SlideShare a Scribd company logo
1 of 48
Download to read offline
2
Judul E-Book:
20
Penulis:
Penerjemahan dan Distribusi:
3
Prolog
E-Book “ 02 Tips Bersabar” diterjemahkan dan
didistribusikan oleh Tim @belajartauhid secara
gratis. Diizinkan kepada berbagai pihak untuk
menyebarluaskan E-Book ini kepada kaum
muslimin tanpa tujuan komersil. Semoga E-Book
ini bermanfaat bagi kaum muslimin dan menjadi
amal shalih yang memperberat timbangan
kebaikan kita semua.
Salam.
4
20 Tips Bersabar
Allah ta’ala telah memberikan kebaikan di setiap
kondisi yang dialami oleh para hamba-Nya yang
beriman, sehingga mereka senantiasa berada
dalam rengkuhan nikmat Allah ta’ala.
Mereka mengalami segala kejadian yang
menyenangkan dan menyedihkan, namun segala
takdir yang ditetapkan Allah bagi mereka
merupakan barang perniagaan yang memberikan
untung yang teramat besar.
Hal ini ditunjukkan dalam sebuah sabda yang
diucapkan oleh pemimpin dan suri tauladan bagi
orang-orang yang bertakwa, yaitu nabi shallallahu
'alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
5
‫ا‬ً‫ب‬ َ‫ج‬ َ
‫ع‬
ِ‫أ‬‫ر‬ ْ‫م‬
َ
‫أ‬
‫ِل‬
ِ‫أ‬
‫ن‬‫أ‬‫م‬ْ
‫ؤ‬
ُ ْ
‫اْل‬
ِ‫ن‬‫أ‬‫إ‬
ُِ‫ه‬َ‫ر‬ ْ‫م‬
َ
‫أ‬
ُِ‫ه‬‫ل‬
ُ
‫ك‬
‫عجب‬
.
‫ا‬ َ‫م‬
‫ي‬ ‫أ‬‫ض‬ ْ‫ق‬َ‫ي‬
ُِ‫للا‬
ُِ‫ه‬
َ
‫ل‬
ِْ
‫ن‬‫أ‬‫م‬
ِ‫اء‬َ‫ض‬
َ
‫ق‬
ِ
َ
‫ل‬‫أ‬‫إ‬
َِ
‫ان‬
َ
‫ك‬
‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ي‬
َ
‫خ‬
ُِ‫ه‬
َ
‫ل‬
,
ِْ
‫ن‬ ‫أ‬
ِ‫أ‬‫إ‬
ُِ‫ه‬ْ‫ت‬َ‫اب‬َ‫ص‬
َ
‫أ‬
ُِ‫اء‬‫ر‬ َ
‫س‬
َِ‫ر‬
َ
‫ك‬
َ
‫ش‬
َِ
‫ان‬
َ
‫ك‬
َ
‫ف‬
‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ي‬
َ
‫خ‬
ُِ‫ه‬
َ
‫ل‬
ِْ
‫ن‬‫أ‬‫إ‬َ
‫و‬
ُِ‫ه‬ْ‫ت‬َ‫اب‬َ‫ص‬
َ
‫أ‬
ُِ‫اء‬‫ر‬َ‫ض‬
َِ‫ر‬َ‫ب‬َ‫ص‬
َِ
‫ان‬
َ
‫ك‬
َ
‫ف‬
‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ي‬
َ
‫خ‬
ُِ‫ه‬
َ
‫ل‬
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin.
Segala perkara yang dialaminya sangat
menakjubkan. Setiap takdir yang ditetapkan Allah
bagi dirinya merupakan kebaikan. Apabila kebaikan
dialaminya, maka ia bersyukur, dan hal itu
merupakan kebaikan baginya. Dan apabila
keburukan menimpanya, dia bersabar dan hal itu
merupakan kebaikan baginya.”1
Hadits ini mencakup seluruh takdir-Nya yang
ditetapkan bagi para hamba-Nya yang beriman.
Dan segala takdir itu akan bernilai kebaikan,
1
HR. Muslim (2999) dari Shuhaib.
6
apabila sang hamba bersabar terhadap takdir Allah
yang tidak menyenangkan dan bersyukur atas
takdir Allah yang disukainya.
Bahkan, hal ini turut tercakup ke dalam kategori
keimanan sebagaimana firman Allah ta’ala,
ِْ‫د‬
َ
‫ق‬
َ
‫ل‬َ
‫و‬
‫ا‬َ‫ن‬
ْ
‫ل‬ َ
‫س‬ْ‫ر‬
َ
‫أ‬
‫ى‬ َ‫وس‬ ُ‫م‬
‫ا‬َ‫ن‬‫أ‬‫ت‬‫ا‬َ‫آي‬‫أ‬‫ب‬
ِْ
‫ن‬
َ
‫أ‬
ِْ‫ج‬‫أ‬‫ر‬
ْ
‫خ‬
َ
‫أ‬
َِ
‫ك‬ َ‫م‬ْ
‫و‬
َ
‫ق‬
َِ
‫ن‬‫أ‬‫م‬
ِ‫أ‬
‫ات‬ َ‫م‬
ُ
‫ل‬
ُّ
‫الظ‬
‫ى‬
َ
‫ل‬‫أ‬‫إ‬
ِ‫أ‬‫ور‬ُّ‫الن‬
ِ‫أ‬‫ك‬
َ
‫ذ‬َ
‫و‬
ِْ‫م‬ ُ‫ه‬ْ‫ر‬
ِ‫أ‬
‫ام‬‫ي‬
َ
‫أ‬‫أ‬‫ب‬
ِ‫أ‬‫ه‬‫الل‬
ِ‫ن‬‫أ‬‫إ‬
‫ي‬ ‫أ‬‫ف‬
َِ
‫ك‬‫أ‬‫ل‬
َ
‫ذ‬
ِ‫ات‬َ‫آلي‬
ِ‫أ‬
‫ل‬
ُ
‫ك‬‫أ‬‫ل‬
ِ‫ار‬‫ب‬َ‫ص‬
ِ‫ور‬
ُ
‫ك‬
َ
‫ش‬
(
٥
)
ِ
“Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang
penyabar dan banyak bersyukur.” (Ibrahim: 5).
Apabila seorang hamba memperhatikan seluruh
ajaran agama ini, maka dia akan mengetahui
bahwa segenap ajaran agama berpulang pada
kedua hal tadi, yaitu kesabaran dan rasa syukur.
7
Hal itu dikarenakan kesabaran terbagi menjadi tiga
jenis sebagaimana berikut2
.
Pertama: Sabar dalam melakukan ketaatan sampai
seorang melaksanakannya. Hal ini dikarenakan
seorang hamba hampir dapat dipastikan tidak
dapat melakukan segala perkara yang
diperintahkan kepadanya kecuali setelah bersabar,
berusaha keras untuk bersabar dan berjihad
melawan segenap musuh, baik yang tampak
maupun yang tidak tampak. Kesabaran jenis inilah
yang mempengaruhi penunaian seorang hamba
terhadap segala perkara yang diwajibkan dan
dianjurkan kepada dirinya.
2
Lihat perkataan penulis dalam Majmu’ al Fatawa (10/574-577,
14/304-306).
8
Kedua: Kesabaran terhadap segala perkara yang
terlarang sehingga dirinya tidak mengerjakan
berbagai larangan tersebut. Sesungguhnya nafsu,
tipu daya setan, dan teman sejawat yang buruk
akan senantiasa memerintahkan dan menyeretnya
seorang untuk berbuat kemaksiatan. Oleh
karenanya, kekuatan kesabaran jenis ini
mempengaruhi tindakan seorang hamba dalam
meninggalkan segenap kemaksiatan. Sebagian
ulama salaf3
mengatakan,
ُِ‫ال‬ َ‫م‬ْ‫ع‬
َ
‫أ‬
ِ‫أ‬‫ر‬‫أ‬‫ب‬
ْ
‫ال‬
‫ا‬َ‫ه‬
ُ
‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ف‬َ‫ي‬
ُِّ‫ر‬َ‫ب‬
ْ
‫ال‬
َِ
‫و‬
ُِ‫ر‬ ‫أ‬
‫اج‬
َ
‫ف‬
ْ
‫ال‬
,
َِ
‫و‬
ِ
َ
‫ل‬
ُِ‫ر‬ ‫أ‬‫د‬ ْ‫ق‬َ‫ي‬
‫ى‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬
ِ‫أ‬
‫ك‬ْ‫ر‬
َ
‫ت‬
‫ي‬ ‫أ‬‫اص‬َ‫ع‬
َ ْ
‫اْل‬
ِ‫ل‬‫أ‬‫إ‬
ِ‫ق‬ْ‫ي‬ ‫أ‬‫د‬ ‫أ‬
‫ص‬
“Setiap orang yang baik maupun yang fajir (pelaku
kemaksiatan) turut melakukan kebaikan. Namun
3
Beliau adalah Sahl at Tusturi sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Abu Nu’aim dalam al Hilyah (12/011).
9
hanya orang yang bertitel shiddiq yang mampu
meninggalkan seluruh perkara maksiat.”
Ketiga: Kesabaran terhadap musibah yang
menimpa. Musibah ini terbagi menjadi dua,
Jenis pertama: Jenis musibah yang tidak
dipengaruhi oleh turut campur tangan makhluk
seperti penyakit dan musibah lain yang praktis
tidak turut dipengaruhi oleh campur tangan
manusia. Seorang hamba mudah bersabar dalam
menghadapi musibah jenis ini.
Hal itu dikarenakan seorang hamba mengakui
bahwasanya musibah jenis ini termasuk ke dalam
takdir Allah yang tidak dapat ditentang olehnya,
(sehingga) manusia tidak mampu turut campur
dalam permasalahan ini. (Dalam hal ini), sang
10
hamba hanya mampu bersabar, baik itu terpaksa
maupun sukarela.
Apabila Allah membukakan pintu untuk merenungi
berbagai faedah, kenikmatan dan kelembutan Allah
yang diperolehnya dari musibah tersebut, maka
dirinya pun berpindah dari derajat bersabar atas
musibah yang menimpanya menuju derajat
bersyukur dan ridla atas musibah tersebut. Dengan
seketika, musibah tadi berubah menjadi nikmat
yang dirasakannya, sehingga lisan dan hatinya
senantiasa berkata,
ِ‫أ‬
‫ب‬َ‫ر‬
‫ي‬ ‫أ‬‫ن‬‫أ‬‫ع‬
َ
‫أ‬
‫ى‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬
َِ
‫ك‬‫أ‬‫ر‬
ْ
‫ك‬ ‫أ‬‫ذ‬
َِ
‫ك‬‫أ‬‫ر‬
ْ
‫ك‬
ُ
‫ش‬َ
‫و‬
ِ‫أ‬
‫ن‬ ْ
‫س‬ ُ‫ح‬َ
‫و‬
َِ
‫ك‬‫أ‬‫ت‬َ‫اد‬َ‫ب‬‫أ‬‫ع‬
11
“Wahai Rabb-ku, tolonglah aku untuk senantiasa
mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu serta
memperbaiki segala peribadatanku kepada-Mu.”4
Kesabaran jenis ini bergantung kepada kekuatan
cinta seorang hamba kepada Allah ta’ala, (sehingga
meskipun hamba tertimpa musibah, dia justru
dapat bersabar karena kekuatan cinta-Nya kepada
Allah ta’ala). Hal ini (kesabaran seorang terhadap
perbuatan yang tidak menyenangkan dari seorang
yang dicintainya-pent) dapat disaksikan dalam
kehidupan sehari-hari, sebagaimana perkataan
sebagian penyair5
yang memanggil sang kekasih
yang telah menyakitinya. Dia mengatakan,
4
Do’a ini merupakan salah satu do’a yang berasal dari nabi yang
diriwayatkan oleh Ahmad (5/244, 247), Abu Dawud (1522) dan An
Nasaa-i (3/53) dari sahabat Mu’adz bin Jabal.
5
Dia adalah Ibnu Ad Daminah. Bait sya’ir di atas merupakan
qashidah miliknya yang masyhur. Sebagian qashidah tersebut
12
ِْ
‫ن‬‫أ‬‫ئ‬
َ
‫ل‬
‫ي‬‫أ‬‫ن‬َ‫اء‬ َ
‫س‬
ِْ
‫ن‬
َ
‫أ‬
‫ي‬ ‫أ‬‫ن‬َ‫ت‬
ْ
‫ل‬‫أ‬‫ن‬
ِ‫ة‬َ‫اء‬ َ
‫س‬ َ‫م‬‫أ‬‫ب‬
ِ
ِْ‫د‬
َ
‫ق‬
َ
‫ل‬
‫ي‬‫أ‬‫ن‬‫ر‬ َ
‫س‬
‫ي‬‫أ‬‫ن‬
َ
‫أ‬
ُِ
‫ت‬ْ‫ر‬
َ
‫ط‬
َ
‫خ‬
َِ
‫ك‬‫أ‬‫ال‬َ‫ب‬‫أ‬‫ب‬
ِ
Meskipun (sang kekasih) telah menyakitiku
Namun, sungguh cukup menyenangkan hatiku, bila
diriku terombang-ambing di benakmu
Jenis keempat,6
adalah musibah berupa tindakan
manusia yang menganggu harta, kehormatan dan
jiwa seorang.
terdapat dalam Hamasah Abi Tamam (2/62-63) dan redaksi
lengkapnya terdapat dalam Diwan beliau (halaman 13-18).
Qashidah di atas terdapat dalam 10 bait sya’ir pada kitab Al
Fushush karya Sha’id (1/67-70) dan juga terdapat dalam seluruh
kitab rujukan sya’ir pada qafiyah (rima) huruf kaf yang
berharakat kasrah.
6
Demikianlah yang tertera dalam kitab asli. Namun, yang lebih
tepat adalah musibah di atas adalah jenis kedua dari dua jenis
musibah yang disebutkan oleh penulis.
13
Bersabar terhadap musibah jenis ini sangat sulit
dilakukan, karena jiwa manusia akan senantiasa
mengingat pihak yang telah menyakitinya.
Begitupula jiwa (cenderung) enggan dikalahkan
sehingga dia senantiasa berupaya untuk menuntut
balas. Oleh karenanya, hanya para nabi dan orang-
orang yang bertitel shiddiq saja yang mampu
bersabar terhadap musibah jenis ini.
Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila
disakiti, beliau hanya mengucapkan,
ُِ‫م‬ َ‫ح‬ْ‫ر‬َ‫ي‬
ُِ‫ه‬‫الل‬
‫ى‬ َ‫وس‬ ُ‫م‬
ِْ‫د‬
َ
‫ق‬
َ
‫ل‬
َِ‫ي‬ ‫أ‬‫وذ‬
ُ
‫أ‬
َِ‫ر‬
َ
‫ث‬
ْ
‫ك‬
َ
‫أ‬‫أ‬‫ب‬
ِْ
‫ن‬‫أ‬‫م‬
‫ا‬
َ
‫ذ‬ َ‫ه‬
َِ‫ر‬َ‫ب‬َ‫ص‬
َ
‫ف‬
“Semoga Allah merahmati Musa. Sungguh beliau
telah disakiti (oleh kaumnya) dengan (musibah)
14
yang lebih daripada (ujian yang saya alami ini),
namun beliau dapat bersabar.”7
Salah sorang nabi pun (bersabar dan hanya)
berkata ketika dipukul oleh kaumnya,
ِ‫م‬ُ‫ه‬‫الل‬
ِْ‫ر‬‫أ‬‫ف‬
ْ
‫اغ‬
‫ي‬‫أ‬‫م‬ْ
‫و‬
َ
‫ق‬‫أ‬‫ل‬
ِْ‫م‬ُ‫ه‬‫ن‬‫أ‬‫إ‬
َ
‫ف‬
ِ
َ
‫ل‬
ِ
َ
‫ن‬‫و‬ ُ‫م‬
َ
‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬
“Ya Allah ampunilah kaumku, karena sungguh
mereka tidak mengetahui.”8
Telah diriwayatkan dari nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bahwasanya beliau pernah mengalami ujian
yang dialami oleh nabi tadi dan beliau
mengucapkan perkataan yang serupa.9
7
HR. Bukhari (3150, 3405 dan berbagai tempat lainnya), Muslim
(1260) dari sahabat Ibnu Mas’ud.
8
HR. Bukhari (3477 dan 6929), Muslim (1792) dari sahabat Ibnu
Mas’ud.
9
HR. Ath Thabarani dari Sahl bin Sa’ad sebagaimana terdapat
dalam Majma az Zawaa-id (6/117). Al Haitsami mengatakan,
“Seluruh rijal hadits ini merupakan rijal kitab Shahih.”
15
(Dengan demikian), ucapan do’a tersebut
mengumpulkan tiga perkara, yaitu pemaafan (dari
pihak yang disakiti) terhadap tindakan mereka,
permintaan ampun kepada Allah untuk mereka dan
pengajuan dispensasi (kepada Allah) dikarenakan
ketidaktahuan mereka.
(Apabila seorang melakukannya), maka kesabaran
jenis ini akan menghasilkan pertolongan, petunjuk,
kebahagiaan, keamanan dan kekuatan serta
mempertebal rasa cinta Allah dan manusia
terhadap dirinya juga menambah keilmuan orang
tersebut.
Oleh karena itu, Allah ta’ala berfirman (yang
artinya),
16












