SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
TINDAKAN PLAGIARISME HAK CIPTA DI TINJAU DARI 
PERSPEKTIF HUKUM PIDANA 
JURNAL ILMIAH 
Oleh : 
INDRA LESMANA 
D1A-109-080 
FAKULTAS HUKUM 
UNIVERSITAS MATARAM 
MATARAM 
2014
HALAMAN PENGESAHAN 
TINDAKAN PLAGIARISME HAK CIPTA DITINJAU DARI 
PERSPEKTIF 
HUKUM PIDANA 
Oleh : 
INDRA LESMANA 
D1A-109-080 
Mataram: ___________________ 
Menyetujui: 
Pembimbing Utama, 
Dr. LALU PARMAN.SH.,MH,. 
NIP: 1958048 98602 1 001
TINDAKAN PLAGIARISME HAK CIPTA DITINJAU DARI 
PERSPEKTIF HUKUM PIDANA 
Indra Lesmana 
D1A-109-080 
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM 
ABSTRAK 
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan menelaah bentuk tindak pidana 
plagiarism yang sering terjadi pada hak cipta, mengetahui pertanggungjawaban 
pidana yang diberikan bagi plagiator dalam peraturan perundang-undangan yang 
berlaku. Metode yang digunakan adalah metode pendekatan peraturan Perundang 
- undangan, pendekatan konseptual. Bentuk tindak pidana plagiarisme 
berdasarkan undang-undang hak cipta, dengan sengaja dan tanpa hak 
mengumumkan, memperbanyak, menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau 
menjual hak cipta, pertanggungjawaban pidana yang diberikan bagi plagiator 
yaitu pidana penjara paling singkat 1 bulan dan/atau paling lama 7 tahun serta 
pidana denda paling sedikit 1 juta rupiah dan paling banyak 5 miliar. Dari hasil 
penelitian dapat disimpulkan bahwa bentuk tindak pidana plagiarism ialah 
mengumumkan, memperbanyak, mengedarkan, menjual hak cipta tanpa 
sepengetahuan pencipta atau pemegang hak cipta, sedangkan terkait 
pertanggungjawaban pidana bahwa sistem pemidanaan yang berikan kepada 
plagiator ialah alternatife-kumulatif. 
Kata Kunci: Plagiarisme Hak Cipta 
THE PLAGIARISM OF COPYRIGHT BASED ON PERSPECTIVE OF 
CRIMINAL LAW 
Indra Lesmana 
D1A-109-080 
ABSTRACT 
This research aims to understand and examine the shape of the crime of 
plagiarism are common in copyright, determine criminal responsibility given to 
the plagiarist in the law enforcement. The method used is the Regulatory approach 
and conceptual approach. The shape of the crime of plagiarism by the act of 
copyright, intentionally and without right to publish, reproduce, transmit, display, 
distribute or sell the copyright, criminal liability is given for the plagiarist 
imprisonment for between 1 month and/ or a maximum of 7 years and fined at 
least 1 million rupiah and a maximum of 5 billion rupiah. From the research it can 
be concluded that the shape of the crime of plagiarism is announced, reproduce, 
distribute, sell the copyright without the knowledge of the creator or the copyright 
holder, while related criminal liability that the criminal system is given to 
alternatives-plagiarist is cumulative.
Keywords: Plagiarism of Copyright 
PENDAHULUAN 
Pada zaman yang modern ini manusia sering kali menggunakan cara instan 
untuk menghasikan sesuatu. Hal ini diakibatkan oleh semakin besarnya tuntutan 
bagi manusia untuk selalu bergerak cepat. Selain itu dikarenakan sedikitnya waktu 
yang dimiliki oleh manusia untuk bisa menyelesaikan tugas-tugasnya. Kebiasaan 
atau budaya instan ini mengakibatkan banyak sekali kerugian dan dampak buruk. 
Salah satu dampak buruk dari kebiasaan atau budaya instan adalah plagiarisme 
(istilah plagiarisme dikenal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia) yang kini telah 
merambah hampir ke seluruh aspek kehidupan. 
Mengenai plagiarisme atau pelanggaran Hak Cipta, Indonesia dari tahun 2001 
sampai tahun 2006 sudah masuk dalam Priority Watch List (PWL) atau Status 
pembajak berbahaya yang perlu diperhatikan, atau sudah mendapat lampu kuning 
mengenai tindakan plagiarisme.1 Namun melalui The United States Trade 
Representatif (USTR) atau Badan yang mengemban tugas mengurusi segala 
sesuatu berkaitan dengan tarif dan non tarif barrier (hambatan) dalam 
perdagangan serta memberikan masukan kepada USTR, Presiden dan kongres 
berkaitan dengan tarif.2 
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengatur mengenai 
kejahatan dan pelanggaran belum terdapat aturan mengenai plagiarisme atau 
pelanggaran hak cipta, tetapi diatur secara khusus mengenai pengaturan Hak 
Cipta, sudah ada sejak zaman Hindia Belanda dengan pengaturan hak-hak khusus 
terhadap pengarang atau disebut dengan Auteurswet 1912.3 Indonesia juga telah 
1Www.HukumOnline.com, Menyikapi Priority Watch List (USTR), 19 Juli 2006. Diakses 
19 Maret 2014 
2 Firdaus Cahyadi, Kamus untuk Memahami Istilah Copyright di Internet, Yayasan Satu 
Dunia, 2009, hlm. 9 
3 Eddy Damian, Hukum Hak cipta, Cet.3, Edisi kedua, PT. Alumni, Bandung, 2005, hlm. 
7
memiliki Undang-undang Nomor Tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana 
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 yang selanjutnya 
dicabut dan diganti dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak 
Cipta.4 
Plagiarisme juga diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang 
Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 
17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan 
Tinggi. Rumusan masalah dari tindak pidana plagiarisme hak cipta ini ialah 
pertama bagaimana bentuk-bentuk tindak pidana plagiarisme hak cipta dan kedua 
bagaimana pertanggungjawaban bagi pelaku tindak pidana hak cipta berdasarkan 
peraturan perundang-undangan di Indonesia. 
Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk 
tindak pidana plagiarisme hak dan untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana 
yang diberikan pada plagiator yang melakukan tindak pidana plagiarisme Hak 
Cipta dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Sedangkan manfaat dari 
penelitian ini adalah pertama manfaat akademis yaitu untuk memenuhi 
persyaratan dalam mencapai derajat S-1 program studi ilmu hukum pada Fakultas 
Hukum Universitas Mataram. Hasil dari penelitian ini diharapkan juga mampu 
sebagai referensi bagi kalangan yang membutuhkan serta berminat untuk 
mengembangkan dalam tahap lebih lanjut. Kedua manfaat teoritis yaitu dari hasil 
penelitian diharapkan memiliki kontribusi dan bermanfaat dalam pengembangan 
hukum pidana khususnya yang berkaitan dengan tindakan plagiarisme Hak Cipta. 
Ketiga manfaat praktis ialah penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi 
mahasiswa, akademisi, aparat penegak hukum dan masyarakat sehingga 
mengetahui bentuk tindak pidana plagiarisme Hak Cipta, dan bentuk 
4 Ibid
pertanggungjawaban pidana bagi plagiator yang melakukan tindakan plagiarisme 
Hak Cipta. 
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skiripsi ini ialah 
Metode Penelitian Normatif dengan pendekatan perundang-undangan (Statue 
Approach), pendekatan konseptual (conceptual Approac). Jenis bahan hukum 
ialah bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier. Tehnik 
pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi 
Document atau studi kepustakaan, dan analisis bahan hukum dengan 
menggunakan metode analisa interpretasi.
PEMBAHASAN 
A. Bentuk-bentuk tindak pidana plagiarimse hak cipta menuurut 
peraturan perundang-undang di Indonesia. 
Tindak pidana plagiarisme hak cipta umumnya didorong untuk 
mencari keuntungan finansial secara cepat dengan mengabaikan 
kepentingan para pencipta dan pemegang hak cipta. Perbuatan para pelaku 
jelas melanggar hukum yang menentukan agar setiap orang dapat 
mematuhi, menghormati, dan menghargai hak-hak orang lain dalam 
hubungan keperdataan termasuk penemuan baru sebagai ciptaan orang lain 
yang diakui sebagai hak milik oleh ketentuan hukum.5 
Berdasarkan ketentuan Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 
2002 tentang hak cipta, bentuk-bentuk perbuatan tindak pidana plagiarisme 
hak cipta baik yang berkenaan dengan dengan hak moral maupun hak 
ekonomi, secara rinci dari sembilan kategori dapat dikelompokan menjadi 
tiga belas kelompok perbuatan, adalah sebagai berikut:6 
1. Dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) tentang hak eksklusif Pencipta atau 
pemegang hak cipta untuk mengumumkan dan memperbanyak ciptaan. 
2. Dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) tentang hak eksklusif pelaku 
untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa 
persetujuannya membuat, mempebanyak, atau menyiarkan rekaman 
suara dan/ atau gambar; 
3. Dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbauatan sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) tentang hak eksklusif produser 
rekaman suara untuk memberikan izin atau melarang pihak lain 
yang tanpa persetujuannya memperbanyak dan/atau menyewakan 
