SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
TUGAS MATAKULIAH FILOLOGI
ANALISIS NASKAH MELAYU RIAU
“LANCANG KUNING”
BERDASARKAN TEORI STRUKTURALISME
NAMA : FARIZAN
N I M : 2014940007
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS DR. SOETOMO
SURABAYA
2015
ANALISIS NASKAH MELAYU
“LANCANG KUNING”
BERDASARKAN TEORI STRUKTURALISME
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ilmu filologi, naskah merupakan objek pengkajian utama. Naskah ini
berbentuk karya (tulisan) yang merupakan salah satu peninggalan kongret msa silam
suatu bangsa. Teks yang tertuang di dalam naskah diposisikan sebagai bahan analisis
dengan tujuan untuk mengungkapkan produk masa lampau yang berupa karya
(tulisan), mengungkapkan fungsi karya tulisan itu dalam masyarakat penghasil atau
ahli waris karya itu dan dalam masyarakat masa kini, serta mengungkapkan nilai-nilai
budaya yang terkandung dalam karya. Secara khusus tujuan studi filologi adalah
mengungkapkan sejarah perkembangan teks, mengungkapkan sambutan penerima
teks, dan menyajikan suntingan teks dalam bentuk yang dapat dibaca oleh masyarakat
masa kini.
Banyaknya naskah peninggalan dari budaya masa lampau Nusantara namun
sediktnya filologi yang mampu mengkaji teks naskah-naskah itu saat ini menjadi
permasalahan dalam mengungkapkan tujuan-tujuan dari studi filologi itu sendiri. Oleh
karena itu, perlu adanya pembelajaran untuk mengkaji teks dan naskah sehingga
diharapkan adanya ketertarikan untuk terus mengkaji teks dan naskah yang ada.
Meskipun dalam pengkajian ini haya sebatas analisis teks semata. Tetapi, paling tidak
telah ada usaha untuk mengkaji teks secara sederhana.
Pengkajian filologi tidak terlepas dari metode-metode yang terus berkembang.
Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan teori-teori sastra. Adapun
dalam makalah ini, metode pengkajian naskah adalah dengan sastra yang
menggunakan teori strukturalisme, yaitu salah satu pendekatan kesastraan yang
menekankan pada kajian hubungan antarunsur yang membangun sebuah karya sastra
yang bersangkutan.
Naskah yang dianalisis dalam makalah ini adalah naskah yang tumbuh dalam
masyarakat Melayu. Artinya naskah yang dimaksud berupa karya sastra yang tertulis
dengan Arab-Melayu. Dengan huruf “Arab-Melayu” dimaksudkan huruf Arab yang
digunakan untuk menulis bahasa Melayu. Naskah ini berjudul “Lancang Kuning”.
Naskah ini ditemukan penulis terdapat dalam sebuah buku pelajaran Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Kundur Barat, Karimun, Kepulauan Riau. Meskipun
naskah ini terbilang muda, tetapi teks yang terdapat di dalamnya merupakan teks yang
sudah tua. Cerita ini dahulu sering disampikan secara lisan, kemudian mulai
dituliskan sehingga dapat diajarkan pada siswa untuk tetap mempertahankan
kabudayaan masa lampau. Selain siswa dapat mempelajari tulisannya, siswa juga
dapat mengenal sejarah yang terkandung di dalamnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat kita ketahui bahwa sedikit sekali orang-
orang yang ingin menganalisis naskah untuk mengungkap khasanah kebudayaan masa
lampau. Oleh sebab itu penulis ingin menganalisis naskah Melayu yang berjudul
“Lancang Kuning” ini secara sederhana. Adapun metode analisis yang digunakan
adalah metodependekatan strukturalisme.
C. Landasan Teoritis
TEORI STRUKTURALISME
Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum Formalis Rusia dan Strukturalisme
Praha. Ia mendapat pengaruh langsung dari Saussure yang mengubah studi linguistik
dari pendekatan diakronim menjadi sinkronik. Studi linguistik tidak lagi ditekankan
pada sejarah perkembangannya, melainkan hubungan antarunsurnya. Masalah unsur
dan hubungan antarunsur merupakan hal yang penting dalam pendekatan ini. Unsur
bahasa misalnya, unsur fonologi, unsur morfologi dan sintaksis, maka dalam studi
linguistik pun dikenal adanya studi fonetik, fonemil, morfologi dan sintaksis.
(Nurgiyantoro, 2010:36).
Sebuah karya sastra, menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang
dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Disatu pihak,
Abrams (dikutip Nurgiayntoro, 2010:36) karya sastra dapat diartikan sebagai susunan,
pengeseran, dan gambaran semuabahan dan bagian yang menjadi komp[onennya serta
bersama membentuk kebulatan yang indah. Sementara di pihak lain struktur karya
sastra juga menyaran pada pengertian hubungan antarunsur (intrinsik) yang bersifat
timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama
membentuk satu kesatuan yang utuh.
Analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi,
mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsiknya. Mula-
mula diidentifikasi dan dideskripsikan, misalnya bagaimana keadaan peristiwa-
peristiwa, plot, tokok, latar, dll. Setelah itu, kaitkan unsur satu dengan unsur yang lain
sehingga membentuk suatu kepaduan dalam karya sastra. Dengan demikian, pada
prinsipnya kajian strukturalisme bertujuan untuk memaparkan secermat mungkin
fungsi dan keterkaitan antarunsur intrinsik yang menunjang sebuah karya sastra
sehingga membentuk kepaduan yang menyeluruh.
II. PEMBAHASAN
A. Transliterasi Naskah Melayu “Lancang Kuning” ke dalam Aksara Bahasa
Indonesia.
Lancang adalah sebuah perahu dengan ukuran yang berbeda-beda, karena ada
yang kecil dan ada pula yang besar, yang jelas lancang adalah alat perhubungan air
pada masa lalu. Dalam masyrakat Riau lebih dikenal dengan Lancang Kuning yang
merupakan suatu lambang kebesaran daerah Riau. Karena itu Lancang Kuning
ditetapkan menjadi lambang dan nyayian daerah Riau.
Adapun cerita Lancang Kuning adalah berasal dari sebuah kerajaan yang
terdapat di Bukit Batu, wilayah Kabupaten Bengkalis. Kerajaan ini diperintah oleh
raja yang bernama Datuk Laksmana Perkasa Alam serta dibantu oleh dua orang
panglima yaitu Panglima Umar dan Panglima Hasan. Panglima Umar adalah seorang
panglima yang dipercaya oleh Datuk Laksmana Perkasa untuk menyelesaikan sesuatu
jika terjadi persoalan dalam kerajaan. Umpamanya jika terjadi perampokan di
perairan, setiap tugas dapat diselesaikan dengan baik.
Pada suatu hari Panglima Umar menghadap Datuk Laksmana untuk
menyampaikan hasrat hati mempersunting Zubaidah, seorang gadis negeri itu.
Permohonan Umar disambut dengan baik oleh Datuk Laksmana. Dengan persetujuan
Datuk Laksmana dilangsungkan pernikahan dan tanda kegembiraan diadakan pesta
dan keramaian besar-besaran.
Rupanya kepercayaan yang diberikan dan perkawinan Umar dengan Zubaidah
menimbulkan rasa tidak senang dan timbul dendam bagi Panglima Hasan. Hal ini
timbul karena Panglima Hasan juga simpati dan mencintai Zubaidah yang telah
didahului Panglima Umar.
Untuk melepas rasa sakit hati Panglima Hasan mencari akal bagaimana, agar
Zubaidah dapat dimilikinya, maka dengan akal busuknya Panglima Hasan menyuruh
Domo menyampaikan kepada Datuk bahwa dia bermimpi agar Datuk Laksmana
membuat Lancang Kuning untuk mengamankan semua perairan dari lanun. Apa yang
disampaikan Pawang Domo diterima oleh Datuk Laksmana, sehingga Lancang
Kuning dikerjakan siang malam. Setelah Lancang Kuning hampir selesai tersebar
berita bahwa Batin Sanggoro telah melarang para pelaut untuk mencari ikan di
Tanjung Jati.
Dengan adanya berita ini Datuk Laksmana memerintahkan agar Panglima Umar
berangkat dan menemui Batin Sanggoro, sungguh berat hati Panglima untuk
berangkat karena istrinya sedang hamil tua dan tak lama lagi akan melahirkan, akan
tetapi karena tugas yang sangat penting, semua perasaan itu ditahan, demi kerajaan
yang tercinta.
Setelah berlayar beberapa hari, sampailah Panglima Umar kepada Batin
Sanggoro dan diceritakan semua berita yang tersebar di Bukit Batu. Mendengar cerita
itu Batin Sanggoro terkejut, karena selama ini dia tidak pernah melarang nelayan
Bukit Batu menangkap ikan di Tanjung Jati. Mendengar penjelasan Batin Sanggoro,
Panglima Umar termenung dan berpikir, apa gerangan yang terjadi di balik peristiwa
ini? Melihat keadaan ini lalu Batin Sanggoro menganjurkan agar cerita ini diselidiki
dari mana asal mulanya, dan diselidiki sewaktu perjalanan pulang.
Rupanya apa yang disampaikan Batin Sanggoro dituruti Panglima Umar,
sewaktu perjalanan pulang Panglima Umar berkeliling karena mencari siapa yang
membuat berita itu, sehingga tidak dirasakan bahwa perjalanan sudah satu bulan.
Malam ini tepat lima belas hari bulan purnama. Malam ini Lancang Kuning
akan diluncurkan ke laut. Di balai-balai telah banyak awak kerajaan dan penduduk
negeri untuk menyaksikan peluncuran Lancang Kuning tersebut. Bermacam-macam
hiburan daerah dipertunjukkan. Semua penduduk negeri bergembira kecuali
Zubaidah, karena suaminya Panglima Umar sudah satu purnama pergi dan sampai
saat ini belum juga kembali, dan karena itu Zubaidah tidak pergi menghadiri acara
peluncuran Lancang Kuning ke laut pada malam itu.
Setelah semua keperluan peluncuran Lancang Kuning disiapkan Pawang Domo
memberi petunjuk kepada Datuk Laksmana. Acara peluncuran diawali dengan tepung
tawar pada dinding Lancang Kuning kemudian dilanjutkan dengan pengasapan dan
barulah semua yang hadir diperintahkan supaya berdiri di samping Lancang Kuning
dan semua bunyi-bunyian dibunyikan. Dan semua yang telah memegang Lancang
Kuning mendorong, tetapi alangkah anehnya, Lancang Kuning tersebut tiak bergerak
sedikitpun. Hal ini dilakukan berulang-ulang bahkan tenaga sudah ditambah, namun
Lancang Kuning tidak juga bergerak. Hadirin yang hadir merasa heran dan bertanya-
tanya, muka Pawang Domo merah padam.
Pawang Domo segera bersembah kepada Datuk Laksmana dan berkata “ampun
tuanku yang mulia! Rupanya Lancang Kuning tidak bisa diluncurkan jika... jika apa
Wak Domo? Kata Datuk Laksmana, katakanlah! Jika Lancang Kuning ingin juga
diluncurkan maka harus ada korban. Korban berapa ekor kerbau yang diperlukan Wak
Domo? Tuanku yang mulia! Bukan kerbau”. Pawang Domo menghampiri Datuk
Laksamana dan membisikkan bahwa korban yang diperlukan adalah perempuan hamil
sulung. Datuk Laksmana tertunduk dan termenung serta berkata kepada Pawang
Domo bahwa tidak mungkin itu dilakukan, maka Datuk Laksmana menerintahkan
agar peluncuran Lancang Kuning diundurkan saja.
Setelah sebagian orang pualng, Panglima Hasan pergi ke rumah Zubaidah dan
didapatinya Zubaidah sedang duduk termenung di depan pintu rumahnya. Zubaidah
terkejut dengan kedatangan Panglima Hasan sembil barkata “mengapa lagi kau datang
ke sini Panglima Hasan? Berkata Panglima Hasan, apa lagi yang kau tunggu
Zubaidah? Suamimu tidak akan kembali lagi, karena itu bair aku yang akan menjadi
ayah anakmu itu! Apa katamu panglima penghianat? Biar saya mati dari pada
bersuamikan kamu! Jawab Panglima Hasan, jika kamu masih menolak permintaanku,
kamu akan saya jadikan gilingan Lancang Kuning yang akan diluncurkan ke laut”.
Karena Zubaidah tetap menolak permintaan Panglima Hasan, makan Zubaidah
ditarik dan matanya ditutup dengan bantuan pengawalnya, setelah sampai disekitar
Lancang Kuning diluncurkan, Panglima Hasan mendorong tubuh Zubaidah ke bawah
Lancang Kuning dan saat itu juga Panglima Hasan memerintahkan supaya Lancang
Kuning didorong ke laut. Hanya didorong oleh beberapa orang saja Lancang Kuning
itu meluncur dengan mulus.
Setelah Lancang Kuning sampai di laut tampaklah darah dan daging Zubaidah
berserakan di tanah dan ketika itu turunlah hujan serta petir dan angin kencang serta
bertepatan waktu itu Panglima Umar merapat ke pelabuhan Bukit Batu.
Setelah perahu ditambatkan di pelabuhan Panglima Umar langsung ke rumah
untuk melihat istrinya dan anaknya yang telah ditinggalkan selama satu purnama,
tetapi setibanya di rumah, rumahnya kosong, dipanggilnya Zubaidah tetapi tidak ada
jawaban. Hati Panglima Umar mulai gelisah, maka ia berangkat ke pelabuhan, di
tengah perjalanan ia bertemu dengan Panglima Hasan, lalu Panglima Umar bertanya
kepada Panglima Hasan, dimana gerangan istriku? Panglima Hasan menceritakan,
Zubaidah telah dijadikan gilingan Lancang Kuning oleh Datuk Laksmana.
Mendengar cerita Panglima Hasan tersebut Panglima Umar langsung pergi ke
tempat peluncuran Lancang Kuning, alangkah terkejut dan sedihnya hati Panglima
Umar melihat tubuh istrinya itu, disapunya darah yang ada di tanah dan diusapkan ke
muka serta berkata bahwa dia akan membalas atas kematian istrinya itu kepada Datuk
Laksmana, tetapi baru saja dia berjalan dilihatnya Datuk Laksmanaberjalan
kearahnya.
Setelah mereka bertemu Panglima Umar langsung menyerang Datuk Laksmana
dengan pedang yang panjang ke perut Datuk Laksmana, tanpa ada pembicaraan
sedikitpun, akhirnya Datuk Laksmana mati di tangan Panglima Umar, ketika itu juga
datanglah Pawang Domo dan menceritakan semua kejadian yang sebenarnya, bahwa
yang menjadikan Zubaidah untuk gilingan Lancang Kuning adalah Panglima Hasan,
tanpa mengulur waktu Panglima Umar pergi mencari Panglima Hasan.
Dari kejauhan Panglima Umar melihat Panglima Hasan sudah bersiap-siap
untuk melarikan diri menuju Lancang Kuning tapi belum sempat melepaskan talinya
Panglima Umar telah sampai, dengan pedang terhunus sambil berkata “nah...malam
ini...engkau atau aku yang akan mati”. Dengan disaksikan penduduk mereka berkelahi
di atas Lancang Kuning. Dan akhirnya Panglima Hasan dapat ditikam Panglima Umar
dan matinya jatuh ke laut.
Waktu itu Panglima Umar melihat ke pantai dan berkata kepada orang yang
berada di pantai bahwa ia telah membunuh Datuk Laksmana karena perbuatan
