3. Teori Medis
Persalinan
persalinan adalah sebagai suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
dimulai dengan kontrkasi sejati, yang ditandai oleh perubahan
progresif pada serviks, dan diahiri dengan pelahiran plasenta yang
keluar dari uterus ibu yang cukup bulan dan dapat hidup diluar
kanduangan.
4. Perubahan Fisiologis Persalinan
Sejumlah perubahan-perubahan fisiologis yang normal akan
terjadi selama persalinan, hal ini bertujuan untuk mengetahui
perubahan-perubahan yang dapat dilihat secara klinis.
Perubahan fisiologisnya antara lain :
1. Perubahan tekanan darah
2. Perubahan metabolisme
3. Perubahan suhu badan
4. Denyut jantung
5. Pernafasan
6. Kontraksi uterus
7. Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah
rahim
8. Penarikan serviks
9. Pembukaan ostium uteri internal dan ostium uteri exsternal
10. Show
11. Tonjolan kantong ketuban
5. Perubahan Psikologis pada persalinan
Beberapa keadaan dapat terjadi pada ibu dalam persalinan,
terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan, perubahan-
perubahan yang dimaksud adalah :
Perasaan tidak enak
Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang akan
dihadapi.
Ibu dalam menghadapi persalinan sering
memikirkan antara lain apakah persalinan akan
berjalan normal.
Menganggap persalinan sebagai cobaan.
Apakah penolong persalinan dapat sabar dan
bijaksana dalam menolongnya,
Apakah bayinya normal atau tidak.
Apakah ibu sanggup merawat bayinya atau tidak.
Ibu merasa cemas.
6. Tanda-tanda persalinan menurut (manuaba, 2010; h.173) antara lain :
1. Terjadi his persalinan
a. Pinggang terasa nyeri yang menjalar kedepan
b. Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatanya makin
besar
c. Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
d. Makin beraktivitas ( jalan) kekuatan makin bertambah
2. Pengeluaran lendir dan darah
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks antara lain :
a. Menimbulkan pendataran dan pembukaan.
b. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas.
c. Terdapat perdarahan karena kapilaer pembuluh darah pecah.
7. 3. Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi katuban pecah yang menjelang
pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.
4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks
antara lain (manuaba, 2010; h.169)
a. Perlunakan serviks
b. Pendataran serviks
c. Pembukaan serviks.
8. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan adalah gerakan posisi yang dilakukan janin untuk
menyesuaikan diri terhadap pelvis ibu (varney, 2007; h.765). Terdapat delapan
gerakan posisi dasar yang terjadi ketika janin berada dalam presentasi verteks
sevaliks.
Gerakan tersebut antara lain:
a. Proses persalinan
Menurut (Sarwono, 2008; h.297) persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu :
1. Kala satu persalinan mulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi,
intensitas, dan durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks
yang progresif.
2. Kala dua persalinan dimulai ketika dilatasi serviks sudang lengkap, dan berahir ketika
janin sudah lahir. Kala dua persalinan disebut juga sebagai stadium ekspulsi janin.
3. Kala tiga persalinan dimulai segera setelah janin lahir, dan berahir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban janin. Kala tiga persalinan disebut juga sebagai stadium
pemisah dan ekspulsi plasenta.
4. Kala empat Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berahir
dua jam setelah itu ( JNPK-KR 2008; h.95)
9. b.Komplikasi pada persalinan
- Perdarahan
Perdarahan dapat ditandai mulai dari perdarahan berwujud bercak, mrembes,
profur, sampai syok.
- Infeksi dan sepsi
Infeksi dan sepsi dapat ditandai mulai dari pengeluaran cairan
pervaginam yang berbau, air ketuban hijau, demam, sampai syok.
- Hipertensi dan preeklamsia/eklamsia
Hipertensi dan preeklamsia/eklamsia ditandai mulai dari keluhan sakit/pusing
kepala, bengkak, penglihatan kabur, kejang-kejang, sampai koma/tidak sadar.
