SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM MENCEGAH PAHAM RADIKALISME
DI SMA ISLAM GUMUKMAS TAHUN AJARAN 2022-2023
PROPOSAL SKRIPSI
PROPSAL
SKRIPSI
Oleh:
=====
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-FALAH AS-SUNNIYYAH
KENCONG JEMBER
ii
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
PROGRAM PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS ISLAM
GUMUKMAS JEMBER
Diajukan kepada
Institut Agama Islam
Al-Falah As-Sunniyyah Kencong – Jember
Dalam Rangka Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Pada:
Hari :
Tanggal :
Menyetujui,
Guru Pamong
Dra. S. sri
Dosen pembing lapangan
Drs. H. Ahmad, M. Pd. I
NIDN.
Mengetahui,
rektor iai al falah-assuniyyah
kencong-jember
Z.,M.H.I
NIY.
kepala sekolah sma islam
gumukmas
agung supardi S.pd
ii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv
A. Judul penelitian............................................................................................... 1
B. Latar belakang ............................................................................................... 1
C. Fokus penelitian ............................................................................................. 5
D. Tujuan penelitian............................................................................................ 5
E. Manfaat penelitian ........................................................................................ 5
F. Definisi istilah ............................................................................................... 6
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Penelitian terdahulu............................................................................ 8
B. Pengertian peran................................................................................. 9
C. Pengertian guru .................................................................................. 11
D. Tugas dan fungsi guru ....................................................................... 15
E. Peran guru pendidikan agma islam..................................................... 17
F. Pengertian radikalisme ....................................................................... 20
G. Ciri ciri radikalisme............................................................................ 22
H. Faktor penyebab muncul nya radikalisme.......................................... 25
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian.............................................................................................. 28
B. Lokasi penelitian........................................................................................... 30
C. Subyek penelitian ......................................................................................... 30
D. Teknik pengumpuln data............................................................................... 31
E. Analisi data ................................................................................................... 32
F. Keabsahan data ............................................................................................. 33
G. Tahap Tahap penelitiaan............................................................................... 34
H. Sistematika pembahasan............................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 39
1
PROPOSAL SKRIPSI
A. Judu penelitian
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENCEGAH PAHAM RADIKALISME DI SMA ISLAM GUMUKMAS
TAHUN AJARAN 2022-2023
B. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses yang disengaja yang dilakukan oleh
orang-orang yang telah diserahi tanggung jawab untuk membantu membentuk
karakter anak dengan cara yang mencerminkan cita-cita pendidikan.
Pendidikan merupakan kesempatan bagi anak untuk memperoleh bantuan
dalam pertumbuhan jasmani dan rohaninya, sehingga dapat mencapai taraf
dewasa1
Di dalam Undang- Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pembelajaran Nasional Bab I Syarat Universal Pasal I melaporkan kalau
Pembelajaran Nasional merupakan pembelajaran yang bersumber pada
Pancasila serta Undang- Undang Bawah Negeri Republik Indonesia Tahun
1945 yang berakar pada nilai- nilai agama, kebudayaan Nasional Indonesia
serta paham terhadap tuntutan pergantian era2
Pembelajaran Nasional berperan meningkatkan keahlian serta
membentuk sifat dan peradaban bangsa yang berkelas dalam tujuan
mencerdaskan kehidupan anak bangsa, bertujuan buat berkembangnya
kemampuan partisipan didik supaya jadi manusia yang beriman serta bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, serta jadi masyarakat negeri yang demokratis dan
bertanggung jawab perihal ini tercantum dalam Undang- Undang 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pembelajaran Nasional Bab II Pasal 3
1 St. Rodliyah, Pendidikan dan Ilmu Pendidikan (Jember: STAIN Jember Press,
2013), 34.
2 Sekretariat Negara RI, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 hal 2
2
akhir akhir ini , dunia Islam tengah di hebohkan dengan banyak nya
fenomena kelompok Islam yang intoleran. Aksi radikalisme yang mengunakan
nama agama Islam, baik di Indonesia ataupun di dunia, sudah menuai banyak
kritik serta kecaman di tengah warga. Kritik serta kecaman tersebut
menjadikan umat Islam jadi pihak yang dipersalahkan. Perihal itu sangat
normal sebab kelompok- kelompok radikal memakai simbol Islam terhadap
narasi serta aksinya
kita ketahui bersama , Islam merupakan agama yang bawa misi
perdamaian. Islam merupakan agama yang jadi rahmat untuk alam semesta(
rahmatan lil„alamin). Sehingga penyampaiannyapun wajib lewat strategi yang
damai, membuat orang lain menyadari atas kesalahannya sendiri tidak wajib
dengan metode kekerasan, Islam sangat menyarankan kita menjalakan
silaturahmi, ialah dengan mendekatkan yang jauh serta mengeratkan yang
dekat. Bukan malah bermusuhan dengan alasan perbedaan paham yang di
anut3
Dikutip dari Setara Institut, mengamati hasil survey dari
Departemen Pembelajaran serta Kebudayaan melaporkan, 8, 2 persen pelajar
yang jadi responden menolak Pimpinan OSIS dari agama berbeda. Tidak
hanya itu, terdapat pula 23 persen responden yang menjadi lebih aman
dipandu oleh seorang yang satu agama. Selaras dengan perihal tersebut,
bersumber pada riset yang dicoba Setara Institute, ditemui sebagian pola
penanaman gagasan intoleransi di golongan siswa SMA.
Bukan hanya potensi intoleransi beagama, cikal bakal munculya
radikalisme pun semakin meningkat . LaKIP telah merilis penelitian tentang
potensi radikalisme di Indonesia, yang menunjukkan bahwa ada potensi
radikalisme untuk tumbuh di tanah air. Menurut penelitian, setengah dari
pelajar menyetujui tindakan radikal berdasarkan ideologi. Dalam studi yang
sama, 25% siswa dan 21% guru menyatakan bahwa Pancasila tidak relevan
lagi untuk diterapkan di Indonesia. Data ini menunjukkan bahwa 84,8 persen
3 Sholehuddin,Kebijakan Pendidikan Nasional dalamMenanggulangi Radikalisme
Agama, Inovasi, Vol. 11, No. 4, Oktober-Desember 2017, h.320.
3
siswa dan 76,2 persen guru setuju dengan penerapan syariat Islam Sekitar
52,3% siswa setuju kekerasan demi solidaritas agama, dan 14,2%
membenarkan serangan teror bom.4
Salah satu hal yang dapat mencegah seseorang dari paham
radikalisme yakni melalalui jalur lingkungan pendidikan sekolah. Sekolah
adalah tempat dimana siswa mendapatkan pengajaran dari guru, jika
mungkin, seorang guru bersertifikat. Pelajaran harus disampaikan secara
pedagogis dan taktik Tujuannya adalah untuk membantu siswa
mengembangkan bakat dan keterampilan yang mereka butuhkan ketika
sudah lulus sekolah ataupun ketika hidup bermasyarkat.
Peran Guru Pendidikan Agama Islam disekolah sangat
fundamental untuk meingkatkan pemahaman aqidah yang benar bagi
siswa, serta menemukan wawasan yang luas dan kebangsaan sebagai bekal
untuk mengajar untuk mengantisipasi dan mencegah paham radikalisme
ini guna mencegah aksi-aksi kekerasan yang bisa berujung kepada
tindakan terorisme. Guru sebagai pelaku awal dalam mencegah paham
radikalisme di lingkungan sekolah mengingat peran guru pendidikan
agama islam sangat penting bagi karakter seorang peserta didik maka guru
di tuntut untuk memeliki pengetahuan yang luas tentang kompetensi
sebegai pendidik5
Peran guru pendidikan agama islam sangat fundamental dalam
mencegah paham radikalisme khusunya bagi pelajar, karena seperti sudah di
jelaskan sebelum nya , radikalisme membawa tema-tema agama dan
mengatasnakam Islam sebagai pondasi dasar doktrinnya. Dalam hal ini,
transformasi ajaran Islam yang benar dan menyeluruh oleh guru-guru
4 Abu Rokhmad, Radikalisme Islam dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal,
Walisongo, Vol. 20, No. 1, Mei 2012, h.81.
5 Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013). h. 62.
4
Pendidikan Agama Islam menjadi sangat penting. Pandangan Islam secara
menyeluruh akan membekali siswa wawasan tentang syariat Islam yang luas
dan terbuka. Guru Pendidikan Agama Islam mempunyai fungsi untuk
memberikan pengetahuan tentang akidahyang baik dan benar dengan tidan
meninggalka nilai nilai kebangsaan sebagai pondasi awal untuk mencegah
adanya perbedaan anatar umat ber agama, serta mengindari ajaran inteloleran
untuk memperlancar aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama islam di
harapkan dengan adanya peran guru pendidikan agama islam dapat
mempersulit ajaran radikal masuk dalam ranah lingkungan sekolah6
mencegah bahaya ajaran radikalime yang mengakibatkan munculnya
seorang terorisme tidak dapat hanya di lakukan lewat jalur hukum seperti
militer, polisi, TNI, tapi juga melibatkan jalur pendidikan terlebih melalaui
peran guru pendidikan agama islam sebagai langkah awal mencegah paham
radikalime di usia dewasa
Pembinaan keagamaan siswa SMA/MA/SMK dapat terarah dengan
baik jika mereka bergabung dengan lingkungan kelompok keagamaan yang
menumbuhkan suasana keagamaan yang sehat, tetapi dapat menjadi buruk jika
mereka menjangkau dan bergabung dengan kelompok teroris. Dari fenomena
tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait
Peran Guru PAI dalam Mencegah Radikalisme SMA GUMUKMAS
ISLAM”. Dalam penelitian ini, penulis mengkaji sekolah yang selalu
melakukan pembinaan keimanan dan ketakwaan selain mata pelajaran PAI
untuk menambah ilmu agama yang merupakan kewajiban lembaga pendidikan
yang harus diemban. Dengan penanaman keimanan dan ketakwaan bertujuan
untuk menumbuhkembangkan dalam diri siswa sikap keislaman yang matang
agar tidak mudah terprovokasi oleh isu dan paham radikalisme yang
merajalela saat ini. menciptakan Sebuah lembaga pendidikan yang ideal dan
6 Nala Auna Rabba, Skripsi: Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Upaya
Mencegah Radikalisme Di Sma Khadijah Surabaya, (Surabaya: UIN Sunan Ampel
Surabaya, 2019). h. 4-5
5
dapat diandalkan bagi siswa dan masyarakat untuk memperoleh pengetahuan
berbasis etika7
Meski di SMA GUMUKMAS ISLAM, tidak ada kekerasan atas nama
Islam yang bersumber dari kesalahpahaman agama. Mengingat penyebaran
ide-ide ekstrem, selalu dalam berbagai cara, sekolah harus tetap dalam
keadaan ini setiap saat. Oleh karena itu, peran guru khususnya guru PAI
menjadi penting dalam menyikapi bahaya radikalisme agama saat ini
C. Fokus penelitian
1. fokus penelitian
Bagaimana peran guru pendidikan agama islam dalam mencegah paha
radikalisme di SMA ISLA GUMUKMAS
2. sub fokus penelitian
Agar mudah mengetahui jawaban dari fokus penelitian tersebut maka
peneliti menyusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran guru PAI dalam mencegah paham radikalisme di
SMA ISLAM GUMUKMAS
2. Bagaimana strategi guru pai dalam mencegah paham radikalisme di
SMA ISLAM GUMUKMAS
3. Bagaimana kontrol guru PAI dalam mencegah paham radikalime di
SMA ISLAM GUMUKMAS
A. Tujuan penelitian
1. Untuk mendeskripsikan upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam
mencegah radikalisme di SMA Khadijah Surabaya
2. Untuk mendeskripsikan kontrol Guru Pendidikan Agama Islam
terhadap perkembangan dan perilaku siswa
3. Untuk mendskripsikan strategi guru pai dalam mencegah paham
radikalisme
7 Hasil wawancara dengan ibu Dra. Siti romelah selaku guru mata pelajaran PAI
pada hari jum’at tanggal 28 januari tahun 2022
6
B. Manfaat hasil penelitian
Secara praktis penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan Manfaat
pada pihak-pihak yang terkait:
1) Bagi sekolah
Dengan aadanya penelitian ini di harapkan dapat menjadi salah satu
acauan bagi sekolah terhadap bahaya akan adanya potensi radikalisme di
lingkungan sekolah. Maka di harapkan dari ihak sekolah mendukung
penuh upaya peran guru pendidikan agama islam dalam mencegah paham
radikalisme ini sehingga menciptakan suasana lingkungan dan lulusan
sekolah ini tidak terpapar akan bahaya radikalisme.
2) Bagi guru
Di harapkan dengan adanya penelitian ini dapat menabah pengetahuan
dan wawasan bagi guru pendidikan agama islam sehingga dapat
menemukan banyak macam startegi terkait tentang pencegahan bahaya
radikalisme di lingkungan sekolah
3) Bagi peserta didik
Semoga dengan adanya penelitian dapat menjadikan peserta didik paham
akan bahaya radikalime yang tentunya sangat membahayakan bagi
generasi penerus bangsa sehingga peserta didik dapat memilah dan
memilih ketika belajarr agama.
C. Definisi istilah
Supaya ulasan dalam riset ini tidak terjalin salah penafsiran ataupun
kekurang jelasan arti, hingga butuh terdapatnya definisi sebutan. Perihal
ini sangat dibutuhkan supaya tidak terjalin kesalahan dalam menguasai
penafsiran pada pokok ulasan. Definisi istilah yang berkaitan dengan judul
dalam riset ini merupakan sebagai berikut:
1. Pendidikan agama islam
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan
7
agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan
dengan memerhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain
dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional (GBPP SMU,
1995:1).
Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2/1989
Pasal 39 ayat 2 ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur
dan jenjang pendidikan wajib memuat: (a) pendidikan Pancasila,
(b) pendidikan agama, dan (c) pendidikan kewarganegaraan. Dari
isyarat pasal tersebut dapat dipahami bahwa bidang studi
pendidikan agama, baik agama Islam maupun agama lainnya
merupakan komponen dasar/ wajib dalam kurikulum pendidikan
nasional.
2. Radikal
istilah radikal berasal dari kata radical yang merupakan kata sifat
dalam bahasa Inggris.
Kata itu sendiri berasal dari bahasa Latin radix yang berarti akar,
sehingga radical pada dasarnya berarti mengakar atau hingga ke
akarakarnya.
Oleh karenanya filsafat dipahami sebagai berpikir radikal, berpikir
sampai ke akar-akarnya.
Pada akhir abad ke-18 kata radical di Eropa digunakan di dunia
politik yang dilabelkan pada mereka yang memperpegangi atau
mendukung perombakan politik secara ekstrem dan menyeluruh.
8
KAJIAN KEPUSTAKAAN
1. Penelitian terdahulu
A. Penelitian yang diteliti oleh Abdul Halik, Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Tahun 2016 dengan judul.
“Strategi Kepala Madrasah dan Guru dalam Pencegahan Paham Islam
Radikal di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Mamuju” Abdul Halik
dalam penelitiannya lebih memperlihatkan strategi Kepala Madrasah
maupun guru dalam menangani radikalisme yang terjadi di sekolah,
seluruh aspek pendukung di dalamnya baik Kepala Madrasah maupun
guru sama-sama menangani permasalahan radikalisme tanpa terkecuali
ada peserta didik di dalamnya sebagai sasaran tujuannya Implikasi dari
penerapan strategi tersebut adalah terbentuknya pola pemahaman yang
moderat di kalangan siswa baik itu secara teologis, sosiologis maupun
psikologis. Persamaan penelitian ini membahas tentang sama-sama
membahas pencegahan masuknya paham radikal ke sekolah.
Perbedaannya terletak pada subyek utama. Dalam penelitian tersebut,
yang menjadi subyek utama adalah Kepala Madrasah dan guru, maka
objek permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah peranan
guru PAI dalam upaya mencegah paham radikalisme di lingkungan
sekolah8
B. Mufidul Abror (2016) yang berjudul, “Radikalisasi dan Deradikalisasi
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas (Studi Multi
Kasus di SMAN 3 Lamongan dan SMK NU Lamongan)”. Penelitian
ini memfokuskan pembahasannya dalam mendeskripsikan materi yang
berpotensi menimbulkan faham radikal dalam buku Pendidikan Agama
Islam untuk SMA yang diterbitkan oleh Kemendikbud tahun 2014, dan
8 Abdul Halik, Strategi Kepala Madrasah dan Guru dalam Pencegahan Paham
Islam Radikal di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Mamuju, (Makassa: Universitas Islam
Negeri Alauddin, 2016)
9
usaha faktor pendukung serta penghambat deradikalisasi di SMAN 3
Lamongan dan SMK NU Lamongan
Persamaan penelitian ini membahas tentang mencegah paham
radikalisme. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah objek permasalahannya. Jika penelitian yang sebelumnya lebih
memfokuskan pada pembahasan mengenai materi pembelajaran yang
berpotensi menimbulkan paham radikal dalam buku Pendidikan
Agama Islam, maka objek permasalahan yang diteliti dalam penelitian
ini adalah peranan guru PAI dalam upaya mencegah paham
radikalisme di lingkungan sekolah9
C. Tahsis Alam Robithoh tahun 2013 dengan judul “Peranan Guru
Pendidikan Agama Islam dalam Menangkal Bahaya Terorisme (Studi
di SMA Negeri Tangerang Selatan)”. Hasil temuannya adalah guru
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan sudah
mampu menjalankan peranannya dengan baik dalam menangkal
bahaya terorisme. Hal tersebut dapat dilihat dari bukti bahwa guru
dalam melakukan pengajaran, bimbingan, dan pengawasan sudah
efektif.
Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis terletak pada teori mengenai terorisme yang sama-sama
membahayakan siswa. Persamaan penelitian ini membahas tentang
peran guru pendidikan agama Islam. Sedangkan perbedaannya terletak
pada ruang gerak guru PAI yang diteliti. Jika pada penelitian Tahsis
yang diteliti yaitu fokus pada seluruh warga sekolah dan pada peran
guru PAI saja, sedangkan dalam penelitian ini yang diteliti peranan
guru PAI dalam upaya mencegah paham radikalisme di lingkungan
sekolah.
9 Mufidul Abror, Radikalisasi dan Deradikalisasi Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Menengah Atas (Studi Multi Kasus di SMAN 3 Lamongan dan SMK NU
Lamongan), (Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016).
10
2. Peran guru pendidikan agama islam
a. Pengertian peran
Kedudukan Guru pendidikan Agama Islam sangat penting dalam
menghindari paham radikalisme yaitu buat menghasilkan Atmosfer
keagamaan yang sehat serta tentram supaya partisipan didik di sekolah
mengerti bgaimana menekuni ilmu agam serta bebas dari paham
radikalisme Islam. Salah satu upaya yang bisa dicoba oleh guru
Pendidikan Agama Islam lewat pengintegrasian nilai- nilai pembelajaran
anti radikalisme pada pendidikan Pembelajaran Agama Islam di sekolah.
Bagi Zubaedi dalam novel yang bertajuk desain pendidikan karakter, ada
dalam uraian pembelajaran budi pekerti ialah, upaya buat membekali
partisipan didik lewat tutorial, pengajaran serta latihan sepanjang
perkembangan serta pertumbuhan dirinya selaku bekal masa depannya,
supaya mempunyai hati nurani yang bersih, berperasangka baik, dan
melindungi kesusilan dalam melakukan kewajiban terhadap tu han
dansesama makhluk. Dengan demikian perihal tersebut bisa
menghindarkan siswa dari mengerti radikalisme hingga dari itu didukung
dengan peran guru disekolah.
Pendidikan yang merupakan memperkuat aspek karakter atau nilai-
nilai kebaikan sejauh ini hanya mampu menghasilkan berbagai sikap dan
perilaku manusia yang nyata-nyata malah bertolak belakang dengan apa
yang diajarkan. Dicontohkan bagaimana pendidikan Moral Pancasila
(PMP) dan agama pada di masa-masa lalu adalah dua jenis mata pelajaran
tata nilai, yang ternyata tidak berhasil menanamkan sejumlah nilai moral
dan humanisme ke dalam pusat kesadaran siswa. materi yang diajarkan
oleh pendidikan agama termasuk di dalamnya bahan ajar akhlak,
cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan
pembentukan sikap (afektif) dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim.
11
Pembelajaran pendidikan agama lebih didominasi oleh transfer ilmu
pengetahuan agama dan lebih banyak bersifat hafalan tekstual, sehingga
kurang menyentuh aspek sosial mengenai ajaran hidup yang toleran dalam
bermasyarakat dan berbangsa. Dengan kata lain, aspek-aspek yang lain
yang ada dalam diri siswa, yaitu aspek afektif dan kebajikan moral kurang
mendapatkan perhatian. Koesoema menegaskan bahwa persoalan
komitmen dalam mengintegrasikan pendidikan dan pembentukan karakter
merupakan titik lemah kebijakan pendidikan nasional10
b. Pengertian guru
Menurut Drs. H.A. Ametembun, guru adalah semua orang yang
berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid, baik
secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar
sekolah (Djamarah, 2000: 32).
Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa guru dalam
melaksanakan pendidikan baik di lingkungan formal dan non formal
dituntut untuk mendidik dan mengajar. Karena keduanya mempunyai
peranan yang penting dalam proses belajar mengajar untuk mencapai
