Malaria merupakan salah satu penyakit tropikal yang tidak boleh dianggap enteng. Biasanya kondisi orang yang terkena malaria adalah badan demam, menggigil dan cenderung mengeluarkan keringat banyak. Juga disertai dengan gejala-gejala lainnya.
Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk ini dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani secara tepat.
Malaria merupakan salah satu penyakit tropikal yang tidak boleh dianggap enteng. Biasanya kondisi orang yang terkena malaria adalah badan demam, menggigil dan cenderung mengeluarkan keringat banyak. Juga disertai dengan gejala-gejala lainnya.
Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk ini dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani secara tepat.
Patofisioanatomi (Penyakit Menular pada Manusia yang disebabkan oleh Agent)Layly Saraswati
PPT tersebut membahas tentang Filariasis, plasmodium, dan toxoplasma. Dimana penyakit tersebut ditularkan oleh virus melalui agent dan dapat menginfeksi host (manusia). Untuk lebih jelasnya silahkan (klik) untuk membaca.
2. KELOMPOK 3
1.MOH. ZAINAL ABIDIN
2.ISNA KHUSNUL KHOTIMAH
3.AZMI NADHIRA
4.KIKI WIDYANINGTYAS
5.SISKA SAPITRI
6.YUNI TANZILLA A. L.
7.RISMA NURUL OKTAVIA
8.DANIS VENISUWELLA
9.DEVTA RISKI CAHYANI
3. Pengertian Malaria
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut
maupun kronis yang disebabkan oleh protozoa dari
genus plasmodium dan mudah dikenali dari gejala:
meriang (panas dingin menggigil), demam
berkepanjangan yang naik turun, anemia, nyeri
bagian sendi dan pembesaran limpa
4. MORFOLOGI MALARIA
Malaria biasanya diperoleh sebagai
akibat gigitan nyamuk anopheles betina
yang sebelumnya terinfeksi. Pada
kasus-kasus lain malaria terutama dari
tipe kuartana, telah berkembang setelah
transfusi dengan darah yang terinfeksi,
dimana pada keadaan ini fase
praeritrositik dari perkembangan parasit
dalam hati dapat dihindarkan.
Manusia merupakan hospes antara tempat
plasmodium mengadakan skizogoni (siklus
aseksual), sedang nyamuk anopheles
merupakan vektor dan hospes definitif
siklus hidup. Keempat spesies malaria pada
manusia umumnya sama. Proses ini terdiri
dari fase seksual eksogen (Sporogoni)
dalam badan nyamuk anopheles dan fase
aseksual (Skizogoni) dalam badan hospes
vertebrata.
5.
6. Siklus hidup malaria terdiri dari fase
seksual (Sporogoni) didalam tubuh
nyamuk dan fase aseksual (Skizogoni)
diluar tubuh nyamuk :
a. Fase Seksual
Jika nyamuk anopheles betina
menghisap darah manusia yang
mengandung parasit malaria, parasit
bentuk seksual masuk ke dalam perut
nyamuk. Bentuk ini mengalami
pematangan dan menjadi mikrogametosit
dan makrogametosit dan terjadilah
pembuahan yang disebut zigot (ookinet).
Selanjutnya ookinet
menembus dinding lambung
nyamuk dan menjadi ookista.
Jika ookista pecah, ribuan
sporozoit dilepaskan dan
mencapai kelenjar air liur
nyamuk dan siap ditularkan
jika nyamuk menggigit tubuh
manusia.
7. b. Fase Aseksual
Siklus dimulai ketika anopheles
betina menggigit manusia dan
memasukkan sporozoit yang terdapat
pada air liurnya kedalam aliran darah
manusia. Jasad yang langsing dan lincah
ini dalam waktu 30 menit sampai 1 jam
memasuki sel parenkim hati dan
berkembang biak membentuk skizon
hati yang mengandung ribuan merozoit.
Proses ini disebut fase skizogoni
eksoeritrosit karena parasit belum
masuk kesel darah merah.
