1. 1
Pemuda yang Mendapatkan Naungan Allah
Ada sebuah hadits Nabi saw yang – antara lain – menyebut ‘Pemuda
Yang Akan Mendapatkan Perlindungan Allah’, yaitu sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari (Sahabat Nabi saw) Abu Hurairah
radhiyallâhu ‘anhu,
ِف ُ ه
اَّلل ُمُه
ُ
ّلِظُي
ٌ
ةَعْبَس
ُ
لِداَع
ْ
ال ُامَمِاإل
ُ
ه
ُ
ّل ِظ
ه
الِإ
ه
ّل ِظ
َ
ال َمْوَي ِه
ِ
ّل ِظ
ٌ
اّب
َ
شَو
ِهِّبَر ِة
َ
ادَبِع ِف
َ
أ
َ
ش
َ
نِف اهاّبَ َ
َت ِن
َ
الُجَرَو ِدِاج َسَم
ْ
ال ِف ٌق
ه
ّلَعُم
ُ
هُب
ْ
ّل
َ
ق
ٌ
ّلُجَرَو
َم
ُ
ات
َ
ذ
ٌ
ة
َ
أَّر
ْ
ام
ُ
ه
ْ
تَب
َ
ّل َط
ٌ
ّلُجَرَو ِهْي
َ
ّلَع ا
َ
قهّر
َ
ف
َ
تَو ِهْي
َ
ّلَع اَعَمَت
ْ
اج ِهللاٍب ِص
ْ
ن
ُ ُ
اُلَم ِش َم
َ
ّل
ْ
ع
َ
ت
َ
ال هَّتَح
َ
َف
ْ
خ
َ
أ
َ
ق
ه
د َص
َ
ت
ٌ
ّلُجَرَو َ ه
اَّلل
ُ
اف
َ
خ
َ
أ
ِ
ِّنِإ
َ
ال
َ
ق
َ
ف ٍالَ َ
َجَو
ُاه
َ
نْي
َ
ع ْت
َ
اض
َ
ف
َ
ف اً ِاِل
َ
خ َ ه
اَّلل َّر
َ
ك
َ
ذ
ٌ
ّلُجَرَو
ُ
هُينِمَي ُقِف
ْ
ن
ُ
ت اَم.
“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang
tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; pemimpin yang adil, seorang pemuda
yang menyibukkan dirinya dengan 'ibadah kepada Rabbnya, seorang laki-laki
yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai
karena Allah; mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah,
seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik
lalu dia berkata, 'Aku takut kepada Allah', dan seorang yang bersedekah dengan
menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan
oleh tangan kanannya, serta seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan
mengasingkan diri hingga kedua matanya basah karena menangis.” Hadits
Riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu, Shahîh al-
Bukhâriy, juz I, hal. 168, hadits no. 660)
Dari hadits tersebut, kita menenukan kalimat “ ٌّبَاشَوَأَشَنِيفِةَدَابِعِهِّبَر
(seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan 'ibadah kepada Rabbnya).”
Luar biasa! Karena saat ini ‘jarang’kita temuka pemuda yang berakhlak
seperti itu.
Kita maklum, bahwa masa muda merupakan masa sempurnanya
pertumbuhan fisik dan kekuatan seorang manusia. Maka nikmat ini
merupakan ‘nikmat besar’ dari Allah Ta’ala yang seharusnya dimanfaatkan
dengan sebaik-sebaiknya untuk amal kebaikan guna meraih ridha Allah
Ta’ala. Dan sebagimana nikmat-nikmat besar lainnya dalam diri manusia,
nikmat inipun nantinya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan
Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
2. 2
ال
َ
أُن
ُ
ظ
َ
ي
َ
كِ
َ
وَل
ُ
أُه
ه
ّن
َ
أْم
َ
ون
ُ
وثُعْبَم.ٍمْوَ ِِلٍيمِظَع.َمْوَيُوم
ُ
ق
َ
يُاسهاّنل
ِ
ّبَّرِل
َيِم
َ
الَع
ْ
ال
“Tidakkah mereka itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada
suatu hari yang besar (dahsyat), (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap
Rabb semesta alam (Allah Ta’ala).” (QS al-Muthaffifîn/83: 4-6).
