseling sebaya terjadi
92
WARDANI DAN TRISNANI
peningkatan menjadi kategori tinggi. Ini berarti
bahwa konseling sebaya efektif untuk
meningkatkan perilaku prososial siswa SMP
Negeri 8 Madiun.
Untuk menguji keefektifan konseling sebaya
dilakukan dengan teknik statistik parametris,
yaitu menggunakan tes ranking bertanda
(Wilcoxon Signed Rank Test) dengan
menggunakan program SPSS. Wilcoxon Signed
Rank Test digunakan untuk menguji signifikasi
hipotesis komparatif 2 sampel yang berkorelasi
bila datanya berbentuk ordinal dan atau
berjenjang (Sugiyono, 2013: 137).
Berdasarkan hasil output tes stastistik
diperileh nilai Asymp. Sig (2 tailed) sebesar
0,011. Karena nilai sig 0,011 < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat
perilaku prososial siswa antara sebelum dan
sesudah mendapatkan konseling sebaya, dengan
ini maka hipotesis alternatif diterima yang
berbunyi “konseling sebaya efektif untuk
meningkatkan perilaku prososial siswa SMP
Negeri 8 Madiun.
Simpulan
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
konseling sebaya efektif untuk meningkatkan
perilaku prososial siswa SMP Negeri 8 Madiun.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan
bagi guru bimbingan dan konseling dalam
penyusunan program konseling sebaya untuk
mengembangkan perilaku prososial siswa.
Referensi
Carr, R.A. (1981). Theory and practice of Peer
Counseling. Ottawa: Canada Employment
and Immigration Commission.
Dayakisni dan Hudaniah, T. (2006). Psikologi
Sosial. Yogyakarta: UMM Press.
Gladding, S. T. (2009). Counseling a
Comprehensive Profession. London:
Pearson Educatin Ltd.
Rahman, Agus Abdul. (2013). Psikologi Sosial.
Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Safaria, T. (2005). Metode pengembangan
Kecerdasan Interpersonal Anak.
Yogjakarta: Amara Books.
Santrock, J W. (2002). Life-Span Development.
Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2004). Metode Penelitian.
Yogyakarta: Rineka Cipta.
Suwarjo. (2008). Model Konseling Teman
Sebaya untuk Pengembangan Daya Lentur
(Relicience) Remaja. Makalah Tidak
Diterbitkan: Universitas Negeri Yogjakarta.
Suwarjo. (2008). Modul Pelatihan Praktik
Keterampilan Konseling. Modul Tidak
Diterbitkan: Universitas Negeri Yogyakarta.
Winkel, W. S dan M. M. Sri Hastuti. (2006).
Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

More Related Content

What's hot

2. guru bimbingan dan kaunseling
2. guru bimbingan dan kaunseling2. guru bimbingan dan kaunseling
2. guru bimbingan dan kaunseling
BSEONG
 
Pro forma edu3107 bimbingan dan kaunseling kanak kanak
Pro forma edu3107 bimbingan dan kaunseling kanak kanakPro forma edu3107 bimbingan dan kaunseling kanak kanak
Pro forma edu3107 bimbingan dan kaunseling kanak kanak
cekgusyida
 
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
maritje
 
JURNAL PENERAPAN KONSELING KELUARGA (REFERENSI)
JURNAL PENERAPAN KONSELING KELUARGA (REFERENSI)JURNAL PENERAPAN KONSELING KELUARGA (REFERENSI)
JURNAL PENERAPAN KONSELING KELUARGA (REFERENSI)
Nur Arifaizal Basri
 
Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua.pdf
Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua.pdfPengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua.pdf
Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua.pdf
EpiBana
 
Pengurusan Pembelajaran ( Tajuk : Pengurusan penasihatan murid )_Tugasan Kump...
Pengurusan Pembelajaran ( Tajuk : Pengurusan penasihatan murid )_Tugasan Kump...Pengurusan Pembelajaran ( Tajuk : Pengurusan penasihatan murid )_Tugasan Kump...
Pengurusan Pembelajaran ( Tajuk : Pengurusan penasihatan murid )_Tugasan Kump...
Rosdi Ramli
 

What's hot (19)

2. guru bimbingan dan kaunseling
2. guru bimbingan dan kaunseling2. guru bimbingan dan kaunseling
2. guru bimbingan dan kaunseling
 
Pengurusan Penasihatan Murid (KUmpulan Tembikai/9)
Pengurusan Penasihatan Murid (KUmpulan Tembikai/9)Pengurusan Penasihatan Murid (KUmpulan Tembikai/9)
Pengurusan Penasihatan Murid (KUmpulan Tembikai/9)
 
82042645 edu3107-nota-padat
82042645 edu3107-nota-padat82042645 edu3107-nota-padat
82042645 edu3107-nota-padat
 