- Persalinan macet
Persalinan macet lebih dikenal yaitu apabila kemajuan persalinan tidak
berlangsung sesuai dengan batas waktu normal, tetapi kasus persalinan macet ini
dapat terjadi ruptur uteri. (Sarwono,2008; h.392)
10. Preeklamsia
Preeklamsia adalah sebagai gangguan yang terjadi pada parah kehamilan
dan mengalami regresi setalah pelahiran, ditandai dengan kemunculan
sedikitnya dua dari tiga tanda utama, yaitu hipertensi, edema, dan
proteinuria. ( bilington, h.122).
Etiologi
Penyebab timbulnya preeklamsia pada ibu hamil belum diketahui secara
pasti.
Faktor-faktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya
preeklamsia antara lain:
1. primigravida,
2. kehamilan ganda,
3. hidramnion,
4. mola hidatidosa,
5. multigravida,
6. kehamilan ganda,
7. usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun
( Maryunani, 2009; hal.138)
11. Faktor Predisposisi
Menurut Bilington mary (2010, h.123) ada beberapa faktor
resiko yang berkaitan dan perkembangan penyakit
diantaranya :
1. gangguan pada pasangan atau primipaternitas.
2. Riwayat preeklamsia sebelumnya
3. Peningkatan usia ibu atau peningkatan interval antara
kehamilan/remaja.
4. Riwayat keluarga (kemungkinan mencapai 25% jika ibu
mengalami preeklamisa dam mencapai 40% jika saudara
kandung mengalami preeklamsia.
5. Mola hidatidosa
6. Penyakit ginjal
7. Stres, keteganggan psikososial terkait pekerjaan
8. Penyakit sel sabit dan sifat sel sabit
9. Hiperpomosistenemia (didefinisikan sebagai peningkatan
konsentrasi homosistein plasma.
12. Patofisiologi
fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma
darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vascular sistemik, peningkatan
curah jantung. Sementara pada preeklamsia, volume plasma yang
beredar akan menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta.
Tanda dan Gejala
Tanda-tanda preeklamsia biasanya timbul dalam urutan pertambahan
berat badan yang berlebihan, di ikuti edema, hipertensi, dan akhirnya
proteinuria. Pada preeklamsia ringan tidak ditemukan gejala-gejala
subyektif, pada preeklamsia ditemukan sakit kepala di daerah frontal,
skotoma, diploma, penglihatan kabur, nyeri didaerah epigastrum, mual
dan muntah-muntah
13. Pemeriksaan Penunjan
Selain anamnesa dan pemeriksaan fisik, ada juga pemeriksaan yang
dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan darah rutin serta kimia darah: urium kreatinin,
bilirubin.
2. Pemeriksaan urin: protein, reduksi, bilirubin, sedimen.
3. Kemungkinan adanya pertumbuhan janin terhambat dengan
konfirmasi USG (bila tersedia).
4. Kardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin. (Maryunani,
2009; h.142)
14. Penatalaksanaan Medis
Preeklamsia Ringan
Penanganan preeklamsia ringan dapat dilakukan dengan dua cara
tergantung gejala yang timbul yakni:
1. Banyak istirahat (berbaring tidur/miring).
2. Diet cukup protein, rendah karbonhidrat, lemak dan garam.
3. Saditiva ringan; tablet Phenobarbital 3x30 mg atau diazepam 3x2 mg
peroral selama 7 hari.
4. Roborantia.
5. Kunjungan ulang setiap 1 minggu.
6. Pemeriksaan laboratorium; hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine
lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.
15. Penatalaksanaan rawat tinggal pasien preeklamsia ringan
berdasarkan kriteria:
1. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama 2 kali
berturut-turut (2 minggu).
2. Setelah 2 Minggu pengobatan rawat Jalan tidak menunjukkan
adanya perbaikan dari gejala-gejala preeklamsia.
3. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsia
berat
a. Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan
maka preeklamsia ringan dianggap sebagai preeklamsia
berat.
b. Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan
sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka
penderita tetap dirawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan.
Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan rawat jalan
(Khumaira, 2012, hal;108-109).
16. Faktor Resiko
Faktor resiko terkait partner (nulipara,primigravida, kehamilan remaja,
inseminasi donor, orang tua hasil kehamilan dengan preeklamsia) :
1. Faktor resiko ibu (riwayat PE sebelumnya, usia ibu tua, jarak
kehamilan pendek, riwayat keluarga, ras kulit hitam, pasien yang
membutuhkan donor oosit, inaktivitas fisik, riwayat hipertensi
sejak ≥4.
2. Adanya penyakit penyerta lain yaitu hipertensi kronis dan
penyakit ginjal, obesitas, resistensi insulin, berat badan ibu
rendah, tubuh yang pendek (short stature), migraine, diabetes
gestasional, DM tipe 1, resisten protein C aktif, defisiensi protein
S, antibody antifosfolipid, SLE, hiperhomosisteinemia, talasemia
dan inkompatibilitas rhesus.
3. Faktor eksogen (merokok, stress, ketegangan psikis terkait
pekerjaan, makanan tidak adekuat) faktor resiko terkait
kehamilan (kehamilan kembar, infeksi salur kemih, anomaly
structural congenital, hidropsfetalis,
17. Komplikasi
- Awal :
1. Kejang meningkatkan kemungkinan mortalitas meningkat 10 kali
lipat.
2. Kejang meningkat kemungkinan kamatian, biasanya disebabkan
hipokisa, dan solusio plasenta.
3. Kebutuhan atau paralisi dapat terjadi karena lepasnya retina atau
perdarahan intrakranial.
4. Perdarahan post partum
5. Luka karena kejang, berupa laserasi bibir dan lidah.
- Komplikasi jangka panjang :
40% sampai 50% pasien preeklamsia berat memiliki kemungkinan
kejadian yang sama pada kehamilan berikutnya (Joseph HK, 2010; h.54)
18. TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN
Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Varney
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan dengan urutan logis dan menguntungkan, menguraikan
perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan yang berdasarkan teori
ilmiah, penemuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis
untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dari kegiatan
yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada
klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu
masa hamil, masa persalinan, nifas bayi setelah lahir serta keluarga
berencana (PP IBI, 2006, hal; 136).
19. Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini menggunakan manajemen
kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yaitu :
Tinjauan asuhan kebidanan menggunakan kerangka berfikir varney
yang terjadi dari 7 langkah yaitu :
1. Langkah I : pengumpulan data dasar.
2. Langkah II : Interpretasi Data
3. Langkah III : Mengidentifikasikan diagnosa atau Masalah Potensial
4. Langkah IV : Identifikasi Kebutuhan ysng Memerlukan Tindakan
Segera.
5. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
6. Langkah VI : Melaksanankan Perencanaan
7. Langkah IIV : Evaluasi
Tinjauan Asuahan Kebidanan dengan Pre-eklamsia. Pengkajian adalah
pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan secara sistemis
dan berkesinambungan (PP IBI, 2006;136).
20. PENGKAJIAN
Data Subjektif
A. Identitas Klien :
1. Nama ibu
2. Umur
3. Agama
4. Pendidikan
5. Pekerjaan
6. Alamat
B. Alasan Datang
C. Keluhan Utama
D. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
2. Riwayat kesehatan sekarang
3. Riwayat kesehatan keluarga
21. E. Riwayat obstetric ibu
1. Riwayat Menstruasi
2. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
F. Riawayat kehamilan sekarang
1. ANC
G. Riwayat perkawinan
H. Riwayat KB
I. Pola kebutuhan sehari-hari
1. Nutrisi
2. Pola Eliminasi
3. Pola aktivitas
4. Pola Istirahat
5. Personal hygiene
6. Seksual
J. Psikososial, kulturan dan spiritual
1. Psikososial
2. Kultural
3. Spritual
4. Lingkungan yang berpengaruh
22. Data Obyektif
a. Keadaan umum
b. Tingkat kesadaran
c. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah
2. Nadi
3. Suhu
4. Respirasi
5. Berat badan
6. Tinggi badan
7. LILA
8. Status present
• Kepala
• Muka
• Mata
• Mulut
• Hidung
• Telinga
• Leher
• Abdomen
• Genatalia
• Ekstremitas
• Status Obstetrikus
23. INTERPRETASI DATA
1. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan dibuat berdasarkan
dengan analisis data yang telah dikaji dan yang telah
dibuat berdasarkan dengan masalh yang
dihadapi oleh pasien.