Lama fase ini berbeda untuk
setiap spesies plasmodium. Pada akhi
fase, skizon hati pecah, merozoit
keluar lalu masuk dalam aliran darah
(disebut sporulasi). Fase eritrosit
dimulai saat merozoit dalam darah
menyerang sel darah merah dan
membentuk trofozoit-skizon-
merozoit. Setelah dua sampai tiga
generasi, merozoit terbentuk lalu
sebagian merozoit berubah menjadi
bentuk seksual
8. PATOLOGI
Luasnya kerusakan eritrosit tergantung pada
lama dan beratnya infeksi. Hemolisis sering
mengarah pada peningkatan bilirubin serum
dan pada malaria falciparum dapat
sedemikian parahnya sehingga menimbulkan
hemoglobinuria (Black Water Fever). Pada
setiap infeksi malaria, derajat anemia yang
disebabkan oleh penghancuran sel-sel oleh
parasit. Perubahan-perubahan otogenik pada
eritrosit oleh parasit kemungkinan
menimbulkan hemolisis dan peningkatan
flagilitas osmotis terjadi dalam semua eritrosit
baik yang terinfeksi maupun tidak.
Anak-anak kecil terutama peka
terhadap parasitemia berat yang
seringkali menimbulkan kematian.
Delapan sampai dengan 18 jam setelah
parasit memasuki eritrosit, sel-sel ini
saling melekat satu sama lain serta
cenderung melekat pada endotel sinus-
sinus dan pembuluh-pembuluh darah
terutama jika sirkulasi lambat.
Sel-sel yang melekat itu terinfeksi dan tidak
mampu kembali pada sirkulasi
umum, meskipun parasit di dalamnya
mengalami pematangan dengan cara
normal. Dengan semakin banyak sel yang
melekat, maka aliran dalam pembuluh
secara progresif mengalami hambatan dan
sumbatan bahkan dapat terjadi robekan.
Pada wanita hamil, kerusakan pada plasenta
dapat menimbulkan kematian pada fetus
atau kelahiran prematur.
9. GEJALAKLINIS
Penyakit malaria yang ditemukan
berdasarkan gejala-gejala klinis dengan
gejala utama demam mengigil secara
berkala dan sakit kepala kadang-kadang
dengan gejala klinis lain sebagai berikut:
• Badan terasa lemas dan pucat karena
kekurangan darah dan berkeringat.
• Nafsu makan menurun.
• Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.
• Sakit kepala yang berat, terus menerus,
khususnya pada infeksi dengan plasmodium
Falciparum.
• Dalam keadaan menahun (kronis)
gejala diatas, disertai pembesaran
limpa.
• Malaria berat, seperti gejala diatas
disertai kejang-kejang dan nyeri sendi
• Pada anak, makin muda usia makin
tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang
menonjol adalah
diare dan pusat karena kekurangan darah
(anemia) serta adanya riwayat kunjungan
ke atau berasal dari daerah malaria.
Gejala klasik malaria merupakan suatu
paroksisme biasanya terdiri atas 3
stadium yang berurutan yaitu :
1. Stadium dingin (cold stage).
2. Stadium demam (Hot stage).
3. Stadium berkeringat (sweating stage).
10. Ketiga gejala klinis tersebut diatas
ditemukan pada penderita berasal dari
daerah non endemis yang mendapat
penularan didaerah endemis atau yang
pertama kali menderita penyakit malaria.
Di daerah endemis malaria ketiga stadium
gejala klinis di atas tidak berutan dan
bahkan tidak semua stadium ditemukan
pada penderita sehingga definisi malaria
klinis seperti dijelaskan sebelumnya
dipakai untuk pedoman penemuan
penderita di daerah endemisitas.
Masa inkubasi ini bervariasi antara 9 -
30 hari tergantung pada species parasit,
paling pendek pada plasmodium
Falciparum dan paling panjang pada
plasmodium malaria. Masa inkubasi ini
tergantung pada intensitas infeksi,
pengobatan yang pernah didapat
sebelumnya dan tingkat imunitas
penderita.
