SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
421
PERATURAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008
TENTANG
PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN
USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERTANIAN,
Menimbang : a. bahwa alat mesin pertanian (alsintan) mempunyai
peranan yang sangat penting dan strategis dalam
mencapai tujuan pembangunan pertanian melalui
penanganan budidaya, panen, pasca panen dan
pengolahan hasil pertanian;
b. bahwa untuk mencapai tujuan pembangunan
pertanian telah tumbuh Usaha Pelayanan Jasa Alat
dan Mesin Pertanian;
c. bahwa atas dasar hal-hal tersebut di atas dan untuk
memperkuat serta memantapkan Usaha Pelayanan
Jasa Alat dan Mesin Pertanian sebagai salah satu
lembaga ekonomi perdesaan, dipandang perlu
menetapkan Pedoman Penumbuhan dan
Pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alat dan
Mesin Pertanian;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan
Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 1967
Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2824);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang
Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara
Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3478);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4437);
422
4. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2001
tentang Alat dan Mesin Budidaya Tanaman
(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 147,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4157);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4737);
6. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004
tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu;
7. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi,
dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik
Indonesia juncto Peraturan Presiden Nomor 62
Tahun 2005;
8. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang
Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementrian
Negara Republik Indonesia;
9. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 400/Kpts/
OT.160/8/2003 tentang Tim Teknis dan Sertifikasi
Alat dan Mesin Pertanian;
10.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/
OT.140/7/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Pertanian juncto Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 11/Permentan/OT.140/2/2007;
11.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpts/
OT.210/9/2005 tentang Kelengkapan Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Pertanian juncto
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 12/Permentan/
OT.140/2/2007;
12.Keputusan Menteri Pertanian Nomor 391/Kpts/
OT.160/6/2006 tentang Komisi Pengembangan
Mekanisasi Pertanian;
13.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65/Permentan/
OT.140/12/2006 tentang Pedoman Pengawasan
Pengadaan, Peredaran dan Penggunaan Alat
dan/atau Mesin Pertanian;
14.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 05/Permentan/
OT.140/1/2007 tentang Syarat dan Tata Cara
Pengujian dan Pemberian Sertifikasi Alat dan Mesin
Budidaya Tanaman;
423
15.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 58/Permentan/
OT.140/8/2007 tentang Pelaksanaan Sistem
Standardisasi Nasional di Bidang Pertanian;
16.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 75/Permentan/
OT.140/12/2007 tentang Alat dan Mesin Peternakan
dan Kesehatan Hewan;
Memperhatikan : Rumusan Workshop Pengelolaan Kelembagaan UPJA
di Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, tanggal 4-6
September 2006.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Usaha
Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA)
sebagaimana tercantum pada Lampiran sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
KEDUA : Pedoman sebagaimana dimaksud diktum KESATU
sebagai acuan bagi daerah dalam
menumbuhkembangkan UPJA.
KETIGA : Dengan ditetapkannya Peraturan ini, maka Petunjuk
atau Pedoman yang mengatur UPJA dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku lagi.
KEEMPAT : Peraturan ini mulai berlalku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 22 Mei 2008
MENTERI PERTANIAN,
ttd
ANTON APRIYANTONO.
424
SALINAN Peraturan ini disampaikan Kepada Yth.:
1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
2. Menteri Dalam Negeri;
3. Menteri Keuangan;
4. Menteri Perindustrian;
5. Menteri Perdagangan;
6. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara;
7. Gubernur Provinsi di Seluruh Indonesia;
8. Bupati/Walikota di seluruh Indonesia;
9. Pejabat Eselon I dilingkungan Departemen Pertanian;
10.Kepala Dinas yang membidangi fungsi Tanaman Pangan/Hortikultura/
Perkebunan/Peternakan Provinsi di Seluruh Indonesia;
11.Kepala Dinas yang membidangi fungsi Tanaman Pangan/Hortikultura/
Perkebunan/Peternakan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.
425
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR : 25/Permentan/PL.130/5/2008
TANGGAL : 22 Mei 2008
PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN
USAHA PELAYANAN JASA DAN MESIN PERTANIAN (UPJA)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) mempunyai peranan yang
sangat penting dan strategis dalam rangka mendukung pemenuhan
produksi pertanian yang terus meningkat sejalan dengan
pertambahan jumlah penduduk, menurunnya daya dukung lahan,
rendahnya intensitas pertanaman, dan kepemilikan alsintan secara
individu yang kurang menguntungkan. Hal ini mutlak diperlukan,
dikarenakan Alsintan dapat mempercepat dan meningkatkan mutu
pengolahan tanah, penyediaan air, meningkatkan intensitas
Pertanaman (IP), meningkatkan produktivitas ternak, mengurangi
kehilangan hasil, menjaga kesegaran dan keutuhan, meningkatkan
nilai tambah melalui pengolahan produk komoditas pertanian dan
melestarikan fungsi lingkungan.
Untuk itu, strategi pengembangan alsintan dalam rangka
pemanfaatan inovasi dan teknologi mekanisasi pertanian dengan
menumbuh dan mengembangkan sistem kelembagaan Usaha
Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), dengan pertimbangan : (1)
Kemampuan petani dalam mengolah lahan usahatani terbatas (0,5
ha/MT);
(2) Pengelolaan Alsintan secara perorangan kurang efisien; (3)
Tingkat pedidikan dan ketrampilan petani yang rendah; (4)
Kemampuan permodalan usahatani yang lemah; dan (5)
Pengelolaan usahatani yang tidak efisien. Sedangkan fungsi
utama kelembagaan UPJA yaitu melakukan kegiatan ekonomi
dalam bentuk pelayanan jasa alsintan dalam penanganan budidaya
seperti jasa penyiapan lahan dan pengolahan tanah, pemberian air
irigasi, penanaman, pemeliharaan; perlindungan tanaman termasuk
pengendalian kebakaran; maupun kegiatan panen, pasca panen