tujuan ideal pendidikan. Mengajar lebih cenderung mendidik anak didik
menjadi orang yang pandai tentang ilmu pengetahuan saja, tetapi jiwa
dan watak anak didik tidak dibangun dan dibina, sehingga di sini
mendidiklah yang berperan untuk membentuk jiwa dan watak anak didik
dengan kata lain mendidik adalah kegiatan transfer of values,
memindahkan sejumlah nilai kepada anak didik
Dengan demikian, guru itu juga diartikan ditiru dan digugu, guru
adalah orang yang dapat memberikan respons positif bagi peserta didik
dalam PBM, untuk sekarang ini sangatlah diperlukan guru yang
10 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011).
12
mempunyai basic, yaitu kompetensi sehingga PBM yang berlangsung
berjalan sesuai dengan yang kita harapkan.11
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses
belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber
daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu,
guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus
berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai
tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin
berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri
guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada
suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka imi guru
tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of
knowledge, tetapi juga sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of
values dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang memberikan
pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Berkaitan dengan ini,
sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di
dalam proses belajar-mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan
siswa/anak didik ke taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu, setiap
rencana kegiatan guru harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-
mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung
Jawabnya.12
Sebutan guru sebagaimana dipaparkan oleh Hadari Nawawi
merupakan orang yang kerjanya mengajar ataupun membagikan pelajaran
disekolah/ kelas. Secara lebih spesial lagi dia berkata kalau guru
merupakan orang yang bekerja dalam bidang pembelajaran serta
pengajaran yang turut bertanggung jawab dalam menolong kanak- kanak
menggapai kedewasaan tiap- tiap. Guru dalam penafsiran tersebut, baginya
tidaklah hanya orang yang berdiri di depan kelas buat mengantarkan
11 Dr.H. Akmal hawi, M.Ag, kopetensi guru pendidikan agama islam (jakarta; PT
raja grafindo persada, palembang2013)h9
12 20Sadirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2014). h. 125
13
modul pengetahuan tertentu, hendak namun merupakan anggota warga
yang wajib turut aktif serta berjiwa leluasa dan kreatif dalam memusatkan
pertumbuhan anak didiknya buat jadi anggota warga selaku orang berusia.
Dalam penafsiran ini terkesan terdapatnya tugas yang demikian berat yang
wajib dipikul oleh seseorang pendidik, spesialnya guru. Tugas tersebut,
tidak hanya membagikan pelajaran dimuka kelas, pula wajib menolong
mendewasakan anak didik.13
Banyak yang beranggapan bahwasanya guru pendidikan agama
Islam Sekarang ini hanya mengemban tugasnya dalam kelas (lokal),
tidaklah lebih dari itu, melalui buku ini seyogya nya guru itu bertindak
selama 24 jam seperti kata Bapak Abdurrahmansyah, artinya di sini guru
kapan dan di mana saja siap mendidik, mengawasi anak didiknya. Ia tidak
hanya, sebagai bayangan semu saja melainkan harus bergerak sesuai
dengan irama sebenarnya
Apabila kita lihat pada beberapa tokoh yang lalu seperti dalam dunia
filsafat dan pendidikan, kita mengenal nama-nama seperti Aristoteles Plato
dan Sokrates. Kita mengetahui bagaimana mereka menyampaikan ajaran-
ajarannya kepada murid. Sokrates sebagai guru ia berkeliling, ia pergi ke
pasar-pasar untuk menyampaikan ide-ide (Hamalik, 2001: 4), Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah semua orang yang
berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak
didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar
sekolah (Djamarah, 2000: 32). .
Untuk itu pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia Jhon Dewey menyatakan
bahwa pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai
bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan
serta membentuk disiplin hidup (Daradjat, 1983: 1).
13 Basuki dan Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
STAIN Po PRESS, 2007). h. 79
14
Menurut pandangan Islam pendidikan sebagai proses berawal dari
saat Allah Swt. sebagai rabb al-’alamin, menciptakan para Nabi dan rasul
untuk mendidik manusia di muka bumi ini. Pada hakikatnya kata “rabb“
(Tuhan) dan murrabby (pendidik) berasal dari akar kata seperti termuat
dalam ayat Al-Qur’an, yang artinya:
Wahai Tuhan, sayangilah keduanya sebagaimana mereka
mendidikku sewaktu kecil” (QS Al-Isra’: 24) (Depag. RI, 1989: 428).
Dengan demikian, sosok guru tersebut haruslah mampu dalam
berbagai bidang seperti kata Zakiah Daradjat “guru adalah pendidik
profesional” (Daradjat, 1996: 39). Pendidik adalah individu yang mampu
melaksanakan tindakan mendidik dalam situasi pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan (Yusuf, 1982: 54). Sedangkan pendidik dalam
Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak
didik dengan menguayakan perkembangan seluruh potensi anak didik baik
potensi afektif, kognitif maupn psikomotorik( Tafsir, 1992:74-75)14.
c. Tugas dan fungi guru
Tugas Guru memliki peran yang sangat startegis, sebab keberdaan
nya sangat berkaitan dengan keberhasilan dan kualitas pendidikan guru
merupakan pribadi yang harus mapu menerjemahkan dan menjabarkan
nilai nilai yang terdapat dala kurikulum kemudian mentransformasikan
kepada peserta didik melalui proses pembelejaran. kurikulum di gunakan
bagi peserta didik melalui guru agar secara nyata memberikn pengaruh
kepada peserta didik pada saat terjadinya proses pembelajaran bahkan guru
merupakan perwujudan nyata kuriulu di dalam kelas bagi peserta didik
14 Dr.H akmal hawi, M,Ag,kompotensi guru pendidikan agama islam (jakrata:PT
raja grafindo persada) h.9
15
.
1) Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik yang menjadi tkoh,panutan dan identifikasi
bagi peserta didik,dan lingkungan. Oleh karena itu guru harus memliki
standar kulitas pribadi terentu, yang mencakup tanggung jawab wibawa,
mandiri, dan disiplin berkaitan dengan tanggung jawab, guu harus
mengetahui serta memhami nilai, norma, moral, dan sosial, serta berusaha
berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut guru juga
bertanggung jawab terhaddap segala tindakan nya dala pembelajaran di
sekolah, dan dalam kehidupan masyarakat berkenan dengan wibawa guru
harus memiliki kelebihan dan merealisasikan nilai spritual, emosiaonal,
moral, sosial, dan intelektual dalam pribadinya, serta memeliki kelebha
dalam pemhaman ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan sesuaidengan bidang
yang di kembangkan
2) Guru sebagai pengajar
sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan
pembelajaran, dan memegang ha tersebut merupakan tugas dan tanggung
jaawabnya yang pertam dan utama guru membantu peserta didik yang
sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang beum di ketahuanya,
membentuk kompetensi, dan memhami materi standar yang di pelajarinya
pertentengan tentang mengajar berdasar pada suatu unsur
kebenaran yang berangakat dari pendapat kuno yang menekankan bahwa
mengajar berarti memberitahu atau menyampaikan materi pembelajaran.
Dalam hal ini konsep lama yang cenderung membuat kegiatan
16
pembeajaran menjadi monoton wajar jika mendapat tantangan, tetapi tidak
dapat di deskreditkan untuk semua pembelajaran
3) Guru sebagai pelatih
Guru berperan berperan selaku tenaga pelatih, sebab pembelajaran
serta pengajaran membutuhkan dorongan latihan keahlian baik intelektual,
perilaku ataupun motorik. Aktivitas mendidik ataupun mengajar telah
benda pasti memerlukan latihan buat memeperdalam uraian serta
pelaksanaan teori. Guru butuh membagikan sebanyak bisa jadi peluang
pada siswa buat bisa mempraktikkan konsepsi ataupun teori ke dalam
aplikasi yang hendak digunakan langsung dalam kehidupan15
4) Guru sebagai pengelola pembelajaran
Tujuan universal pengelolaan kelas merupakan menyedikan serta
memakai sarana buru sebaagi beragam aktivitas belajar mengajar.
Sebaliknya tujuan spesialnya merupakan meningkatkan keahlian siswa
dalam memakai alat- alat belajar, sediakan kondisi- kondisi yang
membolehkan siswa bekerja serta belajar, dan menolong siswa sehingga
guru juga perlu mempersiapkan media pembelajaran sehingga untuk
mempermudah agar tujuan dari pendidikan tercapai16
5) Guru sebagai evaluator
Tujuan umum adalah guru berperan untuk melihat tingkat
keberhasilan pembelajaran sehingga banyak cara untuk penelian terhadap
pembelajaran siswa.
15 28Suparlan,Menjadi Guru Efektif, (Yogyakarta:HikayatPublishing, 2008). h. 29
16 Rulam Ahmad, Profesi Keguruan,… h. 64
17
6) Guru sebagai pelaksana kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat pengalaman belajr yang hendak
didapat oleh partisipan didik sepanjang dia menjajaki sesuatu proses
pembelajaran. Walaupun seseorang pengajar bisa mengajar secara teliti,
namun jika tidak bertolak dari tujuan tertentu, pelajaran yang dia bagikan
tentu tidak hendak banyak bermanfaat. Tidak hanya itu, tugas guru yakni
membagikan pengertahuan( cognitive) perilaku serta nilai( afektif) serta
keahlian( psychomotor) kepada anak didik. Pula guru itu berupaya jadi
pembimbing yang baik dengan arif serta bijaksana sehingan terbentuk
ikatan 2 arah yang harmonis antara guru serta anak didik.
d. Peran guru pendidikan agama islam
Dikombinasikan dengan fungsinya sebagai "guru", "pendidik" dan
"fasilitator", guru perlu mengambil peran ganda. Peran guru ini selalu
menggambarkan pola perilaku yang diharapkan dalam berbagai interaksi,
baik dengan siswa (terutama), rekan kerja, atau anggota fakultas lainnya.
Inti perannya dapat dilihat dari berbagai kegiatan belajar mengajar yang
interaktif. Karena disadari atau tidak, sebagian waktu dan perhatian guru
dihabiskan dalam proses mengajar dan berinteraksi dengan siswa. Ada
beberapa pandangan tentang peran guru, yang dijelaskan sebagai berikut17
Mengenai apa peranan guru ini ada beberapa pendapat yang
dijelaskan sebagai berikut:
1) Prey Katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator,
sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai
pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan
17 Sadirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2014). h. 143
18
sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan
yang diajarkan.
2) Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai
pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan
(subordinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya
dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan
anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.
3) James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas & peranan
pengajar antara lain: menguasai & berbagi materi pelajaran, merencana
& mempersiapkan pelajaran seharihari, mengontrol & mengevaluasi
aktivitas siswa
4) Federasi & Organisasi Profesional Pengajar Sedunia,
membicarakan bahwa peranan pengajar pada sekolah, nir hanya
menjadi transmiter menurut inspirasi namun pula berperan menjadi
transfomer & katalisator menurut nilai & sikap18
Dari beberapa pendapat diatas maka secara rinci peranan guru dalam
kegiatan belajar mengajar, secara singkat dapat disebutkan sebagai
berikut :
a) Informator yaitu tenaga pendidik dapat menyampaikan
informasi yang sifat nya umum maupun akademik artinya guru
juga dapat sebagai media informasi bagi peserta didik khusunya
terkait tentang pendidikan
b) Organisator yaitu guru dapat mengorganisir komponen yang ada
pada struktur kelembagaan yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar yang mana bertujuan agar terwujudnya suatu cita cita
bersama dan mewjudkan kegiatan yang efektif dan subtansional.
c) Motivator yaitu guru di haruskan dapat menjadi motivator yang
bisa merangsang siswa sehingga potensi yang ada pada peserta didik
dapat tersalurkan maka proses belajar mengajar dapat dilaksanakan
18 35Sadirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,…h. 143-144.
19
d) Pengarah/director yaitu tenaga pendidik wajib mengarahkan
peserta didik ke arah yang positif sehingga hasil dari kegiatan
belajar mengajar dapat terealisasikan dala kehidupan
bermasyarakat
e) Inisiator yaitu guru sebagai penggasa ide yang mana dapat di
tiru dan menjado gambaran awal pada siswa yang akan
memunculkan kreativitas siswa
f) Transmitter yaitu guru sebagai pelaku awal atau contoh atas
kebijaksanan
g) Fasilitator yaitu pengajar memiliki akan menaruh kemudahan
pada prosesbelajar mengajar, contohnya menggunakan membentuk
suasana kelas yangserasi menggunakan perkembangan siswa,
sebagai akibatnya proses belajar mengajar dapat berlangsung
efektif.
h) Mediator yaitu guru berfungsi sebagai penengah atas proses
belajar mengar yang terjadi di lingkungan sekolah.
i) Evaluator yaitu pengajar memiliki otoritas buat menilai prestasi
murid pada bidang akademis juga tingkah laris sosialnya, sebagai
akibatnya bisa memilih bagaimana anak didiknya berhasil atau nir.
Namun jibila diamati secara relatif mendalam penilaian-penilaian
yg dilakukan pengajar itu tak jarang hanya adalah penilaian
ekstrinsik & sama sekali belum menyentuh penilaian ekstrinsik.
Evaluasi yang dimaksud merupakan penilaian yg meliputi jua
penilaian intrinsik. Untuk ini pengajar wajib hati-hati pada
menjatuhkan nilai atau kriteria keberhasilan. Dalam hal ini nir
relatif hanya dipandang berdasarkan atau tidaknya mengerjakan
mata pelajaran yang diujikan, namun masih perlu terdapat
pertimbangan-pertimbangan yang sangat unik pada
20
kompleks, terutama yang menyangkut konduite & values yang
terdapat dalam masing-masing mata pelajaran.19
.
3. Mencegah paham radikalisme
a. Pengertian radikalisme
sebutan radikal berasal dari kata radical yang merupakan kata sifat
dalam bahasa inggris. Kata radikal itu sendiri berasal dari bahasa latin
yakni radix yang mempunya arti akar, artinya sebutan dasar dari radikal
adalah mengakar atau befikir sampai ke akar akar nya sehingga dapat di
artikan bahwa istilah radikal adalah suatu pemikiran yang menghendaki
perubahan secara ekstrem.
oleh karna itu filsafat memahami bahwa istilah radikal merupakan
berfikir sampai ke akar akar nya
Pada pada periode abad ke 18 sebutan radical ini di labelkan pada
merka yang menganut sistem politik yang melakukan perombakan secara
besar besaran dan menyeluruh sehingga mempunyai pemikiran yang
ekstrem untuk melakukan pemberontakan terhadap suatu negara.
Kalangan radikal dini ini memperjuangkan kebebasan untuk seluruh
rakyat serta mereformasi sistem penentuan pemegang kedaulatan di
Inggris yang setelah itu meluas dengan pecahnya Revolusi Inggris serta
Revolusi Perancis. Mereka menuntut di leburnya kerajaan serta digantikan
dengan republik yang merdeka.
Kalangan radikal di masa dini ini pula menuntut dihilangkannya
hak- hak istimewa, menuntut pemerataan serta kebebasan pers
Pada akhir abad ke- 19 sebutan radical( radicalism) di Eropa
dimengerti selaku pandangan hidup liberal serta progresif. Pada masa
selanjutnya radikal tidak saja digunakan untuk mereka yang
menginginkanserta mengupayakan pergantian yang total, tuntas, serta
19 36Sadirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,…h. 144-146.
21
merata, hendak namun untuk mereka upaya pergantian tersebut wajib
secara revolusioner, merata bukan aspektual. Pergantian itu dapat terjalin
secara damai bersumber pada konvensi, na mun yang lebih kerap terjalin
merupakan dengan paksaan ataupun keterpaksaan serta apalagi kekerasan.
Walaupun radikalisme lebih dini berkembang di dunia politik, hendak
namun masa belum lama terjalin dalam bidang- bidang lain, paling utama
dalam bidang sosial keagamaan.
Dari segi agama dapat dimaknai sebagai paham keagamaan, mengacu
pada basis agama yang sangat mendasar dengan fanatisme agama yang sangat
tinggi, sehingga tidak jarang para penganut paham/mazhab tersebut
menggunakan kekerasan terhadap pemeluk agama yang berbeda/ sekolah untuk
mewujudkan keyakinan dan praktik keagamaan mereka. Dia percaya itu diterima
dengan paksa. Aktivisme berarti gerakan dengan pandangan kuno dan seringkali
kekerasan untuk mengajarkan keyakinan mereka. Pada saat yang sama, Islam
adalah agama damai. Islam tidak pernah membela penggunaan kekerasan untuk
menyebarkan agama, pemahaman agama dan pemahaman politik20
Pada bidang yang diucap terakhir radikal ataupun radikalisme
dilabelkan untuk mereka yang berpegang teguh pada kepercayaan serta
pandangan hidup yang dianutnya secara kaku sehingga konsekuensinya
seluruh yang lain serta tidak sama dengannya merupakan salah serta galat.
Tiap kekeliruan serta kesalahan( yang dalam Islam diistilahkan dengan
mungkar) wajib diluruskan serta diperbaiki.21
Sementara Sedangkan Sartono Kartodirdjo mengartikan radikalisme
selaku gerakan sosial yang menolak secara merata tertib sosial yang lagi
berlangsung serta diisyarati oleh kejengkelan moral yang kokoh buat
menentang serta bermusuhan dengan kalangan yang mempunyai hak- hak
istimewa. Radikalisme kerap dimaknai berbeda diantara kelompok
kepentingan. Dalam lingkup keagamaan, radikalisme ialah gerakangerakan
20 Yunus, A. Faiz. "Radikalisme, Liberalisme dan Terorisme: Pengaruhnya
Terhadap Agama Islam." Jurnal Studi Al-Qur'an 13.1 (2017): 76-94.
21 PROF.DR.SYAHRIYAN HARAPAP, M.A. upaya kolektif mencegah paham
radikalisme dan terorisme(depook siraja preneda media group)h3-4
22
keagamaan yang berupaya merombak secara total tatanan sosial serta
politik yang terdapat dengan jalur memakai kekerasan.
Sebaliknya dalam riset Ilmu Sosial, Radikalisme dimaksud selaku
pemikiran yang mau melaksanakan pergantian yang mendasar cocok
dengan interpretasinya terhadap kenyataan sosial ataupun pandangan
hidup yang dianutnya22
Dalam bidang keagamaan, fenomena radikalisme agama tercermin
dari tindakan-tindakan destruktif-anarkis atas nama agama dari
sekelompok orang terhadap kelompok pemeluk agama lain (eksternal) atau
terhadap kelompok seagama (internal) yang berbeda dan dianggap sesat.
Termasuk dalam radikalisme bidang keagamaan adalah aktifitas untuk
memaksakan pendapat, keinginan, dan cita-cita keagamaan dengan cara
kekerasan.
b. Ciri ciri kaum radikal
Menurut Syeikh Yusuf Qardhawi terdapat beberapa indikasi yang dapat
dijadikan parameter seseorang dapat dikatakan radikal, yaitu:
1) Seseorang yang terlalu fanatik sehingga tidak mau menghargai
pendapat orang lain dan tidak bisa di ajak diaalog untuk bertukar pendapat
terhadap orang lain
2) memaksa orang lain untuk melakukan hal-hal yang tidak perlu yang di
wajibkan oleh ALLAH SWT sehingga hal hal yang sifat nya sunnah di
anggap menjadi hal yang wajib dan melalukan kekerasan yang tidak pada
tempat nya
3) Memiliki sifat yang keras dan kasar yang menyebabkan
penyampaikan ceramah agama yang tidah santun dan keras dalam
bergaul
22 Jakaria Umro, Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah
Radikalisme Agama Di Sekolah, Journal Of Islamic Education (JIE) Vol. II No. 1 Mei 2017.
h. 95.
23
4) berfikir suudzon terhadap orang yang tidak sependapat dengan
golongan mereka sehingga selalu melihat keburukan orang lain tanpa
melihat sisi baik nya
5)Mengkafirkan orang lain. Radikalisme mencapai puncaknya ketika
menggugurkan kesucian orang lain serta menghalalkan darah dan
harta mereka. Hal ini terjadi ketika seseorang mengkafirkan dan
menuduh kebanyakan umat Islam telah murtad dari Islam. 23
Syahrin Harahap menyatakan ada sepuluh yang menjadi ciri kaum
radikalis dan teroris:
1) Tekstualis (literalis) dan kaku yang mana hanya melihat sumber
sumber hukum hanyan melalui tekstual tanpa mau mengambil
sumber sumber lain dan tidak melihat suati dan kondisi yang ada
2) Ekstrem, fundamentalis, dan ekslusif. Ekstrem hal ini juga
terjadi dalam kehidupan beragama sehingga dikenal adanya
fundamentalisme agama
3) Eksklusif. Kaum radikalis selalu menganggap baha paha yang di
anut ya selalu benar dan selalu menganggap paham lain selalu
selah karna kaut nya keyakinan meraka dan kuat nya ideologis
meraka selalu enganggap yang berbeda itu salah
4) Selalu bersemangat mengoreksi orang lain. Sebagai kelanjutan
dari sikapnya yang ekslusif, kaum radikalisme memiliki semangat
yang tinggi untuk mengoreksi, menolak, dan bahkan melawan yang
lain.
5) Kaum radikalis dan teroris membenarkan adanya kekerasan
dalam dakwah sehingga menghalalkan segala cara dalam
penyampaian dakwah nya
23 Jakaria Umro, Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah
Radikalisme Agama Di Sekolah,…h. 28-29.
24
.
6) Ciri ciri lain kaum radikalisme dan teroris yakni memliki
kesetiaan lintasnegara, suatu tindakan radikal dan teror di sutu
negara bisa di kendalikan dan membalas apa yang di alami
kelompok nya di negara lain
7) karena kontruksi musuh yang yang tidak jelas tersebut, mmaka
mereka melakukan all out war (perang mati matian) terhadap yang di
anggap musuh agamanya dan melakukan kemungkaran, meskipun
tidak secara langsung memusuhi mereka, membunuh dan mengusir
nya sebagai syarat perang agama
8) Kaum radikalis sangat konsern pada isu-isu penegakkan negara
