SlideShare a Scribd company logo
KELOMPOK 3
1.MOH. ZAINAL ABIDIN
2.ISNA KHUSNUL KHOTIMAH
3.AZMI NADHIRA
4.KIKI WIDYANINGTYAS
5.SISKA SAPITRI
6.YUNI TANZILLA A. L.
7.RISMA NURUL OKTAVIA
8.DANIS VENISUWELLA
9.DEVTA RISKI CAHYANI
Pengertian Malaria
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut
maupun kronis yang disebabkan oleh protozoa dari
genus plasmodium dan mudah dikenali dari gejala:
meriang (panas dingin menggigil), demam
berkepanjangan yang naik turun, anemia, nyeri
bagian sendi dan pembesaran limpa
MORFOLOGI MALARIA
Malaria biasanya diperoleh sebagai
akibat gigitan nyamuk anopheles betina
yang sebelumnya terinfeksi. Pada
kasus-kasus lain malaria terutama dari
tipe kuartana, telah berkembang setelah
transfusi dengan darah yang terinfeksi,
dimana pada keadaan ini fase
praeritrositik dari perkembangan parasit
dalam hati dapat dihindarkan.
Manusia merupakan hospes antara tempat
plasmodium mengadakan skizogoni (siklus
aseksual), sedang nyamuk anopheles
merupakan vektor dan hospes definitif
siklus hidup. Keempat spesies malaria pada
manusia umumnya sama. Proses ini terdiri
dari fase seksual eksogen (Sporogoni)
dalam badan nyamuk anopheles dan fase
aseksual (Skizogoni) dalam badan hospes
vertebrata.
Siklus hidup malaria terdiri dari fase
seksual (Sporogoni) didalam tubuh
nyamuk dan fase aseksual (Skizogoni)
diluar tubuh nyamuk :
a. Fase Seksual
Jika nyamuk anopheles betina
menghisap darah manusia yang
mengandung parasit malaria, parasit
bentuk seksual masuk ke dalam perut
nyamuk. Bentuk ini mengalami
pematangan dan menjadi mikrogametosit
dan makrogametosit dan terjadilah
pembuahan yang disebut zigot (ookinet).
Selanjutnya ookinet
menembus dinding lambung
nyamuk dan menjadi ookista.
Jika ookista pecah, ribuan
sporozoit dilepaskan dan
mencapai kelenjar air liur
nyamuk dan siap ditularkan
jika nyamuk menggigit tubuh
manusia.
b. Fase Aseksual
Siklus dimulai ketika anopheles
betina menggigit manusia dan
memasukkan sporozoit yang terdapat
pada air liurnya kedalam aliran darah
manusia. Jasad yang langsing dan lincah
ini dalam waktu 30 menit sampai 1 jam
memasuki sel parenkim hati dan
berkembang biak membentuk skizon
hati yang mengandung ribuan merozoit.
Proses ini disebut fase skizogoni
eksoeritrosit karena parasit belum
masuk kesel darah merah.
Lama fase ini berbeda untuk
setiap spesies plasmodium. Pada akhi
fase, skizon hati pecah, merozoit
keluar lalu masuk dalam aliran darah
(disebut sporulasi). Fase eritrosit
dimulai saat merozoit dalam darah
menyerang sel darah merah dan
membentuk trofozoit-skizon-
merozoit. Setelah dua sampai tiga
generasi, merozoit terbentuk lalu
sebagian merozoit berubah menjadi
bentuk seksual
PATOLOGI
Luasnya kerusakan eritrosit tergantung pada
lama dan beratnya infeksi. Hemolisis sering
mengarah pada peningkatan bilirubin serum
dan pada malaria falciparum dapat
sedemikian parahnya sehingga menimbulkan
hemoglobinuria (Black Water Fever). Pada
setiap infeksi malaria, derajat anemia yang
disebabkan oleh penghancuran sel-sel oleh
parasit. Perubahan-perubahan otogenik pada
eritrosit oleh parasit kemungkinan
menimbulkan hemolisis dan peningkatan
flagilitas osmotis terjadi dalam semua eritrosit
baik yang terinfeksi maupun tidak.
Anak-anak kecil terutama peka
terhadap parasitemia berat yang
seringkali menimbulkan kematian.
Delapan sampai dengan 18 jam setelah
parasit memasuki eritrosit, sel-sel ini
saling melekat satu sama lain serta
cenderung melekat pada endotel sinus-
sinus dan pembuluh-pembuluh darah
terutama jika sirkulasi lambat.
Sel-sel yang melekat itu terinfeksi dan tidak
mampu kembali pada sirkulasi
umum, meskipun parasit di dalamnya
mengalami pematangan dengan cara
normal. Dengan semakin banyak sel yang
melekat, maka aliran dalam pembuluh
secara progresif mengalami hambatan dan
sumbatan bahkan dapat terjadi robekan.
Pada wanita hamil, kerusakan pada plasenta
dapat menimbulkan kematian pada fetus
atau kelahiran prematur.
GEJALAKLINIS
Penyakit malaria yang ditemukan
