Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut membahas konsep baru kurikulum merdeka yang mengutamakan pembelajaran berdasarkan tingkat kemampuan peserta didik.
2. Terdapat enam fase capaian pembelajaran yang meliputi seluruh jenjang pendidikan dasar dan menengah.
3. Kurikulum merdeka memberikan otonomi lebih besar kepada satuan pendidikan dalam menyusun proses dan materi
2. A. PENGAJARAN SESUAI DENGAN TINGKAT KEMAMPUAN
1. Pendekatan belajar yang berpusat pada
peserta didik berdasarkan tingkat kemampuan
mereka, bukan pada pada tingkatan kelas.
2. Sebagai bentuk implementasi filosofi ajar Ki Hajar
Dewantara yang berpusat pada peserta didik. Peserta
didik lebih kuat kemampuan numerasi dan literasinya
Pengetahuan pada tiap mata pelajaran peserta didik
juga lebih kuat
3. Dalam pembelajaran paradigma baru dilakukan pengelompokan
peserta didik. Peserta didik dikelompokkan berdasarkan fase
perkembangan.
Fase Perkembangan atau tingkatan perkembangan adalah capaian
pembelajaran yang harus dicapai peserta didik. Setiap proses
pembelajaran tersebut disesuaikan dengan karakteristik, potensi,
serta kebutuhan peserta didiknya.
Sekolah Reguler
Fase A: SD Kelas 1-2; Fase B: SD Kelas 3-4; Fase C: SD Kelas 5-6, Fase
D: SMP Kelas 7-9, Fase E: SMA Kelas 10; Fase F: SMA Kelas 11-12
4. Fase F
Jenjang / Kelas : SMA (11-12)
Usia Kronologis : 17-23 tahun
Usia Mental : +- 10 tahun
Kemajuan hasil belajar peserta didik dalam kurikulum merdeka
dilakukan melalui evaluasi pembelajaran atau asesmen.
Peserta didik yang belum mencapai capaian pembelajaran akan
mendapatkan pendampingan dari guru agar tercapai capaian
pembelajarannya
Fase E
Jenjang / Kelas : SMA (10)
Usia Kronologis: 16-17 tahun
Usia Mental : +- 10 tahun
5. B. Tahapan Pembelajaran Dalam Kurikulum Merdeka
1. Asesmen Diagnostik
Guru melakukan asesmen awal untuk mengenali potensi, karakteristik,
kebutuhan, tahap perkembangan, tahap pencapaian pembelajaran, dan hal
mendasar lainnya
2. Perencanaan
Guru menyusun proses pembelajaran sesuai dengan hasil asesmen
diagnostik. Kemudian dilakukan pengelompokkan peserta didik berdasarkan
tingkat kemampuan yang sama atau gaya belajar, minat dan bakat.
3. Pembelajaran
Dalam pembelajaran, guru melakukan asesmen formatif secara berkala. Sebagai proses
evaluasi ketercapaian tujuan pembelajaran, di akhir proses pembelajaran, guru
melakukan asesmen sumatif. Asesmen ini membantu untuk merancang projek
berikutnya bagi peserta didik.
6. C. Pengorganisasian Pelaksanaan Pembelajaran
Untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran paradigma baru, perlu adanya
pembaharuan dalam pengorganisasian pembelajaran. Salah satu caranya adalah dengan
mengatur pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan satuan pendidikan.
2. Kewenangan Satuan Pendidikan
• Visi, misi, dan tujuan sekolah
• Profil pelajar di satuan pendidikan
• Kebijakan lokal terkait kurikulum
• Proses pembelajaran dan asesmen
• Pengembangan KOSP atau KOS
• Pengembangan perangkat ajar
1. Kewenangan Pemerintah Pusat
• Struktur kurikulum
• Profil Pelajar Pancasila
• Capaian pembelajaran
• Prinsip pembelajaran dan
asesmen
7. D. Struktur Kurikulum
Pembelajaran paradigma baru dilakukan dengan penyesuaian kurikulum
ke Kurikulum Merdeka. Struktur kurikulum MERDEKA didasari tiga hal yaitu
berbasis kompetensi, pembelajaran yang fleksibel dan karakter Pancasila.