Pro forma edu3107 bimbingan dan kaunseling kanak kanak
Pro forma edu3107 bimbingan dan kaunseling kanak kanakPro forma edu3107 bimbingan dan kaunseling kanak kanak
Pro forma edu3107 bimbingan dan kaunseling kanak kanak
 
Pengurusan penasihatan
Pengurusan penasihatanPengurusan penasihatan
Pengurusan penasihatan
 
makalah prosiding ilmiah
makalah prosiding ilmiahmakalah prosiding ilmiah
makalah prosiding ilmiah
 
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
 
Konseling pastor
Konseling pastorKonseling pastor
Konseling pastor
 
JURNAL PENERAPAN KONSELING KELUARGA (REFERENSI)
JURNAL PENERAPAN KONSELING KELUARGA (REFERENSI)JURNAL PENERAPAN KONSELING KELUARGA (REFERENSI)
JURNAL PENERAPAN KONSELING KELUARGA (REFERENSI)
 
Jurnal psikologi
Jurnal psikologiJurnal psikologi
Jurnal psikologi
 
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
 
Slide Komunikasi Interpersonal Guru Terhadap Minat Belajar Matematika
Slide Komunikasi Interpersonal Guru Terhadap Minat Belajar MatematikaSlide Komunikasi Interpersonal Guru Terhadap Minat Belajar Matematika
Slide Komunikasi Interpersonal Guru Terhadap Minat Belajar Matematika
 
Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua.pdf
Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua.pdfPengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua.pdf
Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua.pdf
 
Komunikasi Interpersonal Guru
Komunikasi Interpersonal GuruKomunikasi Interpersonal Guru
Komunikasi Interpersonal Guru
 
Bimbingan konseling
Bimbingan konselingBimbingan konseling
Bimbingan konseling
 
Pengajaran Matematika dengan Tutor Sebaya
Pengajaran Matematika dengan Tutor SebayaPengajaran Matematika dengan Tutor Sebaya
Pengajaran Matematika dengan Tutor Sebaya
 
Nota ringkas edu 3107
Nota ringkas edu 3107Nota ringkas edu 3107
Nota ringkas edu 3107
 
PTK Bimbingan Konseling Tahap 1 pendekatan metode Pembelajaran Daring dan Lu...
PTK Bimbingan Konseling Tahap 1 pendekatan metode  Pembelajaran Daring dan Lu...PTK Bimbingan Konseling Tahap 1 pendekatan metode  Pembelajaran Daring dan Lu...
PTK Bimbingan Konseling Tahap 1 pendekatan metode Pembelajaran Daring dan Lu...
 
Pengurusan Pembelajaran ( Tajuk : Pengurusan penasihatan murid )_Tugasan Kump...
Pengurusan Pembelajaran ( Tajuk : Pengurusan penasihatan murid )_Tugasan Kump...Pengurusan Pembelajaran ( Tajuk : Pengurusan penasihatan murid )_Tugasan Kump...
Pengurusan Pembelajaran ( Tajuk : Pengurusan penasihatan murid )_Tugasan Kump...
 

Similar to Konseling sebaya sebagai metode untuk meningkatkan perilaku prososial siswa

EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
Ratih Aini
 
Bimbingan dan kaunseling merupakan dua perkara yang mempunyai maksud yang ham...
Bimbingan dan kaunseling merupakan dua perkara yang mempunyai maksud yang ham...Bimbingan dan kaunseling merupakan dua perkara yang mempunyai maksud yang ham...
Bimbingan dan kaunseling merupakan dua perkara yang mempunyai maksud yang ham...
kennedy alip
 
Desember 2019 karsih (dian) desy
Desember 2019 karsih (dian) desyDesember 2019 karsih (dian) desy
Desember 2019 karsih (dian) desy
Zuhroh1
 
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
Ratih Aini
 
Jelaskan teknik modifikasi tingkah laku yang melibatkan intervensi
Jelaskan teknik modifikasi tingkah laku yang melibatkan intervensiJelaskan teknik modifikasi tingkah laku yang melibatkan intervensi
Jelaskan teknik modifikasi tingkah laku yang melibatkan intervensi
Pensil Dan Pemadam
 
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...
murugan muruga
 
Menangani disiplin mengikut intervensi kaunseling
Menangani disiplin mengikut intervensi kaunselingMenangani disiplin mengikut intervensi kaunseling
Menangani disiplin mengikut intervensi kaunseling
LatiSigub
 
Ptk bimbingan (varizal amir)
Ptk bimbingan (varizal amir)Ptk bimbingan (varizal amir)
Ptk bimbingan (varizal amir)
Varis Ical
 
Pp b&k (2)
Pp b&k (2)Pp b&k (2)
Pp b&k (2)
lupet
 

Similar to Konseling sebaya sebagai metode untuk meningkatkan perilaku prososial siswa (20)

EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
 
Bimbingan dan kaunseling merupakan dua perkara yang mempunyai maksud yang ham...
Bimbingan dan kaunseling merupakan dua perkara yang mempunyai maksud yang ham...Bimbingan dan kaunseling merupakan dua perkara yang mempunyai maksud yang ham...
Bimbingan dan kaunseling merupakan dua perkara yang mempunyai maksud yang ham...
 