agama (dalam Islam seperti kekhilafahan), karena dianggap berhasil
mewujudkan tatanan dunia yang lebih adil dan sejahtera karena
menjadikan agama (secara eksplisit) sebagai dasar negara dan
hukum
dari dua pendapat di atas bisa di tarik kesimpulan bahwa ciri ciri
kaum radikalis yang sangat menonjol yakni yang pertama tekstualis dan
penyampainya secara kaku dan yang kedua terlalu fanatik terhadap paham
yang di anut nya sehingga mudah mengakafirkan dan menyesatkan paham
lain. 24
24 PROF.DR.SYAHRIYAN HARAPAP, M.A. upaya kolektif mencegah paham
radikalisme dan terorisme(depook siraja preneda media group)h19
25
c. Faktor penyebab muncul nya paham radikalisme
Peningkatan paham radikalisme semakin banyak bertumbuh dan
mengakar melihat kenyataan semakin banyak nya kelompok dari
berbagai penafsiran, aliran, pemahaman, bahkan dari circle agama
tertentu. faktor penyebab muncul nya paham radikalisme antara lain
yakni;
a. Faktor internal dan eksternal faktor internal yaitu kecenderungan
destruktif yang ada pada diri manusia akan tetetaoi faktor dala
ini tidaklah terwujud dalam tindakan manusia apabila tidak di
beri ruang oleh faktor luar.
Faktor eksternal atau luar dari manusia yang sangat
majemuk(kompleks) sifatnya. Diantaranya himpitan sosial
politik, ketidakadilan, dan disperatif(kesenjangan) kesejahteraan
Inilah yang membuat banyak anak muda tertarik menjadi jihadis
(pasukan jihad) kedaerah konflik karena iming iming imbalan
b. Emosi dan solidaritas keagamaan. Persaudaraaan yang di ajarkan
agama sering di pahami secararigid (kaku) dan literalis (tekstual)
sehingga kekacauan dan kekerasan di daerah tertentu dapat di
balas di daerah lain mendatangi daerah yang bergejolak dan
melakukan tindakan perlawanan atau pembalasan. contoh nya,
keinginan sebagian orang indonesia untuk turut berjuang di
palestina, afganistan, tanpa prosedur, bekal, kemapuan, dan
pengetahuan yang memadai
c. Faktor kultural, menolak sekularisme hal ini dapat di lihat dalm
berkembang nya penolakan dan bahkan kebncian terhadap kultur
sekularime di wilayah wilayah yang penduduk nya menganut
kuat keyakinan agama dan budaya sehingga mengambil tindakan
yang sering kali keras terhadapnya
26
d. Kebijakan pemerintah yang tidak adil dalam berbagai hal di
berbagai tempat dan wilayah yang menimbulkan kesenjangan ,
dan kesenjangan ini sering kali menimbulkan kecemburuan serta
menyulut muncul nya radikalisme dan terorisme
e. Faktor ideologi anti—westernis dan liberalisme, yakni ketika
sekularisme dan liberalisme mempengaruhi masyarakat, maka
sering kali muncul reaksi berupa radikalisme dan
bahkanterorisme terhadap nya
f. Tidak adanya daya banding paha dan keyakinan terhadap paham
dan keyakinan orang lain. Hal ini terjadi dalam bentuk sikap
tertutup dan ekslusif baik dalam berpikir maupun dalam
mengaplikasikan ajaran agama dalam kehidupan nya
g. Radikalisme dan terorisme sering menggunakan istilah istilah
yang berhimpit dengan istilah istilah agama hal ini akan cepat
mendapat simpati dari penganut agama, terutama yang masih
dangkal pemhaman nya terkait ilmu agama .
Dengan menerapkan aturan syari’at mereka merasa dapat
mematuhi perintah agama dalam rangka menegakkan keadilan. Namun,
tuntutan penerapan syariah sering diabaikan oleh negara-negara sekular
sehingga mereka frustasi dan akhirnya memilih cara- cara kekerasan25
25 PROF.DR.SYAHRIYAN HARAPAP, M.A. upaya kolektif mencegah paham
radikalisme dan terorisme(depook siraja preneda media group)h9
27
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis penelitian
1. Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Penelitian kualitattif (Qualitative research) adalah
suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,
pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi
digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan pada
penyimpulan. Penelitian kualitatif bersifat induktif, peneliti membiarkan
permasalahan-permasalahan muncul dari atau dibiarkan terbukauntuk
interprestasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup
deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan hasil
wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-
catatan. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama,
menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) dan kedua
menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain).26
Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru,
karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postposivistik
karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini disebut juga
sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang
terpola), dan disebut sebagai metode interpreative karena data hasil
penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang
dilapangan. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian
naturalistik, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(natural setting). Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek
yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya tidak
dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi
dinamika pada obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif instrumennya
26 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009), 60.
28
adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat
menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan
yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan
mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan
bermakna untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam
terhadap situasi sosial yang diteliti. Maka teknik pengumpulan data
bersifat triangulasi, yaitu menggabungkan berbagai teknik pengumpulan
data secara gabungan atau simultan. Analisis data yang dilakukan bersifat
induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan
kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. 27
2. jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian lapangan. kualitatif dengan strategi penelitian lapangan
merupakan studi atau penelitian terhadap realisasi kehidupan sosial
masyarakat secara langsung. Dalam penelitian lapangan, kajian bersifat
terbuka, tidak terstruktur, dan fleksibel, karena peneliti memiliki peluang
untuk menentukan fokus kajian. Penelitian lapangan bersifat tidak
terstruktur karena sistematika fokus kajian dan prosedur pengkajiannya
tidak dapat disistemisasikan secara ketat dan pasti. Selain itu, penelitian
lapangan juga bersifat fleksibel karena selama proses penelitian, peneliti
diperkenankan untuk memodifikasi rumusan masalah maupun format-
format yang digunakan. Dalam penelitian yang berorientasi pada tujuan
untuk memahami karakteristik individu maupun kelompok tertentu secara
fokus mendalam, maka jenis penelitian lapangan yang dilakukan termasuk
dalam kelompok studi kasus. Sementara itu jika orientasinya pada tujuan
untuk memahami ciri kehidupan sosial budaya suatu masyarakat guna
27 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2014), 7-9.
29
menyusun deskripsi secara sistematis, maka penelitian lapangan yang
dilakukan termasuk dalam jenis penelitian etnografi28
Jadi tujuan deskriptif dalam penelitian ini yaitu untuk memberikan
gambaran secara sistematis , aktual dan akurat mengenai fakta-fakta
tertentu yaitu tentang. Peran guru PAI dalam mencegah paha radikalisme
di SMA ISLAM GUMUKMAS TAHUN AJARAN 2022-2023
B. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA ISLAM GUMUKMAS JEMBER
Alasan peneliti memilih lembaga ini dikarenakan cocok dengan judul
penelitian yang di ambil sehingga memudahkan peneliti untuk
memperoleh data yang diininkan.
C. Subyek penelitian
Untuk memperoleh data valid dan dapat dipertanggung jawabkan,
penetuan subyek dalam penelitian ini menggunakan teknik Sampling
Purposive. Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian
kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi29
Penentuan sampel ini dilakukan di lembaga. SMA ISLAM
GUMUKMAS Untuk lebih mengakuratkan hasil penelitian, maka peneliti
memilih informan yang relevan untuk memberikan informasi diantaranya
yaitu:
a. Kepala sekolah selaku pemimpin di lembaga tersebut.
b. Guru Pendidikan Agama Islam
c. Siswa
28 Farida Nugraha, Metode Penelitian Kualitatif: Dalam Penelitian Bahasa
(Surakata: Alfabeta, 2014), 48.
29 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 85.
30
D. Teknik pengumpulan data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada
orang lain
Analisis dalam penelitian jenis apapun merupakan cara berpikir.
Hal ini berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu
untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannya
dengan keseluruhan. Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu
suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan
pola hubungan tertentu atau men jadi hipotesis. Metode analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Miles and Hubermen
dengan langkah-langkah sebagai berikut
a. Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanyang
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
b. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan
sejenisnya. Dengan begitu, data yang telah diperoleh dapat
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga penelitian akan
lebih mudah dipahami.
31
c. Verifikasi
Langkah ketiga adalah verifikasi atau penarikan kesimpulan.
Dalam penarikan kesimpulan ini berisi jawaban-jawaban atas rumusan
masalah yang telah dirumuskan sejak awal
E. Analaisi data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan
analisis terhadap jawabn yang diwawancarai. Bila jawaban yang
diwawancarai setelah di analisis terasa belum memuaskan, maka peneliti
akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai diperoleh data yang dianggap
kredibel Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangusng secara
terus menerus sampa tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
dalam analisis data yaitu, data reduction, data display, dan conclusion
drawing atau verification.
a. Data Reduction (Reduksi data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti
telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka
jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu
perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
b. Data Display (Penyajian Data)
32
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kualitatif, Penyajian
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan
data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
difahami tersebut.
c. Conclusion Drawing atau Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles
dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang
mendukug pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.30
F. Keabsahan data
Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan cara, dan berbagai waktu
dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Triagulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredubilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber. Contoh untuk menguji kredibilitas data
tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam, maka pengumpulan
dan pengujian data yang telah diperoleh dari Kepala Sekolah,
Guru mata pelajaran, dan Siswa. Data dari sumber tersebut tidak
30 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 246-252.
33
bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi
dideskripsikan mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan
spesifik dari sumber tersebut. Data yang telah dianalisis oleh
peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya
dimintakan kesepakatan dengan ke empat sumber data tersebut.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan
wawancara, lalu di cek dengan observasi, dokumentasi. Bila
dengan ketiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut,
menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan
diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau
yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar, atau
mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-
beda31
G. Tahap tahap penelitian
Pada bagian ini menguraikan rencana pelaksanaan penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti, mulai dari penelitian pendahuluan,
pengembangan desain, penelitian sebenarnya, dan sampai pada tahap
penulisan laporan. Ada beberapa tahap dalam penelitian ini, terdiri dari
tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data
a. Tahapan Pra-Lapangan
Pada tahap pra-lapangan ini ada lima kegiatan yang harus
dilakukan oleh peneliti kualitatif. Kegiatan tersebut dapat dipaparkan
sebagai berikut:
1) Menyusun rancangan penelitian yaitu:
a) Mencari permasalahan yang terjadi untuk dijadikan bahan
penelitian.
31 Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian di Bidang
Pendidikan (Ponorogo: CVNata Karya, 2019), 94-95.
34
b) Menentukan judul penelitian.
c) Menentukan matrik penelitian.
d) Membuat proposal penelitian.
2) Memilih lokasi penelitian
Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lokasi
penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substansif
dan mempelajari serta mendalami fokus serta rumusan masalah
penelitian, untuk itu pergi dan jajakilah lapangan untuk melihat
apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan.
Dalam penentuan lokasi penelitian perlu untuk mempertimbangkan
waktu, biaya, tenaga yang dimiliki peneliti kualitatif. Dalam tahap
ini peneliti memilih SMA ISLAM GUMUKMAS sebagai tempat
penelitian.
3) Mengurus perizinan
Pertama-tama yang perlu diketahui peneliti adalah siapa saja
yang berwewenang memberikan izin pelaksanaan penelitian
tersebut. Tentu saja peneliti jangan mengabaikan izin meninggalkan
tugas yang dimintakan dari atasan peneliti sendiri, dan seterusnya
yang terkait dengan penelitian. Dalam tahap ini peneliti
menyerahkan surat pengantar yang ditentukan program studi kepada
Kepala Sekolah SMA ISLAM GUMUKMAS untuk melakukan
penelitian.
4) Memilih dan memanfaatkan informan
Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.
Jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar belakang
penelitian. Dalam tahap ini peneliti memilih Kepala Sekolah SMA
ISLAM GUMUKMAS, Guru Pendidikan Agama Islam, dan Siswa.
5) Menyiapkan perlengkapan penelitian
Peneliti hendaknya menyiapkan tidak hanya perlengkapan
fisik, tetapi segalam macam perlengkapan penelitian yang yang
35
diperlukan. Dalam tahap ini alat-alat yang disiapkan oleh peneliti
yaitu buku, alat tulis, dan alat perekam. Yang paling penting ialah
agar peneliti sejauh mungkin sudah menyiapkan segala alat dan
perlengkapan penelitian yang diperlukan sebelum terjun ke
lapangan.
b. Tahap Pekerjaan
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data-data yang
diperlukan dalam penelitian. Tahapan lapangan pekerjaan sebagai
berikut:
1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri Memahami latar
penelitian dan persiapan diri dalam tahap pekerjaan lapangan
masih diuraikan menjadi beberapa tahapan, yaitu:
2) Pembatasan latar dan peneliti
Peneliti harus memahami latar penelitian untuk bisa masuk
ke tahap pekerjaan lapangan. Selain itu peneliti harus
mempersiapkan fisik dan mental, serta etika sebelum akan
diperkuat dengan adanya dokumentasi berupa foto kegiatan.
1) Penampilan
Dalam tahap memahami latar penelitian dan
mempersiapkan diri, peneliti harus memperhatikan
penampilannya saat memasuki lapangan dan menyesuaikan
dengan kebiasaan, adat, tata cara, dan budaya latar penelitian.
Penampilan peneliti secara fisik juga harus diperhatikan,
karena sebaiknya saat melakukan penelitian, peneliti tidak
menggunakan pakaian yang mencolok dan lebih baik jika
peneliti menggunakan pakaian yang sama seperti subjek
penelitian.
2) Pengenalan hubungan peneliti di lapangan
Jika peneliti menggunakan observasi partisipatif, maka
peneliti harus menjalin hubungan yang dekat dengan subjek
penelitian, sehingga keduanya dapat bekerja sama dan saling
36
memberikan informasi. Peneliti harus bersikap netral saat
berada di tengah-tengah penelitian.
3) Jumlah waktu studi
Peneliti harus memperhatikan waktu dalam
melakukan penelitian. Jika peneliti tidak memperhatikan
waktu, kemungkinan peneliti akan terlalu asyik dan masuk
terlalu dalam ke kehidupan subjek penelitian, sehingga
waktu yang sudah direncanakan menjadi berantakan.
Peneliti harus mengingat bahwa banyak hal yang
harus dilakukan seperti, menata, mengorganisasi, dan
menganalisi data yang dikumpulkan. Peneliti yang harus
menentukan sendiri pembagian waktu, agar dapat digunakan
secara efektif dan efisien. Peneliti harus tetap berpegang
teguh pada tujuan, masalah, dan pembagian waktu yang di
susun. Jika penelitian yang dilakukan semakin panjang,
maka tanggungan yang harus dihadapi oleh peneliti adalah
penambahan biaya.
c. Tahap Analisis Data
Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah
di lapangan. Tahapan yang dilakukan dapat di uraikan sebagai
berikut:
1) Tahap awal yaitu merangkum data yang diperoleh dari hasil
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
2) Tahap kedua yaitu menyajikan data, membuat uraian dari data
yang sudah direduksi.
3) Tahap ke tiga yaitu membuat uraian singkat tahap akhir atau
mengambil kesimpulan.
37
H. Sistimatika pembahasan
Penelitian skripsi ini, peneliti akan membagi dalam beberapa bab
agar pembahasan skripsi ini dapat tersusun dengan baik. Sehingga tulisan ini
dapat memenuhi standar penulisan sebagai karya ilmiah. Sistematika
pembahasan dalam penyusunan penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu:
Bab I : Pendahuluan, pada bab pendahuluan berfungsi sebagai pengantar
informasi penelitian yang terdiri dari uraian tentang Latar Belakang
Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi
Istilah, dan Sistematika Pembahasan.
Bab II : Kajian Pustaka, pada bab kajian pustaka ini, dikupas
berbagai teori yang menjadi landasan teoritik penelitian. Sesuai judul
skripsi maka pembahasan pada bab ini berisi tentang Penelitian Terdahulu
dan Kajian Teori.
Bab III : Metode Penelitian, pada bab ini akan dipaparkan tentang
Pendekatan Dan Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Subyek Penelitian,
Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data, Keabsahan Data, Tahap-tahap
Penelitian mengenai implementasi reward dan punishment dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa di SMA ISLAM GUMUKMAS
tahun ajaran 2022-2023
Bab IV : Paparan data dan analisis data, pada bab ini akan
dipaparkan hasil penelitian tentang paparan data, yaitu gambaran umum
sekolah dan penemuan penelitian.
Bab V: Penutup, pada bab ini dikemukakan tentang kesimpulan
sebagai jawaban atas fokus penelitian dan saran-saran. Bagian akhir dari
skripsi ini juga dicantumkan daftar pustaka dan berbagai lampiran.32
32 Tim Penyusun INAIFAS, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember: INAIFAS
Press Kencong Jember, 2020), 45.
38
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rulam, Profesi Keguruan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2018).
Abror Mufidul, Radikalisasi dan Deradikalisasi Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Menengah Atas (Studi Multi Kasus di SMAN 3 Lamongan
dan SMK NU Lamongan), (Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya, 2016).
Basuki dan Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
STAIN Po PRESS, 2007).
Daradjat Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012).
Dr.H. Akmal hawi, M.Ag, kopetensi guru pendidikan agama islam (jakarta; PT
raja grafindo persada, palembang2013)
Faiz.Yunus, A. "Radikalisme, Liberalisme dan Terorisme: Pengaruhnya Terhadap
Agama Islam." Jurnal Studi Al-Qur'an 13.1 (2017).
Mudlofir Ali, Pendidik Profesional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013).
Munip Abdul, Menangkal Radikalisme Agama di Sekolah, Jurnal Pendidikan
Islam, Vol. I, No. 2, 21 November 2012.
PROF.DR. HARAPAP SYAHRIYAN, M.A. upaya kolektif mencegah paham
Rabba Nala Auna, Skripsi: Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Upaya
Mencegah Radikalisme Di Sma Khadijah Surabaya, (Surabaya: UIN
Sunan Ampel Surabaya, 2019). h. 4-5
Rokhmad Abu, Radikalisme Islam dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal,
Walisongo, Vol. 20, No. 1, Mei 2012.
Sekretariat Negara RI, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 hal 2
Sholehuddin, Kebijakan Pendidikan Nasional dalam Menanggulangi Radikalisme
Agama, Inovasi, Vol. 11, No. 4, Oktober-Desember 2017.
Sadirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2014).
Suparlan, Menjadi Guru Efektif, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008).
39
Umro Jakaria, Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah
Radikalisme Agama Di Sekolah, Journal Of Islamic Education (JIE)
Vol. II No. 1 Mei 2017. h. 95.
Sukmadinata Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009).
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2014).
Nugraha Farida, Metode Penelitian Kualitatif: Dalam Penelitian Bahasa
(Surakata: Alfabeta, 2014)
Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian di Bidang Pendidikan
(Ponorogo: CV Nata Karya, 2019)
Tim Penyusun INAIFAS, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember: INAIFAS
Press Kencong Jember, 2020)
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011).

