2. Jintan Hitam
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Traceobionta
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Magnoliidae
Ordo : Ranuculases
Famili : Ranuculaceae
Genus : Nigella
Spesies : Nigella sativa L.
Sinonim : Nigella cretica miller,
Nigella indica Roxb
3. Deskripsi Tanaman
Tema setahun berbatang tegak. Batang
biasanya berusuk dan berbulu kasar, rapat
atau jarang –jarang dan disertai dengan
adanya bulu –bulu yang berkelenjar.
Bentuk daun lanset berbentuk garis,
panjang 1,5 cm sampai 2 cm, ujung
meruncing, terdapat tiga tulang daun yang
berbulu.
4. Ekologi dan Penyebaran
Jinten hitam dipercaya berasal dari Mediterania ( seputar
Laut Tengah ), Eropa Selatan sampai ke India. Bentuknya
kecil berserabut, ukurannya tidak lebih dari 3mm, dapat
tumbuh sampai pada ketinggian 1100mm dari permukaan
laut. Biasanya ditanam didaera pegunungan ataupun
sengaja ditanam dihalaman atau lading sebagai tumbuhan
rempah-rempah. Daerah sentra produksi Jintan di
Indonesia adalah Sumatrea dan Jawa serta diberbagai
daerah lainnya.
5. Bagian yang digunakan
Biji jinten hitam dipanen dari tanaman yang sudah
mengering tetapi belum kering benar, umur tanaman 110
sampai 115 hari, tanaman berwarna coklat
kekuningan. Cara panen dicabut atau dipotong pada
batangnya, dipanen pada pagi hari sebelum matahari
terbit, agar minyak atsiri dalam biji jinten hitam tidak
menguap
6. Makroskopik
Biji agak keras, bentuk limas ganda dengan kedua
ujungnya meruncing, limas yang satu lebih pendek
dari yang lain, bersudut 3 sampai 4, panjang 1,5 mm
sampai 2 mm, lebar lebih kurang 1 mm, permukaan
luar berwarna hitam kecoklatan, hitam kelabu sampai
hitam, berbintik-bintik, kasar, berkerut, kadang-
kadang dengan beberapa rusuk membujur atau
melintang. Pada penampang melintang biji terlihat
kulit biji berwarna coklat kehitaman sampai hitam,
endosperm berwarna kuning kemerahan, kelabu, atau
kelabu kehitaman, lembaga berwarna kuning pucat
sampai kelabu.
7. Mikroskopik
Kulit biji epidermis luar : selapis sel yang termampat, bentuk
memanjang, kadang-kadang berupa papila pendek, dinding
tipis, warna coklat muda atau coklat kehijauan. Dibawah
epidermis terdapat beberapa lapis sel parenkimatik, bentuk
memanjang, termampat, tidak berwarna atau berwarna
kehijauan, pada tiap rusuk diduga terdapat berkas pembuluh,
floem dan xylem sukar dibedakan karena selnya termampat,
pada daerah ini sel parenkim dibawah epidermis tidak
termampat dan selnya besar berbentuk pilogonal, kemudian
berturut-turut terdapat selapis sel berbentuk persegi empat,
berdinding tipis, tidak berwarna atau berwarna kehijauan,
didalam sel terdapat hablur berbentuk prisma besar, kadang-
kadang hamper memenuhi ruangan sel, pada penambahan
asam klorida pekat P hablur tidak larut, selapis sel berbentuk
palisade, tinggi ± 65 ?m, tersusun sangat teratur, dinding
tangensial dalam dan dinding radial sangat tebal, warna agak
kekuningan atau tidak berlignin, lumen sangat kecil terdapat
di ujung bagian luar, berbentuk trapesium atau bundar telur,
warna coklat kekuningan, selapis sel parenkimatik, bentuk
persegi empat tidak teratur, dinding tipis, sel jernih.
8. Epidermis dalam : selapis sel berbentuk persegi
empat tidak teratur, sel agak besar, lumen jernih,
dinding berwarna coklat berpenebalan jala, dinding
tangensial dalam lebih tebal. Endosperm terdiri dari
sel berbentuk polygonal, dinding tipis, tidak
berwarna, penuh berisi butir aleuron dan tetes-tetes
minyak. Embrio selnya lebih kecil dari sel
endosperm, dinding tipis, berisi butir aleuron dan
tetes-tetes minyak.
Serbuk : warna kelabu kehitaman. Fragmen
pengenal adalah fragmen epidemis luar yang
termampat dan berpapila pendek, fragmen sel
palisade terlihat tangensial, fragmen kulit biji,
fragmen epidermis dalam, fragmen sel berhablur
terlihat tangensial, fragmen endosperm dan
fragmen sel parenkimatik di bawah lapisan sel
palisade.
9.
10. Identifikasi
Pada 2 mg serbuk biji tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna
coklat.
Pada 2 mg serbuk biji tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P;
terjadi warna coklat.
Pada 2 mg serbuk biji tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida
P 5% b/v; terjadi warna hijau kekuningan.
Pada 2 mg serbuk biji tambahkan 5 tetes larutan kalium hidroksida P
5% b/v; terjadi warna hijau kekuningan.
Pada 2 mg serbuk biji tambahkan 5 tetes ammonia (25%) P; terjadi
warna hijau kekuningan.
Pada 2 mg serbuk biji tambahkan 5 tetes larutan kalium idoida P 6%
b/v; terjadi warna kuning.Pada 2 mg serbuk biji tambahkan 5 tetes
larutan besi (III) klorida P 5% b/v; terjadi warna hijau kekuningan.
Kadar abu tidak lebih dari 8 %.
Kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak lebih dari 1,3 %.
Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 22 %.
Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 18 %.
Bahan organik asing tidak lebih dari 2 %.
11. Kandungan Jinten Hitam
Kandungan biji jintan hitam antara lain:
1. Timokuin
2. Timohidrokuinon
3. Ditimokuinon
4. Thymol
5. Carvacrol
6. Nigellicine
7. Nigellidine
8. nigellimine-N-oxide
9. Alpha-hedrin
12. Kegunaan
Jinten hitam berguna untuk:
Mencegah terjadinya kejang otot dan melebarkan saluran
pernafasan, anti radang dan juga anti nyeri, batuk dan
demam, melancarkan dan menghilangkan nyeri haid,
mengobati wasir, antihistamin, menghangatkan badan,
serta dapat melancarkan buang air kecil, antioksidan
stimulansia, karminatifa, diaforetika
13. Cara pengolahan simplisia
Pengolahan simplisia meliputi biji jinten hitam
dipanen dari tanaman yang sudah mengering tetapi
belum kering benar, umur tanaman 110 sampai 115
hari, tanaman berwarna coklat kekuningan. Cara
panen yaitu dicabut atau dipotong pada batangnya,
dipanen pada pagi hari sebelum matahari terbit, agar
minyak atsiri dalam biji jinten hitam tidak
menguap. Dapat digunakan alat perontok untuk
memisahkan biji dari tanaman, kemudian dibersihkan
dengan blower agar kotoran terpisah dari biji. Biji
dikeringkan, disimpan atau bisa langsung digunakan.