karya rekaman suara atau rekaman bunyi; 
4. Dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau 
menjual kepada umum suatu ciptan atau barang hasil pelanggaran 
5Teguh Sulistia, dan Aria Zumetti, Perlindungan Hukum terhadap Pelanggaran Hak 
Cipta, http://www.balitbang.kemhan.go.id/?q=content/ diakses pada tanggal 29 Mei 2014 
6 Otto Hasibuan, Hak Cipta di Indonesia (Tinjauan Khusus Hak Cipta 
Lagu,Neighbouring Rights, dan Collecting Society), Bandung, 2008. Hlm. 132
hak cipta dan hak terkait sesuai Pasal 2 ayat (1), Pasal 49 ayat (1), 
dan Pasal 49 ayat (2); 
5. Dengan sengaja tan hak memperbanyak penggunaan untuk 
kepentingan komersial suatu program computer; 
6. Dengan sengaja melanggar Pasal 17 tentang larangan 
mengumumkan setiap ciptaan yang bertentangan degan 
kebijaksanaan pemerintah din bidang agama. Pertahanan, dan 
keamanan Negara, kesusilaan, serta ketertiban umum setelah 
mendapat pertimbangan Dewan hak cipta; 
7. Dengan sengaja melanggar Pasal 19 tentang larangan untuk 
memperbanyak atau mengumumkan ciptaan Potret oleh pemegang 
hak cipta atas Potret tanpa izin dari yang dipotret atau ahli warisnya, 
sedangkan potret dimaksud dibuat atas permintaan sendiri dari 
orang yang dipotret atau atas permintaan yang dilakukan atas nama 
yang dipotret, serta untuk kepentingan yang dipotret; 
8. Dengan sengaja melanggar Pasal 20 tentang larangan 
mengumumkan potre yang dibuat tanpa persetujuan dari orang 
dipotret atau tanpa persetujuan orang lain atas nama yang dipotret, 
serta tidak untuk kepentingan yanag dipotret, apabila pengumuman 
itu bertentangan dengan kepentingan yang wajar dari orang yang 
dipotret atau salah seorang dari ahli warisnya apabila orang yang 
dipotret sudah meninggal dunia; 
9. Dengan sengaja melanggar Pasal 49 ayat (3) tentang hak eksklusif 
lembaga penyiaran untuk meberi izin atau melarang pihak lain yan 
tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, dan/atau 
menyiarkan ulang karya siarannya melalui transmisi dengan atau 
tanpa kabel, atau melalui system elktromagnetik lain; 
10. Dengan sengaja meelanggar Pasal 24 atau Pasal 55 tentang hk 
Pencipta atau ahli warisnya menuntut pemegang hak cippta supaya 
nama pencipta tetap dicantumkan dalam ciptaanya; larangan 
mengubah suatu ciptaan walaupun hak ciptanya telah diserahkan 
kepada pihak lain, kecuali ahli warisnya dalam hal pencipta elah 
meninggal dunia; larangan mengubah judul dan anak judul ciptaan, 
pencantuman dan perubahan nama atau nama judul 
samaranpencipta, walaupun hak ciptanya telah diserahkan kepada 
pihak ain, kecuali dengan persetujuan pencipta atau dengan 
persetujuan ahli warisnya dalam hal pencipta telah meninggal dunia; 
dan hak pencipta mengadakan perubahan pada ciptaannya sesuai 
dengan kepatuutan dalam masyarakat; 
11. Dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25 tentna glarangan 
meniadakan atau mengubah informasi elektronik tentnag informasi 
manajemen hak pencipta; 
12. Dengan sengaja dan tanpa melanggar Pasal 27 tentang larangan 
merusak, meniadakan atau membuat tidak berfungsi sarana kontrol
teknologi sebagai pengaman hak pencipta, kecuali atas izin 
pencipta; 
13. Dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 28 tentang 
kewajiban memenuhi semua peraturan perizinan dan persyaratan 
produksi yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang bagi 
ciptaan-ciptaan yang menggunakan sarana produksi berteknologi 
tinggi, khususnya dibidang cakram optic (optical disc). 
Dalam ketentuan pasal 72 tersebut, tindak pidana plagiarisme 
dilakukan orang-perorangan atau sekelompok orang dengan sengaja dan 
tanpa hak memperbanyak, mengumumkan, memamerkan, mengedarkan 
ciptaan tanpa seizin pencipta atau pemegang hak cipta. Sehingga dari 
rincian di atas penyusun menyimpulkan bahwa tindak pidana plagiarisme 
terhadap hak cipta dapat terjadi dalam berbagai bentuk yaitu: 
a. Tindak pidana plagiarisme secara langsung (direct infringement) 
Perbuatan tindak pidana plagiarisme hak cipta secara langsung atau 
direct infringement adalah perbuatan yang melanggar hak ekslusif pencipta 
atas ciptaannya untuk memperbanyak atau memproduksi, mengumumkan 
dan menyewakan suatu ciptaan tanpa izin pemegang hak cipta atau hak 
terkait.7 Istilah tindakan pidana plagiarisme secara langsung memang tidak 
dipergunakan dalam redaksional Undang-undang nomer 19 tahun 2002 
tentang hak cipta, tetapi secara implisit terkandung dalam redaksional Pasal 
2, Pasal 20 dan Pasal 49 Undang-undang Hak Cipta, yaitu:8 
1) Tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan 
dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. 
2) Tanpa hak memperbanyak dan mengumumkan suatu potret. 
3) Tanpa hak memperbanyak atau menyewakan suatu karya 
sinematografi dan program komputer untuk kepentingan komersial. 
4) Tanpa hak membuat membuat, memperbanyak, atau menyiarkan 
rekaman suara/atau gambar pertunjukannya. 
5) Tanpa hak memperbanyak, menyewakan karya rekaman suarau 
atau rekaman bunyi. 
6) Tanpa hak melakukan pertunjukan umum (public performance), 
mengkomunikasikan pertunjukan langsung, dan 
7 Elyta Ras Ginting. Op Cit, hlm. 200 
8 Ibid.
mengkomunikasikan secara interaktif suatu karya rekaman pelaku 
atau artis. 
7) Tanpa hak membuat, meperbanyak dan atau menyiarkan ulang 
karya siaran melalui transmisi dengan atau tanpa kabel atau 
melalui system elektromagnetik lainnya. 
Tindak pidana plagiarisme hak cipta juga diatur dalam Peraturan 
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 tahun 2010 tentang Pencegahan 
dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi, bahwa berdasarkan Pasal 
2 ayat (1) undang-undang tersebut, plagiat terbatas pada: 
1) Mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, 
data/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber 
dalam catatn kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara 
maksimal. 
2) Mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau 
kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa 
menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa 
menyatakan sumber secara memadai. 
3) Menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori 
tanpa menyatakan sumber secara memadai. 
4) Merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari 
sumber kata-kata dan/atau kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, 
atau teori tanpa menyatakan sumber secara memadai. 
5) Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah 
dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa 
menyatakan sumber secara memadai. 
Dari ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan menteri pendidikan nasional 
tersebut, bahwa fokus tindak pidana plagiarisme yaitu diperguruan tinggi 
yang mengacu pada tindak plagiarisme pada karya ilmiah saja. 
b. Tindak pidana plagiarisme secara tidak langsung (indirect 
infringement) 
Tindak pidana plagiarisme tidak langsung dibidang hak cipta pada 
umumnya berkaitan dengan ciptaan yang merupakan hasil dari tindak 
pidana hak cipta atas ciptaan lain. Secara konvensional, tindak pidana hak 
cipta secara tidak langsung terhadap hak cipta dilakukan dengan cara 
memperdagangkan atau mengimpor barang hasil tindak pidana hak cipta,
seperti CD/DVD lagu-lagu bajakan ataupun karya sinematografi bajakan 
tanpa izin pemilik hak cipta. Dalam bentuk lain, tindak pidana hak cipta 
secara tidak langsung adalah suatu perbuatan yang secara tidak langsung 
ditujukan terhadap suatu ciptaan, tetapi perbuatan tersebut berakibat pada 
terjadinya tindak pidana hak cipta. 
Adapun perbedaannya dengan tindak pidana plagiarisme secara 
langsung menurut McKeough dan Stewart adalah:9 
“No intention to infringe need be established: a person is still 
liable if they act innocence of the plaintiff’s copyrights. By 
contrast, certain other ‘indirect’ infringements do require 
actual or constructive knowledge of wrongdoing”. 
"Tidak ada niat untuk melanggar perlu dibentuk: seseorang 
masih bertanggung jawab jika mereka bertindak tidak bersalah 
hak cipta penggugat. Sebaliknya, pelanggaran tertentu lainnya 
'tidak langsung' memang membutuhkan pengetahuan aktual 
atau konstruktif dari kesalahan”. 
Berdasarkan rumusan McKeough dan Stewart tersebut, bahwa unsur 
pembeda antara tindak pidana plagiarisme secara langsung dan tidak 
langsung terletak pada niat, kesengajaan, atau pengetahuan dari pelaku 
dalam melakukan tindak pidana hak cipta tersebut. Dalam tindak pidana 
plagiarisme secara langsung niat pelaku selamanya harus ada. Sedangkan 
tidak langsung, niat atau sengajaan untuk melakukan tidak selamanya 
disyaratkan. 10 
Bentuk dari tindak pidana hak cipta secara tidak langsung dalam 