Secara umum dapat dikatakan bahwa masa
inkubasi bagi plasmodium falciparum adalah
10 hari setelah transfusi, plasmodium vivax
setelah 16 hari dan plasmodium maJariae
setelah 40 hari lebih.
Masa inkubasi pada penularan secara alamiah
bagi masing-masing species parasit adalah
sebagai berikut :
• Plasmodium Falciparum 12 hari.
• Plasmodium vivax dan Plasmodium Ovate
13 -17 hari.
• Plasmodium maJariae 28 -30 hari.
11. DIAGNOSIS
Diagnosis malaria tergantung pada
ditemukannya parasit malaria pada sediaan
darah tepi. Peranan diagnosis laboratorium
terutama untuk menunjang penanganan
klinis. Penunjang laboratorium terutama
berguna untuk :
1. Diagnosis pada kegagalan obat
2. Penyakit berat dengan komplikasi
3. Mendeteksi penyakit tanpa penyulit di
daerah tidak stabil atau daerah dengan
transmisi rendah, dan untuk membedakan P.
falciparum dan P. vivax di daerah dimana
terdapat infeksi oleh kedua jenis parasit
tersebut.
12. EPIDEMOLOGI
Malaria terdapat di daerah dari 60
Lintang Utara sampai 30 Lintang
Selatan, setinggi 2.666 m sampai daerah
yang terletak 433 m di bawah
permukaan laut (Dead Sea). Di
Indonesia, penyakit malaria ditemukan
tersebar di seluruh kepulauan, terutama
di Kawasan Timur Indonesia. Daerah
yang sejak semula bebas malaria ialah
Pasifik tengah dan selatan (Hawai dan
Selandia Baru).
Malaria di suatu daerah berbeda dengan daerah lain
karena:
1. Faktor manusia (ras)
2. Faktor vektor (nyamuk anopheles)
Di Indonesia terdapat beberapa vektor yang penting
(spesies anopheles), yaitu: A. Aconitus, A.
Maculatus, A.Subpictus yang terdapat di Jawa dan Bali ; A.
Sundaicus, dan A.Aconitus di Sumatera ; A. Sundaicus, A.
Subpictus di Sulawesi; A.Balaba Censis di Kalimantan ; A.
Farauti dan A. Punctulatus di Irian Barat.
3. Parasit
Di beberapa daerah parasit telah kebal terhadap obat anti
malaria
4. Faktor lingkungan yang mempengaruhi siklus biologi
nyamuk
Besarnya derajat endemi dapat diukur
dengan spleen rate dan parasite rate
sehingga dapat dibedakan daerah :
1. Hipoendemik : spleen rate 0-10 %, parasite
rate 0-10%
2. Mesoendemik : spleen rate 11-50 %,
parasite rate 11-50%
3. Hiperendemik : spleen rate dan parasite
rate lebih dari 50%
4. Holoendemik : spleen rate dan parasite
rate lebih dari 75%
13. PROGNOSIS
Prognosis malaria yang disebabkan oleh P. vivax
pada umumnya baik, tidak menyebabkan
kematian, walaupun apabila tidak diobati infeksi
rata-rata dapat berlangsung sampai 3 bulan atau
lebih lama oleh karena mempunyai sifat relaps,
sedangkan P. Malariae dapat berlangsung sangat
lama dengan kecenderungan relaps, pernah
dilaporkan sampai 30-50 tahun. Infeksi P.
falciparum tanpa penyulit berlangsung sampai
satu tahun. Infeksi P. falciparum dengan penyulit
prognosis menjadi buruk, apabila tidak
ditanggulangi secara cepat dan tepat bahkan
dapat meninggal terutama pada gizi buruk.
Prognosis untuk malaria nonfallciparum secara
umum baik pada penderita yang responsive
untuk melakukan terapi. Relaps P. ovale dan P.
vivax dapat dihindari dengan terapi yang sesuai.
P. malariae dapat ditangani dengan terapi yang
baik sehingga tidak ada kontribusi untuk
menyebabkan mortalitas dan morbiditas.
