2. Siapakah Advokat
• Menurut Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat.
Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di
luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-undang
ini (UU Advokat).
• Menurut Pasal 1 huruf a Kode Etik Advokat
Advokat adalah orang yang berpraktik memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di
luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan undang-undang yang
berlaku, baik sebagai Advokat, Pengacara, Penasihat Hukum, Pengacara praktik ataupun
sebagai konsultan hukum.
3. Pengawasan Advokat
Dalam Pasal 12 ayat (1) Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat
menyatakan, bahwa:
• Pengawasan terhadap seorang Advokat dilakukan oleh Organisasi Advokat.
Di dalam ayat (2) dengan masih menggunakan Pasal yang sama mengatakan bahwa:
• Pengawasan tersebut bertujuan agar Advokat dalam menjalankan profesinya selalu
menjunjung tinggi kode etik profesi Advokat dan peraturan perundang-undangan.
4. Hubungan Advokat dengan Klien
Hubungan paling dasar antara Advokat dengan Kliennya adalah saling percaya, di mana seorang
klien percaya bahwa Advokat menangani dan melindungi kepentingan dari kliennya dengan
profesional dan penuh keahlian, memberikan nasihat-nasihat yang benar, serta tidak akan
melakukan hal-hal yang akan merugikan kepentingannya tersebut.
Selain itu hubungan antara Advokat dengan Klien juga di atur dalam Kode Etik Advokat Indonesia,
tepatnya dalam Pasal 4 huruf a-j.
6. Advokat Profesi Terhormat, Bebas, dan
Mandiri
• Pasal 5 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat, menyatakan:
Advokat berstatus sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh hukum dan
peraturan perundang-undangan.
• Pasal 8 huruf a Kode Etik Advokat Indonesia, menyatakan bahwa:
Profesi Advokat adalah profesi yang mulia dan terhormat (officium nobile), dan karenanya dalam
menjalankan profesi selaku penegak hukum di pengadilan sejajar dengan Jaksa dan Hakim, yang
dalam melaksanakan profesinya berada di bawah perlindungan hukum, undang-undang dan
Kode Etik Advokat Indonesia.
7. Pertumbuhan Kantor Advokat
Perkembangan Kantor Advokat, dapat di lihat dari pembagian kantor di bawah ini:
1. Praktisi Tunggal (Sole Practitioner), Biasanya advokat ini bekerja sendiri dan menjadi pemimpin
bagi dirinya sendiri.
2. Kantor Butik (Boutiqe Firm), Kantor dengan ukuran kecil dari segi jumlah advokat dan
memfokuskan diri pada bidang praktik atau spesialisasi tertentu.
3. Kantor Kecil (Small Firm), Kantor hukum model ini hanya memiliki 15 advokat atau bahkan
kurang.
4. Kantor Menengah (Medium-Size Firm), Kantor hukum menengah biasanya terdiri dari 15
hingga 75 advokat.
5. Kantor Besar (Large Firm), Kantor hukum besar biasanya memiliki lebih dari 75 advokat, serta
memiiki berbagai bidang jasa, baik mencakup litigasi maupun non-litigasi.
8. Area Praktik dan Bidang Kerja Advokat
Area praktik dari Seorang Advokat adalah seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia, hal
tersebut di tegaskan dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang
Advokat.
Bidang Kerja dari seorang Advokat di sesuaikan dengan spesialisasi dari Advokat itu sendiri, ada
yang berfokus pada Pidana, Perdata, Tata Negara, Pajak, dsb. Dalam setiap Kantor Advokat
biasanya memiliki 1 (satu) Advokat yang berfokus pada spesialisasi tersebut.