ِ
‘Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-
pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah
mereka meyakini ayat-ayat kami.” (As Sajdah: 04).
Sehingga, kepemimpinan dalam agama dapat
diperoleh dengan kesabaran dan keyakinan
(keimanan)10
. Apabila kekuatan keyakinan dan
keimanan mengiringi kesabaran ini, maka seorang
hamba akan menaiki berbagai tingkatan
kebahagiaan dengan karunia Alah ta’ala. Dan itulah
10
Lihat Majmu’ al Fatawa (10/39).
17
karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa
yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai
karunia yang besar. Oleh karenanya Allah
berfirman,

























“Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih
baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan
antara dia ada permusuhan seolah-olah telah
menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang
baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada
orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan
18
melainkan kepada orang-orang yang mempunyai
keuntungan yang besar.” (Fushshilaat: 34-35).
Terdapat beberapa faktor yang dapat membantu
seorang hamba untuk dapat melaksanakan
kesabaran jenis ini. [Diantaranya adalah sebagai
berikut:]
Pertama, hendaknya dia mengakui bahwa Allah
ta’ala adalah Zat yang menciptakan segala
perbuatan hamba, baik itu gerakan, diam dan
keinginannya. Maka segala sesuatu yang
dikehendaki Allah untuk terjadi, pasti akan terjadi.
Dan segala sesuatu yang tidak dikehendaki Allah
untuk terjadi, maka pasti tidak akan terjadi.
Sehingga, tidak ada satupun benda meski seberat
dzarrah yang bergerak di alam ini melainkan
19
dengan izin dan kehendak Allah. Oleh karenanya,
hamba adalah ‘alat’. Lihatlah kepada Zat yang
menjadikan pihak lain menzalimimu dan janganlah
anda melihat tindakannya terhadapmu. (Apabila
anda melakukan hal itu), maka anda akan terbebas
dari segala kedongkolan dan kegelisahan.
Kedua, hendaknya seorang mengakui akan segala
dosa yang telah diperbuatnya dan mengakui
bahwasanya tatkala Allah menjadikan pihak lain
menzalimi (dirinya), maka itu semua dikarenakan
dosa-dosa yang telah dia perbuat sebagaimana
firman Allah ta’ala,
20











“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka
itu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).” (Asy Syuura: 32).
Apabila seorang hamba mengakui bahwa segala
musibah yang menimpanya dikarenakan dosa-
dosanya yang telah lalu, maka dirinya akan sibuk
untuk bertaubat dan memohon ampun kepada
Allah atas dosa-dosanya yang menjadi sebab Allah
menurunkan musibah tersebut. Dia justru sibuk
melakukan hal itu dan tidak menyibukkan diri
21
mencela dan mengolok-olok berbagai pihak yang
telah menzaliminya.
(Oleh karena itu), apabila anda melihat seorang
yang mencela manusia yang telah menyakitinya
dan justru tidak mengoreksi diri dengan mencela
dirinya sendiri dan beristighfar kepada Allah, maka
ketahuilah (pada kondisi demikian) musibah yang
dia alami justru adalah musibah yang hakiki.
(Sebaliknya) apabila dirinya bertaubat, beristighfar
dan mengucapkan, “Musibah ini dikarenakan dosa-
dosaku yang telah saya perbuat.” Maka (pada
kondisi demikian, musibah yang dirasakannya)
justru berubah menjadi kenikmatan.
Ali bin Abi Thalib radliallahu 'anhu pernah
mengatakan sebuah kalimat yang indah,
ِ
َ
‫ل‬
ِ‫ن‬َ
‫و‬ ُ‫ج‬ْ‫ر‬َ‫ي‬
ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬
ِ‫ل‬‫أ‬‫إ‬
ُِ‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬
ِ
َ
‫ل‬
ِ‫ن‬
َ
‫اف‬
َ
‫خ‬َ‫ي‬
ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬
ِ‫إل‬
ُِ‫ه‬َ‫ب‬
ْ
‫ن‬
َ
‫ذ‬
ِ
22
“Hendaknya seorang hamba hanya berharap
kepada Rabb-nya dan hendaknya dia takut
terhadap akibat yang akan diterima dari dosa-dosa
yang telah diperbuatnya.”11
Dan terdapat sebuah atsar yang diriwayatkan dari
beliau dan selainnya, beliau mengatakan,
‫ا‬ َ‫م‬
َِ‫ل‬َ‫ز‬
َ
‫ن‬
َِ‫ب‬
ِ‫ء‬
َ
‫َل‬
ِ‫إل‬
ِ‫أ‬
‫ب‬
ْ
‫ن‬
َ
‫ذ‬‫أ‬‫ب‬
ِ
َ
‫ل‬َ
‫و‬
َِ‫ع‬‫أ‬‫ف‬ُ‫ر‬
ِ‫إل‬
ِ‫أ‬‫ة‬َ‫ب‬ْ
‫و‬َ‫ت‬‫أ‬‫ب‬
“Musibah turun disebabkan dosa dan diangkat
dengan sebab taubat.”
Ketiga, hendaknya seorang mengetahui pahala
yang disediakan oleh Allah ta’ala bagi orang yang
memaafkan dan bersabar (terhadap tindakan
11
Lihat penjelasan perkataan beliau ini dalam Majmu’ al Fatawa
(8/161-180).
23
orang lain yang menyakitinya). Hal ini dinyatakan
dalam firman-Nya,

















