2. LAPORAN KEUANGAN
Pengertian
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 1 Tahun 2015: “Laporan keuangan adalah
catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat
digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut”
Sofyan Syafri Harahap (2004): “Laporan keuangan adalah merupakan produk atau hasil akhir
dari suatu proses akuntansi. Sebagai hasil akhir dari proses akuntansi, laporan keuangan
memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan berbagai pihak
misalnya pemilik dan kreditor”
Laporan Keuangan Syariah memiliki perbedaan yang signifikan apabila dibandingkan dengan
laporan keuangan konvensional. Hal ini terkait penyusunan laporan keuangan yang didasarkan
pada transaksi syariah.
3. Unsur-unsur Lap.Keu. Syariah
Agar laporan keuangan sesuai dengan paradigma,
azas, dan karakteristik laporan keuangan syariah.
Komponen laporan yang mencerminkan kegiatan komersial:
Laporan posisi keuangan;
Laporan laba rugi;
Laporan arus kas;
Laporan perubahan ekuitas
Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan
sosial:
Laporan sumber dan penggunaan dana zakat; dan
Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan
Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan
Kegiatan dan tanggung jawab khusus entitas syariah tersebut
4. Laporan Keuangan Syariah
Pengertian
Laporan keuangan syariah adalah suatu proses mengatur
dengan baik laporan yang disusun berdasarkan prinsip
akuntansi yang berisi tentang status keuangan suatu instansi
guna memenuhi kebutuhan pengguna laporan sesuai dengan
kriteria syariah.
Laporan keuangan harus dibuat dan disusun sesuai dengan
aturan atau Standar yang berlaku, agar laporan keuangan mudah
di baca atau dimengerti.
Laporan keuangan berfungsi untuk mengetahui kondisi dan
posisi perusahaan atau lembaga keuangan terkini. Dengan kata
lain laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi
keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode
tertentu.
5. Tujuan Laporan Keuangan
Ratih Paramita (2012)
Dilaporkannya informasi kepatuhan bank terhadap prinsip syariah
membantu pihak terkait dalam menentukan zakat bank, maupun pihak lain
Membantu mengevaluasi pemenuhan bank terhadap tanggung jawab amanah
dalam mengamankan dana
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak, informasi
mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh pemilik dan pemilik
rekening investasi
pemenuhan fungsi social termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat
6. Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan
Keuangan” (IAI, 2002)
Laporan keungan menyajikan informasi tentang posisi keuangan (aktiva,
utang, dan modal pemilik) pada suatu saat tertentu
Laporan keuangan menyajikan informasi kinerja (prestasi) perusahaan
Laporan keuangan menyajikan informasi tentang perubahan posisi keuangan
perusahaan
Laporan keuangan mengungkapkan informasi keuangan yang penting dan
relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan keuangan
7. Kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangan
4 karakteristik kualitatif pokok laporan keuangan
• informasi keuangan yang dapat dipahami adalah
informasi yang disajikan dalam bentuk dan
bahasa teknis yang sesuai dengan tingkat
pengertian dan penggunanya
Dapat Dipahami
• informasi keuangan harus berhubungan dengan
tujuan pemanfaatannya.
Relevan
8. • agar bermanfaat, informasi juga harus andal. Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan yang material, dan dapat
diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus atau
jujur dan yang seharusnya disajikan atau yang secarawajar
diharapkan dapat disajikan
Andal
• informasi akuntansi harus dapat diperbandingkan dengan
informasi akuntansi periode sebelumnya pada perusahaan
yang sama
Dapat diperbandingkan
9. Komponen Laporan Keuangan Syariah
menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Laporan posisi keuangan
pada akhir periode
Laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif
lain selama periode
Laporan perubahan ekuitas
selama periode
Laporan arus kas selama
periode
• berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang
signifikan dan informasi penjelasan lain;
Informasi komparatif mengenai periode
terdekat sebelumnya sebagaimana
ditentukan dalam paragraf 38 dan 38A
Catatan atas laporan keuangan
• Ketika entitas menerapkan suatu kebijakan
akuntansi secara retrospektif atau membuat
penyajian kembali pos-pos laporan
keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi
pos-pos dalam laporan keuangannya sesuai
dengan paragraf 40A-40D
Laporan posisi keuangan pada
awal periode terdekat sebelumnya
10. Paragraf 11 PSAK 101
• Dengan neraca, pemakaian laporan keuangan akan dapat: menilai
likuiditas dan kelancaran operasi perusahaan atau organisasi, menilai
struktur pendanaan perusahaan, menganalisis komposisi kekayaan dan
potensi jasa perusahaan, dan mengevaluasi potensi jasa atau sumber
ekonomi yang dikuasai perusahaan
1. Neraca
• Laporan ini memberikan informasi tentang keberhasilan manajemen
dalam mengelola perusahaan.
