Skripsi ini membahas sistem jual beli dengan uang muka (panjar) menurut pandangan mazhab Hanafi. Pembahasan dimulai dengan latar belakang masalah tentang perbedaan pendapat ulama madzhab terhadap keabsahan sistem ini. Pokok masalahnya adalah bagaimana metode istinbat hukum dan pendapat mazhab Hanafi serta validitas dalil yang digunakan. Tujuannya adalah menjelaskan sistem ini menurut Hanafi dan mengetahui validitas
ANALISIS TENTANG SISTEM JUAL BELI PANJAR (DOWN OF PAYMENT) MENURUT PANDANGAN IMAM HANAFI
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai sistem kehidupan, Islam memberikan warna dalam setiap
dimensi kehidupan manusia, tak terkecuali dunia ekonomi. Sistem Islam
ini berusaha mendialektifkan nila-nilai ekonomi dengan nilai akidah
ataupun etika. Artinya, kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia
dibangun dengan materialisme dan spiritualisme. Kegiatan ekonomi yang
dilakukan tidak hanya berbasis nilai materil, akan tetapi terdapat sandaran
transcendental di dalamnya, sehingga akan bernilai ibadah. Selain itu,
konsep dasar Islam dalam kegiatan muamalah (ekonomi) juga sangat
konsen dengan nilai-nilai humanisme.1
Muamalah sendiri sering diartikan sebagai suatu aturan-aturan
(hukum-hukum) Allah untuk mengatur manusia yang berkaitan dengan
urusan duniawi dalam pergaulan sosial, sehingga setiap orang tidak dapat
lepas dari orang lain untuk menutupi kebutuhannya. Interaksi antar
individu manusia adalah perkara yang penting yang mendapatkan
perhatian besar dalam Islam, khususnya yang berhubungan dengan
pertukaran harta. Oleh karena itu Allah berfirman :
1 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), Cet.I, hlm.xviii
2. 2
ضٍ راَ تَ عنَ ةً رَ جاَ تِ نَ كوُ تَ أنَ لّ إِ لِ طِ باَ لْ باِ مْ كُ نَ يْ بَ مْ كُ لَ واَ مْ أَ اْ لوُ كُ أْ تَ لَ اْ نوُ مَ آ نَ ذيِ لّ ا هاَ يّ أَ ياَ
حيماِ رَ مْ كُ بِ نَ كاَ هَ لّ ال نّ إِ مْ كُ سَ فُ أنَ اْ لوُ تُ قْ تَ لَ وَ مْ كُ منّ 2
Salah satu cara untuk meningkatkan taraf hidup manusia adalah
dengan cara transaksi jual beli. Sejak dahulu, transaksi jual beli sudah
dilaksanakan oleh manusia untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Jual beli barang merupakan transaksi paling kuat dalam dunia perniagaan
(bisnis), bahkan secara umum addalah bagian terpenting dalam aktivitas
usaha. Dalam syariat Islam sendiri jual beli dianjurkan seperti dalam
firman Allah SWT :
الربا وحرم البيع ا وآحل3
Dalam melakukan transaksi jual beli, hal yang penting diperhatikan
ialah mencari barang yang halal dan dengan jalan yang halal pula. Artinya,
carilah barang yang halal untuk diperjualbelikan kepada orang lain atau
diperdagangkan dengan cara yang sejujur-jujurnya, bersih dari segala sifat
yang dapat merusak jual beli seperti halnya penipuan, pencurian,
perampasan, riba, dan lain- lain.4
Salah satu sistem jual-beli yang kini berkembang, yaitu
pemberlakuan uang panjar sebagai tanda pengikat kesepakatan. Istilah ini
dikenal dengan DP (Down of Payment), atau uang muka. Biasa pula
2 An-Nisa (4) : 29
3 Al-Baqarah (2) : 275
4 Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Mazhab Syafi’i, hlm.24
3. 3
disebut dengan istilah "tanda jadi". Bentuk jual beli ini dapat diberi
gambaran sebagai berikut : sejumlah uang yang dibayarkan di muka
oleh seseorang pembeli barang kepada si penjual. Apabila transaksi itu
mereka lanjutkan, maka uang muka itu dimasukkan ke dalam harga
pembayaran. Namun, apabila si penjual tidak melanjutkan transaksi
penjualan tersebut, maka uang yang sudah dibayarkan tadi akan
menjadi milik si penjual.
