SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
Agus Mahfudin Setiawan, M.Hum
04/07/2022
 Salat jenazah merupakan shalat yang dijalankan untuk mendo’akan seorang muslim
atau muslimah yang telah meninggalkan dunia teruntuk laki-laki maupun
perempuan, orang dewasa juga anak-anak.
Mengutip dari Salamah bin al-Akwa’ r.a., ia mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
didatangi seorang jenazah, sehingga beliau menshalatinya. Lantas beliau bertanya, ‘Apakah orang
ini memiliki hutang?. Mereka menjawab: “Tidak” , maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyolatkan jenazah itu. Kemudian didatangkan lagi jenazah yang lain. Beliau bertanya: “Apakah
dia punya hutang?”. Mereka menjawab: “ Ya”. Beliau berkata, ‘Shalatkanlah sahabat kalian.’ Abu
Qatadah menjawab:” Saya yang menanggung semua hutangnya wahai Rasulullah.”. Lalu beliau
menyolatkan jenazah tersebut. (HR. Bukhari).
 “Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia menyolatkannya, maka baginya
satu qiroth. Lalu barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai dimakamkan, maka
baginya dua qirath.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dengan dua qirath?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Dua qirath itu semisal dua
gunung yang besar.” (HR. Bukhari dan Muslim )
 “Barangsiapa yang shalat jenazah dan tidak ikut mengiringi jenazahnya, maka
baginya (pahala) satu qirath. Jika sampai mengikuti jenazahnya, maka baginya
(pahala) dua qirath.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qirath?” “Ukuran
yang paling kecil dari dua qirath adalah seperti gunung Uhud”, jawab beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Muslim )
 “Anak dari ‘Abdullah bin ‘Abbas di Qudaid atau di ‘Usfan meninggal dunia. Ibnu
‘Abbas seketika berkata, “Wahai Kuraib, lihat berapa banyak umat manusia yang
menyolati jenazahnya.” Kuraib berkata, “Aku keluar, ternyata orang-orang telah
berkumpul dan aku mengabarkan pada mereka pertanyaan Ibnu ‘Abbas tadi. Lalu
mereka menjawab, “Ada 40 orang”. Kuraib berkata, “Baiklah kalau begitu.” Ibnu
‘Abbas lantas berkata, “Keluarkan mayat tersebut. Karena aku sendiri mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang muslim
meninggal dunia kemudian dishalatkan (shalat jenazah) oleh 40 orang yang tidak
berbuat syirik kepada Allah sedikit pun melainkan Allah akan memberikannya
syafa’at (do’a) mereka untuknya.” (HR. Muslim)
Shalat jenazah sah dilakukan jika terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
 Seseorang yang akan menjalankan shalat jenazah harus mematuhi syarat sahnya
seperti pada shalat yang lain. Yakni ia harus bersih dari hadats serta najis,
menutup aurat dan juga menghadap kiblat.
 Shalat jenazah harus dijalankan setelah jenazah dimandikan serta dikafani.
 Jenazah harus diletakkan berada di sebelah kiblat, dari orang yang
menyalatkannya.
 Waktu Shalat
Dalam Shalat jenazah tidak ditentukan waktunya secara khusus, ia dapat
dilakukan kapan saja, siang maupun malam hari, kecuali 3 waktu tertentu
seperti saat matahari terbit hingga agak meninggi, ketika matahari tepat
berada di tengah langit atau tepat tengah hari hingga ia telah condong ke barat,
dan ketika disaat matahari hampir terbenam, hingga terbenam sama sekali.
 Dari Musa bin Ali dari ayahnya ia berkata, saya mendengar ketika Uqbah bin
Amir Al Juhani berkata; “Ada tiga waktu, yang Rasulullah SAW telah melarang
kita untuk menjalankan shalat atau menguburkan jenazah disaat waktu
tersebut. Pertama, saat matahari terbit hingga agak meninggi. Kedua, ketika
matahari berada tepat di pertengahan langit (tengah hari tepat) hingga ia telah
condong ke barat. Ketiga, ketika matahari hampir terbenam, hingga ia terbenam
