2. Salat jenazah merupakan shalat yang dijalankan untuk mendo’akan seorang muslim
atau muslimah yang telah meninggalkan dunia teruntuk laki-laki maupun
perempuan, orang dewasa juga anak-anak.
Mengutip dari Salamah bin al-Akwa’ r.a., ia mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
didatangi seorang jenazah, sehingga beliau menshalatinya. Lantas beliau bertanya, ‘Apakah orang
ini memiliki hutang?. Mereka menjawab: “Tidak” , maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyolatkan jenazah itu. Kemudian didatangkan lagi jenazah yang lain. Beliau bertanya: “Apakah
dia punya hutang?”. Mereka menjawab: “ Ya”. Beliau berkata, ‘Shalatkanlah sahabat kalian.’ Abu
Qatadah menjawab:” Saya yang menanggung semua hutangnya wahai Rasulullah.”. Lalu beliau
menyolatkan jenazah tersebut. (HR. Bukhari).
3. “Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia menyolatkannya, maka baginya
satu qiroth. Lalu barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai dimakamkan, maka
baginya dua qirath.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dengan dua qirath?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Dua qirath itu semisal dua
gunung yang besar.” (HR. Bukhari dan Muslim )
4. “Barangsiapa yang shalat jenazah dan tidak ikut mengiringi jenazahnya, maka
baginya (pahala) satu qirath. Jika sampai mengikuti jenazahnya, maka baginya
(pahala) dua qirath.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qirath?” “Ukuran
yang paling kecil dari dua qirath adalah seperti gunung Uhud”, jawab beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Muslim )
5. “Anak dari ‘Abdullah bin ‘Abbas di Qudaid atau di ‘Usfan meninggal dunia. Ibnu
‘Abbas seketika berkata, “Wahai Kuraib, lihat berapa banyak umat manusia yang
menyolati jenazahnya.” Kuraib berkata, “Aku keluar, ternyata orang-orang telah
berkumpul dan aku mengabarkan pada mereka pertanyaan Ibnu ‘Abbas tadi. Lalu
mereka menjawab, “Ada 40 orang”. Kuraib berkata, “Baiklah kalau begitu.” Ibnu
‘Abbas lantas berkata, “Keluarkan mayat tersebut. Karena aku sendiri mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang muslim
meninggal dunia kemudian dishalatkan (shalat jenazah) oleh 40 orang yang tidak
berbuat syirik kepada Allah sedikit pun melainkan Allah akan memberikannya
syafa’at (do’a) mereka untuknya.” (HR. Muslim)
6. Shalat jenazah sah dilakukan jika terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Seseorang yang akan menjalankan shalat jenazah harus mematuhi syarat sahnya
seperti pada shalat yang lain. Yakni ia harus bersih dari hadats serta najis,
menutup aurat dan juga menghadap kiblat.
Shalat jenazah harus dijalankan setelah jenazah dimandikan serta dikafani.
Jenazah harus diletakkan berada di sebelah kiblat, dari orang yang
menyalatkannya.
7. Waktu Shalat
Dalam Shalat jenazah tidak ditentukan waktunya secara khusus, ia dapat
dilakukan kapan saja, siang maupun malam hari, kecuali 3 waktu tertentu
seperti saat matahari terbit hingga agak meninggi, ketika matahari tepat
berada di tengah langit atau tepat tengah hari hingga ia telah condong ke barat,
dan ketika disaat matahari hampir terbenam, hingga terbenam sama sekali.