dan pengolahan hasil pertanian seperti jasa pemanenan,
perontokan, pengeringan dan penggilingan padi; termasuk
mendorong pengembangan produk dalam rangka peningkatan nilai
426
tambah, perluasan pasar, daya saing dan perbaikan kesejahteraan
petani.
Pendayagunaan alsintan melalui Usaha Pelayanan Jasa Alsintan
(UPJA) sudah dimulai sejak tahun 1996/1997 dengan membentuk
kelompok UPJA percontohan di 13 Provinsi (Daerah Istimewa
Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara
Barat), dan kemudian tanggal 2 Desember 1998, Departemen
Pertanian telah mengeluarkan Keputusan Direktur Jenderal
Tanaman Pangan dan Hortikultura Nomor I.HK.05098.71 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pendayagunaan dan Pengembangan Alat
dan Mesin Pertanian, dengan output (keluaran) yaitu
pengembangan penggunaan alsintan di kalangan masyarakat
tani/kelompoktani; tumbuhnya kelompok-kelompoktani; UPJA dan
bengkel pembuatan, perawatan dan perbaikan alsintan serta
berkembangnya sistem agribisnis dan agroindustri di perdesaan.
Namun demikian melalui instrument tersebut kelembagaan UPJA
belum berkembang sebagaimana yang diharapkan.
Seiring dengan perkembangan jumlah lembaga UPJA dan dalam
rangka optimalisasi pendayagunaan alsintan yang telah
dialokasikan baik melalui bantuan pemerintah, swasta dan
swadaya murni masyarakat tani, telah banyak diterbitkan petunjuk
dan pedoman. Berdasarkan laporan daerah jumlah lembaga UPJA
telah mencapai 42.843 unit. Data tersebut belum dapat
diklasifikasikan sesuai perkembangan dan kemampuan UPJA
mengelola alsintan, sehingga diperlukan batasan kemampuan
kelas UPJA dengan kriteria-kriteria tertentu.
Untuk itu agar UPJA dapat tumbuh dan berkembang sebagai
lembaga perekonomian di perdesaan dalam rangka mendukung
pengembangan usahatani, maka diperlukan acuan sebagai
pedoman untuk penumbuhan dan pengembangan UPJA di daerah.
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan UPJA
dimaksudkan sebagai bahan acuan bagi Pemerintah Daerah
dalam memfasilitasi tumbuh kembangnya kelembagaan UPJA
menujuke arah kelembagaan yang profesional di sentra
produksi pertanian yang berorientasi agribisnis dan agroindustri.
2. Tujuan
427
Tujuan penumbuhan dan pengembangan UPJA untuk
mendorong dan memotivasi perkembangan dan kemajuan
kinerja lembaga UPJA, meningkatkan dan mengoptimalkan
pemanfaatan alsintan dari aspek teknis, ekonomis, organisasi
dan aspek penunjang untuk menuju kearah UPJA profesional.
C. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup yang diatur dalam Pedoman UPJA meliputi
penumbuhan dan pengembangan UPJA.
D. Definisi
Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:
1. Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian yang
selanjutnya disebut UPJA adalah suatu lembaga ekonomi
perdesaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa dalam
rangka optimalisasi penggunaan alat dan mesin pertanian untuk
mendapatkan keuntungan usaha baik di dalam maupun di luar
kelompok tani/gapoktan.
2. Alat dan Mesin Pertanian yang selanjutnya disebut Alsintan
adalah peralatan yang dioperasikan tanpa atau dengan motor
penggerak untuk kegiatan budidaya, pemeliharaan, panen,
pasca penen, pengolahan hasil tanaman, peternakan dan
kesehatan hewan.
3. Sentra produksi atau sentra komoditas adalah suatu kawasan
yang mencapai skala ekonomi tertentu sehingga layak
dikembangkan sebagai satuan pengembangan agribisnis.
4. Kelompoktani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang
dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi
lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban
untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya.
5. Manajer UPJA adalah petani/pemuda tani yang memiliki
kemampuan mengelola alsintan dalam jumlah tertentu dengan
prinsip usaha (bisnis) yang menguntungkan.
6. UPJA Pemula adalah kelompok usaha pelayanan jasa alsintan
dalam rangka optimalisasi pengelolaan alat dan mesin
pertanian yang belum berkembang dikarenakan masih memiliki
jumlah alsintan 1-4 unit dan 1-2 jenis alsintan.
7. UPJA Berkembang adalah kelompok usaha pelayanan jasa
alsintan dalam rangka optimalisasi pengelolaan alat dan mesin
pertanian yang telah berkembang dengan jumlah alsintan yang
428
dimiliki 5-9 unit dan jenis alsintan 3-4 jenis dan telah memiliki
sistem organisasi lengkap.
8. UPJA Profesional adalah kelompok usaha pelayanan jasa
alsintan dalam pengelolaan alat dan mesin pertanian yang telah
optimal dan telah memiliki alsintan > 10 unit serta memiliki > 5
jenis alsintan.
II. PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN UPJA
Konsep dasar penumbuhan dan pengembangan UPJA ditetapkan
sebagai berikut:
A. Penumbuhan UPJA
Penumbuhan UPJA dilaksanakan pada wilayah kawasan,
agribisnis atau wilayah pengembangan kawasan agribisnis yang
belum terbentuk UPJA, mempunyai masalah keterbatasan tenaga
kerja dari penanganan hasil panen serta membutuhkan alsintan
sebagai solusinya. Penumbuhan UPJA diinisiasi melalui
musyawarah kelompoktani dengan tokoh masyarakat.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penumbuhan UPJA
sebagai berikut:
1. Identifikasi Wilayah
Kegiatan identifikasi wilayah merupakan kegiatan pengumpulan
data luas wilayah, kondisi spesifik lokasi, jenis dan jumlah
alsintan yang tersedia, dan ada tidaknya UPJA yang beroprasi
di daerah tersebut, serta potensi kebutuhan alsintan.
2. Pengorganisasian UPJA
Organisasi UPJA harus mempunyai struktur organisasi lengkap
(manajer, petugas administrasi, operator dan teknis) yang
disahkan oleh Bupati/Walikota dalam hal ini Kepala Dinas
Lingkup Pertanian.
3. Pelatihan
Pelatihan Sumberdaya Manusia UPJA, dan ujicoba
pendayagunaan alsintan dilakukan setelah alsintan
didistribusikan, dan untuk ini peran Dinas yang membidangi
fungsi Tanaman Pangan/Hortikultura/Perkebunan dan/atau
Peternakan, Provinsi/Kabupaten/Kota sangat menentukan
keberhasilannya. Melalui pelatihan ini diharapkan dapat
dihasilkan Sumberdaya Manusia UPJA yang profesional.
429
B. Pengembangan UPJA
1. Hakekat pengembangan UPJA untuk membangun sistem
kelembagaan UPJA di sentra produksi pertanian yang belum
berkembang (jumlah dan jenis alsintan) ke arah dan
berorientasi bisnis yang ditandai dengan memperoleh
keuntungan usaha (profit making), dikelola berdasarkan skala
ekonomi (economic of scale), berorientasi pasar (market
oriented) serta didukung sumberdaya manusia profesional.
2. Sistem pengembangan UPJA meliputi berbagai subsistem dari
kelembagaan ekonomi yang bekerja secara sinergik. Subsistem
dimaksud meliputi :
a. Pelayanan jasa alsintan dalam bentuk kelembagaan
kelompok UPJA.
b. Penyediaan alsintan, suku cadang, pelayanan perbaikan,
dalam bentuk kelembagaan produsen alsintan, usaha
