SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
1
Tafsir, Ta’wil dan Hermeneutika — M. Quraish Shihab 1
Studies on interpretation, exegesis, and hermeneutics are very wide
for the difference of the scope of definition presented. Interpretation
and exegesis are used to understand the words, sentences and the
God’s messages. Many Muslim scholars considers both have the same
meaning, whereas for hermeneutics means the explanation about the
meaning of the God’s messages. Therefore, if hermeneutics is under-
stood as the above explanation, it is not wrong that actually, herme-
neutics has long been known by the Muslim scholars before the
emergence of Western hermeneutics. As to other method of the inter-
pretation of the Qur’an, Islam does not ban hermeneutics to doubt the
Qur’an as long as that process drives the doer to positively think
about the Qur’an and not to make the doer in pessimistic doubtful,
pessimistic doubtful accompanied by bad assumption toward the
Qur’an. Although some Muslim scholars allow the use of hermeneu-
tical study in understanding the Qur’an, however, there are some
tight requirements in using it. One of them is if there is certain
indication (qarīnah) which makes it hard to understand the external
meaning.
Keywords: interpretation, exegesis, hermeneutics.
Tafsir, Ta’wil, dan Hermeneutika
Suatu Paradigma Baru dalam Pemahaman
Al-Qur’an
M. Quraish Shihab
Pusat Studi Al-Qur’an, Jakarta
Pendahuluan
Judul di atas akan penulis batasi bahasannya hanya pada peng-
gal pertama—tafsir, ta’wil, dan hermeneutika—bukan saja karena
luasnya cakupan judul, tetapi juga karena penggalan kedua dari
judul di atas dapat didiskusikan dengan sangat luas, terutama jika
kata “baru” diartikan sebagai sesuatu yang belum dikenal sebe-
lumnya.
2
2 ¢u¥uf, Vol. 2, No. 1, 2009
Bahasan tentang makna ketiga istilah dalam penggalan pertama
judul di atas pun akan sangat terbatas, karena banyak dan ber-
bedanya ruang lingkup definisi yang dapat dihidangkan. Penulis
akan lebih banyak melihat persamaan dan perbedaan antara ketiga
istilah tersebut dengan harapan dapat terlihat di mana letak keis-
timewaan dan kelemahannya dalam memahami Al-Qur’an, serta
posisinya sebagai paradigma baru.
Tafsir, Ta’wil, dan Hermeneutika
Secara singkat kita dapat merujuk kepada al-Jurjāny yang da-
lam at-Ta‘rīfāt menyatakan bahwa ta’wil adalah mengalihkan mak-
na ayat dari §ahir makna kepada makna lain yang dimungkinkan,
selama makna yang dipilih sejalan dengan al-Kitab dan as-Sunnah.
Memahami firman-Nya, ‫اﻟﻤﯿﺖ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫اﻟﺤﻲ‬ ‫ﯾﺨﺮج‬ dalam arti mengeluarkan
burung dari telur adalah tafsir; sedang memahaminya dalam arti
mengeluarkan/melahirkan mukmin dari yang kafir, atau yang pan-
dai dari yang bodoh adalah ta’wil.
Ar-Ragīb al-Isfahāny dalam Mufradāt-nya mengemukakan
bahwa tafsir lebih umum daripada ta’wil, dan lebih banyak penggu-
naannya dalam lafaz serta mufradatnya; sedang ta’wil lebih banyak
penggunaannya dalam makna-makna dan susunan kalimat, serta
lebih banyak digunakan dalam kitab suci, berbeda dengan tafsir
yang juga digunakan dalam kitab-kitab lainnya.
Tanpa memasuki rincian definisi kedua istilah tersebut serta
perbedaannya, dapat disimpulkan bahwa keduanya—dalam konteks
Al-Qur’an—digunakan sebagai alat atau cara untuk memahami
kata, kalimat, dan pesan-pesan Allah. Maka tidak mengherankan
jika ada ulama yang langsung mempersamakannya.
Hermeneutika diambil dari nama Hermes. Dalam mitologi
Yunani, Hermes dianggap sebagai tokoh yang bertugas menjadi
penghubung antara dewa dan manusia. Ia bertugas menjelaskan
maksud tuhan kepada manusia. Sementara ulama dan cendekiawan
muslim, seperti Ibn Jaljūl dalam °abaqāt al-A¯ibbā', Sayyid
Hossein Nasr dalam Knowledge and The Sacred, demikian juga
Muhammad °ahir Ibn ‘Āsyūr dalam tafsirnya at-Ta¥rīr ketika
menafsirkan Q.S. Maryam 19:56—dan masih banyak ulama dan
cendekiawan lainnya—berpendapat dan menduga keras bahwa
Hermes adalah Nabi Idris a.s. Dapat ditambahkan bahwa penamaan
3
Tafsir, Ta’wil dan Hermeneutika — M. Quraish Shihab 3
beliau dengan Idris yang terambil dari rangkaian huruf-huruf ‫س‬ ‫ر‬ ‫د‬
yakni belajar-mengajar, boleh jadi karena beliau merupakan orang
pertama yang mengenal tulisan atau orang yang banyak belajar dan
mengajar.
Betapapun, Idris a.s. [Hermes] adalah orang yang dipilih untuk
menjelaskan pesan-pesan Tuhan kepada manusia. Dari sini, kata
hermeneutika—dalam konteks kitab suci—mengandung arti penje-
lasan tentang maksud-maksud firman Tuhan. Arti ini sejalan
dengan definisi tafsir yang dinyatakan sebagai,
‫ﺑﻴﺎن‬
‫اد‬‫ﺮ‬‫ﻣ‬
‫اﷲ‬
‫ﺣﺴﺐ‬
‫اﻟﻄﺎﻗﺔ‬
‫ﻳﺔ‬‫ﺮ‬‫اﻟﺒﺸ‬
Penjelasan tentang maksud Allah sesuai kemampuan manusia.
Dalam konteks Al-Qur’an, umat Islam percaya bahwa Nabi
Muhammad saw adalah tokoh yang bertugas menjelaskan firman-
firman Allah, sesuai dengan firman-Nya,
‫ْﻨَﺎ‬‫ﻟ‬ َ
‫ْﺰ‬
‫ـ‬‫ﻧ‬َ‫أ‬ َ
‫و‬
َ
‫ْﻚ‬
‫َﻴ‬‫ﻟ‬ِ‫إ‬
َ
‫ﺮ‬ْ
‫ﱢﻛ‬
‫اﻟﺬ‬
َ‫ﱢ‬
‫ﲔ‬َ
‫ـ‬‫ﺒ‬ُ‫ﺘ‬ِ‫ﻟ‬
ِ
‫ﱠﺎس‬‫ﻨ‬‫ﻠ‬ِ‫ﻟ‬
‫ﺎ‬ َ
‫ﻣ‬
َ
‫ﱢل‬
‫ـُﺰ‬‫ﻧ‬
ْ
‫ِﻢ‬
‫ﻬ‬ْ
‫َﻴ‬‫ﻟ‬ِ‫إ‬
ْ
‫ﻢ‬ُ
‫ﻠﱠﻬ‬ َ
‫َﻌ‬‫ﻟ‬ َ
‫و‬
‫ﱠ‬
‫َﻜ‬
‫ﻔ‬َ
‫ـ‬‫ﺘ‬ َ‫ـ‬‫ﻳ‬
َ
‫ون‬ ُ
‫ﺮ‬
Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’ān, agar kamu menerangkan
kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan. (Q.S. an-Na¥l/16: 44).
Karena itulah, sunnah tidak dapat dipisahkan dari tafsir Al-
Qur’an, bahkan sementara ulama menggarisbawahi bahwa selama
sudah ada penjelasan as-Sunnah, tidak perlu lagi ada penjelasan
dari yang lain.
Jika hermenuetika diartikan sebagai penjelasan tentang maksud
firman-firman Tuhan, tidaklah keliru jika dikatakan bahwa sebenar-
nya hermenuetika telah dikenal oleh ulama Islam jauh sebelum
munculnya hermeneutika di Barat, dan ini paling tidak berarti bah-
wa sebagian dari bahasan hermeneutika yang muncul dewasa ini
telah dikenal oleh para ulama. Dari sinilah bisa dipertanyakan,
sampai di manakah batas kedudukannya sebagai “paradigma baru
dalam pemahaman Al-Qur'an”.
Problema Tafsir, Ta’wil, dan Hermeneutika
Tidak mudah menghimpun semua persoalan yang dihadapi oleh
tafsir, ta’wil, dan hermeneutika. Namun karena ilmu yang berkaitan
dengan pemahaman teks—termasuk teks kitab suci—telah dikenal
4
4 ¢u¥uf, Vol. 2, No. 1, 2009
oleh ulama Islam jauh sebelum lahirnya hermeneutika Barat, tidak
heran jika sebagian dari problema yang dimunculkkan oleh peng-
guna hermeneutika tidak lagi menjadi problema di kalangan ulama
Islam, termasuk pakar-pakar tafsir dan ta’wil. Berikut contohnya.
Pertama, masalah yang dikemukakan oleh hermenuetika, “Ba-
gaimana menyampaikan kehendak Tuhan yang menggunakan ‘ba-
hasa langit’ kepada manusia yang menggunakan ‘bahasa bumi’?”1
Bagaimana Yang tidak terbatas (Tuhan) berhubungan dengan
manusia yang terbatas? Persoalan ini terselesaikan oleh ulama
Islam, antara lain dengan merujuk kepada firman Allah swt,
‫ﱠﺎ‬‫ﻧ‬ِ‫إ‬
ُ‫ْﻨَﺎﻩ‬
‫ﻠ‬ َ
‫ﻌ‬ َ
‫ﺟ‬
‫اﻧًﺎ‬ َ ‫ء‬ ْ
‫ُﺮ‬
‫ـ‬‫ﻗ‬
‫ﺎ‬‫ﺑِﻴ‬ َ
‫ﺮ‬َ
‫ﻋ‬
ْ
‫ُﻢ‬
‫ﻜ‬‫ﻠﱠ‬ َ
‫َﻌ‬‫ﻟ‬
َ
‫ﻠُﻮن‬ ِ
‫ﻘ‬ْ
‫َﻌ‬
‫ـ‬‫ﺗ‬
Sesungguhnya Kami menjadikannya Al-Qur’an berbahasa Arab supaya
kamu memahami(nya). (Q.S. az-Zukhruf/43: 3)
Itulah yang ditunjuk oleh kata ganti («amīr) pada kata ja‘alnāhu
(menjadikannya) dan ada juga kalām laf§y, dan itulah Al-Qur’an
yang berbahasa Arab. Ia dapat dianalogikan dengan bahasa manusia
kepada binatang. Manusia yang kemampuannya melebihi kemam-
pauan ayam, misalnya, berbicara dengan ‘bahasa ayam’, sehingga
si ayam pun mengerti. Tuhan pun berbicara tidak dengan ‘bahasa-
Nya’ atau bahasa langit, tetapi Dia menjadikan bahasa-Nya serupa
dengan bahasa manusia agar manusia bisa memahaminya. Perso-