More Related Content

Similar to PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENCEGAH PAHAM RADIKALISME DI SMA ISLAM GUMUKMAS

manajemenpendidikanislam-160508051705 (1).pdf
manajemenpendidikanislam-160508051705 (1).pdfmanajemenpendidikanislam-160508051705 (1).pdf
manajemenpendidikanislam-160508051705 (1).pdfizatulsilmi1
 
Pendekatan dan Tantangan dalam Manajemen Pendidikan Islam
Pendekatan dan Tantangan dalam Manajemen Pendidikan IslamPendekatan dan Tantangan dalam Manajemen Pendidikan Islam
Pendekatan dan Tantangan dalam Manajemen Pendidikan IslamMythaChan
 
194-Article Text-694-1-10-20210208.pdf
194-Article Text-694-1-10-20210208.pdf194-Article Text-694-1-10-20210208.pdf
194-Article Text-694-1-10-20210208.pdfSaddamSevenmatika1
 
033_H_KR_2022 Salinan SK Kabadan tentang Perubahan SK 008 tentang Capaian Pem...
033_H_KR_2022 Salinan SK Kabadan tentang Perubahan SK 008 tentang Capaian Pem...033_H_KR_2022 Salinan SK Kabadan tentang Perubahan SK 008 tentang Capaian Pem...
033_H_KR_2022 Salinan SK Kabadan tentang Perubahan SK 008 tentang Capaian Pem...SriMurni41
 
Tugas artikel jurnal riani
Tugas artikel jurnal rianiTugas artikel jurnal riani
Tugas artikel jurnal rianirosesani1
 
PPT Bimtek IKM PAI Juli 2022.pptx
PPT Bimtek IKM PAI Juli 2022.pptxPPT Bimtek IKM PAI Juli 2022.pptx
PPT Bimtek IKM PAI Juli 2022.pptxSunaryoTanggel1
 
CP PAI DAN BP FASE A KURIKULUM MERDEKA
CP PAI DAN BP FASE A KURIKULUM MERDEKACP PAI DAN BP FASE A KURIKULUM MERDEKA
CP PAI DAN BP FASE A KURIKULUM MERDEKAModul Guruku
 
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...Muhamad Yogi
 
ISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN ISLAM
ISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN ISLAMISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN ISLAM
ISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN ISLAMLiseu Taqillah
 
06. akidah akhlak viii_mts_2019
06. akidah akhlak viii_mts_201906. akidah akhlak viii_mts_2019
06. akidah akhlak viii_mts_2019Antomi Rk
 
Pembelajaran Islam Toleran Dalam Pendidikan Islam
Pembelajaran Islam Toleran Dalam Pendidikan IslamPembelajaran Islam Toleran Dalam Pendidikan Islam
Pembelajaran Islam Toleran Dalam Pendidikan Islamarnisuka1
 
Sesi 03_Memahami Capaian Pembelajaran.pptx
Sesi 03_Memahami Capaian Pembelajaran.pptxSesi 03_Memahami Capaian Pembelajaran.pptx
Sesi 03_Memahami Capaian Pembelajaran.pptxnuraeni1242
 
buku-siswa-hadis-kelas-11 (1).doc
buku-siswa-hadis-kelas-11 (1).docbuku-siswa-hadis-kelas-11 (1).doc
buku-siswa-hadis-kelas-11 (1).docUabdulAziz1
 
A. ILMI ASLAM - FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM.pptx
A. ILMI ASLAM - FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM.pptxA. ILMI ASLAM - FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM.pptx
A. ILMI ASLAM - FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM.pptxILmiAsLam
 
Internalisasi nilai nilai agama
Internalisasi nilai nilai agamaInternalisasi nilai nilai agama
Internalisasi nilai nilai agamaiwan Alit
 
Internalisasi nilai nilai agama
Internalisasi nilai nilai agamaInternalisasi nilai nilai agama
Internalisasi nilai nilai agamaiwan Alit
 

Similar to PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENCEGAH PAHAM RADIKALISME DI SMA ISLAM GUMUKMAS (20)

manajemenpendidikanislam-160508051705 (1).pdf
manajemenpendidikanislam-160508051705 (1).pdfmanajemenpendidikanislam-160508051705 (1).pdf
manajemenpendidikanislam-160508051705 (1).pdf
 
Pendekatan dan Tantangan dalam Manajemen Pendidikan Islam
Pendekatan dan Tantangan dalam Manajemen Pendidikan IslamPendekatan dan Tantangan dalam Manajemen Pendidikan Islam
Pendekatan dan Tantangan dalam Manajemen Pendidikan Islam
 
02. CP PABP REVISI.pdf
02. CP PABP REVISI.pdf02. CP PABP REVISI.pdf
02. CP PABP REVISI.pdf
 
194-Article Text-694-1-10-20210208.pdf
194-Article Text-694-1-10-20210208.pdf194-Article Text-694-1-10-20210208.pdf
194-Article Text-694-1-10-20210208.pdf
 
Kertas cadangan
Kertas cadanganKertas cadangan
Kertas cadangan
 
033_H_KR_2022 Salinan SK Kabadan tentang Perubahan SK 008 tentang Capaian Pem...
033_H_KR_2022 Salinan SK Kabadan tentang Perubahan SK 008 tentang Capaian Pem...033_H_KR_2022 Salinan SK Kabadan tentang Perubahan SK 008 tentang Capaian Pem...
033_H_KR_2022 Salinan SK Kabadan tentang Perubahan SK 008 tentang Capaian Pem...
 
Tugas artikel jurnal riani
Tugas artikel jurnal rianiTugas artikel jurnal riani
Tugas artikel jurnal riani
 
CP PAIS KLS I.pdf
CP PAIS KLS I.pdfCP PAIS KLS I.pdf
CP PAIS KLS I.pdf
 
PPT Bimtek IKM PAI Juli 2022.pptx
PPT Bimtek IKM PAI Juli 2022.pptxPPT Bimtek IKM PAI Juli 2022.pptx
PPT Bimtek IKM PAI Juli 2022.pptx
 
CP PAI DAN BP FASE A KURIKULUM MERDEKA
CP PAI DAN BP FASE A KURIKULUM MERDEKACP PAI DAN BP FASE A KURIKULUM MERDEKA
CP PAI DAN BP FASE A KURIKULUM MERDEKA
 
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...
 
ISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN ISLAM
ISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN ISLAMISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN ISLAM
ISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN ISLAM
 
06. akidah akhlak viii_mts_2019
06. akidah akhlak viii_mts_201906. akidah akhlak viii_mts_2019
06. akidah akhlak viii_mts_2019
 
Pembelajaran Islam Toleran Dalam Pendidikan Islam
Pembelajaran Islam Toleran Dalam Pendidikan IslamPembelajaran Islam Toleran Dalam Pendidikan Islam
Pembelajaran Islam Toleran Dalam Pendidikan Islam
 
Sesi 03_Memahami Capaian Pembelajaran.pptx
Sesi 03_Memahami Capaian Pembelajaran.pptxSesi 03_Memahami Capaian Pembelajaran.pptx
Sesi 03_Memahami Capaian Pembelajaran.pptx
 
buku-siswa-hadis-kelas-11 (1).doc
buku-siswa-hadis-kelas-11 (1).docbuku-siswa-hadis-kelas-11 (1).doc
buku-siswa-hadis-kelas-11 (1).doc
 
A. ILMI ASLAM - FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM.pptx
A. ILMI ASLAM - FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM.pptxA. ILMI ASLAM - FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM.pptx
A. ILMI ASLAM - FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM.pptx
 
Internalisasi nilai nilai agama
Internalisasi nilai nilai agamaInternalisasi nilai nilai agama
Internalisasi nilai nilai agama
 
Internalisasi nilai nilai agama
Internalisasi nilai nilai agamaInternalisasi nilai nilai agama
Internalisasi nilai nilai agama
 
Isi 2 jadi
Isi 2 jadiIsi 2 jadi
Isi 2 jadi
 

More from Alorka 114114

1-10 latihan mengunting dan menempel.docx
1-10 latihan mengunting dan menempel.docx1-10 latihan mengunting dan menempel.docx
1-10 latihan mengunting dan menempel.docxAlorka 114114
 
kebiasaan baik_belajar untuk anak berkebutuhan khusus.pdf
kebiasaan baik_belajar untuk anak berkebutuhan khusus.pdfkebiasaan baik_belajar untuk anak berkebutuhan khusus.pdf
kebiasaan baik_belajar untuk anak berkebutuhan khusus.pdfAlorka 114114
 
Mengenal huruf konsonan dan vokal serta membacanya.docx
Mengenal huruf konsonan dan vokal serta membacanya.docxMengenal huruf konsonan dan vokal serta membacanya.docx
Mengenal huruf konsonan dan vokal serta membacanya.docxAlorka 114114
 
Mewarnai dan belajar mengenal angka 1-12.docx
Mewarnai dan belajar mengenal angka 1-12.docxMewarnai dan belajar mengenal angka 1-12.docx
Mewarnai dan belajar mengenal angka 1-12.docxAlorka 114114
 
“RELEVANSI PERILAKU KORUPTIF DALAM PELAKSANAAN KAMPANYE PADA MASA RESES YANG ...
“RELEVANSI PERILAKU KORUPTIF DALAM PELAKSANAAN KAMPANYE PADA MASA RESES YANG ...“RELEVANSI PERILAKU KORUPTIF DALAM PELAKSANAAN KAMPANYE PADA MASA RESES YANG ...
“RELEVANSI PERILAKU KORUPTIF DALAM PELAKSANAAN KAMPANYE PADA MASA RESES YANG ...Alorka 114114
 
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR RIWAYAT HIDUPDAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR RIWAYAT HIDUPAlorka 114114
 
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN.docx
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN.docxRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN.docx
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN.docxAlorka 114114
 
Undangan tahlil 100 dua batas kertas.doc
Undangan tahlil 100 dua batas kertas.docUndangan tahlil 100 dua batas kertas.doc
Undangan tahlil 100 dua batas kertas.docAlorka 114114
 
EFEKTIVITAS KEGIATAN KEGAMAAN DALAM MENANGANI KENAKALAN REMAJA DI DESA MUNTE....
EFEKTIVITAS KEGIATAN KEGAMAAN DALAM MENANGANI KENAKALAN REMAJA DI DESA MUNTE....EFEKTIVITAS KEGIATAN KEGAMAAN DALAM MENANGANI KENAKALAN REMAJA DI DESA MUNTE....
EFEKTIVITAS KEGIATAN KEGAMAAN DALAM MENANGANI KENAKALAN REMAJA DI DESA MUNTE....Alorka 114114
 
SKRIPSI_Penggunaan Metode Pembiasaan Dalam Meningkatkan Nilai Agama Dan Moral...
SKRIPSI_Penggunaan Metode Pembiasaan Dalam Meningkatkan Nilai Agama Dan Moral...SKRIPSI_Penggunaan Metode Pembiasaan Dalam Meningkatkan Nilai Agama Dan Moral...
SKRIPSI_Penggunaan Metode Pembiasaan Dalam Meningkatkan Nilai Agama Dan Moral...Alorka 114114
 
KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SMP/MTs KEL...
KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)  SMP/MTs  KEL...KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)  SMP/MTs  KEL...
KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SMP/MTs KEL...Alorka 114114
 
buku pedoman pelaksanaan PKL di Prodi Farmasi
buku pedoman pelaksanaan PKL di Prodi Farmasibuku pedoman pelaksanaan PKL di Prodi Farmasi
buku pedoman pelaksanaan PKL di Prodi FarmasiAlorka 114114
 
Analisis Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Undang-Unda...
Analisis Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Undang-Unda...Analisis Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Undang-Unda...
Analisis Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Undang-Unda...Alorka 114114
 
PENGERTIAN DAN PRINSIP TEKNOLOGI RAMAH LINGKUANGAN
PENGERTIAN DAN PRINSIP TEKNOLOGI RAMAH LINGKUANGANPENGERTIAN DAN PRINSIP TEKNOLOGI RAMAH LINGKUANGAN
PENGERTIAN DAN PRINSIP TEKNOLOGI RAMAH LINGKUANGANAlorka 114114
 
PENDOMAN PENULISAN SKRIPSI
PENDOMAN PENULISAN SKRIPSIPENDOMAN PENULISAN SKRIPSI
PENDOMAN PENULISAN SKRIPSIAlorka 114114
 
Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan Rakyat d...
Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan Rakyat d...Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan Rakyat d...
Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan Rakyat d...Alorka 114114
 
Daftar riwayat hidup
Daftar riwayat hidupDaftar riwayat hidup
Daftar riwayat hidupAlorka 114114
 
MAKALAH peristiwa PETRUS (Penembakan Misterius)
MAKALAH peristiwa PETRUS (Penembakan Misterius)MAKALAH peristiwa PETRUS (Penembakan Misterius)
MAKALAH peristiwa PETRUS (Penembakan Misterius)Alorka 114114
 

More from Alorka 114114 (20)

1-10 latihan mengunting dan menempel.docx
1-10 latihan mengunting dan menempel.docx1-10 latihan mengunting dan menempel.docx
1-10 latihan mengunting dan menempel.docx
 
kebiasaan baik_belajar untuk anak berkebutuhan khusus.pdf
kebiasaan baik_belajar untuk anak berkebutuhan khusus.pdfkebiasaan baik_belajar untuk anak berkebutuhan khusus.pdf
kebiasaan baik_belajar untuk anak berkebutuhan khusus.pdf
 
Mengenal huruf konsonan dan vokal serta membacanya.docx
Mengenal huruf konsonan dan vokal serta membacanya.docxMengenal huruf konsonan dan vokal serta membacanya.docx
Mengenal huruf konsonan dan vokal serta membacanya.docx
 
Mewarnai dan belajar mengenal angka 1-12.docx
Mewarnai dan belajar mengenal angka 1-12.docxMewarnai dan belajar mengenal angka 1-12.docx
Mewarnai dan belajar mengenal angka 1-12.docx
 
“RELEVANSI PERILAKU KORUPTIF DALAM PELAKSANAAN KAMPANYE PADA MASA RESES YANG ...
“RELEVANSI PERILAKU KORUPTIF DALAM PELAKSANAAN KAMPANYE PADA MASA RESES YANG ...“RELEVANSI PERILAKU KORUPTIF DALAM PELAKSANAAN KAMPANYE PADA MASA RESES YANG ...
“RELEVANSI PERILAKU KORUPTIF DALAM PELAKSANAAN KAMPANYE PADA MASA RESES YANG ...
 
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR RIWAYAT HIDUPDAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
 
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN.docx
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN.docxRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN.docx
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN.docx
 
Undangan tahlil 100 dua batas kertas.doc
Undangan tahlil 100 dua batas kertas.docUndangan tahlil 100 dua batas kertas.doc
Undangan tahlil 100 dua batas kertas.doc
 
EFEKTIVITAS KEGIATAN KEGAMAAN DALAM MENANGANI KENAKALAN REMAJA DI DESA MUNTE....
EFEKTIVITAS KEGIATAN KEGAMAAN DALAM MENANGANI KENAKALAN REMAJA DI DESA MUNTE....EFEKTIVITAS KEGIATAN KEGAMAAN DALAM MENANGANI KENAKALAN REMAJA DI DESA MUNTE....
EFEKTIVITAS KEGIATAN KEGAMAAN DALAM MENANGANI KENAKALAN REMAJA DI DESA MUNTE....
 
SKRIPSI_Penggunaan Metode Pembiasaan Dalam Meningkatkan Nilai Agama Dan Moral...
SKRIPSI_Penggunaan Metode Pembiasaan Dalam Meningkatkan Nilai Agama Dan Moral...SKRIPSI_Penggunaan Metode Pembiasaan Dalam Meningkatkan Nilai Agama Dan Moral...
SKRIPSI_Penggunaan Metode Pembiasaan Dalam Meningkatkan Nilai Agama Dan Moral...
 
KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SMP/MTs KEL...
KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)  SMP/MTs  KEL...KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)  SMP/MTs  KEL...
KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SMP/MTs KEL...
 
buku pedoman pelaksanaan PKL di Prodi Farmasi
buku pedoman pelaksanaan PKL di Prodi Farmasibuku pedoman pelaksanaan PKL di Prodi Farmasi
buku pedoman pelaksanaan PKL di Prodi Farmasi
 
Analisis Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Undang-Unda...
Analisis Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Undang-Unda...Analisis Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Undang-Unda...
Analisis Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Undang-Unda...
 
PENGERTIAN DAN PRINSIP TEKNOLOGI RAMAH LINGKUANGAN
PENGERTIAN DAN PRINSIP TEKNOLOGI RAMAH LINGKUANGANPENGERTIAN DAN PRINSIP TEKNOLOGI RAMAH LINGKUANGAN
PENGERTIAN DAN PRINSIP TEKNOLOGI RAMAH LINGKUANGAN
 
PENDOMAN PENULISAN SKRIPSI
PENDOMAN PENULISAN SKRIPSIPENDOMAN PENULISAN SKRIPSI
PENDOMAN PENULISAN SKRIPSI
 
Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan Rakyat d...
Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan Rakyat d...Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan Rakyat d...
Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan Rakyat d...
 
Cv riwayat hidup
Cv riwayat hidup Cv riwayat hidup
Cv riwayat hidup
 
Surat Lamaran Kerja
Surat Lamaran KerjaSurat Lamaran Kerja
Surat Lamaran Kerja
 
Daftar riwayat hidup
Daftar riwayat hidupDaftar riwayat hidup
Daftar riwayat hidup
 
MAKALAH peristiwa PETRUS (Penembakan Misterius)
MAKALAH peristiwa PETRUS (Penembakan Misterius)MAKALAH peristiwa PETRUS (Penembakan Misterius)
MAKALAH peristiwa PETRUS (Penembakan Misterius)
 

