Ringkasan dokumen tersebut adalah tentang hukum pernikahan dalam Islam yang mencakup pengertian, tujuan, rukun, dan hukum nikah serta hal-hal terkait seperti mahram, memilih pasangan, dan undang-undang pernikahan di Indonesia."
3. • “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. “ (QS. Ar-Ruum: 21)
4. Pra-Menikah
• Minta pertimbangan
• Shalat Istikharah
• Ta’aruf
• Khitbah (peminangan)
Wanita boleh dipinang jika memiliki 2 syarat:
1. Pada waktu dipinang tidak ada halangan-halangan syar’i
yang menyebabkan laki-laki dilarang memperisterinya
saat itu
2. Belum dipinang orang lain secara sah, sebab Islam
mengharamkan seseorang meminang saudaranya
• Melihat wanita yang dipinang
5. PENGERTIAN NIKAH
• Etimologis :
– Berkumpul/mengumpulkan
• Terminologis :
– Akad yang menghalalkan
suami istri bermesraan
dengan cara yang
ditetapkan oleh syara’
(Islam)
– Akad yang menghalalkan
hubungan kelamin antara lk
& pr dalam rangka
memenuhi ketentuan
syariat.
Tujuan Nikah
• Merasa tentram (QS. 30 :
21)
• Menumbuhkan rasa cinta
(wanita, anak2, harta: QS.
3:14 )
• Penyaluran naluri secara
halal
• Mendapat kebahagiaan
hidup
6. sunnah para nabi
menjadi kaya
tanda kekuasaan Allah
setengah agama
tidak ada pembujangan
URGENSI
NIKAH
ciri makhluk hidup
ر َانْلَس ْرَأ ْدَقَل َو
ِّلْبَق نِّم ًالس
َك
َو ْزَأ ْمهَل َانْلَعَج َو
ًًةَّ ِّ
رُ َو اًججا
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus
beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami
memberikan kepada mereka isteri-isteri dan
keturunan (QS. Ar-Ra’d :38)
Empat hal yang merupakan sunnah para rasul :
Hinna', berparfum, siwak dan menikah.
(HR. At-Tirmizi)
َلَخ ْنَأ ِّهِّتاََّآ ْنِّم َو
َأ ْنِّم مكَل َق
ْمكِّسنف
نكْسَتِّل اًججا َو ْزَأ
اَهْيَلِّإ وجا
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya (QS. Ar-Ruum :21)
َّ جاءَرَقف وجاونكََّ نِّإ
ة
ّللا مِّهِّنْغ
نِّم
ِّسجا َو ة
ّللا َو ِّهِّلْضَف
ٌ ميِّلََ ٌ ع
Jika mereka miskin Allah akan memampukan
mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha
luas lagi Maha Mengetahui.(QS. An-Nur : 32)
Orang yang diberi rizki oleh Allah SWT
seorang istri shalihah berarti telah dibantu
oleh Allah SWT pada separuh agamanya.
Maka dia tinggal menyempurnakan
separuh sisanya. (HR. Thabarani dan Al-
Hakim 2/161).
14. wali
ijab kabul
2 saksi
suami (calon)
RUKUN
NIKAH
Istri (calon)
Islam
Berakal
Baligh
Merdeka/tdk dipaksa
Syarat Wali
Tambahan Imam
Syafi’i:
1.Laki-Laki
2.Tidak dipaksa
3.Tidak sedang ihram
4.Tdk cacat
penglihatannya
15. Ayah, ayahnya ayah, dan seterusnya
Saudara laki-laki seayah
Saudara laki-laki se-ayah se-ibu
Anak laki-laki saudara laki-laki se-ayah se-ibu
Anak laki-laki saudara laki-laki se-ayah
SUSUNAN
WALI Saudara laki-laki ayah yg se-ayah & se-ibu dg ayah
Saudara laki-laki ayah yg se-ayah dg ayah
Anak laki-laki saudara laki-lakinya ayah yg se-ayah &
se-ibu dg ayah
Anak laki-laki saudara laki-lakinya ayah yg se-ayah
dg ayah
16. tidak poligami
di masjid
bulan syawwal
hari jumat
melihat calon
SUNNAH
NIKAH
penyebutan mahar & waktu pelunasan
khutbah sebelum akad
Diumumkan-undangan
undangan makan
doa & tahniah (ucapan selamat)
doa suami untuk istri
17. selamanya tidak sah bila dibatasi waktu
lazim tidak sah dibatalkan salah satu pihak
KARAKTER
AKAD NIKAH
18. MAHAR / Mas Kawin
Islam memuliakan wanita dengan
mewajibkan laki-laki yang hendak
menikahinya menyerahkan mahar (mas
kawin). Islam tidak menetapkan
batasan nilai tertentu dalam mas kawin
ini, tetapi atas kesepakatan kedua
belah pihak dan menurut kadar
kemampuan. Rasulullah Saw bersabda
:"Sebaik-baik mahar adalah
yang paling ringan." (HR. Al-
Hakim dan Ibnu Majah)
Kupinang engkau
dengan al-Qur’an
19.