perbengkelan/pengrajin alsintan dan sebagainya.
c. Pengguna jasa alsintan dalam bentuk kelembagaan
usahatani, petani/kelompoktani dan Perhimpunan Petani
Pemakai Air (P3A).
d. Permodalan dan pendanaan dalam bentuk kelembagaan
perbankan atau lembaga keuangan non Bank.
e. Pembinaan dan pengendalian, berupa kelembagaan
aparatur pemerintah dan kelembagaan penyuluh.
Sistem usaha pelayanan jasa alsintan secara sinergik dalam
subsistem kelembagaan UPJA, sebagaimana tercantum pada
Lampiran I Pedoman ini.
3. Secara teknis pengembangan UPJA di perdesaan diarahkan
untuk :
a. Mengoptimalisasikan penggunaan alsintan dan
mempercepat alih teknologi alsintan kepada masyarakat
pertanian di perdesaan;
b. Meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dalam satu satuan
waktu pada luasan tertentu.
c. Mendukung pemanfaatan air irigasi bagi tanaman.
d. Mendukung Pelayanan Pengendalian Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT).
e. Meningkatkan produktivitas ternak.
f. Mempercepat dan meningkatkan mutu pengolahan tanah,
mengurangi kehilangan hasil panen, meningkatkan mutu
dan pengolahan hasil serta meningkatkan efisiensi produksi.
g. Melestarikan fungsi lingkungan.
430
h. Mengatasi kekurangan tenaga kerja dan menciptakan
lapangan kerja baru di perdesaan guna menarik minat
tenaga kerja muda.
i. Menumbuh-kembangkan kelembagaan bisnis yang terkait
dengan pengembangan sistem agribisnis di perdesaan.
4. Dalam menentukan tingkat kemampuan UPJA, perlu ditentukan
kelas UPJA dengan memperhatikan Aspek Teknis, Organisasi,
Ekonomi dan Aspek Penunjang:
a. Aspek Teknis meliputi jenis, jumlah, kondisi alsintan, gudang
dan bengkel alsintan;
b. Aspek Organisasi meliputi legalitas dan struktur organisasi
termasuk kelengkapan pembukuan UPJA.
c. Aspek Ekonomi meliputi penambahan jumlah alsintan,
sumber pendanaan serta penambahan jumlah pelanggan
dan jumlah pelanggan dan jangkuan wilayah pelayanan.
d. Aspek Penunjang meliputi cara memperoleh pelayanan jasa
UPJA, jadual pelayanan operasional UPJA dan jumlah
petani anggota kelompoktani yang membutuhkan jasa
pelayanan UPJA.
5. UPJA harus dapat memberikan keuntungan secara ekonomis,
maka pengelolaan UPJA perlu berorientasi bisnis yang dikelola
secara profesional.
UPJA Profesional mempunyai persyaratan sebagai berikut:
a. Mempunyai organisasi yang lengkap meliputi manajer,
tenaga teknis operator, tenaga administrasi (administrasi
umum dan keuangan).
b. Adanya kemitraan usaha antara kelompok tani atau
gapoktan, perusahaan alsintan, bengkel/pengrajin untuk
perawatan, perbaikan dan penyediaan suku cadang, serta
distributor/penyalur alsintan dan suku cadang.
c. Jumlah dan jenis alsintan (hulu, on farm dan hilir)
pemanfaatannya secara optimal dan memenuhi skala
ekonomi.
d. Mampu mengakses ke sumber pendanaan alsintan.
e. Adanya pelatihan dan peningkatan kemampuan dan
keterampilan teknis dan manajemen.
f. Mempunyai kemampuan mengelola alsintan secara
profesional dengan sumberdaya manusia yang terlatih dan
berorientasi pada keuntungan.
g. Kelembagaan telah berbadan hukum dan mempunyai
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
431
h. Adanya mutu pelayanan yang baik dengan dukungan sarana
penyimpanan alsintan dan kantor.
6. Pembinaan dari instansi terkait dengan tujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan
sikap positif terhadap pengembangan UPJA. Sasaran
pembinaan UPJA dilakukan secara terpadu terhadap
sumberdaya manusia aparatur (penyuluh dan petugas),
kelompok tani pengguna jasa, kelompok penyedia jasa UPJA,
pengusaha penyedia alsintan dan suku cadang serta
pengusaha yang menjadi sumber permodalan. Metode
pembinaan yang digunakan disesuaikan dengan “kondisi
spesifik lokasi” dengan materi pembinaan (khusus di tingkat
lapangan) yang meliputi aspek teknis, bisnis, dan manajemen.
7. Untuk mendorong dan memotivasi pertumbuhan dan
perkembangan kelas kelembagaan UPJA dilakukan evaluasi
kondisi UPJA sebagaimana diagram dibawah ini, dan untuk
menentukan tingkat kemampuaanya dalam mengelola alsintan
dengan memberikan sertifikat sesuai kelasnya dari
Bupati/Walikota atas usulan Kepala Dinas lingkup Pertanian
Kabupaten/Kota.
Tanda khusus kelas UPJA tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Papan Nama UPJA sebagaimana tercantum pada
Lampiran 2 Pedoman ini.
b. Surat Keterangan Sertifikat Kelas UPJA dari
Bupati/Walikota sebagaimana tercantum pada Lampiran
3 Pedoman ini.
432
Diagram evaluasi untuk peningkatan kelas UPJA sebagai
berikut:
Sedangkan matrik klasifikasi Kelembagaan UPJA Pemula,
Berkembang dan Profesional sebagimana tercantum pada
Lampiran 4 Pedoman ini.
Pembinaan UPJA dilaksanakan oleh unit kerja pemerintah
baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. Di
tingkat pusat dibentuk Tim Pendayagunaan dan
Pengembangan Alsintan yang bertugas menyusun
perencanaan dan mengkoordinasikan pendayagunaan
alsintan, merumuskan petunjuk dan upaya optimalisasi
pendayagunaan alsintan (melalui UPJA). Di daerah,
melakukan pembinaan, monitoring, supervisi dan evaluasi
pendayagunaan alsintan.
UPJA IDENTIFIKASI
PELATIHAN
EVALUASI
Manajemen
Teknis, Ekonomi
KELAS TIDAK
MENINGIKAT
PENINGKATAN
KELAS
433
III. PENUTUP
Pengelolaan dan Pendayagunaan alat dan mesin pertanian melalui
kelembagaan UPJA akan memberikan hasil yang optimal apabila
dikelola secara bisnis dengan mempertahatikan aspek teknis,
organisasi, ekonomi, lingkungan dan aspek pendukung.
Kelembagaan alsintan yang telah ada agar terus dikembangkan
menjadi UPJA yang profesional serta mampu memberikan andil dalam
mengembangkan lembaga ekonomi di perdesaan sebagai upaya untuk
meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan petani.
MENTERI PERTANIAN,
ttd
ANTON APRIYANTONO
434
LAMPIRAN 4
MATRIK KLASIFIKASI KELEMBAGAAN UPJA
URAIAN PEMULA BERKEMBANG PROFESIONAL
ORGANISASI
Legalitas:
- AD/ART
Struktur Organisasi
- Manajer
- Petugas Adm
- Teknisi
- Operator
Asosiasi UPJA
Pertemuan Rutin UPJA
TEKNIS
Jenis Alsintan yg
dikelola
Jumlah Alsintan yg
dikelola
Gudang penyimpanan
Alsintan
Kondisi Alsintan
Bengkel Alsintan Milik
UPJA
Pelatihan-Pelatihan :
- Manager
- Petugas Administrasi
- Operator
EKONOMI
Penambahan Alsintan
Sumber biaya
penambahan
Alsintan
Penambahan
pelanggan
Belum Ada
Ada
Belum Ada
Belum Ada
Ada
Belum Jadi
Anggota
Belum Ada
1 – 2 Jenis
1 – 4 Unit
Belum Ada
Terawat
Belum Ada
Belum
Belum
Belum
Belum
Swadaya
Belum Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Anggota, Pasif
Sewaktu-Waktu
3 – 4 Jenis
5 – 9 Unit
Ada
Terawat
Belum Ada
Sudah
Belum
Sudah
Sudah
Swadaya, Bank
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Anggota Aktif
Rutin
≥ 5 Jenis
≥ 10 Unit
Ada
Terawat
Ada, Kemitraan
Sudah
Sudah
Sudah
Sudah
Swadaya, Bank
Ada

