1. LAPORAN KASUS KECIL
ILMU BEDAH
HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RSAU Esnawan Antariksa
INTERNSHIP PERIODE III 2022 1
Dokter Pembimbing:
dr. Rimenda Br. Sitepu, Sp.FK, M.Si
DPJP:
dr. Erna, Sp.A
Oleh:
dr. Mario Gisepha Dwiguno
2. Nama An. B
Umur 4 tahun 7 bulan
Jenis Kelamin Laki-laki
Tempat, tanggal lahir Jakarta, 11 Januari 2018
Agama Islam
Bangsa Indonesia
BAB 2 - Laporan Kasus
3. Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ny. K (ibu kandung pasien)
Tanggal/ waktu : 26 Agustus 2022 pk.09.15 WIB.
Tanggal masuk : 26 Agustus 2022 pk. 09.00 WIB
Keluhan utama : Kejang
Keluhan tambahan : Demam
BAB 2 - Laporan Kasus
4. Flu (-), Batuk (-), Muntah (-)
Riwayat asma (-), BAB Cair (-)
BAB 2 - Laporan Kasus
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
• Demam: ↑↓
• Menggigil
25/08/22
(1 hari yll)
26/08/22
08.55
Kejang diperjalanan
ke rumah sakit 1x
±5 menit
Kaku di seluruh
tubuh
26/08/22
09.00
Datang ke IGD RSAU dr.
Esnawan
Keluhan kejang 1x,
demam (+),
menggigil (+)
5. Kesimpulan riwayat imunisasi: Imunisasi dasar pasien lengkap
Pasien mendapatkan ASI ekslusif sampai 6 bulan
Pada usia diatas 6 bulan diberikan buah, biskuit, dan nasi tim
Sehari-hari : asupan seperti daging, tahu, tempe, sayurn, dan susu
BAB 2 - Laporan Kasus
RIWAYAT MAKANAN
RIWAYAT IMUNISASI
VAKSIN Dasar (umur) Ulangan (umur)
Hepatitis B 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan
Polio 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan
BCG 1 bulan
DPT / PT 2 bulan 3 bulan 4 bulan
Hib 2 bulan 3 bulan 4 bulan
Campak 9 bulan
6. Riwayat Penyakit Keluarga : Di keluarga pasien ada yang pernah mengalami kejang demam.
Riwayat Kebiasaan Keluarga : merokok (-), alkohol (-)
BAB 2 - Laporan Kasus
RIWAYAT KELUARGA
Riwayat penyakit lain seperti Alergi, Asma, Morbili, TBC, dan penyakit jantung tidak pernah diderita
oleh pasien.
RIWAYAT PENYAKIT
7. Status Generalis
Kesan Sakit Tampak sakit sedang
Kesadaran Compos mentis
Kesan Gizi Baik
Keadaan lain Anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dyspnoe (-)
BB 18 kg
BAB 2 - Laporan Kasus
Tanggal 26 Agustus 2022,
pukul 09.45 WIB
8. Tekanan Darah -
Nadi 106 x / menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular
Nafas 24x /menit
Suhu 39.8°C, axilla
Saturasi 99%
BAB 2 - Laporan Kasus
9. Kepala Normocephali, ubun-ubun cekung (-)
Rambut Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, tebal
Wajah Wajah simetris, tidak ada pembengkakan, luka atau jaringan parut
Mata Visus Normal
Sklera ikterik -/-
Konjungtiva anemis -/-
Exopthalmus -/-
Endopthalmus -/-
Strabismus -/-
Nistagmus -/-
BAB 2 - Laporan Kasus
10. Telinga Bentuk Normotia
Liang telinga Lapang +/+
Serumen -/-
Cairan -/-
Hidung Bentuk Simetris
Sekret -/-
Mukosa hiperemis -/-
Bibir Mukosa berwarna merah muda, kering (+),sianosis (-)
Mulut Trismus(-),oral hygiene baik, tumbuh gigi (+), mukosa gusi dan pipi berwarna
merah muda
Lidah Normoglosia, mukosa merah muda (-), atrofi papil(-), tremor (-), coated tongue (-)
Tenggorokan Arkus faring simetris, hiperemis (-), uvula ditengah
Leher Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun KGB,
tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran
BAB 2 - Laporan Kasus
11. Thorax Simetris saat inspirasi dan ekspirasi, deformitas (-), retraksi suprastrenal (-),
retraksi intercostal (-), retraksi subcostal (-)
Jantung Inspeksi Ictus cordis tidak tampak
Palpasi Ictus cordis teraba pada ICS V linea midklavikularis
sinistra
Perkusi Batas kiri jantung ICS V linea midclavicularis sinistra
Batas kanan jantung ICS III-V linea sternalis dextra
Batas atas jantung ICS III linea parasternalis sinistra
Auskultasi BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru Inspeksi Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis,
tidak ada pernapasan yang tertinggal, pernapasan
abdomino-torakal
Palpasi Nyeri tekan (-), benjolan (-), gerak napas simetris kanan
dan kiri
Perkusi Sonor di kedua hemithoraks paru
Auskultasi Suara napas vesikuler, reguler, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
BAB 2 - Laporan Kasus
12. Abdomen Inspeksi Perut buncit, tidak dijumpai adanya efloresensi pada
kulit perut maupun benjolan, roseola spot (-), kulit
keriput (-), gerakan peristaltik (-)
Palpasi Supel,nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi Timpani pada seluruh lapang perut
