SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA
Oleh : Silvyani Eka Putri
Kita ketahui bahwa intelektual yaitu akal budi atau intelegensi yang berarti
kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses berpikir, kemampuan untuk
melakukan pemikiran yang bersifat abstrak atau tidak bisa di lihat (abstraksi), serta
berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi
baru. Dalam hal ini orang yang intelligent adalah orang yang dapat menyelesaikan
persoalan dalam waktu yang lebih singkat, memahami masalahnya lebih cepat dan
cermat serta mampu bertindak cepat.
Permasalahan yang dihadapi dengan rendahnya kemampuan intelektual seseorang
adalah sulitnya siswa dalam mempelajari sesuatu hal, contohnya matematika. Kesiapan
belajar siswa harus sangat diperhatikan dengan cermat, sehingga anak dapat menyerap
pembelajaran yang sedang berjalan dengan optimal. Kegiatan pembelajaran
matematika yang dianggap sulit oleh siswa dapat berjalan dengan lancar, apabila kita
dapat mengetahui permaslahan apa saja yang sering dialami siswa. Dengan itu, kita
dapat mencari jalan terbaik untuk membantu siswa dalam memahami dengan baik dan
mudah.
Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculia). Istilah
diskalkulia memiliki konotasi medis yang memandang adanya keterkaitan dengan
gangguan sistem syaraf pusat. Dapat kita temui tidak sedikit orang yang mengalami
kesulitan dalam belajar matematika, dan diantaranya memiliki semangat yang tinggi
untuk dapat mempelajari matematika lebih lanjut. Menurut honson dan Myklebust
(1967:244), matematika adalah bahasa simbolik yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Sedangkan fungsi
teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Sehingga banyak orang berpandangan
bahwa matematika penting untuk dipelajari dan dipahami lebih lanjut.
Kesulitan belajar dan masalah belajar menjadi istilah yang menggambarkan
seorang anak mulai mengalami kesulitan belajar di sekolah. Di beberapa negara juga
digunakan sebagai sinonim untuk ketidakmampuan belajar. Setiap orang mungkin
mengalami kesulitan belajar ringan dan berat, yang disebabkan oleh faktor internal atau
eksternal. Anak-anak, yang dilengkapi dengan program pendidikan di bawah hukum
federal, berada di sebagian besar negara dibedakan dari anak-anak lain dengan kesulitan
belajar pada dua alasan.
Pertama, dasar dari masalah skolastik mereka diduga karena beberapa disfungsi
neurologis. Kategori LD (Learning Difficult) termasuk anak-anak yang memiliki
kesulitan belajar sebagai akibat dari visual, pendengaran atau cacat motor,
keterbelakangan mental, gangguan emosi, atau yang merugikan lingkungan, budaya
atau ekonomi.
Kedua, untuk dapat didiagnosis sebagai "cacat belajar," harus ada perbedaan
antara potensi dan prestasi anak. Biasanya 50% perbedaan digunakan sebagai kriteria
untuk identifikasi. Perbedaan 50% itu berarti bahwa anak hanya mencapai setengah dari
potensinya yang diharapkan.
Selain itu, yang harus diketahui adalah hasil belajar matematika yang harus
dikuasai siswa meliputi: perhitugan matematis (mathematics calculation) dan penalaran
matematis (mathematics reasoning). Menurut Lerner (1988:430) kurikulum bidang
matematika hendaknya mencakup tiga elemen, yaitu: konsep, keterampilan dan
pemecahan masalah.
a. Jenis-jenis Kesulitan Belajar
1) Disleksia
Disleksia adalah kombinasi dari kemampuan dan kesulitan, kesulitan
mempengaruhi proses belajar dalam aspek bahasa dan berhitung. Ditandai dari
kelemahan yang terus-menerus dapat diidentifikasi dalam memori jangka
pendek, kecepatan pemrosesan, urutan keterampilan, pendengaran dan persepsi
visual, bahasa lisan, dan keterampilan motorik, termasuk masalah membaca,
menulis, ejaan, berbicara. Kemampuan berupa kemampuan visuo-spasial
(berhubungan dengan bentuk, pola, desain, dan dengan seluruh spektrum warna,
serta dengan penempatan dan hubungan objek dalam ruang, termasuk jarak dan
arah) yang baik, berpikir kreatif dan pemahaman intuitif.
2) Dyspraxia (Gangguan Integrasi Sensory)
Siswa dengan dyspraxia dipengaruhi oleh penurunan nilai dan sering canggung.
Keterampilan motorik halus (berkaitan dengan keseimbangan dan koordinasi)
dan keterampilan motorik halus (yang berkaitan dengan manipulasi objek) sulit
untuk belajar dan sulit untuk mempertahankan belajar. Pengucapan juga
terpengaruh dan orang-orang dengan dyspraxia sensitif terhadap suara, cahaya,
dan sentuhan. Masalah dengan koordinasi tangan-mata, keseimbangan, dan
ketangkasan manual.
3) Dyscalculia
Dyscalculia adalah kesulitan belajar yang melibatkan aspek paling dasar dari
keterampilan aritmatika. Kesulitannya terletak pada pemahaman, penerimaan,
atau produksi informasi kuantitatif dan spasial. Siswa dengan dyscalculia
mungkin mengalami kesulitan dalam memahami konsep angka sederhana,