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum tataniaga pertanian
Laporan praktikum tataniaga pertanianLaporan praktikum tataniaga pertanian
Laporan praktikum tataniaga pertanianAef Saepul Anwar
 
Pengelolaan alsintan pandih batu (yuti)
Pengelolaan alsintan   pandih batu (yuti)Pengelolaan alsintan   pandih batu (yuti)
Pengelolaan alsintan pandih batu (yuti)Syahyuti Si-Buyuang
 
Bingkai workshop 28 des 20 (yuti)
Bingkai workshop 28 des 20 (yuti)Bingkai workshop 28 des 20 (yuti)
Bingkai workshop 28 des 20 (yuti)Syahyuti Si-Buyuang
 
MODEL PENYULUHAN DI FOOD ESTATE SECARA BERKELANJUTAN
MODEL PENYULUHAN DI FOOD ESTATE SECARA BERKELANJUTANMODEL PENYULUHAN DI FOOD ESTATE SECARA BERKELANJUTAN
MODEL PENYULUHAN DI FOOD ESTATE SECARA BERKELANJUTANNazaruddin Margolang
 
Rancangan korporasi petani cikedung (yuti)
Rancangan korporasi petani cikedung (yuti)Rancangan korporasi petani cikedung (yuti)
Rancangan korporasi petani cikedung (yuti)Syahyuti Si-Buyuang
 
Presentasi tim kep 10 des 2020 (yuti)
Presentasi tim kep   10 des 2020 (yuti)Presentasi tim kep   10 des 2020 (yuti)
Presentasi tim kep 10 des 2020 (yuti)Syahyuti Si-Buyuang
 
Laporan mekanisasi pertanian
Laporan mekanisasi pertanianLaporan mekanisasi pertanian
Laporan mekanisasi pertanianedhie noegroho
 
Laporan praktikum acara 5 pay
Laporan praktikum acara 5 payLaporan praktikum acara 5 pay
Laporan praktikum acara 5 payNilna Arohmah
 
Perkembangan demfarm januari 2021
Perkembangan demfarm   januari 2021Perkembangan demfarm   januari 2021
Perkembangan demfarm januari 2021Syahyuti Si-Buyuang
 
Rancangan korporasi petani batur (yuti)
Rancangan korporasi petani batur (yuti)Rancangan korporasi petani batur (yuti)
Rancangan korporasi petani batur (yuti)Syahyuti Si-Buyuang
 
Rancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahah
Rancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahahRancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahah
Rancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahahSandi Purnama Jaya
 
Proposal Budidaya Penggemukan ternak Sapi
Proposal Budidaya Penggemukan ternak SapiProposal Budidaya Penggemukan ternak Sapi
Proposal Budidaya Penggemukan ternak SapiZul Rapi
 
Rancangan kelembagaan unggas (yuti)
Rancangan kelembagaan unggas (yuti)Rancangan kelembagaan unggas (yuti)
Rancangan kelembagaan unggas (yuti)Syahyuti Si-Buyuang
 

What's hot (20)

Laporan praktikum tataniaga pertanian
Laporan praktikum tataniaga pertanianLaporan praktikum tataniaga pertanian
Laporan praktikum tataniaga pertanian
 
2 disertasi (syahyuti)
2   disertasi (syahyuti)2   disertasi (syahyuti)
2 disertasi (syahyuti)
 
Pengelolaan alsintan pandih batu (yuti)
Pengelolaan alsintan   pandih batu (yuti)Pengelolaan alsintan   pandih batu (yuti)
Pengelolaan alsintan pandih batu (yuti)
 
Bingkai workshop 28 des 20 (yuti)
Bingkai workshop 28 des 20 (yuti)Bingkai workshop 28 des 20 (yuti)
Bingkai workshop 28 des 20 (yuti)
 
Proposal pengembangan agroindunstri mete
Proposal pengembangan agroindunstri meteProposal pengembangan agroindunstri mete
Proposal pengembangan agroindunstri mete
 
MODEL PENYULUHAN DI FOOD ESTATE SECARA BERKELANJUTAN
MODEL PENYULUHAN DI FOOD ESTATE SECARA BERKELANJUTANMODEL PENYULUHAN DI FOOD ESTATE SECARA BERKELANJUTAN
MODEL PENYULUHAN DI FOOD ESTATE SECARA BERKELANJUTAN
 
Rancangan korporasi petani cikedung (yuti)
Rancangan korporasi petani cikedung (yuti)Rancangan korporasi petani cikedung (yuti)
Rancangan korporasi petani cikedung (yuti)
 
Proposal domba-duleh
Proposal domba-dulehProposal domba-duleh
Proposal domba-duleh
 
Presentasi tim kep 10 des 2020 (yuti)
Presentasi tim kep   10 des 2020 (yuti)Presentasi tim kep   10 des 2020 (yuti)
Presentasi tim kep 10 des 2020 (yuti)
 
Laporan mekanisasi pertanian
Laporan mekanisasi pertanianLaporan mekanisasi pertanian
Laporan mekanisasi pertanian
 
Laporan praktikum acara 5 pay
Laporan praktikum acara 5 payLaporan praktikum acara 5 pay
Laporan praktikum acara 5 pay
 
Perkembangan demfarm januari 2021
Perkembangan demfarm   januari 2021Perkembangan demfarm   januari 2021
Perkembangan demfarm januari 2021
 
Rancangan korporasi petani batur (yuti)
Rancangan korporasi petani batur (yuti)Rancangan korporasi petani batur (yuti)
Rancangan korporasi petani batur (yuti)
 
Rancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahah
Rancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahahRancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahah
Rancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahah
 
Proposal Budidaya Penggemukan ternak Sapi
Proposal Budidaya Penggemukan ternak SapiProposal Budidaya Penggemukan ternak Sapi
Proposal Budidaya Penggemukan ternak Sapi
 
Pkm k
Pkm kPkm k
Pkm k
 
Tool kelembagaan bp2 tp (yuti)
Tool kelembagaan bp2 tp (yuti)Tool kelembagaan bp2 tp (yuti)
Tool kelembagaan bp2 tp (yuti)
 
Kelembagaan rawa lebak (yuti)
Kelembagaan rawa lebak (yuti)Kelembagaan rawa lebak (yuti)
Kelembagaan rawa lebak (yuti)
 
Succes Story Transfer Prima Tani
Succes Story Transfer Prima TaniSucces Story Transfer Prima Tani
Succes Story Transfer Prima Tani
 
Rancangan kelembagaan unggas (yuti)
Rancangan kelembagaan unggas (yuti)Rancangan kelembagaan unggas (yuti)
Rancangan kelembagaan unggas (yuti)
 

Similar to Permentan 25-08

Permentan No.82 Tahun 2013 ttg kel tani.pdf
Permentan No.82 Tahun 2013 ttg kel tani.pdfPermentan No.82 Tahun 2013 ttg kel tani.pdf
Permentan No.82 Tahun 2013 ttg kel tani.pdfbp3kSebulu
 
Permentan no.82 tahun 2013
Permentan no.82 tahun 2013Permentan no.82 tahun 2013
Permentan no.82 tahun 2013Andrew Hutabarat
 
Permentan no.82 tahun 2013
Permentan no.82 tahun 2013Permentan no.82 tahun 2013
Permentan no.82 tahun 2013Misbahul-Munir
 
Permentan 13_2011.pdf
Permentan 13_2011.pdfPermentan 13_2011.pdf
Permentan 13_2011.pdfAldiRahayu6
 