Auskultasi Bising usus (+), frekuensi 10x / menit
KGB Preaurikuler Tidak teraba membesar
Postaurikulee Tidak teraba membesar
Submandibula Tidak teraba membesar
Supraclavicula Tidak teraba membesar
Axilla Tidak teraba membesar
Inguinal Tidak teraba membesar
BAB 2 - Laporan Kasus
13. Hasil Lab tanggal 28 September 2021
BAB 2 - Laporan Kasus
Hasil Nilai Normal
Leukosit 19.7 ribu/μL 5-10
Hemoglobin 11,5g/dL 12-16
Hematokrit 34.1 % 44 - 65
Trombosit 283 ribu/μL 150-450
14. Pasien datang ke IGD RSAU dr. Esnawan dengan keluhan kejang sejak 5 menit SMRS, pasien datang dalam keadaan kejang.
Demam sejak 1 hari SMRS. Kejang 1x, kedua tangan dan kaki tampak kaku.
Terdapat Riwayat kejang demam dalam keluarga pasien.
Dari pemeriksaan didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis, nadi 106 x/ menit, suhu 39,8˚C, frekuensi
napas 24 x/ menit, Saturasi 99. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan leukosit (19,7 ribu/uL), penurunan
hemoglobin (11,5g/dL),dan penurunan hematokrit (34,1%).
BAB 2 - Laporan Kasus
16. Medikamentosa
IVFD D5 ¼ NS
Stesolid 10mg supp
Pamol supp
Ceftriaxone 1x900 mg
Paracetamol injeksi 180mg, bila
suhu <37,5 berikan PCT sirup 4x1 ½
cth
Stesolid 5mg supp bila kejang
BAB 2 - Laporan Kasus
Non medika mentosa
Oksigen 1-2 liter/menit dengan nasal
kanul.
Tirah baring.
Monitoring tanda vital :
Suhu, pernafasan, nadi, SpO2,
dan infeksi.
Edukasi
Memberikan informasi mengenai
penyakit yang diderita pasien.
Memberi informasi kemungkinan
terdapat komplikasi pada pasien.
Memberi tahu faktor resiko apa yang
dapat memicu penyakit yang
diderita.
Menjaga lingkungan yang bersih dan
bebas dari asap rokok.
17. 27/8/2022 Parkit Perawatan Hari Kedua
BAB 2 - Laporan Kasus
S O A P
Demam (+)
Kejang (-)
KU : TSS
N : 92x/mnt
S : 37,6
RR : 24x/mnt
Sp02: 98%
Kepala: Normosefali
Mata: CA -/-, SI -/-, cekung -/-
Mulut: sianosis -, kering -
Thoraks: retraksi -/-, SNV,
wh -/-, Rh -/-; BJ 1&2, reg, m -,
g –
Abdomen: supel, BU +, turgor
baik
Ext: CRT<2s, edema (-), akral
hangat
Kejang demam simpleks • Terapi lanjut
• Cek ulang H2TL
18. Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB 2 - Laporan Kasus
19. Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.
Terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan - 5 tahun.
Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang
demam, sedangkan 20% lainnya merupakan kejang demam
kompleks
Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Indonesia 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI); 2006.
BAB 3 - Tinjauan Pustaka KDK
20. Kejang demam sederhana
(simple febrile seizure)
Kejang demam yang berlangsung
singkat (<15 menit)
dan umumnya akan berhenti sendiri
Kejang berbentuk umum tonik &/ klonik,
tanpa gerakan fokal
Kejang tidak berulang dalam 24 jam
Kejang demam kompleks
(complex febrile seizure)
Kejang lama kejang yang
berlangsung >15 menit / kejang
berulang >2 kali & di antara bangkitan
kejang anak tidak sadar
Kejang fokal / parsial satu sisi, / kejang
umum didahului kejang parsial
Kejang berulang kejang ≥2 kali
dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan
kejang anak sadar
Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Indonesia 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI); 2006.
BAB 3 - Tinjauan Pustaka KDK
21. BAB 3 - Tinjauan Pustaka KDK
http://doctorology.net/wp-content/uploads/2009/03/patofisiologi-kejang-demam.jpg)
DEMAM
(kenaikan suhu tubuh 10C)
↑ metabolisme basal
(10-15%)
↑ kebutuhan O2
(±20%)
Perubahan keseimbangan
(membran sel neuron)
Difusi melalui membran
(ion K+ ------ ion Na+)
Lepas muatan listrik
KEJANG
neurotransmiter
22. Jenis kejang
Lama kejang
Frekuensi kejang dalam 24 jam
Kondisi sebelum, diantara, dan
setelah kejang (termasuk kesadaran)
Hal yg menyertai kejang (muntah,
kelemahan anggota gerak,
kemunduran dll)
Suhu sebelum/saat kejang
Pola demam
Keluhan lain (batuk, pilek, sesak
nafas, dll)
Riwayat kejang dengan demam atau
tanpa demam
Riwayat konsumsi obat
Riwayat kejang demam/epilepsy
keluarga
Riwayat kehamilan & persalinan
Riwayat tumbuh kembang
Riwayat vaksinasi
Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Indonesia 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI); 2006.