Recently uploaded

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENCEGAH PAHAM RADIKALISME DI SMA ISLAM GUMUKMAS

  • 1. PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENCEGAH PAHAM RADIKALISME DI SMA ISLAM GUMUKMAS TAHUN AJARAN 2022-2023 PROPOSAL SKRIPSI PROPSAL SKRIPSI Oleh: ===== FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM AL-FALAH AS-SUNNIYYAH KENCONG JEMBER
  • 2. ii
  • 3. i LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PROGRAM PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) DI SEKOLAH MENENGAH ATAS ISLAM GUMUKMAS JEMBER Diajukan kepada Institut Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah Kencong – Jember Dalam Rangka Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan Agama Islam Pada: Hari : Tanggal : Menyetujui, Guru Pamong Dra. S. sri Dosen pembing lapangan Drs. H. Ahmad, M. Pd. I NIDN. Mengetahui, rektor iai al falah-assuniyyah kencong-jember Z.,M.H.I NIY. kepala sekolah sma islam gumukmas agung supardi S.pd
  • 4. ii DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv A. Judul penelitian............................................................................................... 1 B. Latar belakang ............................................................................................... 1 C. Fokus penelitian ............................................................................................. 5 D. Tujuan penelitian............................................................................................ 5 E. Manfaat penelitian ........................................................................................ 5 F. Definisi istilah ............................................................................................... 6 KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian terdahulu............................................................................ 8 B. Pengertian peran................................................................................. 9 C. Pengertian guru .................................................................................. 11 D. Tugas dan fungsi guru ....................................................................... 15 E. Peran guru pendidikan agma islam..................................................... 17 F. Pengertian radikalisme ....................................................................... 20 G. Ciri ciri radikalisme............................................................................ 22 H. Faktor penyebab muncul nya radikalisme.......................................... 25 METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian.............................................................................................. 28 B. Lokasi penelitian........................................................................................... 30 C. Subyek penelitian ......................................................................................... 30 D. Teknik pengumpuln data............................................................................... 31 E. Analisi data ................................................................................................... 32 F. Keabsahan data ............................................................................................. 33 G. Tahap Tahap penelitiaan............................................................................... 34 H. Sistematika pembahasan............................................................................... 38 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 39
  • 5. 1 PROPOSAL SKRIPSI A. Judu penelitian PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENCEGAH PAHAM RADIKALISME DI SMA ISLAM GUMUKMAS TAHUN AJARAN 2022-2023 B. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses yang disengaja yang dilakukan oleh orang-orang yang telah diserahi tanggung jawab untuk membantu membentuk karakter anak dengan cara yang mencerminkan cita-cita pendidikan. Pendidikan merupakan kesempatan bagi anak untuk memperoleh bantuan dalam pertumbuhan jasmani dan rohaninya, sehingga dapat mencapai taraf dewasa1 Di dalam Undang- Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pembelajaran Nasional Bab I Syarat Universal Pasal I melaporkan kalau Pembelajaran Nasional merupakan pembelajaran yang bersumber pada Pancasila serta Undang- Undang Bawah Negeri Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai- nilai agama, kebudayaan Nasional Indonesia serta paham terhadap tuntutan pergantian era2 Pembelajaran Nasional berperan meningkatkan keahlian serta membentuk sifat dan peradaban bangsa yang berkelas dalam tujuan mencerdaskan kehidupan anak bangsa, bertujuan buat berkembangnya kemampuan partisipan didik supaya jadi manusia yang beriman serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta jadi masyarakat negeri yang demokratis dan bertanggung jawab perihal ini tercantum dalam Undang- Undang 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pembelajaran Nasional Bab II Pasal 3 1 St. Rodliyah, Pendidikan dan Ilmu Pendidikan (Jember: STAIN Jember Press, 2013), 34. 2 Sekretariat Negara RI, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 hal 2
  • 6. 2 akhir akhir ini , dunia Islam tengah di hebohkan dengan banyak nya fenomena kelompok Islam yang intoleran. Aksi radikalisme yang mengunakan nama agama Islam, baik di Indonesia ataupun di dunia, sudah menuai banyak kritik serta kecaman di tengah warga. Kritik serta kecaman tersebut menjadikan umat Islam jadi pihak yang dipersalahkan. Perihal itu sangat normal sebab kelompok- kelompok radikal memakai simbol Islam terhadap narasi serta aksinya kita ketahui bersama , Islam merupakan agama yang bawa misi perdamaian. Islam merupakan agama yang jadi rahmat untuk alam semesta( rahmatan lil„alamin). Sehingga penyampaiannyapun wajib lewat strategi yang damai, membuat orang lain menyadari atas kesalahannya sendiri tidak wajib dengan metode kekerasan, Islam sangat menyarankan kita menjalakan silaturahmi, ialah dengan mendekatkan yang jauh serta mengeratkan yang dekat. Bukan malah bermusuhan dengan alasan perbedaan paham yang di anut3 Dikutip dari Setara Institut, mengamati hasil survey dari Departemen Pembelajaran serta Kebudayaan melaporkan, 8, 2 persen pelajar yang jadi responden menolak Pimpinan OSIS dari agama berbeda. Tidak hanya itu, terdapat pula 23 persen responden yang menjadi lebih aman dipandu oleh seorang yang satu agama. Selaras dengan perihal tersebut, bersumber pada riset yang dicoba Setara Institute, ditemui sebagian pola penanaman gagasan intoleransi di golongan siswa SMA. Bukan hanya potensi intoleransi beagama, cikal bakal munculya radikalisme pun semakin meningkat . LaKIP telah merilis penelitian tentang potensi radikalisme di Indonesia, yang menunjukkan bahwa ada potensi radikalisme untuk tumbuh di tanah air. Menurut penelitian, setengah dari pelajar menyetujui tindakan radikal berdasarkan ideologi. Dalam studi yang sama, 25% siswa dan 21% guru menyatakan bahwa Pancasila tidak relevan lagi untuk diterapkan di Indonesia. Data ini menunjukkan bahwa 84,8 persen 3 Sholehuddin,Kebijakan Pendidikan Nasional dalamMenanggulangi Radikalisme Agama, Inovasi, Vol. 11, No. 4, Oktober-Desember 2017, h.320.
  • 7. 3 siswa dan 76,2 persen guru setuju dengan penerapan syariat Islam Sekitar 52,3% siswa setuju kekerasan demi solidaritas agama, dan 14,2% membenarkan serangan teror bom.4 Salah satu hal yang dapat mencegah seseorang dari paham radikalisme yakni melalalui jalur lingkungan pendidikan sekolah. Sekolah adalah tempat dimana siswa mendapatkan pengajaran dari guru, jika mungkin, seorang guru bersertifikat. Pelajaran harus disampaikan secara pedagogis dan taktik Tujuannya adalah untuk membantu siswa mengembangkan bakat dan keterampilan yang mereka butuhkan ketika sudah lulus sekolah ataupun ketika hidup bermasyarkat. Peran Guru Pendidikan Agama Islam disekolah sangat fundamental untuk meingkatkan pemahaman aqidah yang benar bagi siswa, serta menemukan wawasan yang luas dan kebangsaan sebagai bekal untuk mengajar untuk mengantisipasi dan mencegah paham radikalisme ini guna mencegah aksi-aksi kekerasan yang bisa berujung kepada tindakan terorisme. Guru sebagai pelaku awal dalam mencegah paham radikalisme di lingkungan sekolah mengingat peran guru pendidikan agama islam sangat penting bagi karakter seorang peserta didik maka guru di tuntut untuk memeliki pengetahuan yang luas tentang kompetensi sebegai pendidik5 Peran guru pendidikan agama islam sangat fundamental dalam mencegah paham radikalisme khusunya bagi pelajar, karena seperti sudah di jelaskan sebelum nya , radikalisme membawa tema-tema agama dan mengatasnakam Islam sebagai pondasi dasar doktrinnya. Dalam hal ini, transformasi ajaran Islam yang benar dan menyeluruh oleh guru-guru 4 Abu Rokhmad, Radikalisme Islam dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal, Walisongo, Vol. 20, No. 1, Mei 2012, h.81. 5 Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013). h. 62.
  • 8. 4 Pendidikan Agama Islam menjadi sangat penting. Pandangan Islam secara menyeluruh akan membekali siswa wawasan tentang syariat Islam yang luas dan terbuka. Guru Pendidikan Agama Islam mempunyai fungsi untuk memberikan pengetahuan tentang akidahyang baik dan benar dengan tidan meninggalka nilai nilai kebangsaan sebagai pondasi awal untuk mencegah adanya perbedaan anatar umat ber agama, serta mengindari ajaran inteloleran untuk memperlancar aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama islam di harapkan dengan adanya peran guru pendidikan agama islam dapat mempersulit ajaran radikal masuk dalam ranah lingkungan sekolah6 mencegah bahaya ajaran radikalime yang mengakibatkan munculnya seorang terorisme tidak dapat hanya di lakukan lewat jalur hukum seperti militer, polisi, TNI, tapi juga melibatkan jalur pendidikan terlebih melalaui peran guru pendidikan agama islam sebagai langkah awal mencegah paham radikalime di usia dewasa Pembinaan keagamaan siswa SMA/MA/SMK dapat terarah dengan baik jika mereka bergabung dengan lingkungan kelompok keagamaan yang menumbuhkan suasana keagamaan yang sehat, tetapi dapat menjadi buruk jika mereka menjangkau dan bergabung dengan kelompok teroris. Dari fenomena tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait Peran Guru PAI dalam Mencegah Radikalisme SMA GUMUKMAS ISLAM”. Dalam penelitian ini, penulis mengkaji sekolah yang selalu melakukan pembinaan keimanan dan ketakwaan selain mata pelajaran PAI untuk menambah ilmu agama yang merupakan kewajiban lembaga pendidikan yang harus diemban. Dengan penanaman keimanan dan ketakwaan bertujuan untuk menumbuhkembangkan dalam diri siswa sikap keislaman yang matang agar tidak mudah terprovokasi oleh isu dan paham radikalisme yang merajalela saat ini. menciptakan Sebuah lembaga pendidikan yang ideal dan 6 Nala Auna Rabba, Skripsi: Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Upaya Mencegah Radikalisme Di Sma Khadijah Surabaya, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019). h. 4-5
  • 9. 5 dapat diandalkan bagi siswa dan masyarakat untuk memperoleh pengetahuan berbasis etika7 Meski di SMA GUMUKMAS ISLAM, tidak ada kekerasan atas nama Islam yang bersumber dari kesalahpahaman agama. Mengingat penyebaran ide-ide ekstrem, selalu dalam berbagai cara, sekolah harus tetap dalam keadaan ini setiap saat. Oleh karena itu, peran guru khususnya guru PAI menjadi penting dalam menyikapi bahaya radikalisme agama saat ini C. Fokus penelitian 1. fokus penelitian Bagaimana peran guru pendidikan agama islam dalam mencegah paha radikalisme di SMA ISLA GUMUKMAS 2. sub fokus penelitian Agar mudah mengetahui jawaban dari fokus penelitian tersebut maka peneliti menyusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peran guru PAI dalam mencegah paham radikalisme di SMA ISLAM GUMUKMAS 2. Bagaimana strategi guru pai dalam mencegah paham radikalisme di SMA ISLAM GUMUKMAS 3. Bagaimana kontrol guru PAI dalam mencegah paham radikalime di SMA ISLAM GUMUKMAS A. Tujuan penelitian 1. Untuk mendeskripsikan upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam mencegah radikalisme di SMA Khadijah Surabaya 2. Untuk mendeskripsikan kontrol Guru Pendidikan Agama Islam terhadap perkembangan dan perilaku siswa 3. Untuk mendskripsikan strategi guru pai dalam mencegah paham radikalisme 7 Hasil wawancara dengan ibu Dra. Siti romelah selaku guru mata pelajaran PAI pada hari jum’at tanggal 28 januari tahun 2022
  • 10. 6 B. Manfaat hasil penelitian Secara praktis penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan Manfaat pada pihak-pihak yang terkait: 1) Bagi sekolah Dengan aadanya penelitian ini di harapkan dapat menjadi salah satu acauan bagi sekolah terhadap bahaya akan adanya potensi radikalisme di lingkungan sekolah. Maka di harapkan dari ihak sekolah mendukung penuh upaya peran guru pendidikan agama islam dalam mencegah paham radikalisme ini sehingga menciptakan suasana lingkungan dan lulusan sekolah ini tidak terpapar akan bahaya radikalisme. 2) Bagi guru Di harapkan dengan adanya penelitian ini dapat menabah pengetahuan dan wawasan bagi guru pendidikan agama islam sehingga dapat menemukan banyak macam startegi terkait tentang pencegahan bahaya radikalisme di lingkungan sekolah 3) Bagi peserta didik Semoga dengan adanya penelitian dapat menjadikan peserta didik paham akan bahaya radikalime yang tentunya sangat membahayakan bagi generasi penerus bangsa sehingga peserta didik dapat memilah dan memilih ketika belajarr agama. C. Definisi istilah Supaya ulasan dalam riset ini tidak terjalin salah penafsiran ataupun kekurang jelasan arti, hingga butuh terdapatnya definisi sebutan. Perihal ini sangat dibutuhkan supaya tidak terjalin kesalahan dalam menguasai penafsiran pada pokok ulasan. Definisi istilah yang berkaitan dengan judul dalam riset ini merupakan sebagai berikut: 1. Pendidikan agama islam Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan
  • 11. 7 agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan dengan memerhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional (GBPP SMU, 1995:1). Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2/1989 Pasal 39 ayat 2 ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat: (a) pendidikan Pancasila, (b) pendidikan agama, dan (c) pendidikan kewarganegaraan. Dari isyarat pasal tersebut dapat dipahami bahwa bidang studi pendidikan agama, baik agama Islam maupun agama lainnya merupakan komponen dasar/ wajib dalam kurikulum pendidikan nasional. 2. Radikal istilah radikal berasal dari kata radical yang merupakan kata sifat dalam bahasa Inggris. Kata itu sendiri berasal dari bahasa Latin radix yang berarti akar, sehingga radical pada dasarnya berarti mengakar atau hingga ke akarakarnya. Oleh karenanya filsafat dipahami sebagai berpikir radikal, berpikir sampai ke akar-akarnya. Pada akhir abad ke-18 kata radical di Eropa digunakan di dunia politik yang dilabelkan pada mereka yang memperpegangi atau mendukung perombakan politik secara ekstrem dan menyeluruh.
  • 12. 8 KAJIAN KEPUSTAKAAN 1. Penelitian terdahulu A. Penelitian yang diteliti oleh Abdul Halik, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Tahun 2016 dengan judul. “Strategi Kepala Madrasah dan Guru dalam Pencegahan Paham Islam Radikal di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Mamuju” Abdul Halik dalam penelitiannya lebih memperlihatkan strategi Kepala Madrasah maupun guru dalam menangani radikalisme yang terjadi di sekolah, seluruh aspek pendukung di dalamnya baik Kepala Madrasah maupun guru sama-sama menangani permasalahan radikalisme tanpa terkecuali ada peserta didik di dalamnya sebagai sasaran tujuannya Implikasi dari penerapan strategi tersebut adalah terbentuknya pola pemahaman yang moderat di kalangan siswa baik itu secara teologis, sosiologis maupun psikologis. Persamaan penelitian ini membahas tentang sama-sama membahas pencegahan masuknya paham radikal ke sekolah. Perbedaannya terletak pada subyek utama. Dalam penelitian tersebut, yang menjadi subyek utama adalah Kepala Madrasah dan guru, maka objek permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah peranan guru PAI dalam upaya mencegah paham radikalisme di lingkungan sekolah8 B. Mufidul Abror (2016) yang berjudul, “Radikalisasi dan Deradikalisasi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas (Studi Multi Kasus di SMAN 3 Lamongan dan SMK NU Lamongan)”. Penelitian ini memfokuskan pembahasannya dalam mendeskripsikan materi yang berpotensi menimbulkan faham radikal dalam buku Pendidikan Agama Islam untuk SMA yang diterbitkan oleh Kemendikbud tahun 2014, dan 8 Abdul Halik, Strategi Kepala Madrasah dan Guru dalam Pencegahan Paham Islam Radikal di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Mamuju, (Makassa: Universitas Islam Negeri Alauddin, 2016)
  • 13. 9 usaha faktor pendukung serta penghambat deradikalisasi di SMAN 3 Lamongan dan SMK NU Lamongan Persamaan penelitian ini membahas tentang mencegah paham radikalisme. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah objek permasalahannya. Jika penelitian yang sebelumnya lebih memfokuskan pada pembahasan mengenai materi pembelajaran yang berpotensi menimbulkan paham radikal dalam buku Pendidikan Agama Islam, maka objek permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah peranan guru PAI dalam upaya mencegah paham radikalisme di lingkungan sekolah9 C. Tahsis Alam Robithoh tahun 2013 dengan judul “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menangkal Bahaya Terorisme (Studi di SMA Negeri Tangerang Selatan)”. Hasil temuannya adalah guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan sudah mampu menjalankan peranannya dengan baik dalam menangkal bahaya terorisme. Hal tersebut dapat dilihat dari bukti bahwa guru dalam melakukan pengajaran, bimbingan, dan pengawasan sudah efektif. Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada teori mengenai terorisme yang sama-sama membahayakan siswa. Persamaan penelitian ini membahas tentang peran guru pendidikan agama Islam. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang gerak guru PAI yang diteliti. Jika pada penelitian Tahsis yang diteliti yaitu fokus pada seluruh warga sekolah dan pada peran guru PAI saja, sedangkan dalam penelitian ini yang diteliti peranan guru PAI dalam upaya mencegah paham radikalisme di lingkungan sekolah. 9 Mufidul Abror, Radikalisasi dan Deradikalisasi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas (Studi Multi Kasus di SMAN 3 Lamongan dan SMK NU Lamongan), (Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016).
  • 14. 10 2. Peran guru pendidikan agama islam a. Pengertian peran Kedudukan Guru pendidikan Agama Islam sangat penting dalam menghindari paham radikalisme yaitu buat menghasilkan Atmosfer keagamaan yang sehat serta tentram supaya partisipan didik di sekolah mengerti bgaimana menekuni ilmu agam serta bebas dari paham radikalisme Islam. Salah satu upaya yang bisa dicoba oleh guru Pendidikan Agama Islam lewat pengintegrasian nilai- nilai pembelajaran anti radikalisme pada pendidikan Pembelajaran Agama Islam di sekolah. Bagi Zubaedi dalam novel yang bertajuk desain pendidikan karakter, ada dalam uraian pembelajaran budi pekerti ialah, upaya buat membekali partisipan didik lewat tutorial, pengajaran serta latihan sepanjang perkembangan serta pertumbuhan dirinya selaku bekal masa depannya, supaya mempunyai hati nurani yang bersih, berperasangka baik, dan melindungi kesusilan dalam melakukan kewajiban terhadap tu han dansesama makhluk. Dengan demikian perihal tersebut bisa menghindarkan siswa dari mengerti radikalisme hingga dari itu didukung dengan peran guru disekolah. Pendidikan yang merupakan memperkuat aspek karakter atau nilai- nilai kebaikan sejauh ini hanya mampu menghasilkan berbagai sikap dan perilaku manusia yang nyata-nyata malah bertolak belakang dengan apa yang diajarkan. Dicontohkan bagaimana pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan agama pada di masa-masa lalu adalah dua jenis mata pelajaran tata nilai, yang ternyata tidak berhasil menanamkan sejumlah nilai moral dan humanisme ke dalam pusat kesadaran siswa. materi yang diajarkan oleh pendidikan agama termasuk di dalamnya bahan ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan pembentukan sikap (afektif) dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim.
