PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
Materi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SMPN 20 Surakarta 2022-2023.pptx
1. PROJEK PENGUATAN
PROFIL PELAJAR PANCASILA
SOSIALISASI SMP NEGERI 20 SURAKARTA
Sosialisasi Kurikulum untuk Pemulihan Pembelajaran 2022
2. Pentingnya projek penguatan profil pelajar Pancasila
Apa pentingnya projek penguatan
profil pelajar Pancasila?
3. M
T
W
T
F
Projek penguatan profil pelajar Pancasila
memberikan kesempatan kepada siswa
untuk “mengalami pengetahuan” sebagai
proses penguatan karakter sekaligus
kesempatan untuk belajar dari lingkungan
sekitarnya. Dalam projek penguatan ini,
siswa memiliki kesempatan untuk mengupas
dan memahami tema-tema atau isu penting
seperti perubahan iklim, anti radikalisme,
kesehatan mental, budaya, wirausaha,
teknologi dll., sehingga siswa bisa
melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-
isu tersebut sesuai dengan tahapan belajar
dan kebutuhannya. Tema ini dapat berubah
setiap tahunnya, ditentukan oleh
pemerintah pusat (Kemdikbud) berdasarkan
isu yang diprioritaskan.
Sumber: OECD (2018)
“... perlulah anak-anak [Taman Siswa] kita
dekatkan hidupnya kepada perikehidupan
rakyat, agar supaya mereka tidak hanya
memiliki ‘pengetahuan’ saja tentang
hidup rakyatnya, akan tetapi juga dapat
‘mengalaminya’ sendiri, dan kemudian
tidak hidup berpisahan dengan
rakyatnya.”
4. Latar Belakang projek penguatan profil pelajar Pancasila
• Dalam penguatan karakter dan kompetensi umum (transversal atau general competences),
penting bagi siswa belajar lintas ilmu. Namun demikian, pembelajaran berbasis projek ini
belum menjadi kebiasaan di kebanyakan sekolah di Indonesia, sehingga perlu dukungan
kebijakan pusdat.
• Projek penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah terjemahan dari pengurangan beban
belajar di kelas (intrakurikuler) sebagaimana rekomendasi kajian-kajian internasional, agar
siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk belajar di setting yang berbeda (less formal,
less structured, more interactive, engaged in community)
• Siswa perlu lebih peka terhadap isu-isu terkait SDGs. Mengeksplorasi isu tersebut lebih
banyak di luar mata pelajaran dalam bentuk projek memberikan ruang lebih besar untuk
mengenali, memahami, dan mendalami isu tersebut. Diharapkan, siswa dapat menjadi
warga Indonesia dan warga dunia yang bertanggung jawab dan aktif berkontribusi
5. “Konsep karakter yang
lebih kompleks
terbangun sebagai hasil
sintesis beberapa
dimensi, sebagai contoh
konsep nasionalisme”
dikutip dari naskah
akademik
Nasionalisme terbangun dalam diri pelajar Indonesia
sebagai buah dari perkembangan elemen sekurang-
kurangnya dari 3 (tiga) dimensi: elemen Akhlak bernegara
dalam dimensi (1) Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan Berakhlak Mulia, kepedulian pada sesama
yang merupakan bagian dari dimensi (2) Bergotong
Royong, serta dimensi (3) Berkebinekaan Global.
Pelajar Indonesia terbangun identitas dirinya secara
matang dan memiliki nilai-nilai nasionalisme yang
tertanam kuat, seiring dengan terbangunnya rasa
kemanusiaan. Dengan demikian, kecintaannya pada tanah
air serta tekadnya untuk membela keutuhan bangsa dan
Negara Indonesia berkembang sejalan dengan
kesadarannya bahwa ia adalah bagian dari warga dunia
yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan universal.
