2. A. Pendahuluan
Istilah fenomena sudah menjadi sebuah kata yang tidak asing
lagi di telinga kita. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah
hanya sekedar kata yang sudah biasa di pakai atau hanya
sebuah istilah yang manjadi kata penghias dalam pembicaraan,
atau hanya pengalaman panca indra kita, yang kita ungkapkan
kepada orang lain.
5. Istilah fenomenologi secara
etimologis berasal dari kata
fenomenadan logos.
Fenomena berasal dari kata
kerja Yunani
“phainesthai”yang berarti
menampak, dan terbentuk
dari akar kata fantasi,
fantom, dan fosfor yang
artinya sinar atau cahaya.
Fenomena dapat
dipandang dari dua
sudut. Pertama,
fenomena selalu
“menunjuk ke luar”
atau berhubungan
dengan realitas di
luar pikiran.
6. Kedua, fenomena
dari sudut kesadaran
kita, karena
fenomenologi selalu
berada dalam
kesadaran kita.
Oleh karena itu dalam
memandang
fenomena harus
terlebih dahulu
melihat
“penyaringan” (ratio),
sehingga
mendapatkan
kesadaran yang
murni.
7. Pendekatan
fenomenologi menunda
semua penilaian
tentang sikap yang
alami sampai
ditemukan dasar
tertentu. Penundaan ini
biasa disebut epoche
(jangka waktu).
Konsep epoche adalah
membedakan wilayah data
(subjek) dengan
interpretasi peneliti.
Konsep epoche menjadi
pusat dimana peneliti
menyusun dan
mengelompokkan dugaan
awal tentang fenomena
untuk mengerti tentang apa
yang dikatakan oleh
responden.
11. (3)
Secara positif, fenomenolog
berkecenderungan untuk membenarkan
pandangan atau persepsi (dalam
beberapa hal, juga evaluasi dan
tindakan) yang mengacu pada apa yang
dikatakan Husserl sebagai evidenz