Hukum islam tentang penggunaan rok mini dan celana mini
1. HUKUM ISLAM TENTANG PENGGUNAAN ROK MINI DAN CELANA MINI
Oleh: HUDA, M.Pd.I
Guru SMKN 16 Samarinda
Model celana mini atau yang disebut dengan istilah hotpants berasal dari Eropa
pada abad 19. Ketika itu celana mini dipakai anak-anak. Bagi pria dan wanita dewasa tidak
mengenakannya karena ikatan norma. Pada tahun 1930−an hotpants merambah
penggunaannya, yaitu untuk berolah raga, berenang. Ketika itu wanita-wanita jalang Eropa
menggunakan rok mini karena dianggap dapat menampakkan bagian paha lebih seksi. Pada
tahun 1970−an para wanita jalang mulai mengganti rok mininya.
Di Indonesia, hotpants ini pada awalnya dikenalkan oleh penari latar yang sering
muncul di televisi pada tahun 19980-an. Kemudian banyak artis yang mulai menggunakan
hotpants untuk acara shownya, sehingga jadilah trend dan fenoma di masyarakat.
Kini wanita Indonesia banyak yang mengenakan pakaian ala pakaian penajaja cinta
dan artis tak berbudaya itu dan dapat kita jumpai di jalan, di mall, di televisi dan di
berbagai tempat lainnya. Banyak pentas hiburan dangdut di televisi yang penyanyinya
mengenakan rok mini. Seiring dengan goyangan pinggul dari sang penyanyi, rok mini yang
dikenakanpun juga ikut tersingkap dan melambai hingga aurat sang penyanyi makin luas
terbuka. Perilaku berpakaian mini dari para penampil di televisi ini mengilhami penyanyi
kampung menggila buka aurat dalam hiburan orkes dangdut yang digelar saat acara
pernikahan. Penyanyi kampung berjoget dan jingkrak-jingkrak bagai cacing kepanasan
seraya mengangkat kaki sebelahnya hingga ngangkang yang dapat dimaknai sebagai
persilahan kepada penonton agar menikmati pemandangan tubuhnya yang dibuka itu.
Para pengguna pakaian mini beserta sederetan pihak yang terlibat dalam
penggunaanya, para pengusung liberalisme serta para pembela kesamaan jender yang
merestui penggunaan rok mini/celana mini tersebut adalah menjatuhkan harkat dan
martabat wanita itu sendiri dan bibit penyakit yang mengerogoti moral masyarakat
Indonesia menuju kehancuran bangsa. Karena dari wanita-wanita bejat inilah akan lahir
maksiyat-makisyat lain yang lebih besar.
Harusnya wanita Indonesia umumnya dan Muslimah khususnya bertobat dengan penuh
kesadaran bahwa mengenakan rok mini/celana mini bukanlah pakaian yang layak bagi
makhluk semulya wanita dan haram hukum mengenakannya. Berpakaianlah yang terpuji,
sesuai syariat Islam sebagaimana yang telah ditetapkan dalam al-Qur’an dan al-H{adi>s.
Dalil pertama:
ىِنَبياًساَبِل ْمُكْيَلَعَانْل َزْنَأْدَق َمَداَءْمُكِتاَء ْوَس ى ِار َوُيُاسَبِل َو اًشْي ِر َوى َوْقَّتال. ...ٌْريَخ َكِلاَذ
:(أألعراف7:26)
Terjemah “Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan dan pakaian takwa, itulah yang
paling baik... . (QS. al-A‘ra>f : 7: 26).
Kalimat “pakaian untuk menutup auratmu” dalam arti ayat diatas menjelaskan
bahwa fungsi pakain itu untuk menutup aurat. Karena itu rok mini/celana mini bukan
kriteria pakain karena tidak dapat menutup aurat.