ِ
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan
yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan
berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan)
Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-
orang yang zalim.” (Asy Syuura: 42).
Ditinjau dari segi penunaian balasan, manusia
terbagi ke dalam tiga golongan, yaitu golongan
yang zalim karena melakukan pembaasan yang
melampaui batas, golongan yang moderat yang
24
hanya membalas sesuai haknya dan golongan yang
muhsin (berbuat baik) karena memaafkan pihak
yang menzalimi dan justru meniggalkan haknya
untuk membalas. Allah ta’ala menyebutkan ketiga
golongan ini dalam ayat di atas, bagian pertama
bagi mereka yang moderat, bagian kedua
diperuntukkan bagi mereka yang berbuat baik dan
bagian akhir diperuntukkan bagi mereka yang telah
berbuat zalim dalam melakukan pembalasan (yang
melampaui batas).
(Hendaknya dia juga) mengetahui panggilan
malaikat di hari kiamat kelak yang akan berkata,
ِ
َ
‫أ‬
ِ
َ
‫ل‬
ِْ‫م‬ ُ‫ق‬َ‫ي‬‫أ‬‫ل‬
ِْ
‫ن‬ َ‫م‬
َِ
‫ب‬ َ‫ج‬َ
‫و‬
ُِ‫ه‬ُ‫ر‬ ْ‫ج‬
َ
‫أ‬
‫ى‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬
ِ‫أ‬‫ه‬‫الل‬
25
“Perhatikanlah! Hendaknya berdiri orang-orang
yang memperoleh balasan yang wajib ditunaikan
oleh Allah!”12
(Ketika panggilan ini selesai dikumandangkan),
tidak ada orang yang berdiri melainkan mereka
yang (sewaktu di dunia termasuk golongan) yang
(senantiasa) memaafkan dan bersabar (terhadap
gangguan orang lain kepada dirinya).
Apabila hal ini diiringi dengan pengetahuan bahwa
segala pahala tersebut akan hilang jika dirinya
menuntut dan melakukan balas dendam, maka
tentulah dia akan mudah untuk bersabar dan
memaafkan (setiap pihak yang telah
menzaliminya).
12
HR. Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Mardawaih serta selain mereka
berdua dari sahabat Ibnu’ Abbas dan Anas. Lihat ad Durr al
Mantsur (7/359).
26
Keempat, hendaknya dia mengetahui bahwa
apabila dia memaafkan dan berbuat baik, maka hal
itu akan menyebabkan hatinya selamat dari
(berbagai kedengkian dan kebencian kepada
saudaranya) serta hatinya akan terbebas dari
keinginan untuk melakukan balas dendam dan
berbuat jahat (kepada pihak yang menzaliminya).
(Sehingga) dia memperoleh kenikmatan
memaafkan yang justru akan menambah kelezatan
dan manfaat yang berlipat-lipat, baik manfaat itu
dirasakan sekarang atau nanti.
Manfaat di atas tentu tidak sebanding dengan
“kenikmatan dan manfaat” yang dirasakannya
ketika melakukan pembalasan. Oleh karenanya,
(dengan perbuatan di atas), dia (dapat) tercakup
dalam firman Allah ta’ala,
27





ِ
“Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.” (Ali Imran: 134).
(Dengan melaksanakan perbuatan di atas), dirinya
pun menjadi pribadi yang dicintai Allah. Kondisi
yang dialaminya layaknya seorang yang kecurian
satu dinar, namun dia malah menerima ganti
puluhan ribu dinar. (Dengan demikian), dia akan
merasa sangat gembira atas karunia Allah yang
diberikan kepadanya melebihi kegembiraan yang
pernah dirasakannya.
Kelima, hendaknya dia mengetahui bahwa seorang
yang melampiaskan dendam semata-mata untuk
kepentingan nafsunya, maka hal itu hanya akan
mewariskan kehinaan di dalam dirinya. Apabila dia
28
memaafkan, maka Allah justru akan memberikan
kemuliaan kepadanya. Keutamaan ini telah
diberitakan oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam melalui sabdanya,
‫ا‬ َ‫م‬َ
‫و‬
َِ‫اد‬َ‫ز‬
ُِ‫ه‬‫الل‬
‫ا‬ ً‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬
ِ‫و‬ ْ‫ف‬َ‫ع‬‫أ‬‫ب‬
ِ‫ل‬‫أ‬‫إ‬
‫ا‬ًّ‫ز‬‫أ‬‫ع‬
“Kemuliaan hanya akan ditambahkan oleh Allah
kepada seorang hamba yang bersikap pemaaf.”13
(Berdasarkan hadits di atas) kemuliaan yang
diperoleh dari sikap memaafkan itu (tentu) lebih
disukai dan lebih bermanfaat bagi dirinya daripada
kemuliaan yang diperoleh dari tindakan
pelampiasan dendam. Kemuliaan yang diperoleh
dari pelampiasan dendam adalah kemuliaan
lahiriah semata, namun mewariskan kehinaan
batin. (Sedangkan) sikap memaafkan (terkadang)
13
HR. Muslim (2588) dari sahabat Abu Hurairah.
29
merupakan kehinaan di dalam batin, namun
mewariskan kemuliaan lahir dan batin.
Keenam, -dan hal ini merupakan salah satu faktor
yang paling bermanfaat-, yaitu hendaknya dia
mengetahui bahwa setiap balasan itu sesuai
dengan amalan yang dikerjakan. (Hendaknya dia
menyadari) bahwa dirinya adalah seorang yang
zalim lagi pendosa. Begitupula hendaknya dia
mengetahui bahwa setiap orang yang memaafkan
kesalahan manusia terhadap dirinya, maka Allah
pun akan memaafkan dosa-dosanya. Dan orang
yang memohonkan ampun setiap manusia yang
berbuat salah kepada dirinya, maka Allah pun akan
mengampuninya. Apabila dia mengetahui
pemaafan dan perbuatan baik yang dilakukannya
30
kepada berbagai pihak yang menzalimi merupakan
sebab yang akan mendatangkan pahala bagi
dirinya, maka tentulah (dia akan mudah)
memaafkan dan berbuat kebajikan dalam rangka
(menebus) dosa-dosanya. Manfaat ini tentu sangat
mencukupi seorang yang berakal (agar tidak
melampiaskan dendamnya).
Ketujuh, hendaknya dia mengetahui bahwa apabila
dirinya disibukkan dengan urusan pelampiasan
dendam, maka waktunya akan terbuang sia-sia
dan hatinya pun akan terpecah (tidak dapat
berkonsentrasi untuk urusan yang lain-pent).
Berbagai manfaat justru akan luput dari
gengamannya. Dan kemungkinan hal ini lebih
berbahaya daripada musibah yang ditimbulkan
31
oleh berbagai pihak yang menzaliminya. Apabila dia
memaafkan, maka hati dan fisiknya akan merasa
“fresh” untuk mencapai berbagai manfaat yang
tentu lebih penting bagi dirinya daripada sekedar
mengurusi perkara pelampiasan dendam.
Kedelapan, sesungguhnya pelampiasan dendam
yang dilakukannya merupakan bentuk pembelaan
diri yang dilandasi oleh keinginan melampiaskan
hawa nafsu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
pernah melakukan pembalasan yang didasari
keinginan pribadi, padahal menyakiti beliau
termasuk tindakan menyakiti Allah ta’ala dan
menyakiti beliau termasuk diantara perkara yang
di dalamnya berlaku ketentuan ganti rugi.
32
Jiwa beliau adalah jiwa yang termulia, tersuci dan
terbaik. Jiwa yang paling jauh dari berbagai akhlak
yang tercela dan paling berhak terhadap berbagai
akhlak yang terpuji. Meskipun demikian, beliau
tidak pernah melakukan pembalasan yang didasari
keinginan pribadi (jiwanya) (terhadap berbagai
pihak yang telah menyakitinya).
Maka bagaimana bisa salah seorang diantara kita
melakukan pembalasan dan pembelaan untuk diri
sendiri, padahal dia tahu kondisi jiwanya sendiri
serta kejelekan dan aib yang terdapat di dalamnya?
Bahkan, seorang yang arif tentu (menyadari
bahwa) jiwanya tidaklah pantas untuk menuntut
balas (karena aib dan kejelekan yang dimilikinya)
dan (dia juga mengetahui bahwa jiwanya) tidaklah
memiliki kadar kedudukan yang berarti sehingga
patut untuk dibela.
33
Kesembilan, apabila seorang disakiti atas tindakan
yang dia peruntukkan kepada Allah (ibadah-pent),
atau dia disakiti karena melakukan ketaatan yang
diperintahkan atau karena dia meninggalkan
kemaksiatan yang terlarang, maka (pada kondisi
demikian), dia wajib bersabar dan tidak boleh
melakukan pembalasan. Hal ini dikarenakan dirinya
telah disakiti (ketika melakukan ketaatan) di jalan
Allah, sehingga balasannya menjadi tanggungan
Allah.
Oleh karenanya, ketika para mujahid yang berjihad
di jalan Allah kehilangan nyawa dan harta, mereka
tidak memperoleh ganti rugi karena Allah telah
membeli nyawa dan harta mereka.
Dengan demikian, ganti rugi menjadi tanggungan
Allah, bukan di tangan makhluk. Barangsiapa yang
34
menuntut ganti rugi kepada makhluk (yang telah
menyakitinya), tentu dia tidak lagi memperoleh
ganti rugi dari Allah. Sesungguhnya, seorang yang
mengalami kerugian (karena disakiti) ketika
beribadah di jalan Allah, maka Allah berkewajiban
memberikan gantinya.
Apabila dia tersakiti akibat musibah yang
menimpanya, maka hendaknya dia menyibukkan
diri dengan mencela dirinya sendiri. Karena dengan
demikian, dirinya tersibukkan (untuk mengoreksi
diri dan itu lebih baik daripada) dia mencela
berbagai pihak yang telah menyakitinya.
Apabila dia tersakiti karena harta, maka hendaknya
dia berusaha menyabarkan jiwanya, karena
mendapatkan harta tanpa dibarengi dengan
35
kesabaran merupakan perkara yang lebih pahit
daripada kesabaran itu sendiri.
Setiap orang yang tidak mampu bersabar terhadap
panas terik di siang hari, terpaan hujan dan salju
serta rintangan perjalanan dan gangguan
perampok, maka tentu dia tidak usah berdagang.
Realita ini diketahui oleh manusia, bahwa setiap
orang yang memang jujur (dan bersungguh-
sungguh) dalam mencari sesuatu, maka dia akan
dianugerahi kesabaran dalam mencari sesuatu itu
sekadar kejujuran (dan kesungguhan) yang
dimilikinya.
Kesepuluh, hendaknya dia mengetahui
kebersamaan, kecintaan Allah dan ridla-Nya
kepada dirinya apabila dia bersabar. Apabila Allah
36
membersamai seorang, maka segala bentuk
gangguan dan bahaya -yang tidak satupun
makhluk yang mampu menolaknya- akan tertolak
darinya. Allah ta’ala berfirman,