20. Hal-Hal yg berkenaan dg teknik pernikahan
UU. RI. No. 1/74
pasal 2 dan PP
No. 9/75 ttg
pencatatan
perkawinan
1. Keduanya harus Islam (kep.
Menag no. 154/91 pasal 40c &
44)
2. Sudah sampai umur: 21 th
(kep. Menag no. 154/91 pasal
7).
3. Tdk dipaksa (kep Menag no.
154/91 pasal 71-72).
4. Tidak ada halangan nikah
antara kedua calon (UU. No.
1/74 pasal 8-11).
Pernikahan Dini
21. Undang-Undang ttg Aqad Nikah
UU. No. 1/74
pasal 12
1. Dilakukan menurut
hukum masing masing
agama &
kepercayaannya
2. Dilakukan di depan
petugas pencatat
3. Dihadiri oleh 2 orang
saksi
22. Undang-Undang ttg Aqad Nikah
Kep Menag No.
154/91 pasal
27 & 29
1. Ijab adalah ucapan
wali / wakilnya, kabul
adalah jawaban dari
calon mempelai pria atau
wakilnya
2. Ucapan ijab & kabul
harus jelas
3. Antara ijab & kabul
harus beruntun, dan
tidak berselang waktu
29. Masalah per-saksi-an dlm pernikahan
• Kedudukan saksi :
– 1. M. Syafi’I: saksi merupakan rukun nikah; sedangkan
Hanafi & Hambali : saksi adalah syarat sahnya akad
nikah
– 2. M. Maliki: saksi adalah syarat dibolehkannya suami-
istri melakukan hub seksual, bkn syarat sahnya nikah
– 3. Syiah: saksi bkn rukun nikah, bkn syarat nikah dan
bkn pula syarat boleh melakukan hub seksual (saksi sbg
pelengkap saja)
30. Tujuan Adanya Saksi
• Supaya aqad nikah diketahui oleh umum dan
tidak bersifat rahasia, sebab:
–1. Aqad nikah yang dirahasiakan dapat
menimbulkan fitnah
–2. Akan mudah timbul pengakuan bahwa mereka
sudah menikah.
31. Syarat-Syarat saksi : Madzab Syafi’i
• Baligh
• Berakal sehat
• Merdeka
• Mampu mendengar, melihat & berbicara dg baik
• 2 org laki-laki; tdk boleh diganti dg wanita
• Adil, bukan fasik ( otomatis Islam )
• Boleh keluarga dekat, blh orang yg bermusuhan dg
pengantin
• Bkn orang yg sekaligus bertindak sbg wali
32. Syarat-Syarat saksi : Madzab Hanafi
–Baligh
–Berakal sehat
–Merdeka
–Mampu mendengar dg baik, meskipun buta
–2 org laki-laki atau 1 laki-laki ditambah 2
wanita
–Boleh tidak (memiliki sifat) adil
–Boleh keluarga dekat
–Islam
33. Syarat-Syarat saksi : Mazhab Hanbali
• Baligh
• Berakal sehat
• Boleh budak ( tdk hrs merdeka )
• Mampu mendengar & berbicara dg baik
• Laki-laki
• Adil, bkn fasik ( otomatis Islam )
• Bukan keluarga dekat, paman dan bukan
musuh
34.