undang-undang hak cipta diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut: 
- Pasal 72 ayat (2) 
Menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada 
umum suatu ciptaan hasil tindak pidana hak cipta atau hak terkait 
- Pasal 72 ayat (4) 
Pengumuman suatu ciptaan yang bertentangan dengan 
kebijakansanaan pemerintah dibidang agama, perbendaharaan dan 
keamanan Negara, kesusilaan, serta ketertiban umum. Termassuk 
9 Elyta Ras Ginting, Op, Cit. Hlm. 
10 Ibid
di dalamnya menyiarkan atau mempertunjukan film yang tidak 
lolos sensor oleh Badan Sensor Film. 
- Pasal 72 ayat (7) dan (8) 
Secara tanpa hak telah atau mengubah informasi manajemen 
pencipta dalam suatu ciptaan serta merusak sarana control 
teknologi pengaman hak cipta dari suatu ciptaan. 
c. Turut serta membantu melakukan tindak pidana plagiarisme (Contributory 
Infringement) 
Dalam praktik penegakan hukum hak cipta, pihak lain yang tidak 
secara langsung melakukan tindak pidana plagiarisme juga dapat dimintai 
pertanggungjawaban hukumnya sebagai pelaku, yaitu dalam hal 
pembnerian bantuan atau turut serta melakukan tindak pidana. Dalam KUH 
Pidana diatur tentang dua jenis perbuatan yang juga dianggap sebagai 
pelaku tindak pidan, yaitu penyertaan serta membantu terjadinya atau 
terwujudnya suatu tindak pidana. 
Delik penyertaan diatur dalam Pasal 55 KUH Pidana yang 
mensyaratkan pelaku baru dapat dimintai pertanggungjawaban hukumnya 
sebagai pelaku peserta tindak pidana jika pelaku memiliki kesamaan niat 
atau tujuan dengan pelaku lainnya. Sedangkan delik perbantuan diatur 
dalam Pasal 56 KUH Pidana membagi dua bentuk perbuatan yang 
digolongkan sebagai perbuatan membantu terjadinya tindak pidana 
(medeplichtige), yaitu memberi bantuan pada saat terjadinya kejahatan 
dilakukan atau mempersiapkan tindak pidana dilakukan dengan cara 
memberi kesempatan, sarana, atau keterangan untuk melakukan tindak 
pidana.
B. Pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana plagiarisme hak 
cipta menurut peraturan perundang-undang di Indonesia. 
Ketentuan-ketentuan mengenai pertanggungjawaban pidana bagi plagiator 
tersebut sudah dalam dalam ketentuan Pasal 72 Undang-undang nomor 19 tahun 
2002 tentang Hak Cipta yang menyebutkan: 
(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan 
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) 
dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling 
singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun 
dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar 
rupiah). 
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, 
atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil 
pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada 
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun 
dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta 
rupiah). 
(3) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan 
untuk kepentingan komersial suatu Program Komputer dipidana dengan 
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling 
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 
(4) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 17 dipidana dengan 
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling 
banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 
(5) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal 
49 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun 
dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh 
juta rupiah). 
6) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau 
Pasal 55 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun 
dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh 
juta rupiah). 
7) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25 dipidana 
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling 
banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). 
8) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 dipidana 
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling 
banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
9) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 28 dipidana dengan pidana 
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 
1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah). 
Pertanggungjawaban pidana bagi pelaku tindak pidana plagiarisme hak cipta 
juga dijelaskan dalam ketentuan Pasal 70 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diberikan kepada mahasiswa atau 
akademisi yang ketahuan melakukan tindak pidana plagiarisme terhadap karya 
ilmiah ialah: 
“Lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan 
gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam 
Pasal 25 ayat (2) terbukti merupakan jiplakan dipidana dengan 
pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda 
paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). 
Berdasarkan ketentuan dari Pasal-pasal diatas mengenai 
pertanggungjawaban pidana bagi pelaku tindak pidana plagiarisme diberikan 
kepada siapapun atau orang-perorangan yang melakukan tindak pidana 
plagiarisme, baik dilakukan secara langsung (direct infringement) dan tidak 
langsung (indirect infringement).
PENUTUP 
A. Kesimpulan 
Dari uraian-uraian pembahasan diatas, maka penyusun dapat mengambil 
kesimpulan dari permasalahan yang telah disusun sebagai berikut: pertama 
bentuk-bentuk tindak pidana plagiarisme hak cipta berdasarkan Undang-undang 
Nomor 19 Tahun 2002 tentang hak cipta, adalah: a. Dengan sengaja dan tanpa hak 
mengumumkan, memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, b. Dengan 
sengaja memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau 
barang-barang hasil tindak pidana hak cipta, c. Dengan sengaja dan tanpa hak 
memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program komputer. 
Sedangkan kedua Peraturan mengenai pertanggungjawaban pidana dengan unsur 
“barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak” dalam Pasal 72 undang-undang 
nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta adalah orang-perorangan yang melakukan 
tindak pidana plagiarisme secara langsung (direct infringement), secara tidak 
langsung (indirect infringement), dan yang turut serta membantu melakukan tindak 
pidana plagiarisme (contributtory Infringement). Sistem pemidanaan yang diberikan 
bagi plagiator yaitu minimum khusus dan/atau maksimum khusus (berupa sanksi 
pidana penjara paling singkat 1 bulan sampai pidana penjara paling lama 7 yahun 
dan pidana denda paling sedikit 1 juta sampai pidana denda paling banyak 5 
miliar). 
B. Saran 
Dari kesimpulan diatas maka penyusun menyampaikan saran sebagai 
berikut: pertama dalam upaya pemerintah untuk menanggulangi tindak pidana 
plagiarisme hak cipta, sebaik didalam undang-undang nomor 19 tahun 2002 
tentang hak cipta di tambah redaksi atau bab khusus yang membahas mengenai 
bentuk tindak pidana plagairisme, sehingga masyarakat lebih paham dan mengerti 
terhadap tindak pidana plagairisme hak cipta. Kedua pertanggungjawaban pidana
terhadap pelaku tindak pidana plagairisme sudah sesuai tapi pengaturan mengenai 
tindak pidana bagi korporasi belum diatur secara jelas sehingga perlu penambahan 
atau perubahan redaksi dalam undang-undang nomor 19 tahun 2002 tentang hak 
cipta agar mengakomodir semua tindak pidana plagairisme yang dilakukan oleh 
orang-perorangan ataupun korporasi.
DAFTAR PUSTAKA 
1. Buku & Makalah 
Cahyadi Cahyadi, Kamus untuk Memahami Istilah Copyright di Internet, 
Yayasan Satu Dunia, Jakarta, 2009. 
Damian Eddy. Hukum Hak Cipta. Cet. Ke 1, Edisi Ketiga., PT. Alumni, 
Bandung, 2009 
Ginting Ras Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia, (Analisis Teori dan 
Praktik), PT. Citra Aditya. Bandung. 2012. 
2. Perundang-Undangan 
Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Pidana. 
Indonesia, Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, LN No.85 
Tahun 2002.TLN No.a220. 
Indonesia, Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional, 
LN No. 78 Tahun 2003. TLN No.4301. 
Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 17 Tahun 2010 
tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi, 
3. Skripsi 
Putra Rahmat Suardi, Kajian Yuridis terhadap Tindak Pidana Plagiat di 
tinjau dari Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak 
Cipta,(Skripsi Fakultas Hukum Unram), Mataram, 2011. 
4. Internet 
Lindasarlinda.blogspot.com, Hak Kekayaan Intelektual (HKI), 10 April 2013 
Www.HukumOnline.com, Menyikapi Priority Watch List (USTR), 19 Juli 
2006.
Www.BeritaDewata.com, Hukum dan Kriminal Hukum Indonesia Paling 
Banyak Melanggar Hak Cipta, 18 September 2013.