Selain itu, struktur kurikulum berbasis konteks satuan pendidikan pun kembali
dikuatkan. Beberapa prinsip dalam pengembangan struktur Kurikulum
Merdeka
1. Struktur Minimum
Struktur kurikulum minimum ditetapkan tapi satuan pendidikan
bisa mengembangkan program dan kegiatan tambahan sesuai visi
misi dan juga sumber daya yang tersedia.
8. 2. Otonomi
Kurikulum memberi kemerdekaan pada satuan pendidikan dan
pendidik untuk merancang proses dan materi pembelajaran yang
relevan dan kontekstual.
3. Sederhana
Perubahan yang terjadi adalah seminimal mungkin dengan
beberapa aspek yang berubah secara signifikan dari kurikulum
sebelumnya. Tapi, tujuan, arah perubahan, dan rancangannya jelas
dan mudah dipahami sekolah dan pemangku kepentingan.
4. Gotong Royong
Pengembangan kurikulum dan bahan ajar adalah hasil kolaborasi
puluhan institusi, di antaranya Kementerian Agama, universitas,
sekolah dan lembaga pendidikan lainnya
9. E. Profil Pelajar Pancasila
1. Definisi Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila adalah profil lulusan yang bertujuan
menunjukkan karakter dan kompetensi yang diharapkan diraih dan
menguatkan nilai-nilai luhur Pancasila peserta didik dan para
pemangku kepentingan.
2. Kegunaan Profil Pelajar Pancasila
Menerjemahkan tujuan dan visi pendidikan ke dalam format yang
lebih mudah dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan
pendidikan. Menjadi kompas bagi pendidik dan Pelajar Indonesia
Tujuan akhir segala pembelajaran, program dan kegiatan di satuan
pendidikan
10. 1. Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia
Pelajar Pancasila yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME
diwujudkan dengan akhlak yang baik pada diri sendiri, sesama manusia,
alam, dan negara Indonesia.
2. Berkebinekaan Global
Pelajar Pancasila harus dapat mengenal dan menghargai budaya, serta
mampu berkomunikasi dan berinteraksi antar budaya. Mereka juga mampu
berefleksi dan bertanggung jawab pada pengalaman kebinekaan dan
berkeadilan sosial.
F. Dimensi & Elemen Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila memiliki 6 dimensi dan beberapa elemen di
dalamnya.
11. 3. Mandiri
Pelajar Pancasila yang mandiri memiliki kesadaran akan diri dan situasi yang
dihadapi, serta memiliki regulasi diri.
4. Bergotong Royong
Pelajar Pancasila melakukan gotong royong dengan melakukan kolaborasi,
memiliki kepedulian tinggi, dan berbagi dengan sesama.
5. Bernalar Kritis
Pelajar Pancasila yang bernalar kritis menganalisa dan mengevaluasi semua
informasi maupun gagasan yang diperoleh dengan baik. Mereka juga mampu
mengevaluasi dan merefleksi penalaran dan pemikirannya sendiri.
6. Kreatif
Pelajar Pancasila yang kreatif adalah pelajar yang bisa menghasilkan gagasan, karya, dan
tindakan yang orisinal. Mereka juga memiliki keluwesan dalam berpikir dalam mencari
alternatif solusi permasalahan.
12. G. Penerapan Profil Pelajar Pancasila di Sekolah Penggerak
Profil Pelajar Pancasila adalah karakter dan keseharian yang
dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri individu
setiap pelajar melalui: budaya sekolah, pembelajaran intrakurikuler,
kokurikuler, maupun ekstrakurikuler
1. Budaya Sekolah
Sebagai bagian dari budaya sekolah, dimensi dan elemen dimensi
diintegrasikan ke dalam iklim sekolah, kebijakan, pola interaksi dan
komunikasi, serta norma yang berlaku di sekolah.