35. HALANGAN NIKAH
• Halangan melakukan pernikahan antara laki-laki
& wanita, ada 2 macam :
–1. Halangan selamanya, karena: hubungan
darah, hubungan persusuan, persemendaan &
hubungan li’an.
–2. Halangan sementara, karena; wanita yg
msh bersuami, dlm masa iddah, laki-laki yg msh
memiliki 4 istri, muhrim sementara, ditalak 3,
sedang ihram, beda agama, perzinahan, budak,
dan karena sakit keras.
36. HAK & KEWAJIBAN SUAMI-ISTRI
• Persamaan derajat & tanggung jawab :
1. Suami & istri mempunyai derajat yg sama, hak
& kedudukan yg seimbang
2. Suami & istri mempunyai kewajiban & tanggung
jawab bersama dalam RT.
3. Pembagian tugas sesuai dengan kodrat
masing2 antara suami dan istri
37. Hak bersama suami - istri
• Hak bergaul sebagai suami-istri : QS. 23 : 5-7
• Hak mu’asyarah bil ma’ruf: QS. 4: 19 (menggauli dg baik)
• Hak menisbahkan (menyatakan nasab) anak kpd suami
• Hak saling mewarisi : QS. 4 : 12
• Hak/Kewajiban mengasuh anak (hadlanah): QS. 66 : 6
38. Kewajiban Istri
• 1. Patuh & berbakti kpd suami
• jika istri membangkang, maka suami berhak:
– Menasehati
– Tdk menegur istri & pisah tempat tidur
– Memukul & meninggalkan sendirian di tempat tidur
– Suami menghentikan nafkah & tempat tinggal istrinya
– Meminta nasehat kpd kerabat yg dihormati
• 2. Istri tinggal di rumah yg disediakan suami
• 3. Menyusukan anak dua tahun penuh: QS. 2: 233
39. Kewajiban Suami
• Membayar maskawin kepada istri : QS. 4 : 4
• Memberi nafkah istri : QS. 2 : 233, QS. 65 : 6-7
• Biaya pengobatan istri
• Menyediakan tempat tinggal
• Pengadaan perabot RT
40. Hak & Kewajiban Suami Istri menurut UU
Indonesia
Hak & Kewajiban suami –
istri menurut UU No. 1/74
& Kep. Menag No. 154/91 =
dengan aturan fiqih Islam
45. 1. Nikah
Mut’ah/Kontrak
– Nikah yang diniatkan,
diucapkan dalam aqad nikah
serta dijanjikan hanya akan
berlangsung selama masa
tertentu saja.
– Yaitu menikahnya seorang laki-
laki dengan seorang wanita
dalam jangka waktu tertentu;
satu hari, tiga hari, sepekan,
sebulan, atau lebih.
46. 2. Nikah Muhallil
• Nikah yang sengaja dilakukan antara laki-
2 dg janda talak 3; dg tujuan supaya
wanita halal nikah kembali dg mantan
suaminya setelah pernikahannya putus
baik dg talak maupun karena suami wafat
: QS : 2 : 220.
• Nikah semacam ini haram hukumnya dan
termasuk dalam perbuatan dosa besar.
Rasulullah saw. bersabda. “Artinya :
Rasulullah saw melaknat muhallil dan
muhallala lahu.”
47. 3. Nikah Syigar (Tukaran)
Definisi nikah ini sebagaimana yang
disabdakan oleh Rasulullah Saw:
“Nikah syighar adalah seseorang
yang berkata kepada orang lain,
‘Nikahkanlah aku dengan
puterimu, maka aku akan
nikahkan puteriku dengan dirimu.’
Atau berkata, ‘Nikahkanlah aku
dengan saudara perempuanmu,
maka aku akan nikahkan saudara
perempuanku dengan dirimu.”
48. 4. Nikah dalam masa ‘iddah.
Menikahi seorang wanita
yang masih dalam masa
iddah adalah haram.
