PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENCEGAH PAHAM RADIKALISME DI SMA ISLAM GUMUKMAS
1. PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM MENCEGAH PAHAM RADIKALISME
DI SMA ISLAM GUMUKMAS TAHUN AJARAN 2022-2023
PROPOSAL SKRIPSI
PROPSAL
SKRIPSI
Oleh:
=====
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-FALAH AS-SUNNIYYAH
KENCONG JEMBER
3. i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
PROGRAM PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS ISLAM
GUMUKMAS JEMBER
Diajukan kepada
Institut Agama Islam
Al-Falah As-Sunniyyah Kencong – Jember
Dalam Rangka Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Pada:
Hari :
Tanggal :
Menyetujui,
Guru Pamong
Dra. S. sri
Dosen pembing lapangan
Drs. H. Ahmad, M. Pd. I
NIDN.
Mengetahui,
rektor iai al falah-assuniyyah
kencong-jember
Z.,M.H.I
NIY.
kepala sekolah sma islam
gumukmas
agung supardi S.pd
4. ii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv
A. Judul penelitian............................................................................................... 1
B. Latar belakang ............................................................................................... 1
C. Fokus penelitian ............................................................................................. 5
D. Tujuan penelitian............................................................................................ 5
E. Manfaat penelitian ........................................................................................ 5
F. Definisi istilah ............................................................................................... 6
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Penelitian terdahulu............................................................................ 8
B. Pengertian peran................................................................................. 9
C. Pengertian guru .................................................................................. 11
D. Tugas dan fungsi guru ....................................................................... 15
E. Peran guru pendidikan agma islam..................................................... 17
F. Pengertian radikalisme ....................................................................... 20
G. Ciri ciri radikalisme............................................................................ 22
H. Faktor penyebab muncul nya radikalisme.......................................... 25
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian.............................................................................................. 28
B. Lokasi penelitian........................................................................................... 30
C. Subyek penelitian ......................................................................................... 30
D. Teknik pengumpuln data............................................................................... 31
E. Analisi data ................................................................................................... 32
F. Keabsahan data ............................................................................................. 33
G. Tahap Tahap penelitiaan............................................................................... 34
H. Sistematika pembahasan............................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 39
5. 1
PROPOSAL SKRIPSI
A. Judu penelitian
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENCEGAH PAHAM RADIKALISME DI SMA ISLAM GUMUKMAS
TAHUN AJARAN 2022-2023
B. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses yang disengaja yang dilakukan oleh
orang-orang yang telah diserahi tanggung jawab untuk membantu membentuk
karakter anak dengan cara yang mencerminkan cita-cita pendidikan.
Pendidikan merupakan kesempatan bagi anak untuk memperoleh bantuan
dalam pertumbuhan jasmani dan rohaninya, sehingga dapat mencapai taraf
dewasa1
Di dalam Undang- Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pembelajaran Nasional Bab I Syarat Universal Pasal I melaporkan kalau
Pembelajaran Nasional merupakan pembelajaran yang bersumber pada
Pancasila serta Undang- Undang Bawah Negeri Republik Indonesia Tahun
1945 yang berakar pada nilai- nilai agama, kebudayaan Nasional Indonesia
serta paham terhadap tuntutan pergantian era2
Pembelajaran Nasional berperan meningkatkan keahlian serta
membentuk sifat dan peradaban bangsa yang berkelas dalam tujuan
mencerdaskan kehidupan anak bangsa, bertujuan buat berkembangnya
kemampuan partisipan didik supaya jadi manusia yang beriman serta bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, serta jadi masyarakat negeri yang demokratis dan
bertanggung jawab perihal ini tercantum dalam Undang- Undang 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pembelajaran Nasional Bab II Pasal 3
1 St. Rodliyah, Pendidikan dan Ilmu Pendidikan (Jember: STAIN Jember Press,
2013), 34.
2 Sekretariat Negara RI, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 hal 2
6. 2
akhir akhir ini , dunia Islam tengah di hebohkan dengan banyak nya
fenomena kelompok Islam yang intoleran. Aksi radikalisme yang mengunakan
nama agama Islam, baik di Indonesia ataupun di dunia, sudah menuai banyak
kritik serta kecaman di tengah warga. Kritik serta kecaman tersebut
menjadikan umat Islam jadi pihak yang dipersalahkan. Perihal itu sangat
normal sebab kelompok- kelompok radikal memakai simbol Islam terhadap
narasi serta aksinya
kita ketahui bersama , Islam merupakan agama yang bawa misi
perdamaian. Islam merupakan agama yang jadi rahmat untuk alam semesta(
rahmatan lil„alamin). Sehingga penyampaiannyapun wajib lewat strategi yang
damai, membuat orang lain menyadari atas kesalahannya sendiri tidak wajib
dengan metode kekerasan, Islam sangat menyarankan kita menjalakan
silaturahmi, ialah dengan mendekatkan yang jauh serta mengeratkan yang
dekat. Bukan malah bermusuhan dengan alasan perbedaan paham yang di
anut3
Dikutip dari Setara Institut, mengamati hasil survey dari
Departemen Pembelajaran serta Kebudayaan melaporkan, 8, 2 persen pelajar
yang jadi responden menolak Pimpinan OSIS dari agama berbeda. Tidak
hanya itu, terdapat pula 23 persen responden yang menjadi lebih aman
dipandu oleh seorang yang satu agama. Selaras dengan perihal tersebut,
bersumber pada riset yang dicoba Setara Institute, ditemui sebagian pola
penanaman gagasan intoleransi di golongan siswa SMA.
Bukan hanya potensi intoleransi beagama, cikal bakal munculya
radikalisme pun semakin meningkat . LaKIP telah merilis penelitian tentang
potensi radikalisme di Indonesia, yang menunjukkan bahwa ada potensi
radikalisme untuk tumbuh di tanah air. Menurut penelitian, setengah dari
pelajar menyetujui tindakan radikal berdasarkan ideologi. Dalam studi yang
sama, 25% siswa dan 21% guru menyatakan bahwa Pancasila tidak relevan
lagi untuk diterapkan di Indonesia. Data ini menunjukkan bahwa 84,8 persen
3 Sholehuddin,Kebijakan Pendidikan Nasional dalamMenanggulangi Radikalisme
Agama, Inovasi, Vol. 11, No. 4, Oktober-Desember 2017, h.320.
7. 3
siswa dan 76,2 persen guru setuju dengan penerapan syariat Islam Sekitar
52,3% siswa setuju kekerasan demi solidaritas agama, dan 14,2%
membenarkan serangan teror bom.4
Salah satu hal yang dapat mencegah seseorang dari paham
radikalisme yakni melalalui jalur lingkungan pendidikan sekolah. Sekolah
adalah tempat dimana siswa mendapatkan pengajaran dari guru, jika
mungkin, seorang guru bersertifikat. Pelajaran harus disampaikan secara
pedagogis dan taktik Tujuannya adalah untuk membantu siswa
mengembangkan bakat dan keterampilan yang mereka butuhkan ketika
sudah lulus sekolah ataupun ketika hidup bermasyarkat.
Peran Guru Pendidikan Agama Islam disekolah sangat
fundamental untuk meingkatkan pemahaman aqidah yang benar bagi
siswa, serta menemukan wawasan yang luas dan kebangsaan sebagai bekal
untuk mengajar untuk mengantisipasi dan mencegah paham radikalisme
ini guna mencegah aksi-aksi kekerasan yang bisa berujung kepada
tindakan terorisme. Guru sebagai pelaku awal dalam mencegah paham
radikalisme di lingkungan sekolah mengingat peran guru pendidikan
agama islam sangat penting bagi karakter seorang peserta didik maka guru
di tuntut untuk memeliki pengetahuan yang luas tentang kompetensi
sebegai pendidik5
Peran guru pendidikan agama islam sangat fundamental dalam
mencegah paham radikalisme khusunya bagi pelajar, karena seperti sudah di
jelaskan sebelum nya , radikalisme membawa tema-tema agama dan
mengatasnakam Islam sebagai pondasi dasar doktrinnya. Dalam hal ini,
transformasi ajaran Islam yang benar dan menyeluruh oleh guru-guru
4 Abu Rokhmad, Radikalisme Islam dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal,
Walisongo, Vol. 20, No. 1, Mei 2012, h.81.