More Related Content

What's hot

Papper hak atas_kekayaan_intelektual dan hak paten
Papper hak atas_kekayaan_intelektual dan hak patenPapper hak atas_kekayaan_intelektual dan hak paten
Papper hak atas_kekayaan_intelektual dan hak patengeusankaula
 
Penegakan hukum tindak pidana merek
Penegakan hukum tindak pidana merekPenegakan hukum tindak pidana merek
Penegakan hukum tindak pidana merekErick Saropie
 
Buku Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Jilid 2
Buku Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Jilid 2Buku Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Jilid 2
Buku Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Jilid 2Agus Candra
 
Hak cipta, hak paten, merek, desain industri, dan dagang2
Hak cipta, hak paten, merek, desain industri, dan dagang2Hak cipta, hak paten, merek, desain industri, dan dagang2
Hak cipta, hak paten, merek, desain industri, dan dagang2Operator Warnet Vast Raha
 
Implementasi HAM dalam Karya Intelektual (HAKi)
Implementasi HAM dalam Karya Intelektual (HAKi)Implementasi HAM dalam Karya Intelektual (HAKi)
Implementasi HAM dalam Karya Intelektual (HAKi)Yunita Siswanti
 
HBL6. Muhammad Rizal Ramadhan hapzi ali, modul hbl, tindak pidana pencucian u...
HBL6. Muhammad Rizal Ramadhan hapzi ali, modul hbl, tindak pidana pencucian u...HBL6. Muhammad Rizal Ramadhan hapzi ali, modul hbl, tindak pidana pencucian u...
HBL6. Muhammad Rizal Ramadhan hapzi ali, modul hbl, tindak pidana pencucian u...Muhammad Ramadhan
 
Buku Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
Buku Hak Kekayaan Intelektual (HKI)Buku Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
Buku Hak Kekayaan Intelektual (HKI)Agus Candra
 

What's hot (10)

Contoh kasus pelanggaran hak cipta
Contoh kasus pelanggaran hak ciptaContoh kasus pelanggaran hak cipta
Contoh kasus pelanggaran hak cipta
 
Papper hak atas_kekayaan_intelektual dan hak paten
Papper hak atas_kekayaan_intelektual dan hak patenPapper hak atas_kekayaan_intelektual dan hak paten
Papper hak atas_kekayaan_intelektual dan hak paten
 
Hak Kekayaan Intelektual
Hak Kekayaan IntelektualHak Kekayaan Intelektual
Hak Kekayaan Intelektual
 
Penegakan hukum tindak pidana merek
Penegakan hukum tindak pidana merekPenegakan hukum tindak pidana merek
Penegakan hukum tindak pidana merek
 
aspek hukum haki
aspek hukum  hakiaspek hukum  haki
aspek hukum haki
 
Buku Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Jilid 2
Buku Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Jilid 2Buku Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Jilid 2
Buku Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Jilid 2
 
Hak cipta, hak paten, merek, desain industri, dan dagang2
Hak cipta, hak paten, merek, desain industri, dan dagang2Hak cipta, hak paten, merek, desain industri, dan dagang2
Hak cipta, hak paten, merek, desain industri, dan dagang2
 
Implementasi HAM dalam Karya Intelektual (HAKi)
Implementasi HAM dalam Karya Intelektual (HAKi)Implementasi HAM dalam Karya Intelektual (HAKi)
Implementasi HAM dalam Karya Intelektual (HAKi)
 
HBL6. Muhammad Rizal Ramadhan hapzi ali, modul hbl, tindak pidana pencucian u...
HBL6. Muhammad Rizal Ramadhan hapzi ali, modul hbl, tindak pidana pencucian u...HBL6. Muhammad Rizal Ramadhan hapzi ali, modul hbl, tindak pidana pencucian u...
HBL6. Muhammad Rizal Ramadhan hapzi ali, modul hbl, tindak pidana pencucian u...
 
Buku Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
Buku Hak Kekayaan Intelektual (HKI)Buku Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
Buku Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
 

Viewers also liked

Atelier Numérique "Gestion Relation clients par le mail - 2016"
Atelier Numérique "Gestion Relation clients par le mail - 2016"Atelier Numérique "Gestion Relation clients par le mail - 2016"
Atelier Numérique "Gestion Relation clients par le mail - 2016"Kate De Gourdon
 
Referencement naturel et knowledge graph
Referencement naturel et knowledge graphReferencement naturel et knowledge graph
Referencement naturel et knowledge graphX-PRIME GROUPE
 
2011 06 23 aspects juridiques ecommerce by competitic
2011 06 23 aspects juridiques ecommerce by competitic2011 06 23 aspects juridiques ecommerce by competitic
2011 06 23 aspects juridiques ecommerce by competiticCOMPETITIC
 
Le numérique patrimoine culture et tourisme - Philippe Fabry mopa Journée tec...
Le numérique patrimoine culture et tourisme - Philippe Fabry mopa Journée tec...Le numérique patrimoine culture et tourisme - Philippe Fabry mopa Journée tec...
Le numérique patrimoine culture et tourisme - Philippe Fabry mopa Journée tec...MONA
 
L'adoption de l'agilité: les impacts sur l'organisation
L'adoption de l'agilité: les impacts sur l'organisationL'adoption de l'agilité: les impacts sur l'organisation
L'adoption de l'agilité: les impacts sur l'organisationISACA Chapitre de Québec
 

Viewers also liked (11)

Invoice software
Invoice softwareInvoice software
Invoice software
 
Invoicing software
Invoicing softwareInvoicing software
Invoicing software
 
Scopidea defect
Scopidea defectScopidea defect
Scopidea defect
 
Scopidea defect
Scopidea defectScopidea defect
Scopidea defect
 
еееее
ееееееееее
еееее
 
Atelier Numérique "Gestion Relation clients par le mail - 2016"
Atelier Numérique "Gestion Relation clients par le mail - 2016"Atelier Numérique "Gestion Relation clients par le mail - 2016"
Atelier Numérique "Gestion Relation clients par le mail - 2016"
 
Referencement naturel et knowledge graph
Referencement naturel et knowledge graphReferencement naturel et knowledge graph
Referencement naturel et knowledge graph
 
La vente à l'heure du digital. Entre high-tech et high-touch.
La vente à l'heure du digital. Entre high-tech et high-touch.La vente à l'heure du digital. Entre high-tech et high-touch.
La vente à l'heure du digital. Entre high-tech et high-touch.
 