Keseimbangan identitas diri sebagai warga negara yang
nasionalis dan warga dunia yang humanis mendorong
pelajar Indonesia memiliki jati diri yang kuat dalam
merepresentasikan budaya luhur bangsanya, terbuka,
inklusif, dan siap berkontribusi untuk memajukan
bangsanya dan dunia
6. Penerapan profil pelajar
Pancasila di sekolah
Profil Pelajar Pancasila
adalah karakter dan
kemampuan yang
dibangun dalam
keseharian dan
dihidupkan dalam diri
Budaya Sekolah
Iklim sekolah, kebijakan,
pola interaksi dan
komunikasi, serta norma
yang berlaku di sekolah
Intrakurikuler
Muatan Pelajaran
Kegiatan/ pengalaman
belajar
Projek untuk
penguatan Profil
Pelajar Pancasila
Pembelajaran berbasis
projek yang kontekstual
dan interaksi dengan
lingkungan sekitar
Ekstrakurikuler
Kegiatan untuk
mengembangkan minat
dan bakat
Pelajar
Indonesia
7. Projek penguatan profil pelajar Pancasila merupakan kegiatan kokurikuler
berbasis projek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian
kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang disusun
berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Pelaksanaan projek penguatan
profil pelajar Pancasila dilakukan secara fleksibel, dari segi muatan, kegiatan,
dan waktu pelaksanaan.
Projek penguatan profil pelajar Pancasila dirancang terpisah dari
intrakurikuler. Tujuan, muatan, dan kegiatan pembelajaran projek tidak harus
dikaitkan dengan tujuan dan materi pelajaran intrakurikuler.
Satuan pendidikan dapat melibatkan masyarakat dan/atau dunia kerja untuk
merancang dan menyelenggarakan projek penguatan profil pelajar Pancasila.
Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila
8. Prinsip projek penguatan profil pelajar Pancasila
Apa saja prinsip projek
penguatan profil pelajar
Pancasila?
10. Prinsip-prinsip kunci projek penguatan profil pelajar Pancasila
Holistik
Holistik bermakna memandang sesuatu secara utuh dan
menyeluruh, tidak parsial atau terpisah-pisah. Dalam
konteks perancangan Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila, kerangka berpikir holistik mendorong kita
untuk menelaah sebuah tema secara utuh dan melihat
keterhubungan dari berbagai hal untuk memahami
sebuah isu secara mendalam. Oleh karenanya, setiap tema
projek yang dijalankan bukan merupakan sebuah wadah
tematik yang menghimpun beragam mata pelajaran,
namun lebih kepada wadah untuk meleburkan beragam
perspektif dan konten pengetahuan secara terpadu. Di
samping itu, cara pandang holistik juga mendorong kita
untuk dapat melihat koneksi yang bermakna antar
komponen dalam pelaksanaan projek, seperti murid, guru,
sekolah, masyarakat, dan realitas kehidupan sehari-hari.
11. Prinsip-prinsip kunci projek penguatan profil pelajar Pancasila
Kontekstual
Prinsip kontekstual berkaitan dengan upaya mendasarkan
kegiatan pembelajaran pada pengalaman nyata yang
dihadapi dalam keseharian. Prinsip ini mendorong guru
dan murid untuk dapat menjadikan lingkungan sekitar dan
realitas kehidupan sehari-hari sebagai bahan utama
pembelajaran. Oleh karenanya, sekolah sebagai
penyelenggara kegiatan projek harus membuka ruang dan
kesempatan bagi murid untuk dapat mengeksplorasi
berbagai hal di luar lingkup sekolah. Tema-tema projek
yang disajikan sebisa mungkin dapat menyentuh
persoalan lokal yang terjadi di daerah masing-masing.
Dengan mendasarkan projek pada pengalaman nyata
yang dihadapi dalam keseharian, diharapkan murid dapat
mengalami pembelajaran yang bermakna untuk secara
aktif meningkatkan pemahaman dan kemampuannya.
12. Prinsip-prinsip kunci Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Berpusat Pada Peserta
Didik
Prinsip berpusat pada murid berkaitan dengan skema
pembelajaran yang mendorong murid untuk menjadi
subjek pembelajaran yang aktif mengelola proses
belajarnya secara mandiri. Guru diharapkan dapat
mengurangi peran sebagai aktor utama kegiatan belajar
mengajar yang menjelaskan banyak materi dan
memberikan banyak instruksi. Sebaliknya, guru sebaiknya
menjadi fasilitator pembelajaran yang memberikan
banyak kesempatan bagi murid untuk mengeksplorasi
berbagai hal atas dorongannya sendiri. Harapannya,
setiap kegiatan pembelajaran dapat mengasah
kemampuan murid dalam memunculkan inisiatif serta
meningkatkan daya untuk menentukan pilihan dan
memecahkan masalah yang dihadapinya.