ِ
“Allah menyukai orang-orang yang bersabar.” (Ali
‘Imran: 146).
Kesebelas, hendaknya dia mengetahui bahwa
kesabaran merupakan sebagian daripada iman.
Oleh karena itu, sebaiknya dia tidak mengganti
sebagian iman tersebut dengan pelampiasan
dendam. Apabila dia bersabar, maka dia telah
memelihara dan menjaga keimanannya dari aib
37
(kekurangan). Dan Allah-lah yang akan membela
orang-orang yang beriman.
Kedua belas, hendaknya dia mengetahui bahwa
kesabaran yang dia laksanakan merupakan
hukuman dan pengekangan terhadap hawa
nafsunya. Maka tatkala hawa nafsu terkalahkan,
tentu nafsu tidak mampu memperbudak dan
menawan dirinya serta menjerumuskan dirinya ke
dalam berbagai kebinasaan.
Tatkala dirinya tunduk dan mendengar hawa nafsu
serta terkalahkan olehnya, maka hawa nafsu akan
senantiasa mengiringinya hingga nafsu tersebut
membinasakannya kecuali dia memperoleh
rahmat dari Rabb-nya.
38
Kesabaran mengandung pengekangan terhadap
hawa nafsu berikut setan yang (menyusup masuk
di dalam diri). Oleh karenanya, (ketika kesabaran
dijalankan), maka kerajaan hati akan menang dan
bala tentaranya akan kokoh dan menguat sehingga
segenap musuh akan terusir.
Ketiga belas, hendaknya dia mengetahui bahwa
tatkala dia bersabar , maka tentu Allah-lah yang
menjadi penolongnya. Maka Allah adalah penolong
bagi setiap orang yang bersabar dan memasrahkan
setiap pihak yang menzaliminya kepada Allah.
Barangsiapa yang membela hawa nafsunya
(dengan melakukan pembalasan), maka Allah akan
menyerahkan dirinya kepada hawa nafsunya
sendiri sehingga diapun menjadi penolongnya.
39
Jika demikian, apakah akan sama kondisi antara
seorang yang ditolong Allah, sebaik-baik penolong
dengan seorang yang ditolong oleh hawa nafsunya
yang merupakan penolong yang paling lemah?
Keempat belas, kesabaran yang dilakukan oleh
seorang akan melahirkan penghentian kezaliman
dan penyesalan pada diri musuh serta akan
menimbulkan celaan manusia kepada pihak yang
menzalimi. Dengan demikian, setelah menyakiti
dirinya, pihak yang zalim akan kembali dalam
keadaan malu terhadap pihak yang telah
dizaliminya. Demikian pula dia akan menyesali
perbuatannya, bahkan bisa jadi pihak yang zalim
akan berubah menjadi sahabat karib bagi pihak
yang dizalimi. Inilah makna firman Allah ta’ala,
40

























ِ
“Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih
baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan
antara dia ada permusuhan seolah-olah telah
menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang
baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada
orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan
melainkan kepada orang-orang yang mempunyai
keuntungan yang besar.” (Fushshilaat: 34-35).
41
Kelima belas, terkadang pembalasan dendam
malah menjadi sebab yang akan menambah
kejahatan sang musuh terhadap dirinya. Hal ini
juga justru akan memperkuat dorongan hawa
nafsu serta menyibukkan pikiran untuk
memikirkan berbagai bentuk pembalasan yang
akan dilancarkan sebagaimana hal ini sering
terjadi.
Apabila dirinya bersabar dan memaafkan pihak
yang menzaliminya, maka dia akan terhindar dari
berbagai bentuk keburukan di atas. Seorang yang
berakal, tentu tidak akan memilih perkara yang
lebih berbahaya.
Betapa banyak pembalasan dendam justru
menimbulkan berbagai keburukan yang sulit untuk
dibendung oleh pelakunya. Dan betapa banyak
42
jiwa, harta dan kemuliaan yang tetap langgeng
ketika pihak yang dizalimi menempuh jalan
memaafkan.
Keenam belas, sesungguhnya seorang yang
terbiasa membalas dendam dan tidak bersabar
mesti akan terjerumus ke dalam kezaliman. Karena
hawa nafsu tidak akan mampu melakukan
pembalasan dendam dengan adil, baik ditinjau dari
segi pengetahuan (maksudnya hawa nafsu tidak
memiliki parameter yang pasti yang akan
menunjukkan kepada dirinya bahwa pembalasan
dendam yang dilakukannya telah sesuai dengan
kezaliman yang menimpanya, pent-) dan kehendak
(maksudnya ditinjau dari segi kehendak, hawa
43
nafsu tentu akan melakukan pembalasan yang
lebih, pent-).
Terkadang, hawa nafsu tidak mampu membatasi
diri dalam melakukan pembalasan dendam sesuai
dengan kadar yang dibenarkan, karena kemarahan
(ketika melakukan pembalasan dendam) akan
berjalan bersama pemiliknya menuju batas yang
tidak dapat ditentukan (melampaui batas, pent-).
Sehingga dengan demikian, posisi dirinya yang
semula menjadi pihak yang dizalimi, yang
menunggu pertolongan dan kemuliaan, justru
berubah menjadi pihak yang zalim, yang akan
menerima kehancuran dan siksaan.
Ketujuh belas, kezaliman yang diderita akan
menjadi sebab yang akan menghapuskan berbagai
44
dosa atau mengangkat derajatnya. Oleh karena itu,
apabila dia membalas dendam dan tidak bersabar,
maka kezaliman tersebut tidak akan
menghapuskan dosa dan tidakpula mengangkat
derajatnya.
Kedelapan belas, kesabaran dan pemaafan yang
dilakukannya merupakan pasukan terkuat yang
akan membantunya dalam menghadapi sang
musuh.
Sesungguhnya setiap orang yang bersabar dan
memaafkan pihak yang telah menzaliminya, maka
sikapnya tersebut akan melahirkan kehinaan pada
diri sang musuh dan menimbulkan ketakutan
terhadap dirinya dan manusia. Hal ini dikarenakan
manusia tidak akan tinggal diam terhadap
45
kezaliman yang dilakukannya tersebut, meskipun
pihak yang dizalimi mendiamkannya. Apabila pihak
yang dizalimi membalas dendam, seluruh
keutamaan itu akan terluput darinya.
Oleh karena itu, anda dapat menjumpai sebagian
manusia, apabila dia menghina atau menyakiti
pihak lain, dia akan menuntut penghalalan dari
pihak yang telah dizaliminya. Apabila pihak yang
dizalimi mengabulkannya, maka dirinya akan
merasa lega dan beban yang dahulu dirasakan akan
hilang.
Kesembilan belas, apabila pihak yang dizalimi
memaafkan sang musuh, maka hati sang musuh
akan tersadar bahwa kedudukan pihak yang
dizalimi berada di atasnya dan dirinya telah menuai
46
keuntungan dari kezaliman yang telah
dilakukannya. Dengan demikian, sang musuh akan
senantiasa memandang bahwa kedudukan dirinya
berada di bawah kedudukan pihak yang telah
dizaliminya. Maka tentu hal ini cukup menjadi
keutamaan dan kemuliaan dari sikap memaafkan.
Kedua puluh, apabila seorang memaafkan, maka
sikapnya tersebut merupakan suatu kebaikan yang
akan melahirkan berbagai kebaikan yang lain,
sehingga kebaikannya akan senantiasa bertambah.
Sesungguhnya balasan bagi setiap kebaikan adalah
kontinuitas kebaikan (kebaikan yang berlanjut),
sebagaimana balasan bagi setiap keburukan adalah
kontinuitas keburukan (keburukan yang terus
berlanjut). Dan terkadang hal ini menjadi sebab
47
keselamatan dan kesuksesan abadi. Apabila dirinya
melakukan pembalasan dendam, seluruh hal itu
justru akan terluput darinya.
‫الحمد‬
‫هلل‬
‫الذي‬
‫بنعمته‬
‫تتم‬
‫ال‬
‫صالحات‬
48

More Related Content

Similar to 20 Tips Bersabar - Ibnu Taymiyyah.pdf

Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadahKhutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Muchammad Dimyati
 
Zikir pagi petang (pdf)
Zikir pagi petang (pdf)Zikir pagi petang (pdf)
Zikir pagi petang (pdf)
ayunieys anis
 
Kompilasi khutbah-jumat-5
Kompilasi khutbah-jumat-5Kompilasi khutbah-jumat-5
Kompilasi khutbah-jumat-5
SUDIYANA
 

Similar to 20 Tips Bersabar - Ibnu Taymiyyah.pdf (18)

Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadahKhutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
Khutbah Urgensi Ikhlas dalam setiap ibadah
 
Bk kj manusia terbaik dim
Bk kj manusia terbaik dimBk kj manusia terbaik dim
Bk kj manusia terbaik dim
 
Khutbah Jumat Manusia-manusia Terbaik
Khutbah Jumat Manusia-manusia TerbaikKhutbah Jumat Manusia-manusia Terbaik
Khutbah Jumat Manusia-manusia Terbaik
 
Zikir pagi petang (pdf)
Zikir pagi petang (pdf)Zikir pagi petang (pdf)
Zikir pagi petang (pdf)
 
Fenomena lemahnya iman - Syeikh Solah al Munajjid
Fenomena lemahnya iman - Syeikh Solah al MunajjidFenomena lemahnya iman - Syeikh Solah al Munajjid
Fenomena lemahnya iman - Syeikh Solah al Munajjid
 
Menghayati Nilai-nilai Mujahadah An-Nafs, Musabaqah Bil Khairat, Etos Kerja, ...
Menghayati Nilai-nilai Mujahadah An-Nafs, Musabaqah Bil Khairat, Etos Kerja, ...Menghayati Nilai-nilai Mujahadah An-Nafs, Musabaqah Bil Khairat, Etos Kerja, ...
Menghayati Nilai-nilai Mujahadah An-Nafs, Musabaqah Bil Khairat, Etos Kerja, ...
 
Kompilasi khutbah-jumat-5
Kompilasi khutbah-jumat-5Kompilasi khutbah-jumat-5
Kompilasi khutbah-jumat-5
 
redha.pdf
redha.pdfredha.pdf
redha.pdf
 
Makalah akhlak benar
Makalah akhlak benarMakalah akhlak benar
Makalah akhlak benar
 
Meski Didzalimi Tetapi Berpahala
Meski Didzalimi Tetapi Berpahala Meski Didzalimi Tetapi Berpahala
Meski Didzalimi Tetapi Berpahala
 
Tazkirah perhimpunan
Tazkirah perhimpunanTazkirah perhimpunan
Tazkirah perhimpunan
 
Amalan, Doa, ZIkir dan Selawat yang boleh diamalkan
Amalan, Doa, ZIkir dan Selawat yang boleh diamalkanAmalan, Doa, ZIkir dan Selawat yang boleh diamalkan
Amalan, Doa, ZIkir dan Selawat yang boleh diamalkan
 
KAJIAN2.docx
KAJIAN2.docxKAJIAN2.docx
KAJIAN2.docx
 
10 kiat agar dapat
10 kiat agar dapat10 kiat agar dapat
10 kiat agar dapat
 
Mungkinkan doa dapat mengubah takdir
Mungkinkan doa dapat mengubah takdirMungkinkan doa dapat mengubah takdir
Mungkinkan doa dapat mengubah takdir
 
Meraih maghfirah
Meraih maghfirahMeraih maghfirah
Meraih maghfirah
 
Meraih maghfirah
Meraih maghfirahMeraih maghfirah
Meraih maghfirah
 
Kiat kiat bersabar
Kiat kiat bersabarKiat kiat bersabar
Kiat kiat bersabar
 

More from Menuntut Ilmu

More from Menuntut Ilmu (17)