alan kalam Allah, apakah ia hadī£ atau qadīm pernah menjadi dis-
kusi panjang dan melelahkan, bahkan mengakibatkan siksaan terha-
dap sekian tokoh. Namun ia dianggap telah terselesaikan. Memang
tidak mudah menjelaskan bagaimana hal itu terjadi. Persoalan
wahyu menjadi bahasan yang panjang-lebar, namun perbedaan pen-
jelasan menyangkut proses terjadinya hubungan antara Allah dan
manusia tidak mencederai kesepakatan ulama bahwa “Al-Qur’an
yang berada di tangan umat Islam dewasa ini tidak berbeda sedikit
pun lafaznya dengan apa yang disampaikan oleh malaikat Jibril
kepada Nabi Muhammad saw, tidak juga dengan apa yang dibaca
dan disampaikan oleh Nabi saw kepada umat Islam.”
Kedua, persoalan yang dihadapi oleh pengguna hermenuetika
Barat adalah pesan tokoh-tokohnya agar tidak begitu saja menerima
1
Lihat Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama, Sebuah Kajian
Hermeneutik, (Jakarta: Paramadina, 1996), hlm. 13
5
Tafsir, Ta’wil dan Hermeneutika — M. Quraish Shihab 5
atau membenarkan sebuah teks. Seseorang harus bersikap hati-hati,
bahkan mencurigai teks. Bagi ulama Islam, tidak ada lagi kecuri-
gaan menyangkut teks Al-Qur’an. Semuanya otentik, benar, pada
tempatnya, dan tidak berubah, bukan saja karena kepercayaan ten-
tang jaminan Allah (Q.S. al-¦ijr/15:9), tetapi juga berdasar argu-
mentasi-argumentasi ilmiah dan sejarah. Para orientalis yang
objektif pun mengakui otentisitas Al-Qur’an. Di sisi lain, kritik
kalangan nonmuslim terhadap teks-teks Al-Qur’an telah tersanggah
dengan baik, sehingga paling tidak, kalau orang lain belum puas,
para ulama dan cendekiawan muslim telah merasa puas. Karena itu,
problema ini tidak lagi menjadi bahasan tafsir dan ta’wil, dan
kalaupun akan dibahas, ia mendahului bahasan tafsir dan ta’wil.
Dapat dipahami, jika kecurigaan itu dimunculkan oleh herme-
neutika ketika berhadapan dengan teks Bibel, karena Bibel berbeda
dengan Al-Qur’an. Bibel menghadapi kritik sejarah, dan dalam
kandungannya terdapat sesuatu yang dinilai bertolak belakang dan
sulit diselesaikan, penulisannya pun terjadi jauh sesudah ‘kepergian
Isa a.s.’, bahkan indikator—kalau enggan mengatakannya sebagai
bukti-bukti tentang ketidakasliannya—sedemikian banyak, sehing-
ga ia mengundang kecurigaan itu. Terlebih, sebagaimana diakui
oleh cendekiawan Kristen sekalipun, bahwa Bibel yang beredar
dewasa ini adalah sejarah dan ucapan Yesus Kristus—serupa de-
ngan hadis Nabi saw. Atas dasar itu, sikap kehati-hatian—sebagai-
mana yang dilakukan ulama Islam terhadap hadis—adalah wajar.
Dalam konteks kecurigaan terhadap teks, penulis menggaris-
bawahi bahwa kita tidak dapat melarang seseorang untuk mencu-
rigai Al-Qur’ān. Itu adalah hak pribadi setiap orang. Al-Qur’an pun
tidak melarang siapa saja yang belum percaya, namun yang diminta
untuk dihindari adalah raib (Q.S. al-Baqarah/2: 2), yakni syak yang
disertai dengan sangka buruk. Karena itu, Al-Qur’an menantang
siapa pun yang ragu, untuk menyusun yang serupa dengan Al-
Qur’an walau satu surah saja, sebagaimana firman-Nya dalam Q.S.
al-Baqarah/2: 23. Sekali lagi, kalau hanya sekedar syak, yakni
keraguan yang mendorong seseorang untuk berpikir positif, Al-
Qur’an tidak melarangnya, karena memang kita tidak dapat meng-
halangi siapa pun untuk memahami Al-Qur’an. Oleh sebab itu,
salah satu syarat yang ditetapkan oleh sementara ulama bagi
penafsir adalah ¢i¥¥at al-‘Aqīdah yang penulis artikan sebagai
6
6 ¢u¥uf, Vol. 2, No. 1, 2009
objektivitas.2
Dari sini juga, sementara ulama dan cendekiawan
muslim—seperti Abbas al-‘Aqq±d dan Bint asy-Sya¯i’—membeda-
kan antara tafsir dengan pemahaman, atau dalam istilah °aba¯aba’i
antara tafsīr dan ta¯bīq.
Subjektivitas adalah salah satu penyebab kesalahan interpretasi.
Dari sini dapat dikatakan bahwa jika kecurigaan terhadap teks Al-
Qur’an tidak lagi menjadi objek bahasan para ulama Islam, tidaklah
wajar orang yang telah mengaku muslim mencurigai Al-Qur’an
atau menilainya memiliki kekurangan dan kesalahan, karena hal
tersebut bertentangan dengan sifat keislamannya. Tidaklah logis
memisahkan antara keyakinan dan sikap ilmiah—seperti yang dide-
ngungkan oleh °aha Husain di Mesir—apalagi sebagaimana diakui
oleh tokoh-tokoh hermeneutika, bahwa pemahaman atau penafsiran
terhadap teks selalu dipengaruhi oleh latar belakang, kondisi sosial
dan psikologi penafsirnya.
Hal-hal yang dikemukakan di atas bukan berarti bahwa kecuri-
gaan positif atau kehati-hatian terhadap penafsir dan penafsirannya,
tidak harus selalu ditegakkan, karena siapa pun penafsirannya me-
ngandung kemungkinan salah, kecuali jika penafsiran itu bersum-
ber dari orang yang diberi wewenang oleh Allah untuk menafsirkan
dan menjelaskannya, dalam hal ini adalah Nabi Muhammad saw.3
Para ulama terkemuka Islam menggarisbawahi hal ini, sehingga
bukanlah masalah bagi ulama Islam apabila menerima pesan tokoh-
tokoh hermeneutika Barat yang menyatakan bahwa siapa pun bisa
dipengaruhi oleh alam bawah sadarnya, faktor ekonomi, sosial, dan
politik, sehingga semua bisa saja salah dan bisa saja berbeda.
Hakikat inilah yang mengundang pakar-pakar tafsir menekankan
bahwa yang mengetahui secara persis tentang makna suatu ucapan/
teks hanya pemilik ucapan/teks tersebut—dalam hal kitab suci
adalah Tuhan—sedang pengetahuan penafsirnya bersifat relatif. Hal
pertama mereka sebut sebagai dilālah ¥aqīqiyyah, dan hal kedua,
yakni penafsiran dari siapa pun adalah dilālah nisbiyyah. Untuk
mengurangi subjektivitas dan mendekatkan penafsiran kepada ke-
2
Ini karena Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa kaum musyrik akan dapat memahami
ayat-ayat Al-Qur’an (Q.S. at-Taubah/9: 6), dan kenyataan pun membuktikan bahwa ada
saja orientalis yang memberi penafsiran yang cukup baik terhadap ayat-ayat Al-Qur’an.
3
Penafsiran Nabi Muhammad saw masih dapat didiskusikan, karena sebagian
penafsiran beliau adalah penjelasan atau contoh yang beliau angkat dari masyarakat yang
beliau temui sehingga bagi masyarakat lain, contoh dan penjelasan itu bisa berbeda.
7
Tafsir, Ta’wil dan Hermeneutika — M. Quraish Shihab 7
benaran, para pakar menekankan perlunya ‘pagar-pagar metodo-
logi’ yang diharapkan dapat mencegah atau paling tidak mengu-
rangi subjektivitas itu. Pagar-pagar tersebut ditemukan antara lain
dalam sesuatu yang dinamai dengan qawā‘id at-tafsīr.
Seperti telah dikemukakan di atas, definisi tafsir adalah penje-
lasan tentang maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemam-
puan manusia. Kalimat “sesuai kemampuan manusia” mengandung
banyak hal, antara lain bahwa tafsir bisa bermacam-macam, bukan
saja akibat perbedaan disiplin ilmu, tetapi juga karena aspek
kedalaman bidang ilmu yang ditekuni, serta kecenderungan ma-
sing-masing. Aliran dan mazhab tidak jarang sangat mempengaruhi
seorang mufasir, sehingga mazhab menjadi dasar dalam memahami
ayat Al-Qur’an, bukan Al-Qur’an yang dijadikan dasar dalam
menetapkan makna ayat. Dari sini lahir apa yang dikenal dengan
tafsīr bi ar-ra’yi al-ma¥mūd dan al-mażmūm. Dalam bidang her-
meneutika pun hal serupa pasti terjadi.
Ketiga, problema lainnya yang dimunculkan oleh hermeneutika
adalah bagaimana menjelaskan pesan sebuah teks yang telah ter-
ucapkan/tertulis pada kurun waktu, tempat, dan budaya yang berbe-
da kepada masyarakat yang hendak memahami dan melaksanakan
pesan teks itu. Memang diakui oleh semua pihak, bahwa ketika satu
teks dipisahkan dari konteks sosial historisnya, maka akan lahir
pemahaman yang keliru.
Bagi ulama tafsir, problema ini pun telah lama diakui kebera-
daannya dan dibahas pemecahannya, sehingga lahirlah antara lain