Panglima Hasan dan Panglima Hasan pun sudah mati di tangannya, karena itu ia akan
pergi dengan Lancang Kuning untuk selama-lamanya, dan ketika sampai di Tanjung
Jati datanglah ombak besar dan angin topan sehingga Lancang Kuning tersebut karam
dan ia bersama Lancang Kuning terkubur dalam laut Tanjung Jati serta kejayaan
kerajaan negeri bukit batu berangsur-angsur mundur dan akhirnya tingal setumpuk
rumah saja.
B. Analisis Naskah Melayu “Lancang Kuning” berdasarkan Teori Strukturalisme
1. Analisis Plot pada Teks Melayu “Lancang Kuning”
Plot atau alur cerita merupakan salah satu unsur yang sangat penting
dalam sebuah karya sastra fiksi, bahkan tak sedikit orang menganggap plot
unsur terpenting sebagai pembangun karya fiksi. Tinjauan struktural pun sering
ditekankan pada pembahasan plot. Stanton (dikutip Nurgiyanto, 2010:113)
Mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun
tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu
menyebabkan terjadinya peristiwa lain. Plot ini dimanifestasikan lewat
perbuatan, tingkah laku dan sikap-sikap tokoh utama cerita.
Peristiwa demi peristiwa yang ditampilkan yang hanya mendasarkan
pada urutan waktu belum dapat dikatakan plot. Agar menjadi sebuah plot,
peristiwa-peristiwa tersebut harus disiasati secara kreatif, sehingga
menghasilkan sesuatu yang menarik dan indah. Abrams (dikutip Nurgiyanto,
2010:113) yang menyetujui adanya perbedaan cerita dengan plot,
mengemukakan bahwa plot sebuah karya fiksi merupakan struktur peristiwa-
peristiwa, yaitu sebagaimana terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai
peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu.
Dalam teks “Lancang Kuning” ini plot yang sangat menonjol adalah
ketika Panglima Hasan menjadikan Zubaidah sebagai gilingan Lancang Kuning
dan dia mengatakan kepada Panglima Umar bahwa Datuk Laksmana yang
melakukannya, menyebabkan Datuk Laksmana terbunuh di tangan Panglima
Umar tanpa ada pembicaraan terlebih dahulu. Kemudian berita itu diluruskan
oleh Pawang Domo sehingga diketahuilah bahwa pelaku sebenarnya adalah
Panglima Hasan. Hal ini kembali menyebebkan terjadinya pembunuhan yang
dilakukan oleh Panglima Umar terhadap Panglima Hasan di atas Lancang
Kuning.
Untuk lebih jelas mengenai plot yang terdapat pada teks yang berjudul
“Lancang Kuning” ini, dapat kita urut peristiwa, konflik dan klimaks sebagai
berikut.
a. Peristiwa
Sejauh ini kita sering mendengar kara peristiwa maupun kejadian
disebut-sebut oleh banyak orang dalam pembicaraan tentang karya fiksi,
namun belum diketahui secara jelas apa sebenarnya peristiwa itu. Dalam
berbagao literatur berbahasa Inggris sering ditemukan penggunaan istilah
action (aksi, tindakan) atau event (peristiwa, kejadian) secara bersama atau
bergantian, walau sebenarnya kedua istilah itu menyaran pada dua hal yang
berbeda. Action merupakan sebuah aktivitas yang dilakukan oleh tokoh
manusia, misalnya memukul dan memarahi. Dipihak lain, event lebih luas
cakupannya menyaran pada sesuatu yang dilakukan dan atau dialami oleh
manusia yang terjadi diluar aktivitas manusia, misalnya perstiwa alam
seperti banjir dan tanah longsor. Dalam penulisan ini, kedua hal itu
disederhanakan menjadi peristiwa atau kejadian. Peristiwa dapat diartikan
sebagai peralihan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain (Luxemburg
dikutip Nurgiyantoro, 2010:117).
Peristiwa yang terjadi dalam teks “Lancang Kuning” ada enam,
dimulai dari niat Panglima Umar yang hendak mempersunting Zubaidah,
seorang putri raja di daerah Bukit Batu, wilayah Kabupaten Bengkalis, pada
masa lampau. Suntingan Panglima Umar terhadap Zubaidah diterima dan
dilangsungkan pesta pernikahan secara besar-besaran. Peristiwa kemudian
beralih kepada perasaan Panglima Hasan yang terluka dan sakit hati karena
niatnya telah didahulukan oleh Panglima Umar. Dari rasa sakit hatinya itu,
muncul niat jahat Panglima Hasan dengan menyiarkan kabar bahwa Batin
Sanggoro telah melarang para pelaut untuk mencari ikan di Tanjung Jati.
Kemudian peristiwa beralih pada Batin Sanggoro yang tidak mengakui
kebenaran berita itu setelah ditanyakan oleh Panglima Umar. Sanggoro
meminta Panglima Umar mencari kebenaran berita itu, dari mana asal
mulanya. Perjalanan Panglima Umar mencari kebenaran berita itu
berlangsung selama sebulan. Selama itu pula ia meninggalkan Zubaidah
yang sedang hamil tua.
Di samping peristiwa itu, juga terdapat peristiwa lain yang dialami
oleh Datuk Laksmana dan masyarakat Bukit Batu. Ketika Datuk Laksmana
mendapat berita dari Pawang Domo untuk membuat perahu yang digunakan
untuk mengusir para lanun dari perairan Bukit Batu, maka perahu yang
diberi nama Lancang Kuning itu dikerjakan siang dan malam. Tetapi ketika
Lancang Kuning sudah selesai dikerjakan dan hendak diluncurkan ke laut
melalui berbagai ritual, Lancang Kuning tetap tidak mau meluncur ke laut
karena membutuhkan korban dari seorang wanita yang sedang hamil sulung.
Peristiwa beranjak pada perbuatan Panglima Hasan yang keinginannya
untuk menjadi suami Zubaidah ditolak oleh Zubaidah, kemudian menjadiakn
Zubaidah sebagai korban untuk meluncurkan Lancang Kuning ke laut.
Sesaan setelah kejadian itu, Panglima Umar kembali ke Bukit Batu dan
mendapat kabar dari Panglima Hasan bahwa istrinya delah dijadikan
gilingan Lancang Kuning oleh Datuk Laksmana. Kemudian peristiwa
beranjak pada peristiwa pembunuhan Datuk Laksmana dan Panglima Hasan
oleh Panglima Umar. Sementara peristiwa akhir dari kisah kerajaan Bukit
Batu ini ditandai dengan kepergian Panglima Umar berlayar dengan
Lancang Kuning dan tenggelam di perairan Tanjung Jati, serta
mengakibatkan mundurnya kerajaan Bukit Batu.
b. Konflik
Konflik juga termasuk salah satu unsur yang penting dalam sebuah
plot. Peristiwa yang terjadi berupa peristiwa yang fungsional, utama, atau
kernel yang sangat esensial dalam pengembangan sebuah plot. Konflik
menyaran pada pengertian sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang
terjadi dan dialami oleh tokoh-tokoh dalam cerita, yang jika tokoh-tokoh itu
dapat memilih, ia memilih peristiwa itu tidak akan menimpa dirinya
(Meredith & Fitzgerald dikutiup Nurgiantoro, 2010:122). Konflik adalah
sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang
seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan (Wellek & Warren
dikutip Nurgiantoro, 2010:122). Dengan demikian, konflik menyaran pada
konotasi yang negatif, sesuatu yang tidak menyenangkan. Peristiwa dan
konflik biasanya berkaitan erat, dapat saling menyebabkan terjadinya satu
dengan yang lain, bahkan kinflik pun hakikatnya merupakan sebuah
peristiwa. Adanya peristiwa tertentu dapat menimbulkan konflik. Konflik
demi konfil yang disusul peristiwa demi peristiwa pada akhirnya dapat
menyebabkan konfik semakin meningkat dan mencapai klimaks.
Konflik-konflik yang terjadi dalam teks “Lancang Kuning” mulai
muncul ketika Zubaidah dijadikan gilingan perahu Lancang Kuning oleh
Panglima Hasan. Hal ini terjadi akibat penolakan Zubaidah terhadap
Panglima Hasan yang ingin menjadi Zubaidah dengan alasan bahwa
Panglima Umar takkan pernah kembali lagi. Zubaidah menolak keras
permintaan Panglima Hasan dan menyebabkan ia diseret ke pantai untuk
dijadikan gilingan Lancang Kuining. Zubaidah yang dijadikan gilingan
Lancang Kuning meninggal dengan mengenaskan. Daging dan darahnya
berserakan di pasir pantai. Seketika turun hujan dan serentak dengan
kepulangan Panglima Umar yang sudah merapat di pelabuhan Bukit Batu.
Panglima Umar yang tidak menemukan istrinya di rumah menemui
Panglima Hasan secara tak sengaja. Pada saat itulah Panglima Hasan
mengatakan bahwa istrinya dijadikan gilingan Lancang Kuning oleh Datuk
Laksmana. Perkataan Panglima Hasan mengundang amarah Panglima Umar
yang menyebabkan kematian Datuk Laksmana.
Dapat kita lihat dari penjelasan di atas bahwa konflik muncul secara
berurut. Konflik pembunuhan Datuk Laksmana oleh Panglima Umar terjadi
karena peristiwa yang dipicu oleh Panglima Hasan yang menjadikan
Zubaidah sebagai gilingan perahu Lancang Kuning dan memfitnah Datuk
Laksmana. Dari konfik nini dapat kita ketahui karakter tokoh Panglima
Hasan yang tidak bertanggung jawab atas perbuatan yang telah ia lakukan.
Pangima Hasan rela mengorbankan nyawa Datuk Laksmana untuk menutupi
kesalahan dirinya dan pura-pura tidak tahu atas kejadian itu. Selai itu dapat
juga kita lihat karakter tokoh Zubaidah yang rela mati demi
mempertahankan kehormatan dirinya dan rumah tangganya yang sudah ia
bangun bersama Panglima Umar. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
keterkaitan antara unsur-unsur intrinsik yang membangun sebuah karya
fiksi. Unsur-unsur itu tidak dapat berdiri sendiri karena melalui salah satu
unsur, kita dapat mengetahui unsur pendukung lainnya.
c. Klimaks
Konflik dan klimaks merupakan unsur yang paling penting dalam
struktur pembangun plot. Konflik demi konflik yang terjadi telah mencapai
titik puncak dapat menyebabkan terjadinya klimaks (puncak konflik).
Dengan demikian terdapat keterkaitan yang erat antara kinflik dan klimaks.
Klimaks hanya akan terjadi jika terdapat konflik yang mendukungnya.
Namun tidak semua konflik dapat mencapai klimaks. Klimaks, menurut
Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2010:127) adalah saat konflik telah mencapai
tingkat intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sesuatu yang tidak dapat
dihindari kejadiannya. Klimaks merupakan kejaddian puncak yang menarik
dan menegangkan dan biasanya tidak ada lagi kejadian lain yang sama
dengan klimak. Kalaupun ada, itu hanyalah kejadian/konflik ringan yang
masih bisa diatasi sebagai peregangan untuk menuju penyelesaian atau akhir
dari sebuah cerita.
Klimaks dalam teks Melayu “Lancang Kuning” terjadi ketika konflik-
konflik yang diawali oleh Panglima Hasan ini sudah semakin meruncing.
Jika meninjau kembali pembahasan penulis mengenai konflik-konflik yang
terjadi dalam teks “Lancang Kuning”, dapat kita lihat bahwa terbunuhnya
Datuk Laksmana merupakan konflik penegangan tetapi belum mencapai
klimaks. Klimaks terjadi ketika Pawang Domo yang melihat Datuk
Laksmana sudah terbunuh mengatakan kepada Panglima Umar mengenai hal
yang sebenarnya, yaitu Panglima Hasan lah yang menjadikan Zubaidah
sebagai gilingan perahu Lancang Kuning. Semakin beranglah Panglima
Umar. Ia mencari Panglima Hasan dan menemukannya ketika Panglima
Hasan hendak melarikan diri bersama Lancang Kuning. Tetapi usahanya
sempat ditunda oleh Panglima Umar. Dengan sigap Panglima Umar naik ke
Lancang Kuning dan bertarung dengan Panglima Hasan. Akhirnya pada
pertarungan itu Panglima Hasan terbunuh dan mayatnya jatuh ke laut.
Melalui konflik dan klimaks dapat kita lihat bahwa Panglima Umar
merupakan seseorang yang tidak sabar dan terlalu cepat menyimpulkan
suatu permasalahan. Ia membunuh Datuk Laksmana tanpa bertanya terlebih
dahulu mengenai kebenaran meninggalnya Zubaidah. Ia lebih memilih tak
lagi bicara dan langsung membunuh Datuk Laksmana sehingga Datuk
Laksmana yang tidak bersalah ikut menjadi korban amarahnya.
Dari penjelasan peristiwa, konflik dan klimaks dapat kita simpulkan
bahwa plot yang terdapat dalam teks Melayu “Lancang Kuning”
menggunakan plot lurus, yaitu plot yang peristiwa-peristiwa dan konflik-
konfliknya terjadi secara kronologis dan dapat mudah diururt. Melalui plot
juga dapat kita tentukan karakter tokoh Panglima Umar, Panglima Hasan
dan Zubaidah.
2. Analisis Tokoh pada Teks Melayu “Lancang Kuning”
Tokoh merupakan pelaku cerita. Istilah “tokoh” menunjuk pada
orangnya, pelaku cerita. Tokoh cerita, menurut Abrams (dalam Nurgiantoro,
2010:165) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau
drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan
kecenderungan tertentu seperti yang didesktipsikan dalam ucapan dan apa yang
dilakukan dalam tindakan. Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa antara
seorang tokok dengan kualitas pribadinya erat berkaitan dengan penerimaan
pembaca.
Tokoh yang terdapat dalam teks “Lancang Kuning” dibedakan
berdasarkan penting tidaknya tokoh ada Zubaidah dan Panglima Hasan sebagai
tokoh utama serta Panglima Umar, Datuk Laksmana dan pawang Domo
sebagai tokoh tambahan. Dari penting tidaknya tokoh, perannya dominan
karena sejak awal Panglima Hasan selalu memulai untuk menimbulkan sebuah
peristiwa dan memunculkan konflik. Sementara Zubaidah adalah tokoh yang
dijadikan korban dan merupakan salah satu penyebab munculnya konflik yang
terjadi antara Panglima Hasan dan Panglima Umar. Dengan demikian,
Panglima Hasan dan Zubaidah dapat disebut sebagai tokoh utama. Tanpa
Panglima Hasan memunculkan peristiwa dan konflik maka cerita ini tidak akan
menemukan klimaks. Begitupun Zubaidah, tanpa peran Zubaidah yang
dijadikan korban untuk gilingan perhu Lancang Kuning, Panglima Umar tidak
akan marah dan tidak akan membunuh Datuk Laksmana dan Panglima Hasan.
Sementara itu, tokoh tambahan dalam cerita ini adalah Panglima Umar,
Datuk Laksmana dan Pawang Domo. Peran mereka tidak terlalu besar dalam
cerita ini tapi cukup fungsional karena tanpa mereka tokoh Panglima Hasan
hanya akan melakukan hal yang sia-sia. Jika Panglima Umar tidak ada,
perbuatan Panglima Hasan tidak ada yang menentang dan Panglima Hasan
tidak mendapatkan aksi balasan dari tokoh yang bertentangan dengannya. Hal
yang sama juga berlaku pada Datuk Laksmana dan Pawang Domo. Masing-