Berdasarkan firman Allah
Swt:
“Dan janganlah kamu
menetapkan akad nikah,
sebelum habis masa
‘iddahnya.” [QS. Al-
Baqarah : 235]
49. 5. Nikah dengan Beda Agama
“Dan janganlah kaum nikahi
perempuan musyrik, sebelum
mereka beriman. Sungguh, hamba
sahaya perempuan yang beriman
lebih baik daripada perempuan
musyrik meskipun ia menarik hatimu.
Dan janganlah kamu nikahkan orang
(laki-laki) musyrik (dengan
perempuan yang beriman) sebelum
mereka beriman…” [QS. Al-Baqarah
: 221]
50.
51. 6. Nikah Incest (Sedarah)
“Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anak perempuanmu,
saudara-saudara perempuanmu, saudara-saudara perempuan ayahmu,
saudara-saudara perempuan ibumu, anak-anak perempuan dari saudara
laki-lakimu, anak-anak perempuan dari saudara perem-puanmu, ibu-ibu
yang menyusuimu, saudara-saudara perempuan yang satu susuan
denganmu, ibu-ibu isterimu (mertua), anak-anak perempuan dari isterimu
(anak tiri) yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu
campuri, tetapi jika kamu belum mencampurinya (dan sudah kamu
ceraikan) maka tidak berdosa atasmu (jika menikahinya), (dan
diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu), dan
(diharamkan) mengumpulkan (dalam pernikahan) dua perempuan yang
bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau. Sungguh, Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang.” [QS. An-Nisaa' : 23]
52.
53. 7. Sepersusuan
• Nikah dengan wanita yang haram dinikahi disebabkan
sepersusuan, berdasarkan ayat [QS. An-Nisaa' : 23]
• “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-
anakmu yang perempuan[281]; saudara-saudaramu yang
perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan;
saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-
anak perempuan dari saudara-saudaramu yang
perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara
perempuan sepersusuan….”
54.
55. 8. Nikah dengan isteri yang telah ditalak
tiga.
• Wanita diharamkan bagi suaminya
setelah talak tiga. Tidak dihalalkan
bagi suami untuk menikahinya hingga
wanitu itu menikah dengan orang lain
dengan pernikahan yang wajar (bukan
nikah tahlil), lalu terjadi cerai antara
keduanya. Maka suami sebelumnya
diboleh-kan menikahi wanita itu
kembali setelah masa ‘iddahnya
selesai.
• Lihat surat Al-Baqarah : 230
56. 9. Nikah pada saat melaksanakan
ibadah ihram
• Orang yang sedang melaksanakan
ibadah ihram tidak boleh menikah,
berdasarkan sabda Nabi Saw:
• “Orang yang sedang ihram tidak
boleh menikah atau melamar”.
(HR. Muslim (no. 1409), at-Tirmidzi
(no. 840) dan an-Nasa-i (V/192),
dari Shahabat ‘Utsman bin ‘Affan
ra).
57. 10. Nikah dengan wanita
yang masih bersuami.
• Berdasarkan firman
Allah:
“Dan (diharamkan juga
kamu menikahi)
perempuan yang
bersuami...” [QS. An-
Nisaa' : 24]
58. 11. Nikah dengan wanita pezina/pelacur.
• “Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan,
atau dengan perempuan musyrik; dan pezina perempuan tidak boleh
menikah kecuali dengan pezina laki-laki atau dengan laki-laki musyrik;
dan yang demikian itu diharamkan bagi orang-orang mukmin.” [QS. An-
Nuur : 3]
• “Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki
yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan
perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki
yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu
bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan
dan rizki yang mulia (Surga).” [QS. An-Nuur : 26]
59. 12. Nikah dengan lebih dari
empat wanita.
• Lihat An-nisa ayat 3
• Ketika ada seorang Sahabat bernama
Ghailan bin Salamah masuk Islam
dengan isteri-isterinya, sedangkan ia
memiliki sepuluh orang isteri. Maka Nabi
saw memerintahkan untuk memilih
empat orang isteri, beliau bersabda:
“Artinya : Tetaplah engkau bersama
keempat isterimu dan ceraikanlah
selebihnya.”
60. 13. Nikah yang menghimpun wanita dengan bibinya, baik
dari pihak ayahnya maupun dari pihak ibunya.