apa yang dinamai asbāb an-nuzūl, kendati para ulama berbeda
pendapat menyangkut pengertian dan penerapannya dalam mema-
hami ayat. Misalnya, apakah al-‘ibrah bi ‘umūm al-laf§ ataukah bi
khu¡ūs as-sabab. Apakah yang dimaksud dengan ‘umūm al-laf§?
Dari sini muncul bahasan tentang analogi dan syaratnya dalam
memahami dan menerapkan teks. Para ulama memperkenalkan
juga—dalam konteks perintah dan larangan yang sifatnya bukan
ibadah murni—apa yang mereka namai ‘íllat yang wujud dan
ketiadaannya mempengaruhi pemahaman dan penerapannya dalam
masyarakat, bahkan sebagian memilih jalan pintas dengan
mengatakan,
‫أﻳﻨﻤﺎ‬
‫ﺗﻜﻮن‬
‫اﳌﺼﻠﺤﺔ‬
‫ﻓﻬﻨﺎك‬
‫ع‬
‫ﺷﺮ‬
‫اﷲ‬
Di mana pun terdapat kemaslahatan, di sana ditemukan syariat.
8
8 ¢u¥uf, Vol. 2, No. 1, 2009
Pendapat ulama-ulama semacam Ibnu Rusyd atau at-°ūfi—da-
lam konteks penafsiran dan pemahaman teks—pastilah tidak asing
bagi ulama.
Pemahaman terhadap Teks
Teks Al-Qur'an adalah kalimat/kata-kata berbahasa Arab. Ha-
rus diakui bahwa teks (kata-kata) yang terbaca berbeda dengan
yang terdengar, dan yang terdengar tanpa melihat pembicaranya
berbeda dengan yang terdengar tapi terlihat pembicaranya. Siapa
yang berbicara dan atau sesuatu yang dibaca/ditulis teks pembi-
caraanya, demikian juga yang menjadi mitra bicara, kondisi sosial
dan psikisnya pun mempunyai pengaruh, karena itulah pakar-pakar
tafsir—lebih-lebih pakar hermenuetika—mengingatkan bahwa
kumpulan kata yang terucapkan atau tertulis tidak dapat dipahami
secara baik dan benar kecuali dengan mengenal secara baik pem-
bicara, mitra bicara, dan konteks pembicaraan, serta kondisi sosial,
kultural dan psikologi ketika teks disampaikan. Terpisahnya teks
dari pengucapnya, dari situasi psikologi dan sosial yang melahir-
kannya, atau mitra bicaranya bisa menjadikan teks tersebut kering
dan tidak komunikatif dengan realita sosial.
Di sisi lain, dalam upaya hermenuetika menghubungkan faktor-
faktor di atas—yakni pengucapnya, dalam hal Al-Qur’an adalah
Allah—dan pembaca teksnya, dalam hal ini adalah penafsir dan
situasi sosio-kultural dan psikologi, maka terbukalah pemahaman
teks untuk aneka penafsiran, dan terbuka pula peluang besar untuk
memperoleh dukungan dari aneka disiplin ilmu.
Dalam konteks penafsiran, hermeneutika menekankan juga
bahwa penafsir mempunyai otoritas untuk berhubungan langsung
dengan teks, dan karena penafsir mempunyai aneka kecenderungan
dan keragaman disiplin yang ditekuninya, tidak mustahil satu teks
dapat mengandung aneka makna, bahkan dapat menjadi tidak
terbatas. Muhammad Arkoun, pemikir muslim kontemporer kela-
hiran Aljazair menulis bahwa Al-Qur’an mengandung kemungkin-
an makna yang tidak terbatas. Ia menghadirkan berbagai pemikiran
dan penjelasan pada tingkat dasar dan eksistensi yang absolut.
Dengan demikian, ia selalu terbuka, tidak pernah tetap dan tertutup
hanya pada satu penafsiran makna.
Kesadaran tentang kehadiran Al-Qur’an berdialog dengan se-
mua manusia sepanjang masa, mengharuskan kita menerima ada-
9
Tafsir, Ta’wil dan Hermeneutika — M. Quraish Shihab 9
nya keragaman tersebut, walau tidak mengharuskan kita menerima
penafsirannya. Itu pula sebabnya, sekian banyak ulama kontem-
porer tidak mendukung pandangan Imām asy-Syā¯iby dalam buku-
nya, al-Muwāfaqāt yang menekankan bahwa ‫أﻣﯾﺔ‬ ‫اﻟﺷرﯾﻌﺔ‬ sehingga
menurutnya, Al-Qur’an harus dipahami sebagaimana pemahaman
para ummiyyīn, yakni mereka yang hidup pada masa Rasulullah
saw.
Al-Qur’an memerintahkan manusia berpikir dan memperhati-
kannya agar kita bisa menarik makna dan pesan-pesannya. Berpikir
tidak dapat dipisahkan dari bahasa dan perkembangan ilmu, kondisi
sosial, politik, serta psikologi. Karena itu, hasil pemikiran pasti
berbeda, sesuai dengan dari arah mana posisi seseorang meman-
dang. Al-Qur’an, tulis Abdullāh Darrāz, bagaikan berlian, setiap
sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang
terpancar dari masing-masing sudut, dan tidak mustahil jika Anda
mempersilakan orang lain memandangnya, maka dia dapat melihat
lebih banyak daripada apa yang Anda lihat. Namun demikian, tidak
berarti bahwa setiap orang bebas mengeluarkan pendapatnya tanpa
memenuhi persyaratan ilmiah yang ditetapkan oleh pemilik otoritas
ilmiah.
Kembali kepada asy-Syā¯iby dan pemahaman teks, perlu
digarisbawahi bahwa kendati pendapatnya di atas disoroti oleh
banyak pemikir, namun uraian ulama ini sangat dikagumi, yakni
uraiannya yang menekankan bahwa jika hanya melihat kata/kalimat
yang digunakan secara berdiri sendiri, tidak ada atau jarang sekali
yang dapat dinyatakan sebagai penafsiran absolut (qa¯’iy), tanpa
adanya kemungkinan makna lain. Hal ini karena untuk menarik
makna yang pasti dibutuhkan premis-premis (muqaddim±t) yang
juga bersifat pasti, tetapi nyatanya hal tersebut tidak mudah
ditemukan. Muqaddim±t yang dimaksud adalah apa yang dikenal
dengan ‫اﻟﻌﺸﺮة‬ ‫;اﻹﺣﺘﻤﺎﻻت‬ tujuh di antaranya berkaitan dengan bahasa,
antara lain menyangkut pengertian, kedudukannya sebagai hakikat
atau majāz, maupun kemungkinan peralihan makna atau penta’-
wilannya. Sesuatu yang dinyatakan qa¯’iy (pasti), menurutnya lahir
dari sekian banyak argumentasi di luar teks yang ditafsirkan,
sehingga keseluruhan argumentasi itu membawa kepada pandangan
yang mendekati kepastian.
10
10 ¢u¥uf, Vol. 2, No. 1, 2009
Dalam konteks ta’wil, telah disepakati oleh ulama dan peng-
guna hermeneutika tentang kemungkinan penggunaannya dalam
menarik makna, setelah pada abad-abad pertama tidak sedikit
ulama melarangnya. Hanya saja syarat yang ditetapkan menyangkut
dengan kebolehan menggunakannya sangatlah beragam, antara
ketat dan longgar. Syarat yang ketat mengingatkan bahwa ia baru
boleh digunakan jika ada qarīnah (indikasi) yang pasti mengha-
langi makna zahirnya, dan makna yang dipilih pun harus sudah
dikenal oleh pengguna bahasa Arab pada masa turunnya Al-Qur'an.
Adapun syarat yang longgar menggunakannya dengan syarat
makna yang dipilih dapat dikembalikan kepada akar kata yang
dita’wilkan itu.4
Mengalihkan makna tanpa qarīnah dan sekadar
memuaskan nalar penafsir tentu saja tidak dibenarkan oleh ulama.
Namun dalam kenyataannya, penafsiran itu digunakan oleh semen-
tara orang atas nama hermenuetika.
Penutup
Memahami teks bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi teks
yang hadir jauh sebelum kehadiran subjek yang ingin mema-
haminya. Karena itu diperlukan aneka persyaratan. Dewasa ini
tidak jarang dengan memperatasnamakan hermeneutika, lahirlah
penafsiran-penafsiran baru yang dimunculkan oleh mereka yang
belum memiliki persyaratan, bahkan belum memahami hermenue-
tika itu sendiri. Lensa kamera yang digunakannya buram, sehingga
gambar yang dihasilkannya kabur atau alat yang mereka gunakan
terlalu canggih, mereka tidak atau belum biasa menggunakannya,
sehingga hasilnya sangat buruk. Pengenalan mereka terhadap
pembicara (dalam hal ini Allah), sasaran pertama kali ditujukan
teks, atau kondisi sosio-kultural masa kehadiran teks pun kabur
baginya. Lebih parah lagi, bahwa yang bersangkutan hanya mencu-
rigai teks tanpa ingin berusaha mendudukkan persoalan, bahkan
menjauhkan diri dari kecurigaan terhadap diri sendiri, padahal itu
adalah salah satu persyaratan utama yang ditekankan oleh pakar-
pakar hermenuetika. Wallāhu a‘lam.[]
4
Menurut Muhammd Abduh, kata ¯air dalam Surah al-Fīl adalah jenis nyamuk atau
lalat yang membawa kuman-kuman penyakit, dan bahwa ¥ijārah (batu) yang dimaksud
adalah dari tanah kering yang beracun, yang dibawa oleh angin sehingga bergantungan di
kaki binatang-binatang (yang terbang). Di sini pengalihan makna itu sejalan dengan
makna dasar kata ¯air yang mengandung arti terbang.