masing mereka haya dominan muncul pada proses peluncuran Lancang Kuning
ke laut. Kemudian muncul kembali pada bagian akhir cerita ketika Datuk
Laksmana muncul dan langsung dibunuh oleh Panglima Umar, sedangkan
Pawang Domo muncul setelah kejadian terbunuhnya Datuk Laksmana.
Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, tokoh dalam teks “Lancang
Kuning” dapat dibagi menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh
antagonis dalam teks ini adalah Panglima Hasan. Sangat jelas terlihat melalui
percakapan tokoh dengan Zubaidah. Selain itu karakter tokoh dapat dilihat
melalui tingkah laku tokoh yang bertanggung jawab menjadi salah satu
indikator bahwa tokoh Panglima Hasan bukanlah seorang yang baik. Sementara
itu, tokoh Panglima Umar, Datuk Laksmana, Pawang Domo, dan Zubaidah
merupakan tokoh protagonis dalam certia ini. Tidak tampak perbuatan masing-
masing tokoh untuk berbuat jahat. Tokoh Panglima Umar dinilai baik oleh
penulis karena Panglima Umar bersedia melakukan perintah Datuk Laksmana
untuk mencari kebenaran berita tentang larangan melaut di Tanjung Jati kepada
Batin Sanggoro. Datuk Laksmana dinilai baik karena ia tidak ingin
mengorbankan siapapun demi kelancaran peluncuran Lancang Kuning ke laut.
Pawang Domo menunjukkan sikap baiknya dengan memberitahu hal yang
sebenarnya terjadi kepada Zubaidah. Sedangkan Zubaidah dinilai sebagai tokoh
protagonis karena ia berani mempertahankan kehormatan dirinya dan rumah
tangganya dengan Panglima Umar yang juga diajarkan oleh agama islam.
Tokoh-tokoh ini dapat diketahui penggolongannya melalui dialog tokoh
ataupun tingkah laku tokoh terhadap tokoh lain. Karakter tokoh juga dapat
dilihat melalui peristiwa-peristiwa yang menimbulkan konflik-konflik yang
terjadi dalam cerita. Ini membuktikan bahwa unsur tokoh dan plot memiliki
katerkaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, setiap unsur
instrinsik yang membangun sebuah cerita tidak dapat berdiri sendiri.
3. Analisis Latar pada Teks Melayu “Lancang Kuning”
Berbicara tentang sebuah karya sastra khususnya fiksi, akan berkaitan
dengan latar yang mendukung tempat terjadinya peristiwa atau konflik dalam
cerita. Sebuah karya fiksi tidak akan lengkap unsurnya tanpa ada latar yang
menggambarkan tempat terjadinya sebuah peristiwa dalam cerita. Layaknya
cerita yang terjadi dalam kehidupan nyata, karya fiksi juga memerlukan latar
sebagai ruang bagi tokoh untuk bernuat atau melakukan sesuatu. Latar atau
setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian
tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan (Abrams dikutip Nurgiantoro, 2010:216). Sementara
itu, Stanton (dalam Nurgianto, 2010:216) mengelompokkan latar, bersama
dengan tokoh dan plot, ke dalam fakta (cerita) sebab ketiga hal inilah yang akan
dihadapi, dan dapat diimajinasi oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita
fiksi.
Latar fisik pada teks Melayu “Lancang Kuning” adalah Bukit Batu,
daerah Kabupaten Bengkalis dan Tanjung Jati. Naskah ini tidak jauh berbeda
dengan dengan cerita lisan masyarakat Riau yang menyebutkan bahwa Lancang
Kuning memang terjadi di daerah Bukit Batu dan Lancang Kuning karam di
perairan Tanjung Jati. Hal ini memperkuat teks yang terdapat dalam naskah
melayu yang berjudul “Lancang Kuning” bahwa terdapat kerajaan di Bukit Batu
pada masa lalu. Tetapi pada dasarnya cerita ini hanyalah fiktif pengarang yang
tidak diketahui penulisnya. Penekanan unsur latar di Bukit Batu dapat dilihat
pada peristiwa peluncuran Lancang Kuning ke laut serta sebagian besar
kehidupan yang diceritakan dalam teks. Kemudian latar yang menunjukkan
daerah Tanjung Jati terdapat pada peristiwa ketika Panglima Umar mendatangi
Batin Sanggoro untuk menanyakan prihal kebenaran larangan untuk berlayar
dan melaut di perairan Tanjung Jati.
Latar di Bukit Batu lebih dominan dijelaskan ketika Lancang Kuning
hendak diluncurkan, yaitu di pantai Bukit Batu. Latar dipilih sebuah pantai
karena peristiwa yang sedang terjadi adalah masyarakat bukit Batu hendak
meluncurkan Lancang Kuning ke laut. Lancang Kuning merupakan nama
sebuah perahu, sehingga latar yang dipilih adalah latar tempat di pantai.
Latar waktu tidak digambarkan dengan jelas dalam teks ini sehingga
tidak dapat dijelaskan secara detil mengenai penggambaran latar waktu yang
terdapat dalam cerita ini. Hanya saja latar waktu disebutkan ketika peluncuran
Lancang Kuning ke laut dilakukan pada malam hari ketika tepat pada malam ke
limabelas bulan purnama. Sementara untuk tahun terjadinya peristiwa itu tidak
disebutkan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan untuk menentukan latar
terjadinya sebuah peristiwa, kita tetap harus memperhatikan peristiwa apa yang
sedang terjadi dan berhubungan dengan latar itu, baik latar waktu maupun latar
tempat.
4. Analisis Sudut Pandang pada Teks Melayu “Lancang Kuning”
Membaca dua buah karya fiksi yang berbeda akan memungkinkan kita
menghadapi dua person yang berbeda pula. Person itu dari satu sisi dapat
dipandang sebagai tokoh cerita, di sisi tertentu, dapat juga dipandang sebagao
pencerita. Sudut pandang menyaran pada sebuah cerita dilukiskan. Abrams
(dalam Nurgiyantoro, 2010:248) mengatakan bahwa sudut pandang merupakan
cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk
menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk
cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam teks Melayu “Lancang
Kuning” ini berupa sudut pandang person ketiga serba tahu, gaya “dia”. Person
ketiga ini adalah orang berada di luar cerita tapi serba mengetahui kejadian yang
terjadi disetiap bagian cerita. Hal ini dapat diketahui dengan mudah karena
pengarang menggambarkan tokoh dengan menyebutkan nama tokoh. Dapat kita
lihat pada kutipan cerita di bawah ini. Malam ini tepat lima belas hari bulan
purnama. Malam itu Lancang Kuning akan diluncurkan ke laut, di balai-balai
telah banyak awak kerajaan dan penduduk negeri untuk menyaksikan
peluncuran Lancang Kuning tersebut. Bermacam-macam hiburan daerah
dipertunjukkan. Semua penduduk negeri bergembira kecuali Zubaidah, karena
suaminya Panglima Umar sudah satu bulan pergi dan sampai saat ini belum juga
kembali dan karena itu ia tidak pergi menghadiri acara peluncuran Lancang
Kuning ke laut pada malam itu.
Dari kutipan di atas dapat dilihat secara jelas pengarang mengetahui
kejadian yang bersifat fisik atau pun keadaan batih yang sedang
dirasakan/dialami oleh tokoh. Seperti yang terdapat dalam cerita, pengarang
mampu menggambarkan kegembiraan masyarakat Bukit Batu karena
diadakannya acara peluncuran Lancang Kuning. Semua orang berhembira
kecuali Zubaidah karena ia sedang mananti kepulangan suaminya yang sudah
sebulan meninggalkannya. Rasa sedih itu juga yang menyebabkan ia tidak ingin
menghadiri acara yang sedang digelar tersebut.
Dapat disimpulkan, untuk menentukan sudut pandang kita masih
membutuhkan unsur lain, mislnya plot. Plot perlu diperhatikan dalam
menentukan sudut pandang yaitu menunjuk pada peristiwa apa yang sedang
terjadi. Atau dapat juga kita perhatikan melalui penceritaan nyata yang
dilakukan oleh pengarang untuk melukiskan cerita yang ditulisnya, misalnya
melalui tokoh. Sudut pandang juga dapat dicermati melalui peran-peran tokoh
yang terdapat dalam cerita sehingga cerita tersebut menapakkan sebuah
kepaduan.
5. Analisis Tema pada Teks Melayu “Lancang Kuning”
Berbicara karya sastra fiksi tidak lengkap jika tidak berbicara tentang
tema. Stanton dan Kenny (dikutip Nurgiantoro, 2010:66) mengatakan bahwa
tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema ini menjadi landas
tumpu bagi pengarang untuk membuat sebuah cerita. Tanpa tema, cerita tidak
akan dapat dilukiskan dengan baik karena tidak terdapat kejelasan konsep bagi
pengarang untuk melukiskan cerita. Dari sbuah tema, pengarang dapat
menentukan plot, tokoh cerita yang mendukung, latar yang mendukung
terjadinya sebuah peristiwa atau konflik, maupun amanat yang ingin
disampaikan.
Tema yang terdapat dalam teks “Lancang Kuning” berkisar pada sebuah
kisah cinta dua panglima kerajaan Bukit Batu terhadap Zubaidah, seorang putri
raja Kerajaan Bukit Batu, yang berujung dengan petaka dan kemunduran
Kerajaan Bukit Batu. Cerita digambarkan berawal dari suntingan Panglima
Umar kepada Zubaidah yang menyebabkan Panglima Hasan merasa sakit hati
karena telah didahului oleh Panglima Umar. Rasa sakit hatinya itu ia lancarkan
dengan melakukan rencana licik untuk memiliki Zubaidah. Tetapi hampir
memasuki bagian klimaks, konflik terjadi ketika Panglima Hasan membunuh
Zubaidah dengan dengan menjadikannya korban untuk gilingan Lancang
Kuning meluncur ke laut. Konflik ini memicu amarah Panglima Umar yang
membabi buta sehingga menyebabkan Datuk Laksmana ikut terbunuh walaupun
ia tak bersalah.
Penyimpulan sebuah tema dalam karya fiksi dapat dilihat dari setiap
konflik yang terjadi. Dapat juga dari sebab-sebab yang mendukung terjadinya
konflik tersebut. Semua dapat diurut sehingga menghasilkan satu ide. Ide yang
satu dan padu itulah yang kemudian disimpulkan sebagai tema dalam sebuah
karya sastra. Selain peristiwa dan konflik yang mendukung tema, tokoh dan latar
juga mendukung tema. Misalnya pada teks yang berjudul “Lancang Kuning” ini
juga menggambarkan latar tempat di pantai. Wajar saja tempat dipilih pantai,
karena Lancang adalah sebuah parahu dalam masyarakat daerah Riau.
6. Analisis Amanat/Pesan Moral pada Teks Melayu “Lancang Kuning”
Amanat/pesan moral menurut Kenny (dikutip Nurgiyantoro, 2010:321)
dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral
tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil (dan ditafsirkan) lewat cerita
yang bersangkutan oleh pembaca. Amanat biasanya disampaikan melalui dikap
tokoh-tokoh yang mendukung jalan cerita.
Pada teks Melayu “Lancang Kuning” ini pengarang ingin menyampaikan
amanat dari masing-masing tokoh cerita. Misalnya Panglima Umar, melalui
sikapnya yang terlalu cepat mengambil keputusan dan tidak sabar
mengakibatkan Datuk Laksmana ikut terbunuh sementara Datuk Laksmana
bukanlah orang yang harus disalahkan atas kematian Zubaidah, pengarang ingin
menyampaikan bahwa pembaca jangan terlalu cepat mengambil suatu
keputusan. Apalagi pengambilan keputusan itu dilakukan dalam keadaan marah.
Keputusan yang diambil tidak akan baik. Seharusnya sebelum melakukan
sesuatu kita berpikir dengan cermat segala dampak yang mungkin timbul jika
kita melakukannya. Atau jika dalam permasalahan, ada baiknya permasalahan
itu dibicarakan dengan baik-baik sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang
bisa berakibat buruk.
Pesan moral lainnya yang ingin disampaikan oleh pengarang terdapat
dalam sikap tokoh Panglima Hasan. Melalui Panglima Hasan pengarang ingin
menyampaikan bahwa sikap tideak bertanggung jawab dapat mengakibatkan
sesuatu yang lebih buruk dari pada perkiraan kita. Apalagi Panglima Hasan itu
seorang panglima yang sudah semestinya memiliki rasa tanggung jawab
terhadap perbuatan yang sudah dilakukan. Dalam menghadapi kehidupan, kita
tidak dapat melarikan diri dari kanyataan. Oleh karena itu, dibutuhkan sikap
bertanggung jawab untuk menghadapi kehisupan ini. Entah itu yang sifatnya
besar maupun kecil terhadap kehidupan yang sedang kita jalani ini.
Amanat yang paling berhubungan dengan tema adalah janganlah kita
menanamkan rasa yang berlebihan kepada seseorang. Apalagi cinta itu tak
kesampaian akan megakibatkan rasa sakit hati yang dalam. Apalagi Rasulullah
telah mengajarkan kita untuk tidak terlalu sayang atau benci terhadap seseorang
karena bisa jadi suatu saat perasaan kita menjadi terbalik dari perasaan
sebelumnya.
III. PENUTUP
Kesimpulan
Melalui semua analisis yang dilakukan penulis terhadap teks Melayu yang
berjudul “Lancang Kuning” dapat disimpulkan bahwa teks ini memiliki unsur-unsur
intrinsik yang tidak dapat berdiri sendiri. Terdapat hubungan yang erat antara satu
unsur dengan unsur yang lain. Unsur-unsur itu memiliki keterkaitan sehingga
membentuk sebuah cerita yang padu dan menarik. Dapat kita perhatikan dari unsur
Plot. Ternyata plot memiliki terkaitan secara langsung dengan unsur tokoh, latar
maupun sudut pandang pengarang. Melalui plot, kita dapat menentukan karakter
tokoh yang terdapat dalam cerita. Melalui plot juga kita dapat menentukan unsur latar
yang digunakan pengarang sebagai tempat kejadian sebuah peristiwa atau konflik.
Melalui plot juga dapat kita tentukan sudut pandang apa yang digunakan pengarang
untuk melukiskan cerita yang dibuat.
Selain plot, tema juga berhubungan secara langsung dengan latar dan amanat.
Latar tempat yang mendukung terjadinya peristiwa tidak dapat dikatakan tidak bahwa
latar juga mendukung tema yang terdapat dalam sebuah cerita. Jika latar mendukung
terjadinya sebuah peristiwa yang memunculkan konflik dan konflik mendukung tema
yang dibuat, secara otomatis latar juga berarti berhubungan dengan tema sebuah karya
fiksi. Intinya, setiap unsur instrinsik yang terdapat dalam sebuah karya sastra
khususnya fiksi, tidak dapat berdiri sendiri. Setiap unsur itu saling menunjang dan
mendukung unsur lain sehingga menghasilkan cerita yang padu dan menarik untuk
dibaca.
DAFTAR PUSTAKA
Nurgiantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Sudjiman, Panuti. 1995. Filologi Melayu. Jakarta: Pustaka Jaya.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Semi, Atar.1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