Menanggapi hal tersebut, ulama madzhab memiliki perbedaan
pandangan hukum. Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Hanafi
menyatakan bahwa jual beli sistem panjar (DP) tidak sah, karena
merupakan jual beli yang fasid (rusak) dan dianggap memakan harta
orang lain dengan cara bathil. Namun, berbeda halnya dengan pandangan
Imam Ahmad bin Hanbal, beliau menganggap jual beli tersebut
diperbolehkan.5
Kemudian, yang menjadi permasalahan di sini ialah bagaimana
hukum Islam menanggapi sistem jual beli panjar ini. Mayoritas ulama
madzhab menganggap bahwa hal tersebut tidak sah, tetapi dalam
kehidupan bermasyarakat hal ini telah menjadi suatu kebiasaan. Maka,
berawal dari hal inilah penulis ingin mengkaji dan menganalisis sistem
jual beli panjar menurut pandangan Imam Hanafi yang terkenal dengan
beristinbat hukum dengan menggunakan akal atau ra’yu.
5 Ibid., hlm.91
4. 4
B. Pokok Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
penulis dapat merumuskan pokok permasalahan sebegai berikut :
1. Bagaimana metode istinbat hukum madzhab Hanafi tentang sistem
jual beli panjar (DP) ?
2. Bagaimana pendapat madzhab Hanafi tentang sistem jual beli panjar?
3. Bagaimana validitas dalil yang menjadi dasar argumentasi madzhab
Hanafi tentang sistem jual beli panjar?
C. Kegunaan Hasil Penelitian
Bertitik tolak dari pokok permasalahn di atas, maka tujuan yang
ingin dicapai dari penulisan ini ialah :
1. Untuk menjelaskan dan mendeskripsikan sistem jual beli panjar
menurut pandangan Imam Hanafi.
2. Untuk mengetahui validitas dalil yang menjadi dasar argumentasi
Imam Hanafi tentang sistem jual beli panjar.
Adapun penulisan skripsi ini dapat digunakan ke dalam dua aspek, yaitu:
1. Aspek keilmuan. Dengan adanya penelitian ini semoga dapat
memperkaya khazanah keilmuan kita terkait dengan masalah jual
5. 5
beli dengan sistem panjar dan sekaligus dapat dijadikan bahan lebih
lanjut tentang jual beli panjar.
2. Aspek terapan (praktis). Jika dilihat dari aspek praktis ini, semoga
dapat dimanfaatkan untuk menyusun program pembinaan kehidupan
beragama dan bermasyarakat, khususnya yang berkenaan dengan
Mu’amalah untuk kalangan para pedagang yang melakukan aktivitas
transaksi jual beli.