berdasarkan gejala-gejala klinis dengan
gejala utama demam mengigil secara
berkala dan sakit kepala kadang-kadang
dengan gejala klinis lain sebagai berikut:
• Badan terasa lemas dan pucat karena
kekurangan darah dan berkeringat.
• Nafsu makan menurun.
• Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.
• Sakit kepala yang berat, terus menerus,
khususnya pada infeksi dengan plasmodium
Falciparum.
• Dalam keadaan menahun (kronis)
gejala diatas, disertai pembesaran
limpa.
• Malaria berat, seperti gejala diatas
disertai kejang-kejang dan nyeri sendi
• Pada anak, makin muda usia makin
tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang
menonjol adalah
diare dan pusat karena kekurangan darah
(anemia) serta adanya riwayat kunjungan
ke atau berasal dari daerah malaria.
Gejala klasik malaria merupakan suatu
paroksisme biasanya terdiri atas 3
stadium yang berurutan yaitu :
1. Stadium dingin (cold stage).
2. Stadium demam (Hot stage).
3. Stadium berkeringat (sweating stage).
Ketiga gejala klinis tersebut diatas
ditemukan pada penderita berasal dari
daerah non endemis yang mendapat
penularan didaerah endemis atau yang
pertama kali menderita penyakit malaria.
Di daerah endemis malaria ketiga stadium
gejala klinis di atas tidak berutan dan
bahkan tidak semua stadium ditemukan
pada penderita sehingga definisi malaria
klinis seperti dijelaskan sebelumnya
dipakai untuk pedoman penemuan
penderita di daerah endemisitas.
Masa inkubasi ini bervariasi antara 9 -
30 hari tergantung pada species parasit,
paling pendek pada plasmodium
Falciparum dan paling panjang pada
plasmodium malaria. Masa inkubasi ini
tergantung pada intensitas infeksi,
pengobatan yang pernah didapat
sebelumnya dan tingkat imunitas
penderita.
Secara umum dapat dikatakan bahwa masa
inkubasi bagi plasmodium falciparum adalah
10 hari setelah transfusi, plasmodium vivax
setelah 16 hari dan plasmodium maJariae
setelah 40 hari lebih.
Masa inkubasi pada penularan secara alamiah
bagi masing-masing species parasit adalah
sebagai berikut :
• Plasmodium Falciparum 12 hari.
• Plasmodium vivax dan Plasmodium Ovate
13 -17 hari.
• Plasmodium maJariae 28 -30 hari.
DIAGNOSIS
Diagnosis malaria tergantung pada
ditemukannya parasit malaria pada sediaan
darah tepi. Peranan diagnosis laboratorium
terutama untuk menunjang penanganan
klinis. Penunjang laboratorium terutama
berguna untuk :
1. Diagnosis pada kegagalan obat
2. Penyakit berat dengan komplikasi
3. Mendeteksi penyakit tanpa penyulit di
daerah tidak stabil atau daerah dengan
transmisi rendah, dan untuk membedakan P.
falciparum dan P. vivax di daerah dimana
terdapat infeksi oleh kedua jenis parasit
tersebut.
EPIDEMOLOGI
Malaria terdapat di daerah dari 60
Lintang Utara sampai 30 Lintang
Selatan, setinggi 2.666 m sampai daerah
yang terletak 433 m di bawah
permukaan laut (Dead Sea). Di
Indonesia, penyakit malaria ditemukan
tersebar di seluruh kepulauan, terutama
di Kawasan Timur Indonesia. Daerah
yang sejak semula bebas malaria ialah
Pasifik tengah dan selatan (Hawai dan
Selandia Baru).
Malaria di suatu daerah berbeda dengan daerah lain
karena:
1. Faktor manusia (ras)
2. Faktor vektor (nyamuk anopheles)
Di Indonesia terdapat beberapa vektor yang penting
(spesies anopheles), yaitu: A. Aconitus, A.
Maculatus, A.Subpictus yang terdapat di Jawa dan Bali ; A.
Sundaicus, dan A.Aconitus di Sumatera ; A. Sundaicus, A.
Subpictus di Sulawesi; A.Balaba Censis di Kalimantan ; A.
Farauti dan A. Punctulatus di Irian Barat.
3. Parasit
Di beberapa daerah parasit telah kebal terhadap obat anti
malaria
4. Faktor lingkungan yang mempengaruhi siklus biologi
nyamuk
Besarnya derajat endemi dapat diukur
dengan spleen rate dan parasite rate
sehingga dapat dibedakan daerah :
1. Hipoendemik : spleen rate 0-10 %, parasite
rate 0-10%
2. Mesoendemik : spleen rate 11-50 %,
parasite rate 11-50%
3. Hiperendemik : spleen rate dan parasite
rate lebih dari 50%
4. Holoendemik : spleen rate dan parasite
rate lebih dari 75%
PROGNOSIS