5 Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013). h. 62.
8. 4
Pendidikan Agama Islam menjadi sangat penting. Pandangan Islam secara
menyeluruh akan membekali siswa wawasan tentang syariat Islam yang luas
dan terbuka. Guru Pendidikan Agama Islam mempunyai fungsi untuk
memberikan pengetahuan tentang akidahyang baik dan benar dengan tidan
meninggalka nilai nilai kebangsaan sebagai pondasi awal untuk mencegah
adanya perbedaan anatar umat ber agama, serta mengindari ajaran inteloleran
untuk memperlancar aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama islam di
harapkan dengan adanya peran guru pendidikan agama islam dapat
mempersulit ajaran radikal masuk dalam ranah lingkungan sekolah6
mencegah bahaya ajaran radikalime yang mengakibatkan munculnya
seorang terorisme tidak dapat hanya di lakukan lewat jalur hukum seperti
militer, polisi, TNI, tapi juga melibatkan jalur pendidikan terlebih melalaui
peran guru pendidikan agama islam sebagai langkah awal mencegah paham
radikalime di usia dewasa
Pembinaan keagamaan siswa SMA/MA/SMK dapat terarah dengan
baik jika mereka bergabung dengan lingkungan kelompok keagamaan yang
menumbuhkan suasana keagamaan yang sehat, tetapi dapat menjadi buruk jika
mereka menjangkau dan bergabung dengan kelompok teroris. Dari fenomena
tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait
Peran Guru PAI dalam Mencegah Radikalisme SMA GUMUKMAS
ISLAM”. Dalam penelitian ini, penulis mengkaji sekolah yang selalu
melakukan pembinaan keimanan dan ketakwaan selain mata pelajaran PAI
untuk menambah ilmu agama yang merupakan kewajiban lembaga pendidikan
yang harus diemban. Dengan penanaman keimanan dan ketakwaan bertujuan
untuk menumbuhkembangkan dalam diri siswa sikap keislaman yang matang
agar tidak mudah terprovokasi oleh isu dan paham radikalisme yang
merajalela saat ini. menciptakan Sebuah lembaga pendidikan yang ideal dan
6 Nala Auna Rabba, Skripsi: Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Upaya
Mencegah Radikalisme Di Sma Khadijah Surabaya, (Surabaya: UIN Sunan Ampel
Surabaya, 2019). h. 4-5
9. 5
dapat diandalkan bagi siswa dan masyarakat untuk memperoleh pengetahuan
berbasis etika7
Meski di SMA GUMUKMAS ISLAM, tidak ada kekerasan atas nama
Islam yang bersumber dari kesalahpahaman agama. Mengingat penyebaran
ide-ide ekstrem, selalu dalam berbagai cara, sekolah harus tetap dalam
keadaan ini setiap saat. Oleh karena itu, peran guru khususnya guru PAI
menjadi penting dalam menyikapi bahaya radikalisme agama saat ini
C. Fokus penelitian
1. fokus penelitian
Bagaimana peran guru pendidikan agama islam dalam mencegah paha
radikalisme di SMA ISLA GUMUKMAS
2. sub fokus penelitian
Agar mudah mengetahui jawaban dari fokus penelitian tersebut maka
peneliti menyusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran guru PAI dalam mencegah paham radikalisme di
SMA ISLAM GUMUKMAS
2. Bagaimana strategi guru pai dalam mencegah paham radikalisme di
SMA ISLAM GUMUKMAS
3. Bagaimana kontrol guru PAI dalam mencegah paham radikalime di
SMA ISLAM GUMUKMAS
A. Tujuan penelitian
1. Untuk mendeskripsikan upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam
mencegah radikalisme di SMA Khadijah Surabaya
2. Untuk mendeskripsikan kontrol Guru Pendidikan Agama Islam
terhadap perkembangan dan perilaku siswa
3. Untuk mendskripsikan strategi guru pai dalam mencegah paham
radikalisme
7 Hasil wawancara dengan ibu Dra. Siti romelah selaku guru mata pelajaran PAI
pada hari jum’at tanggal 28 januari tahun 2022
10. 6
B. Manfaat hasil penelitian
Secara praktis penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan Manfaat
pada pihak-pihak yang terkait:
1) Bagi sekolah
Dengan aadanya penelitian ini di harapkan dapat menjadi salah satu
acauan bagi sekolah terhadap bahaya akan adanya potensi radikalisme di
lingkungan sekolah. Maka di harapkan dari ihak sekolah mendukung
penuh upaya peran guru pendidikan agama islam dalam mencegah paham
radikalisme ini sehingga menciptakan suasana lingkungan dan lulusan
sekolah ini tidak terpapar akan bahaya radikalisme.
2) Bagi guru
Di harapkan dengan adanya penelitian ini dapat menabah pengetahuan
dan wawasan bagi guru pendidikan agama islam sehingga dapat
menemukan banyak macam startegi terkait tentang pencegahan bahaya
radikalisme di lingkungan sekolah
3) Bagi peserta didik
Semoga dengan adanya penelitian dapat menjadikan peserta didik paham
akan bahaya radikalime yang tentunya sangat membahayakan bagi
generasi penerus bangsa sehingga peserta didik dapat memilah dan
memilih ketika belajarr agama.
C. Definisi istilah
Supaya ulasan dalam riset ini tidak terjalin salah penafsiran ataupun
kekurang jelasan arti, hingga butuh terdapatnya definisi sebutan. Perihal
ini sangat dibutuhkan supaya tidak terjalin kesalahan dalam menguasai
penafsiran pada pokok ulasan. Definisi istilah yang berkaitan dengan judul
dalam riset ini merupakan sebagai berikut:
1. Pendidikan agama islam
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan
11. 7
agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan
dengan memerhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain
dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional (GBPP SMU,
1995:1).
Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2/1989
Pasal 39 ayat 2 ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur
dan jenjang pendidikan wajib memuat: (a) pendidikan Pancasila,
(b) pendidikan agama, dan (c) pendidikan kewarganegaraan. Dari
isyarat pasal tersebut dapat dipahami bahwa bidang studi
pendidikan agama, baik agama Islam maupun agama lainnya
merupakan komponen dasar/ wajib dalam kurikulum pendidikan
nasional.
2. Radikal
istilah radikal berasal dari kata radical yang merupakan kata sifat
dalam bahasa Inggris.
Kata itu sendiri berasal dari bahasa Latin radix yang berarti akar,
sehingga radical pada dasarnya berarti mengakar atau hingga ke
akarakarnya.
Oleh karenanya filsafat dipahami sebagai berpikir radikal, berpikir
sampai ke akar-akarnya.
Pada akhir abad ke-18 kata radical di Eropa digunakan di dunia
politik yang dilabelkan pada mereka yang memperpegangi atau
mendukung perombakan politik secara ekstrem dan menyeluruh.
12. 8
KAJIAN KEPUSTAKAAN
1. Penelitian terdahulu
A. Penelitian yang diteliti oleh Abdul Halik, Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Tahun 2016 dengan judul.
“Strategi Kepala Madrasah dan Guru dalam Pencegahan Paham Islam
Radikal di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Mamuju” Abdul Halik
dalam penelitiannya lebih memperlihatkan strategi Kepala Madrasah
maupun guru dalam menangani radikalisme yang terjadi di sekolah,
seluruh aspek pendukung di dalamnya baik Kepala Madrasah maupun
guru sama-sama menangani permasalahan radikalisme tanpa terkecuali
ada peserta didik di dalamnya sebagai sasaran tujuannya Implikasi dari
penerapan strategi tersebut adalah terbentuknya pola pemahaman yang
moderat di kalangan siswa baik itu secara teologis, sosiologis maupun
psikologis. Persamaan penelitian ini membahas tentang sama-sama
membahas pencegahan masuknya paham radikal ke sekolah.