8. Dari Musa bin Ali dari ayahnya ia berkata, saya mendengar ketika Uqbah bin
Amir Al Juhani berkata; “Ada tiga waktu, yang Rasulullah SAW telah melarang
kita untuk menjalankan shalat atau menguburkan jenazah disaat waktu
tersebut. Pertama, saat matahari terbit hingga agak meninggi. Kedua, ketika
matahari berada tepat di pertengahan langit (tengah hari tepat) hingga ia telah
condong ke barat. Ketiga, ketika matahari hampir terbenam, hingga ia terbenam
sama sekali.” (HR Muslim)
9. Bahwa ketika Sa’d bin Abu Waqash meninggal, Aisyah berkata, “Masukkanlah ia ke
dalam masjid hingga aku bisa menyalatkannya.” Namun mereka tidak
menyetujuinya, ia pun berkata, “Demi Allah, sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam sudah menyalatkan jenazah dua orang putra Baidla` dalam masjid, yaitu
Suhail serta saudaranya.” Muslim berkata; “Suhail bin Da’d adalah Ibnul Baidla`,
dan ibunya merupakan Baidla`. (HR Muslim)
10. Niat sebelum memulai
Imam berdiri sejajar dari kepala jenazah
Terdiri dari empat kali takbir
Berdiri untuk yang mampu
Dilakukan berdiri tanpa melakukan rukuk, sujud serta duduk
Membaca surah Al-Fatihah
Membaca shalawat Nabi Muhammad SAW setelah takbir ke-2
Mendoakan jenazah setelah takbir ke-3
Salam dengan posisi berdiri.
11. Tata cara sholat untuk jenazah
perempuan, posisi seorang imam
berada pada searah tali pusar.
Sedangkan untuk makmum berada
pada belakang imam sesuai dengan
urutan makmum laki-laki dewasa,
selanjutnya perempuan dewasa.
Sedangkan untuk jumlah shaf-nya
sebisa mungkin sebanyak angka
ganjil.
12. Tata cara sholat jenazah untuk laki-laki
ini tidak memiliki perbedaan yang
besar dengan tata cara sholat jenazah
untuk perempuan. Untuk jenazah laki-
laki posisi imam berada sejajar dengan
kepala.
Menyolatkan jenazah di masjid merupakan hal yang diutamakan. Jika jarak masjid
jauh, bisa dilakukan di rumah atau setidaknya mushola terdekat. Barangsiapa yang
tertinggal sholat jenazah, yang paling utama merupakan menyolatkannya setelah
dimakamkan. Dan barangsiapa yang dikuburkan dan belum sama sekali disholatkan,
maka disholatkan tepat di atas kuburnya.
13. Membaca niat diucap cukup dalam hati, namun niat dibedakan menjadi 2
menyesuaikan jenis kelamin. Berikut niat sholat jenazah jenis kelamin pria.
Usholli ‘ala hadzal mayyiti fardholi ma’muman lillahi ta’ala
Artinya: “Saya niat shalat atas mayit laki-laki ini fardhu karena Allah SWT”
14. Untuk jenazah jenis kelamin wanita.
Usholli ‘ala hadzal mayyiti fardholi ma’muman lillahi ta’ala
Artinya: “Saya niat sholat atas mayit perempuan ini fardhu karena Allah SWT”
15. Ketika shalat jenazah berjamaah dan menjadi makmum, maka melafalkan niat
berikut ini, baik jenazah berupa laki-laki ataupun perempuan:
Ushalli ‘alâ man shalla ‘alaihil imâmu ma’mûman fardlan lillâhi ta’âlâ
Artinya, “Aku niat shalat atas jenazah yang dishalati imam fardhu karena Allah
ta’âlâ.”
16. Shalat jenazah wajib dilakukan dengan cara berdiri, sebab shalat jenazah
tergolong shalat fardhu, sedangkan setiap shalat fardhu wajib dilaksanakan
dengan cara berdiri. Berbeda halnya ketika seseorang tidak mampu untuk
berdiri, maka ia dapat melaksanakan shalat jenazah dengan cara duduk, seperti
halnya ketentuan yang terdapat dalam shalat lima waktu.
17. Termasuk dalam hitungan empat takbir adalah takbiratul ihram. Maka shalat
jenazah tidak dihukumi sah jika jumlah takbir yang dilakukan kurang dari
empat takbir. Disunnahkan ketika membaca takbir agar mengangkat kedua
tangan sejajar dengan dua pundak, persis seperti yang dilakukan tatkala shalat
lima waktu.
