PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
Dasar perencanaan
1. Dasar - Dasar Perencanaan
Disusun Oleh:
Muhammad Iqbal Alif W. (160803103024)
Tyan Aldhi P. (160803103037)
Shendy Arivini S. (160803103017
Ivan Vegas M. (160803101029)
Rizal Aditya (160803102029)
FACULTY ECONOMIC AND BUSINESS
JEMBER UNIVERSITY
2017
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada dasarnya, dalam melakukan kegiatan sehari-hari manusia tidak terlepas dengan
perencanaan. Tetapi sering tidak disadari bahwa mereka telah melakukan perencanaan. Setiap
orang pasti mempunyai tujuan atau suatu cita-cita dalam hidupnya. Dalam usaha mereka untuk
mencapai suatu tujuannya mereka pasti mempunyai strategi atau perencanaan bagaimana
mewujudkan cita-citanya atau tujuannya tersebut. Perencanaan terjadi disetiap jenis kegiatan.
Seseorang jika ingin bertindak untuk melakukan sesuatu apapun pasti mereka menyusun suatu
perencanaan kegiatan yang akan dilakukan untuk ke depan.
Sering kita dengar kampanye yang disampaikan oleh bupati, gubernur ataupun presiden
itu adalah planning atau sebuah perencanaan yang akan mereka jalankan ketika mereka terpilih.
Jadi, penulis dalam kesempatan kali ini akan membahas sedikit tentang planning atau proses
perencanaan. Mengapa demikian? Karena kami berfikir bahwa pengetahuan planning itu
sangat penting bagi mahasiswa.
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan
pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Perencanaan
menurut Bintoro Tjokroaminoto dalam Husaini Usman (2008) adalah proses mempersiapkan
kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Prajudi Atmosudirjo dalam Husaini Usman (2008) juga berpendapat bahwa perencanaan
adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka
mencapai tujuan tertentu, siapa yang melakukan, bilamana, di mana, dan bagaimana cara
melakukannya.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah
kegiatan yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan dan dalam
perencanaan itu mengandung beberapa unsur, diantaranya sejumlah kegiatan yang ditetapkan
sebelumnya, adanya proses, hasil yang ingin dicapai, dan menyangkut masa depan dalam
waktu tertentu. Pelaksanaan dan pengawasan termasuk pemantauan, penilaian, dan pelaporan
merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari perencanaan. Dalam perencanaan diperlukan
pengawasan agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan.
Dalam perencanaan ada beberapa langkah, diantaranya adalah:
Tahap I: menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan,
Tahap II: merumuskan keadaan saat ini,
Tahap III: mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan, dan
Tahapa IV: mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan.
B. Proses Perencanaan
Sebelum para manajer dapat mengorganisasi, memimpin, atau mengendalikan, terlebih
dahulu mereka harus membuat rencana yang memberikan arah pada setiap kegiatan organisasi.
Pada tahap perencanaan para manajer menentukan apa yang akan dikerjakan, kapan akan
mengerjakan, bagaimana mengerjakannya, dan siapa yang akan mengerjakannya.
Kebutuhan akan perencanaan ada pada semua tingkatan manajemen dan semakin meningkat
pada tingkatan manajemen yang lebih tinggi, dimana perencanaan itu mempunyai
kemungkinan dampak yang paling besar pada keberhasilan organisasi. Pada tingkatan top
manajer pada umumnya mencurahkan hampir semua waktu perencanannya jauh ke masa depan
dan pada strategi-strategi dari seluruh organisasi. Manajer pada tingkatan yang lebih rendah
merencanakan terutama untuk sub unit mereka sendiri dan untuk jangka waktu yang lebih
pendek.
Terdapat pula beberapa variasi dalam tanggung jawab perencanaan yang tergantung pada
ukuran dan tujuan organisasi dan pada fungsi atau kegiatan khusus manajer. Organisasi yang
besar dan berskala internasional lebih menaruh perhatian pada perencanaan jangka panjang
daripada perusahaan lokal. Akan tetapi pada umumnya organisasi perlu mempertimbangkan
keseimbangan antara perencanaan jangka panjang maupun perencanaan jangka pendek. Karena
itu penting bagi para manajer untuk mengerti peranan perencanaan secara keseluruhan.