Prognosis malaria yang disebabkan oleh P. vivax
pada umumnya baik, tidak menyebabkan
kematian, walaupun apabila tidak diobati infeksi
rata-rata dapat berlangsung sampai 3 bulan atau
lebih lama oleh karena mempunyai sifat relaps,
sedangkan P. Malariae dapat berlangsung sangat
lama dengan kecenderungan relaps, pernah
dilaporkan sampai 30-50 tahun. Infeksi P.
falciparum tanpa penyulit berlangsung sampai
satu tahun. Infeksi P. falciparum dengan penyulit
prognosis menjadi buruk, apabila tidak
ditanggulangi secara cepat dan tepat bahkan
dapat meninggal terutama pada gizi buruk.
Prognosis untuk malaria nonfallciparum secara
umum baik pada penderita yang responsive
untuk melakukan terapi. Relaps P. ovale dan P.
vivax dapat dihindari dengan terapi yang sesuai.
P. malariae dapat ditangani dengan terapi yang
baik sehingga tidak ada kontribusi untuk
menyebabkan mortalitas dan morbiditas.
Prognosis malaria falciparum, terutama untuk
nonimun perlu berhati-hati. Kerusakan organ
secara multisystem dapat meningkatkan angka
morbiditas dan mortalitas yang tinggi
(Wilson,2001).
PENGOBATAN
Dalam program pemberantasan malaria dikenal
3 cara pengobatan, yait :
1. Pengobatan presumtif dengan pemberian
skizontisida dosis tunggal untuk mengurangi
gejala klinis malaria dan mencegah penyebaran
2. Pengobatan radikal diberikan untuk malaria
yang menimbulkan relaps jangka panjang
3. Pengobatan massal digunakan pada setiap
penduduk di daerah endemis malaria secara
teratur. Saat ini pengobatan massal hanya di
berikan pada saat terjadi wabah.
Obat antimalaria terdiri dari 5 jenis, antara lain :
1. Skizontisid jaringan primer yang membasmi
parasit pra-eritrosit, yaitu proguanil, pirimetamin
2. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi
parasit ekso-eritroit, yaitu primakuin
3. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase
eritrosit, yaitu kina, klorokuin, dan amodiakuin
4. Gametosid yang menghancurkan bentuk
seksual. Primakuin adalah gametosid yang ampuh
bagi keempat spesies. Gametosid untuk P.vivax,
P.malaria, P.ovale, adalah kina, klorokuin, dan
amidokuin
5. Sporontosid mencegah gametosid dalam darah
untuk membentuk ookista dan sporozoid dalam
nyamuk anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.
Protokol untuk pengobatan malaria rawat
jalan atau rawat inap sebagai berikut:
1. Klorokuin bisa diberikan total 25 mg/KgBB
selama 3 hari, dengan perincian sebagai
berikut :
Hari pertama 10 mg/kgBB (maksimal 600 mg
basa), 6 jam kemudian dilanjutkan 10
mg/kgBB (maksimal 600 mg basa) dan 5
mg/kgBB pada 24 jam (maksimal 300 mg
basa) + Primakuin 1 hari. Atau hari I dan II
masing-masing 10 mg/kgBB dan har i III 5
mg/kgBB + Primakuin 1 hari
2. Bila dengan pengobatan butir 1 ternyata
pada hari ke IV masih demam, atau hari ke
VIII masih dijumpai parasit dalam darah,
maka di berikan :
a. Kina Sulfat 30 mg/kgBB/hari dibagi dalam
3 dosis, selama 7 hari atau
b. Fansidar atau suldox dengan dasar dosis
pirimetamin 1-1,5 mg/kgBB atau
sulfadoksin 20-30 mg/kgBB single dose (usia
diatas 6 bulan
3. Bila dengan pengobatan butir 2 pada
hari ke IV masih demam atau hari ke VIII
masih dijumpai parasit maka diberikan :
a. Tetrasiklin HCL 50 mg/kgBB, sehari 4
kali selama 7 hari + fansidar/suldox bila
belum mendapat pengobatan butir 2a
atau
b. Tetrasiklin HCL + kina sulfat bila
sebelumnya mendapatkan pengobatan
butir 2b. Dosis kina dan fansidar/suldox
sesuai butir 2a dan 2b (tetrasiklin hanya
diberikan pada umur 8 tahun atau lebih)
4. Bila tersedia dapat di beri obat-obat sebagai
berikut :
a. Meflokuin15 mg/kgBB (maksimum 1000 mg)
dibagi dalam 2 dosis dengan jarak waktu
pemberian 12 jam secara terpisah. Meflokuin
tidak boleh diberikan sebelum lewat 12 jam
pemberian lengkap kina parenteral
b. Halofantrin 8 mg basa/kgBB setiap 6 jam
untuk 3 dosis.
5. Untuk pencegahan relaps pada P. Vivax dan P.
Ovale (untuk umur > 5 tahun) diberikan
primakuin 0,3 mg basa/kgBB/hari selama 14
hari (maksimal 26,3 mg/hari)
THANKS
Wassalamu’alaikum Wr. W