  • 15. 11 Pembelajaran pendidikan agama lebih didominasi oleh transfer ilmu pengetahuan agama dan lebih banyak bersifat hafalan tekstual, sehingga kurang menyentuh aspek sosial mengenai ajaran hidup yang toleran dalam bermasyarakat dan berbangsa. Dengan kata lain, aspek-aspek yang lain yang ada dalam diri siswa, yaitu aspek afektif dan kebajikan moral kurang mendapatkan perhatian. Koesoema menegaskan bahwa persoalan komitmen dalam mengintegrasikan pendidikan dan pembentukan karakter merupakan titik lemah kebijakan pendidikan nasional10 b. Pengertian guru Menurut Drs. H.A. Ametembun, guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah (Djamarah, 2000: 32). Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa guru dalam melaksanakan pendidikan baik di lingkungan formal dan non formal dituntut untuk mendidik dan mengajar. Karena keduanya mempunyai peranan yang penting dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan ideal pendidikan. Mengajar lebih cenderung mendidik anak didik menjadi orang yang pandai tentang ilmu pengetahuan saja, tetapi jiwa dan watak anak didik tidak dibangun dan dibina, sehingga di sini mendidiklah yang berperan untuk membentuk jiwa dan watak anak didik dengan kata lain mendidik adalah kegiatan transfer of values, memindahkan sejumlah nilai kepada anak didik Dengan demikian, guru itu juga diartikan ditiru dan digugu, guru adalah orang yang dapat memberikan respons positif bagi peserta didik dalam PBM, untuk sekarang ini sangatlah diperlukan guru yang 10 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011).
  • 16. 12 mempunyai basic, yaitu kompetensi sehingga PBM yang berlangsung berjalan sesuai dengan yang kita harapkan.11 Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka imi guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of values dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Berkaitan dengan ini, sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar-mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan siswa/anak didik ke taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu, setiap rencana kegiatan guru harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata- mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung Jawabnya.12 Sebutan guru sebagaimana dipaparkan oleh Hadari Nawawi merupakan orang yang kerjanya mengajar ataupun membagikan pelajaran disekolah/ kelas. Secara lebih spesial lagi dia berkata kalau guru merupakan orang yang bekerja dalam bidang pembelajaran serta pengajaran yang turut bertanggung jawab dalam menolong kanak- kanak menggapai kedewasaan tiap- tiap. Guru dalam penafsiran tersebut, baginya tidaklah hanya orang yang berdiri di depan kelas buat mengantarkan 11 Dr.H. Akmal hawi, M.Ag, kopetensi guru pendidikan agama islam (jakarta; PT raja grafindo persada, palembang2013)h9 12 20Sadirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014). h. 125
  • 17. 13 modul pengetahuan tertentu, hendak namun merupakan anggota warga yang wajib turut aktif serta berjiwa leluasa dan kreatif dalam memusatkan pertumbuhan anak didiknya buat jadi anggota warga selaku orang berusia. Dalam penafsiran ini terkesan terdapatnya tugas yang demikian berat yang wajib dipikul oleh seseorang pendidik, spesialnya guru. Tugas tersebut, tidak hanya membagikan pelajaran dimuka kelas, pula wajib menolong mendewasakan anak didik.13 Banyak yang beranggapan bahwasanya guru pendidikan agama Islam Sekarang ini hanya mengemban tugasnya dalam kelas (lokal), tidaklah lebih dari itu, melalui buku ini seyogya nya guru itu bertindak selama 24 jam seperti kata Bapak Abdurrahmansyah, artinya di sini guru kapan dan di mana saja siap mendidik, mengawasi anak didiknya. Ia tidak hanya, sebagai bayangan semu saja melainkan harus bergerak sesuai dengan irama sebenarnya Apabila kita lihat pada beberapa tokoh yang lalu seperti dalam dunia filsafat dan pendidikan, kita mengenal nama-nama seperti Aristoteles Plato dan Sokrates. Kita mengetahui bagaimana mereka menyampaikan ajaran- ajarannya kepada murid. Sokrates sebagai guru ia berkeliling, ia pergi ke pasar-pasar untuk menyampaikan ide-ide (Hamalik, 2001: 4), Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah (Djamarah, 2000: 32). . Untuk itu pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia Jhon Dewey menyatakan bahwa pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup (Daradjat, 1983: 1). 13 Basuki dan Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: STAIN Po PRESS, 2007). h. 79
  • 18. 14 Menurut pandangan Islam pendidikan sebagai proses berawal dari saat Allah Swt. sebagai rabb al-’alamin, menciptakan para Nabi dan rasul untuk mendidik manusia di muka bumi ini. Pada hakikatnya kata “rabb“ (Tuhan) dan murrabby (pendidik) berasal dari akar kata seperti termuat dalam ayat Al-Qur’an, yang artinya: Wahai Tuhan, sayangilah keduanya sebagaimana mereka mendidikku sewaktu kecil” (QS Al-Isra’: 24) (Depag. RI, 1989: 428). Dengan demikian, sosok guru tersebut haruslah mampu dalam berbagai bidang seperti kata Zakiah Daradjat “guru adalah pendidik profesional” (Daradjat, 1996: 39). Pendidik adalah individu yang mampu melaksanakan tindakan mendidik dalam situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan (Yusuf, 1982: 54). Sedangkan pendidik dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan menguayakan perkembangan seluruh potensi anak didik baik potensi afektif, kognitif maupn psikomotorik( Tafsir, 1992:74-75)14. c. Tugas dan fungi guru Tugas Guru memliki peran yang sangat startegis, sebab keberdaan nya sangat berkaitan dengan keberhasilan dan kualitas pendidikan guru merupakan pribadi yang harus mapu menerjemahkan dan menjabarkan nilai nilai yang terdapat dala kurikulum kemudian mentransformasikan kepada peserta didik melalui proses pembelejaran. kurikulum di gunakan bagi peserta didik melalui guru agar secara nyata memberikn pengaruh kepada peserta didik pada saat terjadinya proses pembelajaran bahkan guru merupakan perwujudan nyata kuriulu di dalam kelas bagi peserta didik 14 Dr.H akmal hawi, M,Ag,kompotensi guru pendidikan agama islam (jakrata:PT raja grafindo persada) h.9
  • 19. 15 . 1) Guru sebagai pendidik Guru adalah pendidik yang menjadi tkoh,panutan dan identifikasi bagi peserta didik,dan lingkungan. Oleh karena itu guru harus memliki standar kulitas pribadi terentu, yang mencakup tanggung jawab wibawa, mandiri, dan disiplin berkaitan dengan tanggung jawab, guu harus mengetahui serta memhami nilai, norma, moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut guru juga bertanggung jawab terhaddap segala tindakan nya dala pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan masyarakat berkenan dengan wibawa guru harus memiliki kelebihan dan merealisasikan nilai spritual, emosiaonal, moral, sosial, dan intelektual dalam pribadinya, serta memeliki kelebha dalam pemhaman ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan sesuaidengan bidang yang di kembangkan 2) Guru sebagai pengajar sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memegang ha tersebut merupakan tugas dan tanggung jaawabnya yang pertam dan utama guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang beum di ketahuanya, membentuk kompetensi, dan memhami materi standar yang di pelajarinya pertentengan tentang mengajar berdasar pada suatu unsur kebenaran yang berangakat dari pendapat kuno yang menekankan bahwa mengajar berarti memberitahu atau menyampaikan materi pembelajaran. Dalam hal ini konsep lama yang cenderung membuat kegiatan
  • 20. 16 pembeajaran menjadi monoton wajar jika mendapat tantangan, tetapi tidak dapat di deskreditkan untuk semua pembelajaran 3) Guru sebagai pelatih Guru berperan berperan selaku tenaga pelatih, sebab pembelajaran serta pengajaran membutuhkan dorongan latihan keahlian baik intelektual, perilaku ataupun motorik. Aktivitas mendidik ataupun mengajar telah benda pasti memerlukan latihan buat memeperdalam uraian serta pelaksanaan teori. Guru butuh membagikan sebanyak bisa jadi peluang pada siswa buat bisa mempraktikkan konsepsi ataupun teori ke dalam aplikasi yang hendak digunakan langsung dalam kehidupan15 4) Guru sebagai pengelola pembelajaran Tujuan universal pengelolaan kelas merupakan menyedikan serta memakai sarana buru sebaagi beragam aktivitas belajar mengajar. Sebaliknya tujuan spesialnya merupakan meningkatkan keahlian siswa dalam memakai alat- alat belajar, sediakan kondisi- kondisi yang membolehkan siswa bekerja serta belajar, dan menolong siswa sehingga guru juga perlu mempersiapkan media pembelajaran sehingga untuk mempermudah agar tujuan dari pendidikan tercapai16 5) Guru sebagai evaluator Tujuan umum adalah guru berperan untuk melihat tingkat keberhasilan pembelajaran sehingga banyak cara untuk penelian terhadap pembelajaran siswa. 15 28Suparlan,Menjadi Guru Efektif, (Yogyakarta:HikayatPublishing, 2008). h. 29 16 Rulam Ahmad, Profesi Keguruan,… h. 64
  • 21. 17 6) Guru sebagai pelaksana kurikulum Kurikulum merupakan seperangkat pengalaman belajr yang hendak didapat oleh partisipan didik sepanjang dia menjajaki sesuatu proses pembelajaran. Walaupun seseorang pengajar bisa mengajar secara teliti, namun jika tidak bertolak dari tujuan tertentu, pelajaran yang dia bagikan tentu tidak hendak banyak bermanfaat. Tidak hanya itu, tugas guru yakni membagikan pengertahuan( cognitive) perilaku serta nilai( afektif) serta keahlian( psychomotor) kepada anak didik. Pula guru itu berupaya jadi pembimbing yang baik dengan arif serta bijaksana sehingan terbentuk ikatan 2 arah yang harmonis antara guru serta anak didik. d. Peran guru pendidikan agama islam Dikombinasikan dengan fungsinya sebagai "guru", "pendidik" dan "fasilitator", guru perlu mengambil peran ganda. Peran guru ini selalu menggambarkan pola perilaku yang diharapkan dalam berbagai interaksi, baik dengan siswa (terutama), rekan kerja, atau anggota fakultas lainnya. Inti perannya dapat dilihat dari berbagai kegiatan belajar mengajar yang interaktif. Karena disadari atau tidak, sebagian waktu dan perhatian guru dihabiskan dalam proses mengajar dan berinteraksi dengan siswa. Ada beberapa pandangan tentang peran guru, yang dijelaskan sebagai berikut17 Mengenai apa peranan guru ini ada beberapa pendapat yang dijelaskan sebagai berikut: 1) Prey Katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan 17 Sadirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014). h. 143
  • 22. 18 sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan. 2) Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subordinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua. 3) James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas & peranan pengajar antara lain: menguasai & berbagi materi pelajaran, merencana & mempersiapkan pelajaran seharihari, mengontrol & mengevaluasi aktivitas siswa 4) Federasi & Organisasi Profesional Pengajar Sedunia, membicarakan bahwa peranan pengajar pada sekolah, nir hanya menjadi transmiter menurut inspirasi namun pula berperan menjadi transfomer & katalisator menurut nilai & sikap18 Dari beberapa pendapat diatas maka secara rinci peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar, secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut : a) Informator yaitu tenaga pendidik dapat menyampaikan informasi yang sifat nya umum maupun akademik artinya guru juga dapat sebagai media informasi bagi peserta didik khusunya terkait tentang pendidikan b) Organisator yaitu guru dapat mengorganisir komponen yang ada pada struktur kelembagaan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar yang mana bertujuan agar terwujudnya suatu cita cita bersama dan mewjudkan kegiatan yang efektif dan subtansional. c) Motivator yaitu guru di haruskan dapat menjadi motivator yang bisa merangsang siswa sehingga potensi yang ada pada peserta didik dapat tersalurkan maka proses belajar mengajar dapat dilaksanakan 18 35Sadirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,…h. 143-144.
  • 23. 19 d) Pengarah/director yaitu tenaga pendidik wajib mengarahkan peserta didik ke arah yang positif sehingga hasil dari kegiatan belajar mengajar dapat terealisasikan dala kehidupan bermasyarakat e) Inisiator yaitu guru sebagai penggasa ide yang mana dapat di tiru dan menjado gambaran awal pada siswa yang akan memunculkan kreativitas siswa f) Transmitter yaitu guru sebagai pelaku awal atau contoh atas kebijaksanan g) Fasilitator yaitu pengajar memiliki akan menaruh kemudahan pada prosesbelajar mengajar, contohnya menggunakan membentuk suasana kelas yangserasi menggunakan perkembangan siswa, sebagai akibatnya proses belajar mengajar dapat berlangsung efektif. h) Mediator yaitu guru berfungsi sebagai penengah atas proses belajar mengar yang terjadi di lingkungan sekolah. i) Evaluator yaitu pengajar memiliki otoritas buat menilai prestasi murid pada bidang akademis juga tingkah laris sosialnya, sebagai akibatnya bisa memilih bagaimana anak didiknya berhasil atau nir. Namun jibila diamati secara relatif mendalam penilaian-penilaian yg dilakukan pengajar itu tak jarang hanya adalah penilaian ekstrinsik & sama sekali belum menyentuh penilaian ekstrinsik. Evaluasi yang dimaksud merupakan penilaian yg meliputi jua penilaian intrinsik. Untuk ini pengajar wajib hati-hati pada menjatuhkan nilai atau kriteria keberhasilan. Dalam hal ini nir relatif hanya dipandang berdasarkan atau tidaknya mengerjakan mata pelajaran yang diujikan, namun masih perlu terdapat pertimbangan-pertimbangan yang sangat unik pada
  • 24. 20 kompleks, terutama yang menyangkut konduite & values yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran.19 . 3. Mencegah paham radikalisme a. Pengertian radikalisme sebutan radikal berasal dari kata radical yang merupakan kata sifat dalam bahasa inggris. Kata radikal itu sendiri berasal dari bahasa latin yakni radix yang mempunya arti akar, artinya sebutan dasar dari radikal adalah mengakar atau befikir sampai ke akar akar nya sehingga dapat di artikan bahwa istilah radikal adalah suatu pemikiran yang menghendaki perubahan secara ekstrem. oleh karna itu filsafat memahami bahwa istilah radikal merupakan berfikir sampai ke akar akar nya Pada pada periode abad ke 18 sebutan radical ini di labelkan pada merka yang menganut sistem politik yang melakukan perombakan secara besar besaran dan menyeluruh sehingga mempunyai pemikiran yang ekstrem untuk melakukan pemberontakan terhadap suatu negara. Kalangan radikal dini ini memperjuangkan kebebasan untuk seluruh rakyat serta mereformasi sistem penentuan pemegang kedaulatan di Inggris yang setelah itu meluas dengan pecahnya Revolusi Inggris serta Revolusi Perancis. Mereka menuntut di leburnya kerajaan serta digantikan dengan republik yang merdeka. Kalangan radikal di masa dini ini pula menuntut dihilangkannya hak- hak istimewa, menuntut pemerataan serta kebebasan pers Pada akhir abad ke- 19 sebutan radical( radicalism) di Eropa dimengerti selaku pandangan hidup liberal serta progresif. Pada masa selanjutnya radikal tidak saja digunakan untuk mereka yang menginginkanserta mengupayakan pergantian yang total, tuntas, serta 19 36Sadirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,…h. 144-146.
  • 25. 21 merata, hendak namun untuk mereka upaya pergantian tersebut wajib secara revolusioner, merata bukan aspektual. Pergantian itu dapat terjalin secara damai bersumber pada konvensi, na mun yang lebih kerap terjalin merupakan dengan paksaan ataupun keterpaksaan serta apalagi kekerasan. Walaupun radikalisme lebih dini berkembang di dunia politik, hendak namun masa belum lama terjalin dalam bidang- bidang lain, paling utama dalam bidang sosial keagamaan. Dari segi agama dapat dimaknai sebagai paham keagamaan, mengacu pada basis agama yang sangat mendasar dengan fanatisme agama yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang para penganut paham/mazhab tersebut menggunakan kekerasan terhadap pemeluk agama yang berbeda/ sekolah untuk mewujudkan keyakinan dan praktik keagamaan mereka. Dia percaya itu diterima dengan paksa. Aktivisme berarti gerakan dengan pandangan kuno dan seringkali kekerasan untuk mengajarkan keyakinan mereka. Pada saat yang sama, Islam adalah agama damai. Islam tidak pernah membela penggunaan kekerasan untuk menyebarkan agama, pemahaman agama dan pemahaman politik20 Pada bidang yang diucap terakhir radikal ataupun radikalisme dilabelkan untuk mereka yang berpegang teguh pada kepercayaan serta pandangan hidup yang dianutnya secara kaku sehingga konsekuensinya seluruh yang lain serta tidak sama dengannya merupakan salah serta galat. Tiap kekeliruan serta kesalahan( yang dalam Islam diistilahkan dengan mungkar) wajib diluruskan serta diperbaiki.21 Sementara Sedangkan Sartono Kartodirdjo mengartikan radikalisme selaku gerakan sosial yang menolak secara merata tertib sosial yang lagi berlangsung serta diisyarati oleh kejengkelan moral yang kokoh buat menentang serta bermusuhan dengan kalangan yang mempunyai hak- hak istimewa. Radikalisme kerap dimaknai berbeda diantara kelompok kepentingan. Dalam lingkup keagamaan, radikalisme ialah gerakangerakan 20 Yunus, A. Faiz. "Radikalisme, Liberalisme dan Terorisme: Pengaruhnya Terhadap Agama Islam." Jurnal Studi Al-Qur'an 13.1 (2017): 76-94. 21 PROF.DR.SYAHRIYAN HARAPAP, M.A. upaya kolektif mencegah paham radikalisme dan terorisme(depook siraja preneda media group)h3-4
  • 26. 22 keagamaan yang berupaya merombak secara total tatanan sosial serta politik yang terdapat dengan jalur memakai kekerasan. Sebaliknya dalam riset Ilmu Sosial, Radikalisme dimaksud selaku pemikiran yang mau melaksanakan pergantian yang mendasar cocok dengan interpretasinya terhadap kenyataan sosial ataupun pandangan hidup yang dianutnya22 Dalam bidang keagamaan, fenomena radikalisme agama tercermin dari tindakan-tindakan destruktif-anarkis atas nama agama dari sekelompok orang terhadap kelompok pemeluk agama lain (eksternal) atau terhadap kelompok seagama (internal) yang berbeda dan dianggap sesat. Termasuk dalam radikalisme bidang keagamaan adalah aktifitas untuk memaksakan pendapat, keinginan, dan cita-cita keagamaan dengan cara kekerasan. b. Ciri ciri kaum radikal Menurut Syeikh Yusuf Qardhawi terdapat beberapa indikasi yang dapat dijadikan parameter seseorang dapat dikatakan radikal, yaitu: 1) Seseorang yang terlalu fanatik sehingga tidak mau menghargai pendapat orang lain dan tidak bisa di ajak diaalog untuk bertukar pendapat terhadap orang lain 2) memaksa orang lain untuk melakukan hal-hal yang tidak perlu yang di wajibkan oleh ALLAH SWT sehingga hal hal yang sifat nya sunnah di anggap menjadi hal yang wajib dan melalukan kekerasan yang tidak pada tempat nya 3) Memiliki sifat yang keras dan kasar yang menyebabkan penyampaikan ceramah agama yang tidah santun dan keras dalam bergaul 22 Jakaria Umro, Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Radikalisme Agama Di Sekolah, Journal Of Islamic Education (JIE) Vol. II No. 1 Mei 2017. h. 95.
  • 27. 23 4) berfikir suudzon terhadap orang yang tidak sependapat dengan golongan mereka sehingga selalu melihat keburukan orang lain tanpa melihat sisi baik nya 5)Mengkafirkan orang lain. Radikalisme mencapai puncaknya ketika menggugurkan kesucian orang lain serta menghalalkan darah dan harta mereka. Hal ini terjadi ketika seseorang mengkafirkan dan menuduh kebanyakan umat Islam telah murtad dari Islam. 23 Syahrin Harahap menyatakan ada sepuluh yang menjadi ciri kaum radikalis dan teroris: 1) Tekstualis (literalis) dan kaku yang mana hanya melihat sumber sumber hukum hanyan melalui tekstual tanpa mau mengambil sumber sumber lain dan tidak melihat suati dan kondisi yang ada 2) Ekstrem, fundamentalis, dan ekslusif. Ekstrem hal ini juga terjadi dalam kehidupan beragama sehingga dikenal adanya fundamentalisme agama 3) Eksklusif. Kaum radikalis selalu menganggap baha paha yang di anut ya selalu benar dan selalu menganggap paham lain selalu selah karna kaut nya keyakinan meraka dan kuat nya ideologis meraka selalu enganggap yang berbeda itu salah 4) Selalu bersemangat mengoreksi orang lain. Sebagai kelanjutan dari sikapnya yang ekslusif, kaum radikalisme memiliki semangat yang tinggi untuk mengoreksi, menolak, dan bahkan melawan yang lain. 5) Kaum radikalis dan teroris membenarkan adanya kekerasan dalam dakwah sehingga menghalalkan segala cara dalam penyampaian dakwah nya 23 Jakaria Umro, Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Radikalisme Agama Di Sekolah,…h. 28-29.