4. Menurut T. Hani Handoko (1999) kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui empat tahap
sebagai berikut :
1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan.
2. Merumuskan keadaan saat ini.
3. Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan.
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.
B. Syarat, Sifat, Tujuan, Manfaat, Kelemahan serta Alasan –Alasan perlunya perencanaan
1. Syarat Perencanaan
Perencanaan yang dibuat harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Faktual dan realistik
b. Logis dan rasional
c. Fleksibel
d. Kontinuitas
e. Dialektis
2. Sifat Perencanaan
Sifat-sifat dari perencanaan adalah:
a. Kontribusi terhadap tujuan (contribution of onjective)
Yaitu perencanaan dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah di rencanakan.
b. Kedudukan yang istemewa dari suatu perencanaan (primacy of planning)
Bahwa setiap perencanaan selalu mendapat tempat yang pertama dalam suatu proses
manajemen dan perencanaan harus mampu memberikan arah terhadap proses manajemen
selanjutnya.
c. Kemampuan pengisian dari planning (pervasiveness of planning)
Yaitu perencanaan merupakan dasar manajemen yang berisi tujuan dan cara pencapaiannya.
d. Efisiensi dari perencanaan (effeciency of planning)
Rencana yang telah direncanakan dapat tercapai dengan cara yang efisien.
3. Tujuan Perencanaan
Tujuan dari perencanaan adalah:
a. Standar pengawasan, yaitu mencocokkan pelaksanaan dengan perencanaannya,
b. Mengetahiu kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan,
c. Mengetahiu siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya), baik kualifikasinya maupun
kuantitasnya,
d. Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan,
e. Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga dan
waktu,
f. Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan,
g. Menyerasikan dan memadukan beberapa sub kegiatan,
h. Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui, dan
5. i. Mengarahkan pada pencapaian tujuan.
4. Manfaat Perencanaan
Perencanaan mempunyai banyak manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan,
b. Membantu dalam kristalisasi persesuaian dalam masalah-masalah utama,
c. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas,
d. Pemilihan berbagai alternatif terbaik,
e. Standar pelaksanaan dan pengawasan,
f. Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan,
g. Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi,
h. Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait,
i. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami,
j. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti, dan
k. Menghemat waktu, usaha dan dana.
5. Kelemahan Perencanaan
Perencanaan juga mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya:
a. Pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan mungkin berlebihan pada kontribusi nyata
b. Perencanaan cenderung menunda kegiatan
c. Perencanaan mungikn terlalu membatasi manajemen untuk berinisiatif dan berinovasi
d. Perencanaan mempunyai nilai praktis yang terbatas.
e. Kadang-kadang hasil yang paling baik didapatkan oleh penyelesaian situasi individual dan
penanganan setiap masalah pada saat masalah tersebut terjadi; dan
f. Ada rencana-rencana yang diikuti cara-cara yang tidak konsisten.
Meskipun perencanaan mempunyai kelemahan-kelemahan tersebut, manfaat-manfaat
yang didapat dari perencanaan jauh lebih banyak. Oleh karena itu perencanaan tidak hanya
seharusnya dilakukan, tetapi harus dilakukan.
6. Alasan-Alasan Adanya Perencanaan
Ada dua alasan dasar perlunya perencanaan. Perencanaan dilakukan untuk mencapai:
1. Protective benefit, yang dihasilkan dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
pembuatan keputusan, dan
2. Positive benefit dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian tujuan organisasi
7. Pendekatan Perencanaan
Menurut para ahli, ada beragam pendekatan perencanaan , yaitu: pendekatan kebutuhan sosial
(social demand approach); pendekatan ketenagakerjaan (manpower approach); pendekatan
untung rugi (cost and benefit approach); dan pendekatan keefektifan biaya (cost effectiveness
approach). Berikut ini akan dijelaskan secara singkat keempat pendekatan perencanan pendidikan
tersebut
6. 1. Pendekatan kebutuhan sosial
Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan kebutuhan sosial, oleh para ahli
disebut pendekatan yang bersifat tradisional, karena fokus atau tujuan yang hendak dicapai
dalam pendekatan kebutuhan sosial ini lebih menekankan pada: (1) tercapainya pemenuhan
kebutuhan atau tuntutan seluruh individu terhadap layanan pendidikan dasar; (2) pemberian
layanan pembelajaran untuk membebaskan populasi usia sekolah dari tuna aksara (buta
huruf); dan (3) pemberian layanan pendidikan untuk membebaskan rakyat dari rasa ketakutan
dari penjajahan, dari kebodohan dan dari kemiskinan. Oleh karena itu pendekatan kebutuhan
sosial ini biasanya dilaksanakan pada negara-negara yang baru meraih kemerdekaan dari
penjajahan, dengan kondisi masyarakat pribumi yang terbelakang pendidikannya dan kondisi
sosial ekonominya.