More Related Content

What's hot

Epm ni luh budi febriani 1506801795
Epm ni luh budi febriani 1506801795Epm ni luh budi febriani 1506801795
Epm ni luh budi febriani 1506801795
Ni Luh Budi Febriani
 
Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)
Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)
Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)
Hendrawan Satria Gagah
 
Malaria
MalariaMalaria
Askep malaria
Askep malariaAskep malaria
Askep malaria
Warnet Raha
 
Kel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariaeKel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariae
Ken Ken
 
Materi penyuluhan filariasis
Materi penyuluhan filariasisMateri penyuluhan filariasis
Materi penyuluhan filariasis
Regina Rere
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Plasmodium falciparum ppt
Plasmodium falciparum pptPlasmodium falciparum ppt
Plasmodium falciparum ppt
Nur Helmy
 
Plasmodium falciparum
Plasmodium falciparumPlasmodium falciparum
Plasmodium falciparum
Vita Amanah
 
Presntasi filaria
Presntasi filariaPresntasi filaria
Presntasi filariaSun Siregar
 
Malaria
MalariaMalaria
Program Eliminasi Filariasis Di Kabupaten Karawang
Program Eliminasi Filariasis Di Kabupaten KarawangProgram Eliminasi Filariasis Di Kabupaten Karawang
Program Eliminasi Filariasis Di Kabupaten Karawang
Dokter Tekno
 
Malaria farmasi-2012
Malaria farmasi-2012Malaria farmasi-2012
Malaria farmasi-2012Gity Mitasari
 

What's hot (20)

Epm ni luh budi febriani 1506801795
Epm ni luh budi febriani 1506801795Epm ni luh budi febriani 1506801795
Epm ni luh budi febriani 1506801795
 
Ppt plasmodium malariae
Ppt plasmodium malariaePpt plasmodium malariae
Ppt plasmodium malariae
 
Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)
Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)
Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
Demam Malaria
Demam MalariaDemam Malaria
Demam Malaria
 
Malaria
Malaria Malaria
Malaria
 
Ppt malaria
Ppt malariaPpt malaria
Ppt malaria
 
Askep malaria
Askep malariaAskep malaria
Askep malaria
 
Kel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariaeKel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariae
 
Materi penyuluhan filariasis
Materi penyuluhan filariasisMateri penyuluhan filariasis
Materi penyuluhan filariasis
 
Ppt filariasis
Ppt filariasisPpt filariasis
Ppt filariasis
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Plasmodium falciparum ppt
Plasmodium falciparum pptPlasmodium falciparum ppt
Plasmodium falciparum ppt
 
Filariasis
FilariasisFilariasis
Filariasis
 
Plasmodium falciparum
Plasmodium falciparumPlasmodium falciparum
Plasmodium falciparum
 
Presntasi filaria
Presntasi filariaPresntasi filaria
Presntasi filaria
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
Program Eliminasi Filariasis Di Kabupaten Karawang
Program Eliminasi Filariasis Di Kabupaten KarawangProgram Eliminasi Filariasis Di Kabupaten Karawang
Program Eliminasi Filariasis Di Kabupaten Karawang
 
Filariasis
FilariasisFilariasis
Filariasis
 
Malaria farmasi-2012
Malaria farmasi-2012Malaria farmasi-2012
Malaria farmasi-2012
 

Viewers also liked

SAP Demam Berdarah + Leaflet
SAP Demam Berdarah + LeafletSAP Demam Berdarah + Leaflet
SAP Demam Berdarah + Leaflet
Baihaqi Abie Naufal
 
Demam berdarah-dengue-dbd
Demam berdarah-dengue-dbdDemam berdarah-dengue-dbd
Demam berdarah-dengue-dbdmiapandu
 
Malaria powerpoint
Malaria powerpointMalaria powerpoint
Malaria powerpoint
Hawkesdale P12 College
 
Ppt kasus 2 Hubungan mitos dengan kejadian penyakit malaria pada ibu hamil
Ppt kasus 2 Hubungan mitos dengan kejadian penyakit malaria pada ibu hamilPpt kasus 2 Hubungan mitos dengan kejadian penyakit malaria pada ibu hamil
Ppt kasus 2 Hubungan mitos dengan kejadian penyakit malaria pada ibu hamil
Mutia Rizqa Ofir
 
Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengueDemam berdarah dengue
Demam berdarah denguenovita0819
 
Malaria
MalariaMalaria
Materi Pelatihan Jumantik
Materi Pelatihan JumantikMateri Pelatihan Jumantik
Materi Pelatihan Jumantik
Dinkes Kab Lebak
 
Laporan tutorial skenario A (Malaria Falciparum)
Laporan tutorial skenario A (Malaria Falciparum)Laporan tutorial skenario A (Malaria Falciparum)
Laporan tutorial skenario A (Malaria Falciparum)
Amanda Putri Utami
 
Penyakit rabies.PPT
Penyakit rabies.PPTPenyakit rabies.PPT
Penyakit rabies.PPT
_Dian
 
Surveilans TBC
Surveilans TBC Surveilans TBC
Surveilans TBC
Riri Santu
 
Penyuluhan tentang bagaimana pencegah dbd
Penyuluhan tentang bagaimana pencegah dbdPenyuluhan tentang bagaimana pencegah dbd
Penyuluhan tentang bagaimana pencegah dbdejjariza
 
Laporan tugas akhir Nengah Nilawati
Laporan tugas akhir Nengah NilawatiLaporan tugas akhir Nengah Nilawati
Laporan tugas akhir Nengah Nilawati
robin2dompas
 
Slide Pencegahan Penyakit Diare
Slide Pencegahan Penyakit DiareSlide Pencegahan Penyakit Diare
Slide Pencegahan Penyakit Diare
nurafnisinaga
 