• Keberhasilan diukur dengan kemampuan mengasilkan laba yaitu selisih
antara semua semua penghasilan (pendatapan dan untung) dan semua
biaya yang diperkirakan telah mendatangkan penghasilan tersebut.
2. Laporan Laba Rugi
11. • memberikan informasi tentang kegiatan manajemen selama satu periode
dalam mengelola kas.
• Melalui laporan arus kas, pemakai laporan dapat melakukan evaluasi kegiatan
manajemen dalam operasi (Operating), Investasi (Investing), dan pendanaan
(Financing).
3. Laporan Arus Kas
• merupakan penghubung antara laporan keuangan laba rugi dan neraca.
• Laba rugi dan transaksi modal neto akan masuk dalam laporan perubahan
modal sehingga angka akhir akan diperoleh.
• Pemasukan angka laba dan perubahan modal neto ke akun modal akan
merupakan suatu proses yang disebut tutup buku.
4. Laporan Perubahan Ekuitas
12. • merupakan informasi keuangan yang berisi rekapitulasi penerimaan zakat
yang di kelola entitas syariah sebagai pelaksana fungsi baitul maal.
• Penerimaan zakat bisa berasal dari individu dari dalam entitas syariah seperti
pemilik, manajemen, dan karyawan. Individu di luar entitas syariah juga bisa
menyalurkan kewajiban zakatnya melalui entitas syariah yang
menyelenggarakan fungsi baitul maal.
5. Laporan Sumber dan Penggunaan dana Zakat
• berisi informasi penerimaan dana kebajikan dari beberapa komponen yang
mungkin diterima oleh entitas syariah seperti infaq, shodaqoh, hasil
pengelolaa dana waqaf sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku (UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf), pengembalian dana
kebajikan produktif, denda, dan pendapatan non halal lainnya.
6. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
13. • Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap
peristiwa dan transaksi yang penting.
• Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) tetapi tidak disajikan di Neraca,
Laporan Laba Rugi dan Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan
Ekuitas, Laporan Sumber dan Penggunaan dana Zakat,
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan.
• Informasi tambahan yang tidak di sajikan dalam laporan
keuangan tetapi di perlukan dalam rangka penyajian secara
wajar.
7. Catatan atas Laporan Keuangan
14. Persamaan Laporan Keuangan
Syari’ah dan Konvensional
Beberapa persamaan antara Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 5 (perbankan
syariah) dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31 (perbankan konvensional)
Memberikan informasi kas yang
dapat di percaya mengenai posisi
keuangan perusahaan atau
lembaga keuangan pada periode
tertentu.
Memberikan laporan keuangan yang
dapat dipercaya mengenai hasil usaha
perusahaan atau lembaga keuangan
dalam periode tertentu.
15. Memberikan informasi yang dapat membantu
pihak –pihak yang berkepentingan untuk
menilai atau mengintreprestasikan kondisi dan
potensi suatu perusahaan atau lembaga
keuanagan.
Memberikan informasi penting lainya yang
relevan dengan kebutuhan pihak-pihak
berkepentinagan dengan laporan kebutuhan
yang bersangkutan.
16. Perbedaan Laporan Keuangan
Syari’ah dan Konvensional
Dari Segi Pelaporan
Bank Konvensional Bank Syariah
1. Neraca 1. Neraca
2. Lap Laba Rugi 2. Lap Laba Rugi
3. Lap Arus Kas 3. Lap Arus Kas
4. Lap Perubahan Ekuitas 4. Lap Perubahan Ekuitas
5. Catatan Atas Laporan
Keuangan
5. Lap Perubahan Dana
Investasi Terikat
6. Laporan Rekonsiliasi
Pendapatan dan bagi Hasil
7. Laporan Sumber dana
dan penggunaan dana Zakat
8. Laporann dan penggunaan
dana kebaikan.