ANAMNESIS
BAB 3 - Tinjauan Pustaka KDK
23. Keadaan umum
Kesadaran
TTV
Status tumbuh kembang anak
Pemeriksaan neurologis
Tanda infeksi di luar SSP
Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Indonesia 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI); 2006.
BAB 3 - Tinjauan Pustaka KDK
PEMERIKSAAN FISIK
24. 1. Pemeriksaan laboratorium
tidak dikerjakan secara rutin pada kejang
demam
dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber
infeksi penyebab demam, atau keadaan lain
Daraf perifer, elektrolit dan gula darah
2. Pungsi lumbal
untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis
dianjurkan pada:
Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Indonesia 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI); 2006.
BAB 3 - Tinjauan Pustaka KDK
3. EEG
Tidak direkomendasikan
Masih dapat dilakukan pada keadaan kejang
demam yang tidak khas
4. Pencitraan
jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya
atas indikasi seperti:
Kelainan neurologis fokal yang menetap
(hemiparesis)
Paresis nervus VI
Papiledema
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bayi <12 bulan Sangat dianjurkan untuk
dilakukan
Bayi antara 12-
18 bulan
Dianjurkan
Bayi <18 bulan Tidak rutin
25. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusomo. Pediatric Neurology and Neuroemergency in Daily Practice; 2006)
BAB 3 - Tinjauan Pustaka KDK
26. Antipiretik
Tidak terbukti mengurangi risiko terjadinya kejang demam
Namun tetap dapat diberikan
Parasetamol: 10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4 – 6 jam.
Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
Antikonvulsan
Dapat menurunkan risiko kejang berulang dengan:
Diazepam oral dosis 0.3 mg/kg 3 kali sehari
diazepam rektal dosis 0.5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38.5oC
Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Indonesia 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI); 2006.
BAB 3 - Tinjauan Pustaka KDK
27. INDIKASI:
Kejang lama > 15 menit
Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis,
paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus. Kelainan neurologis tidak nyata
misalnya keterlambatan perkembangan ringan bukan merupakan indikasi pengobatan rumat
Kejang fokal. Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukan bahwa anak mempunyai fokus
organik
Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
o Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
o Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
o Kejang demam > = 4 kali per tahun
Jenis antikonvulsan
asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis
fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis
Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2
bulan.
Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Indonesia 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI); 2006.
BAB 3 - Tinjauan Pustaka KDK
28. 1. Alsagaff Hood, Mukty H.Abdul.Pneumonia. Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press.th ;
2011. Hal ; 193-7
2. Kemenkes. 2021. Pneumonia pada anak bisa dicegah dan
diobati.https://www.kemkes.go.id/article/view/20111500001/pneumonia- pada-anak-bisa-dicegah-dan-diobati.html
3. Riskesdas. 2018. Pravelensi bronkopneumonia pada anak. Retrieved March
14,2020,fromhttps://dinkesjatengprov.go.id/v2018/dokumen/riskesdas2018/mob ile/index.html#p=126
4. Garna H dan Heda M.2011. Pneumonia Dalam Pedoman Diagnosis Dan Terapi 3rd Ed : Bagian IKA FK UNPAD
Bandung.th ; 2013.Hal; 403 – 8
5. WHO. 2011. Global Action Plan for Prevention and Control Pneumonia
6. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Indonesia 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI); 2006.
7. http://drdjebrut.files.wordpress.com/2010/01/grand-mal-seizure.jpg)
8. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia. IDAI. 2009.
9. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusomo.
Pediatric Neurology and Neuroemergency in Daily Practice; 2006
10. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6, Penerbit EGC, Jakarta: 2005, hal: 804.
11. Ostapchuk M, Roberts DM, Haddy R. Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children. Am Fam Physician 2014;
70:899-908
12. Rahajoe N, Basir D, Makmuri M S, Kartasasmita G.B. 2008. Buku IDAI Respirologi Anak. Jakarta. ECG.
13. Marcdante KJ, Kliegman RM. Nelson: Essentials of Pedriatrics 7th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2015.
14. WHO. Buku Saku: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta: WHO Indonesia. 2009.
15. Pedoman Pelayanan Medis. Jilid 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: 2010.
16. Behrman RE, Vaughan VC. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Bagian II. Edisi 15. EGC, Jakarta: 2000. hal: 883-889.
17. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakarta: 2000. hal 465.
18. Rambaud-Althaus C, Althaus F, Genton B, D’Acremont V. Clinical Features for Diagnosis of Pneumonia in Children
Younger than 5 years: A Systematic Review and Meta-analysis. The Lancet. 2015; 15(4): 439-450
Daftar Pustaka