Perbedaannya terletak pada subyek utama. Dalam penelitian tersebut,
yang menjadi subyek utama adalah Kepala Madrasah dan guru, maka
objek permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah peranan
guru PAI dalam upaya mencegah paham radikalisme di lingkungan
sekolah8
B. Mufidul Abror (2016) yang berjudul, “Radikalisasi dan Deradikalisasi
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas (Studi Multi
Kasus di SMAN 3 Lamongan dan SMK NU Lamongan)”. Penelitian
ini memfokuskan pembahasannya dalam mendeskripsikan materi yang
berpotensi menimbulkan faham radikal dalam buku Pendidikan Agama
Islam untuk SMA yang diterbitkan oleh Kemendikbud tahun 2014, dan
8 Abdul Halik, Strategi Kepala Madrasah dan Guru dalam Pencegahan Paham
Islam Radikal di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Mamuju, (Makassa: Universitas Islam
Negeri Alauddin, 2016)
13. 9
usaha faktor pendukung serta penghambat deradikalisasi di SMAN 3
Lamongan dan SMK NU Lamongan
Persamaan penelitian ini membahas tentang mencegah paham
radikalisme. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah objek permasalahannya. Jika penelitian yang sebelumnya lebih
memfokuskan pada pembahasan mengenai materi pembelajaran yang
berpotensi menimbulkan paham radikal dalam buku Pendidikan
Agama Islam, maka objek permasalahan yang diteliti dalam penelitian
ini adalah peranan guru PAI dalam upaya mencegah paham
radikalisme di lingkungan sekolah9
C. Tahsis Alam Robithoh tahun 2013 dengan judul “Peranan Guru
Pendidikan Agama Islam dalam Menangkal Bahaya Terorisme (Studi
di SMA Negeri Tangerang Selatan)”. Hasil temuannya adalah guru
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan sudah
mampu menjalankan peranannya dengan baik dalam menangkal
bahaya terorisme. Hal tersebut dapat dilihat dari bukti bahwa guru
dalam melakukan pengajaran, bimbingan, dan pengawasan sudah
efektif.
Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis terletak pada teori mengenai terorisme yang sama-sama
membahayakan siswa. Persamaan penelitian ini membahas tentang
peran guru pendidikan agama Islam. Sedangkan perbedaannya terletak
pada ruang gerak guru PAI yang diteliti. Jika pada penelitian Tahsis
yang diteliti yaitu fokus pada seluruh warga sekolah dan pada peran
guru PAI saja, sedangkan dalam penelitian ini yang diteliti peranan
guru PAI dalam upaya mencegah paham radikalisme di lingkungan
sekolah.
9 Mufidul Abror, Radikalisasi dan Deradikalisasi Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Menengah Atas (Studi Multi Kasus di SMAN 3 Lamongan dan SMK NU
Lamongan), (Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016).
14. 10
2. Peran guru pendidikan agama islam
a. Pengertian peran
Kedudukan Guru pendidikan Agama Islam sangat penting dalam
menghindari paham radikalisme yaitu buat menghasilkan Atmosfer
keagamaan yang sehat serta tentram supaya partisipan didik di sekolah
mengerti bgaimana menekuni ilmu agam serta bebas dari paham
radikalisme Islam. Salah satu upaya yang bisa dicoba oleh guru
Pendidikan Agama Islam lewat pengintegrasian nilai- nilai pembelajaran
anti radikalisme pada pendidikan Pembelajaran Agama Islam di sekolah.
Bagi Zubaedi dalam novel yang bertajuk desain pendidikan karakter, ada
dalam uraian pembelajaran budi pekerti ialah, upaya buat membekali
partisipan didik lewat tutorial, pengajaran serta latihan sepanjang
perkembangan serta pertumbuhan dirinya selaku bekal masa depannya,
supaya mempunyai hati nurani yang bersih, berperasangka baik, dan
melindungi kesusilan dalam melakukan kewajiban terhadap tu han
dansesama makhluk. Dengan demikian perihal tersebut bisa
menghindarkan siswa dari mengerti radikalisme hingga dari itu didukung
dengan peran guru disekolah.
Pendidikan yang merupakan memperkuat aspek karakter atau nilai-
nilai kebaikan sejauh ini hanya mampu menghasilkan berbagai sikap dan
perilaku manusia yang nyata-nyata malah bertolak belakang dengan apa
yang diajarkan. Dicontohkan bagaimana pendidikan Moral Pancasila
(PMP) dan agama pada di masa-masa lalu adalah dua jenis mata pelajaran
tata nilai, yang ternyata tidak berhasil menanamkan sejumlah nilai moral
dan humanisme ke dalam pusat kesadaran siswa. materi yang diajarkan
oleh pendidikan agama termasuk di dalamnya bahan ajar akhlak,
cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan
pembentukan sikap (afektif) dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim.
15. 11
Pembelajaran pendidikan agama lebih didominasi oleh transfer ilmu
pengetahuan agama dan lebih banyak bersifat hafalan tekstual, sehingga
kurang menyentuh aspek sosial mengenai ajaran hidup yang toleran dalam
bermasyarakat dan berbangsa. Dengan kata lain, aspek-aspek yang lain
yang ada dalam diri siswa, yaitu aspek afektif dan kebajikan moral kurang
mendapatkan perhatian. Koesoema menegaskan bahwa persoalan
komitmen dalam mengintegrasikan pendidikan dan pembentukan karakter
merupakan titik lemah kebijakan pendidikan nasional10
b. Pengertian guru
Menurut Drs. H.A. Ametembun, guru adalah semua orang yang
berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid, baik
secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar
sekolah (Djamarah, 2000: 32).
Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa guru dalam
melaksanakan pendidikan baik di lingkungan formal dan non formal
dituntut untuk mendidik dan mengajar. Karena keduanya mempunyai
peranan yang penting dalam proses belajar mengajar untuk mencapai
tujuan ideal pendidikan. Mengajar lebih cenderung mendidik anak didik
menjadi orang yang pandai tentang ilmu pengetahuan saja, tetapi jiwa
dan watak anak didik tidak dibangun dan dibina, sehingga di sini
mendidiklah yang berperan untuk membentuk jiwa dan watak anak didik
dengan kata lain mendidik adalah kegiatan transfer of values,
memindahkan sejumlah nilai kepada anak didik
Dengan demikian, guru itu juga diartikan ditiru dan digugu, guru
adalah orang yang dapat memberikan respons positif bagi peserta didik
dalam PBM, untuk sekarang ini sangatlah diperlukan guru yang
10 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011).
16. 12
mempunyai basic, yaitu kompetensi sehingga PBM yang berlangsung
berjalan sesuai dengan yang kita harapkan.11
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses
belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber
daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu,
guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus
berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai
tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin
berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri
guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada
suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka imi guru
tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of
knowledge, tetapi juga sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of
values dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang memberikan
pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Berkaitan dengan ini,
sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di
dalam proses belajar-mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan
siswa/anak didik ke taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu, setiap
rencana kegiatan guru harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-
mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung
Jawabnya.12
Sebutan guru sebagaimana dipaparkan oleh Hadari Nawawi
merupakan orang yang kerjanya mengajar ataupun membagikan pelajaran
disekolah/ kelas. Secara lebih spesial lagi dia berkata kalau guru
merupakan orang yang bekerja dalam bidang pembelajaran serta
pengajaran yang turut bertanggung jawab dalam menolong kanak- kanak
menggapai kedewasaan tiap- tiap. Guru dalam penafsiran tersebut, baginya
tidaklah hanya orang yang berdiri di depan kelas buat mengantarkan
11 Dr.H. Akmal hawi, M.Ag, kopetensi guru pendidikan agama islam (jakarta; PT
raja grafindo persada, palembang2013)h9
12 20Sadirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2014). h. 125
17. 13
modul pengetahuan tertentu, hendak namun merupakan anggota warga
yang wajib turut aktif serta berjiwa leluasa dan kreatif dalam memusatkan
pertumbuhan anak didiknya buat jadi anggota warga selaku orang berusia.