More Related Content

What's hot

Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaMakalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaRobet Saputra
 
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUN
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUNSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUN
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUNMiftah Iqtishoduna
 
Kesultanan banten.docx
Kesultanan banten.docxKesultanan banten.docx
Kesultanan banten.docxfithaniawfs
 
PPT Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara [SEJARAH ISLAM]
PPT Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara [SEJARAH ISLAM]PPT Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara [SEJARAH ISLAM]
PPT Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara [SEJARAH ISLAM]Lydia Nurkumalawati
 
Kitab kitab hadis al- mu’tabarah
Kitab   kitab hadis al- mu’tabarahKitab   kitab hadis al- mu’tabarah
Kitab kitab hadis al- mu’tabarahUtami Rahmawati
 
Kerajaan kalingga power point
Kerajaan kalingga power pointKerajaan kalingga power point
Kerajaan kalingga power pointSiti Nur Khotimah
 
PPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di Persia
PPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di PersiaPPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di Persia
PPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di Persiakacangtom
 
ringkasan materi bab 9 PAI kelas 10 semester 2
ringkasan materi bab 9 PAI kelas 10 semester 2ringkasan materi bab 9 PAI kelas 10 semester 2
ringkasan materi bab 9 PAI kelas 10 semester 2RefiraAtika
 
ISlam Asia Tenggara
ISlam Asia Tenggara ISlam Asia Tenggara
ISlam Asia Tenggara LBB. Mr. Q
 
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwalMarhamah Saleh
 
Makalah I'jaaz Al qur'an
Makalah I'jaaz Al qur'anMakalah I'jaaz Al qur'an
Makalah I'jaaz Al qur'anLinbud
 
sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis
sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis
sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis Musyfi'ah Musyfi'ah
 
Lembaga Ekonomi Islam
Lembaga Ekonomi IslamLembaga Ekonomi Islam
Lembaga Ekonomi IslamAzzah Hani
 

What's hot (20)

Hadits Ahad
Hadits AhadHadits Ahad
Hadits Ahad
 
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaMakalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
 
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUN
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUNSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUN
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUN
 
Kesultanan banten.docx
Kesultanan banten.docxKesultanan banten.docx
Kesultanan banten.docx
 
PPT Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara [SEJARAH ISLAM]
PPT Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara [SEJARAH ISLAM]PPT Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara [SEJARAH ISLAM]
PPT Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara [SEJARAH ISLAM]
 
Kitab kitab hadis al- mu’tabarah
Kitab   kitab hadis al- mu’tabarahKitab   kitab hadis al- mu’tabarah
Kitab kitab hadis al- mu’tabarah
 
Makalah marfu
Makalah marfuMakalah marfu
Makalah marfu
 
Ppt jual beli
Ppt jual beliPpt jual beli
Ppt jual beli
 
Kerajaan kalingga power point
Kerajaan kalingga power pointKerajaan kalingga power point
Kerajaan kalingga power point
 
PPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di Persia
PPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di PersiaPPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di Persia
PPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di Persia
 
ringkasan materi bab 9 PAI kelas 10 semester 2
ringkasan materi bab 9 PAI kelas 10 semester 2ringkasan materi bab 9 PAI kelas 10 semester 2
ringkasan materi bab 9 PAI kelas 10 semester 2
 
ISlam Asia Tenggara
ISlam Asia Tenggara ISlam Asia Tenggara
ISlam Asia Tenggara
 
Proses masuknya islam ke indonesia
Proses masuknya islam ke indonesiaProses masuknya islam ke indonesia
Proses masuknya islam ke indonesia
 
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal
 
Sunan bonang
Sunan bonangSunan bonang
Sunan bonang
 
perang khandaq
perang khandaqperang khandaq
perang khandaq
 
Makalah I'jaaz Al qur'an
Makalah I'jaaz Al qur'anMakalah I'jaaz Al qur'an
Makalah I'jaaz Al qur'an
 
WALISONGO
WALISONGOWALISONGO
WALISONGO
 
sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis
sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis
sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis
 
Lembaga Ekonomi Islam
Lembaga Ekonomi IslamLembaga Ekonomi Islam
Lembaga Ekonomi Islam
 

Viewers also liked

How to formulate and execute a growth strategy
How to formulate and execute a growth strategyHow to formulate and execute a growth strategy
How to formulate and execute a growth strategyAssociations Network
 
Scale & culture: How to make an organisation responsive to a massively changi...
Scale & culture: How to make an organisation responsive to a massively changi...Scale & culture: How to make an organisation responsive to a massively changi...
Scale & culture: How to make an organisation responsive to a massively changi...Associations Network
 
Assessing the vulnerability of buildings to a tsunami in San Andrés de Canoa,...
Assessing the vulnerability of buildings to a tsunami in San Andrés de Canoa,...Assessing the vulnerability of buildings to a tsunami in San Andrés de Canoa,...
Assessing the vulnerability of buildings to a tsunami in San Andrés de Canoa,...Liam Hartman
 
E-Learning: ensuring that your content is relevant and flexible
E-Learning: ensuring that your content is relevant and flexibleE-Learning: ensuring that your content is relevant and flexible
E-Learning: ensuring that your content is relevant and flexibleAssociations Network
 
Penulisan Absrak Dan Daftar Pustaka
Penulisan Absrak Dan Daftar PustakaPenulisan Absrak Dan Daftar Pustaka
Penulisan Absrak Dan Daftar PustakaIzan M.Pd
 
Problem Based Learning
Problem Based Learning Problem Based Learning
Problem Based Learning Izan M.Pd
 
Digital marketing – understanding where and how to promote your Association a...
Digital marketing – understanding where and how to promote your Association a...Digital marketing – understanding where and how to promote your Association a...
Digital marketing – understanding where and how to promote your Association a...Associations Network
 
Penulisan Huruf Miring
Penulisan Huruf MiringPenulisan Huruf Miring
Penulisan Huruf MiringIzan M.Pd
 
Penomoran Dan Angka
Penomoran Dan AngkaPenomoran Dan Angka
Penomoran Dan AngkaIzan M.Pd
 
Innovation models: What are Associations doing to deliver sponsorable events?
Innovation models: What are Associations doing to deliver sponsorable events?Innovation models: What are Associations doing to deliver sponsorable events?
Innovation models: What are Associations doing to deliver sponsorable events?Associations Network
 
Developing relevant programmes for young professionals
Developing relevant programmes for young professionalsDeveloping relevant programmes for young professionals
Developing relevant programmes for young professionalsAssociations Network
 
Adapting your standards and qualifications locally
Adapting your standards and qualifications locallyAdapting your standards and qualifications locally
Adapting your standards and qualifications locallyAssociations Network
 
Penggunaan Tanda Baca
Penggunaan Tanda BacaPenggunaan Tanda Baca
Penggunaan Tanda BacaIzan M.Pd
 

Viewers also liked (15)

How to formulate and execute a growth strategy
How to formulate and execute a growth strategyHow to formulate and execute a growth strategy
How to formulate and execute a growth strategy
 
Scale & culture: How to make an organisation responsive to a massively changi...
Scale & culture: How to make an organisation responsive to a massively changi...Scale & culture: How to make an organisation responsive to a massively changi...
Scale & culture: How to make an organisation responsive to a massively changi...
 
Assessing the vulnerability of buildings to a tsunami in San Andrés de Canoa,...
Assessing the vulnerability of buildings to a tsunami in San Andrés de Canoa,...Assessing the vulnerability of buildings to a tsunami in San Andrés de Canoa,...
Assessing the vulnerability of buildings to a tsunami in San Andrés de Canoa,...
 
E-Learning: ensuring that your content is relevant and flexible
E-Learning: ensuring that your content is relevant and flexibleE-Learning: ensuring that your content is relevant and flexible
E-Learning: ensuring that your content is relevant and flexible
 
Case study: How we chose our PCO
Case study: How we chose our PCOCase study: How we chose our PCO
Case study: How we chose our PCO
 
Kata Depan
Kata DepanKata Depan
Kata Depan
 
Penulisan Absrak Dan Daftar Pustaka
Penulisan Absrak Dan Daftar PustakaPenulisan Absrak Dan Daftar Pustaka
Penulisan Absrak Dan Daftar Pustaka
 
Problem Based Learning
Problem Based Learning Problem Based Learning
Problem Based Learning
 
Digital marketing – understanding where and how to promote your Association a...
Digital marketing – understanding where and how to promote your Association a...Digital marketing – understanding where and how to promote your Association a...
Digital marketing – understanding where and how to promote your Association a...
 
Penulisan Huruf Miring
Penulisan Huruf MiringPenulisan Huruf Miring
Penulisan Huruf Miring
 
Penomoran Dan Angka
Penomoran Dan AngkaPenomoran Dan Angka
Penomoran Dan Angka
 
Innovation models: What are Associations doing to deliver sponsorable events?
Innovation models: What are Associations doing to deliver sponsorable events?Innovation models: What are Associations doing to deliver sponsorable events?
Innovation models: What are Associations doing to deliver sponsorable events?
 