2. Data dasar
a. Data Subyektif
b. Data Objektif
3. Masalah
Berisi data subyektif yang mengaruh pada hal yang akan
memperburuk keadaan pasien.
24. DIAGNOSE POTENSIAL
Komplikasi yang mengacu pada timbulnya preeklamsia bisa
berakibat pada ibu dan bayinya:
1. Pada ibu bisa mengakibatkan :
Preeklamsia berat bisa mengacau pada gejalanya eklamsi dan
perdarahan otak ini merupakan salah satu komplikasi adanya
eklamsi dan salah atu penyebab kematian maternal.
(manuaba,2010; h. 270)
2. Pada bayi bisa membahayakan : kematian janin intrauterine
yang disebabkan hipoksia dan premature serta asfiksia (Anik
M. 2009;h.142).
25. Identifikasi Kebutuhan akan Tindakan Seger atau
Kolaborasi dan Konsultasi
Sesuai dengan diagnosa potensial tindakan segera
yang dilakukan yaitu dengan memberikan oxygenasi
untuk mencegah dan menghentikan kejang,
memperbaiki keadaan umum penderita. (Anik
&Yulianingsih, 2009; h. 150). Selain itu juga dilakukan
tindakan penatalaksanaan preeklamsia berta untuk
mencegah timbulnya gejala eklamsia diantaranya :
1. Pada Ibu :Pemberian MgSO4 dan oksigenasi.
2. Pada bayi :Persiapan Resusitasi
26. Perencanaan
• Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan. Biasanya ibu bersalin dan keluarga
merasa cemas menghadapi persalinan apalagi disertai dengan preeklmasi berat.
(Varney,2008.h;792,).
• Pasang dower cateter. Untuk mengukur volume urin yang keluar guna
menilai fungsi gijal dan keseimbangan pemasukan dan pengeluran cairan
tubuh (Saefudin, 2006.h; 212) dan Sarwono (2008. Normalnya produksi
urin lebih dari 500 cc/24 jam dan pada preeklmsia berat urin < 500 cc/24
jam. (Prawirohardjo, 2008;h. 545).
• Beri infus satu jalur. Dengan menggunakan dektosa 5% atau ringer laktat.
Cairan intra vena diberikan pada tahap awal untuk pwersiapan
mengantisipasi kalau kemudian penambahan cairan dibutuhkan
(Prawirohardjo, 2008; h.397).
• Beri ibu untuk mencegah kejang dengan MgSO4 10 gr atau diazepam.
Menurut Saefudin (2008; h.212) pasien dengan preeklamsia berat
diberikan MgSO4 ataupun diazepam untuk mengatasi kejaang kejang
pada preeklamsia.
27. Perencanaan
• Beri ibu suntikan untuk mematangkan/melunakan serviks.
Menurut Saefudin (2008;h. 214) jika serviks matang, lakukan
induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml dekstrose per infus
10 tetes/menit atau dengan prostlagandin.
• Pasang O2. Ventilasi tekanan positif hanya dilakukan kalau
ada indikasi yang jelas, dan untuk mengatasi depresi henti
nafas. Prawirohardjo (2008; h. 397) dan Saifudin
(2006;H.212).
• Berikan ibu dukungan mental. Menurut Saifudin (2006;h.
112). Dukungan emosional pada ibu dan keluarga agar ibu
dan keluarga tidak cemas dan mengurangi ketakutan
dalam menghadapi persalinan.