kurangnya pemahaman intuitif sebuah angka dan memiliki masalah belajar
dalam penjumlahan dan prosedur. Ini dapat berhubungan dengan konsepkonsep
dasar seperti mengatakan waktu, menghitung harga, dan mengukur hal-hal
seperti suhu dan kecepatan. Jenis Dyscalculia menurut Kosc (1974) ada enam,
yaitu:
a) Verbal, yaitu kesulitan menggunakan konsep matematika dalam bahasa
lisan. Kosc mencatat dua aspek jenis dyscalculia ini: (1) kesulitan
mengidentifikasi pengucapan angka (meskipun individu dapat membaca
angka), dan (2) kesulitan mengingat nama suatu besaran (walaupun mereka
bisa membaca dan menulis nomor).
b) Practognostic, yaitu kesulitan memanipulasi atau pencacahan kuantitas.
Kesulitan di sini melibatkan mengkonversi aritmatika atau prosedur
sehubungan dengan jumlah.
c) Lexical, yaitu kesulitan membaca simbol matematika seperti angka. Siswa
dengan kesulitan ini dapat berbicara tentang ide-ide matematika dan
memahami diskusi lisan mereka namun mengalami kesulitan membaca
simbol dan nomor kalimat.
d) Grafis, yaitu kesulitan menulis simbol matematika. Siswa dapat memahami
ide-ide matematika secara diskusi lisan dan dapat membaca informasi
numerik tetapi mengalami kesulitan menulis pemahaman simbolisme
matematika.
e) Ideognostic, yaitu kesulitan untuk memahami ide-ide yang berhubungan
dengan matematika.
f) Operasional , yaitu kesulitan melakukan operasi matematika.
4) Dysgraphia
Dysgraphia merupakan kesulitan dengan menulis. Masalah dengan tulisan
tangan, ejaan, mengorganisasi ide-ide.
5) Auditory Processing Disorder
Auditory Processing Disorder merupakan kesulitan mendengar perbedaan
antara suara. Masalah dengan membaca, dan pemahaman bahasa.
6) Visual Processing Disorder
Visual Processing Disorder merupakan kesulitan menafsirkan informasi visual.
Masalah dengan membaca, matematika, peta, grafik, simbol, dan gambar.
7) Attention Difficult Disorder (ADD)
Attention Deficit Disorder (ADD) ada dengan atau tanpa hiperaktivitas.
Gangguan ini terjadi pada orang yang sering pergi tugas, mengalami kesulitan
tertentu dimulai dan beralih tugas bersama-sama dengan rentang perhatian yang
sangat pendek dan tingkat tinggi. Mereka gagal menggunakan umpan balik yang
yang mereka terima dengan efektif dan mereka memiliki kemampuan
mendengarkan yang lemah. Mereka yang hiperaktif dapat bertindak impulsif
dan tak menentu, mengalami kesulitan meramalkan hasil, gagal untuk
merencanakan ke depan dan menjadi gelisah. Mereka yang tidak memiliki sifat
hiperaktif cenderung melamun berlebihan, kehilangan jejak dari apa yang
mereka lakukan dan gagal untuk terlibat dalam belajar mereka kecuali mereka
sangat termotivasi. Perilaku orang dengan AD (H) D dapat tidak tepat dan tak
terduga, sehingga menjadi penghalang untuk belajar lebih lanjut.
b. Pendekatan Dalam Pembelajaran Matematika
Ada 4 pendekatan yang paling berpengaruh dalam pengajaran matematika,
yaitu: urutan belajar yang bersifat perkembangan (developmental learning
sequences), belajar tuntas (mastery learning), strategi belajar (learning strategies),
pemecahan masalah (problem solving).
1) Pendekatan urutan belajar yang bersifat perkembangan menekankan pada
pengukuran kesiapan belajar siswa, penyediaan pengalaman dasar dan
keterampilan matematika prasyarat. Pengajaran matematika harus dimulai dari
yang konkrit menuju ke semi konkrit dan akhirnya ke abstrak.
2) Pendekatan belajar tuntas menekankan pada pengajaran matematika melalui
pembelajaran langsung (direct instruction) dan terstruktur. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Menentukan sasaran atau tujuan pembelajaran khusus yang dapat diukur
dan diamati. Contoh: siswa dapat menuliskan jawaban terhadap 20 soal
penjumlahan 1 sampai 10 dalam waktu 10 menit dengan 90% benar.
b) Menguraikan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
c) Menentukan langkah-langkah yang sudah dikuasai oleh siswa.
d) Mengurutkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan.
3) Pendekatan strategi belajar memusatkan pada bagaimana belajar matematika
(how to learn mathematics).
4) Pendekatan pemecahan masalah menekankan pada pengajaran untuk berfikir
tentang cara memecahkan masalah dan pemrosesan informasi.
c. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Matematika
Menurut Lerner (1981: 35), ada beberapa karakteristik anak berkesulitan
belajar matematika, yaitu: adanya gangguan dalam hubungan keruangan,
abnormalitas persepsi visual, asosiasi visual motor, perseverasi, kesulitan
mengenal dan memahami simbol, gangguan penghayatan tubuh, kesulitan dalam
bahasa dan membaca, scor Performance IQ jauh lebih rendah dari pada skor verbal
IQ.
1) Gangguan hubungan keruangan
Konsep hubungan keruangan seperti atas bawah, puncak dasar, jauh dekat,
tinggi rendah, depan belakang, awal akhir umumnya telah dikuasai oleh anak