Power point tbc
Power point tbcPower point tbc
Power point tbc
Dendi Irawan
 

Viewers also liked (20)

SAP Demam Berdarah + Leaflet
SAP Demam Berdarah + LeafletSAP Demam Berdarah + Leaflet
SAP Demam Berdarah + Leaflet
 
Leaflet malaria akper muna
Leaflet malaria akper munaLeaflet malaria akper muna
Leaflet malaria akper muna
 
Demam berdarah-dengue-dbd
Demam berdarah-dengue-dbdDemam berdarah-dengue-dbd
Demam berdarah-dengue-dbd
 
Penyuluhan dbd
Penyuluhan dbdPenyuluhan dbd
Penyuluhan dbd
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
Malaria powerpoint
Malaria powerpointMalaria powerpoint
Malaria powerpoint
 
Ppt kasus 2 Hubungan mitos dengan kejadian penyakit malaria pada ibu hamil
Ppt kasus 2 Hubungan mitos dengan kejadian penyakit malaria pada ibu hamilPpt kasus 2 Hubungan mitos dengan kejadian penyakit malaria pada ibu hamil
Ppt kasus 2 Hubungan mitos dengan kejadian penyakit malaria pada ibu hamil
 
Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengueDemam berdarah dengue
Demam berdarah dengue
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
Materi Pelatihan Jumantik
Materi Pelatihan JumantikMateri Pelatihan Jumantik
Materi Pelatihan Jumantik
 
Laporan tutorial skenario A (Malaria Falciparum)
Laporan tutorial skenario A (Malaria Falciparum)Laporan tutorial skenario A (Malaria Falciparum)
Laporan tutorial skenario A (Malaria Falciparum)
 
Penyakit rabies.PPT
Penyakit rabies.PPTPenyakit rabies.PPT
Penyakit rabies.PPT
 
Diare
DiareDiare
Diare
 
Surveilans TBC
Surveilans TBC Surveilans TBC
Surveilans TBC
 
Penyuluhan tentang bagaimana pencegah dbd
Penyuluhan tentang bagaimana pencegah dbdPenyuluhan tentang bagaimana pencegah dbd
Penyuluhan tentang bagaimana pencegah dbd
 
Demam berdarah
Demam berdarahDemam berdarah
Demam berdarah
 
Laporan tugas akhir Nengah Nilawati
Laporan tugas akhir Nengah NilawatiLaporan tugas akhir Nengah Nilawati
Laporan tugas akhir Nengah Nilawati
 
Slide Pencegahan Penyakit Diare
Slide Pencegahan Penyakit DiareSlide Pencegahan Penyakit Diare
Slide Pencegahan Penyakit Diare
 
Power point tbc
Power point tbcPower point tbc
Power point tbc
 

Similar to Malaria presentation

Referat interna dodot
Referat interna dodotReferat interna dodot
Referat interna dodot
Ahmad Fathoni
 
Malaria (3).pptx
Malaria (3).pptxMalaria (3).pptx
Malaria (3).pptx
Cutjuliana4
 
asuhan kebidanan patologi dengan malaria
asuhan kebidanan patologi dengan malariaasuhan kebidanan patologi dengan malaria
asuhan kebidanan patologi dengan malariaPophy D'PRinces
 
Makalah penanganan malaria
Makalah penanganan malariaMakalah penanganan malaria
Makalah penanganan malaria
Warnet Raha
 
Malaria Vivax.pptx
Malaria Vivax.pptxMalaria Vivax.pptx
Malaria Vivax.pptx
ChoiHyunsuk17
 
Patofisioanatomi (Penyakit Menular pada Manusia yang disebabkan oleh Agent)
Patofisioanatomi (Penyakit Menular pada Manusia yang disebabkan oleh Agent)Patofisioanatomi (Penyakit Menular pada Manusia yang disebabkan oleh Agent)
Patofisioanatomi (Penyakit Menular pada Manusia yang disebabkan oleh Agent)
Layly Saraswati
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
Penyajian Data Sistem Informasi KesehatanPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
SittiNurIndah
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
RandomChanel
 
Penyajian Data Informasi Kesehatan
Penyajian Data Informasi KesehatanPenyajian Data Informasi Kesehatan
Penyajian Data Informasi Kesehatan
sindhysoara
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
PahmiRamdan
 
Malaria
MalariaMalaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang MalariaPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
Rini Wahyuni
 
penyajian data kesakitan pada malaria
penyajian data kesakitan pada malariapenyajian data kesakitan pada malaria
penyajian data kesakitan pada malaria
Rahayusri771
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian MalariaPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
SittiNurIndah
 
Askep malaria
Askep malariaAskep malaria
Askep malaria
Warnet Raha
 
asuhan kebidanan patologi dengan malaria 2
asuhan kebidanan patologi dengan malaria 2asuhan kebidanan patologi dengan malaria 2
asuhan kebidanan patologi dengan malaria 2Pophy D'PRinces
 

Similar to Malaria presentation (20)

Referat interna dodot
Referat interna dodotReferat interna dodot
Referat interna dodot
 
