Dokumen tersebut membahas tentang gangguan belajar seperti disleksia (kesulitan membaca), diskalkulia (kesulitan matematika), dan disgrafia (kesulitan menulis). Beberapa faktor penyebab gangguan belajar dijelaskan seperti faktor keturunan, masa kehamilan, dan stimulasi dini. Gangguan-gangguan tersebut disebabkan oleh faktor neurologis dan tidak berkaitan dengan kecerdasan. Penanganannya meliputi pen
3. Apa Itu Gangguan Belajar?
Setiap individu tidak ada yang sama. Perbedaan individual inilah
yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak
didik. “Dalam keadaan di mana anak didik/siswa tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar”.
Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara
lahiriah. Ketidakmampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam
wujud fisik yang berbeda dengan orang yang tidak mengalami
masalah kesulitan belajar.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar
adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-
hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar.
4. Apa Saja Sih Faktor Penyebabnya?
Ada beberapa penyebab kesulitan belajar yang terdapat pada literatur dan hasil
riset (Harwell, 2001), yaitu :
1. Faktor keturunan/bawaan
2. Gangguan semasa kehamilan, saat melahirkan atau prematur
3. Kondisi janin yang tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi dan atau ibu yang
merokok, menggunakan obat-obatan (drugs), atau meminum alkohol selama masa
kehamilan.
4. Trauma pasca kelahiran, seperti demam yang sangat tinggi, trauma kepala, atau
pernah tenggelam.
5. Infeksi telinga yang berulang pada masa bayi dan balita. Anak dengan kesulitan
belajar biasanya mempunyai sistem imun yang lemah.
6. Awal masa kanak-kanak yang sering berhubungan dengan aluminium, arsenik,
merkuri/raksa, dan neurotoksin lainnya.
5. Riset menunjukkan bahwa apa
yang terjadi selama tahun-
tahun awal kelahiran sampai
umur 4 tahun adalah masa-
masa kritis yang penting
terhadap pembelajaran ke
depannya. Stimulasi pada masa
bayi dan kondisi budaya juga
mempengaruhi belajar anak.
Pada masa awal kelahiran
sampai usia 3 tahun misalnya,
anak mempelajari bahasa
dengan cara mendengar lagu,
berbicara kepadanya, atau
membacakannya cerita. Pada
beberpa kondisi, interaksi ini
kurang dilakuan, yang bisa saja
berkontribusi terhadap
kurangnya kemampuan
fonologi anak yang dapat
membuat anak sulit membaca
(Harwell, 2001)
6. Gangguan Membaca (Disleksia)
Disleksia berasal dari bahasa Greek, yakni dari kata “dys” yang berarti kesulitan, dan kata “lexis” yang berarti
bahasa. Jadi disleksia secara harafiah berarti kesulitan dalam berbahasa. Anak disleksia tidak hanya mengalami
kesulitan dalam membaca, tapi juga dalam hal mengeja, menulis dan beberapa aspek bahasa yang lain.
Kesulitan membaca pada anak disleksia tidak sebanding dengan tingkat intelegensi ataupun motivasi yang
dimiliki untuk kemampuan membaca dengan lancar dan akurat, karena anak disleksia biasanya mempunyai
lebel intelegensi yang normal bahkan sebagian di antaranya di atas normal. Disleksia merupakan kelainan
dengan dasar kelainan neurobiologis, yang ditandai dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat /
akurat, dalam pengejaan dan dalam kemampuan mengkode simbol.
7.
8.
9. Gangguan Matematika (Diskalkulia)
Menurut Jacinta F. Rini, M.Psi, dari Harmawan Consulting,
Jakarta, diskalkulia dikenal juga dengan istilah “math
difficulty” karena menyangkut gangguan pada kemampuan
kalkulasi secara matematis. Anak yang bersangkutan akan
menunjukkan kesulitan dalam memahami proses-proses
berhitung dasar, seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian,
atau pembagian, dan memahami simbol-simbol matematika
(+, =, dll).
10.
11.
12. Konseling
Konseling dapat membantu, namun tidak harus
pada tingkatan yang besar. Tidak ada terapi yang
telah dibuktikan dan terbukti efektif. Beberapa
bukti yang bersifat anekdot menganjurkan,
bagaimanapun, bahwa sejumlah kemahiran
dalam matematika dapat diperoleh oleh sistem-
sistem alternatif dalam perhitungan matematis.
Bukti yang bersifat anekdot juga menunjukkan,
pada kenyataannya, bahwa individu mungkin
sendiri akan dyscalculic mengejar sistem mereka
sendiri seperti keluar dari kebutuhan atau
kepentingan. Keadaan tidak perlu dilihat sebagai
kecacatan atau ketidakmampuan, tidak ada yang
bisa mencegah orang- orang yang menderita
dyscalculia dan berhasil menggantikan dalam
bidang akademis lain seperti sejarah, geografi
dan ilmu- ilmu sosial lainnya, atau dalam bidang
seni seperti musik atau drama.
Pendekatan
• Pendekatan yang pertama, yaitu penanganan matematika yang
intensif, dapat kita lakukan dengan teknik “individualisasi yang
dibantu tim”. Pendekatan ini menggunakan pengajaran secara
privat dengan teman sebaya (peer tutoring). Pendekatan ini
mendasari tekniknya pada pemahaman bahwa kecepatan
belajar seorang anak berbeda-beda, sehingga ada anak yang
cepat menangkap, dan ada juga yang lama. Teknik ini
mendorong anak yang cepat menangkap materi pelajaran agar
mengajarkannya pada temannya yang lain yang mengalami
problem dyscalculia tersebut.
• Pendekatan yang kedua, yaitu jalan pintas, sebagaimana Jessica
diberikan kalkulator untuk menghitung, maka anak dengan
problem dyscalculia ini juga dapat diberikan calculator untuk
menghitung. Hal ini sederhana karena anak dengan problem
dyscalculia tidka memiliki masalah dengan kaitan antara angka,
akan tetapi lebih kepada menghitung angka-angka tersebut.
17. Seperti halnya disleksia, disgrafia juga
disebabkan faktor neurologis, yakni adanya
gangguan pada otak bagian kiri depan yang
berhubungan dengan kemampuan membaca
dan menulis. Anak mengalami kesulitan
dalam harmonisasi secara otomatis antara
kemampuan mengingat dan menguasai
gerakan otot menulis huruf dan angka.
Kesulitan ini tak berkaitan dengan masalah
kemampuan intelektual.