13. Prinsip-prinsip kunci projek penguatan profil pelajar Pancasila
Eksploratif
Prinsip eksploratif berkaitan dengan semangat untuk
membuka ruang yang lebar bagi proses inkuiri dan
pengembangan diri. Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila tidak berada dalam struktur intrakurikuler yang
terkait dengan berbagai skema formal pengaturan mata
pelajaran. Oleh karenanya projek ini memiliki area
eksplorasi yang luas dari segi jangkauan materi pelajaran,
alokasi waktu, dan penyesuaian dengan tujuan
pembelajaran. Namun demikian,
diharapkan pada perencanaan dan pelaksanaanya, guru
tetap dapat merancang kegiatan projek secara sistematis
dan terstruktur agar dapat memudahkan pelaksanaannya.
Prinsip eksploratif juga diharapkan dapat mendorong
peran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila untuk
menggenapkan dan menguatkan kemampuan yang sudah
murid dapatkan dalam pelajaran intrakurikuler.
14. Dimensi projek penguatan profil pelajar Pancasila
Apa saja dimensi projek
penguatan profil pelajar
Pancasila?
15. Dimensi dan elemen
profil pelajar Pancasila
Beriman,
bertakwa kepada
Tuhan YME, dan
berakhlak mulia
Berkebinekaan
Global
Bergotong
royong
Mandiri Bernalar Kritis Kreatif
Akhlak beragama
Akhlak pribadi
Akhlak kepada
manusia
Akhlak kepada alam
Akhlak bernegara
Mengenal dan
menghargai budaya
bangsa Indonesia
dan dunia
Komunikasi dan
interaksi antar
budaya
Refleksi dan
tanggung jawab
terhadap
pengalaman
kebinekaan
Berkeadilan sosial
Kolaborasi
Kepedulian
Berbagi
Pemahaman diri dan
situasi
Regulasi diri
Memperoleh dan
memproses
informasi dan
gagasan
Menganalisis dan
mengevaluasi
penalaran
Merefleksi dan
mengevaluasi
pemikirannya
sendiri
Menghasilkan
gagasan yang
orisinal
Menghasilkan karya
dan tindakan yang
orisinal
Memiliki keluwesan
berpikir dalam
mencari alternatif
solusi permasalahan
16. Akhlak beragama
Pelajar Pancasila mengenal sifat-sifat Tuhan dan
menghayati bahwa inti dari sifat- sifat-Nya
adalah kasih dan sayang. Ia juga sadar bahwa
dirinya adalah makhluk yang mendapatkan
amanah dari Tuhan sebagai pemimpin di muka
bumi yang mempunyai tanggung jawab untuk
mengasihi dan menyayangi dirinya, sesama
manusia dan alam, serta menjalankan perintah
dan menjauhi larangan-Nya. Pelajar Pancasila
senantiasa menghayati dan mencerminkan
sifat-sifat Ilahi tersebut dalam perilakunya di
kehidupan sehari-hari. Penghayatan atas sifat-
sifat Tuhan ini juga menjadi landasan dalam
pelaksanaan ritual ibadah atau sembahyang
sepanjang hayat. Pelajar Pancasila juga aktif
mengikuti acara-acara keagamaan dan ia terus
mengeksplorasi guna memahami secara
mendalam ajaran, simbol, kesakralan,struktur
keagamaan, sejarah, tokoh penting dalam
agama dan kepercayaannya serta kontribusi hal-
hal tersebut bagi peradaban dunia.
1. Dimensi Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang MahaEsa,dan Berahlak Mulia
17. Akhlak Pribadi
Akhlak yang mulia diwujudkan dalam rasa sayang dan
perhatian pelajar kepada dirinya sendiri. Ia menyadari
bahwa menjaga kesejahteraan dirinya penting dilakukan
bersamaan dengan menjaga orang lain dan merawat
lingkungan sekitarnya. Rasa sayang, peduli, hormat, dan
menghargai diri sendiri terwujud dalam sikap integritas,
yakni menampilkan tindakan yang konsisten dengan apa
yang dikatakan dan dipikirkan.
Karena menjaga kehormatan dirinya, Pelajar Pancasila
bersikap jujur, adil, rendah hati, bersikap serta
berperilaku dengan penuh hormat. Ia selalu berupaya
mengembangkan dan mengintrospeksi diri agar menjadi
pribadi yang lebih baik setiap harinya. Sebagai wujud
merawat dirinya, Pelajar Pancasila juga senantiasa
menjaga kesehatan fisik, mental, dan spiritualnya dengan
aktivitas olahraga, aktivitas sosial, dan aktivitas ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing- masing.