sama sekali.” (HR Muslim)
 Bahwa ketika Sa’d bin Abu Waqash meninggal, Aisyah berkata, “Masukkanlah ia ke
dalam masjid hingga aku bisa menyalatkannya.” Namun mereka tidak
menyetujuinya, ia pun berkata, “Demi Allah, sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam sudah menyalatkan jenazah dua orang putra Baidla` dalam masjid, yaitu
Suhail serta saudaranya.” Muslim berkata; “Suhail bin Da’d adalah Ibnul Baidla`,
dan ibunya merupakan Baidla`. (HR Muslim)
 Niat sebelum memulai
 Imam berdiri sejajar dari kepala jenazah
 Terdiri dari empat kali takbir
 Berdiri untuk yang mampu
 Dilakukan berdiri tanpa melakukan rukuk, sujud serta duduk
 Membaca surah Al-Fatihah
 Membaca shalawat Nabi Muhammad SAW setelah takbir ke-2
 Mendoakan jenazah setelah takbir ke-3
 Salam dengan posisi berdiri.
 Tata cara sholat untuk jenazah
perempuan, posisi seorang imam
berada pada searah tali pusar.
Sedangkan untuk makmum berada
pada belakang imam sesuai dengan
urutan makmum laki-laki dewasa,
selanjutnya perempuan dewasa.
Sedangkan untuk jumlah shaf-nya
sebisa mungkin sebanyak angka
ganjil.
 Tata cara sholat jenazah untuk laki-laki
ini tidak memiliki perbedaan yang
besar dengan tata cara sholat jenazah
untuk perempuan. Untuk jenazah laki-
laki posisi imam berada sejajar dengan
kepala.
 Menyolatkan jenazah di masjid merupakan hal yang diutamakan. Jika jarak masjid
jauh, bisa dilakukan di rumah atau setidaknya mushola terdekat. Barangsiapa yang
tertinggal sholat jenazah, yang paling utama merupakan menyolatkannya setelah
dimakamkan. Dan barangsiapa yang dikuburkan dan belum sama sekali disholatkan,
maka disholatkan tepat di atas kuburnya.
 Membaca niat diucap cukup dalam hati, namun niat dibedakan menjadi 2
menyesuaikan jenis kelamin. Berikut niat sholat jenazah jenis kelamin pria.
Usholli ‘ala hadzal mayyiti fardholi ma’muman lillahi ta’ala
 Artinya: “Saya niat shalat atas mayit laki-laki ini fardhu karena Allah SWT”
 Untuk jenazah jenis kelamin wanita.
Usholli ‘ala hadzal mayyiti fardholi ma’muman lillahi ta’ala
 Artinya: “Saya niat sholat atas mayit perempuan ini fardhu karena Allah SWT”
 Ketika shalat jenazah berjamaah dan menjadi makmum, maka melafalkan niat
berikut ini, baik jenazah berupa laki-laki ataupun perempuan:
Ushalli ‘alâ man shalla ‘alaihil imâmu ma’mûman fardlan lillâhi ta’âlâ
 Artinya, “Aku niat shalat atas jenazah yang dishalati imam fardhu karena Allah
ta’âlâ.”
 Shalat jenazah wajib dilakukan dengan cara berdiri, sebab shalat jenazah
tergolong shalat fardhu, sedangkan setiap shalat fardhu wajib dilaksanakan
dengan cara berdiri. Berbeda halnya ketika seseorang tidak mampu untuk
berdiri, maka ia dapat melaksanakan shalat jenazah dengan cara duduk, seperti
halnya ketentuan yang terdapat dalam shalat lima waktu.
 Termasuk dalam hitungan empat takbir adalah takbiratul ihram. Maka shalat
jenazah tidak dihukumi sah jika jumlah takbir yang dilakukan kurang dari
empat takbir. Disunnahkan ketika membaca takbir agar mengangkat kedua
tangan sejajar dengan dua pundak, persis seperti yang dilakukan tatkala shalat
lima waktu.
 Setelah membaca niat, ketika imam menyebutkan takbir pertama, makmum
mengikutinya dan disambung membaca surah al-Fatihah.
 Membaca Surat al-Fatihah dilakukan setelah takbir pertama (takbiratul ihram).
Sebaiknya dalam membaca Surat al-Fatihah agar suara dilirihkan, sekiranya
bacaan tetap terdengar oleh dirinya sendiri, meskipun shalat jenazah dilakukan
di malam hari. Disunnahkan sebelum membaca Surat al-Fatihah agar membaca
ta’awwudz menurut qaul ashah (pendapat terkuat), tapi tidak disunnahkan
untuk membaca doa iftitah. Shalat jenazah sebaiknya dilakukan secara ringkas,