D. Telaah Pustaka
Pembahasan mengenai jual beli dengan sistem panjar telah penulis
temukan dalam beberapa tulisan dan penelitian yang sifatnya sangat
beragam, mengingat di era yang sangat modern ini jual beli sistem panjar
(DP) sudah menjadi tradisi tersendiri. Maka dari itu, penulis tertarik untuk
mengkaji lebih dalam tentang jual beli sistem panjar menurut pandangan
mazhab Hanafi. Berikut beberapa karya ilmiah yang membahas tentang
jual beli sistem panjar, di antaranya yaitu :
Aisyatun Nadlifah dalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan
Hukum Islam terhadap Penerapan Panjar dalam Sewa Menyewa Rumah
(Studi Kasus di Sapen Demangan Gondokusuman Yogyakarta)”. Skripsi
ini menjelaskan pandangan hukum Islam terhadap penerapan panjar dalam
sewa menyewa rumah kos di daerah Sapen Demangan Gondokusuman
Yogayakarta. Hukumnya diperbolehkan, dengan pertimbangan bahwa
6. 6
Allah SWT mempermudah segala urusan asalkan sesuai ketentuan hukum
Islam dan tidak akan mempersulit upaya pelaksanaannya. Hal ini
mengandung maksud bahwa panjar (DP) diperbolehkan selama itu sudah
disepakati oleh pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian serta tidak
boleh merugikan salah satu pihak. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah
penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian dengan data yang
diperoleh dari kegiatan di kancah (lapangan) kerja penelitian. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dengan studi lapangan (observasi dan
wawancara) dan studi kepustakaan.6
Syamsul Ma’arif dalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Hukum
Islam terhadap Uang Muka dalam Sewa Menyewa di Famous
Transportation Yogyakarta”. Dalam skripsi ini, praktek sewa menyewa
dengan memakai uang muka yang terjadi di Famous Transportation adalah
melakukan pemesanan terhadap mobil terlebih dahulu sebelum
memakainya disertai dengan pemberian tanda jadi yaitu uang muka
sebesar sepertiga atau setengah dari total biaya sewa tersebut. Pandangan
hukum Islam dalam penerapan uang muka dalam sewa menyewa mobil
tersebut adalah tidak sah dengan pertimbangan bahwa Allah SWT
melarang segala urusan yang mendzolimi atau membuat aniaya kepada
orang lain, yakni adanya pemaksaan dalam proses sewa menyewa. Jenis
penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan (field
6 Aisyatun Nadlifah, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Penerapan Panjar dalam Sewa Menyewa
Rumah (Studi Kasus di Sapen Demangan Gondokusuman Yogyakarta),” Jurusan Muamalat
Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta : Skripsi Tidak dipublikasikan (2009).
7. 7
research), serta teknik pengumpulan data dengan teknik wawancara dan
observasi.7
Siti Maslikah dalam skripsinya yang berjudul “Jual Beli Hasil
Bumi dengan Sistem Panjar dalam Prespektif Hukum Islam (Studi Kasus
di Desa Jenarsari Gemuh Kendal)”. Skripsi ini memberikan kesimpulan
bahwa jual beli sistem panjar dalam pandangan hukum Islam tidak sah,
sebab dalam jual beli tersebut ada beberapa unsur yang tidak
diperbolehkan. Di samping itu larangan jual beli tersebut karena adanya
hadist yang melarangnya, serta ada syarat fasad. Walaupun dalam praktek
jual beli hasil bumi sistem panjar di Desa Jenarsari hukumnya sah akan
tetapi, syari’at melarang jual beli tersebut dan mendapatkan dosa bagi
pelakunya apabila dari salah satu pihak ada yang dirugikan. Jenis
penelitian yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah field research
(studi lapangan). Adapun alat untuk mengumpulkan data dengan
wawancara dan observasi.8
Hidayat Nuryatin dalam skripsinya yang berjudul “Jual Beli Sistem
Panjar dalam Perspektif Mazhab Syafi’i”. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa jual beli sistem panjar dalam pandangan Mazhab
Syafi’i hukumnya tidak sah, sebab dalam jual beli tersebut ada beberapa
unsur yang tidak diperbolehkan, di samping itu larangan jual beli tersebut
7 Syamsul Ma’arif, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Uang Muka dalam Sewa Menyewa di
Famous Transportation Yogyakarta”, Jurusan Muamalat Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta : Skripsi tidak dipublikasikan (2009).
8 Siti Maslikah, “Jual Beli Hasil Bumi dengan Sistem Panjar dalam Prespektif Hukum Islam
(Studi Kasus di Desa Jenarsari Gemuh Kendal),” Jurusan Muamalat Fakultas Syariah IAIN
Walisongo Semarang : (2012).
