1. Kriteria Kerudung
1. Tidak tipis
Imam Malik meriwayatkan hadist dari Al Qamah
bin Abu Al Qamah dari Ibunya yang berkata:
“Hafsah binti Abdurrahman pernah datang kepada
Aisyah dengan mengenakan kerudung yang tipis,
kemudian Aisyah menyobeknya lalu menggantinya
dengan kerudung yang tebal.
2. Batas minimal panjang kerudung menutupi
juyub (dada).
3. 1. Merupakan pakaian luar yang menutupi pakaian
rumah
Diriwayatkan suatu hadits dari Ummu Athiyah yang
berkata “Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada
kami untuk keluar menuju lapangan pada saat Hari raya
Idul Fitri dan Idul Adha baik perempuan tua, yang
sedang haid, maupun perawan. Perempuan yang
sedang haid menjauh dari kerumunan orang yang
sholat, tetapi mereka menyaksikan kebaikan dan seruan
yang ditujukan kepada kaum muslim. Aku lantas
berkata “Ya Rasulullah SAW salah seorang diantara
kami tidak memiliki jilbab. Beliau kemudian bersabda
“Hendaklah salah seorang saudaranya meminjamkan
saudaranya”.
4. 2. Menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan
telapak tangan
Imam Abu Daud meriwayatkan Hadits yang
bersumber dari penuturan Qatadah, Nabi
bersabda “Jika seorang anak perempuan
telah mencapai usia baligh, tidak pantas
terlihat dari dirinya selain wajah dan telapak
tangannya sampai bagian pergelangannya”
5. 3. Satu potong terusan bukan dari dua potong,
bisa dari khimar diulurkan sampai telapak kaki
atau khimar tersendiri dan jilbab dari leher
sampai telapak kaki.
Allah berfirman dalam Al Qur’an:
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh
mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih
dikenal karena itu merek tidak diganggu dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS.
Al Ahzab 59)
6. 4. Menutupi warna kulit (tidak transparan)
Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan dari Usamah
menyebutkan bahwa ia pernah ditanya oleh Nabi
SAW tentang kain tipis (Al Qabtiyah). Usamah
menjawab bahwa ia telah mengenakan kepada
istrinya. Mendengar hal itu Rasulullah kemudian
bersabda kepadanya “Suruhlah istrimu untuk
mengenakan kain pelapis/puring (ghilalah) lagi
dibagian dalamnya karena sesungguhnya aku
khawatir kalau sampai lekuk tubuhnya tampak”.
7. 5. Luas/lebar, tidak menampakkan bentuk
tubuh
Secara bahasa jilbab bisa bermakna milhafah
(baju kurung/abaya yang longgar dan tidak tipis),
kain (kisa’) apa saja yang dapat menutupi atau
pakaian (tsawab) yang dapat menutupi seluruh
bagian tubuh.Kamus Al Muhith dinyatakan
sebagai berikut: ”Jilbab itu laksana sirdab
(terowongan) atau sinmar (lorong), yakni baju atau
pakaian yang longgar bagi perempuan selain baju
kurung atau kain apa saja yang dapat menutupi
pakaian kesehariannya seperti halnya baju
kurung.”
8. 6. Tidak Menarik Perhatian
Rosulullah bersabda:
“Barang siapa yang berpakaian untuk
berbangga-bangga (memamerkan diri) , maka
dihari akhir Allloh akan memakaikan kepadanya
pakaian kehinaan, kemudian membakarnya
bersamanya.”
9. 7. Tidak menyerupai dengan pakaian orang-
orang kafir
• Rosululloh SAW sebagaimana diriwayatkan oleh
Ibnu Umar bersabda: “ Barang siapa meniru atau
menyerupakan cara hidup suatu kaum, maka
sesungguhnya dia termasuk golongan mereka.”
• Rosululloh SAW sebagaimana diriwayatkan oleh
Ibnu Umar bersabda:”Siapa saja yang meniru cara
hidup orang musyrik, hingga matinya, maka dia akan
dibangkitkan di hari akhir bersama-sama mereka.”
10. 8. Tidak menyerupai dengan pakaian
pria
Telah diriwayatkan dari Abu Hurairih ra. bahwa:
”Rosululloh SAW melaknat laki-laki yang memakai
pakaian perempuan dan perempuan yang memakai
pakaian laki-laki.” (HR. Abu Dawud, Nasa’I, Ibnu Majah
& Hakim yang menyatakan bahwa hadist ini memenuhi
syarat kesohihan Bukhori Muslim).
11. 9. Irkha’ (Diulurkan sampai ke bawah menutupi
kedua kaki)
Allaah SWT berfirman: ”Hendaklah mereka
mengulurkan jilbab atas diri mereka.” (QS. 33: 59)
• Maknanya, hendaklah mereka mengulurkan Jilbab.
• Kata Min pada ayat diatas tidak berfungsi sebagai
tab’it (mengacu pada makna sebagian), tetapi
sebagai bayan (sebagai penjelas.). Dengan kata
lain, pengertiannya adalah hendaklah mereka
mengulurkan Mula’ah (kain panjang yang tidak
berjahit ) atau Milhafah (semacam selimut) hingga
menjulur sampai bawah menutupi kedua kaki (Irkha’)