Abstrak.docx
Abstrak.docxAbstrak.docx
Abstrak.docx
 
Desember 2019 karsih (dian) desy
Desember 2019 karsih (dian) desyDesember 2019 karsih (dian) desy
Desember 2019 karsih (dian) desy
 
PROPOSAL SKIPSI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLI...
PROPOSAL SKIPSI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLI...PROPOSAL SKIPSI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLI...
PROPOSAL SKIPSI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLI...
 
Bimbingan & konseling
Bimbingan & konselingBimbingan & konseling
Bimbingan & konseling
 
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
 
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di madrasah aliyah negeri 2 banja...
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di madrasah aliyah negeri 2 banja...Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di madrasah aliyah negeri 2 banja...
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di madrasah aliyah negeri 2 banja...
 
Penulisan akademik
Penulisan akademikPenulisan akademik
Penulisan akademik
 
Jelaskan teknik modifikasi tingkah laku yang melibatkan intervensi
Jelaskan teknik modifikasi tingkah laku yang melibatkan intervensiJelaskan teknik modifikasi tingkah laku yang melibatkan intervensi
Jelaskan teknik modifikasi tingkah laku yang melibatkan intervensi
 
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...
 
525 650-1-sm (1)
525 650-1-sm (1)525 650-1-sm (1)
525 650-1-sm (1)
 
PPT Sempro - Cin.pptx
PPT Sempro - Cin.pptxPPT Sempro - Cin.pptx
PPT Sempro - Cin.pptx
 
MODUL BANGUNLAH JIWA RAGANYA EDIT FIX.pptx
MODUL BANGUNLAH JIWA RAGANYA EDIT FIX.pptxMODUL BANGUNLAH JIWA RAGANYA EDIT FIX.pptx
MODUL BANGUNLAH JIWA RAGANYA EDIT FIX.pptx
 
Menangani disiplin mengikut intervensi kaunseling
Menangani disiplin mengikut intervensi kaunselingMenangani disiplin mengikut intervensi kaunseling
Menangani disiplin mengikut intervensi kaunseling
 
_Lampiran Merancang Modul Projek SD Fase C (Bangunlah Jiwa dan Raganya).pdf
_Lampiran Merancang Modul Projek SD Fase C (Bangunlah Jiwa dan Raganya).pdf_Lampiran Merancang Modul Projek SD Fase C (Bangunlah Jiwa dan Raganya).pdf
_Lampiran Merancang Modul Projek SD Fase C (Bangunlah Jiwa dan Raganya).pdf
 
Program layanan bimbingan klasikal untuk meningkatkan self control siswa
Program layanan bimbingan klasikal untuk meningkatkan self control siswaProgram layanan bimbingan klasikal untuk meningkatkan self control siswa
Program layanan bimbingan klasikal untuk meningkatkan self control siswa
 
Bab[8]
Bab[8]Bab[8]
Bab[8]
 
Ptk bimbingan (varizal amir)
Ptk bimbingan (varizal amir)Ptk bimbingan (varizal amir)
Ptk bimbingan (varizal amir)
 
Pp b&k (2)
Pp b&k (2)Pp b&k (2)
Pp b&k (2)
 

More from Psikopedagogia uad

More from Psikopedagogia uad (8)

Peran pola asuh permisif, iklim sekolah, dan motivasi berprestasi terhadap pe...
Peran pola asuh permisif, iklim sekolah, dan motivasi berprestasi terhadap pe...Peran pola asuh permisif, iklim sekolah, dan motivasi berprestasi terhadap pe...
Peran pola asuh permisif, iklim sekolah, dan motivasi berprestasi terhadap pe...
 
Peran pola asuh otoritatif orang tua, pendidikan orang tua dan jumlah saudara...
Peran pola asuh otoritatif orang tua, pendidikan orang tua dan jumlah saudara...Peran pola asuh otoritatif orang tua, pendidikan orang tua dan jumlah saudara...
Peran pola asuh otoritatif orang tua, pendidikan orang tua dan jumlah saudara...
 
Peran motivasi belajar, self efficacy, dan dukungan sosial keluarga terhadap ...
Peran motivasi belajar, self efficacy, dan dukungan sosial keluarga terhadap ...Peran motivasi belajar, self efficacy, dan dukungan sosial keluarga terhadap ...
Peran motivasi belajar, self efficacy, dan dukungan sosial keluarga terhadap ...
 
Hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar dan perencanaan kari...
Hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar dan perencanaan kari...Hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar dan perencanaan kari...
Hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar dan perencanaan kari...
 
Efektivitas bimbingan kelompok islami untuk meningkatkan aspirasi karir mahas...
Efektivitas bimbingan kelompok islami untuk meningkatkan aspirasi karir mahas...Efektivitas bimbingan kelompok islami untuk meningkatkan aspirasi karir mahas...
Efektivitas bimbingan kelompok islami untuk meningkatkan aspirasi karir mahas...
 
Peningkatan pemahaman manajemen waktu melalui bimbingan kelompok dengan tekni...
Peningkatan pemahaman manajemen waktu melalui bimbingan kelompok dengan tekni...Peningkatan pemahaman manajemen waktu melalui bimbingan kelompok dengan tekni...
Peningkatan pemahaman manajemen waktu melalui bimbingan kelompok dengan tekni...
 
Pengaruh bimbingan preceptorship model kognitif sosial terhadap peningkatan k...
Pengaruh bimbingan preceptorship model kognitif sosial terhadap peningkatan k...Pengaruh bimbingan preceptorship model kognitif sosial terhadap peningkatan k...
Pengaruh bimbingan preceptorship model kognitif sosial terhadap peningkatan k...
 
Konseling rational emotive behavioral dengan teknik pencitraan untuk meningka...
Konseling rational emotive behavioral dengan teknik pencitraan untuk meningka...Konseling rational emotive behavioral dengan teknik pencitraan untuk meningka...
Konseling rational emotive behavioral dengan teknik pencitraan untuk meningka...
 

Recently uploaded

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
AlfandoWibowo2
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 

Recently uploaded (20)

RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 

Konseling sebaya sebagai metode untuk meningkatkan perilaku prososial siswa

  • 1. PSIKOPEDAGOGIA ©2015 Universitas Ahmad Dahlan 2015. Vol. 4, No.2 ISSN: 2301-6167 87 Konseling Sebaya untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa Silvia Yula Wardani IKIP PGRI Madiun Jl. Setia Budi No.85, Kartoharjo, Madiun, Jawa Timur, Indonesia Email: via.ardhanie@gmail.com Rischa Pramudia Trisnani IKIP PGRI Madiun Jl. Setia Budi No.85, Kec.Kartoharjo, Madiun, Jawa Timur, Indonesia Email: rischa_pramudia@yahoo.com This study aims to determine the effectiveness of peer counseling to increase prosocial behavior of students of SMP Negeri 8 Madiun. The research design study is pre-experimental design. The research subject was eight students taken through purposive sampling techniques. Data collection instrument used a scale of prosocial behavior. The effectiveness of peer counseling test to increase prosocial behavior of students was analyzed using the Wilcoxon Match Pairs Test formula. The analysis of data shows that the students prosocial average score change was 61 or 36 % , from a pretest data average was 85 or 49 %, to 146 , or 85 % on average of the posttest data. The results showed that peer counseling is effective to increase prosocial behavior of students of SMP Negeri 8 Madiun. The results of this study can be used as reference material for the guidance and counseling teachers in the preparation of peer counseling program to develop students’ prosocial behavior. Keywords: peer counseling, prosocial behavior, pre-experimental design Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas konseling sebaya untuk meningkatkan perilaku prososial siswa SMP Negeri 8 Madiun. Desain penelitian yang digunakan pre-experimental design. Subjek penelitian sejumlah delapan siswa yang diambil melalui teknik purposive sampling. Instrumen pengumpulan data menggunakan skala perilaku prososial. Pengujian efektifitas konseling sebaya untuk meningkatkan perilaku prososial siswa dianalisis dengan menggunakan rumus Wilcoxon Match Pairs Test. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan rata-rata perubahan skor prososial siswa sebesar 61 atau 36%. Rata-rata data pretest sebesar skor 85 atau 49%, dan pada rerata data posttest sebesar skor 146 atau 85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling sebaya efektif untuk meningkatkan perilaku prososial siswa SMP Negeri 8 Madiun. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan bagi guru bimbingan dan konseling dalam penyusunan program konseling sebaya untuk mengembangkan perilaku prososial siswa. Kata kunci: konseling sebaya, perilaku prososial, pre-experimental design Pendahuluan Manusia adalah makhluk individu dan sosial. Kelebihan manusia sebagai makhluk sosial yaitu kesediaannya memberikan pertolongan dan mengulurkan tangan terhadap keluarga, kelompok atau komunitasnya, bahkan siap menolong orang tidak dikenal dari etnis atau bangsa lain tanpa pamrih. Perilaku menolong menggambarkan manusia sebagai makhluk yang tidak egois dan dermawan, mampu untuk memberikan perhatian yang nyata untuk kesejahteraan orang lain, dan merasa bahwa dirinya mempunyai kemampuan memberikan bantuan pada orang lain. Zaman sekarang perilaku prososial sangat di perlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Perilaku sosial penting dimiliki oleh setiap individu termasuk siswa yang pada masa sekolah menengah pertama. Siswa yang sedang memasuki masa remaja tentunya memiliki permasalahan sosial yang lebih kompleks dibandingkan dengan masa sebelumnya. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman dan lingkungan sosial akan menuntut remaja untuk beradaptasi. Berkenaan dengan permasalahan yang dihadapi, remaja membutuhkan pihak yang yang dapat dipercaya untuk membantu menyelesaikan persoalan tersebut. Dalam hal ini, peran konselor sekolah menempati posisi yang strategis yaitu sebagai rekan atau pendamping siswa dalam menyelesaikan permasalahan mereka. Tugas konselor adalah memberikan layanan individu ataupun kelompok dengan cara mengarahkan konseli untuk memahami dan menghadapi situasi kehidupan sehingga bisa membuat keputusan
  • 2. 88 WARDANI DAN TRISNANI berdasarkan pemahaman untuk kebahagiaan hidupnya. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap dua orang guru bimbingan dan konseling di SMP N 8 Madiun pada bulan November 2014 diperoleh data tentang permasalahan yang sering terjadi pada siswa adalah kurangnya motivasi belajar siswa, tingkat agresifitas siswa yang cukup tinggi dan kurangnya kepedulian antar siswa. Meskipun demikian tidak semua siswa bersedia untuk berbagi cerita dengan konselor sekolah. Selanjutnya, informasi berdasarkan wawancara terhadap sepuluh siswa kelas VIII di SMP N 8 Madiun pada bulan November 2014, menunjukkan bahwa siswa kurang tahu tentang apa itu bimbingan dan konseling dan hal-hal apa saja yang biasanya dikonsultasikan dalam layanan bimbingan dan konseling. Siswa juga menuturkan bahwa banyak siswa yang takut jika berkonsultasi dengan konselor sekolah. Kondisi di atas, menandakan