More Related Content

Similar to 94-Article Text-229-1-10-20151121.pdf

Tafsir feminis tantangan terhadap konsep wahyu dan tafsir
Tafsir feminis tantangan terhadap konsep wahyu dan tafsirTafsir feminis tantangan terhadap konsep wahyu dan tafsir
Tafsir feminis tantangan terhadap konsep wahyu dan tafsir
Hibatul Wafi
 
Bangunan epistemologi ilmu kalam
Bangunan epistemologi ilmu kalamBangunan epistemologi ilmu kalam
Bangunan epistemologi ilmu kalam
Anwar Ma'rufi
 
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’anRuang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
juniska efendi
 
Pengertian tafsir
Pengertian tafsirPengertian tafsir
Pengertian tafsir
4n9ry_61rd5
 
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran IslamQuran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
Marhamah Saleh
 
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lksContoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Akram Atjeh
 

Similar to 94-Article Text-229-1-10-20151121.pdf (20)

Makalah al quran hadist
Makalah al quran hadistMakalah al quran hadist
Makalah al quran hadist
 
Ilmu Tafsir.pdf
Ilmu Tafsir.pdfIlmu Tafsir.pdf
Ilmu Tafsir.pdf
 
Ilmu Tafsir.docx
Ilmu Tafsir.docxIlmu Tafsir.docx
Ilmu Tafsir.docx
 
Al qur’an dan tafsir
Al qur’an dan tafsirAl qur’an dan tafsir
Al qur’an dan tafsir
 
Ulumul Quran
Ulumul QuranUlumul Quran
Ulumul Quran
 
Tafsir feminis tantangan terhadap konsep wahyu dan tafsir
Tafsir feminis tantangan terhadap konsep wahyu dan tafsirTafsir feminis tantangan terhadap konsep wahyu dan tafsir
Tafsir feminis tantangan terhadap konsep wahyu dan tafsir
 
Bangunan epistemologi ilmu kalam
Bangunan epistemologi ilmu kalamBangunan epistemologi ilmu kalam
Bangunan epistemologi ilmu kalam
 
Metodologi penafsiran al qur'an
Metodologi penafsiran al qur'anMetodologi penafsiran al qur'an
Metodologi penafsiran al qur'an
 
Metodologi penafsiran al qur'an
Metodologi penafsiran al qur'anMetodologi penafsiran al qur'an
Metodologi penafsiran al qur'an
 
Makalah metodologi
Makalah metodologiMakalah metodologi
Makalah metodologi
 
Luqman - Al-musytarak Al-lafdzi Mendekonstruksi Argumen Tafsir Tekstual
Luqman - Al-musytarak Al-lafdzi Mendekonstruksi Argumen Tafsir TekstualLuqman - Al-musytarak Al-lafdzi Mendekonstruksi Argumen Tafsir Tekstual
Luqman - Al-musytarak Al-lafdzi Mendekonstruksi Argumen Tafsir Tekstual
 
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
 
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’anRuang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
 
Kajian Seputar Istilah Hadis dan yang Berkaitan dengannya
Kajian Seputar Istilah Hadis dan yang Berkaitan dengannyaKajian Seputar Istilah Hadis dan yang Berkaitan dengannya
Kajian Seputar Istilah Hadis dan yang Berkaitan dengannya
 
Pengertian tafsir
Pengertian tafsirPengertian tafsir
Pengertian tafsir
 
Pengertian ulumul qur
Pengertian ulumul  qurPengertian ulumul  qur
Pengertian ulumul qur
 
Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...
Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...
Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...
 
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran IslamQuran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
 
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lksContoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
 
Modul 10 kb 2
Modul 10 kb 2Modul 10 kb 2
Modul 10 kb 2
 

Recently uploaded

EKSKLUSIF!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Aluminium Modern Kamar Mandi ...
EKSKLUSIF!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Aluminium Modern Kamar Mandi ...EKSKLUSIF!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Aluminium Modern Kamar Mandi ...
EKSKLUSIF!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Aluminium Modern Kamar Mandi ...
FORTRESS
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Jual Pintu Aluminium Modern Warna Pu...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Jual Pintu Aluminium Modern Warna Pu...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Jual Pintu Aluminium Modern Warna Pu...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Jual Pintu Aluminium Modern Warna Pu...
FORTRESS
 
PT Gudang Garam tugas kelompok..ppt.pptx
PT Gudang Garam tugas kelompok..ppt.pptxPT Gudang Garam tugas kelompok..ppt.pptx
PT Gudang Garam tugas kelompok..ppt.pptx
aciambarwati
 
WA/TELP : 0822-3006-6162, Pusat Tas Kurir Shopee, Pusat Tas Selempang Kurir, ...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Pusat Tas Kurir Shopee, Pusat Tas Selempang Kurir, ...WA/TELP : 0822-3006-6162, Pusat Tas Kurir Shopee, Pusat Tas Selempang Kurir, ...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Pusat Tas Kurir Shopee, Pusat Tas Selempang Kurir, ...
imrotus nur istiqomah
 
obat aborsi Sleman Wa 081225888346 jual obat aborsi cytotec asli di Sleman
obat aborsi Sleman Wa 081225888346 jual obat aborsi cytotec asli di Slemanobat aborsi Sleman Wa 081225888346 jual obat aborsi cytotec asli di Sleman
obat aborsi Sleman Wa 081225888346 jual obat aborsi cytotec asli di Sleman
aureliamarcelin589
 
Obat Aborsi Papua ( Ampuh _ No. 1 ) 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur K...
Obat Aborsi Papua ( Ampuh _ No. 1 ) 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur K...Obat Aborsi Papua ( Ampuh _ No. 1 ) 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur K...
Obat Aborsi Papua ( Ampuh _ No. 1 ) 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur K...
Obat Aborsi Jakarta ( Ampuh _ No. 1 ) Kandungan Jakarta
 
IN RAK City,+2773(7758)/557\ Abortion pills for sale in Dubai, Abu Dhabi, Sha...
IN RAK City,+2773(7758)/557\ Abortion pills for sale in Dubai, Abu Dhabi, Sha...IN RAK City,+2773(7758)/557\ Abortion pills for sale in Dubai, Abu Dhabi, Sha...
IN RAK City,+2773(7758)/557\ Abortion pills for sale in Dubai, Abu Dhabi, Sha...
b54037163
 

Recently uploaded (20)

EKSKLUSIF!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Aluminium Modern Kamar Mandi ...
EKSKLUSIF!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Aluminium Modern Kamar Mandi ...EKSKLUSIF!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Aluminium Modern Kamar Mandi ...
EKSKLUSIF!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Aluminium Modern Kamar Mandi ...
 