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ
ل
َ
أ ْسُي هَّتَح ِهِّبَر ِد
ْ
نِع ْنِم ِةَامَيِقال َمْوَي َم
َ
آد ِنْاّب ُم
َ
د
َ
ق
ُ
ولُز
َ
ت
َ
الْن
َ
ع
ِ ِاُلَمَو ، ُه
َ
الّْب
َ
أ َيمِف ِهِاّبَب
َ
ش ْن
َ
عَو ، ُاه
َ
ن
ْ
ف
َ
أ َيمِف ِهِّرُم
ُ
ع ْن
َ
ع ، ٍس
ْ َ
َخ
َمِّلَع اَيمِف
َ
ّلِمَع ا
َ
اذَمَو ،
ُ
ه
َ
ق
َ
ف
ْ
ّن
َ
أ َيمِفَو
ُ
هَب َس
َ
ت
ْ
اك َن
ْ
ي
َ
أ ْنِم.
“Tidak akan bergeser kaki seorang manusia dari sisi Allah, pada hari kiamat (nanti),
sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang lima (perkara): tentang
umurnya untuk apa dihabiskannya, ‘masa mudanya’ digunakan untuk apa,
hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan, serta bagaimana di
mengamalkan ilmunya.”1
Akan tetapi bersamaan dengan itu, masa muda adalah masa yang
penuh dengan godaan untuk memperturutkan hawa nafsu. Seorang pemuda
yang sedang dalam masa pertumbuhan fisik maupun mental, banyak
mengalami gejolak dalam pikiran maupun jiwanya, yang ini sering
menyebabkan dia mengalami keguncangan dalam hidup dan berusaha
sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari berbagai masalah tersebut.2
Dalam kondisi seperti ini, tentu peluang untuk terjerumus ke dalam
keburukan dan kesesatan yang dibisikkan oleh setan sangat besar sekali,
apalagi Iblis yang telah bersumpah di hadapan Allah, bahwa dia akan
menyesatkan manusia dari jalan-Nya dengan semua cara yang mampu
dilakukannya, tentu dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
1
HR at-Tirmidzi dari ‘Abdullah bin ‘Umar, Sunan at-Tirmidzi, juz IV, hal.
612, hadits no. 2416, dan dinyatakan hasan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-
Albani, Al-Jâmi’ ash-Shaghîr wa Ziyâdatuh, juz I, hal. 1326, hadits no. 13255.
2
Lihat keterangan Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin dalam kitab
“Min Musykilâtisy Syabâb”, hal. 5.
3. 3
Allah Ta’ala berfirman,
َ
ال
َ
قاَمِب
َ
فِن
َ
تْيَو
ْ
غ
َ
أ
ه
ن
َ
دُع
ْ
ألقْمُه
َ
ل
َ
ك َاطَ ِِصَيمِقَتْسُم
ْ
ال.هم
ُ
ثْمُه
ه
نَيِتآلْنِم
ِ
ْ
يَبْمِيهِدْي
َ
أْنِمَو
ْ
ّل
َ
خْمِهِفْن
َ
عَوْمِهِناَم
ْ
ي
َ
أْن
َ
عَوْمِهِّلِئاَم
َ
شالَوُدِ
َ
َت
ْم
ُ
هَ َ
َث
ْ
ك
َ
أَينِّرِكا
َ
ش
“Iblis berkata: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar
akan (menghalangi-halangi) manusia dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian saya
akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari
kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur
(taat)” (QS al-A’râf/7: 16-17).
Di sinilah terlihat peran besar agama Islam sebagai petunjuk yang
diturunkan oleh Allah Ta’ala kepada umat manusia untuk kebaikan dan
kemaslahatan hidup mereka di dunia dan akhirat.
Agama Islam sangat memberikan perhatian besar kepada upaya
perbaikan mental para pemuda. Karena generasi muda hari ini adalah para
pemeran utama di masa mendatang, dan mereka adalah pondasi yang
menopang masa depan umat ini.
Oleh karena itulah, banyak ayat al-Qur’an dan hadits Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang menghasung kita untuk membina dan
mengarahkan para pemuda kepada kebaikan. Karena jika mereka baik maka
umat ini akan memiliki masa depan yang cerah, dan generasi tua akan
digantikan dengan generasi muda yang shalih, insyâAllâh.3
Pemuda Yang Dijanjikan Akan Mendapatkan Naungan Allah Ta’ala
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
»
ٌ
ةَعْبَسُمُه
ُ
ّلِظُيُ ه
اَّللِفِه
ِ
ّل ِظَمْوَي
َ
ال
ه
ّل ِظ
ه
الِإ
ُ
ه
ُ
ّل ِظ…
ٌ
اّب
َ
شَو
َ
أ
َ
ش
َ
نِف
ِة
َ
ادَبِعِهِّبَر«
3
Ibid., hal. 6.