18. Setelah membaca niat, ketika imam menyebutkan takbir pertama, makmum
mengikutinya dan disambung membaca surah al-Fatihah.
Membaca Surat al-Fatihah dilakukan setelah takbir pertama (takbiratul ihram).
Sebaiknya dalam membaca Surat al-Fatihah agar suara dilirihkan, sekiranya
bacaan tetap terdengar oleh dirinya sendiri, meskipun shalat jenazah dilakukan
di malam hari. Disunnahkan sebelum membaca Surat al-Fatihah agar membaca
ta’awwudz menurut qaul ashah (pendapat terkuat), tapi tidak disunnahkan
untuk membaca doa iftitah. Shalat jenazah sebaiknya dilakukan secara ringkas,
sedangkan doa iftitah dianggap terlalu panjang untuk dibaca dalam shalat
jenazah (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz 1, hal. 342).
19. Bacaan minimal shalawat yang mencukupi dalam sahnya shalat jenazah adalah
sebagai berikut:
Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah
rahmat kepada Nabi Muhammad.”
20. Sedangkan bacaan shalawat yang paling sempurna adalah bacaan Shalawat
Ibrahimiyah, yakni shalawat yang dibaca ketika tasyahud akhir dalam shalat
fardhu lima waktu, berikut bacaannya:
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada
keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat
kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Limpahkan pula keberkahan
bagi Nabi Muhammad dan bagi keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah
Engkau limpahkan keberkahan bagi Nabi Ibrahim dan bagi keluarga Nabi
Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta Engkau Maha Terpuji dan Maha
Agung.”
21. Mendoakan jenazah ini dilakukan setelah takbir ketiga. Adapun minimal bacaan doa
ketika jenazah berkelamin laki-laki adalah sebagaimana berikut:
Allâhumaghfir lahu
Artinya, “Ya Allah, ampunilah dia (laki-laki).”
Sedangkan minimal bacaan doa ketika jenazah perempuan adalah membaca doa
berikut:
Allâhumaghfir lahâ
Artinya, “Ya Allah, ampunilah dia (perempuan).”
22. Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah
dia. Muliakanlah tempatnya, luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan
air, salju, dan es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau
membersihkan baju yang putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik
dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan
yang lebih baik dari pasangannya. Kemudian masukkanlah ia ke dalam surga
dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka.
doa yang lebih sempurna, maka ketika jenazah berkelamin laki-laki maka
dianjurkan membaca doa diatas
23. Sedangkan ketika jenazah berkelamin perempuan, maka dianjurkan membaca
doa berikut ini:
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah
dia. Muliakanlah tempatnya, luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan
air, salju, dan es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau
membersihkan baju yang putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik
dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan
yang lebih baik dari pasangannya. Kemudian masukkanlah ia ke dalam surga
dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka.
24. Setelah mendoakan, pada takbir ke 4, terdapat doa yang harus dibacakan.
Berikut 2 doa yang berbeda untuk pria atau wanita.
Jenazah laki-laki
Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahu wa la taftinna ba’dahu waghfir lanâ wa lahu
Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah
(cobaan) bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.”
25. Untuk jenazah perempuan:
Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahâ wa la taftinna ba’dahâ waghfir lanâ wa lahâ
Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah
(cobaan) bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.
26. Membaca salam ini dilakukan setelah melaksanakan takbir yang keempat dan
setelah membaca doa yang dilafalkan setelah takbir keempat—jika ia membaca
doa sunnah itu. Bacaan salam pada shalat jenazah ini persis seperti bacaan
salam yang dibaca pada shalat fardhu lima waktu. Selain itu, kesunnahan
menghadapkan wajah ke arah kanan pada saat bacaan salam pertama dan
menghadapkan wajah ke kiri pada saat salam kedua, juga berlaku dalam
pelaksanaan shalat jenazah ini.
Assalâmu‘alaikum warahmatullâhi wabarakatuh "Semoga keselamatan, kasih
sayang, dan keberkahan dari Allah tercurah atas kalian."