Fasilitasi unit pemasaran poktan gapoktan
Fasilitasi unit pemasaran poktan gapoktanFasilitasi unit pemasaran poktan gapoktan
Fasilitasi unit pemasaran poktan gapoktanedi purnomo
 
SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DI LOKASI FOOD ESTATE
SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DI LOKASI FOOD ESTATESISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DI LOKASI FOOD ESTATE
SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DI LOKASI FOOD ESTATENazaruddin Margolang
 
Permentan sistem manajemen informasi penyuluhan pertanian
Permentan sistem manajemen informasi penyuluhan pertanianPermentan sistem manajemen informasi penyuluhan pertanian
Permentan sistem manajemen informasi penyuluhan pertanianPT. Astra Graphia Tbk
 
Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok Tani
Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok TaniPetunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok Tani
Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok TaniMuliadin Forester
 
Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015
Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015
Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015ignasius dh purba
 
elearning_66_5d95a6511ec8c.pdf
elearning_66_5d95a6511ec8c.pdfelearning_66_5d95a6511ec8c.pdf
elearning_66_5d95a6511ec8c.pdfsilviagusnita2
 
Proposal bantuan kapal motor
Proposal bantuan kapal motorProposal bantuan kapal motor
Proposal bantuan kapal motorcibenk langsa
 
Profil dinas pertanian kabupaten buru bappeda boyke
Profil dinas pertanian kabupaten buru bappeda boykeProfil dinas pertanian kabupaten buru bappeda boyke
Profil dinas pertanian kabupaten buru bappeda boykePertanianburu
 

Similar to Permentan 25-08 (20)

Permentan No.82 Tahun 2013 ttg kel tani.pdf
Permentan No.82 Tahun 2013 ttg kel tani.pdfPermentan No.82 Tahun 2013 ttg kel tani.pdf
Permentan No.82 Tahun 2013 ttg kel tani.pdf
 
Permentan no.82 tahun 2013
Permentan no.82 tahun 2013Permentan no.82 tahun 2013
Permentan no.82 tahun 2013
 
Permentan no.82 tahun 2013
Permentan no.82 tahun 2013Permentan no.82 tahun 2013
Permentan no.82 tahun 2013
 
Permentan 13_2011.pdf
Permentan 13_2011.pdfPermentan 13_2011.pdf
Permentan 13_2011.pdf
 
PERMENTA NO.67 2016.pdf
PERMENTA NO.67 2016.pdfPERMENTA NO.67 2016.pdf
PERMENTA NO.67 2016.pdf
 
Sos dak 2012 pertanian
Sos dak 2012   pertanianSos dak 2012   pertanian
Sos dak 2012 pertanian
 
Fasilitasi unit pemasaran poktan gapoktan
Fasilitasi unit pemasaran poktan gapoktanFasilitasi unit pemasaran poktan gapoktan
Fasilitasi unit pemasaran poktan gapoktan
 
SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DI LOKASI FOOD ESTATE
SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DI LOKASI FOOD ESTATESISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DI LOKASI FOOD ESTATE
SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DI LOKASI FOOD ESTATE
 
Permentan sistem manajemen informasi penyuluhan pertanian
Permentan sistem manajemen informasi penyuluhan pertanianPermentan sistem manajemen informasi penyuluhan pertanian
Permentan sistem manajemen informasi penyuluhan pertanian
 
Laporan pkl yuk piks 2
Laporan pkl yuk piks 2Laporan pkl yuk piks 2
Laporan pkl yuk piks 2
 
Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok Tani
Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok TaniPetunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok Tani
Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok Tani
 
Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015
Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015
Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015
 
elearning_66_5d95a6511ec8c.pdf
elearning_66_5d95a6511ec8c.pdfelearning_66_5d95a6511ec8c.pdf
elearning_66_5d95a6511ec8c.pdf
 
Lakip bptp sumsel 2011
Lakip bptp sumsel 2011Lakip bptp sumsel 2011
Lakip bptp sumsel 2011
 
Proposal bantuan kapal motor
Proposal bantuan kapal motorProposal bantuan kapal motor
Proposal bantuan kapal motor
 
Profil dinas pertanian kabupaten buru bappeda boyke
Profil dinas pertanian kabupaten buru bappeda boykeProfil dinas pertanian kabupaten buru bappeda boyke
Profil dinas pertanian kabupaten buru bappeda boyke
 
Sk spp 2016 2
Sk spp 2016 2Sk spp 2016 2
Sk spp 2016 2
 
Laporan akhir 2014 bptp sumsel.1
Laporan akhir 2014 bptp sumsel.1Laporan akhir 2014 bptp sumsel.1
Laporan akhir 2014 bptp sumsel.1
 
Laphir bptp sumsel ta 2016
Laphir bptp sumsel ta 2016 Laphir bptp sumsel ta 2016
Laphir bptp sumsel ta 2016
 
Pedoman pelaksanaan-spi
Pedoman pelaksanaan-spiPedoman pelaksanaan-spi
Pedoman pelaksanaan-spi
 

More from Ismed Nur

Qanun bmd bireuen nomor-1-tahun-2013
Qanun bmd bireuen  nomor-1-tahun-2013Qanun bmd bireuen  nomor-1-tahun-2013
Qanun bmd bireuen nomor-1-tahun-2013Ismed Nur
 
Peraturan kepala-bpn-ri-nomor-2-tahun-2011
Peraturan kepala-bpn-ri-nomor-2-tahun-2011Peraturan kepala-bpn-ri-nomor-2-tahun-2011
Peraturan kepala-bpn-ri-nomor-2-tahun-2011Ismed Nur
 
Perka lkpp ttg ulp
Perka lkpp ttg ulpPerka lkpp ttg ulp
Perka lkpp ttg ulpIsmed Nur
 
Permendagri nomor-21-tahun-2011
Permendagri nomor-21-tahun-2011Permendagri nomor-21-tahun-2011
Permendagri nomor-21-tahun-2011Ismed Nur
 
Buletin teknis-18-penyusutan-fin
Buletin teknis-18-penyusutan-finBuletin teknis-18-penyusutan-fin
Buletin teknis-18-penyusutan-finIsmed Nur
 
Billing rate-konsultan -20091008141045__2178__0_2
Billing rate-konsultan -20091008141045__2178__0_2Billing rate-konsultan -20091008141045__2178__0_2
Billing rate-konsultan -20091008141045__2178__0_2Ismed Nur
 
Menkeu 52 2006
Menkeu 52 2006Menkeu 52 2006
Menkeu 52 2006Ismed Nur
 
Peraturan kepala-bpn-ri-nomor-5-tahun-2012
Peraturan kepala-bpn-ri-nomor-5-tahun-2012Peraturan kepala-bpn-ri-nomor-5-tahun-2012
Peraturan kepala-bpn-ri-nomor-5-tahun-2012Ismed Nur
 
Bultek 13-akuntansi-hibah(1)
Bultek 13-akuntansi-hibah(1)Bultek 13-akuntansi-hibah(1)
Bultek 13-akuntansi-hibah(1)Ismed Nur
 

More from Ismed Nur (10)

Qanun bmd bireuen nomor-1-tahun-2013
Qanun bmd bireuen  nomor-1-tahun-2013Qanun bmd bireuen  nomor-1-tahun-2013
Qanun bmd bireuen nomor-1-tahun-2013
 