17. Acuan peyusunan laporan keuangan
Bank Konvensional Bank Syariah
1. Kerangka dasar penyusun
an dan penyajian laporan
Keuangan (KDPPLK)
1. Kerangka Dasar penyusuna
n dan penyajian laporan keua
ngan syariah (KDPPLKS)
2. PSAK (no 1-58) 2. PSAK Syariah (No.101-109)
3. Pedoman akutansi
perbankan Indonesia (PAPI)
3. PSAK 59: Akutansi perbank
an
4. Pedoman Akutansi Perbank
an Syariah indonesia (PAPSI)
18. Dari segi akad dan legalitas
Akad merupakan suatu kesepakatan yang mengikat kedua belah
pihak yang saling bersepakat, yakni masing-masing pihak terikat untuk
melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah disepakati
terlebih dahulu.
Dalam akad, terms and condition-nya sudah ditetapkan
secara rinci dan spesifik (sudah well-defined). Bila salah satu atau kedua
pihak yang terikat dalam kontrak itu tidak dapat memenuhi kewajibannya,
maka ia/mereka menerima sanksi seperti yang sudah disepakati dalam
Akad.
Dalam bank syariah, akad yang yang dilakukan memiliki
konsekwensi duniawi dan ukhrowi, karena akad yang dilakukan
berdasarkan hukum islam.
19. Dari segi penyelesain sengketa
Pada perbankan syariah terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank
dan nasabahnya, kedua belah pihak tidak menyelesaikannya di peradilan
negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum syariah.
Penyelesaian sengketa tersebut melalui BAMUI (Badan Arbitrase
Muamalah Indonesia), sekarang berubah menjadi Badan Arbitrase Syariah
Nasional (BASYARNAS).
Tugas dan Wewenangnya:
1. Menyelesaikan perselisihan dan sengketa keperdataan dengan prinsip
yang mengutamakan perdamaian
2. Menyelesaiakan sengketa keperdataan antara bank syariah dengan
nasabahnya yang menjadikan syariah sebagai dasarnya
3. Memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam sengketa
Muamalat yang timbul dalam bidang perdagangan, industri, jasa dll.
4. Atas permintaan pihak-pihak dalam suatu perjanjian, dapat memberikan
suatu pendapat mengenai suatu persoalan berkenaan dengan perjanjian
tersebut.
20. Dari segi usaha yang di biayai
Usaha yang dibiayai merupakan proyek halal
Usaha yang bermanfaat bagi masyarakat
Usaha yang menguntungkan bagi bank dan mitra usahanya
21. Dari segi pendapatan (laba)
Dari segi pendapatan atau laba bank konvensional memperoleh
laba dari hasil bunga,bunga itu di dapatkan dari hasil
pembiayaan antara pihak bank kepada nasabah . begitu pula
dengan bank syariah hanya saja laba yang di hasilkan bank
syariah adalah hasil dari pembiayaan bank kepada nasabah yang
telah di sepakati di depan sebelum kegiatan itu dilaksanakan
atau sering di sebut juga dengan prinsip bagi hasil.
Bank konvensional tidak memperdulikan apakah usaha yang
dijalankan oleh pihak nasabah itu berhasil atau tidak, pihak
konvesional tetap mengambil keuntungan. Sedangkan bank
syariah tetap memperhatikan situai nasabah tersebut.
22. No Faktor
Perbedaan
PSAK No. 50
(Perbankan Syariah)
PSAK No. 31 (Per
bankan Konvensi
onal)
1. Konsep
Operasi
Bank syariah beroper
asi atas dasar konsep
pembagian hasil keu
ntungan/kerugian
Bank konvensional
beroperasi atas da
sar konsep (syste
m) bunga
2. Akad
(Perjanjian)
Semua transaksi haru
s berdasarkan akad y
ang dibenarkan oleh
syariah.
Semua transaksi haru
s mengikuti kaidah d
an aturan yang berla
ku pada akad-akad
muamalah syariah
Transaksi pembuk
aan rekening (Giro
, Tabungan, Depos
ito) berdasarkan p
erjanjian titipan, n
amun titipan ini ti
dak sesuai denga
n aturan syariah.