Dalil ke dua:
َنْيِنْدُي َنْيِنِؤْمُمْال ِاءَسِن َو َكِتَانَب َو َك ِاج َوْزَ ِأل ْلُق ُّيِبَّناألَهُّيَأَيِهْيَلَعَّنِبلَج ْنِمـْيـِبـِهـ... َّن.(أألحزاب:33:59)
2. Terjemah “Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka" ... . (QS. al-Ah}za>b :33: 59)
Ayat diatas sejalan dengan ayat sebelumnya, yaitu perintah menggunakan jilbab
agar menutup aurat. Bukan perintah pamer kaki, pamer paha dan mengumbar aurat. Karena
itu mengenakan rok mini/celana mini adalah dilarang.
Dalil ke tiga:
َق ،اَمُه َرَأ ْمَل ِارَّنال ِلْهَأ ْنِم ِانَفْن ِص : م ص ِهلل ُُلْوُس َر َالَق : َلاَق ُهْنَع ُهللا َي ِض َر َتَرْي َرُه ْيِبَأ ْنَعْمُهَََم مْو
ِرَقَبْال ِبَانْذَأَك اطَيِسِتْخُبْال ِةَمِنْسَأَك َّنُهُس ْؤوُر ة ََلِئ اَم ة ََلْيِمُم اطَي ِارَع اطَيِاسَك اءَسِن َو ، َاسَّنال اَهِب َن ْوُب ِرْضَي
(رو .اَذَكَو اَذَك ِةَرْي ِصَم ْنِم ُدَج ْوُيَل اَهَحْي ِرَّنِأ َو اَهَحْي ِر َْند ِجَي َُلَو َةَّنَجْال َنْلُخْدَي َُل ِةَلِئ اَمْالش .مسلم اهمسلم رح
ج14ص110)
Terjemah: Dari Abu Hurairah, beliau berkata, Rasulullah bersabda “Ada dua golongan
yang aku tak jumapi tetapi mereka ahli neraka (1) Orang yang memakai cambuk seperti
ekor lembu yang digunakan untuk memukul manusia; (2) Wanita-wanita yang berpakain
tetapi telanjang yang berjalan melenggang-lenggok dan sanggul yang rambutnya dibikin
besar seperti jambul unta. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium bau
surga, sedang bau surga itu dapat dicium dari jarak sekian dan sekian”. (HR. Muslim,
Syarah Muslim, jilid XIV, halaman 110).
Dalam arti H{adi>s tersebut terdapat kalimat “wanita-wanita yang berpakain tetapi
telanjang”. Para ulama’ berpendapat bahwa pakaian tersebut adalah (1) Kain pakain itu
tipis/jarang sehingga tembus pandang; (2) Kain pakain itu mengandung bahan karet dan
terlalu ketat sehinggga mencetak lekuk tubuh pemakainya; (3) Pakian yang dikenakan itu
minim sehingga tidak mencukupi untuk menutup aurat.
Dalil ke empat, mazhab Imam Syafi‘i berkata:
...ُرْتَّسال َوالتوفيق سلم .(متن ... ِنْيَّفَكْال َو َهْج َوْال َُّلَّإ ِرُحْال ِنَدَبْال ِعْيِمَجِل ِةََرشَبْال ُن ْوَل هِبُرُتْسَي اَمِب:ص:27)
Artinya : “... dan menutupkan sesuatu ke seluruh badan bagi wanita kecuali wajah dan dua
telapak tangan ... .” (Matan Sullam Taufi>q, halaman 27)
Dari dalil-dalil yang telah tersebut jelaslah bahwa (1) Berpakaian menututp aurat,
adalah wajib hukumnya bagi muslimah; (2) Haram hukumnya mengenakan pakaian yang
tipis/tembus pandang dan pakaian yang terbuat dari bahan karet/ukurannya ketat sehingga
mencetak lekuk tubuh. Disini jilbaber yang mengenakan baju/celana yang ketat/tipis belum
masuk kriteria menutup aurat karena melanggar ketentuan pakaian yang dipersyaratkan; (3)
Haram hukumnya mengenakan pakain minim bahan termasuk baju mini, rok mini dan
celana mini.
Intinya Muslimah itu wajib menutup seluruh badan kecuali wajah dan kedua
telapak tangan dengan bahan yang tidak mencetak tubuh. Sedangkan bagi non muslimah
cukup mengenakan pakaian yang layak/pantas menurut tradisi masyarakat Indonesia pada
umumnya. Wassalam