sebelum masuk SD, namun bagi anak berkesulitan belajar matematika
memahami konsep-konsep tersebut mengalami kesulitan karena kurang
berkomunikasi dan lingkungan sosial kurang mendukung, selain itu juga
adanya kondisi intrinsik yang diduga disfungsi otak. Karena adanya gangguan
tersebut mungkin anak tidak mampu merasakan jarak angka-angka dan garis
bilangan atau penggaris, dan mungkin anak tidak tahu bahwa angka 2 lebih
dekat ke angka 3 daripada ke angka 8.
2) Abnormalitas persepsi visual
Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan untuk
melihat berbagai obyek dalam hubungannya dengan kelompok. Misalnya anak
mengalami kesulitan dalam menjumlahkan dua kelompok benda yang terdiri
dari tiga dan empat anggota. Anak juga sering tidak mampu membedakan
bentuk-bentuk geometri.
3) Asosiasi visual motor
Anak berkesulitan belajar matematika sering tidak dapat berhitung benda-
benda secara berurutan, anak mungkin baru memegang benda yang kedua
tetapi mengucapkan empat.
4) Perseverasi
Anak yang perhatiannya melekat pada satu objek dalam waktu relatif lama.
Gangguan perhatian semacam itu disebut perseverasi. Pada mulanya anak dapat
mengerjakan tugas dengan baik, tetapi lama-kelamaan perhatiannya melekat
pada satu objek saja.
Contoh:
4 + 3 = 7
4 + 4 = 8
5 + 4 = 8
3 + 6 = 8
5) Kesulitan mengenal dan memahami simbol
Anak kesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam
mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti (+). (-), (×), (:),
(=), (<), (>), gangguan ini dapat disebabkan oleh gangguan memori, dan oleh
gangguan persepsi visual.
6) Gangguan penghayatan tubuh
Anak berkesulitan belajar matematika juga sering menunjukkan adanya
gangguan penghayatan tubuh (body image), anak sulit memahami hubungan
bagian-bagian dari tubuhnya sendiri, misalnya jika disuruh menggambar
tubuh, maka tiadak ada yang utuh.
7) Kesulitan dalam membaca dan bahasa
Anak berkesulitan belajar matematika akan mengalami kesulitan dalam
memecahkan soal-soal yang berbentuk cerita.
8) Skor PIQ jauh lebih rendah dari VIQ
Hasil tes inteligensi dengan menggunakan WISC (Weshler Intelligence Scale
for Children) menunjukkan bahwa anak berkesulitan belajar matematika
memiliki PIQ (Performance Intelligence Quotient) yang jauh lebih rendah
daripada skor VIQ (Verbal Intelligence Quotient). Sub tes verbal mencakup:
Informasi, persamaan, aritmetika, perbendaharaan kata, dan pemahaman. Sub
tes kinerja mencakup: melengkapi gambar, menyusun gambar, menyusun
balok, dan menyusun obyek.
9) Kekeliruan Umum Anak Berkesulitan Belajar Matematika
Agar dapat membantu anak berkesulitan belajar matematika, guru perlu
memahami berbagai kesalahan umum yang dilakukan anak dalam
menyelesaikan tugas-tugas matematika. Menurut Lerner (1981: 367),
kekurangan itu meliputi pemahaman tentang: simbol, nilai tempat,
perhitungan, penggunaan proses yang keliru, dan tulisan yang tidak terbaca.
a) Kekurangan pemahaman tentang simbol
Anak-anak pada umumnya tidak terlalu sulit jika dihadapkan pada soal-
soal 4+3 = ....., 8 - 6 = ....., tetapi akan mengalami kesulitan jika dihadapkan
pada soal-soal seperti 4 + ....= 7, 8 = .....+ 5, atau 8 - .....= 3. Kesulitan
semacam ini umumnya karena anak tidak memahami simbol-simbol
seperti (=), (+), (-), dsb. Agar anak dapat menyelesaikan soal-soal itu,
mereka harus lebih dahulu memahami simbol-simbol tersebut.
b) Nilai tempat
Ketidakpahaman terhadap nilai tempat banyak ditunjukkan oleh anak-anak
seperti berikut:
75 68
27 - 13 +
58 71
c) Perhitungan
Ada anak yang belum mengenal dengan baik konsep perkalian, tetapi
menghafal perkalian tersebut. Kesalahan tersebut umumnya tampak
sebagai berikut:
6 8
7 × 7 ×
46 54
Daftar perkalian mungkin dapat membantu memperbaiki kekeliruan anak
jika anak telah memahami konsep dasar perkalian.
d) Penggunaan proses yang keliru
Kekeliruan dalam penggunaan proses penghitungan dapat dilihat pada
contoh berikut:
1) Mempertukarkan simbol-simbol
6 15
2 x 3 -
12 18
Jumlah satuan dan puluhan ditulis tanpa memperhatikan nilai tempat
83 66
67 29 +
1410 815
2) Semua digit ditambah bersama
67 58
31 + 12 +
17 16
Anak menghitung 6 + 7 + 3 +1 = 17 dan 5 + 8 + 1 + 2 = 16.
3) Dalam menjumlahkan puluhan digabungkan dengan satuan
68 73
8 + 9 +
166 172
4) Bilangan yang besar dikurangi bilangan yang kecil tanpa
memperhatikan nilai tempat
627 761
486 - 489 –
261 328
5) Tulisan yang tidak dapat dibaca
Ada anak yang tidak dapat membaca tulisannya sendiri karena bentuk-
bentuk hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis. Akibatnya
anak banyak mengalami kekeliruan.
Daftar Pustaka
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Kesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Mulyadi. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan
Belajar Khusus. Malang : Nuha Litera.