Dalam penafsiran ini terkesan terdapatnya tugas yang demikian berat yang
wajib dipikul oleh seseorang pendidik, spesialnya guru. Tugas tersebut,
tidak hanya membagikan pelajaran dimuka kelas, pula wajib menolong
mendewasakan anak didik.13
Banyak yang beranggapan bahwasanya guru pendidikan agama
Islam Sekarang ini hanya mengemban tugasnya dalam kelas (lokal),
tidaklah lebih dari itu, melalui buku ini seyogya nya guru itu bertindak
selama 24 jam seperti kata Bapak Abdurrahmansyah, artinya di sini guru
kapan dan di mana saja siap mendidik, mengawasi anak didiknya. Ia tidak
hanya, sebagai bayangan semu saja melainkan harus bergerak sesuai
dengan irama sebenarnya
Apabila kita lihat pada beberapa tokoh yang lalu seperti dalam dunia
filsafat dan pendidikan, kita mengenal nama-nama seperti Aristoteles Plato
dan Sokrates. Kita mengetahui bagaimana mereka menyampaikan ajaran-
ajarannya kepada murid. Sokrates sebagai guru ia berkeliling, ia pergi ke
pasar-pasar untuk menyampaikan ide-ide (Hamalik, 2001: 4), Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah semua orang yang
berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak
didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar
sekolah (Djamarah, 2000: 32). .
Untuk itu pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia Jhon Dewey menyatakan
bahwa pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai
bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan
serta membentuk disiplin hidup (Daradjat, 1983: 1).
13 Basuki dan Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
STAIN Po PRESS, 2007). h. 79
18. 14
Menurut pandangan Islam pendidikan sebagai proses berawal dari
saat Allah Swt. sebagai rabb al-’alamin, menciptakan para Nabi dan rasul
untuk mendidik manusia di muka bumi ini. Pada hakikatnya kata “rabb“
(Tuhan) dan murrabby (pendidik) berasal dari akar kata seperti termuat
dalam ayat Al-Qur’an, yang artinya:
Wahai Tuhan, sayangilah keduanya sebagaimana mereka
mendidikku sewaktu kecil” (QS Al-Isra’: 24) (Depag. RI, 1989: 428).
Dengan demikian, sosok guru tersebut haruslah mampu dalam
berbagai bidang seperti kata Zakiah Daradjat “guru adalah pendidik
profesional” (Daradjat, 1996: 39). Pendidik adalah individu yang mampu
melaksanakan tindakan mendidik dalam situasi pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan (Yusuf, 1982: 54). Sedangkan pendidik dalam
Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak
didik dengan menguayakan perkembangan seluruh potensi anak didik baik
potensi afektif, kognitif maupn psikomotorik( Tafsir, 1992:74-75)14.
c. Tugas dan fungi guru
Tugas Guru memliki peran yang sangat startegis, sebab keberdaan
nya sangat berkaitan dengan keberhasilan dan kualitas pendidikan guru
merupakan pribadi yang harus mapu menerjemahkan dan menjabarkan
nilai nilai yang terdapat dala kurikulum kemudian mentransformasikan
kepada peserta didik melalui proses pembelejaran. kurikulum di gunakan
bagi peserta didik melalui guru agar secara nyata memberikn pengaruh
kepada peserta didik pada saat terjadinya proses pembelajaran bahkan guru
merupakan perwujudan nyata kuriulu di dalam kelas bagi peserta didik
14 Dr.H akmal hawi, M,Ag,kompotensi guru pendidikan agama islam (jakrata:PT
raja grafindo persada) h.9
19. 15
.
1) Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik yang menjadi tkoh,panutan dan identifikasi
bagi peserta didik,dan lingkungan. Oleh karena itu guru harus memliki
standar kulitas pribadi terentu, yang mencakup tanggung jawab wibawa,
mandiri, dan disiplin berkaitan dengan tanggung jawab, guu harus
mengetahui serta memhami nilai, norma, moral, dan sosial, serta berusaha
berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut guru juga
bertanggung jawab terhaddap segala tindakan nya dala pembelajaran di
sekolah, dan dalam kehidupan masyarakat berkenan dengan wibawa guru
harus memiliki kelebihan dan merealisasikan nilai spritual, emosiaonal,
moral, sosial, dan intelektual dalam pribadinya, serta memeliki kelebha
dalam pemhaman ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan sesuaidengan bidang
yang di kembangkan
2) Guru sebagai pengajar
sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan
pembelajaran, dan memegang ha tersebut merupakan tugas dan tanggung
jaawabnya yang pertam dan utama guru membantu peserta didik yang
sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang beum di ketahuanya,
membentuk kompetensi, dan memhami materi standar yang di pelajarinya
pertentengan tentang mengajar berdasar pada suatu unsur
kebenaran yang berangakat dari pendapat kuno yang menekankan bahwa
mengajar berarti memberitahu atau menyampaikan materi pembelajaran.
Dalam hal ini konsep lama yang cenderung membuat kegiatan
20. 16
pembeajaran menjadi monoton wajar jika mendapat tantangan, tetapi tidak
dapat di deskreditkan untuk semua pembelajaran
3) Guru sebagai pelatih
Guru berperan berperan selaku tenaga pelatih, sebab pembelajaran
serta pengajaran membutuhkan dorongan latihan keahlian baik intelektual,
perilaku ataupun motorik. Aktivitas mendidik ataupun mengajar telah
benda pasti memerlukan latihan buat memeperdalam uraian serta
pelaksanaan teori. Guru butuh membagikan sebanyak bisa jadi peluang
pada siswa buat bisa mempraktikkan konsepsi ataupun teori ke dalam
aplikasi yang hendak digunakan langsung dalam kehidupan15
4) Guru sebagai pengelola pembelajaran
Tujuan universal pengelolaan kelas merupakan menyedikan serta
memakai sarana buru sebaagi beragam aktivitas belajar mengajar.
Sebaliknya tujuan spesialnya merupakan meningkatkan keahlian siswa
dalam memakai alat- alat belajar, sediakan kondisi- kondisi yang
membolehkan siswa bekerja serta belajar, dan menolong siswa sehingga
guru juga perlu mempersiapkan media pembelajaran sehingga untuk
mempermudah agar tujuan dari pendidikan tercapai16
5) Guru sebagai evaluator
Tujuan umum adalah guru berperan untuk melihat tingkat
keberhasilan pembelajaran sehingga banyak cara untuk penelian terhadap
pembelajaran siswa.
15 28Suparlan,Menjadi Guru Efektif, (Yogyakarta:HikayatPublishing, 2008). h. 29
16 Rulam Ahmad, Profesi Keguruan,… h. 64
21. 17
6) Guru sebagai pelaksana kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat pengalaman belajr yang hendak
didapat oleh partisipan didik sepanjang dia menjajaki sesuatu proses
pembelajaran. Walaupun seseorang pengajar bisa mengajar secara teliti,
namun jika tidak bertolak dari tujuan tertentu, pelajaran yang dia bagikan
tentu tidak hendak banyak bermanfaat. Tidak hanya itu, tugas guru yakni
membagikan pengertahuan( cognitive) perilaku serta nilai( afektif) serta
keahlian( psychomotor) kepada anak didik. Pula guru itu berupaya jadi
pembimbing yang baik dengan arif serta bijaksana sehingan terbentuk
ikatan 2 arah yang harmonis antara guru serta anak didik.
d. Peran guru pendidikan agama islam
Dikombinasikan dengan fungsinya sebagai "guru", "pendidik" dan
"fasilitator", guru perlu mengambil peran ganda. Peran guru ini selalu
menggambarkan pola perilaku yang diharapkan dalam berbagai interaksi,
baik dengan siswa (terutama), rekan kerja, atau anggota fakultas lainnya.