sedangkan doa iftitah dianggap terlalu panjang untuk dibaca dalam shalat
jenazah (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz 1, hal. 342).
 Bacaan minimal shalawat yang mencukupi dalam sahnya shalat jenazah adalah
sebagai berikut:
 Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah
rahmat kepada Nabi Muhammad.”
 Sedangkan bacaan shalawat yang paling sempurna adalah bacaan Shalawat
Ibrahimiyah, yakni shalawat yang dibaca ketika tasyahud akhir dalam shalat
fardhu lima waktu, berikut bacaannya:
 Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada
keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat
kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Limpahkan pula keberkahan
bagi Nabi Muhammad dan bagi keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah
Engkau limpahkan keberkahan bagi Nabi Ibrahim dan bagi keluarga Nabi
Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta Engkau Maha Terpuji dan Maha
Agung.”
 Mendoakan jenazah ini dilakukan setelah takbir ketiga. Adapun minimal bacaan doa
ketika jenazah berkelamin laki-laki adalah sebagaimana berikut:
Allâhumaghfir lahu
 Artinya, “Ya Allah, ampunilah dia (laki-laki).”
Sedangkan minimal bacaan doa ketika jenazah perempuan adalah membaca doa
berikut:
Allâhumaghfir lahâ
Artinya, “Ya Allah, ampunilah dia (perempuan).”
 Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah
dia. Muliakanlah tempatnya, luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan
air, salju, dan es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau
membersihkan baju yang putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik
dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan
yang lebih baik dari pasangannya. Kemudian masukkanlah ia ke dalam surga
dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka.
doa yang lebih sempurna, maka ketika jenazah berkelamin laki-laki maka
dianjurkan membaca doa diatas
 Sedangkan ketika jenazah berkelamin perempuan, maka dianjurkan membaca
doa berikut ini:
 Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah
dia. Muliakanlah tempatnya, luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan
air, salju, dan es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau
membersihkan baju yang putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik
dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan
yang lebih baik dari pasangannya. Kemudian masukkanlah ia ke dalam surga
dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka.
 Setelah mendoakan, pada takbir ke 4, terdapat doa yang harus dibacakan.
Berikut 2 doa yang berbeda untuk pria atau wanita.
 Jenazah laki-laki
Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahu wa la taftinna ba’dahu waghfir lanâ wa lahu
 Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah
(cobaan) bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.”
 Untuk jenazah perempuan:
Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahâ wa la taftinna ba’dahâ waghfir lanâ wa lahâ
Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah
(cobaan) bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.
 Membaca salam ini dilakukan setelah melaksanakan takbir yang keempat dan
setelah membaca doa yang dilafalkan setelah takbir keempat—jika ia membaca
doa sunnah itu. Bacaan salam pada shalat jenazah ini persis seperti bacaan
salam yang dibaca pada shalat fardhu lima waktu. Selain itu, kesunnahan
menghadapkan wajah ke arah kanan pada saat bacaan salam pertama dan
menghadapkan wajah ke kiri pada saat salam kedua, juga berlaku dalam
pelaksanaan shalat jenazah ini.
 Assalâmu‘alaikum warahmatullâhi wabarakatuh "Semoga keselamatan, kasih
sayang, dan keberkahan dari Allah tercurah atas kalian."