8. 8
karena adanya hadis yang melarangnya. Dalam hal ini antara pandangan
Mazhab Syafi’i tentang jual beli sistem panjar dengan praktek yang
dilakukan masyarakat dewasa ini dirasa kurang relevan dengan adanya
perubahan hukum yang sesuai dengan perkembangan zaman maka jual
beli sistem panjar dalam praktek dewasa ini boleh, disamping itu
kebolehanya jual beli tersebut karena tradisi yang sudah melekat dalam
masyarakat tidak dapat ditinggalkan, dan itu artinya jual beli sistem panjar
boleh. Karena penelitian ini termasuk kategori penelitian kepustakaan
(bibliography research), maka teknik pengumpulan data menggunakan
studi pustaka, yaitu menghimpun data dari data primer dan skunder yang
ada hubungannya dengan permasalahan yang akan dibahas, yang
kemudian disimpulkan dan dianalisis.9
E. Kerangka Teoritik
Secara bahasa, jual beli adalah menukar barang dengan sesama
barang atau dengan uang yang dilakukan dengan jalan melepaskan hak
milik dari yang satu kepada yang lainya atas dasar saling merelakan.
Dalam transaksi jual beli ada dua belah pihak yang terlibat, transaksi
terjadi pada benda atau harta yang membawa pada kemaslahatan bagi
kedua belah pihak, harta yang diperjual belikan itu halal, dan kedua belah
pihak itu mempunyai hak atas kepemilikanya untuk selamanya10
. Hal yang
9 Hidayat Nuryatin, “Jual Beli Sistem Panjar dalam Perspektif Mazhab Syafi’i”, Fakultas Syariah
IAIN Sunan Ampel Surabaya : Skripsi tidak dipublikasikan (2009).
10Sohari Sahrani, RU’fa Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghali Indonesia, 2011), hlm. 66
9. 9
paling pokok dari tasaruf adalah adanya rukun dan syarat jual beli, tanpa
adanya hal tersebut maka kegiatan tasaruf tersebut dianggap tidak sah.
Selain itu, Al-bai’ (jual beli) bisa juga disebut dengan tukar
menukar harta dengan harta dengan jalan sukarela atau suka sama suka.
Atau bisa juga disebut dengan memindahkan kepemilikan dengan adanya
imbalan menurut cara yang dibenarkan syara’.
Para ulama’ memberikan definisi yang berbeda-beda dalam segi
terminologi. Dikalangan ulama’ Hanafi terdapat dua definisi, jual beli
adalah:
1. Saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu.
2. Tukar menukar sesuatu yang diinginkan dengan sesuatu yang sepadan
melalui cara tertentu yang bermanfaat.11
Sedangkan menurut KUH Perdata pasal 1457, jual beli adalah
suatu persetujuan yang mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk
menyerahkan kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang
telah dijanjikan.
Dalam pasal tersebut terdapat akibat hukum bahwa jual beli telah
dianggap terjadi antara kedua belah pihak, ketika setelahnya orang-orang
ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun
kebendaan itu belum diserahkan maupun harganya dibayar. Dari pergertian
11 Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), hlm 53
10. 10
tersebut, maka timbullah sistem jual beli panjar atau disebut juga dengan
DP (Down of Payment), atau uang muka. Jual beli ini terjadi ketika
seorang pembeli barang menyerahkan sejumlah uang kepada penjual
dengan maksud sebagai uang muka atas barang yang akan dibelinya.
Apabila transaksi itu mereka lanjutkan, maka uang muka itu
dimasukkan ke dalam harga pembayaran. Namun, apabila si penjual
tidak melanjutkan transaksi penjualan tersebut, maka uang yang sudah
dibayarkan tadi akan menjadi milik si penjual.
Berkaitan dengan hukum dari jual beli sistem panjar ini, maka
para ulama madzhab memiliki perbedaan pandangan hukum. Imam
Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Hanafi menyatakan bahwa jual beli sistem
panjar (DP) tidak sah, karena merupakan jual beli yang fasid (rusak) dan
dianggap memakan harta orang lain dengan cara bathil. Namun, berbeda
halnya dengan pandangan Imam Ahmad bin Hanbal, beliau menganggap
jual beli tersebut diperbolehkan. Perbedaan pandangan tersebut pastinya
disebabkan karena perbedaan pola berfikir, cara beristinbat, serta cara
penafsiran yang memiliki ciri khas masing-masing. Namun dalam
pembahasan kali ini, penulis hanya ingin membahas lebih dalam tentang
sistem jual beli panjar menurut pandangan Imam Hanafi.