Inti perannya dapat dilihat dari berbagai kegiatan belajar mengajar yang
interaktif. Karena disadari atau tidak, sebagian waktu dan perhatian guru
dihabiskan dalam proses mengajar dan berinteraksi dengan siswa. Ada
beberapa pandangan tentang peran guru, yang dijelaskan sebagai berikut17
Mengenai apa peranan guru ini ada beberapa pendapat yang
dijelaskan sebagai berikut:
1) Prey Katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator,
sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai
pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan
17 Sadirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2014). h. 143
22. 18
sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan
yang diajarkan.
2) Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai
pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan
(subordinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya
dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan
anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.
3) James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas & peranan
pengajar antara lain: menguasai & berbagi materi pelajaran, merencana
& mempersiapkan pelajaran seharihari, mengontrol & mengevaluasi
aktivitas siswa
4) Federasi & Organisasi Profesional Pengajar Sedunia,
membicarakan bahwa peranan pengajar pada sekolah, nir hanya
menjadi transmiter menurut inspirasi namun pula berperan menjadi
transfomer & katalisator menurut nilai & sikap18
Dari beberapa pendapat diatas maka secara rinci peranan guru dalam
kegiatan belajar mengajar, secara singkat dapat disebutkan sebagai
berikut :
a) Informator yaitu tenaga pendidik dapat menyampaikan
informasi yang sifat nya umum maupun akademik artinya guru
juga dapat sebagai media informasi bagi peserta didik khusunya
terkait tentang pendidikan
b) Organisator yaitu guru dapat mengorganisir komponen yang ada
pada struktur kelembagaan yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar yang mana bertujuan agar terwujudnya suatu cita cita
bersama dan mewjudkan kegiatan yang efektif dan subtansional.
c) Motivator yaitu guru di haruskan dapat menjadi motivator yang
bisa merangsang siswa sehingga potensi yang ada pada peserta didik
dapat tersalurkan maka proses belajar mengajar dapat dilaksanakan
18 35Sadirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,…h. 143-144.
23. 19
d) Pengarah/director yaitu tenaga pendidik wajib mengarahkan
peserta didik ke arah yang positif sehingga hasil dari kegiatan
belajar mengajar dapat terealisasikan dala kehidupan
bermasyarakat
e) Inisiator yaitu guru sebagai penggasa ide yang mana dapat di
tiru dan menjado gambaran awal pada siswa yang akan
memunculkan kreativitas siswa
f) Transmitter yaitu guru sebagai pelaku awal atau contoh atas
kebijaksanan
g) Fasilitator yaitu pengajar memiliki akan menaruh kemudahan
pada prosesbelajar mengajar, contohnya menggunakan membentuk
suasana kelas yangserasi menggunakan perkembangan siswa,
sebagai akibatnya proses belajar mengajar dapat berlangsung
efektif.
h) Mediator yaitu guru berfungsi sebagai penengah atas proses
belajar mengar yang terjadi di lingkungan sekolah.
i) Evaluator yaitu pengajar memiliki otoritas buat menilai prestasi
murid pada bidang akademis juga tingkah laris sosialnya, sebagai
akibatnya bisa memilih bagaimana anak didiknya berhasil atau nir.
Namun jibila diamati secara relatif mendalam penilaian-penilaian
yg dilakukan pengajar itu tak jarang hanya adalah penilaian
ekstrinsik & sama sekali belum menyentuh penilaian ekstrinsik.
Evaluasi yang dimaksud merupakan penilaian yg meliputi jua
penilaian intrinsik. Untuk ini pengajar wajib hati-hati pada
menjatuhkan nilai atau kriteria keberhasilan. Dalam hal ini nir
relatif hanya dipandang berdasarkan atau tidaknya mengerjakan
mata pelajaran yang diujikan, namun masih perlu terdapat
pertimbangan-pertimbangan yang sangat unik pada
24. 20
kompleks, terutama yang menyangkut konduite & values yang
terdapat dalam masing-masing mata pelajaran.19
.
3. Mencegah paham radikalisme
a. Pengertian radikalisme
sebutan radikal berasal dari kata radical yang merupakan kata sifat
dalam bahasa inggris. Kata radikal itu sendiri berasal dari bahasa latin
yakni radix yang mempunya arti akar, artinya sebutan dasar dari radikal
adalah mengakar atau befikir sampai ke akar akar nya sehingga dapat di
artikan bahwa istilah radikal adalah suatu pemikiran yang menghendaki
perubahan secara ekstrem.
oleh karna itu filsafat memahami bahwa istilah radikal merupakan
berfikir sampai ke akar akar nya
Pada pada periode abad ke 18 sebutan radical ini di labelkan pada
merka yang menganut sistem politik yang melakukan perombakan secara
besar besaran dan menyeluruh sehingga mempunyai pemikiran yang
ekstrem untuk melakukan pemberontakan terhadap suatu negara.
Kalangan radikal dini ini memperjuangkan kebebasan untuk seluruh
rakyat serta mereformasi sistem penentuan pemegang kedaulatan di
Inggris yang setelah itu meluas dengan pecahnya Revolusi Inggris serta
Revolusi Perancis. Mereka menuntut di leburnya kerajaan serta digantikan
dengan republik yang merdeka.
Kalangan radikal di masa dini ini pula menuntut dihilangkannya
hak- hak istimewa, menuntut pemerataan serta kebebasan pers
Pada akhir abad ke- 19 sebutan radical( radicalism) di Eropa
dimengerti selaku pandangan hidup liberal serta progresif. Pada masa
selanjutnya radikal tidak saja digunakan untuk mereka yang
menginginkanserta mengupayakan pergantian yang total, tuntas, serta
19 36Sadirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,…h. 144-146.
25. 21
merata, hendak namun untuk mereka upaya pergantian tersebut wajib
secara revolusioner, merata bukan aspektual. Pergantian itu dapat terjalin
secara damai bersumber pada konvensi, na mun yang lebih kerap terjalin
merupakan dengan paksaan ataupun keterpaksaan serta apalagi kekerasan.
Walaupun radikalisme lebih dini berkembang di dunia politik, hendak
namun masa belum lama terjalin dalam bidang- bidang lain, paling utama
dalam bidang sosial keagamaan.
Dari segi agama dapat dimaknai sebagai paham keagamaan, mengacu
pada basis agama yang sangat mendasar dengan fanatisme agama yang sangat
tinggi, sehingga tidak jarang para penganut paham/mazhab tersebut
menggunakan kekerasan terhadap pemeluk agama yang berbeda/ sekolah untuk
mewujudkan keyakinan dan praktik keagamaan mereka. Dia percaya itu diterima
dengan paksa. Aktivisme berarti gerakan dengan pandangan kuno dan seringkali
kekerasan untuk mengajarkan keyakinan mereka. Pada saat yang sama, Islam
adalah agama damai. Islam tidak pernah membela penggunaan kekerasan untuk
menyebarkan agama, pemahaman agama dan pemahaman politik20
Pada bidang yang diucap terakhir radikal ataupun radikalisme
dilabelkan untuk mereka yang berpegang teguh pada kepercayaan serta
pandangan hidup yang dianutnya secara kaku sehingga konsekuensinya
seluruh yang lain serta tidak sama dengannya merupakan salah serta galat.
Tiap kekeliruan serta kesalahan( yang dalam Islam diistilahkan dengan
mungkar) wajib diluruskan serta diperbaiki.21
Sementara Sedangkan Sartono Kartodirdjo mengartikan radikalisme
selaku gerakan sosial yang menolak secara merata tertib sosial yang lagi
berlangsung serta diisyarati oleh kejengkelan moral yang kokoh buat
menentang serta bermusuhan dengan kalangan yang mempunyai hak- hak
istimewa. Radikalisme kerap dimaknai berbeda diantara kelompok
kepentingan. Dalam lingkup keagamaan, radikalisme ialah gerakangerakan
20 Yunus, A. Faiz. "Radikalisme, Liberalisme dan Terorisme: Pengaruhnya
Terhadap Agama Islam." Jurnal Studi Al-Qur'an 13.1 (2017): 76-94.