Malaria (3).pptx
Malaria (3).pptxMalaria (3).pptx
Malaria (3).pptx
 
asuhan kebidanan patologi dengan malaria
asuhan kebidanan patologi dengan malariaasuhan kebidanan patologi dengan malaria
asuhan kebidanan patologi dengan malaria
 
Makalah penanganan malaria
Makalah penanganan malariaMakalah penanganan malaria
Makalah penanganan malaria
 
1838.pdf
1838.pdf1838.pdf
1838.pdf
 
Malaria Vivax.pptx
Malaria Vivax.pptxMalaria Vivax.pptx
Malaria Vivax.pptx
 
Patofisioanatomi (Penyakit Menular pada Manusia yang disebabkan oleh Agent)
Patofisioanatomi (Penyakit Menular pada Manusia yang disebabkan oleh Agent)Patofisioanatomi (Penyakit Menular pada Manusia yang disebabkan oleh Agent)
Patofisioanatomi (Penyakit Menular pada Manusia yang disebabkan oleh Agent)
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
Penyajian Data Sistem Informasi KesehatanPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
Penyajian Data Informasi Kesehatan
Penyajian Data Informasi KesehatanPenyajian Data Informasi Kesehatan
Penyajian Data Informasi Kesehatan
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang MalariaPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
 
penyajian data kesakitan pada malaria
penyajian data kesakitan pada malariapenyajian data kesakitan pada malaria
penyajian data kesakitan pada malaria
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian MalariaPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
 
Askeb iv patologi malaria dalam kehamilan
Askeb iv patologi malaria dalam kehamilanAskeb iv patologi malaria dalam kehamilan
Askeb iv patologi malaria dalam kehamilan
 
Askep malaria
Askep malariaAskep malaria
Askep malaria
 
Makalah malaria fatin
Makalah malaria fatinMakalah malaria fatin
Makalah malaria fatin
 
asuhan kebidanan patologi dengan malaria 2
asuhan kebidanan patologi dengan malaria 2asuhan kebidanan patologi dengan malaria 2
asuhan kebidanan patologi dengan malaria 2
 
Makalah malaria fatin
Makalah malaria fatinMakalah malaria fatin
Makalah malaria fatin
 