More Related Content

What's hot

RPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.doc
RPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.docRPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.doc
RPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.docFadhilahHaswenova1
 
PROFESI PENDIDIKAN - REFORMASI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN - REFORMASI PENDIDIKANPROFESI PENDIDIKAN - REFORMASI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN - REFORMASI PENDIDIKANpuji_utami
 
Materi Fungsi SMP Kelas VIII
Materi Fungsi SMP Kelas VIIIMateri Fungsi SMP Kelas VIII
Materi Fungsi SMP Kelas VIIIwayuphe
 
pemanfaatan alat peraga matematika dalam pembelajaran
 pemanfaatan alat peraga matematika dalam pembelajaran  pemanfaatan alat peraga matematika dalam pembelajaran
pemanfaatan alat peraga matematika dalam pembelajaran tsurayyaaya
 
Perbandingan Berbalik Nilai
Perbandingan Berbalik NilaiPerbandingan Berbalik Nilai
Perbandingan Berbalik NilaiAllamul Huda
 
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) soal matematika materi Fungsi dan Relasi
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) soal matematika materi Fungsi dan RelasiLembar Kerja Peserta Didik (LKPD) soal matematika materi Fungsi dan Relasi
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) soal matematika materi Fungsi dan Relasikikiismayanti
 
Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Ranah Kognitif, Afektif, dan PsikomotorRanah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Ranah Kognitif, Afektif, dan PsikomotorSyaifOer
 
Model pembelajaran matematika realistik indonesia ( pmri) jadi
Model pembelajaran matematika realistik indonesia  ( pmri) jadiModel pembelajaran matematika realistik indonesia  ( pmri) jadi
Model pembelajaran matematika realistik indonesia ( pmri) jadiAl-Zorozerofour Buitenzorg
 
LKPD Perkalian dan Pembagian Pada Pecahan
LKPD Perkalian dan Pembagian Pada PecahanLKPD Perkalian dan Pembagian Pada Pecahan
LKPD Perkalian dan Pembagian Pada PecahanAlorka 114114
 
TEORI BELAJAR SIBERNETIK
TEORI BELAJAR SIBERNETIKTEORI BELAJAR SIBERNETIK
TEORI BELAJAR SIBERNETIKVan Doken
 
RPP kelas 5 Tema 3 Subtema 1 Pembelajaran 1
RPP kelas 5 Tema 3 Subtema 1 Pembelajaran 1RPP kelas 5 Tema 3 Subtema 1 Pembelajaran 1
RPP kelas 5 Tema 3 Subtema 1 Pembelajaran 1WienDa Fae
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap
Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas rangkapRencana pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap
Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas rangkapOperator Warnet Vast Raha
 
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics EducationPendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics EducationMuhammad Alfiansyah Alfi
 
Resume sejarah dan perkembangan bilangan
Resume sejarah dan perkembangan bilanganResume sejarah dan perkembangan bilangan
Resume sejarah dan perkembangan bilanganAndriani Widi Astuti
 
RPP Eksponen (Bilangan Pangkat) 0.1
RPP Eksponen (Bilangan Pangkat) 0.1RPP Eksponen (Bilangan Pangkat) 0.1
RPP Eksponen (Bilangan Pangkat) 0.1Juraidi .
 

What's hot (20)

RPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.doc
RPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.docRPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.doc
RPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.doc
 
PROFESI PENDIDIKAN - REFORMASI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN - REFORMASI PENDIDIKANPROFESI PENDIDIKAN - REFORMASI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN - REFORMASI PENDIDIKAN
 
Materi Fungsi SMP Kelas VIII
Materi Fungsi SMP Kelas VIIIMateri Fungsi SMP Kelas VIII
Materi Fungsi SMP Kelas VIII
 
pemanfaatan alat peraga matematika dalam pembelajaran
 pemanfaatan alat peraga matematika dalam pembelajaran  pemanfaatan alat peraga matematika dalam pembelajaran
pemanfaatan alat peraga matematika dalam pembelajaran
 
Perbandingan Berbalik Nilai
Perbandingan Berbalik NilaiPerbandingan Berbalik Nilai
Perbandingan Berbalik Nilai
 
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) soal matematika materi Fungsi dan Relasi
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) soal matematika materi Fungsi dan RelasiLembar Kerja Peserta Didik (LKPD) soal matematika materi Fungsi dan Relasi
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) soal matematika materi Fungsi dan Relasi
 
Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Ranah Kognitif, Afektif, dan PsikomotorRanah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
 
Kurikulum tahun 1994 baru
Kurikulum tahun 1994 baruKurikulum tahun 1994 baru
Kurikulum tahun 1994 baru
 
Teori Gagne
Teori GagneTeori Gagne
Teori Gagne
 
Model pembelajaran matematika realistik indonesia ( pmri) jadi
Model pembelajaran matematika realistik indonesia  ( pmri) jadiModel pembelajaran matematika realistik indonesia  ( pmri) jadi
Model pembelajaran matematika realistik indonesia ( pmri) jadi
 
LKPD Perkalian dan Pembagian Pada Pecahan
LKPD Perkalian dan Pembagian Pada PecahanLKPD Perkalian dan Pembagian Pada Pecahan
LKPD Perkalian dan Pembagian Pada Pecahan
 