bahwa hubungan yang dibangun antara konselor dengan siswa masih membutuhkan komunikasi yang lebih efektif. Hubungan yang harmonis antara konselor dengan siswa dapat menghilangkan sekat yang menghambat siswa untuk berkonsultasi dengan konselor sekolah. Siswa membutuhkan hubungan dan suasana kekeluargaan bukan situasi yang formal. Dengan demikian, hubungan konselor dan siswa yang kurang efektif mengakibatkan siswa cenderung kurang memperdulikan keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Terkait dengan berbagai masalah yang telah dipaparkan di atas, penulis mempunyai pemikiran bahwa perilaku prososial siswa SMP Negeri 8 Madiun perlu dikembangkan. Perilaku prososal meliputi perilaku membagi (sharing), kejujuran (honesty), tanggung jawab (responsibility) kerjasama (kooperatif), menyumbang (donating), menolong (helping). Sehingga perilaku prososial sangat penting untuk dimiliki oleh siswa agar menjadi pribadi yang berguna di lingkungan sosialnya. Dengan adanya permasalahan siswa SMP Negeri 8 Madiun mengenai bagaimana meningkatkan hubungan sosial atau perilaku prososial, maka diperlukan suatu program yang bisa melatih keterampilan siswa dalam hal berinteraksi sosial dengan teman sebayanya. Program konseling sebaya bisa menjadi alternatif dalam upaya menciptakan treatment yang tepat untuk memungkinkan remaja dapat berinteraksi sosial secara baik dengan teman sebayanya. Dalam proses kegiatannya konseling sebaya akan memberikan pengetahuan bagaimana remaja itu berkomunikasi dan berinteraksi secara baik dengan sesama. Konseling sebaya lebih mengedepankan keterampilan emosi yang dimiliki oleh seorang konselor sebaya maupun konseli, seperti belajar untuk berempati dengan teman sebaya, menjalin komunikasi yang baik dengan orang lain, berusaha untuk bersikap lebih dewasa daripada orang lain. Siswa yang memiliki perilaku prososial dapat memberikan beragam perspektif yang berbeda pada masalah-masalah sosial dan juga bisa membantu orang lain. Perkembangan siswa SMP dipengaruhi oleh teman sebaya. Melalui pengaruh teman sebaya siswa dapat belajar mengembangkan perilaku tolong menolong terhadap sesama sehingga perilaku prososial penting untuk dikembangkan pada remaja. Penelitian ini dispesifikkan pada upaya meningkatkan perilaku prososial siswa melalui peran teman sebaya yang dikemas dalam konseling sebaya (peer counseling). Maka, tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektifitas konseling sebaya dalam meningkatkan perilaku prososial siswa SMP Negeri 8 Madiun. Melalui konseling sebaya, siswa dapat mengasah kompetensi yang dimiliki dan dapat bermanfaat untuk membantu teman yang mengalami permasalahan perilaku prososial. Kajian Literatur Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Salah satu layanan bimbingan konseling yang dapat dimanfaatkan disekolah adalah konseling teman sebaya (peer counseling). Gladding (2009: 7) mendefinisikan konseling adalah suatu aktivitas profesional berjangka waktu pendek, bercirikan komunikasi antarpribadi, berlandaskan pandangan teoritis dan berpedoman pada norma etika dan hukum tertentu, yang memusatkan usaha pada bantuan psikologis kepada seseorang yang pada dasarnya bermental sehat agar dapat mengatasi beraneka ragam masalah berkaitan dengan proses perkembangannya dan situasi kehidupannya. Selanjutnya Santrock (2002: 44) mengemukakan teman sebaya adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia /tingkat kedewasaan yang sama. Teman sebaya atau peer
  • 3. 89 KONSELING SEBAYA, PERILAKU PROSOSIAL adalah anak-anak dengan tingkat kematangan atau usia yang kurang lebih sama. Carr (1981: 3) mengemukakan “Basically peer counseling is a way for students to learn how to care about others and put their caring into practice”. Pada dasarnya konseling sebaya merupakan suatu cara bagi para siswa (remaja) belajar bagaimana memperhatikan dan membantu anak-anak lain, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Suwarjo (2008: 1), secara umum keterampilan konseling dibagi menjadi tujuh macam, yaitu attending, keterampilan empati, keterampilan bertanya, perilaku genuine, ketrampilan konfrontasi, keterampilan merangkum, dan keterampilan pemecahan masalah. Adapun penjelasan dari tujuh keterampilan konseling, yaitu: 1). keterampilan attending, 2) keterlibatan postur tubuh, 3) gerakan tubuh secara tepat, 4) kontak mata, 5) lingkungan yang nyaman. Dalam pembentukan peer counseling pada remaja, langkah-langkah yang dapat ditempuh seperti yang dikemukakan oleh Suwarjo (2008: 12) ada 3 tahapan yaitu memilih calon peer konselor, memberikan pelatihan, dan mengorganisir pelaksanaan peer counseling. Berikut akan dijelaskan keempat tahapan tersebut: 1) pemilihan calon peer konselor, 2) pelatihan peer konselor, 3) pelaksanaan dan pengorganisasian peer counseling. Perilaku Prososial Perilaku prososial adalah sebuah tindakan moral yang harus dilakukan secara kultural seperti berbagi, membantu seseorang yang membutuhkan, bekerja sama dengan orang lain, dan mengungkapkan simpati (Safaria, 2005:117). Selanjutnya Staub dalam Dayakisni dan Hudaniah, (2006: 212) mengemukakan terdapat beberapa faktor yang mendasari seseorang untuk bertindak prososial, yaitu: 1) self-gain; 2) personal values and norm; 3) empathy. Pearce dan Amato (dalam Rahman: 2013: 222) mencoba menggambarkan perilaku menolong itu dengan membuat taksonomi yang membagi situasi menolong ke dalam tiga dimensi. Ketiga dimensi tersebut adalah: 1. Berdasarkan setting sosialnya, perilaku menolong bisa bersifat terencana dan formal atau spontan dan tidak formal (Planned- formal versus spontaneous-informal). Mengadopsi anak yatim, misalnya, merupakan perilaku menolong yang bersifat terencana dan formal, sedangkan meminjamkan pensil termasuk perilaku yang tidak formal dan tidak direncanakan. 