Sabda Rasulullah Saw. Artinya :
• Tidak boleh dikumpulkan
antara wanita dengan bibinya
(dari pihak ayah), tidak juga
antara wanita dengan bibinya
(dari pihak ibu).”
61. 14. Nikah Istibdha'
• Nikah Istibdha' adalah nikah yang dimaksudkan untuk memperoleh
keturunan atau "bibit unggul". Dalam prakteknya, nikah ini atas usul
dan kemauan si suami setelah melihat ada orang yang dipandang
hebat, pintar atau 'aneh' dari yang lainnya sehingga ia pun
berkeinginan untuk mendapatkan putra seperti dia. Sang suami
biasanya berkata kepada isterinya: "Apabila kamu sudah suci dan
selesai haidmu, pergilah ke si anu (misalnya seorang professor) dan
bersenang-senanglah dengannya sampai kamu hamil". Ketika sudah
hamil, baru isteri tersebut pulang lagi dan kembali lagi kepada
suaminya. Dan suaminya sangat bahagia karena akan mendapatkan
putra yang sangat diinginkannya. Istibdha' secara bahasa artinya
bersetubuh (jima'). Pernikahan seperti ini jelas diharamkan.
62. 15. Nikah ar-Raht.
• Raht secara bahasa berarti rombongan, kelompok. Dalam
pernikahan ini, sekelompok laki-laki (syaratnya tidak boleh
lebih dari sepuluh orang) bersekutu dan sepakat untuk
menggauli seorang perempuan secara bergantian dan
bergilir. Ketika wanita tadi hamil dan melahirkan, semua
laki-laki yang ikut menanam "saham" pada wanita tadi
harus berkumpul di hadapan wanita tadi. Setelah
berkumpul si wanita berkata: "Kalian telah maklum dengan
apa yang telah kalian lakukan. Kini, saya sudah
melahirkan, maka anak ini adalah anakmu wahai fulan
(sambil menunjuk salah satu laki-laki yang disukainya)".
63. 16. Nikah Sesama Jenis
• “Dan orang-orang yang
menjaga kemaluannya, kecuali
terhadap isteri-isteri mereka
atau budak yang mereka miliki,
maka sesungguhnya mereka
dalam hal ini tiada tercela.
Barangsiapa mencari yang di
balik itu maka mereka itulah
orang-orang yang melampaui
batas” [Al-Mukminun/23: 5-7]
66. 1. NUSYUZ ( durhaka )
– Yaitu tindakan istri yang menentang kehendak suami, yang tdk
ada alasan yg dapat diterima menurut hukum syara’ a.l:
Istri tdk mau tinggal di rumah yg disediakan suami
Apabila istri bepergian dg tidak beserta suami atau muhrimnya
malaupun perjalanan itu wajib spt pergi haji, sbb perjalanan
perempuan yg tidak beserta muhrim adalah maksiat.
dll
67. 2. TALAQ (perceraian)
• Adalah melepaskan ikatan pernikahan yg disebabkan oleh
perselisihan antara suami istri yg menimbulkan bibit
permusuhan dan kebencian diantara keduanya .
• Macam thalaq ada 2:
Thalaq Raj’i : thalaq sementara (bisa ruju’ kembali )
Thalaq Ba’in : thalaq selamanya (tdk bisa rujuk / kembali )
68. HUKUM TALAQ
• WAJIB: apabila terjadi perselisihan antara suami istri,
sedangkan hakim sudah memandang perlu keduanya
bercerai.
• SUNNAH: apabila suami tdk lagi sanggup membayar
kewajibannya (nafkah), atau istri tdk menjaga kehormatan
dirinya.
• HARAM (Bid’ah): dalam 2 keadaan: pertama:
menjatuhkan thalaq sewaktu istri sedang haidh; kedua:
menjatuhkan thalaq sewaktu suci yg telah dicampurinya
dlm waktu suci itu
• MAKRUH : yaitu hukum asal dari thalaq adalah dibenci
69. LAFADH TALAQ ( Ucapan Cerai )
• Kalimat yang dipakai untuk perceraian ada 2 macam :
Sharih: terang atau jelas; bahwa suami tidak ragu-ragu lagi
memutuskan ikatan pernikahan dg mengatakan : kamu terthalaq
atau saya ceraikan kamu
Kinayah: sindiran; bahwa suami masih ragu-ragu untuk
mengucapkan kata cerai, shg suami hanya melakukan sindiran
saja. Msl: pulanglah kamu ke rumah keluargamu
70. Rukun-Rukun Talaq
• Suami yang mukalaf. Jika suami tidak berakal, mabuk,
tidak baligh, atau tidak sukarela (dipaksa), maka talaknya
tidak sah.