UNIKBET : Situs Slot Resmi Pragmatic Play Deposit Via Bank Danamon Ada Bonus ...
UNIKBET : Situs Slot Resmi Pragmatic Play Deposit Via Bank Danamon Ada Bonus ...UNIKBET : Situs Slot Resmi Pragmatic Play Deposit Via Bank Danamon Ada Bonus ...
UNIKBET : Situs Slot Resmi Pragmatic Play Deposit Via Bank Danamon Ada Bonus ...
 
"Mengenal Kumbang4D: Situs Judi Online yang Meriah"
"Mengenal Kumbang4D: Situs Judi Online yang Meriah""Mengenal Kumbang4D: Situs Judi Online yang Meriah"
"Mengenal Kumbang4D: Situs Judi Online yang Meriah"
 
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Sesama Bank UOB Aman Dan Te...
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Sesama Bank UOB Aman Dan Te...UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Sesama Bank UOB Aman Dan Te...
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Sesama Bank UOB Aman Dan Te...
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Jual Pintu Aluminium Modern Warna Pu...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Jual Pintu Aluminium Modern Warna Pu...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Jual Pintu Aluminium Modern Warna Pu...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Jual Pintu Aluminium Modern Warna Pu...
 
PERSPEKTIF_MODUL_8_PPT KELAS PGSD UT JEMBER
PERSPEKTIF_MODUL_8_PPT KELAS PGSD UT JEMBERPERSPEKTIF_MODUL_8_PPT KELAS PGSD UT JEMBER
PERSPEKTIF_MODUL_8_PPT KELAS PGSD UT JEMBER
 
PT Gudang Garam tugas kelompok..ppt.pptx
PT Gudang Garam tugas kelompok..ppt.pptxPT Gudang Garam tugas kelompok..ppt.pptx
PT Gudang Garam tugas kelompok..ppt.pptx
 
Memahami Organisasi dan Desain Organisasi-Organisasi Publik (Bagian 3)
Memahami Organisasi dan Desain Organisasi-Organisasi Publik (Bagian 3)Memahami Organisasi dan Desain Organisasi-Organisasi Publik (Bagian 3)
Memahami Organisasi dan Desain Organisasi-Organisasi Publik (Bagian 3)
 
Mengungkap Dunia Perjudian: Panduan Lengkap Kasino Online
Mengungkap Dunia Perjudian: Panduan Lengkap Kasino OnlineMengungkap Dunia Perjudian: Panduan Lengkap Kasino Online
Mengungkap Dunia Perjudian: Panduan Lengkap Kasino Online
 
WA/TELP : 0822-3006-6162, Pusat Tas Kurir Shopee, Pusat Tas Selempang Kurir, ...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Pusat Tas Kurir Shopee, Pusat Tas Selempang Kurir, ...WA/TELP : 0822-3006-6162, Pusat Tas Kurir Shopee, Pusat Tas Selempang Kurir, ...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Pusat Tas Kurir Shopee, Pusat Tas Selempang Kurir, ...
 
tarian tradisional 38 provinsi di indonesia
tarian tradisional 38 provinsi di indonesiatarian tradisional 38 provinsi di indonesia
tarian tradisional 38 provinsi di indonesia
 
Memahami Organisasi dan Desain Organisasi-Pengantar (bagian 1)
Memahami Organisasi dan Desain Organisasi-Pengantar (bagian 1)Memahami Organisasi dan Desain Organisasi-Pengantar (bagian 1)
Memahami Organisasi dan Desain Organisasi-Pengantar (bagian 1)
 
Jasa Pasang Stiker Kaca Mobil, Motor, Dinding, Snablast di Solo, Call 0856-48...
Jasa Pasang Stiker Kaca Mobil, Motor, Dinding, Snablast di Solo, Call 0856-48...Jasa Pasang Stiker Kaca Mobil, Motor, Dinding, Snablast di Solo, Call 0856-48...
Jasa Pasang Stiker Kaca Mobil, Motor, Dinding, Snablast di Solo, Call 0856-48...
 
PPT_AHLI_MUDA_GEOTEKNIK_SIHABUL_MILAH.pptx
PPT_AHLI_MUDA_GEOTEKNIK_SIHABUL_MILAH.pptxPPT_AHLI_MUDA_GEOTEKNIK_SIHABUL_MILAH.pptx
PPT_AHLI_MUDA_GEOTEKNIK_SIHABUL_MILAH.pptx
 
Memahami Organisasi dan Desain Organisasi-from strategy (Bagian 2)
Memahami Organisasi dan Desain Organisasi-from strategy (Bagian 2)Memahami Organisasi dan Desain Organisasi-from strategy (Bagian 2)
Memahami Organisasi dan Desain Organisasi-from strategy (Bagian 2)
 
In &QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar/ Dub...
In &QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar/ Dub...In &QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar/ Dub...
In &QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar/ Dub...
 
obat aborsi Sleman Wa 081225888346 jual obat aborsi cytotec asli di Sleman
obat aborsi Sleman Wa 081225888346 jual obat aborsi cytotec asli di Slemanobat aborsi Sleman Wa 081225888346 jual obat aborsi cytotec asli di Sleman
obat aborsi Sleman Wa 081225888346 jual obat aborsi cytotec asli di Sleman
 
Obat Aborsi Papua ( Ampuh _ No. 1 ) 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur K...
Obat Aborsi Papua ( Ampuh _ No. 1 ) 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur K...Obat Aborsi Papua ( Ampuh _ No. 1 ) 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur K...
Obat Aborsi Papua ( Ampuh _ No. 1 ) 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur K...
 
IN RAK City,+2773(7758)/557\ Abortion pills for sale in Dubai, Abu Dhabi, Sha...
IN RAK City,+2773(7758)/557\ Abortion pills for sale in Dubai, Abu Dhabi, Sha...IN RAK City,+2773(7758)/557\ Abortion pills for sale in Dubai, Abu Dhabi, Sha...
IN RAK City,+2773(7758)/557\ Abortion pills for sale in Dubai, Abu Dhabi, Sha...
 
Mengenal Lele 4D: Situs Dana Terpercaya Mengenal Lele 4D
Mengenal Lele 4D: Situs Dana Terpercaya Mengenal Lele 4DMengenal Lele 4D: Situs Dana Terpercaya Mengenal Lele 4D
Mengenal Lele 4D: Situs Dana Terpercaya Mengenal Lele 4D
 