Developing relevant programmes for young professionals
Developing relevant programmes for young professionalsDeveloping relevant programmes for young professionals
Developing relevant programmes for young professionals
 
Adapting your standards and qualifications locally
Adapting your standards and qualifications locallyAdapting your standards and qualifications locally
Adapting your standards and qualifications locally
 
Penggunaan Tanda Baca
Penggunaan Tanda BacaPenggunaan Tanda Baca
Penggunaan Tanda Baca
 

Similar to Filologi Analisis Naskah Melayu

SEJARAH BAHASA MELAYU Bab3
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab3SEJARAH BAHASA MELAYU Bab3
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab3Mira Sandrana
 
Jurnal aswara jun 2010 (20110209)
Jurnal aswara jun 2010 (20110209)Jurnal aswara jun 2010 (20110209)
Jurnal aswara jun 2010 (20110209)peningla
 
NILAI KEMASYARAKATAN DALAM SKRIP DRAMA LADIN NUAWI BERDASARKAN PENDEKATAN SOS...
NILAI KEMASYARAKATAN DALAM SKRIP DRAMA LADIN NUAWI BERDASARKAN PENDEKATAN SOS...NILAI KEMASYARAKATAN DALAM SKRIP DRAMA LADIN NUAWI BERDASARKAN PENDEKATAN SOS...
NILAI KEMASYARAKATAN DALAM SKRIP DRAMA LADIN NUAWI BERDASARKAN PENDEKATAN SOS...NurraihanAzit
 
Sejarah Bahasa, Kesusasteraan dan Kebudayaan Melayu
Sejarah Bahasa, Kesusasteraan dan Kebudayaan MelayuSejarah Bahasa, Kesusasteraan dan Kebudayaan Melayu
Sejarah Bahasa, Kesusasteraan dan Kebudayaan MelayuHaniza Abdul Rahim
 
Naskah Melayu Kepulauan Riau.pdf
Naskah Melayu Kepulauan Riau.pdfNaskah Melayu Kepulauan Riau.pdf
Naskah Melayu Kepulauan Riau.pdfKamranAsatIrsyady1
 
Drama melayu anwar ridhwan
Drama melayu   anwar ridhwanDrama melayu   anwar ridhwan
Drama melayu anwar ridhwanTENGKUFARHANA98
 
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab2
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab2SEJARAH BAHASA MELAYU Bab2
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab2Mira Sandrana
 
Sejarah tulisan jawi kuliah 1 marsah.
Sejarah tulisan jawi  kuliah 1 marsah.Sejarah tulisan jawi  kuliah 1 marsah.
Sejarah tulisan jawi kuliah 1 marsah.Saufi Suhaimi
 
Cara Masyarakat Aksara Mewariskan Masa Lalunya
Cara Masyarakat Aksara Mewariskan Masa LalunyaCara Masyarakat Aksara Mewariskan Masa Lalunya
Cara Masyarakat Aksara Mewariskan Masa LalunyaFairuz Ikbar
 
sastra nusantara-mite, legenda, dongeng, foklor, upacara adat
sastra nusantara-mite, legenda, dongeng, foklor, upacara adatsastra nusantara-mite, legenda, dongeng, foklor, upacara adat
sastra nusantara-mite, legenda, dongeng, foklor, upacara adatAjengIlla
 
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab6
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab6SEJARAH BAHASA MELAYU Bab6
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab6Mira Sandrana
 
Pewarisan budaya pada masa aksara
Pewarisan budaya pada masa aksaraPewarisan budaya pada masa aksara
Pewarisan budaya pada masa aksarakawidian_putri
 
Fungsi Struktur Teks dan Membedah Cerpen “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina”
Fungsi Struktur Teks dan  Membedah Cerpen  “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina”Fungsi Struktur Teks dan  Membedah Cerpen  “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina”
Fungsi Struktur Teks dan Membedah Cerpen “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina”Lisa Tri Setiawati
 
Tradisi Manusia Sebelum Mengenal Tulisan
Tradisi Manusia Sebelum Mengenal TulisanTradisi Manusia Sebelum Mengenal Tulisan
Tradisi Manusia Sebelum Mengenal TulisanWiyanto Hardjono
 
Pustaka Rajya Rajya I Bhumi Nusantara
Pustaka Rajya Rajya I Bhumi NusantaraPustaka Rajya Rajya I Bhumi Nusantara
Pustaka Rajya Rajya I Bhumi NusantaraSyamsul Noor
 

Similar to Filologi Analisis Naskah Melayu (20)

SEJARAH BAHASA MELAYU Bab3
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab3SEJARAH BAHASA MELAYU Bab3
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab3
 
Jurnal aswara jun 2010 (20110209)
Jurnal aswara jun 2010 (20110209)Jurnal aswara jun 2010 (20110209)
Jurnal aswara jun 2010 (20110209)
 
NILAI KEMASYARAKATAN DALAM SKRIP DRAMA LADIN NUAWI BERDASARKAN PENDEKATAN SOS...
NILAI KEMASYARAKATAN DALAM SKRIP DRAMA LADIN NUAWI BERDASARKAN PENDEKATAN SOS...NILAI KEMASYARAKATAN DALAM SKRIP DRAMA LADIN NUAWI BERDASARKAN PENDEKATAN SOS...
NILAI KEMASYARAKATAN DALAM SKRIP DRAMA LADIN NUAWI BERDASARKAN PENDEKATAN SOS...
 
Sejarah Bahasa, Kesusasteraan dan Kebudayaan Melayu
Sejarah Bahasa, Kesusasteraan dan Kebudayaan MelayuSejarah Bahasa, Kesusasteraan dan Kebudayaan Melayu
Sejarah Bahasa, Kesusasteraan dan Kebudayaan Melayu
 
Naskah Melayu Kepulauan Riau.pdf
Naskah Melayu Kepulauan Riau.pdfNaskah Melayu Kepulauan Riau.pdf
Naskah Melayu Kepulauan Riau.pdf
 
Drama melayu anwar ridhwan
Drama melayu   anwar ridhwanDrama melayu   anwar ridhwan
Drama melayu anwar ridhwan
 
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab2
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab2SEJARAH BAHASA MELAYU Bab2
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab2
 
Sejarah tulisan jawi kuliah 1 marsah.
Sejarah tulisan jawi  kuliah 1 marsah.Sejarah tulisan jawi  kuliah 1 marsah.
Sejarah tulisan jawi kuliah 1 marsah.
 
Cara Masyarakat Aksara Mewariskan Masa Lalunya
Cara Masyarakat Aksara Mewariskan Masa LalunyaCara Masyarakat Aksara Mewariskan Masa Lalunya
Cara Masyarakat Aksara Mewariskan Masa Lalunya
 
sastra nusantara-mite, legenda, dongeng, foklor, upacara adat
sastra nusantara-mite, legenda, dongeng, foklor, upacara adatsastra nusantara-mite, legenda, dongeng, foklor, upacara adat
sastra nusantara-mite, legenda, dongeng, foklor, upacara adat
 
Mahsuri
MahsuriMahsuri
Mahsuri
 
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab6
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab6SEJARAH BAHASA MELAYU Bab6
SEJARAH BAHASA MELAYU Bab6
 
Pewarisan budaya pada masa aksara
Pewarisan budaya pada masa aksaraPewarisan budaya pada masa aksara
Pewarisan budaya pada masa aksara
 
Fungsi Struktur Teks dan Membedah Cerpen “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina”
Fungsi Struktur Teks dan  Membedah Cerpen  “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina”Fungsi Struktur Teks dan  Membedah Cerpen  “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina”
Fungsi Struktur Teks dan Membedah Cerpen “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina”
 
Tradisi Manusia Sebelum Mengenal Tulisan
Tradisi Manusia Sebelum Mengenal TulisanTradisi Manusia Sebelum Mengenal Tulisan
Tradisi Manusia Sebelum Mengenal Tulisan
 
Pustaka Rajya Rajya I Bhumi Nusantara
Pustaka Rajya Rajya I Bhumi NusantaraPustaka Rajya Rajya I Bhumi Nusantara
Pustaka Rajya Rajya I Bhumi Nusantara
 
Sitti wulan purnama wahda syam
Sitti wulan purnama  wahda syamSitti wulan purnama  wahda syam
Sitti wulan purnama wahda syam
 
Hikayat
HikayatHikayat
Hikayat
 
sej bab 8
 sej bab 8 sej bab 8
sej bab 8
 
Filologi 181213
Filologi 181213Filologi 181213
Filologi 181213
 

More from Izan M.Pd

Perbandingan Pendidikan di Indonesia, Finlandia dan Jepang
Perbandingan Pendidikan di Indonesia, Finlandia dan JepangPerbandingan Pendidikan di Indonesia, Finlandia dan Jepang
Perbandingan Pendidikan di Indonesia, Finlandia dan JepangIzan M.Pd
 
Makalah Alih Kode dan Campur Kode
Makalah Alih Kode dan Campur KodeMakalah Alih Kode dan Campur Kode
Makalah Alih Kode dan Campur KodeIzan M.Pd
 
Tata Cara Mengutip
Tata Cara MengutipTata Cara Mengutip
Tata Cara MengutipIzan M.Pd
 
Kalimat Efektif
Kalimat EfektifKalimat Efektif
Kalimat EfektifIzan M.Pd
 
Kata Baku Dan Tidak Baku
Kata Baku Dan Tidak BakuKata Baku Dan Tidak Baku
Kata Baku Dan Tidak BakuIzan M.Pd
 
Kerangka karangan
Kerangka karanganKerangka karangan
Kerangka karanganIzan M.Pd
 
Penulisan Huruf Kapital
Penulisan Huruf KapitalPenulisan Huruf Kapital
Penulisan Huruf KapitalIzan M.Pd
 

More from Izan M.Pd (9)

Perbandingan Pendidikan di Indonesia, Finlandia dan Jepang
Perbandingan Pendidikan di Indonesia, Finlandia dan JepangPerbandingan Pendidikan di Indonesia, Finlandia dan Jepang
Perbandingan Pendidikan di Indonesia, Finlandia dan Jepang
 
Makalah Alih Kode dan Campur Kode
Makalah Alih Kode dan Campur KodeMakalah Alih Kode dan Campur Kode
Makalah Alih Kode dan Campur Kode
 
Tata Cara Mengutip
Tata Cara MengutipTata Cara Mengutip
Tata Cara Mengutip
 
Paragraf
ParagrafParagraf
Paragraf
 
Kalimat Efektif
Kalimat EfektifKalimat Efektif
Kalimat Efektif
 
Kata Baku Dan Tidak Baku
Kata Baku Dan Tidak BakuKata Baku Dan Tidak Baku
Kata Baku Dan Tidak Baku
 
Kerangka karangan
Kerangka karanganKerangka karangan
Kerangka karangan
 
Kata Ulang
Kata UlangKata Ulang
Kata Ulang
 
Penulisan Huruf Kapital
Penulisan Huruf KapitalPenulisan Huruf Kapital
Penulisan Huruf Kapital
 

Recently uploaded

Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 

Recently uploaded (20)

Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 

Filologi Analisis Naskah Melayu

  • 1.
  • 2. TUGAS MATAKULIAH FILOLOGI ANALISIS NASKAH MELAYU RIAU “LANCANG KUNING” BERDASARKAN TEORI STRUKTURALISME NAMA : FARIZAN N I M : 2014940007 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA UNIVERSITAS DR. SOETOMO SURABAYA 2015
  • 3. ANALISIS NASKAH MELAYU “LANCANG KUNING” BERDASARKAN TEORI STRUKTURALISME I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam ilmu filologi, naskah merupakan objek pengkajian utama. Naskah ini berbentuk karya (tulisan) yang merupakan salah satu peninggalan kongret msa silam suatu bangsa. Teks yang tertuang di dalam naskah diposisikan sebagai bahan analisis dengan tujuan untuk mengungkapkan produk masa lampau yang berupa karya (tulisan), mengungkapkan fungsi karya tulisan itu dalam masyarakat penghasil atau ahli waris karya itu dan dalam masyarakat masa kini, serta mengungkapkan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam karya. Secara khusus tujuan studi filologi adalah mengungkapkan sejarah perkembangan teks, mengungkapkan sambutan penerima teks, dan menyajikan suntingan teks dalam bentuk yang dapat dibaca oleh masyarakat masa kini. Banyaknya naskah peninggalan dari budaya masa lampau Nusantara namun sediktnya filologi yang mampu mengkaji teks naskah-naskah itu saat ini menjadi permasalahan dalam mengungkapkan tujuan-tujuan dari studi filologi itu sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya pembelajaran untuk mengkaji teks dan naskah sehingga diharapkan adanya ketertarikan untuk terus mengkaji teks dan naskah yang ada. Meskipun dalam pengkajian ini haya sebatas analisis teks semata. Tetapi, paling tidak telah ada usaha untuk mengkaji teks secara sederhana. Pengkajian filologi tidak terlepas dari metode-metode yang terus berkembang. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan teori-teori sastra. Adapun dalam makalah ini, metode pengkajian naskah adalah dengan sastra yang menggunakan teori strukturalisme, yaitu salah satu pendekatan kesastraan yang menekankan pada kajian hubungan antarunsur yang membangun sebuah karya sastra yang bersangkutan. Naskah yang dianalisis dalam makalah ini adalah naskah yang tumbuh dalam masyarakat Melayu. Artinya naskah yang dimaksud berupa karya sastra yang tertulis dengan Arab-Melayu. Dengan huruf “Arab-Melayu” dimaksudkan huruf Arab yang digunakan untuk menulis bahasa Melayu. Naskah ini berjudul “Lancang Kuning”.
  • 4. Naskah ini ditemukan penulis terdapat dalam sebuah buku pelajaran Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kundur Barat, Karimun, Kepulauan Riau. Meskipun naskah ini terbilang muda, tetapi teks yang terdapat di dalamnya merupakan teks yang sudah tua. Cerita ini dahulu sering disampikan secara lisan, kemudian mulai dituliskan sehingga dapat diajarkan pada siswa untuk tetap mempertahankan kabudayaan masa lampau. Selain siswa dapat mempelajari tulisannya, siswa juga dapat mengenal sejarah yang terkandung di dalamnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat kita ketahui bahwa sedikit sekali orang- orang yang ingin menganalisis naskah untuk mengungkap khasanah kebudayaan masa lampau. Oleh sebab itu penulis ingin menganalisis naskah Melayu yang berjudul “Lancang Kuning” ini secara sederhana. Adapun metode analisis yang digunakan adalah metodependekatan strukturalisme. C. Landasan Teoritis TEORI STRUKTURALISME Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum Formalis Rusia dan Strukturalisme Praha. Ia mendapat pengaruh langsung dari Saussure yang mengubah studi linguistik dari pendekatan diakronim menjadi sinkronik. Studi linguistik tidak lagi ditekankan pada sejarah perkembangannya, melainkan hubungan antarunsurnya. Masalah unsur dan hubungan antarunsur merupakan hal yang penting dalam pendekatan ini. Unsur bahasa misalnya, unsur fonologi, unsur morfologi dan sintaksis, maka dalam studi linguistik pun dikenal adanya studi fonetik, fonemil, morfologi dan sintaksis. (Nurgiyantoro, 2010:36). Sebuah karya sastra, menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Disatu pihak, Abrams (dikutip Nurgiayntoro, 2010:36) karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, pengeseran, dan gambaran semuabahan dan bagian yang menjadi komp[onennya serta bersama membentuk kebulatan yang indah. Sementara di pihak lain struktur karya sastra juga menyaran pada pengertian hubungan antarunsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh.
  • 5. Analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsiknya. Mula- mula diidentifikasi dan dideskripsikan, misalnya bagaimana keadaan peristiwa- peristiwa, plot, tokok, latar, dll. Setelah itu, kaitkan unsur satu dengan unsur yang lain sehingga membentuk suatu kepaduan dalam karya sastra. Dengan demikian, pada prinsipnya kajian strukturalisme bertujuan untuk memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antarunsur intrinsik yang menunjang sebuah karya sastra sehingga membentuk kepaduan yang menyeluruh. II. PEMBAHASAN A. Transliterasi Naskah Melayu “Lancang Kuning” ke dalam Aksara Bahasa Indonesia. Lancang adalah sebuah perahu dengan ukuran yang berbeda-beda, karena ada yang kecil dan ada pula yang besar, yang jelas lancang adalah alat perhubungan air pada masa lalu. Dalam masyrakat Riau lebih dikenal dengan Lancang Kuning yang merupakan suatu lambang kebesaran daerah Riau. Karena itu Lancang Kuning ditetapkan menjadi lambang dan nyayian daerah Riau. Adapun cerita Lancang Kuning adalah berasal dari sebuah kerajaan yang terdapat di Bukit Batu, wilayah Kabupaten Bengkalis. Kerajaan ini diperintah oleh raja yang bernama Datuk Laksmana Perkasa Alam serta dibantu oleh dua orang panglima yaitu Panglima Umar dan Panglima Hasan. Panglima Umar adalah seorang panglima yang dipercaya oleh Datuk Laksmana Perkasa untuk menyelesaikan sesuatu jika terjadi persoalan dalam kerajaan. Umpamanya jika terjadi perampokan di perairan, setiap tugas dapat diselesaikan dengan baik. Pada suatu hari Panglima Umar menghadap Datuk Laksmana untuk menyampaikan hasrat hati mempersunting Zubaidah, seorang gadis negeri itu. Permohonan Umar disambut dengan baik oleh Datuk Laksmana. Dengan persetujuan Datuk Laksmana dilangsungkan pernikahan dan tanda kegembiraan diadakan pesta dan keramaian besar-besaran. Rupanya kepercayaan yang diberikan dan perkawinan Umar dengan Zubaidah menimbulkan rasa tidak senang dan timbul dendam bagi Panglima Hasan. Hal ini timbul karena Panglima Hasan juga simpati dan mencintai Zubaidah yang telah didahului Panglima Umar.
  • 6. Untuk melepas rasa sakit hati Panglima Hasan mencari akal bagaimana, agar Zubaidah dapat dimilikinya, maka dengan akal busuknya Panglima Hasan menyuruh Domo menyampaikan kepada Datuk bahwa dia bermimpi agar Datuk Laksmana membuat Lancang Kuning untuk mengamankan semua perairan dari lanun. Apa yang disampaikan Pawang Domo diterima oleh Datuk Laksmana, sehingga Lancang Kuning dikerjakan siang malam. Setelah Lancang Kuning hampir selesai tersebar berita bahwa Batin Sanggoro telah melarang para pelaut untuk mencari ikan di Tanjung Jati. Dengan adanya berita ini Datuk Laksmana memerintahkan agar Panglima Umar berangkat dan menemui Batin Sanggoro, sungguh berat hati Panglima untuk berangkat karena istrinya sedang hamil tua dan tak lama lagi akan melahirkan, akan tetapi karena tugas yang sangat penting, semua perasaan itu ditahan, demi kerajaan yang tercinta. Setelah berlayar beberapa hari, sampailah Panglima Umar kepada Batin Sanggoro dan diceritakan semua berita yang tersebar di Bukit Batu. Mendengar cerita itu Batin Sanggoro terkejut, karena selama ini dia tidak pernah melarang nelayan Bukit Batu menangkap ikan di Tanjung Jati. Mendengar penjelasan Batin Sanggoro, Panglima Umar termenung dan berpikir, apa gerangan yang terjadi di balik peristiwa ini? Melihat keadaan ini lalu Batin Sanggoro menganjurkan agar cerita ini diselidiki dari mana asal mulanya, dan diselidiki sewaktu perjalanan pulang. Rupanya apa yang disampaikan Batin Sanggoro dituruti Panglima Umar, sewaktu perjalanan pulang Panglima Umar berkeliling karena mencari siapa yang membuat berita itu, sehingga tidak dirasakan bahwa perjalanan sudah satu bulan. Malam ini tepat lima belas hari bulan purnama. Malam ini Lancang Kuning akan diluncurkan ke laut. Di balai-balai telah banyak awak kerajaan dan penduduk negeri untuk menyaksikan peluncuran Lancang Kuning tersebut. Bermacam-macam hiburan daerah dipertunjukkan. Semua penduduk negeri bergembira kecuali Zubaidah, karena suaminya Panglima Umar sudah satu purnama pergi dan sampai saat ini belum juga kembali, dan karena itu Zubaidah tidak pergi menghadiri acara peluncuran Lancang Kuning ke laut pada malam itu. Setelah semua keperluan peluncuran Lancang Kuning disiapkan Pawang Domo memberi petunjuk kepada Datuk Laksmana. Acara peluncuran diawali dengan tepung tawar pada dinding Lancang Kuning kemudian dilanjutkan dengan pengasapan dan barulah semua yang hadir diperintahkan supaya berdiri di samping Lancang Kuning
  • 7. dan semua bunyi-bunyian dibunyikan. Dan semua yang telah memegang Lancang Kuning mendorong, tetapi alangkah anehnya, Lancang Kuning tersebut tiak bergerak sedikitpun. Hal ini dilakukan berulang-ulang bahkan tenaga sudah ditambah, namun Lancang Kuning tidak juga bergerak. Hadirin yang hadir merasa heran dan bertanya- tanya, muka Pawang Domo merah padam. Pawang Domo segera bersembah kepada Datuk Laksmana dan berkata “ampun tuanku yang mulia! Rupanya Lancang Kuning tidak bisa diluncurkan jika... jika apa Wak Domo? Kata Datuk Laksmana, katakanlah! Jika Lancang Kuning ingin juga diluncurkan maka harus ada korban. Korban berapa ekor kerbau yang diperlukan Wak Domo? Tuanku yang mulia! Bukan kerbau”. Pawang Domo menghampiri Datuk Laksamana dan membisikkan bahwa korban yang diperlukan adalah perempuan hamil sulung. Datuk Laksmana tertunduk dan termenung serta berkata kepada Pawang Domo bahwa tidak mungkin itu dilakukan, maka Datuk Laksmana menerintahkan agar peluncuran Lancang Kuning diundurkan saja. Setelah sebagian orang pualng, Panglima Hasan pergi ke rumah Zubaidah dan didapatinya Zubaidah sedang duduk termenung di depan pintu rumahnya. Zubaidah terkejut dengan kedatangan Panglima Hasan sembil barkata “mengapa lagi kau datang ke sini Panglima Hasan? Berkata Panglima Hasan, apa lagi yang kau tunggu Zubaidah? Suamimu tidak akan kembali lagi, karena itu bair aku yang akan menjadi ayah anakmu itu! Apa katamu panglima penghianat? Biar saya mati dari pada bersuamikan kamu! Jawab Panglima Hasan, jika kamu masih menolak permintaanku, kamu akan saya jadikan gilingan Lancang Kuning yang akan diluncurkan ke laut”. Karena Zubaidah tetap menolak permintaan Panglima Hasan, makan Zubaidah ditarik dan matanya ditutup dengan bantuan pengawalnya, setelah sampai disekitar Lancang Kuning diluncurkan, Panglima Hasan mendorong tubuh Zubaidah ke bawah Lancang Kuning dan saat itu juga Panglima Hasan memerintahkan supaya Lancang Kuning didorong ke laut. Hanya didorong oleh beberapa orang saja Lancang Kuning itu meluncur dengan mulus. Setelah Lancang Kuning sampai di laut tampaklah darah dan daging Zubaidah berserakan di tanah dan ketika itu turunlah hujan serta petir dan angin kencang serta bertepatan waktu itu Panglima Umar merapat ke pelabuhan Bukit Batu. Setelah perahu ditambatkan di pelabuhan Panglima Umar langsung ke rumah untuk melihat istrinya dan anaknya yang telah ditinggalkan selama satu purnama, tetapi setibanya di rumah, rumahnya kosong, dipanggilnya Zubaidah tetapi tidak ada
  • 8. jawaban. Hati Panglima Umar mulai gelisah, maka ia berangkat ke pelabuhan, di tengah perjalanan ia bertemu dengan Panglima Hasan, lalu Panglima Umar bertanya kepada Panglima Hasan, dimana gerangan istriku? Panglima Hasan menceritakan, Zubaidah telah dijadikan gilingan Lancang Kuning oleh Datuk Laksmana. Mendengar cerita Panglima Hasan tersebut Panglima Umar langsung pergi ke tempat peluncuran Lancang Kuning, alangkah terkejut dan sedihnya hati Panglima Umar melihat tubuh istrinya itu, disapunya darah yang ada di tanah dan diusapkan ke muka serta berkata bahwa dia akan membalas atas kematian istrinya itu kepada Datuk Laksmana, tetapi baru saja dia berjalan dilihatnya Datuk Laksmanaberjalan kearahnya. Setelah mereka bertemu Panglima Umar langsung menyerang Datuk Laksmana dengan pedang yang panjang ke perut Datuk Laksmana, tanpa ada pembicaraan sedikitpun, akhirnya Datuk Laksmana mati di tangan Panglima Umar, ketika itu juga datanglah Pawang Domo dan menceritakan semua kejadian yang sebenarnya, bahwa yang menjadikan Zubaidah untuk gilingan Lancang Kuning adalah Panglima Hasan, tanpa mengulur waktu Panglima Umar pergi mencari Panglima Hasan. Dari kejauhan Panglima Umar melihat Panglima Hasan sudah bersiap-siap untuk melarikan diri menuju Lancang Kuning tapi belum sempat melepaskan talinya Panglima Umar telah sampai, dengan pedang terhunus sambil berkata “nah...malam ini...engkau atau aku yang akan mati”. Dengan disaksikan penduduk mereka berkelahi di atas Lancang Kuning. Dan akhirnya Panglima Hasan dapat ditikam Panglima Umar dan matinya jatuh ke laut. Waktu itu Panglima Umar melihat ke pantai dan berkata kepada orang yang berada di pantai bahwa ia telah membunuh Datuk Laksmana karena perbuatan Panglima Hasan dan Panglima Hasan pun sudah mati di tangannya, karena itu ia akan pergi dengan Lancang Kuning untuk selama-lamanya, dan ketika sampai di Tanjung Jati datanglah ombak besar dan angin topan sehingga Lancang Kuning tersebut karam dan ia bersama Lancang Kuning terkubur dalam laut Tanjung Jati serta kejayaan kerajaan negeri bukit batu berangsur-angsur mundur dan akhirnya tingal setumpuk rumah saja.