TEORI BELAJAR SIBERNETIK
TEORI BELAJAR SIBERNETIKTEORI BELAJAR SIBERNETIK
TEORI BELAJAR SIBERNETIK
 
RPP kelas 5 Tema 3 Subtema 1 Pembelajaran 1
RPP kelas 5 Tema 3 Subtema 1 Pembelajaran 1RPP kelas 5 Tema 3 Subtema 1 Pembelajaran 1
RPP kelas 5 Tema 3 Subtema 1 Pembelajaran 1
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap
Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas rangkapRencana pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap
Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap
 
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics EducationPendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
 
Fragmented
FragmentedFragmented
Fragmented
 
Makalah guru profesional
Makalah guru profesionalMakalah guru profesional
Makalah guru profesional
 
Resume sejarah dan perkembangan bilangan
Resume sejarah dan perkembangan bilanganResume sejarah dan perkembangan bilangan
Resume sejarah dan perkembangan bilangan
 
RPP Eksponen (Bilangan Pangkat) 0.1
RPP Eksponen (Bilangan Pangkat) 0.1RPP Eksponen (Bilangan Pangkat) 0.1
RPP Eksponen (Bilangan Pangkat) 0.1
 
PANDUAN TEST DIAGNOSTIK
PANDUAN TEST DIAGNOSTIKPANDUAN TEST DIAGNOSTIK
PANDUAN TEST DIAGNOSTIK
 

Similar to Kesulitan belajar matematika

Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docxMakalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docxDedy Wiranto
 
Laporan lawatan ke sekolah kebangsaan lukut
Laporan lawatan ke sekolah kebangsaan lukutLaporan lawatan ke sekolah kebangsaan lukut
Laporan lawatan ke sekolah kebangsaan lukutSyahirah Mahiyud-Din
 
Deteksi Dini Gangguan Belajar pada Anak
Deteksi Dini Gangguan Belajar pada AnakDeteksi Dini Gangguan Belajar pada Anak
Deteksi Dini Gangguan Belajar pada AnakLukman Izyan
 
K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...
K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...
K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...PJ0621MuhammadNaufal
 
Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...
Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...
Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...SekarWahyuni3
 
Makalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas KhususMakalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas KhususDedy Wiranto
 
Makalah Hakikat Kesulitan Belajar 2024.docx
Makalah Hakikat Kesulitan Belajar 2024.docxMakalah Hakikat Kesulitan Belajar 2024.docx
Makalah Hakikat Kesulitan Belajar 2024.docxsafiraeong
 
Presentasi Materi Ganguan Belajar.pptx
Presentasi Materi Ganguan Belajar.pptxPresentasi Materi Ganguan Belajar.pptx
Presentasi Materi Ganguan Belajar.pptxPremiumLagi1
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialAri Sanjaya
 
diagnosis kesulitan belajar.docx
diagnosis kesulitan belajar.docxdiagnosis kesulitan belajar.docx
diagnosis kesulitan belajar.docxluthfiahkhairani
 
2013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827
2013 2-2-84202-411409095-bab2-120320140128272013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827
2013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827Cha Aisyah
 
Kesulitan belajar
Kesulitan belajarKesulitan belajar
Kesulitan belajarajengpujir
 
Masalah masalah belajar
Masalah masalah belajarMasalah masalah belajar
Masalah masalah belajarDedi Yulianto
 
kesulitan belajar.docx
kesulitan belajar.docxkesulitan belajar.docx
kesulitan belajar.docxWayanArtha1
 

Similar to Kesulitan belajar matematika (20)

Kelompok 8 kb3
Kelompok 8 kb3Kelompok 8 kb3
Kelompok 8 kb3
 
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docxMakalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
 
Gangguan belajar
Gangguan belajarGangguan belajar
Gangguan belajar
 
Laporan lawatan ke sekolah kebangsaan lukut
Laporan lawatan ke sekolah kebangsaan lukutLaporan lawatan ke sekolah kebangsaan lukut
Laporan lawatan ke sekolah kebangsaan lukut
 
Deteksi Dini Gangguan Belajar pada Anak
Deteksi Dini Gangguan Belajar pada AnakDeteksi Dini Gangguan Belajar pada Anak
Deteksi Dini Gangguan Belajar pada Anak
 
K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...
K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...
K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...
 
Model Disleksia
Model DisleksiaModel Disleksia
Model Disleksia
 
Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...
Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...
Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...
 
Makalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas KhususMakalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas Khusus
 
Makalah Hakikat Kesulitan Belajar 2024.docx
Makalah Hakikat Kesulitan Belajar 2024.docxMakalah Hakikat Kesulitan Belajar 2024.docx
Makalah Hakikat Kesulitan Belajar 2024.docx
 
Onday
OndayOnday
Onday
 
Presentasi Materi Ganguan Belajar.pptx
Presentasi Materi Ganguan Belajar.pptxPresentasi Materi Ganguan Belajar.pptx
Presentasi Materi Ganguan Belajar.pptx
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
 
diagnosis kesulitan belajar.docx
diagnosis kesulitan belajar.docxdiagnosis kesulitan belajar.docx
diagnosis kesulitan belajar.docx
 
2013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827
2013 2-2-84202-411409095-bab2-120320140128272013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827
2013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827
 