21 PROF.DR.SYAHRIYAN HARAPAP, M.A. upaya kolektif mencegah paham
radikalisme dan terorisme(depook siraja preneda media group)h3-4
26. 22
keagamaan yang berupaya merombak secara total tatanan sosial serta
politik yang terdapat dengan jalur memakai kekerasan.
Sebaliknya dalam riset Ilmu Sosial, Radikalisme dimaksud selaku
pemikiran yang mau melaksanakan pergantian yang mendasar cocok
dengan interpretasinya terhadap kenyataan sosial ataupun pandangan
hidup yang dianutnya22
Dalam bidang keagamaan, fenomena radikalisme agama tercermin
dari tindakan-tindakan destruktif-anarkis atas nama agama dari
sekelompok orang terhadap kelompok pemeluk agama lain (eksternal) atau
terhadap kelompok seagama (internal) yang berbeda dan dianggap sesat.
Termasuk dalam radikalisme bidang keagamaan adalah aktifitas untuk
memaksakan pendapat, keinginan, dan cita-cita keagamaan dengan cara
kekerasan.
b. Ciri ciri kaum radikal
Menurut Syeikh Yusuf Qardhawi terdapat beberapa indikasi yang dapat
dijadikan parameter seseorang dapat dikatakan radikal, yaitu:
1) Seseorang yang terlalu fanatik sehingga tidak mau menghargai
pendapat orang lain dan tidak bisa di ajak diaalog untuk bertukar pendapat
terhadap orang lain
2) memaksa orang lain untuk melakukan hal-hal yang tidak perlu yang di
wajibkan oleh ALLAH SWT sehingga hal hal yang sifat nya sunnah di
anggap menjadi hal yang wajib dan melalukan kekerasan yang tidak pada
tempat nya
3) Memiliki sifat yang keras dan kasar yang menyebabkan
penyampaikan ceramah agama yang tidah santun dan keras dalam
bergaul
22 Jakaria Umro, Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah
Radikalisme Agama Di Sekolah, Journal Of Islamic Education (JIE) Vol. II No. 1 Mei 2017.
h. 95.
27. 23
4) berfikir suudzon terhadap orang yang tidak sependapat dengan
golongan mereka sehingga selalu melihat keburukan orang lain tanpa
melihat sisi baik nya
5)Mengkafirkan orang lain. Radikalisme mencapai puncaknya ketika
menggugurkan kesucian orang lain serta menghalalkan darah dan
harta mereka. Hal ini terjadi ketika seseorang mengkafirkan dan
menuduh kebanyakan umat Islam telah murtad dari Islam. 23
Syahrin Harahap menyatakan ada sepuluh yang menjadi ciri kaum
radikalis dan teroris:
1) Tekstualis (literalis) dan kaku yang mana hanya melihat sumber
sumber hukum hanyan melalui tekstual tanpa mau mengambil
sumber sumber lain dan tidak melihat suati dan kondisi yang ada
2) Ekstrem, fundamentalis, dan ekslusif. Ekstrem hal ini juga
terjadi dalam kehidupan beragama sehingga dikenal adanya
fundamentalisme agama
3) Eksklusif. Kaum radikalis selalu menganggap baha paha yang di
anut ya selalu benar dan selalu menganggap paham lain selalu
selah karna kaut nya keyakinan meraka dan kuat nya ideologis
meraka selalu enganggap yang berbeda itu salah
4) Selalu bersemangat mengoreksi orang lain. Sebagai kelanjutan
dari sikapnya yang ekslusif, kaum radikalisme memiliki semangat
yang tinggi untuk mengoreksi, menolak, dan bahkan melawan yang
lain.
5) Kaum radikalis dan teroris membenarkan adanya kekerasan
dalam dakwah sehingga menghalalkan segala cara dalam
penyampaian dakwah nya
23 Jakaria Umro, Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah
Radikalisme Agama Di Sekolah,…h. 28-29.
28. 24
.
6) Ciri ciri lain kaum radikalisme dan teroris yakni memliki
kesetiaan lintasnegara, suatu tindakan radikal dan teror di sutu
negara bisa di kendalikan dan membalas apa yang di alami
kelompok nya di negara lain
7) karena kontruksi musuh yang yang tidak jelas tersebut, mmaka
mereka melakukan all out war (perang mati matian) terhadap yang di
anggap musuh agamanya dan melakukan kemungkaran, meskipun
tidak secara langsung memusuhi mereka, membunuh dan mengusir
nya sebagai syarat perang agama
8) Kaum radikalis sangat konsern pada isu-isu penegakkan negara
agama (dalam Islam seperti kekhilafahan), karena dianggap berhasil
mewujudkan tatanan dunia yang lebih adil dan sejahtera karena
menjadikan agama (secara eksplisit) sebagai dasar negara dan
hukum
dari dua pendapat di atas bisa di tarik kesimpulan bahwa ciri ciri
kaum radikalis yang sangat menonjol yakni yang pertama tekstualis dan
penyampainya secara kaku dan yang kedua terlalu fanatik terhadap paham
yang di anut nya sehingga mudah mengakafirkan dan menyesatkan paham
lain. 24
24 PROF.DR.SYAHRIYAN HARAPAP, M.A. upaya kolektif mencegah paham
radikalisme dan terorisme(depook siraja preneda media group)h19
29. 25
c. Faktor penyebab muncul nya paham radikalisme
Peningkatan paham radikalisme semakin banyak bertumbuh dan
mengakar melihat kenyataan semakin banyak nya kelompok dari
berbagai penafsiran, aliran, pemahaman, bahkan dari circle agama
tertentu. faktor penyebab muncul nya paham radikalisme antara lain
yakni;
a. Faktor internal dan eksternal faktor internal yaitu kecenderungan
destruktif yang ada pada diri manusia akan tetetaoi faktor dala
ini tidaklah terwujud dalam tindakan manusia apabila tidak di
beri ruang oleh faktor luar.
Faktor eksternal atau luar dari manusia yang sangat
majemuk(kompleks) sifatnya. Diantaranya himpitan sosial
politik, ketidakadilan, dan disperatif(kesenjangan) kesejahteraan
Inilah yang membuat banyak anak muda tertarik menjadi jihadis
(pasukan jihad) kedaerah konflik karena iming iming imbalan
b. Emosi dan solidaritas keagamaan. Persaudaraaan yang di ajarkan
agama sering di pahami secararigid (kaku) dan literalis (tekstual)
sehingga kekacauan dan kekerasan di daerah tertentu dapat di
balas di daerah lain mendatangi daerah yang bergejolak dan
melakukan tindakan perlawanan atau pembalasan. contoh nya,
keinginan sebagian orang indonesia untuk turut berjuang di
palestina, afganistan, tanpa prosedur, bekal, kemapuan, dan
pengetahuan yang memadai
c. Faktor kultural, menolak sekularisme hal ini dapat di lihat dalm
berkembang nya penolakan dan bahkan kebncian terhadap kultur
sekularime di wilayah wilayah yang penduduk nya menganut
kuat keyakinan agama dan budaya sehingga mengambil tindakan
yang sering kali keras terhadapnya
30. 26
d. Kebijakan pemerintah yang tidak adil dalam berbagai hal di
berbagai tempat dan wilayah yang menimbulkan kesenjangan ,
dan kesenjangan ini sering kali menimbulkan kecemburuan serta
menyulut muncul nya radikalisme dan terorisme
e. Faktor ideologi anti—westernis dan liberalisme, yakni ketika
sekularisme dan liberalisme mempengaruhi masyarakat, maka
sering kali muncul reaksi berupa radikalisme dan
bahkanterorisme terhadap nya
f. Tidak adanya daya banding paha dan keyakinan terhadap paham
dan keyakinan orang lain. Hal ini terjadi dalam bentuk sikap
tertutup dan ekslusif baik dalam berpikir maupun dalam
mengaplikasikan ajaran agama dalam kehidupan nya
g. Radikalisme dan terorisme sering menggunakan istilah istilah
yang berhimpit dengan istilah istilah agama hal ini akan cepat
mendapat simpati dari penganut agama, terutama yang masih
dangkal pemhaman nya terkait ilmu agama .
