2. A. Pengertian Metode Fenomenologi
• Pengertian Fenomenologi menurut bahasa
Kata fenomenologi berasal
dari bahasa Yunani,
phenomenon, yaitu sesuatu
yang tampak, yang terlihat
karena berkecakupan.
Dalam bahasa indonesia
biasa dipakai istilah gejala.
Secara istilah,
fenomenologi adalah ilmu
pengetahuan (logos)
tentang apa yang tampak.
Dari pengertian tersebut
dapat dipahami bahwa
fenomenologi adalah suatu
aliran yang membicarakan
fenomena atau segala
sesuatu yang tampak atau
yang menampakkan diri
(Ali, 2011).
Fenomenologi
merupakan kajian
tentang bagaimana
manusia sebagai
subyek memaknai
obyek-obyek di
sekitarnya.
4. Jenis-jenis Penelitian Fenomenologi
Filosofi fenomenologi ini mengharuskan peneliti melakukan proses
brackeing ( peneliti mengurung asumsi dan pengetahuan tentang
fenomena yang dipelajari) untuk dapat memberikan gambaran secara
utuh tentang seperti apa dan bagaimana para partisipan mengalami
situasi dan fenomena yang dialami dalam realitas kehidupan sosialnya
berdasarkan sudut pandang para partisipan tersebut (Yati, 2014).
• Fenomenologi Transenden
Berfokus mempelajari suatu perspektif bahwa bahasa dan wacana
merupakan sarana untuk menyampaikan hubungan antara suatu
pemahaman, budaya, riwayat sejarah, identitas, dan kehidupan
manusia (Yati, 2014).
• Fenomenologi Linguistik
5. Pendekatan ini mengharuskan peneliti tidak memisahkan diri dari
dunia kehidupan partisipasinya. Hubungan resiprosikal antara
peneliti dengan partisipan atau fenomena yang diteliti meliputi
semua pikiran, keinginan, usaha, dan berbagai tindakan dalam
kehidupan nyata adalah situasi atau keadaan manusia itu sendiri
(Yati, 2014).
• Fenomenologi Eksistensial
Pendekatan yang mengasumsikan temuan-temuan risetnya
tidak murni hasil deskripsi tetapi lebih merupakan interpretasi
peniliti.
• Fenomenologi Hermeneutik
6. Analisisdanrepresentasidatapadapendekatanfenomenologi
Berikut
langkah
secara umum
proses
analisis data
pada metode
fenomenologi
:
1. Peneliti memulai mengorganisaikan semua data atau
gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang
telah dikumpulkan.
2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan
pinggir mengenai data yang dianggap penting kemudian
melakukan pengkodean data.
3.Menemukan dan mengelompokan makna pernyataan yang
dirasakan oleh responden dengan melakukan horizonaliting
yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki
nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan
dengan topic dan pertanyaan maupun pernyataan yang
bersifat repetitive atau tumpang tindih dihilangkan, sehingga
yang tersisa hanya horizon ( arti tekstural dan unsur
pembentuk atau penyusun phenomenom yang tidak
mengalami penyimpangan).
7. Lanjutan…. 4. Pernyataan tersebut kemudian dikumpulkan kedalam
unit makna lalu ditulis gambaran tentang bagaimana
pengalaman tersebut terjadi.
5. Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara
keseluruhan dari fenomena tersebut sehingga menemukan
esensi dari fenomena tersebut. Kemudian
mengembangkan tekstural description (mengenai
fenomena yang terjadi pada responden) dan structural
description (yang menjelaskan bagaimana fenomena itu
terjadi).
6. Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara
naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan
mendapatkan makna pengalaman responden mengenai
fenomena tersebut.
7. Membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah
itu, gabungan dari gambaran tersebut ditulis (Saryono dan
Mekar, 2010: 107-108).
8. Contoh Penelitian Dengan Pendekatan Fenomenologis
Para
Fenomenologis
menyatakan bahwa
pengalaman yang
dimaksud untuk
dapat diteliti
dengan
pendekatan
fenomenologi
adalah pengalaman
yang bersifat
universal yang
dialami oleh
seorang individu
terhadap suatu
fenomena yang
dialaminya dalam
kehidupan sehari-
hari.
Sebagai contoh,
pengalaman para
perempuan
menjalani peran
sebagai seorang ibu.
Umumnya dari
perempuan tersebut
memiliki pengalaman
antara lain
mengorbankan
kesenangan pribadi,
waktu dan tenaganya
untuk merawat
anaknya merupakan
pengalaman
universal yang
dialami setiap
perempuan sebagai
seorang ibu (Afianti,
2002).
Selanjutnya, peneliti
mengumpulkan
informasi atau data
dari para
perempuan yang
mengalami
pengalaman
tersebut. Hasil
temuan merupakan
penjelasan-
penjelasan tentang
“apa” dan
“bagaimana” para
perempuan
mengalami
pengalamannya
tersebut (Afiyanti
dan Imami, 2014:
66).
9. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebiha
n dari
filsafat
fenomen
ologi
diantaran
ya dapat
diuraikan
sebagai
berikut :
Fenomenologi sebagai suatu metode keilmuan, dapat
mendiskripsikan penomena dengan apa adanya dengan tidak
memanipulasi data, aneka macam teori dan pandangan.
Fenomenologi mengungkapkan ilmu pengetahuan atau
kebenaran dengan benar-benar yang objektif.
Fenomenologi memandang objek kajian sebagai bulatan yang
utuh tidak terpisah dari objek lainnya.
Kelebihan dari fenomenologi adalah pemahan langsung
tentang pengalaman dan kesadaran yang dilalui oleh orang
pertama yang didasari oleh faktor kesadaran dan pengalaman
yang ada didalamnya, dengan fenomenologi kita dapat
mempelajari bentuk pengalaman dari sudut pandang orang
yang mengalaminya sendiri.
Dengan fenomenologi diperoleh pemahaman yang utuh
mengenai objek yang diamati
10. Dari berbagai
kelebihan
tersebut,
fenomenologi
sebenarnya
juga tidak
luput dari
berbagai
kelemahan,
seperti :
Kelemahan dari fenomenologi adalah terletak pada
kesadaran manusia yang sangat terbatas dan bias,
seringkali kita tidak menyadari benar dengan apa yang
dilakukan atau katakan. Oleh karena itu penting untuk
diingat daerah pengamatan fenomenologi (pengalaman
sadar) bisa jadi menyebar, mulai pengalaman sadar,
setengah sadar, sampai pengalaman tidak sadar,
bersama latar belakang yang terlibat didalamnya.
Tujuan fenomenologi untuk mendapatkan pengetahuan
yang murni objektif tanpa ada pengaruh berbagai
pandangan sebelumnya, baik dari adat, agama ataupun
ilmu pengetahuan, merupakan suatu yang
absurd.Pengetahuan yang di dapat tidak bebas nilai
(value-free), tapi bermuatan nilai (value-bound).
11. Contoh dari studi fenomenologi
• Dilakukan studi fenomenologis terhadap ibu-ibu di Thai
mengenai pengalaman merawat anak dengan
skizofrenia. Wawancara mendalam dilakukan dengan 12
ibu yang memiliki anak skizofrenia dewasa. Temuan
berpusat pada upaya para ibu untuk menenangkan hati
mereka dengan banyak air. Dalam budaya Thailand,
metafora air dan api yang digunakan untuk membantu
rakyat tenang ketika mengalami emosi negatif seperti
marah atau frustrasi.