Kesulitan belajar
Kesulitan belajarKesulitan belajar
Kesulitan belajar
 
Masalah masalah belajar
Masalah masalah belajarMasalah masalah belajar
Masalah masalah belajar
 
kesulitan belajar.docx
kesulitan belajar.docxkesulitan belajar.docx
kesulitan belajar.docx
 
Soal baru
Soal baruSoal baru
Soal baru
 
Refleksi MTE3109
Refleksi MTE3109Refleksi MTE3109
Refleksi MTE3109
 

Recently uploaded

Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 

Recently uploaded (20)

Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 

Kesulitan belajar matematika

  • 1. KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA Oleh : Silvyani Eka Putri Kita ketahui bahwa intelektual yaitu akal budi atau intelegensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses berpikir, kemampuan untuk melakukan pemikiran yang bersifat abstrak atau tidak bisa di lihat (abstraksi), serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru. Dalam hal ini orang yang intelligent adalah orang yang dapat menyelesaikan persoalan dalam waktu yang lebih singkat, memahami masalahnya lebih cepat dan cermat serta mampu bertindak cepat. Permasalahan yang dihadapi dengan rendahnya kemampuan intelektual seseorang adalah sulitnya siswa dalam mempelajari sesuatu hal, contohnya matematika. Kesiapan belajar siswa harus sangat diperhatikan dengan cermat, sehingga anak dapat menyerap pembelajaran yang sedang berjalan dengan optimal. Kegiatan pembelajaran matematika yang dianggap sulit oleh siswa dapat berjalan dengan lancar, apabila kita dapat mengetahui permaslahan apa saja yang sering dialami siswa. Dengan itu, kita dapat mencari jalan terbaik untuk membantu siswa dalam memahami dengan baik dan mudah. Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculia). Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan sistem syaraf pusat. Dapat kita temui tidak sedikit orang yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika, dan diantaranya memiliki semangat yang tinggi untuk dapat mempelajari matematika lebih lanjut. Menurut honson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Sehingga banyak orang berpandangan bahwa matematika penting untuk dipelajari dan dipahami lebih lanjut. Kesulitan belajar dan masalah belajar menjadi istilah yang menggambarkan seorang anak mulai mengalami kesulitan belajar di sekolah. Di beberapa negara juga digunakan sebagai sinonim untuk ketidakmampuan belajar. Setiap orang mungkin mengalami kesulitan belajar ringan dan berat, yang disebabkan oleh faktor internal atau eksternal. Anak-anak, yang dilengkapi dengan program pendidikan di bawah hukum federal, berada di sebagian besar negara dibedakan dari anak-anak lain dengan kesulitan belajar pada dua alasan.
  • 2. Pertama, dasar dari masalah skolastik mereka diduga karena beberapa disfungsi neurologis. Kategori LD (Learning Difficult) termasuk anak-anak yang memiliki kesulitan belajar sebagai akibat dari visual, pendengaran atau cacat motor, keterbelakangan mental, gangguan emosi, atau yang merugikan lingkungan, budaya atau ekonomi. Kedua, untuk dapat didiagnosis sebagai "cacat belajar," harus ada perbedaan antara potensi dan prestasi anak. Biasanya 50% perbedaan digunakan sebagai kriteria untuk identifikasi. Perbedaan 50% itu berarti bahwa anak hanya mencapai setengah dari potensinya yang diharapkan. Selain itu, yang harus diketahui adalah hasil belajar matematika yang harus dikuasai siswa meliputi: perhitugan matematis (mathematics calculation) dan penalaran matematis (mathematics reasoning). Menurut Lerner (1988:430) kurikulum bidang matematika hendaknya mencakup tiga elemen, yaitu: konsep, keterampilan dan pemecahan masalah. a. Jenis-jenis Kesulitan Belajar 1) Disleksia Disleksia adalah kombinasi dari kemampuan dan kesulitan, kesulitan mempengaruhi proses belajar dalam aspek bahasa dan berhitung. Ditandai dari kelemahan yang terus-menerus dapat diidentifikasi dalam memori jangka pendek, kecepatan pemrosesan, urutan keterampilan, pendengaran dan persepsi visual, bahasa lisan, dan keterampilan motorik, termasuk masalah membaca, menulis, ejaan, berbicara. Kemampuan berupa kemampuan visuo-spasial (berhubungan dengan bentuk, pola, desain, dan dengan seluruh spektrum warna, serta dengan penempatan dan hubungan objek dalam ruang, termasuk jarak dan arah) yang baik, berpikir kreatif dan pemahaman intuitif. 2) Dyspraxia (Gangguan Integrasi Sensory) Siswa dengan dyspraxia dipengaruhi oleh penurunan nilai dan sering canggung. Keterampilan motorik halus (berkaitan dengan keseimbangan dan koordinasi) dan keterampilan motorik halus (yang berkaitan dengan manipulasi objek) sulit untuk belajar dan sulit untuk mempertahankan belajar. Pengucapan juga terpengaruh dan orang-orang dengan dyspraxia sensitif terhadap suara, cahaya, dan sentuhan. Masalah dengan koordinasi tangan-mata, keseimbangan, dan ketangkasan manual.