Apabila pendekatan kebutuhan sosial ini dipakai, maka ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan atau diperhatikan oleh penyusun perencanaan dalam merancang
perencanaan pendidikan, antara lain: (1) melakukan analisis tentang pertumbuhan
penduduknya; (2) melakukan analisis tentang tingkat partisipasi warga masyarakatnya dalam
pelaksanaan pendidikan, misalnya melakukan analisis persentase penduduk yang
berpendidikan dan yang tidak berpendidikan, yang dapat memberikan kontribusi dalam
peningkatan layanan pendidikan di setiap satuan pendidikan; (3) melakukan analisis tentang
dinamika atau gerak (mobilitas) peserta didik dari sekolah tingkat dasar sampai perguruan
tinggi, misalnya kenaikan kelas, kelulusan, dan dropout; (4) melakukan analisis tentang minat
atau keinginan warga masyarakat tentang jenis layanan pendidikan di sekolah; (5) melakukan
analisis tentang tenaga pendidik dan kependidikan yang dibutuhkan, dan dapat difungsikan
secara maksimal dalam proses layanan pendidikan; dan (6) melakukan analisis tentang
keterkaitan antara output satuan pendidikan dengan tuntutan masyarakat atau kebutuhan
sosial di masyarakat (Sa’ud, S. dan Makmun A,S. 2007; Usman, H. 2008).
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan penggunaan pendekatan kebutuhan sosial dalam
perencanaan pendidikan. Diantara sisi positif pendekatan ini antara lain: (1) pendekatan
ini lebih cocok untuk diterapkan pada masyarakat atau negara yang baru merdeka dengan
kondisi kebutuhan sosial, khususnya layanan pendidikan masih sangat rendah atau masih
banyak yang buta huruf; dan (2) pendekatan ini akan lebih cepat dalam memberikan
pemerataan layanan pendidikan dasar yang dibutuhkan pada warga masyarakat, karena
keterbelakangan di bidang pendidikan akibat penjajahan, sehingga layanan pendidikan yang
diberikan langsung bersentuhan dengan kebutuhan sosial yang mendasar yang dirasakan oleh
masyarakat. Sedangkan sisi kelemahan pendekatan kebutuhan sosial ini antara lain: (1)
pendekatan ini cederung hanya untuk menjawab persoalan yang dibutuhkan masyarakat pada
7. saat itu, yaitu pemenuhan kebutuhan atau tuntutan layanan pendidikan dasar sebesar-besanya,
sehingga mengabaikan pertimbangan efisiensi pembiayaan pendidikan; (2) pendekatan ini
lebih menekankan pada aspek kuantitas (jumlah yang terlayani sebanyak-banyaknya),
sehingga kurang memperhatikan kualitas dan efektivitas pendidikan, oleh karena itu
pendekatan ini terkesan lebih boros; (3) pendekatan ini mengabaikan ciri-ciri dan pola
kebutuhan man power yang diperlukan di sektor kehidupan ekonomi, dengan demikian hasil
atau output pendidikan cenderung kurang bisa memenuhi tuntutan kebutuhan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi terkini; dan (4) pendekatan ini lebih menekankan pada aspek
pemerataan pendidikan (dimensi kuantitatif) dan kurang mementingkan aspek kualitatif.
Disamping itu pendekatan ini kurang memberikan jawaban yang komprehensif dalam upaya
pencapaian tujuan pendidikan, karena lebih menekankan pada aspek pemenuhan kebutuhan
sosial, sementara aspek atau bidang kehidupan yang lain kurang diperhatikan.