  • 28. 24 . 6) Ciri ciri lain kaum radikalisme dan teroris yakni memliki kesetiaan lintasnegara, suatu tindakan radikal dan teror di sutu negara bisa di kendalikan dan membalas apa yang di alami kelompok nya di negara lain 7) karena kontruksi musuh yang yang tidak jelas tersebut, mmaka mereka melakukan all out war (perang mati matian) terhadap yang di anggap musuh agamanya dan melakukan kemungkaran, meskipun tidak secara langsung memusuhi mereka, membunuh dan mengusir nya sebagai syarat perang agama 8) Kaum radikalis sangat konsern pada isu-isu penegakkan negara agama (dalam Islam seperti kekhilafahan), karena dianggap berhasil mewujudkan tatanan dunia yang lebih adil dan sejahtera karena menjadikan agama (secara eksplisit) sebagai dasar negara dan hukum dari dua pendapat di atas bisa di tarik kesimpulan bahwa ciri ciri kaum radikalis yang sangat menonjol yakni yang pertama tekstualis dan penyampainya secara kaku dan yang kedua terlalu fanatik terhadap paham yang di anut nya sehingga mudah mengakafirkan dan menyesatkan paham lain. 24 24 PROF.DR.SYAHRIYAN HARAPAP, M.A. upaya kolektif mencegah paham radikalisme dan terorisme(depook siraja preneda media group)h19
  • 29. 25 c. Faktor penyebab muncul nya paham radikalisme Peningkatan paham radikalisme semakin banyak bertumbuh dan mengakar melihat kenyataan semakin banyak nya kelompok dari berbagai penafsiran, aliran, pemahaman, bahkan dari circle agama tertentu. faktor penyebab muncul nya paham radikalisme antara lain yakni; a. Faktor internal dan eksternal faktor internal yaitu kecenderungan destruktif yang ada pada diri manusia akan tetetaoi faktor dala ini tidaklah terwujud dalam tindakan manusia apabila tidak di beri ruang oleh faktor luar. Faktor eksternal atau luar dari manusia yang sangat majemuk(kompleks) sifatnya. Diantaranya himpitan sosial politik, ketidakadilan, dan disperatif(kesenjangan) kesejahteraan Inilah yang membuat banyak anak muda tertarik menjadi jihadis (pasukan jihad) kedaerah konflik karena iming iming imbalan b. Emosi dan solidaritas keagamaan. Persaudaraaan yang di ajarkan agama sering di pahami secararigid (kaku) dan literalis (tekstual) sehingga kekacauan dan kekerasan di daerah tertentu dapat di balas di daerah lain mendatangi daerah yang bergejolak dan melakukan tindakan perlawanan atau pembalasan. contoh nya, keinginan sebagian orang indonesia untuk turut berjuang di palestina, afganistan, tanpa prosedur, bekal, kemapuan, dan pengetahuan yang memadai c. Faktor kultural, menolak sekularisme hal ini dapat di lihat dalm berkembang nya penolakan dan bahkan kebncian terhadap kultur sekularime di wilayah wilayah yang penduduk nya menganut kuat keyakinan agama dan budaya sehingga mengambil tindakan yang sering kali keras terhadapnya
  • 30. 26 d. Kebijakan pemerintah yang tidak adil dalam berbagai hal di berbagai tempat dan wilayah yang menimbulkan kesenjangan , dan kesenjangan ini sering kali menimbulkan kecemburuan serta menyulut muncul nya radikalisme dan terorisme e. Faktor ideologi anti—westernis dan liberalisme, yakni ketika sekularisme dan liberalisme mempengaruhi masyarakat, maka sering kali muncul reaksi berupa radikalisme dan bahkanterorisme terhadap nya f. Tidak adanya daya banding paha dan keyakinan terhadap paham dan keyakinan orang lain. Hal ini terjadi dalam bentuk sikap tertutup dan ekslusif baik dalam berpikir maupun dalam mengaplikasikan ajaran agama dalam kehidupan nya g. Radikalisme dan terorisme sering menggunakan istilah istilah yang berhimpit dengan istilah istilah agama hal ini akan cepat mendapat simpati dari penganut agama, terutama yang masih dangkal pemhaman nya terkait ilmu agama . Dengan menerapkan aturan syari’at mereka merasa dapat mematuhi perintah agama dalam rangka menegakkan keadilan. Namun, tuntutan penerapan syariah sering diabaikan oleh negara-negara sekular sehingga mereka frustasi dan akhirnya memilih cara- cara kekerasan25 25 PROF.DR.SYAHRIYAN HARAPAP, M.A. upaya kolektif mencegah paham radikalisme dan terorisme(depook siraja preneda media group)h9
  • 31. 27 METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis penelitian 1. Pendekatan penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitattif (Qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan pada penyimpulan. Penelitian kualitatif bersifat induktif, peneliti membiarkan permasalahan-permasalahan muncul dari atau dibiarkan terbukauntuk interprestasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan- catatan. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama, menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) dan kedua menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain).26 Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postposivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpreative karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang dilapangan. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif instrumennya 26 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 60.
  • 32. 28 adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap situasi sosial yang diteliti. Maka teknik pengumpulan data bersifat triangulasi, yaitu menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data secara gabungan atau simultan. Analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. 27 2. jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian lapangan. kualitatif dengan strategi penelitian lapangan merupakan studi atau penelitian terhadap realisasi kehidupan sosial masyarakat secara langsung. Dalam penelitian lapangan, kajian bersifat terbuka, tidak terstruktur, dan fleksibel, karena peneliti memiliki peluang untuk menentukan fokus kajian. Penelitian lapangan bersifat tidak terstruktur karena sistematika fokus kajian dan prosedur pengkajiannya tidak dapat disistemisasikan secara ketat dan pasti. Selain itu, penelitian lapangan juga bersifat fleksibel karena selama proses penelitian, peneliti diperkenankan untuk memodifikasi rumusan masalah maupun format- format yang digunakan. Dalam penelitian yang berorientasi pada tujuan untuk memahami karakteristik individu maupun kelompok tertentu secara fokus mendalam, maka jenis penelitian lapangan yang dilakukan termasuk dalam kelompok studi kasus. Sementara itu jika orientasinya pada tujuan untuk memahami ciri kehidupan sosial budaya suatu masyarakat guna 27 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2014), 7-9.
  • 33. 29 menyusun deskripsi secara sistematis, maka penelitian lapangan yang dilakukan termasuk dalam jenis penelitian etnografi28 Jadi tujuan deskriptif dalam penelitian ini yaitu untuk memberikan gambaran secara sistematis , aktual dan akurat mengenai fakta-fakta tertentu yaitu tentang. Peran guru PAI dalam mencegah paha radikalisme di SMA ISLAM GUMUKMAS TAHUN AJARAN 2022-2023 B. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA ISLAM GUMUKMAS JEMBER Alasan peneliti memilih lembaga ini dikarenakan cocok dengan judul penelitian yang di ambil sehingga memudahkan peneliti untuk memperoleh data yang diininkan. C. Subyek penelitian Untuk memperoleh data valid dan dapat dipertanggung jawabkan, penetuan subyek dalam penelitian ini menggunakan teknik Sampling Purposive. Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi29 Penentuan sampel ini dilakukan di lembaga. SMA ISLAM GUMUKMAS Untuk lebih mengakuratkan hasil penelitian, maka peneliti memilih informan yang relevan untuk memberikan informasi diantaranya yaitu: a. Kepala sekolah selaku pemimpin di lembaga tersebut. b. Guru Pendidikan Agama Islam c. Siswa 28 Farida Nugraha, Metode Penelitian Kualitatif: Dalam Penelitian Bahasa (Surakata: Alfabeta, 2014), 48. 29 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 85.
  • 34. 30 D. Teknik pengumpulan data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain Analisis dalam penelitian jenis apapun merupakan cara berpikir. Hal ini berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannya dengan keseluruhan. Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau men jadi hipotesis. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Miles and Hubermen dengan langkah-langkah sebagai berikut a. Reduksi Data Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanyang membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. b. Penyajian Data Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dengan begitu, data yang telah diperoleh dapat terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga penelitian akan lebih mudah dipahami.
  • 35. 31 c. Verifikasi Langkah ketiga adalah verifikasi atau penarikan kesimpulan. Dalam penarikan kesimpulan ini berisi jawaban-jawaban atas rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal E. Analaisi data Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawabn yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah di analisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai diperoleh data yang dianggap kredibel Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangusng secara terus menerus sampa tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu, data reduction, data display, dan conclusion drawing atau verification. a. Data Reduction (Reduksi data) Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. b. Data Display (Penyajian Data)
  • 36. 32 Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kualitatif, Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. c. Conclusion Drawing atau Verification Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukug pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.30 F. Keabsahan data Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan cara, dan berbagai waktu dengan penjelasan sebagai berikut: a. Triagulasi Sumber Triangulasi sumber untuk menguji kredubilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Contoh untuk menguji kredibilitas data tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dari Kepala Sekolah, Guru mata pelajaran, dan Siswa. Data dari sumber tersebut tidak 30 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 246-252.
  • 37. 33 bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan spesifik dari sumber tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan ke empat sumber data tersebut. b. Triangulasi Teknik Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu di cek dengan observasi, dokumentasi. Bila dengan ketiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar, atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda- beda31 G. Tahap tahap penelitian Pada bagian ini menguraikan rencana pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain, penelitian sebenarnya, dan sampai pada tahap penulisan laporan. Ada beberapa tahap dalam penelitian ini, terdiri dari tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data a. Tahapan Pra-Lapangan Pada tahap pra-lapangan ini ada lima kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti kualitatif. Kegiatan tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut: 1) Menyusun rancangan penelitian yaitu: a) Mencari permasalahan yang terjadi untuk dijadikan bahan penelitian. 31 Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian di Bidang Pendidikan (Ponorogo: CVNata Karya, 2019), 94-95.
  • 38. 34 b) Menentukan judul penelitian. c) Menentukan matrik penelitian. d) Membuat proposal penelitian. 2) Memilih lokasi penelitian Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lokasi penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substansif dan mempelajari serta mendalami fokus serta rumusan masalah penelitian, untuk itu pergi dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan. Dalam penentuan lokasi penelitian perlu untuk mempertimbangkan waktu, biaya, tenaga yang dimiliki peneliti kualitatif. Dalam tahap ini peneliti memilih SMA ISLAM GUMUKMAS sebagai tempat penelitian. 3) Mengurus perizinan Pertama-tama yang perlu diketahui peneliti adalah siapa saja yang berwewenang memberikan izin pelaksanaan penelitian tersebut. Tentu saja peneliti jangan mengabaikan izin meninggalkan tugas yang dimintakan dari atasan peneliti sendiri, dan seterusnya yang terkait dengan penelitian. Dalam tahap ini peneliti menyerahkan surat pengantar yang ditentukan program studi kepada Kepala Sekolah SMA ISLAM GUMUKMAS untuk melakukan penelitian. 4) Memilih dan memanfaatkan informan Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar belakang penelitian. Dalam tahap ini peneliti memilih Kepala Sekolah SMA ISLAM GUMUKMAS, Guru Pendidikan Agama Islam, dan Siswa. 5) Menyiapkan perlengkapan penelitian Peneliti hendaknya menyiapkan tidak hanya perlengkapan fisik, tetapi segalam macam perlengkapan penelitian yang yang
  • 39. 35 diperlukan. Dalam tahap ini alat-alat yang disiapkan oleh peneliti yaitu buku, alat tulis, dan alat perekam. Yang paling penting ialah agar peneliti sejauh mungkin sudah menyiapkan segala alat dan perlengkapan penelitian yang diperlukan sebelum terjun ke lapangan. b. Tahap Pekerjaan Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Tahapan lapangan pekerjaan sebagai berikut: 1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri Memahami latar penelitian dan persiapan diri dalam tahap pekerjaan lapangan masih diuraikan menjadi beberapa tahapan, yaitu: 2) Pembatasan latar dan peneliti Peneliti harus memahami latar penelitian untuk bisa masuk ke tahap pekerjaan lapangan. Selain itu peneliti harus mempersiapkan fisik dan mental, serta etika sebelum akan diperkuat dengan adanya dokumentasi berupa foto kegiatan. 1) Penampilan Dalam tahap memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri, peneliti harus memperhatikan penampilannya saat memasuki lapangan dan menyesuaikan dengan kebiasaan, adat, tata cara, dan budaya latar penelitian. Penampilan peneliti secara fisik juga harus diperhatikan, karena sebaiknya saat melakukan penelitian, peneliti tidak menggunakan pakaian yang mencolok dan lebih baik jika peneliti menggunakan pakaian yang sama seperti subjek penelitian. 2) Pengenalan hubungan peneliti di lapangan Jika peneliti menggunakan observasi partisipatif, maka peneliti harus menjalin hubungan yang dekat dengan subjek penelitian, sehingga keduanya dapat bekerja sama dan saling
  • 40. 36 memberikan informasi. Peneliti harus bersikap netral saat berada di tengah-tengah penelitian. 3) Jumlah waktu studi Peneliti harus memperhatikan waktu dalam melakukan penelitian. Jika peneliti tidak memperhatikan waktu, kemungkinan peneliti akan terlalu asyik dan masuk terlalu dalam ke kehidupan subjek penelitian, sehingga waktu yang sudah direncanakan menjadi berantakan. Peneliti harus mengingat bahwa banyak hal yang harus dilakukan seperti, menata, mengorganisasi, dan menganalisi data yang dikumpulkan. Peneliti yang harus menentukan sendiri pembagian waktu, agar dapat digunakan secara efektif dan efisien. Peneliti harus tetap berpegang teguh pada tujuan, masalah, dan pembagian waktu yang di susun. Jika penelitian yang dilakukan semakin panjang, maka tanggungan yang harus dihadapi oleh peneliti adalah penambahan biaya. c. Tahap Analisis Data Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah di lapangan. Tahapan yang dilakukan dapat di uraikan sebagai berikut: 1) Tahap awal yaitu merangkum data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. 2) Tahap kedua yaitu menyajikan data, membuat uraian dari data yang sudah direduksi. 3) Tahap ke tiga yaitu membuat uraian singkat tahap akhir atau mengambil kesimpulan.
  • 41. 37 H. Sistimatika pembahasan Penelitian skripsi ini, peneliti akan membagi dalam beberapa bab agar pembahasan skripsi ini dapat tersusun dengan baik. Sehingga tulisan ini dapat memenuhi standar penulisan sebagai karya ilmiah. Sistematika pembahasan dalam penyusunan penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu: Bab I : Pendahuluan, pada bab pendahuluan berfungsi sebagai pengantar informasi penelitian yang terdiri dari uraian tentang Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Istilah, dan Sistematika Pembahasan. Bab II : Kajian Pustaka, pada bab kajian pustaka ini, dikupas berbagai teori yang menjadi landasan teoritik penelitian. Sesuai judul skripsi maka pembahasan pada bab ini berisi tentang Penelitian Terdahulu dan Kajian Teori. Bab III : Metode Penelitian, pada bab ini akan dipaparkan tentang Pendekatan Dan Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Subyek Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data, Keabsahan Data, Tahap-tahap Penelitian mengenai implementasi reward dan punishment dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMA ISLAM GUMUKMAS tahun ajaran 2022-2023 Bab IV : Paparan data dan analisis data, pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian tentang paparan data, yaitu gambaran umum sekolah dan penemuan penelitian. Bab V: Penutup, pada bab ini dikemukakan tentang kesimpulan sebagai jawaban atas fokus penelitian dan saran-saran. Bagian akhir dari skripsi ini juga dicantumkan daftar pustaka dan berbagai lampiran.32 32 Tim Penyusun INAIFAS, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember: INAIFAS Press Kencong Jember, 2020), 45.
  • 42. 38 DAFTAR PUSTAKA Ahmad Rulam, Profesi Keguruan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2018). Abror Mufidul, Radikalisasi dan Deradikalisasi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas (Studi Multi Kasus di SMAN 3 Lamongan dan SMK NU Lamongan), (Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016). Basuki dan Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: STAIN Po PRESS, 2007). Daradjat Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012). Dr.H. Akmal hawi, M.Ag, kopetensi guru pendidikan agama islam (jakarta; PT raja grafindo persada, palembang2013) Faiz.Yunus, A. "Radikalisme, Liberalisme dan Terorisme: Pengaruhnya Terhadap Agama Islam." Jurnal Studi Al-Qur'an 13.1 (2017). Mudlofir Ali, Pendidik Profesional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013). Munip Abdul, Menangkal Radikalisme Agama di Sekolah, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. I, No. 2, 21 November 2012. PROF.DR. HARAPAP SYAHRIYAN, M.A. upaya kolektif mencegah paham Rabba Nala Auna, Skripsi: Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Upaya Mencegah Radikalisme Di Sma Khadijah Surabaya, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019). h. 4-5 Rokhmad Abu, Radikalisme Islam dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal, Walisongo, Vol. 20, No. 1, Mei 2012. Sekretariat Negara RI, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 hal 2 Sholehuddin, Kebijakan Pendidikan Nasional dalam Menanggulangi Radikalisme Agama, Inovasi, Vol. 11, No. 4, Oktober-Desember 2017. Sadirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014). Suparlan, Menjadi Guru Efektif, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008).
  • 43. 39 Umro Jakaria, Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Radikalisme Agama Di Sekolah, Journal Of Islamic Education (JIE) Vol. II No. 1 Mei 2017. h. 95. Sukmadinata Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009). Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2014). Nugraha Farida, Metode Penelitian Kualitatif: Dalam Penelitian Bahasa (Surakata: Alfabeta, 2014) Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian di Bidang Pendidikan (Ponorogo: CV Nata Karya, 2019) Tim Penyusun INAIFAS, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember: INAIFAS Press Kencong Jember, 2020) Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011).