94-Article Text-229-1-10-20151121.pdf

  • 1. 1 Tafsir, Ta’wil dan Hermeneutika — M. Quraish Shihab 1 Studies on interpretation, exegesis, and hermeneutics are very wide for the difference of the scope of definition presented. Interpretation and exegesis are used to understand the words, sentences and the God’s messages. Many Muslim scholars considers both have the same meaning, whereas for hermeneutics means the explanation about the meaning of the God’s messages. Therefore, if hermeneutics is under- stood as the above explanation, it is not wrong that actually, herme- neutics has long been known by the Muslim scholars before the emergence of Western hermeneutics. As to other method of the inter- pretation of the Qur’an, Islam does not ban hermeneutics to doubt the Qur’an as long as that process drives the doer to positively think about the Qur’an and not to make the doer in pessimistic doubtful, pessimistic doubtful accompanied by bad assumption toward the Qur’an. Although some Muslim scholars allow the use of hermeneu- tical study in understanding the Qur’an, however, there are some tight requirements in using it. One of them is if there is certain indication (qarīnah) which makes it hard to understand the external meaning. Keywords: interpretation, exegesis, hermeneutics. Tafsir, Ta’wil, dan Hermeneutika Suatu Paradigma Baru dalam Pemahaman Al-Qur’an M. Quraish Shihab Pusat Studi Al-Qur’an, Jakarta Pendahuluan Judul di atas akan penulis batasi bahasannya hanya pada peng- gal pertama—tafsir, ta’wil, dan hermeneutika—bukan saja karena luasnya cakupan judul, tetapi juga karena penggalan kedua dari judul di atas dapat didiskusikan dengan sangat luas, terutama jika kata “baru” diartikan sebagai sesuatu yang belum dikenal sebe- lumnya.
  • 2. 2 2 ¢u¥uf, Vol. 2, No. 1, 2009 Bahasan tentang makna ketiga istilah dalam penggalan pertama judul di atas pun akan sangat terbatas, karena banyak dan ber- bedanya ruang lingkup definisi yang dapat dihidangkan. Penulis akan lebih banyak melihat persamaan dan perbedaan antara ketiga istilah tersebut dengan harapan dapat terlihat di mana letak keis- timewaan dan kelemahannya dalam memahami Al-Qur’an, serta posisinya sebagai paradigma baru. Tafsir, Ta’wil, dan Hermeneutika Secara singkat kita dapat merujuk kepada al-Jurjāny yang da- lam at-Ta‘rīfāt menyatakan bahwa ta’wil adalah mengalihkan mak- na ayat dari §ahir makna kepada makna lain yang dimungkinkan, selama makna yang dipilih sejalan dengan al-Kitab dan as-Sunnah. Memahami firman-Nya, ‫اﻟﻤﯿﺖ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫اﻟﺤﻲ‬ ‫ﯾﺨﺮج‬ dalam arti mengeluarkan burung dari telur adalah tafsir; sedang memahaminya dalam arti mengeluarkan/melahirkan mukmin dari yang kafir, atau yang pan- dai dari yang bodoh adalah ta’wil. Ar-Ragīb al-Isfahāny dalam Mufradāt-nya mengemukakan bahwa tafsir lebih umum daripada ta’wil, dan lebih banyak penggu- naannya dalam lafaz serta mufradatnya; sedang ta’wil lebih banyak penggunaannya dalam makna-makna dan susunan kalimat, serta lebih banyak digunakan dalam kitab suci, berbeda dengan tafsir yang juga digunakan dalam kitab-kitab lainnya. Tanpa memasuki rincian definisi kedua istilah tersebut serta perbedaannya, dapat disimpulkan bahwa keduanya—dalam konteks Al-Qur’an—digunakan sebagai alat atau cara untuk memahami kata, kalimat, dan pesan-pesan Allah. Maka tidak mengherankan jika ada ulama yang langsung mempersamakannya. Hermeneutika diambil dari nama Hermes. Dalam mitologi Yunani, Hermes dianggap sebagai tokoh yang bertugas menjadi penghubung antara dewa dan manusia. Ia bertugas menjelaskan maksud tuhan kepada manusia. Sementara ulama dan cendekiawan muslim, seperti Ibn Jaljūl dalam °abaqāt al-A¯ibbā', Sayyid Hossein Nasr dalam Knowledge and The Sacred, demikian juga Muhammad °ahir Ibn ‘Āsyūr dalam tafsirnya at-Ta¥rīr ketika menafsirkan Q.S. Maryam 19:56—dan masih banyak ulama dan cendekiawan lainnya—berpendapat dan menduga keras bahwa Hermes adalah Nabi Idris a.s. Dapat ditambahkan bahwa penamaan
  • 3. 3 Tafsir, Ta’wil dan Hermeneutika — M. Quraish Shihab 3 beliau dengan Idris yang terambil dari rangkaian huruf-huruf ‫س‬ ‫ر‬ ‫د‬ yakni belajar-mengajar, boleh jadi karena beliau merupakan orang pertama yang mengenal tulisan atau orang yang banyak belajar dan mengajar. Betapapun, Idris a.s. [Hermes] adalah orang yang dipilih untuk menjelaskan pesan-pesan Tuhan kepada manusia. Dari sini, kata hermeneutika—dalam konteks kitab suci—mengandung arti penje- lasan tentang maksud-maksud firman Tuhan. Arti ini sejalan dengan definisi tafsir yang dinyatakan sebagai, ‫ﺑﻴﺎن‬ ‫اد‬‫ﺮ‬‫ﻣ‬ ‫اﷲ‬ ‫ﺣﺴﺐ‬ ‫اﻟﻄﺎﻗﺔ‬ ‫ﻳﺔ‬‫ﺮ‬‫اﻟﺒﺸ‬ Penjelasan tentang maksud Allah sesuai kemampuan manusia. Dalam konteks Al-Qur’an, umat Islam percaya bahwa Nabi Muhammad saw adalah tokoh yang bertugas menjelaskan firman- firman Allah, sesuai dengan firman-Nya, ‫ْﻨَﺎ‬‫ﻟ‬ َ ‫ْﺰ‬ ‫ـ‬‫ﻧ‬َ‫أ‬ َ ‫و‬ َ ‫ْﻚ‬ ‫َﻴ‬‫ﻟ‬ِ‫إ‬ َ ‫ﺮ‬ْ ‫ﱢﻛ‬ ‫اﻟﺬ‬ َ‫ﱢ‬ ‫ﲔ‬َ ‫ـ‬‫ﺒ‬ُ‫ﺘ‬ِ‫ﻟ‬ ِ ‫ﱠﺎس‬‫ﻨ‬‫ﻠ‬ِ‫ﻟ‬ ‫ﺎ‬ َ ‫ﻣ‬ َ ‫ﱢل‬ ‫ـُﺰ‬‫ﻧ‬ ْ ‫ِﻢ‬ ‫ﻬ‬ْ ‫َﻴ‬‫ﻟ‬ِ‫إ‬ ْ ‫ﻢ‬ُ ‫ﻠﱠﻬ‬ َ ‫َﻌ‬‫ﻟ‬ َ ‫و‬ ‫ﱠ‬ ‫َﻜ‬ ‫ﻔ‬َ ‫ـ‬‫ﺘ‬ َ‫ـ‬‫ﻳ‬ َ ‫ون‬ ُ ‫ﺮ‬ Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’ān, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. (Q.S. an-Na¥l/16: 44). Karena itulah, sunnah tidak dapat dipisahkan dari tafsir Al- Qur’an, bahkan sementara ulama menggarisbawahi bahwa selama sudah ada penjelasan as-Sunnah, tidak perlu lagi ada penjelasan dari yang lain. Jika hermenuetika diartikan sebagai penjelasan tentang maksud firman-firman Tuhan, tidaklah keliru jika dikatakan bahwa sebenar- nya hermenuetika telah dikenal oleh ulama Islam jauh sebelum munculnya hermeneutika di Barat, dan ini paling tidak berarti bah- wa sebagian dari bahasan hermeneutika yang muncul dewasa ini telah dikenal oleh para ulama. Dari sinilah bisa dipertanyakan, sampai di manakah batas kedudukannya sebagai “paradigma baru dalam pemahaman Al-Qur'an”. Problema Tafsir, Ta’wil, dan Hermeneutika Tidak mudah menghimpun semua persoalan yang dihadapi oleh tafsir, ta’wil, dan hermeneutika. Namun karena ilmu yang berkaitan dengan pemahaman teks—termasuk teks kitab suci—telah dikenal
  • 4. 4 4 ¢u¥uf, Vol. 2, No. 1, 2009 oleh ulama Islam jauh sebelum lahirnya hermeneutika Barat, tidak heran jika sebagian dari problema yang dimunculkkan oleh peng- guna hermeneutika tidak lagi menjadi problema di kalangan ulama Islam, termasuk pakar-pakar tafsir dan ta’wil. Berikut contohnya. Pertama, masalah yang dikemukakan oleh hermenuetika, “Ba- gaimana menyampaikan kehendak Tuhan yang menggunakan ‘ba- hasa langit’ kepada manusia yang menggunakan ‘bahasa bumi’?”1 Bagaimana Yang tidak terbatas (Tuhan) berhubungan dengan manusia yang terbatas? Persoalan ini terselesaikan oleh ulama Islam, antara lain dengan merujuk kepada firman Allah swt, ‫ﱠﺎ‬‫ﻧ‬ِ‫إ‬ ُ‫ْﻨَﺎﻩ‬ ‫ﻠ‬ َ ‫ﻌ‬ َ ‫ﺟ‬ ‫اﻧًﺎ‬ َ ‫ء‬ ْ ‫ُﺮ‬ ‫ـ‬‫ﻗ‬ ‫ﺎ‬‫ﺑِﻴ‬ َ ‫ﺮ‬َ ‫ﻋ‬ ْ ‫ُﻢ‬ ‫ﻜ‬‫ﻠﱠ‬ َ ‫َﻌ‬‫ﻟ‬ َ ‫ﻠُﻮن‬ ِ ‫ﻘ‬ْ ‫َﻌ‬ ‫ـ‬‫ﺗ‬ Sesungguhnya Kami menjadikannya Al-Qur’an berbahasa Arab supaya kamu memahami(nya). (Q.S. az-Zukhruf/43: 3) Itulah yang ditunjuk oleh kata ganti («amīr) pada kata ja‘alnāhu (menjadikannya) dan ada juga kalām laf§y, dan itulah Al-Qur’an yang berbahasa Arab. Ia dapat dianalogikan dengan bahasa manusia kepada binatang. Manusia yang kemampuannya melebihi kemam- pauan ayam, misalnya, berbicara dengan ‘bahasa ayam’, sehingga si ayam pun mengerti. Tuhan pun berbicara tidak dengan ‘bahasa- Nya’ atau bahasa langit, tetapi Dia menjadikan bahasa-Nya serupa dengan bahasa manusia agar manusia bisa memahaminya. Perso- alan kalam Allah, apakah ia hadī£ atau qadīm pernah menjadi dis- kusi panjang dan melelahkan, bahkan mengakibatkan siksaan terha- dap sekian tokoh. Namun ia dianggap telah terselesaikan. Memang tidak mudah menjelaskan bagaimana hal itu terjadi. Persoalan wahyu menjadi bahasan yang panjang-lebar, namun perbedaan pen- jelasan menyangkut proses terjadinya hubungan antara Allah dan manusia tidak mencederai kesepakatan ulama bahwa “Al-Qur’an yang berada di tangan umat Islam dewasa ini tidak berbeda sedikit pun lafaznya dengan apa yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw, tidak juga dengan apa yang dibaca dan disampaikan oleh Nabi saw kepada umat Islam.” Kedua, persoalan yang dihadapi oleh pengguna hermenuetika Barat adalah pesan tokoh-tokohnya agar tidak begitu saja menerima 1 Lihat Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama, Sebuah Kajian Hermeneutik, (Jakarta: Paramadina, 1996), hlm. 13