More Related Content

Similar to rukun sahnya Shalat Jenazah.pptx

Similar to rukun sahnya Shalat Jenazah.pptx (20)

Sholat
SholatSholat
Sholat
 
Makalah shalat
Makalah shalatMakalah shalat
Makalah shalat
 
Shalat jenazah
Shalat jenazahShalat jenazah
Shalat jenazah
 
Data yasmin
Data yasminData yasmin
Data yasmin
 
Sholat jenazah
Sholat jenazahSholat jenazah
Sholat jenazah
 
1.1.4.08.080 hukum shalat
1.1.4.08.080 hukum shalat1.1.4.08.080 hukum shalat
1.1.4.08.080 hukum shalat
 
Tata Cara Pengurusan Jenazah Sesuai Sunnah
Tata Cara Pengurusan Jenazah Sesuai SunnahTata Cara Pengurusan Jenazah Sesuai Sunnah
Tata Cara Pengurusan Jenazah Sesuai Sunnah
 
Ringkasan cara-pelaksanaan-jenazah-3-5
Ringkasan cara-pelaksanaan-jenazah-3-5Ringkasan cara-pelaksanaan-jenazah-3-5
Ringkasan cara-pelaksanaan-jenazah-3-5
 
Sholat Jenazah
Sholat JenazahSholat Jenazah
Sholat Jenazah
 
Pengertian sholat jum’at
Pengertian sholat jum’atPengertian sholat jum’at
Pengertian sholat jum’at
 
Syarat Sah Melaksanakan Sholat Jenazah.docx
Syarat Sah Melaksanakan Sholat Jenazah.docxSyarat Sah Melaksanakan Sholat Jenazah.docx
Syarat Sah Melaksanakan Sholat Jenazah.docx
 
3. Pengertian adzan dan iqamah
3. Pengertian adzan dan iqamah3. Pengertian adzan dan iqamah
3. Pengertian adzan dan iqamah
 
SHOLAT JENAZAH ARBAINSYA.pptx
SHOLAT JENAZAH ARBAINSYA.pptxSHOLAT JENAZAH ARBAINSYA.pptx
SHOLAT JENAZAH ARBAINSYA.pptx
 
Adzan dan iqomah
Adzan dan iqomahAdzan dan iqomah
Adzan dan iqomah
 
Materi Adzan dan Iqama
Materi Adzan dan IqamaMateri Adzan dan Iqama
Materi Adzan dan Iqama
 
Pengurusan jenazah , Khotbah, Tabligh dan Dakwah
Pengurusan jenazah , Khotbah, Tabligh dan DakwahPengurusan jenazah , Khotbah, Tabligh dan Dakwah
Pengurusan jenazah , Khotbah, Tabligh dan Dakwah
 
Selamat dari siksa kubur
Selamat dari siksa kuburSelamat dari siksa kubur
Selamat dari siksa kubur
 
Bab 6 Tata Cara Shalat Wajib
Bab 6  Tata Cara Shalat Wajib Bab 6  Tata Cara Shalat Wajib
Bab 6 Tata Cara Shalat Wajib
 
Shalat DHUHA
Shalat DHUHAShalat DHUHA
Shalat DHUHA
 
Kelompok 3 (xi 2) tata cara merawat jenazah
Kelompok 3 (xi 2)   tata cara merawat jenazahKelompok 3 (xi 2)   tata cara merawat jenazah
Kelompok 3 (xi 2) tata cara merawat jenazah
 

Recently uploaded

PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 

Recently uploaded (20)

PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 

rukun sahnya Shalat Jenazah.pptx

  • 1. Agus Mahfudin Setiawan, M.Hum 04/07/2022
  • 2.  Salat jenazah merupakan shalat yang dijalankan untuk mendo’akan seorang muslim atau muslimah yang telah meninggalkan dunia teruntuk laki-laki maupun perempuan, orang dewasa juga anak-anak. Mengutip dari Salamah bin al-Akwa’ r.a., ia mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah didatangi seorang jenazah, sehingga beliau menshalatinya. Lantas beliau bertanya, ‘Apakah orang ini memiliki hutang?. Mereka menjawab: “Tidak” , maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyolatkan jenazah itu. Kemudian didatangkan lagi jenazah yang lain. Beliau bertanya: “Apakah dia punya hutang?”. Mereka menjawab: “ Ya”. Beliau berkata, ‘Shalatkanlah sahabat kalian.’ Abu Qatadah menjawab:” Saya yang menanggung semua hutangnya wahai Rasulullah.”. Lalu beliau menyolatkan jenazah tersebut. (HR. Bukhari).
  • 3.  “Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia menyolatkannya, maka baginya satu qiroth. Lalu barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai dimakamkan, maka baginya dua qirath.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dengan dua qirath?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Dua qirath itu semisal dua gunung yang besar.” (HR. Bukhari dan Muslim )
  • 4.  “Barangsiapa yang shalat jenazah dan tidak ikut mengiringi jenazahnya, maka baginya (pahala) satu qirath. Jika sampai mengikuti jenazahnya, maka baginya (pahala) dua qirath.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qirath?” “Ukuran yang paling kecil dari dua qirath adalah seperti gunung Uhud”, jawab beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Muslim )
  • 5.  “Anak dari ‘Abdullah bin ‘Abbas di Qudaid atau di ‘Usfan meninggal dunia. Ibnu ‘Abbas seketika berkata, “Wahai Kuraib, lihat berapa banyak umat manusia yang menyolati jenazahnya.” Kuraib berkata, “Aku keluar, ternyata orang-orang telah berkumpul dan aku mengabarkan pada mereka pertanyaan Ibnu ‘Abbas tadi. Lalu mereka menjawab, “Ada 40 orang”. Kuraib berkata, “Baiklah kalau begitu.” Ibnu ‘Abbas lantas berkata, “Keluarkan mayat tersebut. Karena aku sendiri mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang muslim meninggal dunia kemudian dishalatkan (shalat jenazah) oleh 40 orang yang tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun melainkan Allah akan memberikannya syafa’at (do’a) mereka untuknya.” (HR. Muslim)
  • 6. Shalat jenazah sah dilakukan jika terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:  Seseorang yang akan menjalankan shalat jenazah harus mematuhi syarat sahnya seperti pada shalat yang lain. Yakni ia harus bersih dari hadats serta najis, menutup aurat dan juga menghadap kiblat.  Shalat jenazah harus dijalankan setelah jenazah dimandikan serta dikafani.  Jenazah harus diletakkan berada di sebelah kiblat, dari orang yang menyalatkannya.
  • 7.  Waktu Shalat Dalam Shalat jenazah tidak ditentukan waktunya secara khusus, ia dapat dilakukan kapan saja, siang maupun malam hari, kecuali 3 waktu tertentu seperti saat matahari terbit hingga agak meninggi, ketika matahari tepat berada di tengah langit atau tepat tengah hari hingga ia telah condong ke barat, dan ketika disaat matahari hampir terbenam, hingga terbenam sama sekali.