4. 4
“Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-
Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya: … Dan
seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah …”.4
Hadits ini menunjukkan betapa besarnya perhatian Islam terhadap
hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi seorang pemuda muslim sekaligus
menjelaskan keutamaan besar bagi seorang pemuda yang memiliki sifat yang
disebutkan dalam hadits ini.
Syaikh Salim al-Hilali berkata: “(Hadits ini menunjukkan) keutamaan
pemuda yang tumbuh dalam dalam ketaatan kepada Allah, sehingga dia
selalu menjauhi perbuatan maksiat dan keburukan”.5
Imam Abul ‘Ula al-Mubarakfuri berkata: “(Dalam hadits ini)
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengkhusukan (penyebutan) “seorang
pemuda” karena (usia) muda adalah (masa yang) berpotensi besar untuk
didominasi oleh nafsu syahwat, disebabkan kuatnya pendorong untuk
mengikuti hawa nafsu pada diri seorang pemuda, maka dalam kondisi
seperti ini untuk berkomitmen dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah (tentu)
lebih sulit dan ini menunjukkan kuatnya (nilai) ketakwaan (dalam diri orang
tersebut)”.6
Dalam hadits lainnya, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
»
ه
نِإَ ه
اَّللهزَع
ه
ّلَجَوُبَج
ْ
عَ َ
ِلَنِم
ِ
اّب
ه
الشْت َس
ْ
ي
َ
لُ َ
ُل
ٌ
ةَوْب َص«
“Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang
tidak memiliki shabwah”.7
4
HR al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, juz II, hal. 138, hadits no. 1423; VIII,
203, hadits no. 6806 dan Muslim, Shahîh Muslim, juz III, hal. 93, hadits no. 2427,
dari Abu Hurairah r.a.
5
Bahjatun Nâzhirîn, juz I, hal. 445.
6
Tuhfatul Ahwadzi, juz VII, hal. 57.
7
HR Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad ibn Hanbal, juz IV, hal. 152, hadits
no. 17409; Ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Kabîr, juz XII, hal. 275, hadits no. 14369 dan
lain-lain, dari dari ‘Uqbah bin ‘Amir r.a.. Hadits ini dinyatakan shahih dengan
berbagai jalurnya oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam “Ash-
Shahîhah” , hadits no. 2843. Shabwah, dalam pengertain etimologis berarti:
“kejahilan dan kekanak-kanakan”. Dalam pengertian termninologis, berarti: (1)
Kerinduan kepada masa kanak-kanak atau sifat kekanak-kanakan. kebanyakan
pemuda terlambat untuk menyadari bahwa ia telah dewasa dan harus memikul
beban yang berat. Beban tugas yang harus dipertanggungjawabkannya di depan
5. 5
Artinya: pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, dengan
dia membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi
keburukan.8
Inilah sosok pemuda muslim yang dicintai oleh Allah Ta’ala dan
pandai mensyukuri nikmat besar yang Allah Ta’ala anugrahkan kepadanya,
serta mampu berjuang menundukkan hawa nafsunya pada saat-saat tarikan
nafsu sedang kuat-kuatnya menjerat seorang manusia. Ini tentu merupakan
hal yang sangat sulit dan berat, maka wajar jika kemudian Allah Ta’ala
memberikan balasan pahala dan keutamaan besar baginya.
Bimbingan Islam untuk meluruskan akhlak para pemuda
Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin berkata, “Sesungguhnya
sebab-sebab (yang mendukung terjadinya) penyimpangan dan (banyak)
masalah (di kalangan) para pemuda sangat banyak dan bermacam-macam,
karena manusia di masa remaja akan mengalami pertumbuhan besar pada
fisik, pikiran dan akalnya. Karena masa remaja adalah masa pertumbuhan,
sehingga timbullah perubahan yang sangat cepat (pada dirinya). Oleh karena
itulah, dalam masa ini sangat dibutuhkan tersedianya sarana-sarana untuk
membatasi diri, mengekang nafsu dan pengarahan yang bijaksana untuk
menuntun ke jalan yang lurus”.9
Kemudian syaikh al-‘Utsaimin menjelaskan sebab-sebab yang harus
ditempuh untuk memperbaiki ahklak para pemuda berdasarkan petunjuk
agama Islam,10
di antaranya adalah:
1. Memanfaatkan waktu luang secara maksimal
Waktu luang bisa menjadi penyakit yang membinasakan pikiran, akal
dan potensi fisik manusia, karena diri manusia harus beraktifitas dan
berbuat. Jika diri manusia tidak beraktifitas maka pikirannya akan beku,
akalnya akan buntu dan aktivitas dirinya akan lemah, sehingga hatinya akan
keluarga, masyarakat, dan di depan Allah Ta’ala. (2) Kecenderungan kepada hal-hal
yang sia-sia atau permainan. kebanyakan pemuda menghabiskan usia mudanya untuk
melakukan hal-hal yang sia-sia sehingga lupa untuk mendayagunakan segenap
potensinya dan merancang masa depannya. (3) Kecenderungan untuk melakukan
kebodohan. Ketika melakukan sesuatu hanya karena terdorong oleh gejolak emosi
sehingga berdampak buruk terhadap diri sendiri dan orang lain. (4) Petualangan
yang liar. Keinginannya untuk membuktikan kejantanan dan keberaniannya
menyebabkan kebanyakan pemuda memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-
hal baru dan menantang, bahkan sampai pada tingkat yang membahayakan.