8.Alat-alat dan teknik dalam perencanaan
Teknik Perencanaan
Teknik Untuk Menilai Lingkungan Pengamatan Lingkungan (Environmental Scanning) :
Teknik perencanaan dengan melakukan penilaian terhadap kondisi lingkungan saat ini
ataupun masa yang akan datang
Peramalah : teknik perencanaan untuk meramalkan hasil yang akan dicapai
Peramalan Kuantitatif : analisis rangkaian waktu, model regresi, model ekonometri, indikator
ekonomi, efek substitusi
Peramalan Kualitatif : pendapat juri, komposisi armada penjualan, evaluasi pelanggan
Benchmarking (penilaian diri terhadap standar pihak lain): teknik perencanaan dengan
menilai kinerja terbaik pesaing atau bukan pesaing untuk diimplementasikan pada sistem
organisasi
Tahap Implementasi Benchmarking :
Teknik Pengalokasian Sumber Daya :
Anggaran : Teknik pengalokasian sumber daya yang dituangkan dalam bentuk numerik
Anggaran Kas
Anggaran Pengeluaran
Anggaran Pemasukan
Anggaran Laba
Gantt Chart : dikenalkan oleh Henry Gantt, merupakan grafik batang dimana sumbu vertikal
berisi tentang jenis kegiatan dan sumbu horisontal tentang waktu kegiatan
Grafik beban : pengembangan dari grafik Gantt, yang membedakannya pada sumbu vertikal
berisi tentang orang yang mengerjakan kegiatan
PERT/CPM : merupakan diagram alur yang menghubungkan urutan aktifitas proyek, biaya
dan waktu pelaksanaan
Pada analisa PERT/CPM diperoleh kegiatan yang tidak boleh tertunda yang akan
8. menentukan umur proyek sesuai dengan standar yang ditentukan
Analisa Titik Impas (Break Event Analysis) : teknik yang digunakan untuk mengetahui kapan
titik impas (pengembalian modal) bisa dicapai
Rumus : BE = TFC/(P – VC)
BE = titik impas
TFC = Total Fixed Cost
P = Price
VC = Variable Cost
Teknik Kontemporer
Manajemen Proyek : Teknik perencanaan dengan mengurutkan kegiatan yang dibatasi oleh
waktu, biaya dan kualitas
9. Pengertian Management By Objective (MBO)
Menurut Schermerhorn. R. John, et al (1995) esensi MBO adalah proses penetapan sasaran
(goal setting) bersama antara atasan dan bawahan. Melalui penetapan sasaran, para manajer
bekerjasama dengan bawahan untuk menetapkan sasaran dan rencana kinerja yang konsisten
dengan tingkat pekerjaan dan sasaran organisasi.Selanjutnya manajemen MBO di definisikan
oleh John Humble (1970) sebagai berik“suatu sistem yang dinamis, bertujuan mengintegrasi
kebutuhan perusahaan untuk menjelaskan dan mencapai target keuntungan serta
perkembangannya sesuai dengan kebutuhan manajer untuk memberikan kontribusinya dan
mengembangkan dirinya sendiri. Ini merupakan tuntutan gaya pengelola bisnis yang perlu
dihargai.”Manajemen berdasarkan sasaran dikembangkan sebagai suatu metode untuk
mengelola organisasi dan pegawai serta untuk meningkatkan kinerja para manajer.
Selanjutnya Drucker (1955) memperkenalkan istilah ini dalam bukunya The Practice of
Management, yang menyatakan:Manajemen yang efektif harus mengarah visi dan upaya
semua manajernya kepada sasaran bersama. Ia harus memastikan bahwa tiap manajer
memahami hasil apa yang diharapkan dari dirinya. Ia harus memastikan bahwa atasan
memahami apa yang diharapkan dari setiap bawahanya. Ia harus dapat memotivasi manajer
untuk memaksimalkan upaya ke arah yang benar. Sementara mendorong tumbuhnya standar
kerja yang tinggi, ia juga harus dapat menjadikan hal itu sebagai cara untuk mencapai
peningkatan kinerja organisasi daripada kinerja individu.Secara umum esensi sistem MBO
terletak pada penetapan tujuan-tujuan umum oleh para manajer dan bawahan yang bekerja
bersama, penentuan bidang tanggungjawab utama setiap individu yang dirumuskan secara
jelas dalam bentuk hasil-hasil (sasaran-sasaran) dapat diukur yang diharapkan, dan
menggunakan ukuran-ukuran tersebut sebagai pedoman pengoperasian satuan-satuan kerja
penilaian sumbangan masing-masing anggota.