  • 3. 3) Dyscalculia Dyscalculia adalah kesulitan belajar yang melibatkan aspek paling dasar dari keterampilan aritmatika. Kesulitannya terletak pada pemahaman, penerimaan, atau produksi informasi kuantitatif dan spasial. Siswa dengan dyscalculia mungkin mengalami kesulitan dalam memahami konsep angka sederhana, kurangnya pemahaman intuitif sebuah angka dan memiliki masalah belajar dalam penjumlahan dan prosedur. Ini dapat berhubungan dengan konsepkonsep dasar seperti mengatakan waktu, menghitung harga, dan mengukur hal-hal seperti suhu dan kecepatan. Jenis Dyscalculia menurut Kosc (1974) ada enam, yaitu: a) Verbal, yaitu kesulitan menggunakan konsep matematika dalam bahasa lisan. Kosc mencatat dua aspek jenis dyscalculia ini: (1) kesulitan mengidentifikasi pengucapan angka (meskipun individu dapat membaca angka), dan (2) kesulitan mengingat nama suatu besaran (walaupun mereka bisa membaca dan menulis nomor). b) Practognostic, yaitu kesulitan memanipulasi atau pencacahan kuantitas. Kesulitan di sini melibatkan mengkonversi aritmatika atau prosedur sehubungan dengan jumlah. c) Lexical, yaitu kesulitan membaca simbol matematika seperti angka. Siswa dengan kesulitan ini dapat berbicara tentang ide-ide matematika dan memahami diskusi lisan mereka namun mengalami kesulitan membaca simbol dan nomor kalimat. d) Grafis, yaitu kesulitan menulis simbol matematika. Siswa dapat memahami ide-ide matematika secara diskusi lisan dan dapat membaca informasi numerik tetapi mengalami kesulitan menulis pemahaman simbolisme matematika. e) Ideognostic, yaitu kesulitan untuk memahami ide-ide yang berhubungan dengan matematika. f) Operasional , yaitu kesulitan melakukan operasi matematika. 4) Dysgraphia Dysgraphia merupakan kesulitan dengan menulis. Masalah dengan tulisan tangan, ejaan, mengorganisasi ide-ide.
  • 4. 5) Auditory Processing Disorder Auditory Processing Disorder merupakan kesulitan mendengar perbedaan antara suara. Masalah dengan membaca, dan pemahaman bahasa. 6) Visual Processing Disorder Visual Processing Disorder merupakan kesulitan menafsirkan informasi visual. Masalah dengan membaca, matematika, peta, grafik, simbol, dan gambar. 7) Attention Difficult Disorder (ADD) Attention Deficit Disorder (ADD) ada dengan atau tanpa hiperaktivitas. Gangguan ini terjadi pada orang yang sering pergi tugas, mengalami kesulitan tertentu dimulai dan beralih tugas bersama-sama dengan rentang perhatian yang sangat pendek dan tingkat tinggi. Mereka gagal menggunakan umpan balik yang yang mereka terima dengan efektif dan mereka memiliki kemampuan mendengarkan yang lemah. Mereka yang hiperaktif dapat bertindak impulsif dan tak menentu, mengalami kesulitan meramalkan hasil, gagal untuk merencanakan ke depan dan menjadi gelisah. Mereka yang tidak memiliki sifat hiperaktif cenderung melamun berlebihan, kehilangan jejak dari apa yang mereka lakukan dan gagal untuk terlibat dalam belajar mereka kecuali mereka sangat termotivasi. Perilaku orang dengan AD (H) D dapat tidak tepat dan tak terduga, sehingga menjadi penghalang untuk belajar lebih lanjut. b. Pendekatan Dalam Pembelajaran Matematika Ada 4 pendekatan yang paling berpengaruh dalam pengajaran matematika, yaitu: urutan belajar yang bersifat perkembangan (developmental learning sequences), belajar tuntas (mastery learning), strategi belajar (learning strategies), pemecahan masalah (problem solving). 1) Pendekatan urutan belajar yang bersifat perkembangan menekankan pada pengukuran kesiapan belajar siswa, penyediaan pengalaman dasar dan keterampilan matematika prasyarat. Pengajaran matematika harus dimulai dari yang konkrit menuju ke semi konkrit dan akhirnya ke abstrak. 2) Pendekatan belajar tuntas menekankan pada pengajaran matematika melalui pembelajaran langsung (direct instruction) dan terstruktur. Langkah- langkahnya adalah sebagai berikut:
  • 5. a) Menentukan sasaran atau tujuan pembelajaran khusus yang dapat diukur dan diamati. Contoh: siswa dapat menuliskan jawaban terhadap 20 soal penjumlahan 1 sampai 10 dalam waktu 10 menit dengan 90% benar. b) Menguraikan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan. c) Menentukan langkah-langkah yang sudah dikuasai oleh siswa. d) Mengurutkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan. 3) Pendekatan strategi belajar memusatkan pada bagaimana belajar matematika (how to learn mathematics). 4) Pendekatan pemecahan masalah menekankan pada pengajaran untuk berfikir tentang cara memecahkan masalah dan pemrosesan informasi. c. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Matematika Menurut Lerner (1981: 35), ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu: adanya gangguan dalam hubungan keruangan, abnormalitas persepsi visual, asosiasi visual motor, perseverasi, kesulitan mengenal dan memahami simbol, gangguan penghayatan tubuh, kesulitan dalam bahasa dan membaca, scor Performance IQ jauh lebih rendah dari pada skor verbal IQ. 1) Gangguan hubungan keruangan Konsep hubungan keruangan seperti atas bawah, puncak dasar, jauh dekat, tinggi rendah, depan belakang, awal akhir umumnya telah dikuasai oleh anak sebelum masuk SD, namun bagi anak berkesulitan belajar matematika memahami konsep-konsep tersebut mengalami kesulitan karena kurang berkomunikasi dan lingkungan sosial kurang mendukung, selain itu juga adanya kondisi intrinsik yang diduga disfungsi otak. Karena adanya gangguan tersebut mungkin anak tidak mampu merasakan jarak angka-angka dan garis bilangan atau penggaris, dan mungkin anak tidak tahu bahwa angka 2 lebih dekat ke angka 3 daripada ke angka 8. 2) Abnormalitas persepsi visual Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan untuk melihat berbagai obyek dalam hubungannya dengan kelompok. Misalnya anak mengalami kesulitan dalam menjumlahkan dua kelompok benda yang terdiri dari tiga dan empat anggota. Anak juga sering tidak mampu membedakan bentuk-bentuk geometri.
  • 6. 3) Asosiasi visual motor Anak berkesulitan belajar matematika sering tidak dapat berhitung benda- benda secara berurutan, anak mungkin baru memegang benda yang kedua tetapi mengucapkan empat. 4) Perseverasi Anak yang perhatiannya melekat pada satu objek dalam waktu relatif lama. Gangguan perhatian semacam itu disebut perseverasi. Pada mulanya anak dapat mengerjakan tugas dengan baik, tetapi lama-kelamaan perhatiannya melekat pada satu objek saja. Contoh: 4 + 3 = 7 4 + 4 = 8 5 + 4 = 8 3 + 6 = 8 5) Kesulitan mengenal dan memahami simbol Anak kesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti (+). (-), (×), (:), (=), (<), (>), gangguan ini dapat disebabkan oleh gangguan memori, dan oleh gangguan persepsi visual. 6) Gangguan penghayatan tubuh Anak berkesulitan belajar matematika juga sering menunjukkan adanya gangguan penghayatan tubuh (body image), anak sulit memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya sendiri, misalnya jika disuruh menggambar tubuh, maka tiadak ada yang utuh. 7) Kesulitan dalam membaca dan bahasa Anak berkesulitan belajar matematika akan mengalami kesulitan dalam memecahkan soal-soal yang berbentuk cerita. 8) Skor PIQ jauh lebih rendah dari VIQ Hasil tes inteligensi dengan menggunakan WISC (Weshler Intelligence Scale for Children) menunjukkan bahwa anak berkesulitan belajar matematika memiliki PIQ (Performance Intelligence Quotient) yang jauh lebih rendah
  • 7. daripada skor VIQ (Verbal Intelligence Quotient). Sub tes verbal mencakup: Informasi, persamaan, aritmetika, perbendaharaan kata, dan pemahaman. Sub tes kinerja mencakup: melengkapi gambar, menyusun gambar, menyusun balok, dan menyusun obyek. 9) Kekeliruan Umum Anak Berkesulitan Belajar Matematika Agar dapat membantu anak berkesulitan belajar matematika, guru perlu memahami berbagai kesalahan umum yang dilakukan anak dalam menyelesaikan tugas-tugas matematika. Menurut Lerner (1981: 367), kekurangan itu meliputi pemahaman tentang: simbol, nilai tempat, perhitungan, penggunaan proses yang keliru, dan tulisan yang tidak terbaca. a) Kekurangan pemahaman tentang simbol Anak-anak pada umumnya tidak terlalu sulit jika dihadapkan pada soal- soal 4+3 = ....., 8 - 6 = ....., tetapi akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada soal-soal seperti 4 + ....= 7, 8 = .....+ 5, atau 8 - .....= 3. Kesulitan semacam ini umumnya karena anak tidak memahami simbol-simbol seperti (=), (+), (-), dsb. Agar anak dapat menyelesaikan soal-soal itu, mereka harus lebih dahulu memahami simbol-simbol tersebut. b) Nilai tempat Ketidakpahaman terhadap nilai tempat banyak ditunjukkan oleh anak-anak seperti berikut: 75 68 27 - 13 + 58 71 c) Perhitungan Ada anak yang belum mengenal dengan baik konsep perkalian, tetapi menghafal perkalian tersebut. Kesalahan tersebut umumnya tampak sebagai berikut: 6 8 7 × 7 × 46 54 Daftar perkalian mungkin dapat membantu memperbaiki kekeliruan anak jika anak telah memahami konsep dasar perkalian.
  • 8. d) Penggunaan proses yang keliru Kekeliruan dalam penggunaan proses penghitungan dapat dilihat pada contoh berikut: 1) Mempertukarkan simbol-simbol 6 15 2 x 3 - 12 18 Jumlah satuan dan puluhan ditulis tanpa memperhatikan nilai tempat 83 66 67 29 + 1410 815 2) Semua digit ditambah bersama 67 58 31 + 12 + 17 16 Anak menghitung 6 + 7 + 3 +1 = 17 dan 5 + 8 + 1 + 2 = 16. 3) Dalam menjumlahkan puluhan digabungkan dengan satuan 68 73 8 + 9 + 166 172 4) Bilangan yang besar dikurangi bilangan yang kecil tanpa memperhatikan nilai tempat 627 761 486 - 489 – 261 328 5) Tulisan yang tidak dapat dibaca Ada anak yang tidak dapat membaca tulisannya sendiri karena bentuk- bentuk hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis. Akibatnya anak banyak mengalami kekeliruan. Daftar Pustaka Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Kesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Mulyadi. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus. Malang : Nuha Litera.