13. 2. Pembelajaran Intrakurikuler
Sebagai bagian dari intrakurikuler, dimensi ataupun elemen dimensi
diintegrasikan dalam capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran,
dan atau materi/topik pembelajaran
3
3. Projek Profil Pelajar Pancasila
Sebagai bagian dari projek, dimensi dan elemen dimensi Profil
Pelajar Pancasila diintegrasikan dalam projek yang diberikan.
4. Ekstrakurikuler
Sebagai bagian dari ekstrakurikuler, dimensi dan elemen
dimensi Profil Pelajar Pancasila diintegrasikan dalam
kegiatan yang mengembangkan minat dan bakat.
14. 1. Gaya Hidup Berkelanjutan (SD‒SMA/SMK)
2. Kearifan lokal (SD‒SMA/SMK)
3. Bhinneka Tunggal Ika (SD‒SMA/SMK)
4. Bangunlah Jiwa dan Raganya (SMP‒SMA/SMK)
5. Suara Demokrasi (SMP‒SMA/SMK)
6. Berekayasa dan Berteknologi untuk
Membanguan NKRI (SD‒SMA/SMK)
7. Kewirausahaan (SD‒SMA/SMK
7 Tema Untuk Proyek Penguatan Profil Pancasila
15. H. Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran dikenal juga dengan istilah learning
achievement, achievement standard atau learning outcomes.
Capaian Pembelajaran(CP) merupakan kompetensi pembelajaran
yang harus dicapai peserta didik pada setiap tahap perkembangan
peserta didik untuk setiap mata pelajaran pada satuan pendidikan
dasar dan menengah.
Capaian pembelajaran memuat sekumpulan kompetensi dan
lingkup materi yang disusun secara komprehensif dalam bentuk
narasi.
Model alternatif ini berfokus pada apa yang diharapkan dari siswa
yang harus dilakukan di akhir modul atau program. Oleh karena itu,
pendekatan ini biasa disebut sebagai pendekatan berbasis hasil.
16. Capaian Pembelajaran (CP) terdiri dari 6 fase (A-F) atau tahapan
CP meliputi seluruh jenjang pendidikan dasar dan menengah (SD,
SMP, SMA), sedangkan untuk SLB capaian pembelajaran didasarkan
pada usía mental yang ditetapkan berdasarkan hasil asesmen.
Khusus untuk PAUD, istilah capaian pembelajaran mengacu kepada
capaian perkembangan bukan capaian pembelajaran. Mengingat
pembelajaran di PAUD berbasis pada enam aspek perkembangan
kognitif, sosial emosi, bahasa, fisik dan motorik serta seni. Aspek-
aspek inilah yang menjadi satu kesatuan dalam pembelajaran.
17. I. Konsep Alur Tujuan Pembelajaran
1. Jika capaian pembelajaran adalah kompetensi yang diharapkan dapat
dicapai siswa di akhir fase, maka Alur Tujuan Pembelajaran adalah
rangkaian tujuan pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan logis
di dalam fase pembelajaran.
2. Alur menjadi panduan guru dan siswa untuk mencapai capaian
pembelajaran di akhir suatu fase.
3. Tujuan pembelajaran disusun secara kronologis berdasarkan urutan
pembelajaran dari waktu ke waktu.
4. Guru dapat menyusun alur pembelajaran masing-masing, yang terdiri dari
rangkaian tujuan pembelajaran.
5. Pemerintah akan menyediakan beberapa set alur pembelajaran yang siap
digunakan dan membuat panduan untuk penyusunan perangkat ajar.