Dengan menerapkan aturan syari’at mereka merasa dapat
mematuhi perintah agama dalam rangka menegakkan keadilan. Namun,
tuntutan penerapan syariah sering diabaikan oleh negara-negara sekular
sehingga mereka frustasi dan akhirnya memilih cara- cara kekerasan25
25 PROF.DR.SYAHRIYAN HARAPAP, M.A. upaya kolektif mencegah paham
radikalisme dan terorisme(depook siraja preneda media group)h9
31. 27
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis penelitian
1. Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Penelitian kualitattif (Qualitative research) adalah
suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,
pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi
digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan pada
penyimpulan. Penelitian kualitatif bersifat induktif, peneliti membiarkan
permasalahan-permasalahan muncul dari atau dibiarkan terbukauntuk
interprestasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup
deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan hasil
wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-
catatan. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama,
menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) dan kedua
menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain).26
Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru,
karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postposivistik
karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini disebut juga
sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang
terpola), dan disebut sebagai metode interpreative karena data hasil
penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang
dilapangan. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian
naturalistik, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(natural setting). Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek
yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya tidak
dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi
dinamika pada obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif instrumennya
26 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009), 60.
32. 28
adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat
menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan
yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan
mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan
bermakna untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam
terhadap situasi sosial yang diteliti. Maka teknik pengumpulan data
bersifat triangulasi, yaitu menggabungkan berbagai teknik pengumpulan
data secara gabungan atau simultan. Analisis data yang dilakukan bersifat
induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan
kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. 27
2. jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian lapangan. kualitatif dengan strategi penelitian lapangan
merupakan studi atau penelitian terhadap realisasi kehidupan sosial
masyarakat secara langsung. Dalam penelitian lapangan, kajian bersifat
terbuka, tidak terstruktur, dan fleksibel, karena peneliti memiliki peluang
untuk menentukan fokus kajian. Penelitian lapangan bersifat tidak
terstruktur karena sistematika fokus kajian dan prosedur pengkajiannya
tidak dapat disistemisasikan secara ketat dan pasti. Selain itu, penelitian
lapangan juga bersifat fleksibel karena selama proses penelitian, peneliti
diperkenankan untuk memodifikasi rumusan masalah maupun format-
format yang digunakan. Dalam penelitian yang berorientasi pada tujuan
untuk memahami karakteristik individu maupun kelompok tertentu secara
fokus mendalam, maka jenis penelitian lapangan yang dilakukan termasuk
dalam kelompok studi kasus. Sementara itu jika orientasinya pada tujuan
untuk memahami ciri kehidupan sosial budaya suatu masyarakat guna
27 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2014), 7-9.
33. 29
menyusun deskripsi secara sistematis, maka penelitian lapangan yang
dilakukan termasuk dalam jenis penelitian etnografi28
Jadi tujuan deskriptif dalam penelitian ini yaitu untuk memberikan
gambaran secara sistematis , aktual dan akurat mengenai fakta-fakta
tertentu yaitu tentang. Peran guru PAI dalam mencegah paha radikalisme
di SMA ISLAM GUMUKMAS TAHUN AJARAN 2022-2023
B. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA ISLAM GUMUKMAS JEMBER
Alasan peneliti memilih lembaga ini dikarenakan cocok dengan judul
penelitian yang di ambil sehingga memudahkan peneliti untuk
memperoleh data yang diininkan.
C. Subyek penelitian
Untuk memperoleh data valid dan dapat dipertanggung jawabkan,
penetuan subyek dalam penelitian ini menggunakan teknik Sampling
Purposive. Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian
kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi29
Penentuan sampel ini dilakukan di lembaga. SMA ISLAM
GUMUKMAS Untuk lebih mengakuratkan hasil penelitian, maka peneliti
memilih informan yang relevan untuk memberikan informasi diantaranya
yaitu:
a. Kepala sekolah selaku pemimpin di lembaga tersebut.
b. Guru Pendidikan Agama Islam
c. Siswa
28 Farida Nugraha, Metode Penelitian Kualitatif: Dalam Penelitian Bahasa
(Surakata: Alfabeta, 2014), 48.
29 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 85.
34. 30
D. Teknik pengumpulan data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada
orang lain
Analisis dalam penelitian jenis apapun merupakan cara berpikir.
Hal ini berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu
untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannya
dengan keseluruhan. Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu
suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan
pola hubungan tertentu atau men jadi hipotesis. Metode analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Miles and Hubermen
dengan langkah-langkah sebagai berikut
a. Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanyang
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
b. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan
sejenisnya. Dengan begitu, data yang telah diperoleh dapat
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga penelitian akan
lebih mudah dipahami.
35. 31
c. Verifikasi
Langkah ketiga adalah verifikasi atau penarikan kesimpulan.
Dalam penarikan kesimpulan ini berisi jawaban-jawaban atas rumusan
masalah yang telah dirumuskan sejak awal
E. Analaisi data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan
analisis terhadap jawabn yang diwawancarai. Bila jawaban yang
diwawancarai setelah di analisis terasa belum memuaskan, maka peneliti
akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai diperoleh data yang dianggap
kredibel Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangusng secara
terus menerus sampa tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
dalam analisis data yaitu, data reduction, data display, dan conclusion
drawing atau verification.
a. Data Reduction (Reduksi data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti
telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka
jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu
perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
b. Data Display (Penyajian Data)
36. 32
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kualitatif, Penyajian
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan
data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
difahami tersebut.
c. Conclusion Drawing atau Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles
dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang
mendukug pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.30
F. Keabsahan data
Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan cara, dan berbagai waktu
dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Triagulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredubilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber. Contoh untuk menguji kredibilitas data
tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam, maka pengumpulan
dan pengujian data yang telah diperoleh dari Kepala Sekolah,
Guru mata pelajaran, dan Siswa. Data dari sumber tersebut tidak
30 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 246-252.
37. 33
bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi
dideskripsikan mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan
spesifik dari sumber tersebut. Data yang telah dianalisis oleh
peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya
dimintakan kesepakatan dengan ke empat sumber data tersebut.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan
wawancara, lalu di cek dengan observasi, dokumentasi. Bila
dengan ketiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut,
menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan
diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau
yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar, atau
mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-
beda31
G. Tahap tahap penelitian
Pada bagian ini menguraikan rencana pelaksanaan penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti, mulai dari penelitian pendahuluan,
pengembangan desain, penelitian sebenarnya, dan sampai pada tahap
penulisan laporan. Ada beberapa tahap dalam penelitian ini, terdiri dari
tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data
a. Tahapan Pra-Lapangan
Pada tahap pra-lapangan ini ada lima kegiatan yang harus
dilakukan oleh peneliti kualitatif. Kegiatan tersebut dapat dipaparkan
sebagai berikut:
1) Menyusun rancangan penelitian yaitu:
a) Mencari permasalahan yang terjadi untuk dijadikan bahan
penelitian.
31 Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian di Bidang
Pendidikan (Ponorogo: CVNata Karya, 2019), 94-95.
38. 34
b) Menentukan judul penelitian.
c) Menentukan matrik penelitian.
d) Membuat proposal penelitian.
2) Memilih lokasi penelitian
Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lokasi
penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substansif
dan mempelajari serta mendalami fokus serta rumusan masalah
penelitian, untuk itu pergi dan jajakilah lapangan untuk melihat
apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan.
Dalam penentuan lokasi penelitian perlu untuk mempertimbangkan
waktu, biaya, tenaga yang dimiliki peneliti kualitatif. Dalam tahap
ini peneliti memilih SMA ISLAM GUMUKMAS sebagai tempat
penelitian.