• Istri yang diikat dengan ikatan pernikahan yang hakiki
dengan suami yang menyeraikannya.
71. HIKMAH TALAK
• Merupakan jalan keluar darurat dari kemelut rumah tangga yang berkepanjangan
sebagai akibat tidak harmonisnya hubungan antara suami istri
• Mengakhiri pernderitaan batin yang lama terpendam oleh kedua belah pihak
• Alat untuk meredam kemarahan dan sikap membenci yang terdapat pada kedua
belah pihak
• Memungkinkan kedua belah pihak akan kembali saling menghormati dan saling
menghargai satu sama lainnya dan akan menyadari bahwa persaudaraan sesama
muslim harus dibina kembali, tanpa harus menyimpan dendam
• Pembuka jalan untuk merintis kembali mencari pasngan baru yang lebih sesuaui
setelah mendapat pengalaman dari kegagalan rumah tangga sebelumnya
• Apabila tidak ad apercerain, akan terjadi beberap kendala dalam penyelesaian
masalah yang menyangkut hukum
72. 3. ILA’
• Adalah sumpah suami bahwa dia tdk akan
mencampuri istrinya selama 4 bulan (atau dg
tdk menyebut masa )
• Apabila suami kembali kpd istrinya sebelum 4
bulan, maka ia harus membayar KIFARAT
(denda sumpah) kpd istrinya, sebaliknya bila
suami tdk kembali maka berlaku thalaq ba’in.
• KIFARATNYA: memberi makan fakir miskin
10 orang, atau memerdekakan budak, jika
tidak sanggup, maka puasa 3 hari.
73. 4. DZIHAR
• Yaitu seorang suami menyerupakan istri
dg ibunya shg haram atasnya (atau
perempuan lain yang dinikah baginya).
Misalkan: engkau tampak olehku spt
punggung ibuku.
• Hukumnya haram.
• Apabila suami mengatakan dzihar
kepada istrinya, maka wajib baginya
membayar KIFARAT dan haram atasnya
bercampur dg istrinya sebelum ia
membayar kifarat.
74. MACAM-MACAM KIFARAT
( denda ) Dzihar.
• Tingkatan kifarat dzihar ada 3
yaitu :
Memerdekakan budak
Puasa 2 bulan BERTURUT-TURUT
Memberi makan 60 orang miskin
75. 5. LI’AN (Saling Laknat)
Adalah perkataan atau tuduhan suami kepada istri telah
berbuat zina, dan perkataan itu diulang sampai 4 kali
Apabila tuduhan itu tdk benar / tdk mampu menghadirkan 4
org saksi/ tidak mau bersumpah, maka suami harus dipukul 80
kali (QS. An-nur : 6-7)
Apabila istri tdk melakukan zina, maka ia hrs mengucapkan
sumpah li’an 4 kali dan yg ke-5nya adalah amarah Allah jika
suaminya benar atas tuduhannya (QS. An-nur: 8-9), berlaku
cerai selamanya. Jika tidak mau sumpah, berlaku hukum zina
baginya.
Jika terjadi li’an, berlaku cerai selama-lamanyaa
76. 6. IDDAH
• Yaitu masa tunggu (menanti) bagi istri yang diceraikan
suaminya (baik cerai hidup atau cerai mati ).
Bagi istri yg hamil, maka iddahnya sampai dg lahirnya anak yg
dikandungnya baik cerai mati atau hidup ( QS. Thalaq : 4)
Bagi istri yg tidak hamil, maka iddahnya 4 bulan 10 hari bila cerai
mati; dan 3 kali suci bila cerai hidup (QS. Al-baqarah 234 & 228)
Bagi istri yg tdk haidh (menopous), maka iddahnya adalah 3
BULAN (QS. Thalaq : 4)
Istri dicerai belum dicampuri, tidak ada iddah.