18. J. Konsep Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah deskripsi pencapaian tiga aspek kompetensi
yakni pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh siswa dalam satu
atau lebih kegiatan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran disusun secara kronologis berdasarkan urutan
pembelajaran dari waktu ke waktu yang menjadi prasyarat menuju capaian
pembelajaran.
Secara operasional, komponen tujuan pembelajaran dapat memuat tiga
aspek berikut ini:
1. Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan yang dapat didemonstrasikan oleh siswa
atau diaktualisasikan dalam bentuk produk atau kinerja (abstrak dan
konkret). ini dibutuhkan untuk menunjukkan siswa telah berhasil mencapai
tujuan pembelajaran.
19. 2. Konten
Konten adalah ilmu pengetahuan inti atau konsep utama
yang diperoleh siswa melalui pemahaman selama proses
pembelajaran di akhir satu unit pembelajaran.
3. Variasi
Variasi adalah sebuah keterampilan berpikir apa saja yang
perlu dikuasai siswa untuk dapat mencapai tujuan
pembelajaran. Penggunaan keterampilan berpikir kreatif,
kritis, dan tingkat tinggi, seperti mengevaluasi, menganalisis,
memprediksi, menciptakan, dan lain sebagainya.
20. Contoh:
Menjelaskan hukum Newton dengan menggunakan kata-kata
sendiri dan menceritakan fenomena dalam keseharian yang
menggambarkan hukum Newton.
Catatan:
Kompetensi (Kata kerja yang menunjukkan keterampilan/ aksi) ->
menjelaskan, menceritakan
Konten (materi yang dipelajari) -> hukum Newton
Variasi (penggunaan keterampilan berpikir kreatif, kritis, dan
tingkat tinggi) -> dengan kata-kata sendiri
21. K. Konsep Dan Komponen Modul Ajar
1. Konsep Modul Ajar
Modul ajar merupakan salah satu jenis perangkat ajar.
Satuan pendidikan yang menggunakan modul ajar yang disediakan
pemerintah, maka modul ajar tersebut dapat dipadankan
dengan RPP Plus, karena modul ajar tersebut memiliki komponen
yang lebih lengkap dibanding RPP.
Jika satuan pendidikan mengembangkan modul ajar secara mandiri,
maka modul ajar tersebut dapat dipadankan dengan RPP.
Satuan pendidikan dapat menggunakan berbagai perangkat ajar
termasuk modul ajar atau RPP dengan kelengkapan komponen dan
format yang beragam sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
peserta didik.
22. 2. Tujuan pengembangan modul ajar
Mengembangkan perangkat ajar yang memandu
pendidik melaksanakan pembelajaran.
Pendidik memiliki kemerdekaan untuk: memilih atau
memodifikasi modul ajar yang sudah disediakan
pemerintah untuk menyesuaikan modul ajar dengan
karakteristik peserta didik, atau menyusun sendiri
modul ajar sesuai dengan karakteristik peserta didik.
23. L.Kriteria yang harus dimiliki modul ajar adalah:
1. Esensial: Pemahaman konsep dari setiap mata pelajaran melalui
pengalaman belajar dan lintas disiplin.
2. Menarik, bermakna dan menantang: Menumbuhkan minat
untuk belajar dan melibatkan peserta didik secara aktif dalam
proses belajar. Berhubungan dengan pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki sebelumnya sehingga tidak terlalu
kompleks, namun juga tidak terlalu mudah untuk tahap usianya.
3. Relevan dan kontekstual: Berhubungan dengan pengetahuan
dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya, dan sesuai dengan
konteks waktu dan tempat peserta didik berada.
4. Berkesinambungan: Keterkaitan alur kegiatan pembelajaran
sesuai dengan fase belajar peserta didik.
24. HAL UTAMA YANG PERLU DIPERSIAPKAN
Guru
Sekolah
1.Regulasi
2.KOSP
3.Modul Projek
Penguatan P-3
1.Perangkat Ajar
2.Prinsip
Pembelajaran
3.Asesmen