  • 9. B. Analisis Naskah Melayu “Lancang Kuning” berdasarkan Teori Strukturalisme 1. Analisis Plot pada Teks Melayu “Lancang Kuning” Plot atau alur cerita merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam sebuah karya sastra fiksi, bahkan tak sedikit orang menganggap plot unsur terpenting sebagai pembangun karya fiksi. Tinjauan struktural pun sering ditekankan pada pembahasan plot. Stanton (dikutip Nurgiyanto, 2010:113) Mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu menyebabkan terjadinya peristiwa lain. Plot ini dimanifestasikan lewat perbuatan, tingkah laku dan sikap-sikap tokoh utama cerita. Peristiwa demi peristiwa yang ditampilkan yang hanya mendasarkan pada urutan waktu belum dapat dikatakan plot. Agar menjadi sebuah plot, peristiwa-peristiwa tersebut harus disiasati secara kreatif, sehingga menghasilkan sesuatu yang menarik dan indah. Abrams (dikutip Nurgiyanto, 2010:113) yang menyetujui adanya perbedaan cerita dengan plot, mengemukakan bahwa plot sebuah karya fiksi merupakan struktur peristiwa- peristiwa, yaitu sebagaimana terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu. Dalam teks “Lancang Kuning” ini plot yang sangat menonjol adalah ketika Panglima Hasan menjadikan Zubaidah sebagai gilingan Lancang Kuning dan dia mengatakan kepada Panglima Umar bahwa Datuk Laksmana yang melakukannya, menyebabkan Datuk Laksmana terbunuh di tangan Panglima Umar tanpa ada pembicaraan terlebih dahulu. Kemudian berita itu diluruskan oleh Pawang Domo sehingga diketahuilah bahwa pelaku sebenarnya adalah Panglima Hasan. Hal ini kembali menyebebkan terjadinya pembunuhan yang dilakukan oleh Panglima Umar terhadap Panglima Hasan di atas Lancang Kuning. Untuk lebih jelas mengenai plot yang terdapat pada teks yang berjudul “Lancang Kuning” ini, dapat kita urut peristiwa, konflik dan klimaks sebagai berikut. a. Peristiwa Sejauh ini kita sering mendengar kara peristiwa maupun kejadian disebut-sebut oleh banyak orang dalam pembicaraan tentang karya fiksi, namun belum diketahui secara jelas apa sebenarnya peristiwa itu. Dalam
  • 10. berbagao literatur berbahasa Inggris sering ditemukan penggunaan istilah action (aksi, tindakan) atau event (peristiwa, kejadian) secara bersama atau bergantian, walau sebenarnya kedua istilah itu menyaran pada dua hal yang berbeda. Action merupakan sebuah aktivitas yang dilakukan oleh tokoh manusia, misalnya memukul dan memarahi. Dipihak lain, event lebih luas cakupannya menyaran pada sesuatu yang dilakukan dan atau dialami oleh manusia yang terjadi diluar aktivitas manusia, misalnya perstiwa alam seperti banjir dan tanah longsor. Dalam penulisan ini, kedua hal itu disederhanakan menjadi peristiwa atau kejadian. Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain (Luxemburg dikutip Nurgiyantoro, 2010:117). Peristiwa yang terjadi dalam teks “Lancang Kuning” ada enam, dimulai dari niat Panglima Umar yang hendak mempersunting Zubaidah, seorang putri raja di daerah Bukit Batu, wilayah Kabupaten Bengkalis, pada masa lampau. Suntingan Panglima Umar terhadap Zubaidah diterima dan dilangsungkan pesta pernikahan secara besar-besaran. Peristiwa kemudian beralih kepada perasaan Panglima Hasan yang terluka dan sakit hati karena niatnya telah didahulukan oleh Panglima Umar. Dari rasa sakit hatinya itu, muncul niat jahat Panglima Hasan dengan menyiarkan kabar bahwa Batin Sanggoro telah melarang para pelaut untuk mencari ikan di Tanjung Jati. Kemudian peristiwa beralih pada Batin Sanggoro yang tidak mengakui kebenaran berita itu setelah ditanyakan oleh Panglima Umar. Sanggoro meminta Panglima Umar mencari kebenaran berita itu, dari mana asal mulanya. Perjalanan Panglima Umar mencari kebenaran berita itu berlangsung selama sebulan. Selama itu pula ia meninggalkan Zubaidah yang sedang hamil tua. Di samping peristiwa itu, juga terdapat peristiwa lain yang dialami oleh Datuk Laksmana dan masyarakat Bukit Batu. Ketika Datuk Laksmana mendapat berita dari Pawang Domo untuk membuat perahu yang digunakan untuk mengusir para lanun dari perairan Bukit Batu, maka perahu yang diberi nama Lancang Kuning itu dikerjakan siang dan malam. Tetapi ketika Lancang Kuning sudah selesai dikerjakan dan hendak diluncurkan ke laut melalui berbagai ritual, Lancang Kuning tetap tidak mau meluncur ke laut karena membutuhkan korban dari seorang wanita yang sedang hamil sulung.
  • 11. Peristiwa beranjak pada perbuatan Panglima Hasan yang keinginannya untuk menjadi suami Zubaidah ditolak oleh Zubaidah, kemudian menjadiakn Zubaidah sebagai korban untuk meluncurkan Lancang Kuning ke laut. Sesaan setelah kejadian itu, Panglima Umar kembali ke Bukit Batu dan mendapat kabar dari Panglima Hasan bahwa istrinya delah dijadikan gilingan Lancang Kuning oleh Datuk Laksmana. Kemudian peristiwa beranjak pada peristiwa pembunuhan Datuk Laksmana dan Panglima Hasan oleh Panglima Umar. Sementara peristiwa akhir dari kisah kerajaan Bukit Batu ini ditandai dengan kepergian Panglima Umar berlayar dengan Lancang Kuning dan tenggelam di perairan Tanjung Jati, serta mengakibatkan mundurnya kerajaan Bukit Batu. b. Konflik Konflik juga termasuk salah satu unsur yang penting dalam sebuah plot. Peristiwa yang terjadi berupa peristiwa yang fungsional, utama, atau kernel yang sangat esensial dalam pengembangan sebuah plot. Konflik menyaran pada pengertian sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi dan dialami oleh tokoh-tokoh dalam cerita, yang jika tokoh-tokoh itu dapat memilih, ia memilih peristiwa itu tidak akan menimpa dirinya (Meredith & Fitzgerald dikutiup Nurgiantoro, 2010:122). Konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan (Wellek & Warren dikutip Nurgiantoro, 2010:122). Dengan demikian, konflik menyaran pada konotasi yang negatif, sesuatu yang tidak menyenangkan. Peristiwa dan konflik biasanya berkaitan erat, dapat saling menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain, bahkan kinflik pun hakikatnya merupakan sebuah peristiwa. Adanya peristiwa tertentu dapat menimbulkan konflik. Konflik demi konfil yang disusul peristiwa demi peristiwa pada akhirnya dapat menyebabkan konfik semakin meningkat dan mencapai klimaks. Konflik-konflik yang terjadi dalam teks “Lancang Kuning” mulai muncul ketika Zubaidah dijadikan gilingan perahu Lancang Kuning oleh Panglima Hasan. Hal ini terjadi akibat penolakan Zubaidah terhadap Panglima Hasan yang ingin menjadi Zubaidah dengan alasan bahwa Panglima Umar takkan pernah kembali lagi. Zubaidah menolak keras permintaan Panglima Hasan dan menyebabkan ia diseret ke pantai untuk
  • 12. dijadikan gilingan Lancang Kuining. Zubaidah yang dijadikan gilingan Lancang Kuning meninggal dengan mengenaskan. Daging dan darahnya berserakan di pasir pantai. Seketika turun hujan dan serentak dengan kepulangan Panglima Umar yang sudah merapat di pelabuhan Bukit Batu. Panglima Umar yang tidak menemukan istrinya di rumah menemui Panglima Hasan secara tak sengaja. Pada saat itulah Panglima Hasan mengatakan bahwa istrinya dijadikan gilingan Lancang Kuning oleh Datuk Laksmana. Perkataan Panglima Hasan mengundang amarah Panglima Umar yang menyebabkan kematian Datuk Laksmana. Dapat kita lihat dari penjelasan di atas bahwa konflik muncul secara berurut. Konflik pembunuhan Datuk Laksmana oleh Panglima Umar terjadi karena peristiwa yang dipicu oleh Panglima Hasan yang menjadikan Zubaidah sebagai gilingan perahu Lancang Kuning dan memfitnah Datuk Laksmana. Dari konfik nini dapat kita ketahui karakter tokoh Panglima Hasan yang tidak bertanggung jawab atas perbuatan yang telah ia lakukan. Pangima Hasan rela mengorbankan nyawa Datuk Laksmana untuk menutupi kesalahan dirinya dan pura-pura tidak tahu atas kejadian itu. Selai itu dapat juga kita lihat karakter tokoh Zubaidah yang rela mati demi mempertahankan kehormatan dirinya dan rumah tangganya yang sudah ia bangun bersama Panglima Umar. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara unsur-unsur intrinsik yang membangun sebuah karya fiksi. Unsur-unsur itu tidak dapat berdiri sendiri karena melalui salah satu unsur, kita dapat mengetahui unsur pendukung lainnya. c. Klimaks Konflik dan klimaks merupakan unsur yang paling penting dalam struktur pembangun plot. Konflik demi konflik yang terjadi telah mencapai titik puncak dapat menyebabkan terjadinya klimaks (puncak konflik). Dengan demikian terdapat keterkaitan yang erat antara kinflik dan klimaks. Klimaks hanya akan terjadi jika terdapat konflik yang mendukungnya. Namun tidak semua konflik dapat mencapai klimaks. Klimaks, menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2010:127) adalah saat konflik telah mencapai tingkat intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari kejadiannya. Klimaks merupakan kejaddian puncak yang menarik dan menegangkan dan biasanya tidak ada lagi kejadian lain yang sama
  • 13. dengan klimak. Kalaupun ada, itu hanyalah kejadian/konflik ringan yang masih bisa diatasi sebagai peregangan untuk menuju penyelesaian atau akhir dari sebuah cerita. Klimaks dalam teks Melayu “Lancang Kuning” terjadi ketika konflik- konflik yang diawali oleh Panglima Hasan ini sudah semakin meruncing. Jika meninjau kembali pembahasan penulis mengenai konflik-konflik yang terjadi dalam teks “Lancang Kuning”, dapat kita lihat bahwa terbunuhnya Datuk Laksmana merupakan konflik penegangan tetapi belum mencapai klimaks. Klimaks terjadi ketika Pawang Domo yang melihat Datuk Laksmana sudah terbunuh mengatakan kepada Panglima Umar mengenai hal yang sebenarnya, yaitu Panglima Hasan lah yang menjadikan Zubaidah sebagai gilingan perahu Lancang Kuning. Semakin beranglah Panglima Umar. Ia mencari Panglima Hasan dan menemukannya ketika Panglima Hasan hendak melarikan diri bersama Lancang Kuning. Tetapi usahanya sempat ditunda oleh Panglima Umar. Dengan sigap Panglima Umar naik ke Lancang Kuning dan bertarung dengan Panglima Hasan. Akhirnya pada pertarungan itu Panglima Hasan terbunuh dan mayatnya jatuh ke laut. Melalui konflik dan klimaks dapat kita lihat bahwa Panglima Umar merupakan seseorang yang tidak sabar dan terlalu cepat menyimpulkan suatu permasalahan. Ia membunuh Datuk Laksmana tanpa bertanya terlebih dahulu mengenai kebenaran meninggalnya Zubaidah. Ia lebih memilih tak lagi bicara dan langsung membunuh Datuk Laksmana sehingga Datuk Laksmana yang tidak bersalah ikut menjadi korban amarahnya. Dari penjelasan peristiwa, konflik dan klimaks dapat kita simpulkan bahwa plot yang terdapat dalam teks Melayu “Lancang Kuning” menggunakan plot lurus, yaitu plot yang peristiwa-peristiwa dan konflik- konfliknya terjadi secara kronologis dan dapat mudah diururt. Melalui plot juga dapat kita tentukan karakter tokoh Panglima Umar, Panglima Hasan dan Zubaidah. 2. Analisis Tokoh pada Teks Melayu “Lancang Kuning” Tokoh merupakan pelaku cerita. Istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Tokoh cerita, menurut Abrams (dalam Nurgiantoro, 2010:165) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan
  • 14. kecenderungan tertentu seperti yang didesktipsikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa antara seorang tokok dengan kualitas pribadinya erat berkaitan dengan penerimaan pembaca. Tokoh yang terdapat dalam teks “Lancang Kuning” dibedakan berdasarkan penting tidaknya tokoh ada Zubaidah dan Panglima Hasan sebagai tokoh utama serta Panglima Umar, Datuk Laksmana dan pawang Domo sebagai tokoh tambahan. Dari penting tidaknya tokoh, perannya dominan karena sejak awal Panglima Hasan selalu memulai untuk menimbulkan sebuah peristiwa dan memunculkan konflik. Sementara Zubaidah adalah tokoh yang dijadikan korban dan merupakan salah satu penyebab munculnya konflik yang terjadi antara Panglima Hasan dan Panglima Umar. Dengan demikian, Panglima Hasan dan Zubaidah dapat disebut sebagai tokoh utama. Tanpa Panglima Hasan memunculkan peristiwa dan konflik maka cerita ini tidak akan menemukan klimaks. Begitupun Zubaidah, tanpa peran Zubaidah yang dijadikan korban untuk gilingan perhu Lancang Kuning, Panglima Umar tidak akan marah dan tidak akan membunuh Datuk Laksmana dan Panglima Hasan. Sementara itu, tokoh tambahan dalam cerita ini adalah Panglima Umar, Datuk Laksmana dan Pawang Domo. Peran mereka tidak terlalu besar dalam cerita ini tapi cukup fungsional karena tanpa mereka tokoh Panglima Hasan hanya akan melakukan hal yang sia-sia. Jika Panglima Umar tidak ada, perbuatan Panglima Hasan tidak ada yang menentang dan Panglima Hasan tidak mendapatkan aksi balasan dari tokoh yang bertentangan dengannya. Hal yang sama juga berlaku pada Datuk Laksmana dan Pawang Domo. Masing- masing mereka haya dominan muncul pada proses peluncuran Lancang Kuning ke laut. Kemudian muncul kembali pada bagian akhir cerita ketika Datuk Laksmana muncul dan langsung dibunuh oleh Panglima Umar, sedangkan Pawang Domo muncul setelah kejadian terbunuhnya Datuk Laksmana. Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, tokoh dalam teks “Lancang Kuning” dapat dibagi menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh antagonis dalam teks ini adalah Panglima Hasan. Sangat jelas terlihat melalui percakapan tokoh dengan Zubaidah. Selain itu karakter tokoh dapat dilihat melalui tingkah laku tokoh yang bertanggung jawab menjadi salah satu indikator bahwa tokoh Panglima Hasan bukanlah seorang yang baik. Sementara