• Anjurkan ibu untuk makan dan minum. Untuk memberi
tangan dan mencegah dehidrasi selama proses persalinan.
(Saifudin, 2006; h. 112)
28. Perencanaan
• Anjurkan ibu untuk tidak berbaring terlentang, menganjurkan
ibu agar miring ke kiri.
• Anjuran ibu untuk tidak mengejan sebelum waktunya.
Karena dapat menyebabkan edema serviks dan mungkin
robekan serviks (Saifudin, 2008; h.110)
• Lakukan pengawasan 10 antara lain :
1. Keadaan umum
2. tekanan darah setiap 4 jam,
3. nadi/30 menit,
4. suhu/4jam,
5. respirasi/4jam,
6. kontraksi/30 menit dalm 10 menit Djj/30 menit,
7. vasika urinaria, dan kemajuan persalinan/4 jam
8. Siapkan partus dan
9. set resusitasi.
• Siapkan hecting set
29. Pelaksanaan
• Memberikan ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa
ibu dalam masa persalinan dengan preeklamsia berat,
sehingga harus mendapatkan penanganan lebih lanjut.
• Memasangkan DC (dower cateter) untuk mengukur
volume urin yang keluar guna menilai ginjal dan
keseimbangan pemasukan dan pengeluaran cairan tubuh
dan untuk memperlancar kemajuan persalinan.
• Memasang infus Ringer Laktat atau infus glukosa 5 %
untuk kesinambungan cairan.
• Memberi ibu injeksi MgSO4 4 gram secara IV sesuai
glukosa 5 % untuk kesinambungan cairan.
• Memberikan suntikkan epidosin secara bertahap setiap 1
jam sekali selama 3 kali secara IM, berganti-gantian
bokong kanan dan bokong kiri untuk mematangkan
serviks.
• Memasng O2 4-6 liter/menit.
30. • Memberikan dukungan emosional pada ibu dan keluarga
agar ibu dan keluarga tidak cemas dan mengurangi
ketakutan dalam menghadapi persalinan.
• Menganjurkan ibu untuk makan dan minum yang dibantu
keluarga untuk menambah tenaga ibu agar tidak dehidrasi.
• Menganjurkan ibu agar tidak miring ke kiri, diharapkan
vena kava di bagian kanan tidak tertekan oleh uterus yang
membesar sehingga aliran darah keplasenta menjadi
lancar(Mitayani, 2009;h. 21)
• Menganjurkan ibu untuk tidak mengejan sebelum
waktunya.
• Melakukan pengawasan
Pelaksanaan
31. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kelainan pada letak sungsang merupakan kondisi dimana presentasi janin
dalam uterus terutama bokong janin lebih dulu memasuki rongga panggul,
terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di
bawah kavum uteri. (Manuaba, 2010).
Kelainan pada letak sungsang dapat dibagi dalam beberapa tipe, yaitu :
1. Frank Breech ( Presentasi bokong murni)
2. Complete Breech ( Presentasi bokong sempurna)
3. Incomplete Breech ( Presentasi bokong tidak sempurna)
4. Kemudian pertolongan pada persalinan dengan letak sungsang dapat
ditolong melalui jalan lahir (per vaginam) dan sectio caesarian (per
abdomen). Baik keduanya memiliki risikonya masing-masing apabila
diterapkan, baik risiko untuk ibu maupun janin.
32. Saran
Bagi Penulis
Dari hasil pengkajian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam
melakukan pengkajian selanjutnya dan dapat mengkaji lebih jauh tentang
kehamilan dengan letak sungsang. Sehingga hasil pengkajian dapat
sesuai dengan yang diharapkan
Untuk Pasien.
Diharapkan Laporan ini dapat digunakan sebagai masukan dalam
hal menangani masalah kehamilan dengan letak sungsang yang ada
dalam masyarakat khususnya pada ibu hamil serta dapat menjadi
masukan bagi tenaga kesehatan agar dapat memberikan pelayanan yang
baik pada ibu hamil