Peraturan kepala-bpn-ri-nomor-2-tahun-2011
Peraturan kepala-bpn-ri-nomor-2-tahun-2011Peraturan kepala-bpn-ri-nomor-2-tahun-2011
Peraturan kepala-bpn-ri-nomor-2-tahun-2011
 
Perka lkpp ttg ulp
Perka lkpp ttg ulpPerka lkpp ttg ulp
Perka lkpp ttg ulp
 
Permendagri nomor-21-tahun-2011
Permendagri nomor-21-tahun-2011Permendagri nomor-21-tahun-2011
Permendagri nomor-21-tahun-2011
 
Buletin teknis-18-penyusutan-fin
Buletin teknis-18-penyusutan-finBuletin teknis-18-penyusutan-fin
Buletin teknis-18-penyusutan-fin
 
Billing rate-konsultan -20091008141045__2178__0_2
Billing rate-konsultan -20091008141045__2178__0_2Billing rate-konsultan -20091008141045__2178__0_2
Billing rate-konsultan -20091008141045__2178__0_2
 
Bahpl 4
Bahpl 4Bahpl 4
Bahpl 4
 
Menkeu 52 2006
Menkeu 52 2006Menkeu 52 2006
Menkeu 52 2006
 
Peraturan kepala-bpn-ri-nomor-5-tahun-2012
Peraturan kepala-bpn-ri-nomor-5-tahun-2012Peraturan kepala-bpn-ri-nomor-5-tahun-2012
Peraturan kepala-bpn-ri-nomor-5-tahun-2012
 
Bultek 13-akuntansi-hibah(1)
Bultek 13-akuntansi-hibah(1)Bultek 13-akuntansi-hibah(1)
Bultek 13-akuntansi-hibah(1)
 