Forty-Hadith-on-Islam-Imam-Abu-Bakr-al-Ajurri (1).pdf
Forty-Hadith-on-Islam-Imam-Abu-Bakr-al-Ajurri (1).pdfForty-Hadith-on-Islam-Imam-Abu-Bakr-al-Ajurri (1).pdf
Forty-Hadith-on-Islam-Imam-Abu-Bakr-al-Ajurri (1).pdf
 
40 Hadits Seputar Pendidikan Anak - edisi parenting
40 Hadits Seputar Pendidikan Anak - edisi parenting40 Hadits Seputar Pendidikan Anak - edisi parenting
40 Hadits Seputar Pendidikan Anak - edisi parenting
 
فتييان تتعلقان بتكفير الجهمية.pdf
فتييان تتعلقان بتكفير الجهمية.pdfفتييان تتعلقان بتكفير الجهمية.pdf
فتييان تتعلقان بتكفير الجهمية.pdf
 
يقولون ويقول الله تصحيح الكثير من المفاهيم.pdf
يقولون ويقول الله تصحيح الكثير من المفاهيم.pdfيقولون ويقول الله تصحيح الكثير من المفاهيم.pdf
يقولون ويقول الله تصحيح الكثير من المفاهيم.pdf
 
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu.pdf
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu.pdfMetode Praktis Dalam Menuntut Ilmu.pdf
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu.pdf
 
ابن تيمية بقلم تلميذه الذهبي.pdf
ابن تيمية بقلم تلميذه الذهبي.pdfابن تيمية بقلم تلميذه الذهبي.pdf
ابن تيمية بقلم تلميذه الذهبي.pdf
 
درر من تفسير ابن كثير .pdf
درر من تفسير ابن كثير .pdfدرر من تفسير ابن كثير .pdf
درر من تفسير ابن كثير .pdf
 
الكواكب الدرية في بركات الأعمال الخيرية د عبدالله بن معيوف الجعيد.pdf
الكواكب الدرية في بركات الأعمال الخيرية د عبدالله بن معيوف الجعيد.pdfالكواكب الدرية في بركات الأعمال الخيرية د عبدالله بن معيوف الجعيد.pdf
الكواكب الدرية في بركات الأعمال الخيرية د عبدالله بن معيوف الجعيد.pdf
 
إلياس عليه السلام نبي الفينيقيين حقائق في التاريخ والمنهج من منظور.pdf
إلياس عليه السلام نبي الفينيقيين حقائق في التاريخ والمنهج من منظور.pdfإلياس عليه السلام نبي الفينيقيين حقائق في التاريخ والمنهج من منظور.pdf
إلياس عليه السلام نبي الفينيقيين حقائق في التاريخ والمنهج من منظور.pdf
 
كتاب الرد على الجهمية للكرجي.pdf
كتاب الرد على الجهمية للكرجي.pdfكتاب الرد على الجهمية للكرجي.pdf
كتاب الرد على الجهمية للكرجي.pdf
 
Perilaku Kita - Syaikh At-Tuwayjiri.pdf
Perilaku Kita - Syaikh At-Tuwayjiri.pdfPerilaku Kita - Syaikh At-Tuwayjiri.pdf
Perilaku Kita - Syaikh At-Tuwayjiri.pdf
 
Raihlah Kebahagiaan - Syeiikh Muhammad b Ibrahim AL-TUWAYJIRI.pdf
Raihlah Kebahagiaan - Syeiikh Muhammad b Ibrahim AL-TUWAYJIRI.pdfRaihlah Kebahagiaan - Syeiikh Muhammad b Ibrahim AL-TUWAYJIRI.pdf
Raihlah Kebahagiaan - Syeiikh Muhammad b Ibrahim AL-TUWAYJIRI.pdf
 
23 Kiat Hidup Bahagia - Syaikh as-Sa'di.pdf
23 Kiat Hidup Bahagia - Syaikh as-Sa'di.pdf23 Kiat Hidup Bahagia - Syaikh as-Sa'di.pdf
23 Kiat Hidup Bahagia - Syaikh as-Sa'di.pdf
 
البراعة في تبيان شرك الطاعة
 البراعة في تبيان شرك الطاعة البراعة في تبيان شرك الطاعة
البراعة في تبيان شرك الطاعة
 
مجموع_فتاوى_الشيخ_ناصر_السنة_القرشي_تقبله_الله.pdf
مجموع_فتاوى_الشيخ_ناصر_السنة_القرشي_تقبله_الله.pdfمجموع_فتاوى_الشيخ_ناصر_السنة_القرشي_تقبله_الله.pdf
مجموع_فتاوى_الشيخ_ناصر_السنة_القرشي_تقبله_الله.pdf
 
سؤال_وجواب_لصغار_الطلاب_في_العقيدة_والصلاة_والسيرة_والآداب_جمع.pdf
سؤال_وجواب_لصغار_الطلاب_في_العقيدة_والصلاة_والسيرة_والآداب_جمع.pdfسؤال_وجواب_لصغار_الطلاب_في_العقيدة_والصلاة_والسيرة_والآداب_جمع.pdf
سؤال_وجواب_لصغار_الطلاب_في_العقيدة_والصلاة_والسيرة_والآداب_جمع.pdf
 
الولاء_والبراء_في_الاسلام_محمد_القحطاني.pdf
الولاء_والبراء_في_الاسلام_محمد_القحطاني.pdfالولاء_والبراء_في_الاسلام_محمد_القحطاني.pdf
الولاء_والبراء_في_الاسلام_محمد_القحطاني.pdf
 

Recently uploaded

MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
randikaakbar11
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
ErikaPutriJayantini
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
iwidyastama85
 
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwuPenjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Khiyaroh1
 
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptxMateri Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
AvivThea
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
 
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitikObat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
 
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptx
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptxPpt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptx
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar MengajarVariasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
 
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxInformatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup bP5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
P5 Gaya Hidup berkelanjutan gaya hidup b
 
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxMateri E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
 
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwuPenjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
 
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptxMateri Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
 