3) Mengurus perizinan
Pertama-tama yang perlu diketahui peneliti adalah siapa saja
yang berwewenang memberikan izin pelaksanaan penelitian
tersebut. Tentu saja peneliti jangan mengabaikan izin meninggalkan
tugas yang dimintakan dari atasan peneliti sendiri, dan seterusnya
yang terkait dengan penelitian. Dalam tahap ini peneliti
menyerahkan surat pengantar yang ditentukan program studi kepada
Kepala Sekolah SMA ISLAM GUMUKMAS untuk melakukan
penelitian.
4) Memilih dan memanfaatkan informan
Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.
Jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar belakang
penelitian. Dalam tahap ini peneliti memilih Kepala Sekolah SMA
ISLAM GUMUKMAS, Guru Pendidikan Agama Islam, dan Siswa.
5) Menyiapkan perlengkapan penelitian
Peneliti hendaknya menyiapkan tidak hanya perlengkapan
fisik, tetapi segalam macam perlengkapan penelitian yang yang
39. 35
diperlukan. Dalam tahap ini alat-alat yang disiapkan oleh peneliti
yaitu buku, alat tulis, dan alat perekam. Yang paling penting ialah
agar peneliti sejauh mungkin sudah menyiapkan segala alat dan
perlengkapan penelitian yang diperlukan sebelum terjun ke
lapangan.
b. Tahap Pekerjaan
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data-data yang
diperlukan dalam penelitian. Tahapan lapangan pekerjaan sebagai
berikut:
1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri Memahami latar
penelitian dan persiapan diri dalam tahap pekerjaan lapangan
masih diuraikan menjadi beberapa tahapan, yaitu:
2) Pembatasan latar dan peneliti
Peneliti harus memahami latar penelitian untuk bisa masuk
ke tahap pekerjaan lapangan. Selain itu peneliti harus
mempersiapkan fisik dan mental, serta etika sebelum akan
diperkuat dengan adanya dokumentasi berupa foto kegiatan.
1) Penampilan
Dalam tahap memahami latar penelitian dan
mempersiapkan diri, peneliti harus memperhatikan
penampilannya saat memasuki lapangan dan menyesuaikan
dengan kebiasaan, adat, tata cara, dan budaya latar penelitian.
Penampilan peneliti secara fisik juga harus diperhatikan,
karena sebaiknya saat melakukan penelitian, peneliti tidak
menggunakan pakaian yang mencolok dan lebih baik jika
peneliti menggunakan pakaian yang sama seperti subjek
penelitian.
2) Pengenalan hubungan peneliti di lapangan
Jika peneliti menggunakan observasi partisipatif, maka
peneliti harus menjalin hubungan yang dekat dengan subjek
penelitian, sehingga keduanya dapat bekerja sama dan saling
40. 36
memberikan informasi. Peneliti harus bersikap netral saat
berada di tengah-tengah penelitian.
3) Jumlah waktu studi
Peneliti harus memperhatikan waktu dalam
melakukan penelitian. Jika peneliti tidak memperhatikan
waktu, kemungkinan peneliti akan terlalu asyik dan masuk
terlalu dalam ke kehidupan subjek penelitian, sehingga
waktu yang sudah direncanakan menjadi berantakan.
Peneliti harus mengingat bahwa banyak hal yang
harus dilakukan seperti, menata, mengorganisasi, dan
menganalisi data yang dikumpulkan. Peneliti yang harus
menentukan sendiri pembagian waktu, agar dapat digunakan
secara efektif dan efisien. Peneliti harus tetap berpegang
teguh pada tujuan, masalah, dan pembagian waktu yang di
susun. Jika penelitian yang dilakukan semakin panjang,
maka tanggungan yang harus dihadapi oleh peneliti adalah
penambahan biaya.
c. Tahap Analisis Data
Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah
di lapangan. Tahapan yang dilakukan dapat di uraikan sebagai
berikut:
1) Tahap awal yaitu merangkum data yang diperoleh dari hasil
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
2) Tahap kedua yaitu menyajikan data, membuat uraian dari data
yang sudah direduksi.
3) Tahap ke tiga yaitu membuat uraian singkat tahap akhir atau
mengambil kesimpulan.
41. 37
H. Sistimatika pembahasan
Penelitian skripsi ini, peneliti akan membagi dalam beberapa bab
agar pembahasan skripsi ini dapat tersusun dengan baik. Sehingga tulisan ini
dapat memenuhi standar penulisan sebagai karya ilmiah. Sistematika
pembahasan dalam penyusunan penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu:
Bab I : Pendahuluan, pada bab pendahuluan berfungsi sebagai pengantar
informasi penelitian yang terdiri dari uraian tentang Latar Belakang
Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi
Istilah, dan Sistematika Pembahasan.
Bab II : Kajian Pustaka, pada bab kajian pustaka ini, dikupas
berbagai teori yang menjadi landasan teoritik penelitian. Sesuai judul
skripsi maka pembahasan pada bab ini berisi tentang Penelitian Terdahulu
dan Kajian Teori.
Bab III : Metode Penelitian, pada bab ini akan dipaparkan tentang
Pendekatan Dan Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Subyek Penelitian,
Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data, Keabsahan Data, Tahap-tahap
Penelitian mengenai implementasi reward dan punishment dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa di SMA ISLAM GUMUKMAS
tahun ajaran 2022-2023
Bab IV : Paparan data dan analisis data, pada bab ini akan
dipaparkan hasil penelitian tentang paparan data, yaitu gambaran umum
sekolah dan penemuan penelitian.
Bab V: Penutup, pada bab ini dikemukakan tentang kesimpulan
sebagai jawaban atas fokus penelitian dan saran-saran. Bagian akhir dari
skripsi ini juga dicantumkan daftar pustaka dan berbagai lampiran.32
32 Tim Penyusun INAIFAS, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember: INAIFAS
Press Kencong Jember, 2020), 45.
42. 38
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rulam, Profesi Keguruan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2018).
Abror Mufidul, Radikalisasi dan Deradikalisasi Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Menengah Atas (Studi Multi Kasus di SMAN 3 Lamongan
dan SMK NU Lamongan), (Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya, 2016).
Basuki dan Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
STAIN Po PRESS, 2007).
Daradjat Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012).
Dr.H. Akmal hawi, M.Ag, kopetensi guru pendidikan agama islam (jakarta; PT
raja grafindo persada, palembang2013)
Faiz.Yunus, A. "Radikalisme, Liberalisme dan Terorisme: Pengaruhnya Terhadap
Agama Islam." Jurnal Studi Al-Qur'an 13.1 (2017).
Mudlofir Ali, Pendidik Profesional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013).
Munip Abdul, Menangkal Radikalisme Agama di Sekolah, Jurnal Pendidikan
Islam, Vol. I, No. 2, 21 November 2012.
PROF.DR. HARAPAP SYAHRIYAN, M.A. upaya kolektif mencegah paham
Rabba Nala Auna, Skripsi: Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Upaya
Mencegah Radikalisme Di Sma Khadijah Surabaya, (Surabaya: UIN
Sunan Ampel Surabaya, 2019). h. 4-5
Rokhmad Abu, Radikalisme Islam dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal,
Walisongo, Vol. 20, No. 1, Mei 2012.
Sekretariat Negara RI, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 hal 2
Sholehuddin, Kebijakan Pendidikan Nasional dalam Menanggulangi Radikalisme
Agama, Inovasi, Vol. 11, No. 4, Oktober-Desember 2017.
Sadirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2014).
Suparlan, Menjadi Guru Efektif, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008).
43. 39
Umro Jakaria, Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah
Radikalisme Agama Di Sekolah, Journal Of Islamic Education (JIE)
Vol. II No. 1 Mei 2017. h. 95.
Sukmadinata Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009).
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2014).
Nugraha Farida, Metode Penelitian Kualitatif: Dalam Penelitian Bahasa
(Surakata: Alfabeta, 2014)
Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian di Bidang Pendidikan
(Ponorogo: CV Nata Karya, 2019)
Tim Penyusun INAIFAS, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember: INAIFAS
Press Kencong Jember, 2020)
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011).