2. Berdasarkan keadaan yang menerima pertolongan, perilaku menolong bisa dikategorikan menjadi perilaku menolong yang bersifat serius atau tidak serius (serious versus not serious). Mendonorkan ginjal merupakan perilaku menolong yang bersifat serius, disbanding dengan perilaku menolong menunjukkan arah jalan. 3. Berdasarkan jenis pertolongannya, perilaku menolong bisa bersifat mengerjakan secara langsung atau tidak langsung (doing-direct versus giving-inderect). Yaitu, menunjuk pada apakah pertolongan tersebut diberikan secara langsung kepada korban atau melalui orang ketiga. Menjadi relawan bencana, misalnya, termasuk perilaku menolong yang sifatnya langsung, sedangkan memberikan sumbangan kepada korban bencana melalui lembaga tertentu termasuk perilaku menolong yang bersifat langsung. Perilaku prososial merupakan perilaku yang berhubungan dengan orang lain dalam bentuk tolong-menolong yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Prilaku prososial memiliki sejumlah faktor, faktor tersebut meliputi keuntungan diri, nilai dan norma pribadi, dan adanya empati. Siswa sebagai makhluk sosial sangat perlu memiliki perilaku prososial dalam kehidupan sehari-hari untuk berinteraksi terhadap orang lain. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 8 Madiun yang beralamatkan jalan Pilang Mulya Kota Madiun, Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena menekankan fenomena-fenomena yang objektif dan dikaji secara kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre- experimental design. Pre-experimental design merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Dalam desain ini hanya terdapat satu
  • 4. 90 WARDANI DAN TRISNANI kelompok eksperimen dan tidak terdapat kelompok kontrol. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 118 siswa kelas VIII. Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah porposive sampling, berdasarkan tujuan penelitian yaitu siswa yang memiliki perilaku prososial rendah berjumlah delapan siswa akan dijadikan subjek penelitian atau sampel penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologis. Skala psikologis dalam penelitian ini berbentuk skala sikap dimana hanya mengukur sikap, maka instrumen penelitian akan lebih menekankan pada pengukuran sikap yaitu prososial siswa. Analisis data kuantitatif ini untuk menguji keefektifan konseling sebaya dalam meningkatkan perilaku prososial siswa, maka teknik analisis data dalam penelitian ini meggunakan Wilcoxon Match Pairs Test. Dari hasil hitung data dapat dibandingkan dengan indeks tabel wilcoxon. Jika jumlah atau hasil analisis lebih besar dari indeks tabel wilcoxon, maka konseling sebaya dianggap efektif dalam meningkatkan perilaku prososial siswa. Dalam mengambil kesimpulan menggunakan pedoman taraf signifikansi 5 % dengan ketentuan: 1. Ho ditolak Ha diterima apabila Z hitung lebih besar atau sama dengan Z tabel. 2. Ho diterima dan Ha ditolak apabila Z hitung lebih kecil dari Z tabel. Hasil dan Pembahasan Penelitian eksperimen ini dilakukan pada sampel sejumlah 8 siswa. Untuk mengetahui gambaran tingkat perilaku prososial siswa sebelum diberikan diterapkannya konseling sebaya dan untuk mengetahui keefektifan konseling sebaya dalam meningkatkan perilaku prososial, maka digunakan analisis kuantitatif. Dalam mendeskripsikan perilaku prososial siswa menggunakan skala prososial. Skala tersebut memiliki 46 item dan rentang skor 1-4, dimana skor tertinggi 4 dan skor terendah 1. Tabel rentang skor dan kriteria dapat dilihat dari tabel 1 Tabel 1 Skor Pemahaman Karier Siswa No Kriteria Skor Keterangan 1. SR 46 – 73,6 Sangat Rendah 2. R 73,7 – 101,2 Rendah 3. S 101,3 – 128,8 Sedang 4. T 128,9 – 156,4 Tinggi 5. ST 156,4 - 184 Sangat Tinggi Data di atas merupakan pedoman pemberian skor pada hasil isian skala perilaku prososial yang diisi oleh siswa. Selanjutnya, deskripsi tingkat perilaku prososial siswa SMP Negeri 8 Madiun sebelum diterapkan konseling sebaya menunjukkan sebagian besar berada pada kriteria rendah. Data secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Tingkat Perilaku Prososial Siswa Sebelum Diterapkan Konseling Sebaya Skor Kriteria Jumlah Sampel % 46 – 73,6 Sangat rendah 0 0 73,7 – 101,2 Rendah 7 87,5 101,3 – 128,8 Sedang 1 12,5 128,9 – 156,4 Tinggi 0 0 156,4 – 184 Sangat tinggi 0 0 Jumlah 8 100 Data selanjutnya mengenai skor sub variabel perilaku prososial sebelum diterapkan layanan konseling sebaya berada pada kategori rendah. Data tersebut secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.