Malaria presentation

  • 1.
  • 2. KELOMPOK 3 1.MOH. ZAINAL ABIDIN 2.ISNA KHUSNUL KHOTIMAH 3.AZMI NADHIRA 4.KIKI WIDYANINGTYAS 5.SISKA SAPITRI 6.YUNI TANZILLA A. L. 7.RISMA NURUL OKTAVIA 8.DANIS VENISUWELLA 9.DEVTA RISKI CAHYANI
  • 3. Pengertian Malaria Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronis yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium dan mudah dikenali dari gejala: meriang (panas dingin menggigil), demam berkepanjangan yang naik turun, anemia, nyeri bagian sendi dan pembesaran limpa
  • 4. MORFOLOGI MALARIA Malaria biasanya diperoleh sebagai akibat gigitan nyamuk anopheles betina yang sebelumnya terinfeksi. Pada kasus-kasus lain malaria terutama dari tipe kuartana, telah berkembang setelah transfusi dengan darah yang terinfeksi, dimana pada keadaan ini fase praeritrositik dari perkembangan parasit dalam hati dapat dihindarkan. Manusia merupakan hospes antara tempat plasmodium mengadakan skizogoni (siklus aseksual), sedang nyamuk anopheles merupakan vektor dan hospes definitif siklus hidup. Keempat spesies malaria pada manusia umumnya sama. Proses ini terdiri dari fase seksual eksogen (Sporogoni) dalam badan nyamuk anopheles dan fase aseksual (Skizogoni) dalam badan hospes vertebrata.
  • 5.
  • 6. Siklus hidup malaria terdiri dari fase seksual (Sporogoni) didalam tubuh nyamuk dan fase aseksual (Skizogoni) diluar tubuh nyamuk : a. Fase Seksual Jika nyamuk anopheles betina menghisap darah manusia yang mengandung parasit malaria, parasit bentuk seksual masuk ke dalam perut nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan dan menjadi mikrogametosit dan makrogametosit dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot (ookinet). Selanjutnya ookinet menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Jika ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapai kelenjar air liur nyamuk dan siap ditularkan jika nyamuk menggigit tubuh manusia.
  • 7. b. Fase Aseksual Siklus dimulai ketika anopheles betina menggigit manusia dan memasukkan sporozoit yang terdapat pada air liurnya kedalam aliran darah manusia. Jasad yang langsing dan lincah ini dalam waktu 30 menit sampai 1 jam memasuki sel parenkim hati dan berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit. Proses ini disebut fase skizogoni eksoeritrosit karena parasit belum masuk kesel darah merah. Lama fase ini berbeda untuk setiap spesies plasmodium. Pada akhi fase, skizon hati pecah, merozoit keluar lalu masuk dalam aliran darah (disebut sporulasi). Fase eritrosit dimulai saat merozoit dalam darah menyerang sel darah merah dan membentuk trofozoit-skizon- merozoit. Setelah dua sampai tiga generasi, merozoit terbentuk lalu sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual
  • 8. PATOLOGI Luasnya kerusakan eritrosit tergantung pada lama dan beratnya infeksi. Hemolisis sering mengarah pada peningkatan bilirubin serum dan pada malaria falciparum dapat sedemikian parahnya sehingga menimbulkan hemoglobinuria (Black Water Fever). Pada setiap infeksi malaria, derajat anemia yang disebabkan oleh penghancuran sel-sel oleh parasit. Perubahan-perubahan otogenik pada eritrosit oleh parasit kemungkinan menimbulkan hemolisis dan peningkatan flagilitas osmotis terjadi dalam semua eritrosit baik yang terinfeksi maupun tidak. Anak-anak kecil terutama peka terhadap parasitemia berat yang seringkali menimbulkan kematian. Delapan sampai dengan 18 jam setelah parasit memasuki eritrosit, sel-sel ini saling melekat satu sama lain serta cenderung melekat pada endotel sinus- sinus dan pembuluh-pembuluh darah terutama jika sirkulasi lambat. Sel-sel yang melekat itu terinfeksi dan tidak mampu kembali pada sirkulasi umum, meskipun parasit di dalamnya mengalami pematangan dengan cara normal. Dengan semakin banyak sel yang melekat, maka aliran dalam pembuluh secara progresif mengalami hambatan dan sumbatan bahkan dapat terjadi robekan. Pada wanita hamil, kerusakan pada plasenta dapat menimbulkan kematian pada fetus atau kelahiran prematur.
  • 9. GEJALAKLINIS Penyakit malaria yang ditemukan berdasarkan gejala-gejala klinis dengan gejala utama demam mengigil secara berkala dan sakit kepala kadang-kadang dengan gejala klinis lain sebagai berikut: • Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat. • Nafsu makan menurun. • Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah. • Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium Falciparum. • Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa. • Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan nyeri sendi • Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah diare dan pusat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria. Gejala klasik malaria merupakan suatu paroksisme biasanya terdiri atas 3 stadium yang berurutan yaitu : 1. Stadium dingin (cold stage). 2. Stadium demam (Hot stage). 3. Stadium berkeringat (sweating stage).
  • 10. Ketiga gejala klinis tersebut diatas ditemukan pada penderita berasal dari daerah non endemis yang mendapat penularan didaerah endemis atau yang pertama kali menderita penyakit malaria. Di daerah endemis malaria ketiga stadium gejala klinis di atas tidak berutan dan bahkan tidak semua stadium ditemukan pada penderita sehingga definisi malaria klinis seperti dijelaskan sebelumnya dipakai untuk pedoman penemuan penderita di daerah endemisitas. Masa inkubasi ini bervariasi antara 9 - 30 hari tergantung pada species parasit, paling pendek pada plasmodium Falciparum dan paling panjang pada plasmodium malaria. Masa inkubasi ini tergantung pada intensitas infeksi, pengobatan yang pernah didapat sebelumnya dan tingkat imunitas penderita. Secara umum dapat dikatakan bahwa masa inkubasi bagi plasmodium falciparum adalah 10 hari setelah transfusi, plasmodium vivax setelah 16 hari dan plasmodium maJariae setelah 40 hari lebih. Masa inkubasi pada penularan secara alamiah bagi masing-masing species parasit adalah sebagai berikut : • Plasmodium Falciparum 12 hari. • Plasmodium vivax dan Plasmodium Ovate 13 -17 hari. • Plasmodium maJariae 28 -30 hari.