  • 15. itu, tokoh Panglima Umar, Datuk Laksmana, Pawang Domo, dan Zubaidah merupakan tokoh protagonis dalam certia ini. Tidak tampak perbuatan masing- masing tokoh untuk berbuat jahat. Tokoh Panglima Umar dinilai baik oleh penulis karena Panglima Umar bersedia melakukan perintah Datuk Laksmana untuk mencari kebenaran berita tentang larangan melaut di Tanjung Jati kepada Batin Sanggoro. Datuk Laksmana dinilai baik karena ia tidak ingin mengorbankan siapapun demi kelancaran peluncuran Lancang Kuning ke laut. Pawang Domo menunjukkan sikap baiknya dengan memberitahu hal yang sebenarnya terjadi kepada Zubaidah. Sedangkan Zubaidah dinilai sebagai tokoh protagonis karena ia berani mempertahankan kehormatan dirinya dan rumah tangganya dengan Panglima Umar yang juga diajarkan oleh agama islam. Tokoh-tokoh ini dapat diketahui penggolongannya melalui dialog tokoh ataupun tingkah laku tokoh terhadap tokoh lain. Karakter tokoh juga dapat dilihat melalui peristiwa-peristiwa yang menimbulkan konflik-konflik yang terjadi dalam cerita. Ini membuktikan bahwa unsur tokoh dan plot memiliki katerkaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, setiap unsur instrinsik yang membangun sebuah cerita tidak dapat berdiri sendiri. 3. Analisis Latar pada Teks Melayu “Lancang Kuning” Berbicara tentang sebuah karya sastra khususnya fiksi, akan berkaitan dengan latar yang mendukung tempat terjadinya peristiwa atau konflik dalam cerita. Sebuah karya fiksi tidak akan lengkap unsurnya tanpa ada latar yang menggambarkan tempat terjadinya sebuah peristiwa dalam cerita. Layaknya cerita yang terjadi dalam kehidupan nyata, karya fiksi juga memerlukan latar sebagai ruang bagi tokoh untuk bernuat atau melakukan sesuatu. Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan (Abrams dikutip Nurgiantoro, 2010:216). Sementara itu, Stanton (dalam Nurgianto, 2010:216) mengelompokkan latar, bersama dengan tokoh dan plot, ke dalam fakta (cerita) sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi, dan dapat diimajinasi oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita fiksi. Latar fisik pada teks Melayu “Lancang Kuning” adalah Bukit Batu, daerah Kabupaten Bengkalis dan Tanjung Jati. Naskah ini tidak jauh berbeda dengan dengan cerita lisan masyarakat Riau yang menyebutkan bahwa Lancang
  • 16. Kuning memang terjadi di daerah Bukit Batu dan Lancang Kuning karam di perairan Tanjung Jati. Hal ini memperkuat teks yang terdapat dalam naskah melayu yang berjudul “Lancang Kuning” bahwa terdapat kerajaan di Bukit Batu pada masa lalu. Tetapi pada dasarnya cerita ini hanyalah fiktif pengarang yang tidak diketahui penulisnya. Penekanan unsur latar di Bukit Batu dapat dilihat pada peristiwa peluncuran Lancang Kuning ke laut serta sebagian besar kehidupan yang diceritakan dalam teks. Kemudian latar yang menunjukkan daerah Tanjung Jati terdapat pada peristiwa ketika Panglima Umar mendatangi Batin Sanggoro untuk menanyakan prihal kebenaran larangan untuk berlayar dan melaut di perairan Tanjung Jati. Latar di Bukit Batu lebih dominan dijelaskan ketika Lancang Kuning hendak diluncurkan, yaitu di pantai Bukit Batu. Latar dipilih sebuah pantai karena peristiwa yang sedang terjadi adalah masyarakat bukit Batu hendak meluncurkan Lancang Kuning ke laut. Lancang Kuning merupakan nama sebuah perahu, sehingga latar yang dipilih adalah latar tempat di pantai. Latar waktu tidak digambarkan dengan jelas dalam teks ini sehingga tidak dapat dijelaskan secara detil mengenai penggambaran latar waktu yang terdapat dalam cerita ini. Hanya saja latar waktu disebutkan ketika peluncuran Lancang Kuning ke laut dilakukan pada malam hari ketika tepat pada malam ke limabelas bulan purnama. Sementara untuk tahun terjadinya peristiwa itu tidak disebutkan. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan untuk menentukan latar terjadinya sebuah peristiwa, kita tetap harus memperhatikan peristiwa apa yang sedang terjadi dan berhubungan dengan latar itu, baik latar waktu maupun latar tempat. 4. Analisis Sudut Pandang pada Teks Melayu “Lancang Kuning” Membaca dua buah karya fiksi yang berbeda akan memungkinkan kita menghadapi dua person yang berbeda pula. Person itu dari satu sisi dapat dipandang sebagai tokoh cerita, di sisi tertentu, dapat juga dipandang sebagao pencerita. Sudut pandang menyaran pada sebuah cerita dilukiskan. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010:248) mengatakan bahwa sudut pandang merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.
  • 17. Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam teks Melayu “Lancang Kuning” ini berupa sudut pandang person ketiga serba tahu, gaya “dia”. Person ketiga ini adalah orang berada di luar cerita tapi serba mengetahui kejadian yang terjadi disetiap bagian cerita. Hal ini dapat diketahui dengan mudah karena pengarang menggambarkan tokoh dengan menyebutkan nama tokoh. Dapat kita lihat pada kutipan cerita di bawah ini. Malam ini tepat lima belas hari bulan purnama. Malam itu Lancang Kuning akan diluncurkan ke laut, di balai-balai telah banyak awak kerajaan dan penduduk negeri untuk menyaksikan peluncuran Lancang Kuning tersebut. Bermacam-macam hiburan daerah dipertunjukkan. Semua penduduk negeri bergembira kecuali Zubaidah, karena suaminya Panglima Umar sudah satu bulan pergi dan sampai saat ini belum juga kembali dan karena itu ia tidak pergi menghadiri acara peluncuran Lancang Kuning ke laut pada malam itu. Dari kutipan di atas dapat dilihat secara jelas pengarang mengetahui kejadian yang bersifat fisik atau pun keadaan batih yang sedang dirasakan/dialami oleh tokoh. Seperti yang terdapat dalam cerita, pengarang mampu menggambarkan kegembiraan masyarakat Bukit Batu karena diadakannya acara peluncuran Lancang Kuning. Semua orang berhembira kecuali Zubaidah karena ia sedang mananti kepulangan suaminya yang sudah sebulan meninggalkannya. Rasa sedih itu juga yang menyebabkan ia tidak ingin menghadiri acara yang sedang digelar tersebut. Dapat disimpulkan, untuk menentukan sudut pandang kita masih membutuhkan unsur lain, mislnya plot. Plot perlu diperhatikan dalam menentukan sudut pandang yaitu menunjuk pada peristiwa apa yang sedang terjadi. Atau dapat juga kita perhatikan melalui penceritaan nyata yang dilakukan oleh pengarang untuk melukiskan cerita yang ditulisnya, misalnya melalui tokoh. Sudut pandang juga dapat dicermati melalui peran-peran tokoh yang terdapat dalam cerita sehingga cerita tersebut menapakkan sebuah kepaduan. 5. Analisis Tema pada Teks Melayu “Lancang Kuning” Berbicara karya sastra fiksi tidak lengkap jika tidak berbicara tentang tema. Stanton dan Kenny (dikutip Nurgiantoro, 2010:66) mengatakan bahwa tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema ini menjadi landas tumpu bagi pengarang untuk membuat sebuah cerita. Tanpa tema, cerita tidak
  • 18. akan dapat dilukiskan dengan baik karena tidak terdapat kejelasan konsep bagi pengarang untuk melukiskan cerita. Dari sbuah tema, pengarang dapat menentukan plot, tokoh cerita yang mendukung, latar yang mendukung terjadinya sebuah peristiwa atau konflik, maupun amanat yang ingin disampaikan. Tema yang terdapat dalam teks “Lancang Kuning” berkisar pada sebuah kisah cinta dua panglima kerajaan Bukit Batu terhadap Zubaidah, seorang putri raja Kerajaan Bukit Batu, yang berujung dengan petaka dan kemunduran Kerajaan Bukit Batu. Cerita digambarkan berawal dari suntingan Panglima Umar kepada Zubaidah yang menyebabkan Panglima Hasan merasa sakit hati karena telah didahului oleh Panglima Umar. Rasa sakit hatinya itu ia lancarkan dengan melakukan rencana licik untuk memiliki Zubaidah. Tetapi hampir memasuki bagian klimaks, konflik terjadi ketika Panglima Hasan membunuh Zubaidah dengan dengan menjadikannya korban untuk gilingan Lancang Kuning meluncur ke laut. Konflik ini memicu amarah Panglima Umar yang membabi buta sehingga menyebabkan Datuk Laksmana ikut terbunuh walaupun ia tak bersalah. Penyimpulan sebuah tema dalam karya fiksi dapat dilihat dari setiap konflik yang terjadi. Dapat juga dari sebab-sebab yang mendukung terjadinya konflik tersebut. Semua dapat diurut sehingga menghasilkan satu ide. Ide yang satu dan padu itulah yang kemudian disimpulkan sebagai tema dalam sebuah karya sastra. Selain peristiwa dan konflik yang mendukung tema, tokoh dan latar juga mendukung tema. Misalnya pada teks yang berjudul “Lancang Kuning” ini juga menggambarkan latar tempat di pantai. Wajar saja tempat dipilih pantai, karena Lancang adalah sebuah parahu dalam masyarakat daerah Riau. 6. Analisis Amanat/Pesan Moral pada Teks Melayu “Lancang Kuning” Amanat/pesan moral menurut Kenny (dikutip Nurgiyantoro, 2010:321) dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil (dan ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Amanat biasanya disampaikan melalui dikap tokoh-tokoh yang mendukung jalan cerita. Pada teks Melayu “Lancang Kuning” ini pengarang ingin menyampaikan amanat dari masing-masing tokoh cerita. Misalnya Panglima Umar, melalui sikapnya yang terlalu cepat mengambil keputusan dan tidak sabar
  • 19. mengakibatkan Datuk Laksmana ikut terbunuh sementara Datuk Laksmana bukanlah orang yang harus disalahkan atas kematian Zubaidah, pengarang ingin menyampaikan bahwa pembaca jangan terlalu cepat mengambil suatu keputusan. Apalagi pengambilan keputusan itu dilakukan dalam keadaan marah. Keputusan yang diambil tidak akan baik. Seharusnya sebelum melakukan sesuatu kita berpikir dengan cermat segala dampak yang mungkin timbul jika kita melakukannya. Atau jika dalam permasalahan, ada baiknya permasalahan itu dibicarakan dengan baik-baik sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang bisa berakibat buruk. Pesan moral lainnya yang ingin disampaikan oleh pengarang terdapat dalam sikap tokoh Panglima Hasan. Melalui Panglima Hasan pengarang ingin menyampaikan bahwa sikap tideak bertanggung jawab dapat mengakibatkan sesuatu yang lebih buruk dari pada perkiraan kita. Apalagi Panglima Hasan itu seorang panglima yang sudah semestinya memiliki rasa tanggung jawab terhadap perbuatan yang sudah dilakukan. Dalam menghadapi kehidupan, kita tidak dapat melarikan diri dari kanyataan. Oleh karena itu, dibutuhkan sikap bertanggung jawab untuk menghadapi kehisupan ini. Entah itu yang sifatnya besar maupun kecil terhadap kehidupan yang sedang kita jalani ini. Amanat yang paling berhubungan dengan tema adalah janganlah kita menanamkan rasa yang berlebihan kepada seseorang. Apalagi cinta itu tak kesampaian akan megakibatkan rasa sakit hati yang dalam. Apalagi Rasulullah telah mengajarkan kita untuk tidak terlalu sayang atau benci terhadap seseorang karena bisa jadi suatu saat perasaan kita menjadi terbalik dari perasaan sebelumnya. III. PENUTUP Kesimpulan Melalui semua analisis yang dilakukan penulis terhadap teks Melayu yang berjudul “Lancang Kuning” dapat disimpulkan bahwa teks ini memiliki unsur-unsur intrinsik yang tidak dapat berdiri sendiri. Terdapat hubungan yang erat antara satu unsur dengan unsur yang lain. Unsur-unsur itu memiliki keterkaitan sehingga membentuk sebuah cerita yang padu dan menarik. Dapat kita perhatikan dari unsur Plot. Ternyata plot memiliki terkaitan secara langsung dengan unsur tokoh, latar maupun sudut pandang pengarang. Melalui plot, kita dapat menentukan karakter
  • 20. tokoh yang terdapat dalam cerita. Melalui plot juga kita dapat menentukan unsur latar yang digunakan pengarang sebagai tempat kejadian sebuah peristiwa atau konflik. Melalui plot juga dapat kita tentukan sudut pandang apa yang digunakan pengarang untuk melukiskan cerita yang dibuat. Selain plot, tema juga berhubungan secara langsung dengan latar dan amanat. Latar tempat yang mendukung terjadinya peristiwa tidak dapat dikatakan tidak bahwa latar juga mendukung tema yang terdapat dalam sebuah cerita. Jika latar mendukung terjadinya sebuah peristiwa yang memunculkan konflik dan konflik mendukung tema yang dibuat, secara otomatis latar juga berarti berhubungan dengan tema sebuah karya fiksi. Intinya, setiap unsur instrinsik yang terdapat dalam sebuah karya sastra khususnya fiksi, tidak dapat berdiri sendiri. Setiap unsur itu saling menunjang dan mendukung unsur lain sehingga menghasilkan cerita yang padu dan menarik untuk dibaca.
  • 21. DAFTAR PUSTAKA Nurgiantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Sudjiman, Panuti. 1995. Filologi Melayu. Jakarta: Pustaka Jaya. Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Semi, Atar.1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.