2011 06 23 aspects juridiques ecommerce by competitic
2011 06 23 aspects juridiques ecommerce by competitic2011 06 23 aspects juridiques ecommerce by competitic
2011 06 23 aspects juridiques ecommerce by competitic
 
Le numérique patrimoine culture et tourisme - Philippe Fabry mopa Journée tec...
Le numérique patrimoine culture et tourisme - Philippe Fabry mopa Journée tec...Le numérique patrimoine culture et tourisme - Philippe Fabry mopa Journée tec...
Le numérique patrimoine culture et tourisme - Philippe Fabry mopa Journée tec...
 
L'adoption de l'agilité: les impacts sur l'organisation
L'adoption de l'agilité: les impacts sur l'organisationL'adoption de l'agilité: les impacts sur l'organisation
L'adoption de l'agilité: les impacts sur l'organisation
 

Similar to Jurnal ilmiah

13, hbl, Leni Anggraeni, Hapzi Ali, Hak atas Kekayaan Intelektual ,Universita...
13, hbl, Leni Anggraeni, Hapzi Ali, Hak atas Kekayaan Intelektual ,Universita...13, hbl, Leni Anggraeni, Hapzi Ali, Hak atas Kekayaan Intelektual ,Universita...
13, hbl, Leni Anggraeni, Hapzi Ali, Hak atas Kekayaan Intelektual ,Universita...lenianggr
 
Jurnal pelanggaran hak atas kekayaan intelektual
Jurnal pelanggaran hak atas kekayaan intelektualJurnal pelanggaran hak atas kekayaan intelektual
Jurnal pelanggaran hak atas kekayaan intelektualAbdi Hataramura
 
Surat perjanjian lisensi terhadap pemegang hak cipta kepada pihak lain
Surat perjanjian lisensi terhadap pemegang hak cipta kepada pihak lainSurat perjanjian lisensi terhadap pemegang hak cipta kepada pihak lain
Surat perjanjian lisensi terhadap pemegang hak cipta kepada pihak laincekkembali dotcom
 
Situasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digital
Situasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digitalSituasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digital
Situasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digitalDamar Juniarto
 
Aspek hukum dalam ekonomi #
Aspek hukum dalam ekonomi #Aspek hukum dalam ekonomi #
Aspek hukum dalam ekonomi #orintalo
 
Hbl 13, dyana anggraini, hapzi ali, hak atas kekayaan intelektual, hak merk, ...
Hbl 13, dyana anggraini, hapzi ali, hak atas kekayaan intelektual, hak merk, ...Hbl 13, dyana anggraini, hapzi ali, hak atas kekayaan intelektual, hak merk, ...
Hbl 13, dyana anggraini, hapzi ali, hak atas kekayaan intelektual, hak merk, ...Dyana Anggraini
 
Aspek hukum dalam ekonomi dan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)
Aspek hukum dalam ekonomi dan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)Aspek hukum dalam ekonomi dan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)
Aspek hukum dalam ekonomi dan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)nur_intan
 
Rekomendasi pertanyaan dpr ri
Rekomendasi pertanyaan dpr riRekomendasi pertanyaan dpr ri
Rekomendasi pertanyaan dpr rippibelanda
 
Telaah kritis konsep haki
Telaah kritis konsep hakiTelaah kritis konsep haki
Telaah kritis konsep hakiaaean
 
Hak Kekayaan Intelektual - Kelompok 8
Hak Kekayaan Intelektual - Kelompok 8Hak Kekayaan Intelektual - Kelompok 8
Hak Kekayaan Intelektual - Kelompok 8yoraayoraa
 
Makalah pendidikan agama islam
Makalah pendidikan agama islamMakalah pendidikan agama islam
Makalah pendidikan agama islamNovaaaRukmana
 
SlidePPT_PPKn XII Bab 2 Penegakan hukum..pptx
SlidePPT_PPKn XII Bab 2 Penegakan hukum..pptxSlidePPT_PPKn XII Bab 2 Penegakan hukum..pptx
SlidePPT_PPKn XII Bab 2 Penegakan hukum..pptxfirmanmaulana68
 
Asas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdf
Asas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdfAsas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdf
Asas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdfAchmad98
 
Slide mengenai hak cipta universitas dirgantara marsekal suryadarma
Slide mengenai hak cipta universitas dirgantara marsekal suryadarmaSlide mengenai hak cipta universitas dirgantara marsekal suryadarma
Slide mengenai hak cipta universitas dirgantara marsekal suryadarmaIdo Mantan
 

Similar to Jurnal ilmiah (20)

13, hbl, Leni Anggraeni, Hapzi Ali, Hak atas Kekayaan Intelektual ,Universita...
13, hbl, Leni Anggraeni, Hapzi Ali, Hak atas Kekayaan Intelektual ,Universita...13, hbl, Leni Anggraeni, Hapzi Ali, Hak atas Kekayaan Intelektual ,Universita...
13, hbl, Leni Anggraeni, Hapzi Ali, Hak atas Kekayaan Intelektual ,Universita...
 
Makalah tik
Makalah tikMakalah tik
Makalah tik
 
Hari HKI 1
Hari HKI 1Hari HKI 1
Hari HKI 1
 
Jurnal pelanggaran hak atas kekayaan intelektual
Jurnal pelanggaran hak atas kekayaan intelektualJurnal pelanggaran hak atas kekayaan intelektual
Jurnal pelanggaran hak atas kekayaan intelektual
 
Makalah tik
Makalah tikMakalah tik
Makalah tik
 
Pelanggaran hak cipta
Pelanggaran hak ciptaPelanggaran hak cipta
Pelanggaran hak cipta
 
Surat perjanjian lisensi terhadap pemegang hak cipta kepada pihak lain
Surat perjanjian lisensi terhadap pemegang hak cipta kepada pihak lainSurat perjanjian lisensi terhadap pemegang hak cipta kepada pihak lain
Surat perjanjian lisensi terhadap pemegang hak cipta kepada pihak lain
 
Situasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digital
Situasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digitalSituasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digital
Situasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digital
 
Aspek hukum dalam ekonomi #
Aspek hukum dalam ekonomi #Aspek hukum dalam ekonomi #
Aspek hukum dalam ekonomi #
 
Hbl 13, dyana anggraini, hapzi ali, hak atas kekayaan intelektual, hak merk, ...
Hbl 13, dyana anggraini, hapzi ali, hak atas kekayaan intelektual, hak merk, ...Hbl 13, dyana anggraini, hapzi ali, hak atas kekayaan intelektual, hak merk, ...
Hbl 13, dyana anggraini, hapzi ali, hak atas kekayaan intelektual, hak merk, ...
 