Prognosis malaria falciparum, terutama untuk
nonimun perlu berhati-hati. Kerusakan organ
secara multisystem dapat meningkatkan angka
morbiditas dan mortalitas yang tinggi
(Wilson,2001).
14. PENGOBATAN
Dalam program pemberantasan malaria dikenal
3 cara pengobatan, yait :
1. Pengobatan presumtif dengan pemberian
skizontisida dosis tunggal untuk mengurangi
gejala klinis malaria dan mencegah penyebaran
2. Pengobatan radikal diberikan untuk malaria
yang menimbulkan relaps jangka panjang
3. Pengobatan massal digunakan pada setiap
penduduk di daerah endemis malaria secara
teratur. Saat ini pengobatan massal hanya di
berikan pada saat terjadi wabah.
15. Obat antimalaria terdiri dari 5 jenis, antara lain :
1. Skizontisid jaringan primer yang membasmi
parasit pra-eritrosit, yaitu proguanil, pirimetamin
2. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi
parasit ekso-eritroit, yaitu primakuin
3. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase
eritrosit, yaitu kina, klorokuin, dan amodiakuin
4. Gametosid yang menghancurkan bentuk
seksual. Primakuin adalah gametosid yang ampuh
bagi keempat spesies. Gametosid untuk P.vivax,
P.malaria, P.ovale, adalah kina, klorokuin, dan
amidokuin
5. Sporontosid mencegah gametosid dalam darah
untuk membentuk ookista dan sporozoid dalam
nyamuk anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.
Protokol untuk pengobatan malaria rawat
jalan atau rawat inap sebagai berikut:
1. Klorokuin bisa diberikan total 25 mg/KgBB
selama 3 hari, dengan perincian sebagai
berikut :
Hari pertama 10 mg/kgBB (maksimal 600 mg
basa), 6 jam kemudian dilanjutkan 10
mg/kgBB (maksimal 600 mg basa) dan 5
mg/kgBB pada 24 jam (maksimal 300 mg
basa) + Primakuin 1 hari. Atau hari I dan II
masing-masing 10 mg/kgBB dan har i III 5
mg/kgBB + Primakuin 1 hari
2. Bila dengan pengobatan butir 1 ternyata
pada hari ke IV masih demam, atau hari ke
VIII masih dijumpai parasit dalam darah,
maka di berikan :
a. Kina Sulfat 30 mg/kgBB/hari dibagi dalam
3 dosis, selama 7 hari atau
b. Fansidar atau suldox dengan dasar dosis
pirimetamin 1-1,5 mg/kgBB atau
sulfadoksin 20-30 mg/kgBB single dose (usia
diatas 6 bulan
16. 3. Bila dengan pengobatan butir 2 pada
hari ke IV masih demam atau hari ke VIII
masih dijumpai parasit maka diberikan :
a. Tetrasiklin HCL 50 mg/kgBB, sehari 4
kali selama 7 hari + fansidar/suldox bila
belum mendapat pengobatan butir 2a
atau
b. Tetrasiklin HCL + kina sulfat bila
sebelumnya mendapatkan pengobatan
butir 2b. Dosis kina dan fansidar/suldox
sesuai butir 2a dan 2b (tetrasiklin hanya
diberikan pada umur 8 tahun atau lebih)
4. Bila tersedia dapat di beri obat-obat sebagai
berikut :
a. Meflokuin15 mg/kgBB (maksimum 1000 mg)
dibagi dalam 2 dosis dengan jarak waktu
pemberian 12 jam secara terpisah. Meflokuin
tidak boleh diberikan sebelum lewat 12 jam
pemberian lengkap kina parenteral
b. Halofantrin 8 mg basa/kgBB setiap 6 jam
untuk 3 dosis.
5. Untuk pencegahan relaps pada P. Vivax dan P.
Ovale (untuk umur > 5 tahun) diberikan
primakuin 0,3 mg basa/kgBB/hari selama 14
hari (maksimal 26,3 mg/hari)