23. No Faktor
Perbedaan
PSAK No. 50
(Perbankan Syariah)
PSAK No. 31 (Perba
nkan Konvensional)
3. Konsep
Perhitungan
Keuntungan
Bank syariah mengguna
kan konsep profit sharin
g, artinya dana yang dit
erima bank disalurkan k
epada pembiayaan. Keu
ntungan yang didapat d
ari pembiayaan tersebut
dibagi dua, untuk bank
dan nasabah. Berdasark
an perjanjian pembagia
n keuntungan di muka
Bank konvensional mengg
unakan konsep biaya (cost
concept) untuk menghitun
g keuntungan. Artinya bu
nga yang dijanjikan di mu
ka kepada nasabah penab
ung merupakan ongkos at
au biaya yang harus dibay
ar oleh bank. Oleh karena
itu, bank haru “menjual” k
epada nasabah lain (pemi
njam) dengan biaya bunga
yang lebih tinggi.
Perbedaan antara keduany
a disebut spread yang me
nandakan apakh perusaha
an tersebut untung atau r
ugi. Bila spread nya positif,
dimana beban bunga yan
g dibebankan kepada pem
injam lebih tinggi dari bun
ga yang ditawarkan kepad
a penabung, maka dapat
dikatakan bank mendapat
kan keuntungan.
24. No Faktor
Perbedaan
PSAK No. 50
(Perbankan Syariah)
PSAK No. 31 (Per
bankan Konvensi
onal)
4. Pengelolaan
Dana
Nasabah
Penyaluran dan simp
anan dari masyarakat
dibatasi oleh prinsip
dasar, yaitu prinsip sy
ariah. Artinya bahwa
pemberian pinjaman
tidak boleh untuk bis
nis yang haram, sepe
rti: perjudian, minum
an yang diharamkan,
pornografi, dan bisni
s yang tidak sesuai s
yariah.
Para penabung di
bank konvensional
uang yang ditabu
ng dipinjamkan u
ntuk berbagai bis
nis, tanpa meman
dang halal-haram
bisnis tersebut.
25. No Faktor
Perbedaan
PSAK No. 50
(Perbankan Syariah)
PSAK No. 31 (Perba
nkan Konvensional)
5. Bunga
(Interest)
Pelarangan bunga dala
m berbagai bentuknya.
Tidak menggunakan bu
nga sebagai alat untuk
memperoleh pendapata
n maupun membebanka
n biaya atas penggunaa
n uang dan pinjaman
Bank konvensional
menggunakan bung
a sebagai alat untuk
memperoleh pendap
atan maupun memb
ebankan biaya atas
penggunaan uang d
an pinjaman.
6. Transaksi yg
dilakukan
Bank syariah dapat mela
kukan transaksi yang dil
akukan oleh bank konve
nsional, seperti jual beli
tanpa pesanan, jual beli
dengan pesanan, sewa
menyewa, dan gadai.
Pada bank konvensi
onal tidak melakuka
n transaksi jual beli t
anpa pesanan, jual b
eli dengan pesanan,
sewa menyewa dan
gadai.
26. No Faktor
Perbedaan
PSAK No. 50
(Perbankan Syariah)
PSAK No. 31 (Perb
ankan Konvensiona
l)
7. Prinsip Bagi
hasil
Prinsip bagi hasil dapat dil
akukan dalam 4 akad utam
a:
Musyarakah (kerjasama
modal usaha/partnershi
p of project financing p
articipation
Mudharabah (kerjasama
mitra usaha dan investa
si atau trust financing /
trust investment )
Muzara’ah (kerjasama b
agi hasil pengelolaan p
ertanian / harvest yield
profit sharing )
Musaqah (kerjasama pe
meliharaan pertanian /
plantation management
based on certain portio
n of yield)
Tidak terdapat peny
ertaan mengenai pri
nsip bagi hasil, kare
na pada perbankan
konvensional dihalal
kan penerimaan bun
ga.
28. Rasio NPL
Bank Indonesia dalam paket kebijakan deregulasi bulan Mei tahun 1993 (P
AKMEI 1993), kredit bermasalah (NPL) adalah kredit yang digolongkan ke
dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.
NPL merupakan rasio keuangan pokok yang dapat memberikan informasi
penilaian atas kondisi permodalan, rentabilitas, risiko kredit, risiko pasar d
an likuidasi. Biasanya rasio NPL merupakan target jangka pendek perbank
an.
Semakin tinggi rasio Non Performing Loan maka tingkat likuiditas bank te
rhadap dana pihak ketiga (DPK) akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan
karena sebagian besar dana yang disalurkan bank dalam bentuk kredit me
rupakan simpanan dana pihak ketiga (DPK). Terdapat banyak faktor yang
menyebabkan terjadinya Non Performing Loan yang dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok, yaitu faktor intern bank, faktor debitur dan faktor
ekstern bank dan debitur.