  • 8.  Dari Musa bin Ali dari ayahnya ia berkata, saya mendengar ketika Uqbah bin Amir Al Juhani berkata; “Ada tiga waktu, yang Rasulullah SAW telah melarang kita untuk menjalankan shalat atau menguburkan jenazah disaat waktu tersebut. Pertama, saat matahari terbit hingga agak meninggi. Kedua, ketika matahari berada tepat di pertengahan langit (tengah hari tepat) hingga ia telah condong ke barat. Ketiga, ketika matahari hampir terbenam, hingga ia terbenam sama sekali.” (HR Muslim)
  • 9.  Bahwa ketika Sa’d bin Abu Waqash meninggal, Aisyah berkata, “Masukkanlah ia ke dalam masjid hingga aku bisa menyalatkannya.” Namun mereka tidak menyetujuinya, ia pun berkata, “Demi Allah, sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sudah menyalatkan jenazah dua orang putra Baidla` dalam masjid, yaitu Suhail serta saudaranya.” Muslim berkata; “Suhail bin Da’d adalah Ibnul Baidla`, dan ibunya merupakan Baidla`. (HR Muslim)
  • 10.  Niat sebelum memulai  Imam berdiri sejajar dari kepala jenazah  Terdiri dari empat kali takbir  Berdiri untuk yang mampu  Dilakukan berdiri tanpa melakukan rukuk, sujud serta duduk  Membaca surah Al-Fatihah  Membaca shalawat Nabi Muhammad SAW setelah takbir ke-2  Mendoakan jenazah setelah takbir ke-3  Salam dengan posisi berdiri.
  • 11.  Tata cara sholat untuk jenazah perempuan, posisi seorang imam berada pada searah tali pusar. Sedangkan untuk makmum berada pada belakang imam sesuai dengan urutan makmum laki-laki dewasa, selanjutnya perempuan dewasa. Sedangkan untuk jumlah shaf-nya sebisa mungkin sebanyak angka ganjil.
  • 12.  Tata cara sholat jenazah untuk laki-laki ini tidak memiliki perbedaan yang besar dengan tata cara sholat jenazah untuk perempuan. Untuk jenazah laki- laki posisi imam berada sejajar dengan kepala.  Menyolatkan jenazah di masjid merupakan hal yang diutamakan. Jika jarak masjid jauh, bisa dilakukan di rumah atau setidaknya mushola terdekat. Barangsiapa yang tertinggal sholat jenazah, yang paling utama merupakan menyolatkannya setelah dimakamkan. Dan barangsiapa yang dikuburkan dan belum sama sekali disholatkan, maka disholatkan tepat di atas kuburnya.
  • 13.  Membaca niat diucap cukup dalam hati, namun niat dibedakan menjadi 2 menyesuaikan jenis kelamin. Berikut niat sholat jenazah jenis kelamin pria. Usholli ‘ala hadzal mayyiti fardholi ma’muman lillahi ta’ala  Artinya: “Saya niat shalat atas mayit laki-laki ini fardhu karena Allah SWT”
  • 14.  Untuk jenazah jenis kelamin wanita. Usholli ‘ala hadzal mayyiti fardholi ma’muman lillahi ta’ala  Artinya: “Saya niat sholat atas mayit perempuan ini fardhu karena Allah SWT”
  • 15.  Ketika shalat jenazah berjamaah dan menjadi makmum, maka melafalkan niat berikut ini, baik jenazah berupa laki-laki ataupun perempuan: Ushalli ‘alâ man shalla ‘alaihil imâmu ma’mûman fardlan lillâhi ta’âlâ  Artinya, “Aku niat shalat atas jenazah yang dishalati imam fardhu karena Allah ta’âlâ.”
  • 16.  Shalat jenazah wajib dilakukan dengan cara berdiri, sebab shalat jenazah tergolong shalat fardhu, sedangkan setiap shalat fardhu wajib dilaksanakan dengan cara berdiri. Berbeda halnya ketika seseorang tidak mampu untuk berdiri, maka ia dapat melaksanakan shalat jenazah dengan cara duduk, seperti halnya ketentuan yang terdapat dalam shalat lima waktu.
  • 17.  Termasuk dalam hitungan empat takbir adalah takbiratul ihram. Maka shalat jenazah tidak dihukumi sah jika jumlah takbir yang dilakukan kurang dari empat takbir. Disunnahkan ketika membaca takbir agar mengangkat kedua tangan sejajar dengan dua pundak, persis seperti yang dilakukan tatkala shalat lima waktu.