77. Iddah Wanita Dicerai (3 Quru`)
– 3 kali haidh
– 3 kali suci
Masa Suci 1 Haidh Masa Suci 2 Haidh Masa Suci 3
Masa Suci 1 Haidh Masa Suci 2 Haidh Masa Suci 3 Haidh Masa Suci 4
1 2 3
1 2 3
78. 7. RUJUK
• Yaitu kembalinya suami kepada istri atau
kembalinya istri kepada suami yg telah
menceraikannya.
• Rukun Rujuk:
1. Istri
2. Suami
3. Saksi
4. Sighat ( lafadz )
79. HUKUM RUJUK
• WAJIB : terhadap suami yg menthalaq salah seorang
istrinya sbl dia sempurnakan pembagian waktunya thd istri
yg dithalaq
• HARAM : apabila terjadi dari sebab ruju’nya itu menyakiti
istri
• JAIZ : boleh (hukum ruju’ yg asli)
• SUNNAH : jika lebih berfaedah bagi keduanya
80. Syarat-
syarat Rujuk
• Atas kemauan sendiri atau kemauan
kedua belah pihak
• Dinyatakan dengan perkataan
• Mantan istri dalam keadaan iddah
• Saksi, harus disaksikan oleh 2 orang
laki-laki
KETENTUAN
RUJUK
• Rujuk hanya boleh dilakukan jika membawa
kebaikan bagi istri dan anak-anaknya
• Rujuk hanya dapat dilaksanakan jika
perceraian terjadi satu atau dua kali
• Rujuk dilakukan sebelum masa iddahnya
81. HIKMAH RUJUK
• Mengembalikan hubungan persaudaraan.
• Alat islah (perdamaian) untuk memperbaiki
kesalahan.
• Menyelamatkan masa depan anak – anaknya,
khususnya dalam hal pendidi.kan
82. 8. KHULU’
• Khulu’ adalah seorang suami menceraikan isterinya
dengan imbalan mengambil sesuatu darinya. Dan khulu’
disebut juga fidyah atau if fah (tebusan).
• Menurut Kompilasi Hukum Islam tahun 1991 dalam pasal 1
huruf i Khuluk adalah perceraian yang terjadi atas
permintaan istri dengan memberikan tebusan atau
iwadh kepada dan atas persetujuan suaminya.
83. 9. FASAKH
• Fasakh berarti memutuskan pernikahan, perkara ini hanya diputuskan
apabila pihak isteri membuat pengaduan kepada Mahkamah dan
hakim, karena sebab tertentu, misal; suami tidak bisa bekerja, suami
berpenyakit, dsb.
Syarat Fasakh:
• 1. Istri harus selalu tinggal dalam rumah ketika ditinggal suami
• 2. Istri tidak melakukan nusyuz (durhaka kepada suami )
• 3. Istri telah bersumpah mengenai dua hal diatas
• 4. Istri bersumpah bahwa suaminya tidak mempunyai harta ditempat dan tidak
meninggalkan nafkah untuk dirinya.
• 5. Istri menyatakan bahwa suaminya tidak sanggup memberikan nafkah dirinya.
84. Hikmah Nikah
• Mendorong seseorang untuk hidup lebih berencana, aktif &
kreatif dalam memenuhi kebutuhan keluarga
• Hidup akan lebih bertanggung jawab
• Terwujud keluarga yang bahagia & sejahtera
85. kesimpulan
• Islam mengajarkan bahwa pernikahan adalah untuk mewujudkan
keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah
• Pernikahan mempunyai kata dasar nikah, menurut Bahasa Indonesia,
nikah artinya bersatu atau berkumpul
• Menurut istilah syariat, nikah adalah bersatu/berkumpul antara
seorang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya untuk
membangun rumah tangga sebagai suami istri menurut ketentuan
Islam
• Dalam ketentuan Islam nikah menghalalkan hubungan seksual antara
keduanya dengan dasar sukarela dan persetujuan bersama demi
terwujudnya keluarga bahagia yang diridhai Allah swt
• Hukum nikah adalah mubah (boleh dilakukan) bagi sebagian ulama