20 Tips Bersabar - Ibnu Taymiyyah.pdf

  • 1.
  • 3. 3 Prolog E-Book “ 02 Tips Bersabar” diterjemahkan dan didistribusikan oleh Tim @belajartauhid secara gratis. Diizinkan kepada berbagai pihak untuk menyebarluaskan E-Book ini kepada kaum muslimin tanpa tujuan komersil. Semoga E-Book ini bermanfaat bagi kaum muslimin dan menjadi amal shalih yang memperberat timbangan kebaikan kita semua. Salam.
  • 4. 4 20 Tips Bersabar Allah ta’ala telah memberikan kebaikan di setiap kondisi yang dialami oleh para hamba-Nya yang beriman, sehingga mereka senantiasa berada dalam rengkuhan nikmat Allah ta’ala. Mereka mengalami segala kejadian yang menyenangkan dan menyedihkan, namun segala takdir yang ditetapkan Allah bagi mereka merupakan barang perniagaan yang memberikan untung yang teramat besar. Hal ini ditunjukkan dalam sebuah sabda yang diucapkan oleh pemimpin dan suri tauladan bagi orang-orang yang bertakwa, yaitu nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
  • 5. 5 ‫ا‬ً‫ب‬ َ‫ج‬ َ ‫ع‬ ِ‫أ‬‫ر‬ ْ‫م‬ َ ‫أ‬ ‫ِل‬ ِ‫أ‬ ‫ن‬‫أ‬‫م‬ْ ‫ؤ‬ ُ ْ ‫اْل‬ ِ‫ن‬‫أ‬‫إ‬ ُِ‫ه‬َ‫ر‬ ْ‫م‬ َ ‫أ‬ ُِ‫ه‬‫ل‬ ُ ‫ك‬ ‫عجب‬ . ‫ا‬ َ‫م‬ ‫ي‬ ‫أ‬‫ض‬ ْ‫ق‬َ‫ي‬ ُِ‫للا‬ ُِ‫ه‬ َ ‫ل‬ ِْ ‫ن‬‫أ‬‫م‬ ِ‫اء‬َ‫ض‬ َ ‫ق‬ ِ َ ‫ل‬‫أ‬‫إ‬ َِ ‫ان‬ َ ‫ك‬ ‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ي‬ َ ‫خ‬ ُِ‫ه‬ َ ‫ل‬ , ِْ ‫ن‬ ‫أ‬ ِ‫أ‬‫إ‬ ُِ‫ه‬ْ‫ت‬َ‫اب‬َ‫ص‬ َ ‫أ‬ ُِ‫اء‬‫ر‬ َ ‫س‬ َِ‫ر‬ َ ‫ك‬ َ ‫ش‬ َِ ‫ان‬ َ ‫ك‬ َ ‫ف‬ ‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ي‬ َ ‫خ‬ ُِ‫ه‬ َ ‫ل‬ ِْ ‫ن‬‫أ‬‫إ‬َ ‫و‬ ُِ‫ه‬ْ‫ت‬َ‫اب‬َ‫ص‬ َ ‫أ‬ ُِ‫اء‬‫ر‬َ‫ض‬ َِ‫ر‬َ‫ب‬َ‫ص‬ َِ ‫ان‬ َ ‫ك‬ َ ‫ف‬ ‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ي‬ َ ‫خ‬ ُِ‫ه‬ َ ‫ل‬ “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Segala perkara yang dialaminya sangat menakjubkan. Setiap takdir yang ditetapkan Allah bagi dirinya merupakan kebaikan. Apabila kebaikan dialaminya, maka ia bersyukur, dan hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila keburukan menimpanya, dia bersabar dan hal itu merupakan kebaikan baginya.”1 Hadits ini mencakup seluruh takdir-Nya yang ditetapkan bagi para hamba-Nya yang beriman. Dan segala takdir itu akan bernilai kebaikan, 1 HR. Muslim (2999) dari Shuhaib.
  • 6. 6 apabila sang hamba bersabar terhadap takdir Allah yang tidak menyenangkan dan bersyukur atas takdir Allah yang disukainya. Bahkan, hal ini turut tercakup ke dalam kategori keimanan sebagaimana firman Allah ta’ala, ِْ‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ل‬َ ‫و‬ ‫ا‬َ‫ن‬ ْ ‫ل‬ َ ‫س‬ْ‫ر‬ َ ‫أ‬ ‫ى‬ َ‫وس‬ ُ‫م‬ ‫ا‬َ‫ن‬‫أ‬‫ت‬‫ا‬َ‫آي‬‫أ‬‫ب‬ ِْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ ِْ‫ج‬‫أ‬‫ر‬ ْ ‫خ‬ َ ‫أ‬ َِ ‫ك‬ َ‫م‬ْ ‫و‬ َ ‫ق‬ َِ ‫ن‬‫أ‬‫م‬ ِ‫أ‬ ‫ات‬ َ‫م‬ ُ ‫ل‬ ُّ ‫الظ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫أ‬‫إ‬ ِ‫أ‬‫ور‬ُّ‫الن‬ ِ‫أ‬‫ك‬ َ ‫ذ‬َ ‫و‬ ِْ‫م‬ ُ‫ه‬ْ‫ر‬ ِ‫أ‬ ‫ام‬‫ي‬ َ ‫أ‬‫أ‬‫ب‬ ِ‫أ‬‫ه‬‫الل‬ ِ‫ن‬‫أ‬‫إ‬ ‫ي‬ ‫أ‬‫ف‬ َِ ‫ك‬‫أ‬‫ل‬ َ ‫ذ‬ ِ‫ات‬َ‫آلي‬ ِ‫أ‬ ‫ل‬ ُ ‫ك‬‫أ‬‫ل‬ ِ‫ار‬‫ب‬َ‫ص‬ ِ‫ور‬ ُ ‫ك‬ َ ‫ش‬ ( ٥ ) ِ “Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.” (Ibrahim: 5). Apabila seorang hamba memperhatikan seluruh ajaran agama ini, maka dia akan mengetahui bahwa segenap ajaran agama berpulang pada kedua hal tadi, yaitu kesabaran dan rasa syukur.
  • 7. 7 Hal itu dikarenakan kesabaran terbagi menjadi tiga jenis sebagaimana berikut2 . Pertama: Sabar dalam melakukan ketaatan sampai seorang melaksanakannya. Hal ini dikarenakan seorang hamba hampir dapat dipastikan tidak dapat melakukan segala perkara yang diperintahkan kepadanya kecuali setelah bersabar, berusaha keras untuk bersabar dan berjihad melawan segenap musuh, baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Kesabaran jenis inilah yang mempengaruhi penunaian seorang hamba terhadap segala perkara yang diwajibkan dan dianjurkan kepada dirinya. 2 Lihat perkataan penulis dalam Majmu’ al Fatawa (10/574-577, 14/304-306).
  • 8. 8 Kedua: Kesabaran terhadap segala perkara yang terlarang sehingga dirinya tidak mengerjakan berbagai larangan tersebut. Sesungguhnya nafsu, tipu daya setan, dan teman sejawat yang buruk akan senantiasa memerintahkan dan menyeretnya seorang untuk berbuat kemaksiatan. Oleh karenanya, kekuatan kesabaran jenis ini mempengaruhi tindakan seorang hamba dalam meninggalkan segenap kemaksiatan. Sebagian ulama salaf3 mengatakan, ُِ‫ال‬ َ‫م‬ْ‫ع‬ َ ‫أ‬ ِ‫أ‬‫ر‬‫أ‬‫ب‬ ْ ‫ال‬ ‫ا‬َ‫ه‬ ُ ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ف‬َ‫ي‬ ُِّ‫ر‬َ‫ب‬ ْ ‫ال‬ َِ ‫و‬ ُِ‫ر‬ ‫أ‬ ‫اج‬ َ ‫ف‬ ْ ‫ال‬ , َِ ‫و‬ ِ َ ‫ل‬ ُِ‫ر‬ ‫أ‬‫د‬ ْ‫ق‬َ‫ي‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫أ‬ ‫ك‬ْ‫ر‬ َ ‫ت‬ ‫ي‬ ‫أ‬‫اص‬َ‫ع‬ َ ْ ‫اْل‬ ِ‫ل‬‫أ‬‫إ‬ ِ‫ق‬ْ‫ي‬ ‫أ‬‫د‬ ‫أ‬ ‫ص‬ “Setiap orang yang baik maupun yang fajir (pelaku kemaksiatan) turut melakukan kebaikan. Namun 3 Beliau adalah Sahl at Tusturi sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam al Hilyah (12/011).
  • 9. 9 hanya orang yang bertitel shiddiq yang mampu meninggalkan seluruh perkara maksiat.” Ketiga: Kesabaran terhadap musibah yang menimpa. Musibah ini terbagi menjadi dua, Jenis pertama: Jenis musibah yang tidak dipengaruhi oleh turut campur tangan makhluk seperti penyakit dan musibah lain yang praktis tidak turut dipengaruhi oleh campur tangan manusia. Seorang hamba mudah bersabar dalam menghadapi musibah jenis ini. Hal itu dikarenakan seorang hamba mengakui bahwasanya musibah jenis ini termasuk ke dalam takdir Allah yang tidak dapat ditentang olehnya, (sehingga) manusia tidak mampu turut campur dalam permasalahan ini. (Dalam hal ini), sang
  • 10. 10 hamba hanya mampu bersabar, baik itu terpaksa maupun sukarela. Apabila Allah membukakan pintu untuk merenungi berbagai faedah, kenikmatan dan kelembutan Allah yang diperolehnya dari musibah tersebut, maka dirinya pun berpindah dari derajat bersabar atas musibah yang menimpanya menuju derajat bersyukur dan ridla atas musibah tersebut. Dengan seketika, musibah tadi berubah menjadi nikmat yang dirasakannya, sehingga lisan dan hatinya senantiasa berkata, ِ‫أ‬ ‫ب‬َ‫ر‬ ‫ي‬ ‫أ‬‫ن‬‫أ‬‫ع‬ َ ‫أ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ َِ ‫ك‬‫أ‬‫ر‬ ْ ‫ك‬ ‫أ‬‫ذ‬ َِ ‫ك‬‫أ‬‫ر‬ ْ ‫ك‬ ُ ‫ش‬َ ‫و‬ ِ‫أ‬ ‫ن‬ ْ ‫س‬ ُ‫ح‬َ ‫و‬ َِ ‫ك‬‫أ‬‫ت‬َ‫اد‬َ‫ب‬‫أ‬‫ع‬
  • 11. 11 “Wahai Rabb-ku, tolonglah aku untuk senantiasa mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu serta memperbaiki segala peribadatanku kepada-Mu.”4 Kesabaran jenis ini bergantung kepada kekuatan cinta seorang hamba kepada Allah ta’ala, (sehingga meskipun hamba tertimpa musibah, dia justru dapat bersabar karena kekuatan cinta-Nya kepada Allah ta’ala). Hal ini (kesabaran seorang terhadap perbuatan yang tidak menyenangkan dari seorang yang dicintainya-pent) dapat disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana perkataan sebagian penyair5 yang memanggil sang kekasih yang telah menyakitinya. Dia mengatakan, 4 Do’a ini merupakan salah satu do’a yang berasal dari nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad (5/244, 247), Abu Dawud (1522) dan An Nasaa-i (3/53) dari sahabat Mu’adz bin Jabal. 5 Dia adalah Ibnu Ad Daminah. Bait sya’ir di atas merupakan qashidah miliknya yang masyhur. Sebagian qashidah tersebut
  • 12. 12 ِْ ‫ن‬‫أ‬‫ئ‬ َ ‫ل‬ ‫ي‬‫أ‬‫ن‬َ‫اء‬ َ ‫س‬ ِْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ ‫ي‬ ‫أ‬‫ن‬َ‫ت‬ ْ ‫ل‬‫أ‬‫ن‬ ِ‫ة‬َ‫اء‬ َ ‫س‬ َ‫م‬‫أ‬‫ب‬ ِ ِْ‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ل‬ ‫ي‬‫أ‬‫ن‬‫ر‬ َ ‫س‬ ‫ي‬‫أ‬‫ن‬ َ ‫أ‬ ُِ ‫ت‬ْ‫ر‬ َ ‫ط‬ َ ‫خ‬ َِ ‫ك‬‫أ‬‫ال‬َ‫ب‬‫أ‬‫ب‬ ِ Meskipun (sang kekasih) telah menyakitiku Namun, sungguh cukup menyenangkan hatiku, bila diriku terombang-ambing di benakmu Jenis keempat,6 adalah musibah berupa tindakan manusia yang menganggu harta, kehormatan dan jiwa seorang. terdapat dalam Hamasah Abi Tamam (2/62-63) dan redaksi lengkapnya terdapat dalam Diwan beliau (halaman 13-18). Qashidah di atas terdapat dalam 10 bait sya’ir pada kitab Al Fushush karya Sha’id (1/67-70) dan juga terdapat dalam seluruh kitab rujukan sya’ir pada qafiyah (rima) huruf kaf yang berharakat kasrah. 6 Demikianlah yang tertera dalam kitab asli. Namun, yang lebih tepat adalah musibah di atas adalah jenis kedua dari dua jenis musibah yang disebutkan oleh penulis.
  • 13. 13 Bersabar terhadap musibah jenis ini sangat sulit dilakukan, karena jiwa manusia akan senantiasa mengingat pihak yang telah menyakitinya. Begitupula jiwa (cenderung) enggan dikalahkan sehingga dia senantiasa berupaya untuk menuntut balas. Oleh karenanya, hanya para nabi dan orang- orang yang bertitel shiddiq saja yang mampu bersabar terhadap musibah jenis ini. Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila disakiti, beliau hanya mengucapkan, ُِ‫م‬ َ‫ح‬ْ‫ر‬َ‫ي‬ ُِ‫ه‬‫الل‬ ‫ى‬ َ‫وس‬ ُ‫م‬ ِْ‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ل‬ َِ‫ي‬ ‫أ‬‫وذ‬ ُ ‫أ‬ َِ‫ر‬ َ ‫ث‬ ْ ‫ك‬ َ ‫أ‬‫أ‬‫ب‬ ِْ ‫ن‬‫أ‬‫م‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ َ‫ه‬ َِ‫ر‬َ‫ب‬َ‫ص‬ َ ‫ف‬ “Semoga Allah merahmati Musa. Sungguh beliau telah disakiti (oleh kaumnya) dengan (musibah)
  • 14. 14 yang lebih daripada (ujian yang saya alami ini), namun beliau dapat bersabar.”7 Salah sorang nabi pun (bersabar dan hanya) berkata ketika dipukul oleh kaumnya, ِ‫م‬ُ‫ه‬‫الل‬ ِْ‫ر‬‫أ‬‫ف‬ ْ ‫اغ‬ ‫ي‬‫أ‬‫م‬ْ ‫و‬ َ ‫ق‬‫أ‬‫ل‬ ِْ‫م‬ُ‫ه‬‫ن‬‫أ‬‫إ‬ َ ‫ف‬ ِ َ ‫ل‬ ِ َ ‫ن‬‫و‬ ُ‫م‬ َ ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ “Ya Allah ampunilah kaumku, karena sungguh mereka tidak mengetahui.”8 Telah diriwayatkan dari nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau pernah mengalami ujian yang dialami oleh nabi tadi dan beliau mengucapkan perkataan yang serupa.9 7 HR. Bukhari (3150, 3405 dan berbagai tempat lainnya), Muslim (1260) dari sahabat Ibnu Mas’ud. 8 HR. Bukhari (3477 dan 6929), Muslim (1792) dari sahabat Ibnu Mas’ud. 9 HR. Ath Thabarani dari Sahl bin Sa’ad sebagaimana terdapat dalam Majma az Zawaa-id (6/117). Al Haitsami mengatakan, “Seluruh rijal hadits ini merupakan rijal kitab Shahih.”