  • 5. 91 KONSELING SEBAYA, PERILAKU PROSOSIAL Tabel 3 Skor Sub Variabel Perilaku Prososial Sebelum Diterapkan Konseling Sebaya No Sub Variabel Skor Kategori 1 Berbagi 15 rendah 2 Sikap terbuka 15 rendah 3 Tanggung jawab 15 rendah 4 Kerja sama 15 rendah 5 Mampu menyumbang 15 rendah 6 Dermawan 16 rendah 7 Menolong 14 rendah 8 Mempertimbangkan hak orang lain 13 rendah Skor rata-rata 15 Rendah Data selanjutnya mengenai skor tingkat perilaku prososial setelah diterapkan layanan konseling sebaya diperoleh hasil bahwa sebagian besar skor perilaku prososial siswa mengalami peningkatan, yaitu dari kategori rendah menjadi kategori sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Data tersebut secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Tingkat Perilaku Prososial Siswa Setelah Diterapkan Konseling Sebaya Skor Kriteria Jumlah Sampel % 46 – 73,6 Sangat rendah 0 0 73,7 – 101,2 Rendah 0 0 101,3 – 128,8 Sedang 1 12,5 128,9 – 156,4 Tinggi 6 75 156,4 - 184 Sangat tinggi 1 12,5 Jumlah 8 100 Data selanjutnya mengenai skor sub variabel perilaku prososial setelah diterapkan layanan konseling sebaya diperoleh hasil bahwa sebagian besar skor perilaku prososial siswa mengalami peningkatan, yaitu dari kategori rendah menjadi kategori tinggi. Data tersebut secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Skor Sub Variabel Perilaku Prososial Setelah Diterapkan Konseling Sebaya No Sub Variabel Skor Kategori 1 Berbagi 26 tinggi 2 Sikap terbuka 16 rendah 3 Tanggung jawab 26 tinggi 4 Kerja sama 25 tinggi 5 Mampu menyumbang 25 tinggi 6 Dermawan 24 tinggi 7 Menolong 23 tinggi 8 Mempertimbangkan hak orang lain 27 tinggi Skor rata-rata 24 tinggi Hasil analisis menunjukkan terjadi perubahan pada kondisi awal perilaku prososial siswa, ditandai dengan peningkatan skor skala perilaku prososial siswa baik pada skor total maupun skor setiap indikator. Terjadi peningkatan perilaku prososial siswa antara kondisi awal dan kondisi akhir. Agar lebih mudah dalam melihat perubahan kondisi awal dan kondisi akhir tingkat perilaku prososial siswa dapat dilihat pada Gambar 1. 0 20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 4 5 6 7 8 82 82 78 83 79 79 116 80 152 152 144 120 149 154 157 137 Gambar 1 Grafik tingkat perilaku prososial siswa Gambar 1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perilaku prososial siswa antara sebelum dan sesudah diberikan konseling sebaya. Rata-rata perubahan yang terjadi adalah sebesar 61 atau sekitar 36%, dari data pretest sebesar 85 atau 49% menjadi 146 atau 85%. Rata-rata setiap aspek tingkat perilaku prososial siswa sebelum diberi layanan berada pada kategori rendah, setelah diberikan layanan konseling sebaya terjadi
  • 6. 92 WARDANI DAN TRISNANI peningkatan menjadi kategori tinggi. Ini berarti bahwa konseling sebaya efektif untuk meningkatkan perilaku prososial siswa SMP Negeri 8 Madiun. Untuk menguji keefektifan konseling sebaya dilakukan dengan teknik statistik parametris, yaitu menggunakan tes ranking bertanda (Wilcoxon Signed Rank Test) dengan menggunakan program SPSS. Wilcoxon Signed Rank Test digunakan untuk menguji signifikasi hipotesis komparatif 2 sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal dan atau berjenjang (Sugiyono, 2013: 137). Berdasarkan hasil output tes stastistik diperileh nilai Asymp. Sig (2 tailed) sebesar 0,011. Karena nilai sig 0,011 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat perilaku prososial siswa antara sebelum dan sesudah mendapatkan konseling sebaya, dengan ini maka hipotesis alternatif diterima yang berbunyi “konseling sebaya efektif untuk meningkatkan perilaku prososial siswa SMP Negeri 8 Madiun. Simpulan Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konseling sebaya efektif untuk meningkatkan perilaku prososial siswa SMP Negeri 8 Madiun. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan bagi guru bimbingan dan konseling dalam penyusunan program konseling sebaya untuk mengembangkan perilaku prososial siswa. Referensi Carr, R.A. (1981). Theory and practice of Peer Counseling. Ottawa: Canada Employment and Immigration Commission. Dayakisni dan Hudaniah, T. (2006). Psikologi Sosial. Yogyakarta: UMM Press. Gladding, S. T. (2009). Counseling a Comprehensive Profession. London: Pearson Educatin Ltd. Rahman, Agus Abdul. (2013). Psikologi Sosial. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Safaria, T. (2005). Metode pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak. Yogjakarta: Amara Books. Santrock, J W. (2002). Life-Span Development. Jakarta: Erlangga. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2013). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta. Suwarjo. (2008). Model Konseling Teman Sebaya untuk Pengembangan Daya Lentur (Relicience) Remaja. Makalah Tidak Diterbitkan: Universitas Negeri Yogjakarta. Suwarjo. (2008). Modul Pelatihan Praktik Keterampilan Konseling. Modul Tidak Diterbitkan: Universitas Negeri Yogyakarta. Winkel, W. S dan M. M. Sri Hastuti. (2006). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.