Permentan 25-08

  • 1. 421 PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa alat mesin pertanian (alsintan) mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam mencapai tujuan pembangunan pertanian melalui penanganan budidaya, panen, pasca panen dan pengolahan hasil pertanian; b. bahwa untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian telah tumbuh Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian; c. bahwa atas dasar hal-hal tersebut di atas dan untuk memperkuat serta memantapkan Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian sebagai salah satu lembaga ekonomi perdesaan, dipandang perlu menetapkan Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824); 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
  • 2. 422 4. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2001 tentang Alat dan Mesin Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4157); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 6. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu; 7. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia juncto Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005; 8. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementrian Negara Republik Indonesia; 9. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 400/Kpts/ OT.160/8/2003 tentang Tim Teknis dan Sertifikasi Alat dan Mesin Pertanian; 10.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/ OT.140/7/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11/Permentan/OT.140/2/2007; 11.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpts/ OT.210/9/2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 12/Permentan/ OT.140/2/2007; 12.Keputusan Menteri Pertanian Nomor 391/Kpts/ OT.160/6/2006 tentang Komisi Pengembangan Mekanisasi Pertanian; 13.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65/Permentan/ OT.140/12/2006 tentang Pedoman Pengawasan Pengadaan, Peredaran dan Penggunaan Alat dan/atau Mesin Pertanian; 14.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 05/Permentan/ OT.140/1/2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pengujian dan Pemberian Sertifikasi Alat dan Mesin Budidaya Tanaman;
  • 3. 423 15.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 58/Permentan/ OT.140/8/2007 tentang Pelaksanaan Sistem Standardisasi Nasional di Bidang Pertanian; 16.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 75/Permentan/ OT.140/12/2007 tentang Alat dan Mesin Peternakan dan Kesehatan Hewan; Memperhatikan : Rumusan Workshop Pengelolaan Kelembagaan UPJA di Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, tanggal 4-6 September 2006. MEMUTUSKAN : Menetapkan : KESATU : Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA) sebagaimana tercantum pada Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini. KEDUA : Pedoman sebagaimana dimaksud diktum KESATU sebagai acuan bagi daerah dalam menumbuhkembangkan UPJA. KETIGA : Dengan ditetapkannya Peraturan ini, maka Petunjuk atau Pedoman yang mengatur UPJA dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. KEEMPAT : Peraturan ini mulai berlalku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 22 Mei 2008 MENTERI PERTANIAN, ttd ANTON APRIYANTONO.
  • 4. 424 SALINAN Peraturan ini disampaikan Kepada Yth.: 1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 2. Menteri Dalam Negeri; 3. Menteri Keuangan; 4. Menteri Perindustrian; 5. Menteri Perdagangan; 6. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara; 7. Gubernur Provinsi di Seluruh Indonesia; 8. Bupati/Walikota di seluruh Indonesia; 9. Pejabat Eselon I dilingkungan Departemen Pertanian; 10.Kepala Dinas yang membidangi fungsi Tanaman Pangan/Hortikultura/ Perkebunan/Peternakan Provinsi di Seluruh Indonesia; 11.Kepala Dinas yang membidangi fungsi Tanaman Pangan/Hortikultura/ Perkebunan/Peternakan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.
  • 5. 425 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 25/Permentan/PL.130/5/2008 TANGGAL : 22 Mei 2008 PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA DAN MESIN PERTANIAN (UPJA) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam rangka mendukung pemenuhan produksi pertanian yang terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, menurunnya daya dukung lahan, rendahnya intensitas pertanaman, dan kepemilikan alsintan secara individu yang kurang menguntungkan. Hal ini mutlak diperlukan, dikarenakan Alsintan dapat mempercepat dan meningkatkan mutu pengolahan tanah, penyediaan air, meningkatkan intensitas Pertanaman (IP), meningkatkan produktivitas ternak, mengurangi kehilangan hasil, menjaga kesegaran dan keutuhan, meningkatkan nilai tambah melalui pengolahan produk komoditas pertanian dan melestarikan fungsi lingkungan. Untuk itu, strategi pengembangan alsintan dalam rangka pemanfaatan inovasi dan teknologi mekanisasi pertanian dengan menumbuh dan mengembangkan sistem kelembagaan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), dengan pertimbangan : (1) Kemampuan petani dalam mengolah lahan usahatani terbatas (0,5 ha/MT); (2) Pengelolaan Alsintan secara perorangan kurang efisien; (3) Tingkat pedidikan dan ketrampilan petani yang rendah; (4) Kemampuan permodalan usahatani yang lemah; dan (5) Pengelolaan usahatani yang tidak efisien. Sedangkan fungsi utama kelembagaan UPJA yaitu melakukan kegiatan ekonomi dalam bentuk pelayanan jasa alsintan dalam penanganan budidaya seperti jasa penyiapan lahan dan pengolahan tanah, pemberian air irigasi, penanaman, pemeliharaan; perlindungan tanaman termasuk pengendalian kebakaran; maupun kegiatan panen, pasca panen dan pengolahan hasil pertanian seperti jasa pemanenan, perontokan, pengeringan dan penggilingan padi; termasuk mendorong pengembangan produk dalam rangka peningkatan nilai
  • 6. 426 tambah, perluasan pasar, daya saing dan perbaikan kesejahteraan petani. Pendayagunaan alsintan melalui Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) sudah dimulai sejak tahun 1996/1997 dengan membentuk kelompok UPJA percontohan di 13 Provinsi (Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat), dan kemudian tanggal 2 Desember 1998, Departemen Pertanian telah mengeluarkan Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura Nomor I.HK.05098.71 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendayagunaan dan Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian, dengan output (keluaran) yaitu pengembangan penggunaan alsintan di kalangan masyarakat tani/kelompoktani; tumbuhnya kelompok-kelompoktani; UPJA dan bengkel pembuatan, perawatan dan perbaikan alsintan serta berkembangnya sistem agribisnis dan agroindustri di perdesaan. Namun demikian melalui instrument tersebut kelembagaan UPJA belum berkembang sebagaimana yang diharapkan. Seiring dengan perkembangan jumlah lembaga UPJA dan dalam rangka optimalisasi pendayagunaan alsintan yang telah dialokasikan baik melalui bantuan pemerintah, swasta dan swadaya murni masyarakat tani, telah banyak diterbitkan petunjuk dan pedoman. Berdasarkan laporan daerah jumlah lembaga UPJA telah mencapai 42.843 unit. Data tersebut belum dapat diklasifikasikan sesuai perkembangan dan kemampuan UPJA mengelola alsintan, sehingga diperlukan batasan kemampuan kelas UPJA dengan kriteria-kriteria tertentu. Untuk itu agar UPJA dapat tumbuh dan berkembang sebagai lembaga perekonomian di perdesaan dalam rangka mendukung pengembangan usahatani, maka diperlukan acuan sebagai pedoman untuk penumbuhan dan pengembangan UPJA di daerah. B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan UPJA dimaksudkan sebagai bahan acuan bagi Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi tumbuh kembangnya kelembagaan UPJA menujuke arah kelembagaan yang profesional di sentra produksi pertanian yang berorientasi agribisnis dan agroindustri. 2. Tujuan
  • 7. 427 Tujuan penumbuhan dan pengembangan UPJA untuk mendorong dan memotivasi perkembangan dan kemajuan kinerja lembaga UPJA, meningkatkan dan mengoptimalkan pemanfaatan alsintan dari aspek teknis, ekonomis, organisasi dan aspek penunjang untuk menuju kearah UPJA profesional. C. Ruang Lingkup Ruang Lingkup yang diatur dalam Pedoman UPJA meliputi penumbuhan dan pengembangan UPJA. D. Definisi Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian yang selanjutnya disebut UPJA adalah suatu lembaga ekonomi perdesaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa dalam rangka optimalisasi penggunaan alat dan mesin pertanian untuk mendapatkan keuntungan usaha baik di dalam maupun di luar kelompok tani/gapoktan. 2. Alat dan Mesin Pertanian yang selanjutnya disebut Alsintan adalah peralatan yang dioperasikan tanpa atau dengan motor penggerak untuk kegiatan budidaya, pemeliharaan, panen, pasca penen, pengolahan hasil tanaman, peternakan dan kesehatan hewan. 3. Sentra produksi atau sentra komoditas adalah suatu kawasan yang mencapai skala ekonomi tertentu sehingga layak dikembangkan sebagai satuan pengembangan agribisnis. 4. Kelompoktani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya. 5. Manajer UPJA adalah petani/pemuda tani yang memiliki kemampuan mengelola alsintan dalam jumlah tertentu dengan prinsip usaha (bisnis) yang menguntungkan. 6. UPJA Pemula adalah kelompok usaha pelayanan jasa alsintan dalam rangka optimalisasi pengelolaan alat dan mesin pertanian yang belum berkembang dikarenakan masih memiliki jumlah alsintan 1-4 unit dan 1-2 jenis alsintan. 7. UPJA Berkembang adalah kelompok usaha pelayanan jasa alsintan dalam rangka optimalisasi pengelolaan alat dan mesin pertanian yang telah berkembang dengan jumlah alsintan yang