  • 18.  Setelah membaca niat, ketika imam menyebutkan takbir pertama, makmum mengikutinya dan disambung membaca surah al-Fatihah.  Membaca Surat al-Fatihah dilakukan setelah takbir pertama (takbiratul ihram). Sebaiknya dalam membaca Surat al-Fatihah agar suara dilirihkan, sekiranya bacaan tetap terdengar oleh dirinya sendiri, meskipun shalat jenazah dilakukan di malam hari. Disunnahkan sebelum membaca Surat al-Fatihah agar membaca ta’awwudz menurut qaul ashah (pendapat terkuat), tapi tidak disunnahkan untuk membaca doa iftitah. Shalat jenazah sebaiknya dilakukan secara ringkas, sedangkan doa iftitah dianggap terlalu panjang untuk dibaca dalam shalat jenazah (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz 1, hal. 342).
  • 19.  Bacaan minimal shalawat yang mencukupi dalam sahnya shalat jenazah adalah sebagai berikut:  Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad.”
  • 20.  Sedangkan bacaan shalawat yang paling sempurna adalah bacaan Shalawat Ibrahimiyah, yakni shalawat yang dibaca ketika tasyahud akhir dalam shalat fardhu lima waktu, berikut bacaannya:  Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Limpahkan pula keberkahan bagi Nabi Muhammad dan bagi keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan keberkahan bagi Nabi Ibrahim dan bagi keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.”
  • 21.  Mendoakan jenazah ini dilakukan setelah takbir ketiga. Adapun minimal bacaan doa ketika jenazah berkelamin laki-laki adalah sebagaimana berikut: Allâhumaghfir lahu  Artinya, “Ya Allah, ampunilah dia (laki-laki).” Sedangkan minimal bacaan doa ketika jenazah perempuan adalah membaca doa berikut: Allâhumaghfir lahâ Artinya, “Ya Allah, ampunilah dia (perempuan).”
  • 22.  Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah dia. Muliakanlah tempatnya, luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan air, salju, dan es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Kemudian masukkanlah ia ke dalam surga dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka. doa yang lebih sempurna, maka ketika jenazah berkelamin laki-laki maka dianjurkan membaca doa diatas
  • 23.  Sedangkan ketika jenazah berkelamin perempuan, maka dianjurkan membaca doa berikut ini:  Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah dia. Muliakanlah tempatnya, luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan air, salju, dan es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Kemudian masukkanlah ia ke dalam surga dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka.
  • 24.  Setelah mendoakan, pada takbir ke 4, terdapat doa yang harus dibacakan. Berikut 2 doa yang berbeda untuk pria atau wanita.  Jenazah laki-laki Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahu wa la taftinna ba’dahu waghfir lanâ wa lahu  Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah (cobaan) bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.”
  • 25.  Untuk jenazah perempuan: Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahâ wa la taftinna ba’dahâ waghfir lanâ wa lahâ Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah (cobaan) bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.
  • 26.  Membaca salam ini dilakukan setelah melaksanakan takbir yang keempat dan setelah membaca doa yang dilafalkan setelah takbir keempat—jika ia membaca doa sunnah itu. Bacaan salam pada shalat jenazah ini persis seperti bacaan salam yang dibaca pada shalat fardhu lima waktu. Selain itu, kesunnahan menghadapkan wajah ke arah kanan pada saat bacaan salam pertama dan menghadapkan wajah ke kiri pada saat salam kedua, juga berlaku dalam pelaksanaan shalat jenazah ini.  Assalâmu‘alaikum warahmatullâhi wabarakatuh "Semoga keselamatan, kasih sayang, dan keberkahan dari Allah tercurah atas kalian."