  • 5. 5 Tafsir, Ta’wil dan Hermeneutika — M. Quraish Shihab 5 atau membenarkan sebuah teks. Seseorang harus bersikap hati-hati, bahkan mencurigai teks. Bagi ulama Islam, tidak ada lagi kecuri- gaan menyangkut teks Al-Qur’an. Semuanya otentik, benar, pada tempatnya, dan tidak berubah, bukan saja karena kepercayaan ten- tang jaminan Allah (Q.S. al-¦ijr/15:9), tetapi juga berdasar argu- mentasi-argumentasi ilmiah dan sejarah. Para orientalis yang objektif pun mengakui otentisitas Al-Qur’an. Di sisi lain, kritik kalangan nonmuslim terhadap teks-teks Al-Qur’an telah tersanggah dengan baik, sehingga paling tidak, kalau orang lain belum puas, para ulama dan cendekiawan muslim telah merasa puas. Karena itu, problema ini tidak lagi menjadi bahasan tafsir dan ta’wil, dan kalaupun akan dibahas, ia mendahului bahasan tafsir dan ta’wil. Dapat dipahami, jika kecurigaan itu dimunculkan oleh herme- neutika ketika berhadapan dengan teks Bibel, karena Bibel berbeda dengan Al-Qur’an. Bibel menghadapi kritik sejarah, dan dalam kandungannya terdapat sesuatu yang dinilai bertolak belakang dan sulit diselesaikan, penulisannya pun terjadi jauh sesudah ‘kepergian Isa a.s.’, bahkan indikator—kalau enggan mengatakannya sebagai bukti-bukti tentang ketidakasliannya—sedemikian banyak, sehing- ga ia mengundang kecurigaan itu. Terlebih, sebagaimana diakui oleh cendekiawan Kristen sekalipun, bahwa Bibel yang beredar dewasa ini adalah sejarah dan ucapan Yesus Kristus—serupa de- ngan hadis Nabi saw. Atas dasar itu, sikap kehati-hatian—sebagai- mana yang dilakukan ulama Islam terhadap hadis—adalah wajar. Dalam konteks kecurigaan terhadap teks, penulis menggaris- bawahi bahwa kita tidak dapat melarang seseorang untuk mencu- rigai Al-Qur’ān. Itu adalah hak pribadi setiap orang. Al-Qur’an pun tidak melarang siapa saja yang belum percaya, namun yang diminta untuk dihindari adalah raib (Q.S. al-Baqarah/2: 2), yakni syak yang disertai dengan sangka buruk. Karena itu, Al-Qur’an menantang siapa pun yang ragu, untuk menyusun yang serupa dengan Al- Qur’an walau satu surah saja, sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. al-Baqarah/2: 23. Sekali lagi, kalau hanya sekedar syak, yakni keraguan yang mendorong seseorang untuk berpikir positif, Al- Qur’an tidak melarangnya, karena memang kita tidak dapat meng- halangi siapa pun untuk memahami Al-Qur’an. Oleh sebab itu, salah satu syarat yang ditetapkan oleh sementara ulama bagi penafsir adalah ¢i¥¥at al-‘Aqīdah yang penulis artikan sebagai
  • 6. 6 6 ¢u¥uf, Vol. 2, No. 1, 2009 objektivitas.2 Dari sini juga, sementara ulama dan cendekiawan muslim—seperti Abbas al-‘Aqq±d dan Bint asy-Sya¯i’—membeda- kan antara tafsir dengan pemahaman, atau dalam istilah °aba¯aba’i antara tafsīr dan ta¯bīq. Subjektivitas adalah salah satu penyebab kesalahan interpretasi. Dari sini dapat dikatakan bahwa jika kecurigaan terhadap teks Al- Qur’an tidak lagi menjadi objek bahasan para ulama Islam, tidaklah wajar orang yang telah mengaku muslim mencurigai Al-Qur’an atau menilainya memiliki kekurangan dan kesalahan, karena hal tersebut bertentangan dengan sifat keislamannya. Tidaklah logis memisahkan antara keyakinan dan sikap ilmiah—seperti yang dide- ngungkan oleh °aha Husain di Mesir—apalagi sebagaimana diakui oleh tokoh-tokoh hermeneutika, bahwa pemahaman atau penafsiran terhadap teks selalu dipengaruhi oleh latar belakang, kondisi sosial dan psikologi penafsirnya. Hal-hal yang dikemukakan di atas bukan berarti bahwa kecuri- gaan positif atau kehati-hatian terhadap penafsir dan penafsirannya, tidak harus selalu ditegakkan, karena siapa pun penafsirannya me- ngandung kemungkinan salah, kecuali jika penafsiran itu bersum- ber dari orang yang diberi wewenang oleh Allah untuk menafsirkan dan menjelaskannya, dalam hal ini adalah Nabi Muhammad saw.3 Para ulama terkemuka Islam menggarisbawahi hal ini, sehingga bukanlah masalah bagi ulama Islam apabila menerima pesan tokoh- tokoh hermeneutika Barat yang menyatakan bahwa siapa pun bisa dipengaruhi oleh alam bawah sadarnya, faktor ekonomi, sosial, dan politik, sehingga semua bisa saja salah dan bisa saja berbeda. Hakikat inilah yang mengundang pakar-pakar tafsir menekankan bahwa yang mengetahui secara persis tentang makna suatu ucapan/ teks hanya pemilik ucapan/teks tersebut—dalam hal kitab suci adalah Tuhan—sedang pengetahuan penafsirnya bersifat relatif. Hal pertama mereka sebut sebagai dilālah ¥aqīqiyyah, dan hal kedua, yakni penafsiran dari siapa pun adalah dilālah nisbiyyah. Untuk mengurangi subjektivitas dan mendekatkan penafsiran kepada ke- 2 Ini karena Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa kaum musyrik akan dapat memahami ayat-ayat Al-Qur’an (Q.S. at-Taubah/9: 6), dan kenyataan pun membuktikan bahwa ada saja orientalis yang memberi penafsiran yang cukup baik terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. 3 Penafsiran Nabi Muhammad saw masih dapat didiskusikan, karena sebagian penafsiran beliau adalah penjelasan atau contoh yang beliau angkat dari masyarakat yang beliau temui sehingga bagi masyarakat lain, contoh dan penjelasan itu bisa berbeda.
  • 7. 7 Tafsir, Ta’wil dan Hermeneutika — M. Quraish Shihab 7 benaran, para pakar menekankan perlunya ‘pagar-pagar metodo- logi’ yang diharapkan dapat mencegah atau paling tidak mengu- rangi subjektivitas itu. Pagar-pagar tersebut ditemukan antara lain dalam sesuatu yang dinamai dengan qawā‘id at-tafsīr. Seperti telah dikemukakan di atas, definisi tafsir adalah penje- lasan tentang maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemam- puan manusia. Kalimat “sesuai kemampuan manusia” mengandung banyak hal, antara lain bahwa tafsir bisa bermacam-macam, bukan saja akibat perbedaan disiplin ilmu, tetapi juga karena aspek kedalaman bidang ilmu yang ditekuni, serta kecenderungan ma- sing-masing. Aliran dan mazhab tidak jarang sangat mempengaruhi seorang mufasir, sehingga mazhab menjadi dasar dalam memahami ayat Al-Qur’an, bukan Al-Qur’an yang dijadikan dasar dalam menetapkan makna ayat. Dari sini lahir apa yang dikenal dengan tafsīr bi ar-ra’yi al-ma¥mūd dan al-mażmūm. Dalam bidang her- meneutika pun hal serupa pasti terjadi. Ketiga, problema lainnya yang dimunculkan oleh hermeneutika adalah bagaimana menjelaskan pesan sebuah teks yang telah ter- ucapkan/tertulis pada kurun waktu, tempat, dan budaya yang berbe- da kepada masyarakat yang hendak memahami dan melaksanakan pesan teks itu. Memang diakui oleh semua pihak, bahwa ketika satu teks dipisahkan dari konteks sosial historisnya, maka akan lahir pemahaman yang keliru. Bagi ulama tafsir, problema ini pun telah lama diakui kebera- daannya dan dibahas pemecahannya, sehingga lahirlah antara lain apa yang dinamai asbāb an-nuzūl, kendati para ulama berbeda pendapat menyangkut pengertian dan penerapannya dalam mema- hami ayat. Misalnya, apakah al-‘ibrah bi ‘umūm al-laf§ ataukah bi khu¡ūs as-sabab. Apakah yang dimaksud dengan ‘umūm al-laf§? Dari sini muncul bahasan tentang analogi dan syaratnya dalam memahami dan menerapkan teks. Para ulama memperkenalkan juga—dalam konteks perintah dan larangan yang sifatnya bukan ibadah murni—apa yang mereka namai ‘íllat yang wujud dan ketiadaannya mempengaruhi pemahaman dan penerapannya dalam masyarakat, bahkan sebagian memilih jalan pintas dengan mengatakan, ‫أﻳﻨﻤﺎ‬ ‫ﺗﻜﻮن‬ ‫اﳌﺼﻠﺤﺔ‬ ‫ﻓﻬﻨﺎك‬ ‫ع‬ ‫ﺷﺮ‬ ‫اﷲ‬ Di mana pun terdapat kemaslahatan, di sana ditemukan syariat.