Karena karakternya ini, ia menjadi orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, serta berkomitmen untuk setia pada ajaran
agama dan kepercayaannya serta nilai-nilai kemanusiaan
18. Akhlak Manusia
Sebagai anggota masyarakat, Pelajar Pancasila
menyadari bahwa semua manusia setara di hadapan
Tuhan. Akhlak mulianya bukan hanya tercermin
dalam rasa sayangnya pada diri sendiri tetapi juga
dalam budi luhurnya pada sesama manusia. Dengan
demikian ia mengutamakan persamaan dan
kemanusiaan di atas perbedaan serta menghargai
perbedaan yang ada dengan orang lain.
Pelajar Pancasila mengidentifikasi persamaan dan
menjadikannya sebagai pemersatu ketika ada
perdebatan atau konflik. Ia juga mendengarkan
dengan baik pendapat yang berbeda dari
pendapatnya, menghargainya, dan menganalisisnya
secara kritis tanpa memaksakan pendapatnya
sendiri. Pelajar Pancasila adalah pelajar yang
moderat dalam beragama. Ia menghindari
pemahaman keagamaan dan kepercayaan yang
eksklusif dan ekstrim, sehingga ia menolak
prasangka buruk, diskriminasi, intoleransi, dan
kekerasan terhadap sesama manusia baik karena
perbedaan ras, kepercayaan, maupun agama.
19. Akhlak Alam
Sebagai bagian dari lingkungan, Pelajar Pancasila
mengejawantahkan akhlak mulianya dalam
tanggung jawab, rasa sayang, dan peduli terhadap
lingkungan alam sekitar. Pelajar Pancasila menyadari
bahwa dirinya adalah salah satu di antara bagian-
bagian dari ekosistem bumi yang saling
mempengaruhi. Ia juga menyadari bahwa sebagai
manusia, ia mengemban tugas dalam menjaga dan
melestarikan alam sebagai ciptaan Tuhan.
Hal tersebut membuatnya menyadari pentingnya
merawat lingkungan sekitar sehingga ia menjaga
agar alam tetap layak dihuni oleh seluruh makhluk
hidup saat ini maupun generasi mendatang. Ia tidak
merusak atau menyalahgunakan lingkungan alam,
serta mengambil peran untuk menghentikan
perilaku yang merusak dan menyalahgunakan
lingkungan alam. Pelajar Pancasila juga senantiasa
reflektif, memikirkan, dan membangun kesadaran
tentang konsekuensi atau dampak dari perilakunya
terhadap lingkungan alam.
20. Akhlak Bernegara
Pelajar Pancasila memahami serta menunaikan hak
dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik
serta menyadari perannya sebagai warga negara. Ia
menempatkan kemanusiaan, persatuan,
kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara
sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi. Akhlak pribadinya mendorong Pelajar
Pancasila untuk peduli dan membantu sesama,
untuk bergotong-royong. Ia juga mengutamakan
musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama, sebagai dampak dari akhlak
pribadinya dan juga akhlaknya terhadap sesama.
Keimanan dan ketakwaannya juga mendorongnya
untuk aktif menghadirkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia sebagai wujud cinta yang
dimilikinya untuk negara.
21. Mengenal dan menghargai budaya
Pelajar Pancasila mengenali, mengidentifikasi,
dan mendeskripsikan berbagai macam
kelompok berdasarkan perilaku, jenis kelamin,
cara komunikasi, dan budayanya, serta
mendeskripsikan pembentukan identitas dirinya
dan kelompok, juga menganalisis bagaimana
menjadi anggota kelompok sosial di tingkat
lokal, regional, nasional, dan global.
2. Dimensi Berkebhinekaan Global
22. Kemampuan komunikasi interkultural
dan berinteraksi dengan sesama
Pelajar Pancasila berkomunikasi dengan budaya
yang berbeda dari dirinya secara setara dengan
memperhatikan, memahami, menerima
keberadaan, dan menghargai keunikan setiap
budaya sebagai sebuah kekayaan perspektif
sehingga terbangun kesalingpahaman dan
empati terhadap sesama.
23. Refleksi dan tanggung jawab terhadap
pengalaman kebhinekaan
Pelajar Pancasila secara reflektif memanfaatkan
kesadaran dan pengalaman kebinekaannya agar
terhindar dari prasangka dan stereotip terhadap
budaya yang berbeda, termasuk perundungan,
intoleransi dan kekerasan, dengan mempelajari
keragaman budaya dan mendapatkan
pengalaman dalam kebinekaan. Hal ini
membuatnya menyelaraskan perbedaan budaya
agar tercipta kehidupan yang setara dan
harmonis antarsesama.