Dengan demikian, kerangka teorinya adalah pandangan Imam
Hanafi terkait jual beli sistem panjar (DP) berdasarkan kitab yang sudah
ada. Oleh karena itu, tiap-tiap bab dalam tulisan ini selalu dikemukakan
11. 11
singgungan singkat tentang sistem jual beli panjar menurut pandangan
Imam Hanafi.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini pada dasarnya bercorak library research,
yaitu semua sumber berdasarkan bahan-bahan yang tertulis dan
berkaitan dengan permasalahan yang penulis bahas, yakni analisis
tentang sistem jual beli panjar menurut pandangan Imam Hanafi.
2. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan tematik, yaitu penelitian difokuskan pada tema tertentu
untuk dikaji. Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Menetapkan masalah yang akan dibahas, yaitu sistem jual beli
panjar menurut pandangan Imam Hanafi.
b. Menghimpun kitab-kitab yang berkaitan dengan masalah tersebut
dengan terlebih dahulu membuat deskripsi mengenai indikasi
hadits-hadits tentang jual beli sistem panjar.
c. Meneliti kitab tersebut dilihat dari segi ke-shahih-annya.
12. 12
d. Menganalisis kitab yang dimaksud apakah relevan jika diterapkan
pada zaman sekarang, kemudian mengambil kesimpulan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Berhubung penelitian ini bercorak kepustakaan, maka dalam
mengumpulkan data penulis membagi sumber data menjadi dua bagian
:
a. Sumber data primer, yaitu kitab yang menjadi sumber penetapan
Imam Hanafi dalam menentukan hukum jual beli sistem panjar,
yakni dalam kitab Sunan Abi Dawud karangan Abi Dawud
Sulaiman ibn al-Asy’at as-Sajsataanii al-Azdii.
b. Sumber data sekunder, yaitu mencakup karya-karya yang berkaitan
dengan pokok bahasan.
4. Teknik Analisis Data
a. Deskriptif, yaitu data tentang jual beli sistem panjar dalam
pandangan mazhab Hanafi yang telah diperoleh kemudian
dipaparkan dan dijelaskan sedemikian rupa sehingga menghasilkan
pemahaman yang kongkrit.
13. 13
b. Deduktif, yaitu menarik kesimpulan yang khusus atas dasar
pengetahuan tentang hal-hal yang umum, data tentang jual beli
sistem panjar dalam perspektif mazhab Hanafi secara umum
dianalisis sedemikian rupa sehingga menghasilkan kesimpulan
tidak sahnya jual beli dengan sistem panjar.
G. Sistematika Pembahasan
Agar penulisan skripsi ini lebih mengarah pada tujuan
pembahasan, maka diperlukan sistematika pembahasan yang terdiri dari
enam bab, di antaranya yaitu :
Bab pertama. Merupakan pendahuluan studi ini. Dalam bab ini
diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian,
dan sistematika pembahasan yang dipakai dalam penelitian ini.
Bab kedua. Dalam bab ini penulis mengulas tentang pengertian,
dasar hukum, rukun dan syarat sahnya jual beli, serta bentuk dari jual beli
sistem panjar.
Bab ketiga. Menguraikan tokoh Imam Hanafi dan metode istinbath
yang digunakan dalam berijtihad.
Bab keempat. Merupakan bab yang membahas pandangan mazhab
Hanafi tentang jual beli dengan sistem panjar.
14. 14
Bab kelima. Merupakan analisis terhadap pendapat mazhab Hanafi
yaitu terkait validitas atau tidaknya sumber yang digunakan dan hasil
ijtihadnya.
Bab keenam. Bab ini akan memberikan simpulan dari seluruh tema
yang dipaparkan dari bab-bab sebelumnya, serta memberikan jawaban
terhadap masalah-masalah yang menjadi fokus penelitian ini dan
dilengkapi dengan sejumlah saran-saran.