Aspek hukum dalam ekonomi dan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)
Aspek hukum dalam ekonomi dan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)Aspek hukum dalam ekonomi dan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)
Aspek hukum dalam ekonomi dan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)
 
Rekomendasi pertanyaan dpr ri
Rekomendasi pertanyaan dpr riRekomendasi pertanyaan dpr ri
Rekomendasi pertanyaan dpr ri
 
Telaah kritis konsep haki
Telaah kritis konsep hakiTelaah kritis konsep haki
Telaah kritis konsep haki
 
Hak Kekayaan Intelektual - Kelompok 8
Hak Kekayaan Intelektual - Kelompok 8Hak Kekayaan Intelektual - Kelompok 8
Hak Kekayaan Intelektual - Kelompok 8
 
Makalah bagian 5
Makalah bagian 5Makalah bagian 5
Makalah bagian 5
 
Makalah pendidikan agama islam
Makalah pendidikan agama islamMakalah pendidikan agama islam
Makalah pendidikan agama islam
 
SlidePPT_PPKn XII Bab 2 Penegakan hukum..pptx
SlidePPT_PPKn XII Bab 2 Penegakan hukum..pptxSlidePPT_PPKn XII Bab 2 Penegakan hukum..pptx
SlidePPT_PPKn XII Bab 2 Penegakan hukum..pptx
 
Asas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdf
Asas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdfAsas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdf
Asas_asas_Hukum_Pidana_EBook.pdf
 
Slide mengenai hak cipta universitas dirgantara marsekal suryadarma
Slide mengenai hak cipta universitas dirgantara marsekal suryadarmaSlide mengenai hak cipta universitas dirgantara marsekal suryadarma
Slide mengenai hak cipta universitas dirgantara marsekal suryadarma
 
Antikorupsiii
AntikorupsiiiAntikorupsiii
Antikorupsiii
 

Recently uploaded

pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxkhairunnizamRahman1
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptxahmadrievzqy
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 

Recently uploaded (6)

pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 

Jurnal ilmiah

  • 1. TINDAKAN PLAGIARISME HAK CIPTA DI TINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA JURNAL ILMIAH Oleh : INDRA LESMANA D1A-109-080 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2014
  • 2. HALAMAN PENGESAHAN TINDAKAN PLAGIARISME HAK CIPTA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA Oleh : INDRA LESMANA D1A-109-080 Mataram: ___________________ Menyetujui: Pembimbing Utama, Dr. LALU PARMAN.SH.,MH,. NIP: 1958048 98602 1 001
  • 3. TINDAKAN PLAGIARISME HAK CIPTA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA Indra Lesmana D1A-109-080 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan menelaah bentuk tindak pidana plagiarism yang sering terjadi pada hak cipta, mengetahui pertanggungjawaban pidana yang diberikan bagi plagiator dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Metode yang digunakan adalah metode pendekatan peraturan Perundang - undangan, pendekatan konseptual. Bentuk tindak pidana plagiarisme berdasarkan undang-undang hak cipta, dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan, memperbanyak, menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual hak cipta, pertanggungjawaban pidana yang diberikan bagi plagiator yaitu pidana penjara paling singkat 1 bulan dan/atau paling lama 7 tahun serta pidana denda paling sedikit 1 juta rupiah dan paling banyak 5 miliar. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bentuk tindak pidana plagiarism ialah mengumumkan, memperbanyak, mengedarkan, menjual hak cipta tanpa sepengetahuan pencipta atau pemegang hak cipta, sedangkan terkait pertanggungjawaban pidana bahwa sistem pemidanaan yang berikan kepada plagiator ialah alternatife-kumulatif. Kata Kunci: Plagiarisme Hak Cipta THE PLAGIARISM OF COPYRIGHT BASED ON PERSPECTIVE OF CRIMINAL LAW Indra Lesmana D1A-109-080 ABSTRACT This research aims to understand and examine the shape of the crime of plagiarism are common in copyright, determine criminal responsibility given to the plagiarist in the law enforcement. The method used is the Regulatory approach and conceptual approach. The shape of the crime of plagiarism by the act of copyright, intentionally and without right to publish, reproduce, transmit, display, distribute or sell the copyright, criminal liability is given for the plagiarist imprisonment for between 1 month and/ or a maximum of 7 years and fined at least 1 million rupiah and a maximum of 5 billion rupiah. From the research it can be concluded that the shape of the crime of plagiarism is announced, reproduce, distribute, sell the copyright without the knowledge of the creator or the copyright holder, while related criminal liability that the criminal system is given to alternatives-plagiarist is cumulative.
  • 4. Keywords: Plagiarism of Copyright PENDAHULUAN Pada zaman yang modern ini manusia sering kali menggunakan cara instan untuk menghasikan sesuatu. Hal ini diakibatkan oleh semakin besarnya tuntutan bagi manusia untuk selalu bergerak cepat. Selain itu dikarenakan sedikitnya waktu yang dimiliki oleh manusia untuk bisa menyelesaikan tugas-tugasnya. Kebiasaan atau budaya instan ini mengakibatkan banyak sekali kerugian dan dampak buruk. Salah satu dampak buruk dari kebiasaan atau budaya instan adalah plagiarisme (istilah plagiarisme dikenal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia) yang kini telah merambah hampir ke seluruh aspek kehidupan. Mengenai plagiarisme atau pelanggaran Hak Cipta, Indonesia dari tahun 2001 sampai tahun 2006 sudah masuk dalam Priority Watch List (PWL) atau Status pembajak berbahaya yang perlu diperhatikan, atau sudah mendapat lampu kuning mengenai tindakan plagiarisme.1 Namun melalui The United States Trade Representatif (USTR) atau Badan yang mengemban tugas mengurusi segala sesuatu berkaitan dengan tarif dan non tarif barrier (hambatan) dalam perdagangan serta memberikan masukan kepada USTR, Presiden dan kongres berkaitan dengan tarif.2 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengatur mengenai kejahatan dan pelanggaran belum terdapat aturan mengenai plagiarisme atau pelanggaran hak cipta, tetapi diatur secara khusus mengenai pengaturan Hak Cipta, sudah ada sejak zaman Hindia Belanda dengan pengaturan hak-hak khusus terhadap pengarang atau disebut dengan Auteurswet 1912.3 Indonesia juga telah 1Www.HukumOnline.com, Menyikapi Priority Watch List (USTR), 19 Juli 2006. Diakses 19 Maret 2014 2 Firdaus Cahyadi, Kamus untuk Memahami Istilah Copyright di Internet, Yayasan Satu Dunia, 2009, hlm. 9 3 Eddy Damian, Hukum Hak cipta, Cet.3, Edisi kedua, PT. Alumni, Bandung, 2005, hlm. 7
  • 5. memiliki Undang-undang Nomor Tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 yang selanjutnya dicabut dan diganti dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.4 Plagiarisme juga diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi. Rumusan masalah dari tindak pidana plagiarisme hak cipta ini ialah pertama bagaimana bentuk-bentuk tindak pidana plagiarisme hak cipta dan kedua bagaimana pertanggungjawaban bagi pelaku tindak pidana hak cipta berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk tindak pidana plagiarisme hak dan untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana yang diberikan pada plagiator yang melakukan tindak pidana plagiarisme Hak Cipta dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah pertama manfaat akademis yaitu untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai derajat S-1 program studi ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Mataram. Hasil dari penelitian ini diharapkan juga mampu sebagai referensi bagi kalangan yang membutuhkan serta berminat untuk mengembangkan dalam tahap lebih lanjut. Kedua manfaat teoritis yaitu dari hasil penelitian diharapkan memiliki kontribusi dan bermanfaat dalam pengembangan hukum pidana khususnya yang berkaitan dengan tindakan plagiarisme Hak Cipta. Ketiga manfaat praktis ialah penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa, akademisi, aparat penegak hukum dan masyarakat sehingga mengetahui bentuk tindak pidana plagiarisme Hak Cipta, dan bentuk 4 Ibid
  • 6. pertanggungjawaban pidana bagi plagiator yang melakukan tindakan plagiarisme Hak Cipta. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skiripsi ini ialah Metode Penelitian Normatif dengan pendekatan perundang-undangan (Statue Approach), pendekatan konseptual (conceptual Approac). Jenis bahan hukum ialah bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier. Tehnik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Document atau studi kepustakaan, dan analisis bahan hukum dengan menggunakan metode analisa interpretasi.
  • 7. PEMBAHASAN A. Bentuk-bentuk tindak pidana plagiarimse hak cipta menuurut peraturan perundang-undang di Indonesia. Tindak pidana plagiarisme hak cipta umumnya didorong untuk mencari keuntungan finansial secara cepat dengan mengabaikan kepentingan para pencipta dan pemegang hak cipta. Perbuatan para pelaku jelas melanggar hukum yang menentukan agar setiap orang dapat mematuhi, menghormati, dan menghargai hak-hak orang lain dalam hubungan keperdataan termasuk penemuan baru sebagai ciptaan orang lain yang diakui sebagai hak milik oleh ketentuan hukum.5 Berdasarkan ketentuan Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang hak cipta, bentuk-bentuk perbuatan tindak pidana plagiarisme hak cipta baik yang berkenaan dengan dengan hak moral maupun hak ekonomi, secara rinci dari sembilan kategori dapat dikelompokan menjadi tiga belas kelompok perbuatan, adalah sebagai berikut:6 1. Dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) tentang hak eksklusif Pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan dan memperbanyak ciptaan. 2. Dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) tentang hak eksklusif pelaku untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, mempebanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/ atau gambar; 3. Dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbauatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) tentang hak eksklusif produser rekaman suara untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya memperbanyak dan/atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyi; 4. Dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptan atau barang hasil pelanggaran 5Teguh Sulistia, dan Aria Zumetti, Perlindungan Hukum terhadap Pelanggaran Hak Cipta, http://www.balitbang.kemhan.go.id/?q=content/ diakses pada tanggal 29 Mei 2014 6 Otto Hasibuan, Hak Cipta di Indonesia (Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu,Neighbouring Rights, dan Collecting Society), Bandung, 2008. Hlm. 132
  • 8. hak cipta dan hak terkait sesuai Pasal 2 ayat (1), Pasal 49 ayat (1), dan Pasal 49 ayat (2); 5. Dengan sengaja tan hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program computer; 6. Dengan sengaja melanggar Pasal 17 tentang larangan mengumumkan setiap ciptaan yang bertentangan degan kebijaksanaan pemerintah din bidang agama. Pertahanan, dan keamanan Negara, kesusilaan, serta ketertiban umum setelah mendapat pertimbangan Dewan hak cipta; 7. Dengan sengaja melanggar Pasal 19 tentang larangan untuk memperbanyak atau mengumumkan ciptaan Potret oleh pemegang hak cipta atas Potret tanpa izin dari yang dipotret atau ahli warisnya, sedangkan potret dimaksud dibuat atas permintaan sendiri dari orang yang dipotret atau atas permintaan yang dilakukan atas nama yang dipotret, serta untuk kepentingan yang dipotret; 8. Dengan sengaja melanggar Pasal 20 tentang larangan mengumumkan potre yang dibuat tanpa persetujuan dari orang dipotret atau tanpa persetujuan orang lain atas nama yang dipotret, serta tidak untuk kepentingan yanag dipotret, apabila pengumuman itu bertentangan dengan kepentingan yang wajar dari orang yang dipotret atau salah seorang dari ahli warisnya apabila orang yang dipotret sudah meninggal dunia; 9. Dengan sengaja melanggar Pasal 49 ayat (3) tentang hak eksklusif lembaga penyiaran untuk meberi izin atau melarang pihak lain yan tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, dan/atau menyiarkan ulang karya siarannya melalui transmisi dengan atau tanpa kabel, atau melalui system elktromagnetik lain; 10. Dengan sengaja meelanggar Pasal 24 atau Pasal 55 tentang hk Pencipta atau ahli warisnya menuntut pemegang hak cippta supaya nama pencipta tetap dicantumkan dalam ciptaanya; larangan mengubah suatu ciptaan walaupun hak ciptanya telah diserahkan kepada pihak lain, kecuali ahli warisnya dalam hal pencipta elah meninggal dunia; larangan mengubah judul dan anak judul ciptaan, pencantuman dan perubahan nama atau nama judul samaranpencipta, walaupun hak ciptanya telah diserahkan kepada pihak ain, kecuali dengan persetujuan pencipta atau dengan persetujuan ahli warisnya dalam hal pencipta telah meninggal dunia; dan hak pencipta mengadakan perubahan pada ciptaannya sesuai dengan kepatuutan dalam masyarakat; 11. Dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25 tentna glarangan meniadakan atau mengubah informasi elektronik tentnag informasi manajemen hak pencipta; 12. Dengan sengaja dan tanpa melanggar Pasal 27 tentang larangan merusak, meniadakan atau membuat tidak berfungsi sarana kontrol