24. Kesadaran akan diri dan situasi yang
dihadapi
Pelajar Pancasila yang mandiri senantiasa
melakukan refleksi terhadap kondisi dirinya dan
situasi yang dihadapi mencakup refleksi
terhadap kondisi diri, baik kelebihan maupun
keterbatasan dirinya, serta situasi dan tuntutan
perkembangan yang dihadapi. Hal ini akan
membuat ia mengenali dan menyadari
kebutuhan pengembangan dirinya yang sesuai
dengan perubahan dan perkembangan yang
terjadi. Kesadaran tersebut akan membantunya
untuk dapat menetapkan tujuan pengembangan
diri yang sesuai dengan kondisi diri dan situasi
yang dihadapi, memilih strategi yang sesuai,
serta mengantisipasi tantangan dan hambatan
yang mungkin terjadi.
4. Dimensi Mandiri
25. Regulasi diri
Pelajar Pancasila mengenali, mengidentifikasi, dan
mendeskripsikan berbagai macam kelompok Pelajar
Pancasila yang mandiri mampu mengatur pikiran, perasaan,
dan perilaku dirinya untuk mencapai tujuan belajar dan
pengembangan dirinya baik di bidang akademik maupun
non akademik. Ia mampu menetapkan tujuan
pengembangan dirinya serta merencanakan strategi untuk
mencapainya dengan didasari penilaian atas kemampuan
dirinya dan tuntutan situasi yang dihadapinya.
Pelaksanaanaktivitas pengembangan diri dapat dikendalikan
olehnya sekaligus menjaga perilaku dan semangat agar
tetap optimal untuk mencapai tujuan pembelajarannya.
Iasenantiasa memantau dan mengevaluasi upaya yang
dilakukan dan hasil yangdicapainya. Ketika menemui
permasalahan dalam belajar, ia tidak mudah menyerah dan
akan berusaha mencari strategi atau metode yang lebih
sesuai untuk menunjang keberhasilan pencapaian
tujuannya. perilaku, jenis kelamin, cara komunikasi, dan
budayanya, serta mendeskripsikan pembentukan identitas
dirinya dan kelompok, juga menganalisis bagaimana
menjadi anggota kelompok sosial di tingkat lokal, regional,
nasional, dan global.
26. REFLEKSI
Apa hal baru yang anak-anak pelajari mengenai Dimensi Beriman, Bertakwa
kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia?
1. Peserta didik diminta untuk menulis pendapatnya tentang hal baru yang di pelajari
dalam sebuah stiknote yang dibagikan oleh Ibu dan Bapak guru.
2. Peserta didik menempelkan hasil refleksi ke papan tulis, dan Ibu atau Bapak guru
mendokumentasikan hasilnya dalam bentuk gambar atau foto.
3. Ibu dan Bapak guru dapat mengambil nilai dari hasil refleksi tersebut sebagai hasil
asesmen sumatif.
27. REFLEKSI
Apa pengalaman anak-anak yang paling berkesan ketika berinteraksi dengan
budaya atau Bahasa yang berbeda?Bagaimana anak-anak menangkap hal positif
dari hal tersebut?
1. Peserta didik diminta untuk menulis pendapatnya tentang hal baru yang di pelajari
dalam sebuah stiknote yang dibagikan oleh Ibu dan Bapak guru.
2. Peserta didik menempelkan hasil refleksi ke papan tulis, dan Ibu atau Bapak guru
mendokumentasikan hasilnya dalam bentuk gambar atau foto.
3. Ibu dan Bapak guru dapat mengambil nilai dari hasil refleksi tersebut sebagai hasil
asesmen sumatif.
28. REFLEKSI
Saat ini, Apakah anak-anak sudah bersikap mandiri sebagai seorang pelajar?
Silahkan tuliskan satu hal/kegiatan yang mencerminkan sikap mandiri.
1. Peserta didik diminta untuk menulis pendapatnya tentang hal baru yang di pelajari
dalam sebuah stiknote atau sebuah kertas yang dibagikan oleh Ibu dan Bapak guru.
2. Peserta didik menempelkan hasil refleksi ke papan tulis, dan Ibu atau Bapak guru
mendokumentasikan hasilnya dalam bentuk gambar atau foto.
3. Ibu dan Bapak guru dapat mengambil nilai dari hasil refleksi tersebut sebagai hasil
asesmen sumatif.