8
Lihat Al-Munawi, Faidhul Qadîr, juz IV, hal. 263.
9
Kitab “Min Musykilâtisy Syabâb” (hal. 12).
10
Ibid., hal. 12-16, dengan ringkas dan tambahan dari penulis.
6. 6
dikuasai bisikan-bisikan pemikiran buruk, yang terkadang akan melahirkan
keinginan-keinginan buruk…
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
»ِانَتَم
ْ
عِن
ٌ
ونُب
ْ
غَماَمِيهِف
َ
كٌيِثَنِمِاسهاّنل:
ُ
ةهّح ِالص
ُ
اغَّر
َ
ف
ْ
الَو«
“Ada dua nikmat (dari Allah Ta’ala) yang kurang diperhatikan oleh banyak
manusia (yaitu) kesehatan dan waktu luang”.11
Untuk mengatasi hal ini, hendaknya seorang pemuda berupaya
(untuk mengisi waktu luangnya) dengan kegiatan yang cocok (dan
bermanfaat) untuknya, seperti membaca, menulis, berwiraswasta atau
kegiatan lainnya, untuk menghindari kekosongan aktivitas dirinya, dan
menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang berbuat (kebaikan) untuk
dirinya dan orang lain.
2. Memilih teman bergaul yang baik
Hal ini sangat mempengaruhi akal, pikiran dan tingkah laku para
pemuda. Oleh karena itulah, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْ
ّلِلا
َ ُ
ُي ْنَم ْم
ُ
كُدَح
َ
أ ّْر
ُ
ظ
ْ
نَي
ْ
ّل
َ
ف ِهِّليِّل
َ
خ ِينِد
َ َلَع ُءّْرَم
ْ
ال
“Seorang manusia akan mengikuti agama teman dekatnya, maka hendaknya salah
seorang darimu melihat siapa yang dijadikan teman dekatnya”.12
Dalam hadits lain, beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِحِلا هالص ِيسِّلَْ
اْل
ُ
ّل
َ
ثَمِك ْسِم
ْ
ال ِبِاح َص ِّل
َ
ثَم
َ
ك ِءْو هالس ِيسِّلَْ
اْلَو
ْو
َ
أ ، ِهيِ
َ
َت
ْ
ش
َ
ت اهمِإ ِك ْسِم
ْ
ال ِبِاح َص ْنِم
َ
كُم
َ
د
ْ
ع
َ
ي
َ
ال ِدا
ه
دَْ
اْل ِيِكَو
11
HSR al-Bukhari dari Abdullah bin Abbas, Shahîh al-Bukhâriy, juz VIII, hal.
109, hadits no. 6412.).
12
HR Ahmad Musnad Ahmad ibn Hanbal, II, 334, 8398; Abu Dawud, Sunan
Abî Dâwud, juz IV, hal. 259, hadits no. 4833; At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, juz IV,
hal. 167, hadits no. 2378 dan Al-Hakim, dan dinyatakan shahih olehnya, Al-
Mustadrak, juz IV, hal. 71, hadits no. 7319, Abu Hurairah r.a., dan disepakati oleh
adz-Dzahabi, serta dihasankan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani.
7. 7
ُ
ه
ْ
نِم ُدِ
َ
َت ْو
َ
أ ،
َ
كَّبْو
َ
ث ْو
َ
أ ،
َ
ك
َ
ن
َ
دَّب
ُ
قِّر
ْ ُ
حي ِدا
ه
دَْ
اْل ُيِكَو
ُ
هَحيِر ُدِ
َ
َت
ً
ة
َ
يثِب
َ
خ اًحيِر.
