1. ADAB BERTAMU
A. Pengertian Adab Bertamu
Dalam ajaran Islam ada dua konsep yang harus ditegakkan, yaitu Hablum
minallah dan Hablum minannas, Hablum Minallah artinya melakukan hubungan
dengan Allah, sedangkan Hablum minannas artinya melakukan hubungan antar
sesama manusia. Bertamu termasuk salah satu dari kegiatan hablum minannas. Jika
demikian, apa bertamu itu sebenarnya?
Bertamu adalah berkunjung ke rumah orang lain dalm rangka mempererat tali
silaturahim. Maksud orang lain di sini adalah tetangga, saudara (sanak famili), teman
sekantor, teman seprofesi dan sebagainya. Bertamu tentu ada maksud dan tujuannya,
antara lain menjeguk yang sedang sakit, ngobrol-ngobrol biasa, membicarakan bisnis,
membicarakan masalah keluarga dan sebagainya.
Bertamu itu ada peraturan dan caranya. Tamu yang baik akan memahami
aturan atau tatacara yang telah di tetapkan sesuai dengan tuntunan agama, baik
mengenai waktu bertamu maupun cara menempatkan diri (sopan santun) sebagai
tamu. Berapa lama waktu bertamu itu tidak ada. Biasanya lama bertamu itu
tergantung kepada keperluanya, artinya apabila keperluan sudah cukup maka tamu
pulang. Rosulullah memberi patokan secara umum bahwa bertamu itu paling lama 3
hari. Sabdanya:”bertamu itu 3 hari.”
Mengapa demikian? Sebab bertamu lebih dari 3 hari dapat merepotkan tuan
rumah (yang menerima tamu). Apalagi apabila tuan rumah dalam keadaan
kesempitan, artinya tidak mempunyai cukup rizki untuk menjamu tamu. Keadaan
demikian sudah barang tentu akan merepotkan dan mengganggu perasaan tuan rumah.
Gangguan perasaan adalah sebagian gangguan jiwa. Oleh karena itu agama tidak
membenarkan bertamu lebih dari tiga hari sehingga menyempitkan (menyulitkan)
tuan rumah.
Suasana yang dialami bagi orang yang biasa bersilaturahmi, hidup menjadi
lebih menyenangkan, nuaman, dan hati menjadai tentram sehingga hidup ii merasa
luas dan lega seakan umur bertambah, walaupun kenyataan yang sebenarnya umur
atau ajal manusia sudah ditentukan jauh sebelum ia dilahirkan oleh Allah Swt.
2. Sabda Rasulullah saw. yang lain dari riwayat Aisyah:
ُنْسُحَو ِم ِحَّالرُةَلِص : َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلَص ِهللا ُلْوُسَر ـَلاَق.ِراَـمْعَالْا ِِف َنْدِزَيَوَارَيِِّالد َنْرِّ
ِـمَعُـيِراَوَجلْا ِقُلُخلْا
﴾عاشة عن ـقىهـيالبوـمدحأ اهو﴿ر
Artinya :
“Sabda Rasulullah saw:”Bersilaturahmi, baik budi pekerti dan bertetangga yang
baik, akan meramaikan kampong dan dapat menabah umur.” (H.R Ahmad dan
Baihaqi dari Aisyah)
Hadis tersebut menambahkan selain bersilaturahmi, berakhlak yang baik
(Husnul Khuluq) dan bertetangga yang baik (Husnul Jawari) dapat pula mencptakan
suasana yang menyenangkan dan lebih semarak dalam hidup bermasyarakat. Oleh
karena itu ajaran islam member tuntunan atau tatakrama dalam berinteraksi antar
sesama misalnya bertamu dan yang menerima tamu.
B. Contoh -contohAdab Bertamu
Dalam bertamu ada beberapa tata cara atau adab yang harus diperhatikan, agar
suasana pertemuan tidak rusak karena adanya hal-hal yang tidak berkenan dihati
masing-masing pihak. Diantaranya yaitu sebagai berikut :
a. Mengetuk pintu disertai dengan memberi salam
Sebelum memasuki rumah seseorang, kita harus meminta izin terlebih dahulu
dengan mengucapkan salam, jika tuan rumah mempersilahkan kita masuk, berulah
kita masuk ke ruamahnya dengan sopan. Allah SWT berfirman:
َـهُّيآَياْوُسِنْأَتْسَت َّىتَح ْـمُكِتْوُـيُـبَرْـيَغاًتْوُـيُـباْوُلُخْدَتَألاْوُـنَمَا َنْيِذَّلاااَـلهْهَا لىَاعْوُمِِّلَسُتَوقلى
َذَت ْمُكَّلَعَل ْمُكَلُرْـيَخ ْمُكِذل
.َنْوُرَّك:﴿النور٢٧﴾
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang
bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.
Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS An Nur:27)
3. b. Tidak boleh masuk rumah sebelum dijinkan.
Jika telah tiga kali namun belum ada jawaban dari tuan rumah, hendaknya
pulang dahulu dan datang pada lain kesempatan. Sebagaimana sabda Nabi SAW:
“Minta ijin itu tiga kali, kalau mendapat ijin masuklah kamu, kalau tidak
hendaklah kamu kembali.” (HR.Bukhori dan Muslim).
c. Tidak diperbolehkan masuk atau bertamu jika yang dikunjungi tidak ada dalam
rumahnya.
Sebagai tamu, apabila kita tidak mendapati tuan rumah, atau merasa tidak
diterima oleh tuan rumah karena satu dan lain hal maka tinggalkanlah rumah itu
dengan segera. Tetapi jangan sampai memperlihatkan kekecewaan terhadap
perlakuan tuan rumah yang tidak berbudi baik tersebut.
Sebagaimana firman Allah:
َلْيِق ْنِاَو ْمُكَل َنَذْوُـي َّىتَاحَهْوُلُخْدَتَالَفاًدَحَااَهْـيِافْوُدََِت ََْل ْنِاَفْمُكَل ىَكْزَاَوُاهْوُعِجْارَفاْوُعِجْار ُمُكَلقلى
َنْوُلَمْعَـتاَِِب ُهللا َو
ُمْيِلَع:﴿النور٢٨﴾
Artinya: “Dan jika kamu tidak menemui seseorang di dalamnya, maka janganlah
kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan
kepadamu:”Kembalilah!(hendaklah) kamu kembali. itu lebih suci bagimu dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S An. Nur :28)
d. Memakai pakaian yang pantas
Ini merupakan etika untuk menghargai orang lain. Sebagaimana firman Allah
SWT. Artinya: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.... ”
(QS Al Isra : 7)
e. Jangan mengintip ke dalam rumah
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Dari Sahal bin Saad ia berkata: Ada
seorang lelaki mengintip dari sebuah lubang pintu rumah Rasullulah SAW dan
pada waktu itu beliau sedang menyisir rambutnya. Maka Rasullulah SAW
bersabda: ”Jika aku tahu engkau mengintip, niscaya aku colok matamu.
Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk meminta izin itu adalah karena untuk
menjaga pandangan mata.” (HR Bukhari).
4. f. Memperkenalkan diri sebelum masuk
Apabila tuan rumah belum tahu/belum kenal, hendaknya tamu
memperkenalkan diri secara jelas, terutama jika bertamu pada malam hari.
Diriwayatkan dalam sebuah hadits yang artinya: “Dari Jabir ra la berkata: Aku
pernah datang kepada Rasulullah SAW lalu aku mengetuk pintu rumah beliau.
Nabi SAW bertanya: “Siapakah itu?” Aku menjawab: “Saya” Beliau bersabda:
“Saya, saya...!” seakan-akan beliau marah.” (HR Bukhari). Kata “Saya” belum
memberi kejelasan. Oleh sebab itu, tamu hendaknya menyebutkan nama dirinya
secara jelas sehingga tuan rumah tidak ragu lagi untuk menerima kedatangannya.
g. Masuk dan duduk dengan sopan
Setelah tuan rumah mempersilahkan untuk masuk, hendaknya tamu masuk dan
duduk dengan sopan di tempat duduk yang telah disediakan. Tamu hendaknya
membatasi diri, tidak memandang kemana-mana secara bebas. Pandangan yang
tidak dibatasi (terutama bagi tamu asing) dapat menimbulkan kecurigaan bagi tuan
rumah. Tamu dapat dinilai sebagai orang yang tidak sopan, bahkan dapat pula
dikira sebagai orang jahat yang mencari-cari kesempatan. Apabila tamu tertarik
kepada sesuatu (hiasan dinding misalnya), lebih ia berterus terang kepada tuan
rumah bahwa ia tertarik dan ingin memperhatikannya.
h. Tamu laki-laki dilarang masuk kedalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang
wanita.
Dalam hal ini, perempuan yang berada di rumah sendirian hendaknya juga
tidak memberi izin masuk tamunya. Mempersilahkan tamu lelaki ke dalam rumah
sedangkan ia hanya seorang diri sama halnya mengundang bahaya bagi dirinya
sendiri. Oleh sebab itu, tamu cukup ditemui diluar saja.