  • 15. 15 (Dengan demikian), ucapan do’a tersebut mengumpulkan tiga perkara, yaitu pemaafan (dari pihak yang disakiti) terhadap tindakan mereka, permintaan ampun kepada Allah untuk mereka dan pengajuan dispensasi (kepada Allah) dikarenakan ketidaktahuan mereka. (Apabila seorang melakukannya), maka kesabaran jenis ini akan menghasilkan pertolongan, petunjuk, kebahagiaan, keamanan dan kekuatan serta mempertebal rasa cinta Allah dan manusia terhadap dirinya juga menambah keilmuan orang tersebut. Oleh karena itu, Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
  • 16. 16             ِ ‘Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin- pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.” (As Sajdah: 04). Sehingga, kepemimpinan dalam agama dapat diperoleh dengan kesabaran dan keyakinan (keimanan)10 . Apabila kekuatan keyakinan dan keimanan mengiringi kesabaran ini, maka seorang hamba akan menaiki berbagai tingkatan kebahagiaan dengan karunia Alah ta’ala. Dan itulah 10 Lihat Majmu’ al Fatawa (10/39).
  • 17. 17 karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. Oleh karenanya Allah berfirman,                          “Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan
  • 18. 18 melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (Fushshilaat: 34-35). Terdapat beberapa faktor yang dapat membantu seorang hamba untuk dapat melaksanakan kesabaran jenis ini. [Diantaranya adalah sebagai berikut:] Pertama, hendaknya dia mengakui bahwa Allah ta’ala adalah Zat yang menciptakan segala perbuatan hamba, baik itu gerakan, diam dan keinginannya. Maka segala sesuatu yang dikehendaki Allah untuk terjadi, pasti akan terjadi. Dan segala sesuatu yang tidak dikehendaki Allah untuk terjadi, maka pasti tidak akan terjadi. Sehingga, tidak ada satupun benda meski seberat dzarrah yang bergerak di alam ini melainkan
  • 19. 19 dengan izin dan kehendak Allah. Oleh karenanya, hamba adalah ‘alat’. Lihatlah kepada Zat yang menjadikan pihak lain menzalimimu dan janganlah anda melihat tindakannya terhadapmu. (Apabila anda melakukan hal itu), maka anda akan terbebas dari segala kedongkolan dan kegelisahan. Kedua, hendaknya seorang mengakui akan segala dosa yang telah diperbuatnya dan mengakui bahwasanya tatkala Allah menjadikan pihak lain menzalimi (dirinya), maka itu semua dikarenakan dosa-dosa yang telah dia perbuat sebagaimana firman Allah ta’ala,
  • 20. 20            “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka itu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy Syuura: 32). Apabila seorang hamba mengakui bahwa segala musibah yang menimpanya dikarenakan dosa- dosanya yang telah lalu, maka dirinya akan sibuk untuk bertaubat dan memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosanya yang menjadi sebab Allah menurunkan musibah tersebut. Dia justru sibuk melakukan hal itu dan tidak menyibukkan diri
  • 21. 21 mencela dan mengolok-olok berbagai pihak yang telah menzaliminya. (Oleh karena itu), apabila anda melihat seorang yang mencela manusia yang telah menyakitinya dan justru tidak mengoreksi diri dengan mencela dirinya sendiri dan beristighfar kepada Allah, maka ketahuilah (pada kondisi demikian) musibah yang dia alami justru adalah musibah yang hakiki. (Sebaliknya) apabila dirinya bertaubat, beristighfar dan mengucapkan, “Musibah ini dikarenakan dosa- dosaku yang telah saya perbuat.” Maka (pada kondisi demikian, musibah yang dirasakannya) justru berubah menjadi kenikmatan. Ali bin Abi Thalib radliallahu 'anhu pernah mengatakan sebuah kalimat yang indah, ِ َ ‫ل‬ ِ‫ن‬َ ‫و‬ ُ‫ج‬ْ‫ر‬َ‫ي‬ ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ِ‫ل‬‫أ‬‫إ‬ ُِ‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬ ِ َ ‫ل‬ ِ‫ن‬ َ ‫اف‬ َ ‫خ‬َ‫ي‬ ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ِ‫إل‬ ُِ‫ه‬َ‫ب‬ ْ ‫ن‬ َ ‫ذ‬ ِ
  • 22. 22 “Hendaknya seorang hamba hanya berharap kepada Rabb-nya dan hendaknya dia takut terhadap akibat yang akan diterima dari dosa-dosa yang telah diperbuatnya.”11 Dan terdapat sebuah atsar yang diriwayatkan dari beliau dan selainnya, beliau mengatakan, ‫ا‬ َ‫م‬ َِ‫ل‬َ‫ز‬ َ ‫ن‬ َِ‫ب‬ ِ‫ء‬ َ ‫َل‬ ِ‫إل‬ ِ‫أ‬ ‫ب‬ ْ ‫ن‬ َ ‫ذ‬‫أ‬‫ب‬ ِ َ ‫ل‬َ ‫و‬ َِ‫ع‬‫أ‬‫ف‬ُ‫ر‬ ِ‫إل‬ ِ‫أ‬‫ة‬َ‫ب‬ْ ‫و‬َ‫ت‬‫أ‬‫ب‬ “Musibah turun disebabkan dosa dan diangkat dengan sebab taubat.” Ketiga, hendaknya seorang mengetahui pahala yang disediakan oleh Allah ta’ala bagi orang yang memaafkan dan bersabar (terhadap tindakan 11 Lihat penjelasan perkataan beliau ini dalam Majmu’ al Fatawa (8/161-180).
  • 23. 23 orang lain yang menyakitinya). Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya,                  ِ “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang- orang yang zalim.” (Asy Syuura: 42). Ditinjau dari segi penunaian balasan, manusia terbagi ke dalam tiga golongan, yaitu golongan yang zalim karena melakukan pembaasan yang melampaui batas, golongan yang moderat yang
  • 24. 24 hanya membalas sesuai haknya dan golongan yang muhsin (berbuat baik) karena memaafkan pihak yang menzalimi dan justru meniggalkan haknya untuk membalas. Allah ta’ala menyebutkan ketiga golongan ini dalam ayat di atas, bagian pertama bagi mereka yang moderat, bagian kedua diperuntukkan bagi mereka yang berbuat baik dan bagian akhir diperuntukkan bagi mereka yang telah berbuat zalim dalam melakukan pembalasan (yang melampaui batas). (Hendaknya dia juga) mengetahui panggilan malaikat di hari kiamat kelak yang akan berkata, ِ َ ‫أ‬ ِ َ ‫ل‬ ِْ‫م‬ ُ‫ق‬َ‫ي‬‫أ‬‫ل‬ ِْ ‫ن‬ َ‫م‬ َِ ‫ب‬ َ‫ج‬َ ‫و‬ ُِ‫ه‬ُ‫ر‬ ْ‫ج‬ َ ‫أ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫أ‬‫ه‬‫الل‬
  • 25. 25 “Perhatikanlah! Hendaknya berdiri orang-orang yang memperoleh balasan yang wajib ditunaikan oleh Allah!”12 (Ketika panggilan ini selesai dikumandangkan), tidak ada orang yang berdiri melainkan mereka yang (sewaktu di dunia termasuk golongan) yang (senantiasa) memaafkan dan bersabar (terhadap gangguan orang lain kepada dirinya). Apabila hal ini diiringi dengan pengetahuan bahwa segala pahala tersebut akan hilang jika dirinya menuntut dan melakukan balas dendam, maka tentulah dia akan mudah untuk bersabar dan memaafkan (setiap pihak yang telah menzaliminya). 12 HR. Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Mardawaih serta selain mereka berdua dari sahabat Ibnu’ Abbas dan Anas. Lihat ad Durr al Mantsur (7/359).
  • 26. 26 Keempat, hendaknya dia mengetahui bahwa apabila dia memaafkan dan berbuat baik, maka hal itu akan menyebabkan hatinya selamat dari (berbagai kedengkian dan kebencian kepada saudaranya) serta hatinya akan terbebas dari keinginan untuk melakukan balas dendam dan berbuat jahat (kepada pihak yang menzaliminya). (Sehingga) dia memperoleh kenikmatan memaafkan yang justru akan menambah kelezatan dan manfaat yang berlipat-lipat, baik manfaat itu dirasakan sekarang atau nanti. Manfaat di atas tentu tidak sebanding dengan “kenikmatan dan manfaat” yang dirasakannya ketika melakukan pembalasan. Oleh karenanya, (dengan perbuatan di atas), dia (dapat) tercakup dalam firman Allah ta’ala,
  • 27. 27      ِ “Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imran: 134). (Dengan melaksanakan perbuatan di atas), dirinya pun menjadi pribadi yang dicintai Allah. Kondisi yang dialaminya layaknya seorang yang kecurian satu dinar, namun dia malah menerima ganti puluhan ribu dinar. (Dengan demikian), dia akan merasa sangat gembira atas karunia Allah yang diberikan kepadanya melebihi kegembiraan yang pernah dirasakannya. Kelima, hendaknya dia mengetahui bahwa seorang yang melampiaskan dendam semata-mata untuk kepentingan nafsunya, maka hal itu hanya akan mewariskan kehinaan di dalam dirinya. Apabila dia
  • 28. 28 memaafkan, maka Allah justru akan memberikan kemuliaan kepadanya. Keutamaan ini telah diberitakan oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui sabdanya, ‫ا‬ َ‫م‬َ ‫و‬ َِ‫اد‬َ‫ز‬ ُِ‫ه‬‫الل‬ ‫ا‬ ً‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ِ‫و‬ ْ‫ف‬َ‫ع‬‫أ‬‫ب‬ ِ‫ل‬‫أ‬‫إ‬ ‫ا‬ًّ‫ز‬‫أ‬‫ع‬ “Kemuliaan hanya akan ditambahkan oleh Allah kepada seorang hamba yang bersikap pemaaf.”13 (Berdasarkan hadits di atas) kemuliaan yang diperoleh dari sikap memaafkan itu (tentu) lebih disukai dan lebih bermanfaat bagi dirinya daripada kemuliaan yang diperoleh dari tindakan pelampiasan dendam. Kemuliaan yang diperoleh dari pelampiasan dendam adalah kemuliaan lahiriah semata, namun mewariskan kehinaan batin. (Sedangkan) sikap memaafkan (terkadang) 13 HR. Muslim (2588) dari sahabat Abu Hurairah.
  • 29. 29 merupakan kehinaan di dalam batin, namun mewariskan kemuliaan lahir dan batin. Keenam, -dan hal ini merupakan salah satu faktor yang paling bermanfaat-, yaitu hendaknya dia mengetahui bahwa setiap balasan itu sesuai dengan amalan yang dikerjakan. (Hendaknya dia menyadari) bahwa dirinya adalah seorang yang zalim lagi pendosa. Begitupula hendaknya dia mengetahui bahwa setiap orang yang memaafkan kesalahan manusia terhadap dirinya, maka Allah pun akan memaafkan dosa-dosanya. Dan orang yang memohonkan ampun setiap manusia yang berbuat salah kepada dirinya, maka Allah pun akan mengampuninya. Apabila dia mengetahui pemaafan dan perbuatan baik yang dilakukannya
  • 30. 30 kepada berbagai pihak yang menzalimi merupakan sebab yang akan mendatangkan pahala bagi dirinya, maka tentulah (dia akan mudah) memaafkan dan berbuat kebajikan dalam rangka (menebus) dosa-dosanya. Manfaat ini tentu sangat mencukupi seorang yang berakal (agar tidak melampiaskan dendamnya). Ketujuh, hendaknya dia mengetahui bahwa apabila dirinya disibukkan dengan urusan pelampiasan dendam, maka waktunya akan terbuang sia-sia dan hatinya pun akan terpecah (tidak dapat berkonsentrasi untuk urusan yang lain-pent). Berbagai manfaat justru akan luput dari gengamannya. Dan kemungkinan hal ini lebih berbahaya daripada musibah yang ditimbulkan