“Perumpamaan teman duduk (bergaul) yang baik dan teman duduk (bergaul) yang
buruk (adalah) seperti pembawa (penjual) minyak wangi dan peniup al-kiir (tempat
menempa besi), maka penjual minyak wangi bisa jadi dia memberimu minyak
wangi, atau kamu membeli (minyak wangi) darinya, atau (minimal) kamu akan
mencium aroma yang harum darinya. Sedangkan peniup al-kîr (tempat menempa
besi) bisa jadi (apinya) akan membakar pakaianmu atau (minimal) kamu akan
mencium aroma yang tidak sedap darinya”.13
Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan duduk dan bergaul
dengan orang-orang yang baik akhlak dan tingkah lakunya, karena pengaruh
baik yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka, sekaligus
menunjukkan larangan bergaul dengan orang-orang yang buruk akhlaknya
dan pelaku maksiat karena pengaruh buruk yang ditimbulkan dengan selalu
menyertai mereka.14
Oleh karena itu, hendaknya seorang pemuda berusaha mencari teman
bergaul orang-orang yang baik dan shaleh serta berakal, agar dia bisa
mengambil manfaat dari kebaikan, keshalehan dan akalnya. Maka
hendaknya seorang pemuda menimbang keadaan orang-orang yang akan
dijadikan teman bergaulnya, dengan meneliti keadaan dan akhlak mereka.
3. Memilih sumber bacaan yang baik dan bermanfaat
Mengkonsumsi sumber-sumber bacaan yang merusak, baik berupa
artikel, surat kabar, majalah dan lain-lain, akan menyebabkan pendangkalan
akidah dan agama seseorang, serta menjerumuskannya ke dalam jurang
kebinasaan, kekafiran dan keburukan akhlak. Khususnya jika pemuda
tersebut tidak memiliki latar belakang pendidikan agama yang kuat dan pola
pikir yang benar untuk dapat membedakan antara yang benar dan yang
salah, serta yang bermanfaat dan membinasakan.
Untuk mengatasi masalah ini, hendaknya seorang pemuda menjauhi
sumber-sumber bacaan tersebut, dan beralih kepada sumber-sumber bacaan
lain yang akan menumbuhkan dalam hatinya kecintaan kepada Allah dan
13
HSR al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, juz III, hal. 82, hadits no. 5214 dan
Muslim, Shahîh Muslim, juz VIII, hal. 37, hadits no. 2628, dari Abu Musa al-Asy’ari.
14
Lihat kitab “Syarh Shahîh Muslim”, juz XVI, hal. 178) dan “Faidhul Qadîr”
(3/4).
8. 8
Rasul-Nya shallallâhu ‘alaihi wa sallam, serta menyuburkan keimanan dan
amal shaleh dalam dirinya. Dan hendaknya dia bersabar dalam melakukan
semua itu, karena hawa nafsunya akan menuntut dia dengan keras untuk
kembali membaca bacaan-bacaan yang telah biasa dikonsumsinya, dan
menjadikannya bosan serta jenuh untuk membaca bacaan-bacaan lain yang
bermanfaat. Ibaratnya seperti orang yang berusaha melawan hawa nafsunya
untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah, tapi nafsunya enggan dan selalu
ingin melakukan perbuatan yang sia-sia dan salah.
Sumber bacaan bermanfaat yang paling penting adalah al-Qur’an dan
kitab-kitab tafsir yang berisi riwayat-riwayat tafsir yang shahih dan
penafsiran akal yang benar. Demikian juga hadits-hadits Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wa sallam, kemudian kitab-kitab yang ditulis oleh para
ulama ahlus sunnah berdasarkan dua sumber hukum Islam ini.
Penutup
Demikianlah, semoga tulisan ringkas ini bermanfaat dan menjadi
motivasi bagi kaum muslimin, terutama para pemuda, untuk mengusahakan
kebaikan bagi dirinya dan membiasakan dirinya untuk selalu menetapi amal
shaleh dan ibadah kepada Allah Ta’ala, agar mereka termasuk ke dalam
golongan orang-orang yang mendapatkan keutamaan dan kemuliaan besar
dari Allah Ta’ala, sebagimana dalam hadits-hadits yang tersebut di atas.
(Dikutip dan diselaraskan dari tulisan Abdullah Taslim, Lc., M.A., dalam
https://muslim.or.id/6087-pemuda-yang-mendapatkan-naungan-allah.html,
yang diunggah pada hari Rabu, 2 Maret 2016)