Sebagaimana sabda Nabi SAW: “janganlah seorang laki-laki bersepi-sepi
bersama perempuan kecuali dengan mahromnya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
i. Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati
Apabila tuan rumah memberikan jamuan, hendaknya tamu menerima jamuan
tersebut dengan senang hati, tidak menampakkan sikap tidak senang terhadap
jamuan itu. Jika sekiranya tidak suka dengan jamuan tersebut, sebaiknya berterus
terang bahwa dirinya tidak terbiasa menikmati makanan atau minuman seperti itu.
Jika tuan rumah telah mempersilahkan untuk menikmati, tamu sebaiknya segera
menikmatinya, tidak usah menunggu sampai berkali-kali tuan rumah
mempersilahkan dirinya.
5. j. Makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memilih
Islam telah memberi tuntunan bahwa makan dan minum hendaknya dilakukan
dengan tangan kanan, tidak sopan dengan tangan kiri (kecuali tangan kanan
berhalangan). Cara seperti ini tidak hanya dilakukan saat bertamu saja. Melainkan
dalam berbagai suasana, baik di rumah sendiri maupun di rumah orang lain.
k. Segeralah pulang setelah selesai urusan.
Kalau dirasa sudah sudah cukup keperluannya maka dengan sikap yang agak
berat kita berpamitan, untuk pulang. Tidak lupa sampaikan penghargaan yang
sebesar-besarnya atas sambutannya dengan harapan kita akan menanti
kedatangannya di rumah kita, dan dapat bertemu kembali dilain waktu.
ADAB MENERIMA TAMU
A. Pengertian Adab Menerima Tamu
Menerima tamu ialah menerima seseorang yang berkunjung ke rumah kita,
baik yang berasal dari jauh maupun yang tinggal di dekat rumah kita, yang disebut
tetangga atau kerabat.
Sebagai agama yang sempurna, Islam juga memberi tuntunan bagi umatnya
dalam menerima tamu. Demikian pentingnya masalah ini (menerima tamu) sehingga
Rasulullah SAW menjadikannya sebagai ukuran kesempurnaan iman. Artinya, salah
satu tolak ukur kesempurnaan iman seseorang ialah sikap dalam menerima tamu.
Sabda Rasulullah SAW:
َالا ِمْوَـيْلاَو ِهللا اِب ُنِمْؤُـي َنَاَك ْنَمُهَفْـيَض ْمِرْكُْيلاَف ِرِخ(رو)البخارى اه
Artinya:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia
memuliakan tamunya.”(HR Bukhari).
Sebagai tuan rumah atau orang yang kedatangan tamu, kita harus menerima
mereka dengan baik sesuai tata cara atau adab dalam ajaran Islam. Tamu adalah raja
yang harus dihormati dan dihargai. Sesuai kemampuan dan batas-batas penghormatan
tertentu. Oleh karena itu, kita wajib menghormati tamu yang berkunjung ke rumah
kita sesuai kemampuan yang ada. Menghormati tidak harus berbentuk materi,
6. makanan atau minuman, melainkan lebih kepada sikap perilaku yang mulia terhadap
tamu.
Perhatikan sabda Rasulullah saw. dari riwayat Ka’ab bin Malik:
﴾ـمدحأ اهو﴿ر .ًةَْْحَر ْمِهْيِف َّنِاَف ْمُكَفْوُـيُضاْوُمِرْكَا
Artinya :
“Hormatilah tamu-tamu yang berkunjung ke rumahmu, karena sesungguhnya
dalam penghormatan terhadap mereka terhadap rahmad.” (H.R Ahmad)
B. Contoh-contoh Adab Menerima Tamu
Tamu perlu diterima dengan cara-cara yang baik. Tuan rumah mempunyai
tanggung jawab atas keselamatan tamunya. Selain keselamatan dan keamanan juga
perlu diusahakan, kesenangan dan ketenangan bagi tamunya, asal tamu tersebut
orang-orang yang baik dan tidak bermaksud jahat terhadap tuan rumah. Adab
bertamu, diantaranya adalah:
a. Menjawab salam yang diucapakan tamu
Menjawab Salam saudara kita sesama muslim berarti merealisasikan sunnah
Rosululloh dan menunaikan hak sesama muslim. Dari Abu Hurairoh berkata: Saya
mendengar Rosululloh bersabda: “Hak orang muslim terhadap muslim lainnya ada
lima; Menjawab salam… ”. Adapun apabila ahli kitab yang mengucapkan salam,
maka jawabannya cukup hanya dengan ucapan “alaik” atau “alaikum” saja,
sebagaimana keterangan yang lalu.