  • 8. 428 dimiliki 5-9 unit dan jenis alsintan 3-4 jenis dan telah memiliki sistem organisasi lengkap. 8. UPJA Profesional adalah kelompok usaha pelayanan jasa alsintan dalam pengelolaan alat dan mesin pertanian yang telah optimal dan telah memiliki alsintan > 10 unit serta memiliki > 5 jenis alsintan. II. PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN UPJA Konsep dasar penumbuhan dan pengembangan UPJA ditetapkan sebagai berikut: A. Penumbuhan UPJA Penumbuhan UPJA dilaksanakan pada wilayah kawasan, agribisnis atau wilayah pengembangan kawasan agribisnis yang belum terbentuk UPJA, mempunyai masalah keterbatasan tenaga kerja dari penanganan hasil panen serta membutuhkan alsintan sebagai solusinya. Penumbuhan UPJA diinisiasi melalui musyawarah kelompoktani dengan tokoh masyarakat. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penumbuhan UPJA sebagai berikut: 1. Identifikasi Wilayah Kegiatan identifikasi wilayah merupakan kegiatan pengumpulan data luas wilayah, kondisi spesifik lokasi, jenis dan jumlah alsintan yang tersedia, dan ada tidaknya UPJA yang beroprasi di daerah tersebut, serta potensi kebutuhan alsintan. 2. Pengorganisasian UPJA Organisasi UPJA harus mempunyai struktur organisasi lengkap (manajer, petugas administrasi, operator dan teknis) yang disahkan oleh Bupati/Walikota dalam hal ini Kepala Dinas Lingkup Pertanian. 3. Pelatihan Pelatihan Sumberdaya Manusia UPJA, dan ujicoba pendayagunaan alsintan dilakukan setelah alsintan didistribusikan, dan untuk ini peran Dinas yang membidangi fungsi Tanaman Pangan/Hortikultura/Perkebunan dan/atau Peternakan, Provinsi/Kabupaten/Kota sangat menentukan keberhasilannya. Melalui pelatihan ini diharapkan dapat dihasilkan Sumberdaya Manusia UPJA yang profesional.
  • 9. 429 B. Pengembangan UPJA 1. Hakekat pengembangan UPJA untuk membangun sistem kelembagaan UPJA di sentra produksi pertanian yang belum berkembang (jumlah dan jenis alsintan) ke arah dan berorientasi bisnis yang ditandai dengan memperoleh keuntungan usaha (profit making), dikelola berdasarkan skala ekonomi (economic of scale), berorientasi pasar (market oriented) serta didukung sumberdaya manusia profesional. 2. Sistem pengembangan UPJA meliputi berbagai subsistem dari kelembagaan ekonomi yang bekerja secara sinergik. Subsistem dimaksud meliputi : a. Pelayanan jasa alsintan dalam bentuk kelembagaan kelompok UPJA. b. Penyediaan alsintan, suku cadang, pelayanan perbaikan, dalam bentuk kelembagaan produsen alsintan, usaha perbengkelan/pengrajin alsintan dan sebagainya. c. Pengguna jasa alsintan dalam bentuk kelembagaan usahatani, petani/kelompoktani dan Perhimpunan Petani Pemakai Air (P3A). d. Permodalan dan pendanaan dalam bentuk kelembagaan perbankan atau lembaga keuangan non Bank. e. Pembinaan dan pengendalian, berupa kelembagaan aparatur pemerintah dan kelembagaan penyuluh. Sistem usaha pelayanan jasa alsintan secara sinergik dalam subsistem kelembagaan UPJA, sebagaimana tercantum pada Lampiran I Pedoman ini. 3. Secara teknis pengembangan UPJA di perdesaan diarahkan untuk : a. Mengoptimalisasikan penggunaan alsintan dan mempercepat alih teknologi alsintan kepada masyarakat pertanian di perdesaan; b. Meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dalam satu satuan waktu pada luasan tertentu. c. Mendukung pemanfaatan air irigasi bagi tanaman. d. Mendukung Pelayanan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). e. Meningkatkan produktivitas ternak. f. Mempercepat dan meningkatkan mutu pengolahan tanah, mengurangi kehilangan hasil panen, meningkatkan mutu dan pengolahan hasil serta meningkatkan efisiensi produksi. g. Melestarikan fungsi lingkungan.
  • 10. 430 h. Mengatasi kekurangan tenaga kerja dan menciptakan lapangan kerja baru di perdesaan guna menarik minat tenaga kerja muda. i. Menumbuh-kembangkan kelembagaan bisnis yang terkait dengan pengembangan sistem agribisnis di perdesaan. 4. Dalam menentukan tingkat kemampuan UPJA, perlu ditentukan kelas UPJA dengan memperhatikan Aspek Teknis, Organisasi, Ekonomi dan Aspek Penunjang: a. Aspek Teknis meliputi jenis, jumlah, kondisi alsintan, gudang dan bengkel alsintan; b. Aspek Organisasi meliputi legalitas dan struktur organisasi termasuk kelengkapan pembukuan UPJA. c. Aspek Ekonomi meliputi penambahan jumlah alsintan, sumber pendanaan serta penambahan jumlah pelanggan dan jumlah pelanggan dan jangkuan wilayah pelayanan. d. Aspek Penunjang meliputi cara memperoleh pelayanan jasa UPJA, jadual pelayanan operasional UPJA dan jumlah petani anggota kelompoktani yang membutuhkan jasa pelayanan UPJA. 5. UPJA harus dapat memberikan keuntungan secara ekonomis, maka pengelolaan UPJA perlu berorientasi bisnis yang dikelola secara profesional. UPJA Profesional mempunyai persyaratan sebagai berikut: a. Mempunyai organisasi yang lengkap meliputi manajer, tenaga teknis operator, tenaga administrasi (administrasi umum dan keuangan). b. Adanya kemitraan usaha antara kelompok tani atau gapoktan, perusahaan alsintan, bengkel/pengrajin untuk perawatan, perbaikan dan penyediaan suku cadang, serta distributor/penyalur alsintan dan suku cadang. c. Jumlah dan jenis alsintan (hulu, on farm dan hilir) pemanfaatannya secara optimal dan memenuhi skala ekonomi. d. Mampu mengakses ke sumber pendanaan alsintan. e. Adanya pelatihan dan peningkatan kemampuan dan keterampilan teknis dan manajemen. f. Mempunyai kemampuan mengelola alsintan secara profesional dengan sumberdaya manusia yang terlatih dan berorientasi pada keuntungan. g. Kelembagaan telah berbadan hukum dan mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
  • 11. 431 h. Adanya mutu pelayanan yang baik dengan dukungan sarana penyimpanan alsintan dan kantor. 6. Pembinaan dari instansi terkait dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap positif terhadap pengembangan UPJA. Sasaran pembinaan UPJA dilakukan secara terpadu terhadap sumberdaya manusia aparatur (penyuluh dan petugas), kelompok tani pengguna jasa, kelompok penyedia jasa UPJA, pengusaha penyedia alsintan dan suku cadang serta pengusaha yang menjadi sumber permodalan. Metode pembinaan yang digunakan disesuaikan dengan “kondisi spesifik lokasi” dengan materi pembinaan (khusus di tingkat lapangan) yang meliputi aspek teknis, bisnis, dan manajemen. 7. Untuk mendorong dan memotivasi pertumbuhan dan perkembangan kelas kelembagaan UPJA dilakukan evaluasi kondisi UPJA sebagaimana diagram dibawah ini, dan untuk menentukan tingkat kemampuaanya dalam mengelola alsintan dengan memberikan sertifikat sesuai kelasnya dari Bupati/Walikota atas usulan Kepala Dinas lingkup Pertanian Kabupaten/Kota. Tanda khusus kelas UPJA tersebut antara lain sebagai berikut: a. Papan Nama UPJA sebagaimana tercantum pada Lampiran 2 Pedoman ini. b. Surat Keterangan Sertifikat Kelas UPJA dari Bupati/Walikota sebagaimana tercantum pada Lampiran 3 Pedoman ini.
  • 12. 432 Diagram evaluasi untuk peningkatan kelas UPJA sebagai berikut: Sedangkan matrik klasifikasi Kelembagaan UPJA Pemula, Berkembang dan Profesional sebagimana tercantum pada Lampiran 4 Pedoman ini. Pembinaan UPJA dilaksanakan oleh unit kerja pemerintah baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. Di tingkat pusat dibentuk Tim Pendayagunaan dan Pengembangan Alsintan yang bertugas menyusun perencanaan dan mengkoordinasikan pendayagunaan alsintan, merumuskan petunjuk dan upaya optimalisasi pendayagunaan alsintan (melalui UPJA). Di daerah, melakukan pembinaan, monitoring, supervisi dan evaluasi pendayagunaan alsintan. UPJA IDENTIFIKASI PELATIHAN EVALUASI Manajemen Teknis, Ekonomi KELAS TIDAK MENINGIKAT PENINGKATAN KELAS
  • 13. 433 III. PENUTUP Pengelolaan dan Pendayagunaan alat dan mesin pertanian melalui kelembagaan UPJA akan memberikan hasil yang optimal apabila dikelola secara bisnis dengan mempertahatikan aspek teknis, organisasi, ekonomi, lingkungan dan aspek pendukung. Kelembagaan alsintan yang telah ada agar terus dikembangkan menjadi UPJA yang profesional serta mampu memberikan andil dalam mengembangkan lembaga ekonomi di perdesaan sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan petani. MENTERI PERTANIAN, ttd ANTON APRIYANTONO
  • 14. 434 LAMPIRAN 4 MATRIK KLASIFIKASI KELEMBAGAAN UPJA URAIAN PEMULA BERKEMBANG PROFESIONAL ORGANISASI Legalitas: - AD/ART Struktur Organisasi - Manajer - Petugas Adm - Teknisi - Operator Asosiasi UPJA Pertemuan Rutin UPJA TEKNIS Jenis Alsintan yg dikelola Jumlah Alsintan yg dikelola Gudang penyimpanan Alsintan Kondisi Alsintan Bengkel Alsintan Milik UPJA Pelatihan-Pelatihan : - Manager - Petugas Administrasi - Operator EKONOMI Penambahan Alsintan Sumber biaya penambahan Alsintan Penambahan pelanggan Belum Ada Ada Belum Ada Belum Ada Ada Belum Jadi Anggota Belum Ada 1 – 2 Jenis 1 – 4 Unit Belum Ada Terawat Belum Ada Belum Belum Belum Belum Swadaya Belum Ada Ada Ada Ada Ada Ada Anggota, Pasif Sewaktu-Waktu 3 – 4 Jenis 5 – 9 Unit Ada Terawat Belum Ada Sudah Belum Sudah Sudah Swadaya, Bank Ada Ada Ada Ada Ada Ada Anggota Aktif Rutin ≥ 5 Jenis ≥ 10 Unit Ada Terawat Ada, Kemitraan Sudah Sudah Sudah Sudah Swadaya, Bank Ada