  • 31. 31 oleh berbagai pihak yang menzaliminya. Apabila dia memaafkan, maka hati dan fisiknya akan merasa “fresh” untuk mencapai berbagai manfaat yang tentu lebih penting bagi dirinya daripada sekedar mengurusi perkara pelampiasan dendam. Kedelapan, sesungguhnya pelampiasan dendam yang dilakukannya merupakan bentuk pembelaan diri yang dilandasi oleh keinginan melampiaskan hawa nafsu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukan pembalasan yang didasari keinginan pribadi, padahal menyakiti beliau termasuk tindakan menyakiti Allah ta’ala dan menyakiti beliau termasuk diantara perkara yang di dalamnya berlaku ketentuan ganti rugi.
  • 32. 32 Jiwa beliau adalah jiwa yang termulia, tersuci dan terbaik. Jiwa yang paling jauh dari berbagai akhlak yang tercela dan paling berhak terhadap berbagai akhlak yang terpuji. Meskipun demikian, beliau tidak pernah melakukan pembalasan yang didasari keinginan pribadi (jiwanya) (terhadap berbagai pihak yang telah menyakitinya). Maka bagaimana bisa salah seorang diantara kita melakukan pembalasan dan pembelaan untuk diri sendiri, padahal dia tahu kondisi jiwanya sendiri serta kejelekan dan aib yang terdapat di dalamnya? Bahkan, seorang yang arif tentu (menyadari bahwa) jiwanya tidaklah pantas untuk menuntut balas (karena aib dan kejelekan yang dimilikinya) dan (dia juga mengetahui bahwa jiwanya) tidaklah memiliki kadar kedudukan yang berarti sehingga patut untuk dibela.
  • 33. 33 Kesembilan, apabila seorang disakiti atas tindakan yang dia peruntukkan kepada Allah (ibadah-pent), atau dia disakiti karena melakukan ketaatan yang diperintahkan atau karena dia meninggalkan kemaksiatan yang terlarang, maka (pada kondisi demikian), dia wajib bersabar dan tidak boleh melakukan pembalasan. Hal ini dikarenakan dirinya telah disakiti (ketika melakukan ketaatan) di jalan Allah, sehingga balasannya menjadi tanggungan Allah. Oleh karenanya, ketika para mujahid yang berjihad di jalan Allah kehilangan nyawa dan harta, mereka tidak memperoleh ganti rugi karena Allah telah membeli nyawa dan harta mereka. Dengan demikian, ganti rugi menjadi tanggungan Allah, bukan di tangan makhluk. Barangsiapa yang
  • 34. 34 menuntut ganti rugi kepada makhluk (yang telah menyakitinya), tentu dia tidak lagi memperoleh ganti rugi dari Allah. Sesungguhnya, seorang yang mengalami kerugian (karena disakiti) ketika beribadah di jalan Allah, maka Allah berkewajiban memberikan gantinya. Apabila dia tersakiti akibat musibah yang menimpanya, maka hendaknya dia menyibukkan diri dengan mencela dirinya sendiri. Karena dengan demikian, dirinya tersibukkan (untuk mengoreksi diri dan itu lebih baik daripada) dia mencela berbagai pihak yang telah menyakitinya. Apabila dia tersakiti karena harta, maka hendaknya dia berusaha menyabarkan jiwanya, karena mendapatkan harta tanpa dibarengi dengan
  • 35. 35 kesabaran merupakan perkara yang lebih pahit daripada kesabaran itu sendiri. Setiap orang yang tidak mampu bersabar terhadap panas terik di siang hari, terpaan hujan dan salju serta rintangan perjalanan dan gangguan perampok, maka tentu dia tidak usah berdagang. Realita ini diketahui oleh manusia, bahwa setiap orang yang memang jujur (dan bersungguh- sungguh) dalam mencari sesuatu, maka dia akan dianugerahi kesabaran dalam mencari sesuatu itu sekadar kejujuran (dan kesungguhan) yang dimilikinya. Kesepuluh, hendaknya dia mengetahui kebersamaan, kecintaan Allah dan ridla-Nya kepada dirinya apabila dia bersabar. Apabila Allah
  • 36. 36 membersamai seorang, maka segala bentuk gangguan dan bahaya -yang tidak satupun makhluk yang mampu menolaknya- akan tertolak darinya. Allah ta’ala berfirman,      ِ “Allah menyukai orang-orang yang bersabar.” (Ali ‘Imran: 146). Kesebelas, hendaknya dia mengetahui bahwa kesabaran merupakan sebagian daripada iman. Oleh karena itu, sebaiknya dia tidak mengganti sebagian iman tersebut dengan pelampiasan dendam. Apabila dia bersabar, maka dia telah memelihara dan menjaga keimanannya dari aib
  • 37. 37 (kekurangan). Dan Allah-lah yang akan membela orang-orang yang beriman. Kedua belas, hendaknya dia mengetahui bahwa kesabaran yang dia laksanakan merupakan hukuman dan pengekangan terhadap hawa nafsunya. Maka tatkala hawa nafsu terkalahkan, tentu nafsu tidak mampu memperbudak dan menawan dirinya serta menjerumuskan dirinya ke dalam berbagai kebinasaan. Tatkala dirinya tunduk dan mendengar hawa nafsu serta terkalahkan olehnya, maka hawa nafsu akan senantiasa mengiringinya hingga nafsu tersebut membinasakannya kecuali dia memperoleh rahmat dari Rabb-nya.
  • 38. 38 Kesabaran mengandung pengekangan terhadap hawa nafsu berikut setan yang (menyusup masuk di dalam diri). Oleh karenanya, (ketika kesabaran dijalankan), maka kerajaan hati akan menang dan bala tentaranya akan kokoh dan menguat sehingga segenap musuh akan terusir. Ketiga belas, hendaknya dia mengetahui bahwa tatkala dia bersabar , maka tentu Allah-lah yang menjadi penolongnya. Maka Allah adalah penolong bagi setiap orang yang bersabar dan memasrahkan setiap pihak yang menzaliminya kepada Allah. Barangsiapa yang membela hawa nafsunya (dengan melakukan pembalasan), maka Allah akan menyerahkan dirinya kepada hawa nafsunya sendiri sehingga diapun menjadi penolongnya.
  • 39. 39 Jika demikian, apakah akan sama kondisi antara seorang yang ditolong Allah, sebaik-baik penolong dengan seorang yang ditolong oleh hawa nafsunya yang merupakan penolong yang paling lemah? Keempat belas, kesabaran yang dilakukan oleh seorang akan melahirkan penghentian kezaliman dan penyesalan pada diri musuh serta akan menimbulkan celaan manusia kepada pihak yang menzalimi. Dengan demikian, setelah menyakiti dirinya, pihak yang zalim akan kembali dalam keadaan malu terhadap pihak yang telah dizaliminya. Demikian pula dia akan menyesali perbuatannya, bahkan bisa jadi pihak yang zalim akan berubah menjadi sahabat karib bagi pihak yang dizalimi. Inilah makna firman Allah ta’ala,
  • 40. 40                          ِ “Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (Fushshilaat: 34-35).
  • 41. 41 Kelima belas, terkadang pembalasan dendam malah menjadi sebab yang akan menambah kejahatan sang musuh terhadap dirinya. Hal ini juga justru akan memperkuat dorongan hawa nafsu serta menyibukkan pikiran untuk memikirkan berbagai bentuk pembalasan yang akan dilancarkan sebagaimana hal ini sering terjadi. Apabila dirinya bersabar dan memaafkan pihak yang menzaliminya, maka dia akan terhindar dari berbagai bentuk keburukan di atas. Seorang yang berakal, tentu tidak akan memilih perkara yang lebih berbahaya. Betapa banyak pembalasan dendam justru menimbulkan berbagai keburukan yang sulit untuk dibendung oleh pelakunya. Dan betapa banyak
  • 42. 42 jiwa, harta dan kemuliaan yang tetap langgeng ketika pihak yang dizalimi menempuh jalan memaafkan. Keenam belas, sesungguhnya seorang yang terbiasa membalas dendam dan tidak bersabar mesti akan terjerumus ke dalam kezaliman. Karena hawa nafsu tidak akan mampu melakukan pembalasan dendam dengan adil, baik ditinjau dari segi pengetahuan (maksudnya hawa nafsu tidak memiliki parameter yang pasti yang akan menunjukkan kepada dirinya bahwa pembalasan dendam yang dilakukannya telah sesuai dengan kezaliman yang menimpanya, pent-) dan kehendak (maksudnya ditinjau dari segi kehendak, hawa
  • 43. 43 nafsu tentu akan melakukan pembalasan yang lebih, pent-). Terkadang, hawa nafsu tidak mampu membatasi diri dalam melakukan pembalasan dendam sesuai dengan kadar yang dibenarkan, karena kemarahan (ketika melakukan pembalasan dendam) akan berjalan bersama pemiliknya menuju batas yang tidak dapat ditentukan (melampaui batas, pent-). Sehingga dengan demikian, posisi dirinya yang semula menjadi pihak yang dizalimi, yang menunggu pertolongan dan kemuliaan, justru berubah menjadi pihak yang zalim, yang akan menerima kehancuran dan siksaan. Ketujuh belas, kezaliman yang diderita akan menjadi sebab yang akan menghapuskan berbagai
  • 44. 44 dosa atau mengangkat derajatnya. Oleh karena itu, apabila dia membalas dendam dan tidak bersabar, maka kezaliman tersebut tidak akan menghapuskan dosa dan tidakpula mengangkat derajatnya. Kedelapan belas, kesabaran dan pemaafan yang dilakukannya merupakan pasukan terkuat yang akan membantunya dalam menghadapi sang musuh. Sesungguhnya setiap orang yang bersabar dan memaafkan pihak yang telah menzaliminya, maka sikapnya tersebut akan melahirkan kehinaan pada diri sang musuh dan menimbulkan ketakutan terhadap dirinya dan manusia. Hal ini dikarenakan manusia tidak akan tinggal diam terhadap
  • 45. 45 kezaliman yang dilakukannya tersebut, meskipun pihak yang dizalimi mendiamkannya. Apabila pihak yang dizalimi membalas dendam, seluruh keutamaan itu akan terluput darinya. Oleh karena itu, anda dapat menjumpai sebagian manusia, apabila dia menghina atau menyakiti pihak lain, dia akan menuntut penghalalan dari pihak yang telah dizaliminya. Apabila pihak yang dizalimi mengabulkannya, maka dirinya akan merasa lega dan beban yang dahulu dirasakan akan hilang. Kesembilan belas, apabila pihak yang dizalimi memaafkan sang musuh, maka hati sang musuh akan tersadar bahwa kedudukan pihak yang dizalimi berada di atasnya dan dirinya telah menuai
  • 46. 46 keuntungan dari kezaliman yang telah dilakukannya. Dengan demikian, sang musuh akan senantiasa memandang bahwa kedudukan dirinya berada di bawah kedudukan pihak yang telah dizaliminya. Maka tentu hal ini cukup menjadi keutamaan dan kemuliaan dari sikap memaafkan. Kedua puluh, apabila seorang memaafkan, maka sikapnya tersebut merupakan suatu kebaikan yang akan melahirkan berbagai kebaikan yang lain, sehingga kebaikannya akan senantiasa bertambah. Sesungguhnya balasan bagi setiap kebaikan adalah kontinuitas kebaikan (kebaikan yang berlanjut), sebagaimana balasan bagi setiap keburukan adalah kontinuitas keburukan (keburukan yang terus berlanjut). Dan terkadang hal ini menjadi sebab
  • 47. 47 keselamatan dan kesuksesan abadi. Apabila dirinya melakukan pembalasan dendam, seluruh hal itu justru akan terluput darinya. ‫الحمد‬ ‫هلل‬ ‫الذي‬ ‫بنعمته‬ ‫تتم‬ ‫ال‬ ‫صالحات‬
  • 48. 48