b. Memberikan ijin masuk, lalu dipersilahkan duduk
Apabila sudah diterima dengan baik dan setelah tuan rumah mempersilahkan
untuk masuk, hendaknya tamu masuk dan duduk dengan sopan di tempat duduk
yang telah disediakan. Janganlah berbuat seenaknya di rumah orang, meskipun
udah dikatakan oleh tuan rumah, anggaplah sebagai rumah sendiri. Itu adalah hak
dan kewajiban dia sebagai tuan rumah, sedangkan kamu mempunyai hak dan
kewajiban tersendiri sebagai tamu.
Tamu hendaknya membatasi diri, tidak memandang kemana-mana secara
bebas. Pandangan yang tidak dibatasi (terutama bagi tamu asing) dapat
7. menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah. Tamu dapat dinilai sebagai orang yang
tidak sopan, bahkan dapat pula dikira sebagai orang jahat yang mencari-cari
kesempatan. Apabila tamu tertarik kepada sesuatu (hiasan dinding misalnya), lebih
ia berterus terang kepada tuan rumah bahwa ia tertarik dan ingin
memperhatikannya.
c. Berusaha semaksimal mungkin untuk menghormati tamu
Harus bersikap ramah dan sopan, sebab menerima tamu hukumnya wajib,
khususnya tamu teman akrab. Bahkan Rasulullah saw menjadikannya sebagai tolak
ukur keimanan seseorang. Sebagaimana hadits Nabi yang berbunyi:
ُهَفْـيَض ْمِرْكُْيلاَف ِرِخَالا ِمْوَـيْلاَو ِهللا اِب ُنِمْؤُـي َنَاَك ْنَم(رو)البخارى اه
Artinya:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia
memuliakan tamunya.”(HR Bukhari).
d. Berpakaian yang pantas, rapi dan sopan
Sebagaimana orang yang bertamu, tuan rumah hendaknya mengenakan
pakaian yang pantas pula dalam menerima kedatangan tamunya. Berpakaian pantas
dalam menerima kedatangan tamu berarti menghormati tamu dan dirinya sendiri.
Islam menghargai kepada seorang yang berpakain rapi, bersih dan sopan.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “ Makan dan Minumlah kamu, bersedekah
kamu dan berpakaianlah kamu, tetapi tidak dengan sombong dan berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah amat senang melihat bekas nikmatnya pada hambanya.” (HR
Baihaqi).
Demikian pula sebaliknya. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri
dan jika kamu berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.... ” (QS Al
Isra : 7)
e. Boleh menanyakan siapa namanya
Ketika sohibul bait (tuan rumah) mengetahui ada tamu yang sedang meminta
izin masuk ke rumahnya sedangkan dia tidak mengenal sebelumnya, maka boleh
menanyakan namanya.
8. f. Memberi jamuan
Menjamu tamu sesuai kemampuan, salah satu cara menghormati tamu ialah
memberi jamuan kepadanya. Tidak perlu mengada-adakan, kewajiban menjamu
tamu yang ditentukan oleh Islam hanyalah sebatas kemampuan tuan rumah. Oleh
sebab itu, tuan rumah tidak perlu terlalu repot dalam menjamu tamunya.
Bagi tuan rumah yang mampu hendaknya menyediakan jamuan yang pantas,
sedangkan bagi yang kurang mampu hendaknya menyesuaikan kesanggupannya.
Jika hanya mampu memberi air putih maka air putih itulah yang disuguhkan.
Apabila air putih tidak ada, cukuplah menjamu tamunya dengan senyum dan sikap
yang ramah.
g. Berjabat Tangan
ketika bertemu dengan tamu saudara sesama muslim, disunnahkan berjabat
tangan sebagaimana amalan para sahabat Nabi Muhammad.
h. Boleh Saling Berpelukan
Berpelukan dengan tamu yang datang dari bepergian, pada asalnya
dibolehkan, karena banyak sahabat Rosulullah SAW. yang mengamalkannya
i. Mengantarkan tamu yang hendak pulang sampai di depan rumah dengan memberi
salam.
Salah satu cara terpuji yang dapat menyenangkan tamu adalah apabila tuan
rumah mengantarkan tamunya sampai ke pintu halaman. Tamu akan merasa lebih
semangat karena merasa dihormati tuan rumah dan kehadirannya diterima dengan
baik.