  • 8. 8 8 ¢u¥uf, Vol. 2, No. 1, 2009 Pendapat ulama-ulama semacam Ibnu Rusyd atau at-°ūfi—da- lam konteks penafsiran dan pemahaman teks—pastilah tidak asing bagi ulama. Pemahaman terhadap Teks Teks Al-Qur'an adalah kalimat/kata-kata berbahasa Arab. Ha- rus diakui bahwa teks (kata-kata) yang terbaca berbeda dengan yang terdengar, dan yang terdengar tanpa melihat pembicaranya berbeda dengan yang terdengar tapi terlihat pembicaranya. Siapa yang berbicara dan atau sesuatu yang dibaca/ditulis teks pembi- caraanya, demikian juga yang menjadi mitra bicara, kondisi sosial dan psikisnya pun mempunyai pengaruh, karena itulah pakar-pakar tafsir—lebih-lebih pakar hermenuetika—mengingatkan bahwa kumpulan kata yang terucapkan atau tertulis tidak dapat dipahami secara baik dan benar kecuali dengan mengenal secara baik pem- bicara, mitra bicara, dan konteks pembicaraan, serta kondisi sosial, kultural dan psikologi ketika teks disampaikan. Terpisahnya teks dari pengucapnya, dari situasi psikologi dan sosial yang melahir- kannya, atau mitra bicaranya bisa menjadikan teks tersebut kering dan tidak komunikatif dengan realita sosial. Di sisi lain, dalam upaya hermenuetika menghubungkan faktor- faktor di atas—yakni pengucapnya, dalam hal Al-Qur’an adalah Allah—dan pembaca teksnya, dalam hal ini adalah penafsir dan situasi sosio-kultural dan psikologi, maka terbukalah pemahaman teks untuk aneka penafsiran, dan terbuka pula peluang besar untuk memperoleh dukungan dari aneka disiplin ilmu. Dalam konteks penafsiran, hermeneutika menekankan juga bahwa penafsir mempunyai otoritas untuk berhubungan langsung dengan teks, dan karena penafsir mempunyai aneka kecenderungan dan keragaman disiplin yang ditekuninya, tidak mustahil satu teks dapat mengandung aneka makna, bahkan dapat menjadi tidak terbatas. Muhammad Arkoun, pemikir muslim kontemporer kela- hiran Aljazair menulis bahwa Al-Qur’an mengandung kemungkin- an makna yang tidak terbatas. Ia menghadirkan berbagai pemikiran dan penjelasan pada tingkat dasar dan eksistensi yang absolut. Dengan demikian, ia selalu terbuka, tidak pernah tetap dan tertutup hanya pada satu penafsiran makna. Kesadaran tentang kehadiran Al-Qur’an berdialog dengan se- mua manusia sepanjang masa, mengharuskan kita menerima ada-
  • 9. 9 Tafsir, Ta’wil dan Hermeneutika — M. Quraish Shihab 9 nya keragaman tersebut, walau tidak mengharuskan kita menerima penafsirannya. Itu pula sebabnya, sekian banyak ulama kontem- porer tidak mendukung pandangan Imām asy-Syā¯iby dalam buku- nya, al-Muwāfaqāt yang menekankan bahwa ‫أﻣﯾﺔ‬ ‫اﻟﺷرﯾﻌﺔ‬ sehingga menurutnya, Al-Qur’an harus dipahami sebagaimana pemahaman para ummiyyīn, yakni mereka yang hidup pada masa Rasulullah saw. Al-Qur’an memerintahkan manusia berpikir dan memperhati- kannya agar kita bisa menarik makna dan pesan-pesannya. Berpikir tidak dapat dipisahkan dari bahasa dan perkembangan ilmu, kondisi sosial, politik, serta psikologi. Karena itu, hasil pemikiran pasti berbeda, sesuai dengan dari arah mana posisi seseorang meman- dang. Al-Qur’an, tulis Abdullāh Darrāz, bagaikan berlian, setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari masing-masing sudut, dan tidak mustahil jika Anda mempersilakan orang lain memandangnya, maka dia dapat melihat lebih banyak daripada apa yang Anda lihat. Namun demikian, tidak berarti bahwa setiap orang bebas mengeluarkan pendapatnya tanpa memenuhi persyaratan ilmiah yang ditetapkan oleh pemilik otoritas ilmiah. Kembali kepada asy-Syā¯iby dan pemahaman teks, perlu digarisbawahi bahwa kendati pendapatnya di atas disoroti oleh banyak pemikir, namun uraian ulama ini sangat dikagumi, yakni uraiannya yang menekankan bahwa jika hanya melihat kata/kalimat yang digunakan secara berdiri sendiri, tidak ada atau jarang sekali yang dapat dinyatakan sebagai penafsiran absolut (qa¯’iy), tanpa adanya kemungkinan makna lain. Hal ini karena untuk menarik makna yang pasti dibutuhkan premis-premis (muqaddim±t) yang juga bersifat pasti, tetapi nyatanya hal tersebut tidak mudah ditemukan. Muqaddim±t yang dimaksud adalah apa yang dikenal dengan ‫اﻟﻌﺸﺮة‬ ‫;اﻹﺣﺘﻤﺎﻻت‬ tujuh di antaranya berkaitan dengan bahasa, antara lain menyangkut pengertian, kedudukannya sebagai hakikat atau majāz, maupun kemungkinan peralihan makna atau penta’- wilannya. Sesuatu yang dinyatakan qa¯’iy (pasti), menurutnya lahir dari sekian banyak argumentasi di luar teks yang ditafsirkan, sehingga keseluruhan argumentasi itu membawa kepada pandangan yang mendekati kepastian.
  • 10. 10 10 ¢u¥uf, Vol. 2, No. 1, 2009 Dalam konteks ta’wil, telah disepakati oleh ulama dan peng- guna hermeneutika tentang kemungkinan penggunaannya dalam menarik makna, setelah pada abad-abad pertama tidak sedikit ulama melarangnya. Hanya saja syarat yang ditetapkan menyangkut dengan kebolehan menggunakannya sangatlah beragam, antara ketat dan longgar. Syarat yang ketat mengingatkan bahwa ia baru boleh digunakan jika ada qarīnah (indikasi) yang pasti mengha- langi makna zahirnya, dan makna yang dipilih pun harus sudah dikenal oleh pengguna bahasa Arab pada masa turunnya Al-Qur'an. Adapun syarat yang longgar menggunakannya dengan syarat makna yang dipilih dapat dikembalikan kepada akar kata yang dita’wilkan itu.4 Mengalihkan makna tanpa qarīnah dan sekadar memuaskan nalar penafsir tentu saja tidak dibenarkan oleh ulama. Namun dalam kenyataannya, penafsiran itu digunakan oleh semen- tara orang atas nama hermenuetika. Penutup Memahami teks bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi teks yang hadir jauh sebelum kehadiran subjek yang ingin mema- haminya. Karena itu diperlukan aneka persyaratan. Dewasa ini tidak jarang dengan memperatasnamakan hermeneutika, lahirlah penafsiran-penafsiran baru yang dimunculkan oleh mereka yang belum memiliki persyaratan, bahkan belum memahami hermenue- tika itu sendiri. Lensa kamera yang digunakannya buram, sehingga gambar yang dihasilkannya kabur atau alat yang mereka gunakan terlalu canggih, mereka tidak atau belum biasa menggunakannya, sehingga hasilnya sangat buruk. Pengenalan mereka terhadap pembicara (dalam hal ini Allah), sasaran pertama kali ditujukan teks, atau kondisi sosio-kultural masa kehadiran teks pun kabur baginya. Lebih parah lagi, bahwa yang bersangkutan hanya mencu- rigai teks tanpa ingin berusaha mendudukkan persoalan, bahkan menjauhkan diri dari kecurigaan terhadap diri sendiri, padahal itu adalah salah satu persyaratan utama yang ditekankan oleh pakar- pakar hermenuetika. Wallāhu a‘lam.[] 4 Menurut Muhammd Abduh, kata ¯air dalam Surah al-Fīl adalah jenis nyamuk atau lalat yang membawa kuman-kuman penyakit, dan bahwa ¥ijārah (batu) yang dimaksud adalah dari tanah kering yang beracun, yang dibawa oleh angin sehingga bergantungan di kaki binatang-binatang (yang terbang). Di sini pengalihan makna itu sejalan dengan makna dasar kata ¯air yang mengandung arti terbang.