  • 11. DIAGNOSIS Diagnosis malaria tergantung pada ditemukannya parasit malaria pada sediaan darah tepi. Peranan diagnosis laboratorium terutama untuk menunjang penanganan klinis. Penunjang laboratorium terutama berguna untuk : 1. Diagnosis pada kegagalan obat 2. Penyakit berat dengan komplikasi 3. Mendeteksi penyakit tanpa penyulit di daerah tidak stabil atau daerah dengan transmisi rendah, dan untuk membedakan P. falciparum dan P. vivax di daerah dimana terdapat infeksi oleh kedua jenis parasit tersebut.
  • 12. EPIDEMOLOGI Malaria terdapat di daerah dari 60 Lintang Utara sampai 30 Lintang Selatan, setinggi 2.666 m sampai daerah yang terletak 433 m di bawah permukaan laut (Dead Sea). Di Indonesia, penyakit malaria ditemukan tersebar di seluruh kepulauan, terutama di Kawasan Timur Indonesia. Daerah yang sejak semula bebas malaria ialah Pasifik tengah dan selatan (Hawai dan Selandia Baru). Malaria di suatu daerah berbeda dengan daerah lain karena: 1. Faktor manusia (ras) 2. Faktor vektor (nyamuk anopheles) Di Indonesia terdapat beberapa vektor yang penting (spesies anopheles), yaitu: A. Aconitus, A. Maculatus, A.Subpictus yang terdapat di Jawa dan Bali ; A. Sundaicus, dan A.Aconitus di Sumatera ; A. Sundaicus, A. Subpictus di Sulawesi; A.Balaba Censis di Kalimantan ; A. Farauti dan A. Punctulatus di Irian Barat. 3. Parasit Di beberapa daerah parasit telah kebal terhadap obat anti malaria 4. Faktor lingkungan yang mempengaruhi siklus biologi nyamuk Besarnya derajat endemi dapat diukur dengan spleen rate dan parasite rate sehingga dapat dibedakan daerah : 1. Hipoendemik : spleen rate 0-10 %, parasite rate 0-10% 2. Mesoendemik : spleen rate 11-50 %, parasite rate 11-50% 3. Hiperendemik : spleen rate dan parasite rate lebih dari 50% 4. Holoendemik : spleen rate dan parasite rate lebih dari 75%
  • 13. PROGNOSIS Prognosis malaria yang disebabkan oleh P. vivax pada umumnya baik, tidak menyebabkan kematian, walaupun apabila tidak diobati infeksi rata-rata dapat berlangsung sampai 3 bulan atau lebih lama oleh karena mempunyai sifat relaps, sedangkan P. Malariae dapat berlangsung sangat lama dengan kecenderungan relaps, pernah dilaporkan sampai 30-50 tahun. Infeksi P. falciparum tanpa penyulit berlangsung sampai satu tahun. Infeksi P. falciparum dengan penyulit prognosis menjadi buruk, apabila tidak ditanggulangi secara cepat dan tepat bahkan dapat meninggal terutama pada gizi buruk. Prognosis untuk malaria nonfallciparum secara umum baik pada penderita yang responsive untuk melakukan terapi. Relaps P. ovale dan P. vivax dapat dihindari dengan terapi yang sesuai. P. malariae dapat ditangani dengan terapi yang baik sehingga tidak ada kontribusi untuk menyebabkan mortalitas dan morbiditas. Prognosis malaria falciparum, terutama untuk nonimun perlu berhati-hati. Kerusakan organ secara multisystem dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Wilson,2001).
  • 14. PENGOBATAN Dalam program pemberantasan malaria dikenal 3 cara pengobatan, yait : 1. Pengobatan presumtif dengan pemberian skizontisida dosis tunggal untuk mengurangi gejala klinis malaria dan mencegah penyebaran 2. Pengobatan radikal diberikan untuk malaria yang menimbulkan relaps jangka panjang 3. Pengobatan massal digunakan pada setiap penduduk di daerah endemis malaria secara teratur. Saat ini pengobatan massal hanya di berikan pada saat terjadi wabah.
  • 15. Obat antimalaria terdiri dari 5 jenis, antara lain : 1. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit pra-eritrosit, yaitu proguanil, pirimetamin 2. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit ekso-eritroit, yaitu primakuin 3. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina, klorokuin, dan amodiakuin 4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid yang ampuh bagi keempat spesies. Gametosid untuk P.vivax, P.malaria, P.ovale, adalah kina, klorokuin, dan amidokuin 5. Sporontosid mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoid dalam nyamuk anopheles, yaitu primakuin dan proguanil. Protokol untuk pengobatan malaria rawat jalan atau rawat inap sebagai berikut: 1. Klorokuin bisa diberikan total 25 mg/KgBB selama 3 hari, dengan perincian sebagai berikut : Hari pertama 10 mg/kgBB (maksimal 600 mg basa), 6 jam kemudian dilanjutkan 10 mg/kgBB (maksimal 600 mg basa) dan 5 mg/kgBB pada 24 jam (maksimal 300 mg basa) + Primakuin 1 hari. Atau hari I dan II masing-masing 10 mg/kgBB dan har i III 5 mg/kgBB + Primakuin 1 hari 2. Bila dengan pengobatan butir 1 ternyata pada hari ke IV masih demam, atau hari ke VIII masih dijumpai parasit dalam darah, maka di berikan : a. Kina Sulfat 30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, selama 7 hari atau b. Fansidar atau suldox dengan dasar dosis pirimetamin 1-1,5 mg/kgBB atau sulfadoksin 20-30 mg/kgBB single dose (usia diatas 6 bulan
  • 16. 3. Bila dengan pengobatan butir 2 pada hari ke IV masih demam atau hari ke VIII masih dijumpai parasit maka diberikan : a. Tetrasiklin HCL 50 mg/kgBB, sehari 4 kali selama 7 hari + fansidar/suldox bila belum mendapat pengobatan butir 2a atau b. Tetrasiklin HCL + kina sulfat bila sebelumnya mendapatkan pengobatan butir 2b. Dosis kina dan fansidar/suldox sesuai butir 2a dan 2b (tetrasiklin hanya diberikan pada umur 8 tahun atau lebih) 4. Bila tersedia dapat di beri obat-obat sebagai berikut : a. Meflokuin15 mg/kgBB (maksimum 1000 mg) dibagi dalam 2 dosis dengan jarak waktu pemberian 12 jam secara terpisah. Meflokuin tidak boleh diberikan sebelum lewat 12 jam pemberian lengkap kina parenteral b. Halofantrin 8 mg basa/kgBB setiap 6 jam untuk 3 dosis. 5. Untuk pencegahan relaps pada P. Vivax dan P. Ovale (untuk umur > 5 tahun) diberikan primakuin 0,3 mg basa/kgBB/hari selama 14 hari (maksimal 26,3 mg/hari)