29. Rasio LDR
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volume
kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berba
gai sumber.
LDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang digun
akan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kr
edit.
Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan
yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diber
ikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin renda
h pula kemampuan likuiditas bank (Dendawijaya, 2000).
Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR sua
tu bank adalah sekitar 85%. Namun batas toleransi berkisar antara
85%-100% atau menurut (Kasmir, 2003), batas aman untuk LDR menurut p
eraturan pemerintah adalah maksimum 110 %.
30. Fungsi LDR
Sebagai salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan bank.
Sebagai salah satu indikator kriteria penilaian Bank Jangkar (LDR minimum
50%),
Sebagai faktor penentu besar-kecilnya GWM (Giro Wajib Minimum) sebuah
bank.
Sebagai salah satu persyaratan pemberian keringanan pajak bagi bank yang
akan merger.
31. Rasio CAR
CAR (Capital Adequacy Ratio) merupakan rasio kecukupan modal yang me
nunjukkan kemampuan perbankan dalam menyediakan dana yang diguna
kan untuk mengatasi kemungkinan risiko kerugian.
Rasio ini penting karena dengan menjaga CAR pada batas aman (minimal
8%), berarti juga melindungi nasabah dan menjaga stabilitas sistem keuan
gan secara keseluruhan.
Semakin besar nilai CAR mencerminkan kemampuan perbankan yang sem
akin baik dalam menghadapi kemungkinan risiko kerugian. CAR dapat dip
eroleh dengan membagi total modal dengan aset tertimbang menurut risi
ko (ATMR), seperti rumus di bawah:
32. Return On Equity (ROE)
Pengembalian ekuitas atau ROE (Return On Equity) adalah salah satu perhi
tungan yang masuk dalam rasio profitabilitas. ROE merupakan perhitunga
n rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan l
aba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba b
ersih yang tersedia bagi pemilik atau investor.
ROE sangat bergantung pada besar-kecilnya perusahaan, misalnya untuk p
erusahaan kecil tentu memiliki modal yang relatif kecil, sehingga ROE yan
g dihasilkanpun kecil, begitu pula sebaliknya untuk perusahaan besar.
Return on equity (ROE) adalah jumlah imbal hasil dari laba bersih terhada
p ekuitas dan dinyatakan dalam bentuk persen. ROE digunakan untuk me
ngukur kemampuan suatu badan usaha dalam menghasilkan laba dengan
bermodalkan ekuitas yang sudah diinvestasikan pemegang saham. ROE di
nyatakan dalam persentase dan dihitung dengan rumus
33. Faktor yang Memengaruhi
Tingkat ROE
• Sesuai dengan pernyataan dalam Ikatan Akuntan Indonesia (1999:94) :
Penghasilan bersih (laba bersih) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja
atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti ROE atau earning per share.
Unsur-unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran laba adalah
penghasilan atau beban.
Laba bersih (net Income)
• Ekuitas (Equity) merupakan jumlah modal yang menggambarkan hak
kepemilikan seseorang atas aset perusahaan. Dari ekuitas inilah diketahui
berapa besar kepemilikan seseorang terhadap suatu perusahaan. Dalam
laporan keuangan, ekuitas bisa kita temui pada Laporan Posisi Keuangan
(Neraca). Jenis-jenis ekuitas, yaitu modal yang disetor, laba ditahan, dividen,
dan saham.
Ekuitas (Equity)
• Return On Equity = laba bersih : ekuitas
Rumus Menghitung ROE
34. Rasio CASA (Current Account & Saving Account)
Rasio CASA adalah rasio simpanan dalam rekening giro dan tabungan ter
hadap total simpanan.
Rasio CASA yang lebih tinggi menunjukkan biaya dana yang lebih rendah,
karena bank biasanya tidak memberikan bunga pada simpanan giro dan b
unga pada rekening tabungan biasanya sangat rendah 3-4%.
Jika sebagian besar deposito bank berasal dari dana ini, itu berarti bank m
endapatkan dana tersebut dengan biaya yang relatif lebih rendah. Secara
umum dipahami bahwa rasio CASA yang lebih tinggi mengarah ke marjin
bunga bersih yang lebih tinggi.
CASA Ratio
CASA Deposit
Total Deposits