  • 9. teknologi sebagai pengaman hak pencipta, kecuali atas izin pencipta; 13. Dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 28 tentang kewajiban memenuhi semua peraturan perizinan dan persyaratan produksi yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang bagi ciptaan-ciptaan yang menggunakan sarana produksi berteknologi tinggi, khususnya dibidang cakram optic (optical disc). Dalam ketentuan pasal 72 tersebut, tindak pidana plagiarisme dilakukan orang-perorangan atau sekelompok orang dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak, mengumumkan, memamerkan, mengedarkan ciptaan tanpa seizin pencipta atau pemegang hak cipta. Sehingga dari rincian di atas penyusun menyimpulkan bahwa tindak pidana plagiarisme terhadap hak cipta dapat terjadi dalam berbagai bentuk yaitu: a. Tindak pidana plagiarisme secara langsung (direct infringement) Perbuatan tindak pidana plagiarisme hak cipta secara langsung atau direct infringement adalah perbuatan yang melanggar hak ekslusif pencipta atas ciptaannya untuk memperbanyak atau memproduksi, mengumumkan dan menyewakan suatu ciptaan tanpa izin pemegang hak cipta atau hak terkait.7 Istilah tindakan pidana plagiarisme secara langsung memang tidak dipergunakan dalam redaksional Undang-undang nomer 19 tahun 2002 tentang hak cipta, tetapi secara implisit terkandung dalam redaksional Pasal 2, Pasal 20 dan Pasal 49 Undang-undang Hak Cipta, yaitu:8 1) Tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. 2) Tanpa hak memperbanyak dan mengumumkan suatu potret. 3) Tanpa hak memperbanyak atau menyewakan suatu karya sinematografi dan program komputer untuk kepentingan komersial. 4) Tanpa hak membuat membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara/atau gambar pertunjukannya. 5) Tanpa hak memperbanyak, menyewakan karya rekaman suarau atau rekaman bunyi. 6) Tanpa hak melakukan pertunjukan umum (public performance), mengkomunikasikan pertunjukan langsung, dan 7 Elyta Ras Ginting. Op Cit, hlm. 200 8 Ibid.
  • 10. mengkomunikasikan secara interaktif suatu karya rekaman pelaku atau artis. 7) Tanpa hak membuat, meperbanyak dan atau menyiarkan ulang karya siaran melalui transmisi dengan atau tanpa kabel atau melalui system elektromagnetik lainnya. Tindak pidana plagiarisme hak cipta juga diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi, bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (1) undang-undang tersebut, plagiat terbatas pada: 1) Mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatn kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara maksimal. 2) Mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai. 3) Menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara memadai. 4) Merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari sumber kata-kata dan/atau kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara memadai. 5) Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara memadai. Dari ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan menteri pendidikan nasional tersebut, bahwa fokus tindak pidana plagiarisme yaitu diperguruan tinggi yang mengacu pada tindak plagiarisme pada karya ilmiah saja. b. Tindak pidana plagiarisme secara tidak langsung (indirect infringement) Tindak pidana plagiarisme tidak langsung dibidang hak cipta pada umumnya berkaitan dengan ciptaan yang merupakan hasil dari tindak pidana hak cipta atas ciptaan lain. Secara konvensional, tindak pidana hak cipta secara tidak langsung terhadap hak cipta dilakukan dengan cara memperdagangkan atau mengimpor barang hasil tindak pidana hak cipta,
  • 11. seperti CD/DVD lagu-lagu bajakan ataupun karya sinematografi bajakan tanpa izin pemilik hak cipta. Dalam bentuk lain, tindak pidana hak cipta secara tidak langsung adalah suatu perbuatan yang secara tidak langsung ditujukan terhadap suatu ciptaan, tetapi perbuatan tersebut berakibat pada terjadinya tindak pidana hak cipta. Adapun perbedaannya dengan tindak pidana plagiarisme secara langsung menurut McKeough dan Stewart adalah:9 “No intention to infringe need be established: a person is still liable if they act innocence of the plaintiff’s copyrights. By contrast, certain other ‘indirect’ infringements do require actual or constructive knowledge of wrongdoing”. "Tidak ada niat untuk melanggar perlu dibentuk: seseorang masih bertanggung jawab jika mereka bertindak tidak bersalah hak cipta penggugat. Sebaliknya, pelanggaran tertentu lainnya 'tidak langsung' memang membutuhkan pengetahuan aktual atau konstruktif dari kesalahan”. Berdasarkan rumusan McKeough dan Stewart tersebut, bahwa unsur pembeda antara tindak pidana plagiarisme secara langsung dan tidak langsung terletak pada niat, kesengajaan, atau pengetahuan dari pelaku dalam melakukan tindak pidana hak cipta tersebut. Dalam tindak pidana plagiarisme secara langsung niat pelaku selamanya harus ada. Sedangkan tidak langsung, niat atau sengajaan untuk melakukan tidak selamanya disyaratkan. 10 Bentuk dari tindak pidana hak cipta secara tidak langsung dalam undang-undang hak cipta diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut: - Pasal 72 ayat (2) Menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan hasil tindak pidana hak cipta atau hak terkait - Pasal 72 ayat (4) Pengumuman suatu ciptaan yang bertentangan dengan kebijakansanaan pemerintah dibidang agama, perbendaharaan dan keamanan Negara, kesusilaan, serta ketertiban umum. Termassuk 9 Elyta Ras Ginting, Op, Cit. Hlm. 10 Ibid
  • 12. di dalamnya menyiarkan atau mempertunjukan film yang tidak lolos sensor oleh Badan Sensor Film. - Pasal 72 ayat (7) dan (8) Secara tanpa hak telah atau mengubah informasi manajemen pencipta dalam suatu ciptaan serta merusak sarana control teknologi pengaman hak cipta dari suatu ciptaan. c. Turut serta membantu melakukan tindak pidana plagiarisme (Contributory Infringement) Dalam praktik penegakan hukum hak cipta, pihak lain yang tidak secara langsung melakukan tindak pidana plagiarisme juga dapat dimintai pertanggungjawaban hukumnya sebagai pelaku, yaitu dalam hal pembnerian bantuan atau turut serta melakukan tindak pidana. Dalam KUH Pidana diatur tentang dua jenis perbuatan yang juga dianggap sebagai pelaku tindak pidan, yaitu penyertaan serta membantu terjadinya atau terwujudnya suatu tindak pidana. Delik penyertaan diatur dalam Pasal 55 KUH Pidana yang mensyaratkan pelaku baru dapat dimintai pertanggungjawaban hukumnya sebagai pelaku peserta tindak pidana jika pelaku memiliki kesamaan niat atau tujuan dengan pelaku lainnya. Sedangkan delik perbantuan diatur dalam Pasal 56 KUH Pidana membagi dua bentuk perbuatan yang digolongkan sebagai perbuatan membantu terjadinya tindak pidana (medeplichtige), yaitu memberi bantuan pada saat terjadinya kejahatan dilakukan atau mempersiapkan tindak pidana dilakukan dengan cara memberi kesempatan, sarana, atau keterangan untuk melakukan tindak pidana.
  • 13. B. Pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana plagiarisme hak cipta menurut peraturan perundang-undang di Indonesia. Ketentuan-ketentuan mengenai pertanggungjawaban pidana bagi plagiator tersebut sudah dalam dalam ketentuan Pasal 72 Undang-undang nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta yang menyebutkan: (1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). (2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu Program Komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (4) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 17 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (5) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal 49 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). 6) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau Pasal 55 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). 7) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). 8) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
  • 14. 9) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 28 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah). Pertanggungjawaban pidana bagi pelaku tindak pidana plagiarisme hak cipta juga dijelaskan dalam ketentuan Pasal 70 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diberikan kepada mahasiswa atau akademisi yang ketahuan melakukan tindak pidana plagiarisme terhadap karya ilmiah ialah: “Lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) terbukti merupakan jiplakan dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Berdasarkan ketentuan dari Pasal-pasal diatas mengenai pertanggungjawaban pidana bagi pelaku tindak pidana plagiarisme diberikan kepada siapapun atau orang-perorangan yang melakukan tindak pidana plagiarisme, baik dilakukan secara langsung (direct infringement) dan tidak langsung (indirect infringement).
  • 15. PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian-uraian pembahasan diatas, maka penyusun dapat mengambil kesimpulan dari permasalahan yang telah disusun sebagai berikut: pertama bentuk-bentuk tindak pidana plagiarisme hak cipta berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang hak cipta, adalah: a. Dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan, memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, b. Dengan sengaja memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang-barang hasil tindak pidana hak cipta, c. Dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program komputer. Sedangkan kedua Peraturan mengenai pertanggungjawaban pidana dengan unsur “barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak” dalam Pasal 72 undang-undang nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta adalah orang-perorangan yang melakukan tindak pidana plagiarisme secara langsung (direct infringement), secara tidak langsung (indirect infringement), dan yang turut serta membantu melakukan tindak pidana plagiarisme (contributtory Infringement). Sistem pemidanaan yang diberikan bagi plagiator yaitu minimum khusus dan/atau maksimum khusus (berupa sanksi pidana penjara paling singkat 1 bulan sampai pidana penjara paling lama 7 yahun dan pidana denda paling sedikit 1 juta sampai pidana denda paling banyak 5 miliar). B. Saran Dari kesimpulan diatas maka penyusun menyampaikan saran sebagai berikut: pertama dalam upaya pemerintah untuk menanggulangi tindak pidana plagiarisme hak cipta, sebaik didalam undang-undang nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta di tambah redaksi atau bab khusus yang membahas mengenai bentuk tindak pidana plagairisme, sehingga masyarakat lebih paham dan mengerti terhadap tindak pidana plagairisme hak cipta. Kedua pertanggungjawaban pidana
  • 16. terhadap pelaku tindak pidana plagairisme sudah sesuai tapi pengaturan mengenai tindak pidana bagi korporasi belum diatur secara jelas sehingga perlu penambahan atau perubahan redaksi dalam undang-undang nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta agar mengakomodir semua tindak pidana plagairisme yang dilakukan oleh orang-perorangan ataupun korporasi.
  • 17. DAFTAR PUSTAKA 1. Buku & Makalah Cahyadi Cahyadi, Kamus untuk Memahami Istilah Copyright di Internet, Yayasan Satu Dunia, Jakarta, 2009. Damian Eddy. Hukum Hak Cipta. Cet. Ke 1, Edisi Ketiga., PT. Alumni, Bandung, 2009 Ginting Ras Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia, (Analisis Teori dan Praktik), PT. Citra Aditya. Bandung. 2012. 2. Perundang-Undangan Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Indonesia, Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, LN No.85 Tahun 2002.TLN No.a220. Indonesia, Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional, LN No. 78 Tahun 2003. TLN No.4301. Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi, 3. Skripsi Putra Rahmat Suardi, Kajian Yuridis terhadap Tindak Pidana Plagiat di tinjau dari Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,(Skripsi Fakultas Hukum Unram), Mataram, 2011. 4. Internet Lindasarlinda.blogspot.com, Hak Kekayaan Intelektual (HKI), 10 April 2013 Www.HukumOnline.com, Menyikapi Priority Watch List (USTR), 19 Juli 2006.
  • 18. Www.BeritaDewata.com, Hukum dan Kriminal Hukum Indonesia Paling Banyak Melanggar Hak Cipta, 18 September 2013.